Author
: LIANA WIJAYA
Starring
:
Iren Kei as Kim Rae Na
Kim Kyu Jong SS501 as Lee Kyu Jong
Kim Hyun Joong SS501 as Yoon Jae Ha
Joo Won as Hwang Tae Hee
UEE After School as Lizzy and Lizza
NB : SPECIAL MY DONGSAENG’S BIRTHDAY.. IREN KEI,
SAENGILCHUKKAE HAMNIDA 28.11.2014.. WISH THE BEST FOR YOU, SAENG... Hope you
like it my story!!
“The Surprise
Party (I Cook The Haters For You Sekuel) – SS501 Fanfic One Shot / Special Iren Kei Birthday”
Note : Bagi yang membaca Novel “I Cook The Haters For
You” pasti gak bakal bingung, coz ini lanjutannya. Special for my lovely
Dongsaeng, Iren Kei =) Saengilchukkae Hamnida ^.^
Flashback :
“Yoboseyo (Hallo).”
ujarnya di telepon. Kim Rae Na segera mengangkat teleponnya dengan sedikit
kesal, kesal karena kedekatannya dengan Lee Kyu Jong terganggu karena dering
telepon itu.
“YAAA! Kim Rae Na, kalian bertiga kemana saja? Kenapa
kalian meninggalkan Lizzy sendirian?” seru seseorang di ponsel itu, membuat Rae
Na terpana.
“Shin Gin Rae, kau ini bicara apa?” tanya Rae Na tak
mengerti.
“Lizzy baru saja tiba disini. Sendirian. Dia bilang pada
kami kalau kalian meninggalkannya. Jika tahu seperti ini harusnya dia ikut kami
saja.” omel Shin Gin Rae dari seberang saluran, membuat Rae Na membelalakkan
matanya tak percaya.
“Shin Gin Rae, kau bercanda kan?” Kim Rae Na balik
bertanya dengan heran pada lawan bicaranya.
“Apa aku terdengar seperti sedang bercanda? Sekarang
Lizza dan Tae Hee Sunbaenim (Senior Tae
Hee) sedang menghibur Lizzy yang tampak sedih karena kalian tinggalkan.”
jawab Shin Gin Rae seraya menoleh pada si kembar Lizzy dan Lizza serta Tae Hee
yang duduk di dalam restoran sementara dia menelepon dari luar ruangan.
“Tapi itu tidak mungkin!” bantah Rae Na tak percaya,
matanya menatap Kyu Jong dengan kebingungan yang kembali melanda.
“Kenyataannya kalian meninggalkannya sendirian. Kim Rae
Na, kita semua tahu jika Lizzy mengalami saat-saat sulit belakangan ini, kita
harus disini untuk menghibur dan menguatkannya bukan meninggalkannya kan?”
lanjut Gin Rae lagi, dia terlihat kesal karena Lizzy ditinggalkan sendirian.
Bagi Shin Gin Rae, Lizzy adalah gadis yang malang yang selalu dijadikan kambing
hitam atas semua hal yang tak pernah dilakukannya dan dia sungguh kasihan
padanya.
“Itu tidak mungkin karena kami tidak pernah
meninggalkannya. Lizzy ada bersama kami sekarang.” bantah Kim Rae Na, terlihat
kesal karena merasa disudutkan oleh teman baiknya sendiri.
“APA?” sekarang giliran Shin Gin Rae yang menjerit
tertahan.
“Maksudmu, Lizzy ada bersama kalian? Lalu siapa yang ada
bersama kami sekarang?” Shin Gin Rae terdengar shock atas apa yang didengarnya
dari Rae Na.
“Entahlah. Mungkin dia adalah ‘kembaran’ misterius Lizza.
Seseorang yang berambisi untuk menggantikan Lizzy karena dia bosan menjadi
bayangan. Apa dia punya bayangan?” tanya Rae Na setengah berbisik ngeri.
Sejenak dia menyadari jika dia sendiri tidak mengamati Lizzy yang bersama
mereka punya bayangan atau tidak.
“Maksudmu adalah...” Shin Gin Rae menggantung kalimatnya
seraya berusaha mengintip ke dalam restoran tempat dimana si kembar Lizzy dan
Lizza serta Tae Hee sedang menunggunya.
“Lizzy yang palsu...” dia terdiam sejenak, menimbang,
berpikir, bagaimana caranya mengatakan hal ini agar tidak terdengar
membingungkan.
“Lizzy yang palsu, ‘kembaran’ misterius itu tak punya
bayangan...” jawab Kim Rae Na akhirnya, pelan dan dalam, membiarkan kalimatnya
menggantung di udara, seraya menoleh penasaran pada Kyu Jong yang memandangnya
ingin tahu.
“Apa Lizzy yang bersama kita memiliki bayangan?” bisiknya
pada Kyu Jong tetap dengan telepon menempel di telinganya. Kyu Jong menatapnya
sekilas lalu tampak berpikir keras dan akhirnya menggeleng pelan.
“Maaf, aku tak ingat.” gumamnya menyesal sambil
menggelengkan kepalanya pelan. Rae Na menarik napas pasrah karena dia pun juga
tidak ingat.
“Well, you know Shin Gin Rae, seperti yang sebelumnya
kukatakan pada Kyu Jong Oppa, sepertinya kasus ini tidak akan pernah bisa
terselesaikan.” ujar Kim Rae Na pasrah karena dia sendiri juga tak tahu lagi
harus bagaimana.
Sementara Rae Na dan Kyu Jong sedang dibuat bingung dengan
adanya dua Lizzy di dua tempat yang berbeda pada saat yang bersamaan, Lizzy
yang satu lagi kini telah sampai di depan makam Lily Kim, kakaknya.
Gadis itu terlihat sedih saat tiba di makam itu. Dengan
perlahan dia berlutut di samping makam itu sementara Yoon Jae Ha berdiri di
belakangnya dan memayunginya, melindunginya dari siraman hujan gerimis yang
kini mulai turun semakin deras.
“Kakak, apa kabar?” tanya Lizzy lirih pada makam
itu seraya mengusap nisannya perlahan. Dia terduduk lemas disana, airmata
mengalir pelan dari pipinya.
“Maafkan aku! Aku tak tahu kalau kau begitu
menderita selama ini. Andai saja keempat gadis jahat itu tidak membunuhmu, maka
semua peristiwa mengerikan ini takkan pernah terjadi.” Ujarnya dalam hati, sedih mengingat kematian kakaknya
yang tragis.
“Kakak, mereka semua
sudah menemanimu sekarang. Semua orang yang pernah menyakitimu, sekarang sudah
menemanimu disana. Kau senang kan? Aku berharap mulai sekarang kau bisa
beristirahat dengan tenang. Takkan ada pembunuhan lagi setelah ini, benarkan?”
ucap Lizzy dalam hatinya, berharap semua tragedi mengerikan ini takkan pernah
terjadi lagi, walau pembunuhnya masih
belum tertangkap hingga detik ini.
Tapi Lizzy tahu jika pembunuh itu, siapapun dia,
hanya ingin membalaskan dendam sang Kakak. Semua korban itu adalah orang-orang yang pernah menyakiti kakaknya
dan kini mereka semua sudah membayar
impas semua perbuatan jahat mereka dengan nyawanya. Tapi apakah semuanya
berakhir sampai disini?
“Lizzy, sudahlah! Lily pasti mengerti bahwa kau sangat
menyayanginya. Semoga mulai saat ini dia bisa beristirahat dengan tenang.” ujar
Yoon Jae Ha lirih seraya
menepuk pelan pundaknya. Lizzy menoleh singkat kearahnya dan mengusap airmatanya perlahan.
“Kau tidak sendirian, Lizzy. Masih ada kami
disini. Semua teman-temanmu, Lizza dan juga…aku.” jawab Yoon Jae Ha pelan dan
dalam seraya menepuk pelan pundak
gadis itu.
“Oppa..” ujar Lizzy pelan dan terharu lalu perlahan mulai berdiri.
“You know what, Lizzy? I think I like you.” lanjut
Jae Ha dengan malu-malu, membuat Lizzy tersentak.
“Really?” tanya Lizzy tak percaya sambil menatap tajam mata
Jae Ha, seolah mencari kebenaran di sana.
“Sejak awal aku sudah terpesona olehmu. Pada
kebaikanmu, pada senyumanmu dan pada keberanianmu.” jawab Jae Ha mesra.
“Padaku atau pada bayanganku?” tanya Lizzy dengan
senyum yang aneh tersungging di bibirnya.
“Well, kuakui
‘dia’ yang awalnya membuatku penasaran. Tapi aku tak mungkin mencintai
bayangan, kan? Kaulah yang secara nyata berdiri di hadapanku sekarang.” jawab
Jae Ha menjawab dengan mantap.
“Terima kasih Oppa. Aku sangat menghargainya. Belum pernah ada seorang pria yang mengatakan
dia mencintaiku.” ujar Lizzy seraya memeluk Jae
Ha hangat.
“Apa kau menerimaku?” tanya Jae Ha malu-malu dan Lizzy
mengangguk mantap dalam pelukannya.
“Tentu. I think I like you too.” jawabnya manis dan manja
sambil tetap berpelukan mesra di tengah hujan.
“Jika saatnya sudah tiba, aku akan mengirimmu
kesana. KAU BERIKUTNYA!! Keempat gadis itu tidak akan membunuh kakakku jika seandainya
kakakku tidak mencintaimu. KAU AWAL DARI SEMUA MUSIBAH yang menimpa kami.
KAU!!” batin Lizzy perih sambil tetap memeluk Jae Ha erat tetapi sebelah
tangannya mengangkat belati.
“YOU
ARE NEXT!!!” batinnya dengan
ekspresi dingin. Tapi saat hampir sedikit lagi dia menancapkan belati
itu ke punggung Jae Ha, dia melihat bayangan seseorang muncul dari balik
pepohonan. Lizzy buru-buru menyimpan kembali belati itu ke dalam saku mantelnya
dan berpura-pura kedinginan.
“Disini dingin sekali. Ayo kita pergi!” ujarnya lembut,
menutupi kepanikannya seraya perlahan melepaskan pelukannya dari Jae Ha dengan
salah tingkah.
“Apa kalian sudah selesai? Hujannya semakin deras. Kami
khawatir sekali.” Seorang gadis berteriak dari kejauhan, suaranya terdengar
cemas. Lizzy menoleh kearah belakang punggung Jae Ha dan melihat Rae Na dan Kyu
Jong berdiri disana dengan menggenggam payung ditangan mereka.
“Baiklah! Ayo pergi!” ujar Lizzy ramah lalu berjalan
lebih dulu didepan Jae Ha.
“Hampir saja! Lizzy, apa yang kau lakukan?” Lizzy
mengutuk dirinya sendiri yang hampir saja melakukan kesalahan fatal dengan
membunuh orang.
End Of Flashback...
“Kau lihat itu? Dia punya bayangan.” Bisik Kyu Jong
perlahan di telinga Rae Na seraya menunjuk bayangan yang muncul dibawah kaki
Lizzy yang berjalan didepan mereka.
“Celaka! Berarti Lizzy yang palsu ada bersama Lizza dan
Gin Rae.” Ujar Rae Na panik seraya meraih ponselnya dari dalam tas dan segera
menelpon temannya.
“Gin Rae-ah, gadis yang bersamamu sekarang adalah Lizzy
yang palsu. Dia gadis tanpa bayangan itu. Dia pembunuh misterius itu.” Ujar Rae
Nae diponselnya.
“MWO? Apa kau serius?” Shin Gin Rae terdengar takut dan
panik.
“Bagaimana ini? Apa maunya?” Shin Gin Rae semakin
terdengar panik.
“Tahan dia sampai kami datang!” perintah Rae Na tegas
lalu segera bergegas menuju ke dalam mobil menyusul Lizzy dan Jae Ha.
“Kenapa kalian lama sekali diluar?” tanya Lizzy cemas
saat melihat kedua temannya tergesa-gesa masuk ke mobil.
“Lizzy yang palsu. Si gadis tanpa bayangan itu, sekarang
ada bersama saudaramu.” Ujar Rae Na memberitahu.
“APA? Dia bersama Lizza?” wajah Lizzy mendadak pucat.
“TIDAK! Gadis itu ingin membunuh salah satu dari kami
agar dia bisa menggantikan kami selamanya. Jangan sampai itu terjadi.” Lizzy
bergidik ngeri.
“Jae Ha Hyung, cepat jalankan mobilnya! Kita diburu
waktu.” Ujar Kyu Jong pada temannya. Tanpa banyak bicara, Yoon Jae Ha segera
menjalankan mobilnya dan melaju ke tempat dimana Shin Gin Rae, Lizza, Hwang Tae
Hee dan gadis tanpa bayangan itu berada.
“Aku benar-benar tak mengerti, sebenarnya makhluk apa
yang sedang kita hadapi ini? Dia tak punya bayangan. Dia lolos dari api dua
kali. Dan dia memiliki wajah yang sama dengan si kembar.” Ujar Kyu Jong
terdengar frustasi.
“Mungkin kita akan tahu jawabannya jika kita bisa
menangkapnya, itu pun jika kita bisa menangkapnya.” Jawab Rae Na skeptis.
Beberapa menit kemudian mereka tiba di wilayah restoran
itu berada, tapi baru memasuki setengah jalan, mereka sudah melihat banyak
sekali mobil polisi dan pemadam kebakaran berseliweran ditempat itu. Bukan
hanya itu saja, ada banyak sekali orang yang juga berkerumun ditempat itu,
membuat lalu lintas menuju ke restoran itu macet total. Tak punya pilihan,
mereka berempat pun turun dari mobil dan memutuskan untuk menuju ke restoran itu
dengan berjalan kaki.
“Seorang gadis terperangkap di dalam sana. Cepat panggil
petugas pemadam kebakaran yang lain untuk menyelamatkannya.” Seru seseorang
dengan panik. Sesuatu menghantam jantung Lizzy, dia merasakan firasat yang
tidak baik. Buru-buru dia berlari menembus kerumunan orang itu dan mencari
sumber kebakaran yang dimaksud wanita itu.
“Lizzy!” panggil Jae Ha seraya berlari mengikutinya.
“Ada apa ini?” tanya Kyu Jong bingung saat melihat Lizzy
berlari spontan.
“Kurasa sesuatu telah terjadi.” Jawab Rae Na seraya
berlari mengikuti kedua temannya.
Lizzy berlari hingga dia melihat sosok Shin Gin Rae
sedang menangis histeris tak jauh dari restoran tempat kebakaran itu berasal.
“LIZZA!” teriaknya histeris dengan Hwang Tae Hee berdiri
disampingnya menenangkan.
“Apa yang terjadi?” Lizzy perlahan mendekati mereka dan
wajahnya langsung pucat pasi saat tak lama kemudian dia melihat seorang pria
berjalan keluar dari dalam api dengan menggendong seorang wanita dalam
pelukannya. Wajah sang gadis penuh luka, seluruh badannya hitam seperti habis
terbakar, Lizzy menjerit histeris saat mengenali itu adalah adiknya.
“LIZZA! TIDAK!” raung Lizzy sambil menangis keras.
“Kakak...Di-a i-ngin ki-ta ma-ti...” ujarnya lemah,
sebelum tangannya terkulai lemah dan setangkai bunga Lily Putih terjatuh dari
genggamannya. Lizzy terdiam shock menatap bunga Lily putih yang jatuh dari
genggaman tangan adiknya.
“Bunga itu. Bunga yang melambangkan kematian itu muncul
lagi. Bukankah semua orang yang menyakiti Lily Kim sudah mati?” ujar Rae Na tak
percaya melihatnya.
“Delapan korban tewas dan mereka semua adalah orang-orang
yang pernah menyakiti Lily. Sudah selesai, benarkan? Kalian adalah adik kandung
Lily, kenapa pembunuh itu mengincar kalian juga?” protes Rae Na tak mengerti.
Lizzy terdiam membisu. Sudut matanya mengikuti kemana tubuh adik kembarnya
dibawa sambil menangis pelan, tak mengatakan apapun.
Lizza koma. Lagi. Setelah bulan lalu dia sempat
terbangun, kini dia terbaring koma sekali lagi. Gadis yang malang. Sementara
Lizzy hanya terdiam shock. Jiwanya seolah menghilang, kini dia tampak bagai
mayat hidup yang hanya terduduk di samping ranjang Lizza, menolak bicara,
menolak makan dan hanya menatap kosong ke depan.
“Restoran tiba-tiba terbakar, tak lama setelah Lizzy yang
palsu meminta ijin ke toilet sebentar...” Shin Gin Rae bercerita.
“Kami sudah mengajak Lizza keluar tapi dia menolak, dia
mengatakan kakaknya masih di dalam.” Lanjutnya sambil menangis.
“Dia tak percaya saat kami mengatakan bahwa yang di dalam
itu bukan kakaknya. Kami ingin menahannya tapi orang-orang yang ada disana
menyeret kami keluar.” Sambung Tae Hee mengenang.
“Dia lolos lagi kan?” ujar Jae Ha singkat.
“Gadis tanpa bayangan itu selalu menggunakan api untuk
melarikan diri. Sebelumnya dia lolos dari kebakaran dua kali. Sungguh ajaib!
Siapa sebenarnya gadis itu?” Rae Na mulai dengan gayanya menginvestigasi.
“Manusia biasa takkan mampu melakukan itu kan?” Kyu Jong
menimpali.
==============
“Aku memang selalu bermimpi ingin menjadi seorang
Detektif, tapi bukan seperti ini caranya.” Kim Rae Na mengumpat kesal saat teman-temannya
memberi usul untuk menggunakan ulang tahunnya sebagai cara untuk memancing si
pembunuh keluar.
“Kenapa harus ulang tahunku? Kalian sengaja ingin
menjadikan aku tumbal?” ujarnya kesal, masih tak suka dengan rencana
teman-temannya itu.Baru dia akan memprotes lagi tapi pelayan keluarga Lizzy
sudah lebih dulu datang dan mempersilakan mereka naik ke atas.
“Silakan naik Nona dan Tuan Muda sekalian. Semoga
kehadiran kalian bisa membuat Nona Muda kami membaik.” Ujar si kepala pelayan yang sudah terlihat
seperti nenek-nenek itu.
“Berapa lama Bibi bekerja disini?” Rae Na bertanya iseng,
kekesalannya teralihkan saat merasa kasihan melihat seorang wanita tua seperti
ini masih saja bekerja.
“Sejak Bibi lahir Bibi sudah melayani keluarga ini. Usia
Bibi sama dengan usia Ayah Tuan Besar. Bibi tahu betul bagaimana Nona Muda
sangat menyayangi saudara kembarnya.” Ujar Nenek itu pelan seraya mengantar
mereka ke lantai atas.
“Lily...Saat hidup dia seperti apa?” Tae Hee yang juga
ikut ke rumah itu iseng bertanya juga.
“Nona Besar Lily gadis yang pendiam. Dia hanya
menghabiskan waktunya dengan menulis dan membaca di kamarnya. Jika bosan, dia
akan menulis di taman. Tapi dia juga sangat menyayangi kedua adik kembarnya,
khususnya Nona Kecil Lizza yang istimewa.” Jawab si wanita tua mengenang dengan
sedih.
“Kematian yang mengerikan. Terjatuh dari atap gedung
Fakultas tempat Nona belajar. Orang yang mendorongnya benar-benar bukan
manusia.” Lanjut si wanita tua, sambil terus memimpin jalan hingga akhirnya
tiba di sebuah kamar besar yang terletak di lantai dua, kamar tempat Lizzy
berada.
“Silakan masuk! Saya akan tinggalkan Anda semua
dengannya.” Ujar si wanita tua dengan sopan.
“Orang tua Lizzy ada dimana?” tanya Jae Ha penasaran,
sebelum wanita tua itu benar-benar keluar dari kamar.
“Tuan Besar dan Nyonya Besar kembali ke New York siang
ini. Ada bisnis penting yang tidak bisa ditinggalkan.” Jawab si pelayan tua
itu.
“Apa pekerjaan lebih penting dari putri mereka sendiri?
Lizzy shock seperti ini dan Lizza terbaring koma di Rumah Sakit. Orang tua
macam apa mereka? Apa mereka baru puas setelah melihat putri mereka mati
seperti Lily?” Yoon Jae Ha mendadak marah.
“Jae Ha Hyung!” Kyu Jong berseru mengingatkan seraya
menepuk pundak Jae Ha pelan.
“Tapi dalam hati Nyonya Besar, Nona Lily tak pernah
mati.” Jawab si wanita tua itu misterius.
“Nona Lily masih disini. Dia hanya tertidur, bukan mati.
Setidaknya itu yang diyakini Nyonya Besar selama ini.” Jawab si wanita tua
semakin membingungkan.
“Mereka semua sudah gila.” Bisik Hwang Tae Hee pelan
sambil mendekati Lizzy yang duduk bersandar di kepala ranjang tapi matanya
menatap kosong ke depan.
“Hi Lizzy. Bagaimana kabarmu? Apa yang harus kami lakukan
untuk membantumu?” tanya Hwang Tae Hee lirih seraya memegang tangan Lizzy dibalik
selimut. Tapi kemudian dia menyadari jika gadis ini seperti memegang sesuatu.
Penasaran. Hwang Tae Hee membuka selimut yang awalnya
menutupi tubuh gadis itu dan dia melihat sebuah buku kecil ada dalam genggaman
tangan gadis itu. Lalu dia menatap bingung Lizzy yang hanya terdiam seperti
patung.
=======
Pranggg...
Sesuatu dilemparkan ke dalam jendela kamar Kin Rae Na.
Rae Na yang terkejut segera berlari melihat keluar jendela kamarnya tapi tak
ada siapapun disana. Tak jauh disana, dia bawah kakinya dia melihat secarik
kertas yang membungkus sebuah batu yang cukup besar. Penasaran, dia mengambil
dan membaca pesan yang tertulis dengan tinta merah. Bau anyir merebak saat
kertas itu dibuka. Bau anyir seperti darah.
Pesan itu berbunyi “Batalkan pestanya atau kau mati! YOU
ARE NEXT!” sebuah pesan kematian tertulis disana bersama setangkai bunga Lily
putih. Kim Rae Na terperanjat.
“Aku berikutnya?” jantungnya berdetak kencang. Siapapun
pelakukanya, dia tidak ingin pesta ulang tahun itu diadakan. Entah apa alasannya.
“Mungkinkah dia tahu kalau pesta ini untuk menjebaknya?”
batin Kim Rae Na berperang.
“Aku tidak ingin mati sekarang! Yang benar saja! Lizzy,
sadarlah!” Rae Na berseru panik dalam hatinya, dia segera mengambil ponselnya
dan menghubungi teman-temannya. Beberapa menit kemudian, mereka semua sudah
berkumpul dirumahnya dengan wajah cemas.
“Harusnya sejak awal kita tidak terlibat dalam masalah
ini. Aku tak pernah menyakiti Lily, kenapa gadis tanpa bayangan itu memburuku
juga?” protes Kim Rae Na.
“Lizzy dan Lizza juga tak pernah menyakiti Lily, mereka
adik kandungnya, jadi kenapa pembunuh itu juga ingin membunuh mereka?” ujar
Shin Gin Rae mengingatkan.
“Tapi aku tak mau mati seperti yang lainnya!” ujar Kim
Rae Na ngeri.
“Kau takkan mati! Aku akan melindungimu.” Ujar Kyu Jong
lembut, membuat Rae Na tersentuh.
“Oppa...” dia tak tahu harus bicara apa.
“Tapi pembunuh itu tak pernah gagal.” Rae Na semakin
skeptis.
“Siapa bilang tak pernah gagal?” sangkal Yoon Jae Ha.
“Lizzy dan Lizza gagal dibunuhnya. Mereka masih hidup
kan?” lanjut Jae Ha.
“Iya, tapi Lizza koma dan Lizzy bagaikan mayat hidup.”
Ujar Kyu Jong menghancurkan setitik harapan itu.
“Kyu Jong, kau memang seperti singkatan namamu. K.J alias
Killing Joy. Kau benar-benar tahu bagaimana caranya merusak kebahagiaan.”
Sindir Jae Ha kesal, yang hanya dibalas dengan senyum tipis dari Kyu Jong.
“Ada sesuatu yang ingin kukatakan. Tapi aku tak yakin
kalian akan percaya.” Ujar Tae Hee lirih, suaranya terdengar tak yakin.
“Apa kau tahu sesuatu?” tanya Kyu Jong sedikit
bersemangat.Tae Hee mengangguk singkat walau terlihat tak yakin sama sekali.
“Lizzy. Kurasa dia...” Tae Hee terdiam, ragu. Kalimat Tae
Hee yang ragu-ragu sukses mendapat
tatapan bingung semua orang.
“Ada apa dengan Lizzy?” tanya Gin Rae penasaran.
“Tidak. Lupakan saja!” jawab Tae Hee sambil tersenyum
aneh, dia memutuskan untuk menyelidiki sendiri masalah ini.
=======
The Birthday Party, 28 November 2014...
Akhirnya hari itu tiba juga, hari ulang tahun Kim Rae Na,
dimana dia mengundang semua temannya di Jurusan Jurnalistik untuk berpesta
semalam suntuk di sebuah mansion mewah dipinggir hutan.
“Kyu Jong Oppa, apa kau tidak bisa menyewa tempat yang
lebih indah, berkelas, dan tidak menyeramkan seperti ini?” protes Kim Rae Na
pada kekasihnya.
“Bukankah tujuan kita untuk memancing pembunuh itu
keluar?” jawab Kyu Jong dengan tersenyum tanpa merasa bersalah.
“Jadi kau ingin menjadikan aku tumbal?” Kim Rae Na
merajuk kesal lalu ingin berbalik pergi tapi Kyu Jong segera menarik tangannya
dan memeluknya erat.
“Mana mungkin aku tega menjadikanmu tumbal? Aku tak bisa
hidup tanpamu Kim Rae Na dan hanya ini satu-satunya cara untuk memancing
pembunuh itu keluar.” Kyu Jong memberikan rayuan manis agar kekasihnya tidak
marah.
“Tapi kalau aku sampai mati...” Kyu Jong buru-buru
menutup mulut Rae Na dengan sebuah ciuman mesra.
“Kau takkan mati. Takkan ada yang mati lagi. Aku
berjanji. Selamat Ulang Tahun Bidadariku. Nikmati pesta ulang tahunmu.” Ujar
Kyu Jong lembut, menenangkan kekasihnya.
Kim Rae Na hanya mengangguk pelan, walau hatinya masih
gelisah. Dia berjalan keluar dari dapur lalu bergabung bersama teman-temannya
yang lain untuk memulai pestanya. Awalnya semua berjalan lancar, tapi saat kue
tart akan dihidangkan tiba-tiba lampu mendadak padam. Keadaan menjadi gelap
gulita. Ruang pesta menjadi kacau balau. Semua gadis menjerit histeris karena
takut. Mereka berhamburan ingin mencari jalan keluar, tapi semua pintu
terkunci.
“Kyu Jong Oppa, Jae Ha Sunbae, Shin Gin Rae, Tae Hee
Sunbae, kalian dimana?” teriak Kim Rae Na ketakutan. Dia targetnya, dia tahu
dialah target berikutnya. Tak ada seorangpun yang menjawab. Situasi yang
awalnya kacau mendadak menjadi sunyi senyap. Semua orang mendadak menghilang
ditelan kegelapan.
“Kemana semua orang? Bukankah tadi situasinya sangat
ramai?” batin Kim Rae Na ketakutan, dia melangkah perlahan seraya meraba dalam
gelap, dia merogoh mencari ponselnya, tapi dia segera mengutuk dirinya sendiri
karena lupa bahwa dia sedang mengenakan Gaun Pesta dan sejak kapan gaun pesta
memiliki saku benarkan?
“SHIT!” umpatnya dalam hati.
“Where are you, guys?” teriaknya sekali lagi, masih
berjalan dalam kegelapan.
“AARRGGHHH...” terdengar teriakan panjang dari salah satu
ruangan di mansion besar itu. Lee Kyu Jong. Rae Na mengenali suara itu. Segera,
dia bergegas menghampiri asal suara itu.
“Oppa...” teriaknya memanggil dalam gelap.
“Aww...” dia terjatuh karena tersandung sesuatu tak jauh
dari kakinya. Rae Na bangun dengan segera saat menyadari dia terjatuh di depan
tubuh seseorang. Berusaha melihat dalam kegelapan yang nyaris pekat, dia
merasakan sesuatu yang basah dari leher orang itu. Rae Na meraba cairan itu dan
bau anyir tercium di hidungnya.
“DARAH!” dia tercekat saat mengenali cairan amis itu
adalah darah.
“Siapa dia? Apa dia sudah mati? Gadis tanpa bayangan itu
apa sudah membunuhnya? Akulah targetnya, apakah pembunuh itu telah salah
mengenali korbannya?” Kim Rae Na hanya bisa berkata dalam hati, tanpa mampu
menyuarakannya.
“KIM RAE NA...” panggil sebuah suara dari dalam
kegelapan. Terdengar samar-samar. Bulu kuduknya langsung meremang mendengar
seseorang memanggil namanya dengan cara seperti itu. Dia terpaku sesaat sebelum
akhirnya mulai berdiri dalam gelap.
“SIAPA KAU? APA MAUMU?” tanyanya sok berani walau
suaranya jelas terdengar gemetar.
“Aku tak suka ada orang yang suka mencampuri urusanku.”
Ujar suara lembut itu. Suara wanita. Suara yang dikenalnya.
“Lizzy?” tebak Rae Na kearah seorang wanita yang mendadak
muncul dari dalam kegelapan. Siluetnya berdiri tak jauh dari tempat Rae Na
berdiri sekarang, gadis itu mengenakan gaun putih yang membuatnya terlihat
bercahaya ditengah kegelapan yang hanya diterangi sinar bulan yang menerobos
dari jendela. Gadis itu tersenyum seraya memegang setangkai bunga Lily putih
ditangannya.
“Hallo Kim Rae Na!” ujar gadis bergaun putih itu dengan
lembut.
“Kau Lizzy atau Lizza?” tanya Rae Na masih bingung, dalam
suasana terang saja dia masih bingung membedakan mereka apalagi dalam kegelapan
seperti ini.
“Menurutmu?” tanya sosok itu singkat dengan seringai
dingin di wajahnya seraya perlahan berjalan mendekat. Suaranya terdengar begitu
dingin dan tegas.
Rae Na tersadar. Dia bukan Lizzy ataupun Lizza, tapi
gadis itu. Gadis tanpa bayangan itu. Pembunuh misterius itu. Gadis yang
memiliki wajah yang sama dengan si kembar.
“TIDAK! Kau bukan Lizzy ataupun Lizza. Siapa kau
sebenarnya? Apa maumu?” tanya Rae Na dengan berani.
“Kemana semua orang? Kenapa mendadak semuanya sunyi
senyap?” batinnya ketakutan. Dia sedang bersama si pembunuh dalam kegelapan,
seseorang yang bahkan tak mati dalam kebakaran.
“Aku ingin memberimu hadiah ulang tahun.” Jawabnya tenang
dan terdengar menyeramkan, suaranya mirip bisikan angin di tengah malam yang
membuat bulu kuduk meremang. Sosok itu terus berjalan perlahan mendekatinya
seraya mengangkat salah satu tangannya, dalam terpaan cahaya bulan, Rae Na
melihat sesuatu berkilat di tangannya. Sebuah pisau perak. Rae Na berjalan
mundur ketakutan, dia harus pergi secepatnya dari tempat ini.
“Sial! Kemana semua orang?” batinnya kesal seraya
berputar dan berlari tapi sial dia menabrak seseorang dalam gelap.
“Aauuuww!” ujar mereka bersamaan.
“Lizzy?” ujar Rae Na mengenali suara itu.
“Kau benar Lizzy yang asli atau pembunuh itu?” tanyanya
ketakutan. Misteri gadis kembar ini benar-benar membuatnya hampir gila.
“Aku Lizzy yang asli.” Jawab sosok yang tadi ditabraknya.
“Tapi kau terdiam shock seperti mayat hidup kan?”tanya
Rae Na ditengah kebingungannya.
“Tak ada waktu untuk menjelaskan. Kita harus
mengembalikannya ke dalam cermin.” Jawab Lizzy lalu segera berdiri dan
merapikan bajunya.
“CERMIN? Apa hubungannya dengan cermin?” tanya Kim Rae Na
semakin bingung.
“Dia jiwa adik kembarku yang selama ini terkurung dalam
cermin. Yang marah karena sejak Kak Lily meninggal, tak ada seorangpun yang
peduli padanya.” Jawab Lizzy sambil berbisik.
“Adik kembarmu? Lizza?” tanya Rae Na bingung.
“BUKAN! Tapi Lilith!” jawabnya singkat.
“Halo Kakak. Aku senang kau mengingatku.” Ujar sosok itu
akhirnya. Dia berdiri tak jauh dari mereka, memandang kedua gadis itu dengan
seringai aneh diwajahnya.
Kim Rae Na terpana melihat dua orang gadis yang sama
persis.
“Hallo Lilith! Kurasa sekarang saatnya kau kembali ke
duniamu. Aku tak mau lagi kau memakai tubuhku sebagai perantaramu.” Ujar seorang
gadis lagi dari arah belakang. Senter yang dipegang Lizzy spontan mengarah ke
sumber suara itu dan betapa terkejutnya dia melihat Lizza berdiri disana.
“Lizza, bukankah kau terbaring koma?” tanya Lizzy terharu
bercampur bahagia.
“Tuhan memberiku kekuatan untuk bangkit Kak. Dalam mimpi
aku melihat dia memakai tubuhku untuk berbuat kejahatan. Selama aku terbaring
koma, dia meminjam tubuhku. Aku tak mau dia meminjam tubuhku lagi.” Jawab Lizza
dengan dingin.
“Oh Tidak! Aku sudah pusing dengan dua orang gadis kembar
dan sekarang ada satu lagi.” Protes Kim Rae Na kesal.
“SEKARANG! NYALAKAN LAMPUNYA!” perintah Lizza lantang dan
dalam sekejap lampu menyala serentak dan disekeliling ruangan itu, tepatnya di
sekeliling gadis tanpa bayangan itu berdiri berjejer cermin-cermin berukuran
besar, yang mengarah padanya.
“KAU!” pekiknya marah pada ‘saudara kembarnya’, menatap
tajam kearah Lizza.
“Kak, tunggu apalagi? Bacakan manteranya! Kurung dia
dalam cermin itu!” ujar Lizza pada Lizzy yang masih tampak kebingungan.
Teringat dengan buku kecil yang ditemukannya di kamar Lily, Lizzy segera
mengeluarkan dari dalam tasnya dan membalik halamannya dengan cepat. Lalu
membacakan mantera yang tertulis di dalamnya.
Dan ajaib, tak lama kemudian lampu ditempat itu mulai
meredup dan menyala silih berganti, terdengar jeritan nyaring yang berasal dari
gadis tanpa bayangan itu, dan dia tersedot masuk ke dalam salah satu cermin.
“Kakak, hentikan! Bagaimanapun juga aku adalah adikmu.” Pintanya
memohon dari dalam cermin seraya berusaha ingin keluar.
“Kau sudah mati, Lilith! Kembalilah ke alammu! Jangan
ganggu kami lagi. Istirahatlah dengan tenang bersama Kak Lily disana.” Ujar Lizzy
lalu kembali membacakan manteranya.
“Lebih baik kita hancurkan cerminnya!” usul Yoon Jae Ha
yang tadi entah bersembunyi dimana.
“Jangan! Kumohon! Kakak, aku ingin keluar!” serunya
lantang, masih memohon pada Lizzy.
“Maafkan aku, Lilith! Selamat tinggal.” Ujar Lizza lalu
mengambil sebuah kayu dan memukulkannya ke dalam cermin itu.
PRANGGG... Suara cermin yang pecah terdengar bersamaan.
Yoon Jae Ha, Shin Gin Rae, Lizza, Lee Kyu Jong dan Hwang Tae Hee memecahkan
keenam cermin besar itu bersamaan, menghancurkannya berkeping-keping agar arwah
Lilith tidak kembali lagi.
========
“Ini sudah berakhir, benarkan?” tanya Kim Rae Na beberapa
saat kemudian sambil menatap pecahan kaca dimana-mana.
“Kuharap sudah.” Jawab Lizzy singkat, tampak lelah.
“Hei Lizza, kapan kau sadar dari koma?” tanya Rae Na pada
si kembar yang satunya.
“Tak lama setelah Tae Hee Oppa mengatakan dia
mencintaiku.” Jawab Lizza malu-malu sambil melirik Tae Hee yang tampak salah
tingkah.
“Kurasa itu efektif.” Jawab Tae Hee singkat seraya
memalingkan wajahnya.
“Dan kau Lizzy, kapan kau sadar dari shockmu?” tanya Kim
Rae Na penasaran, dengan gayanya yang seperti Detektif.
“Kurasa saat aku melihat Kak Lily muncul dalam mimpiku,
dia memberitahuku soal Lilith. Menunjukkan padaku sebuah buku kecil yang selama
ini disimpannya rapi.” Lizzy terdiam sejenak.
“Dari buku itu aku tahu bahwa selama ini Kak Lily telah
tak sengaja menemukan sebuah buku tua yang berisi cara memanggil arwah, dan dia
tak sengaja memanggil arwah adik kami yang sudah meninggal, melalui perantara
cermin itu.” Lizzy kemudian mengeluarkan buku kecilnya dan menunjukkan pada
mereka.
“Kak Lily yang memanggil, dan kak Lily juga pasti tahu
cara mengurungnya lagi. Untung dia menuliskannya semuanya dalam buku kecil ini.
Arwah Lilith marah saat tahu Kak Lily meninggal, itu sebabnya dia membalas
dendam dan membunuh semua orang yang menyakiti Kakak. Tapi dia tetap butuh
perantara fisik dan Lizza adalah orang yang tepat. Lizza yang sebelumnya
terbaring koma, tak ingat kalau selama koma Lilith sudah memakai tubuhnya untuk
berbuat jahat.” Jelas Lizzy lagi.
“Benar. Aku baru sadar saat Hwang Tae Hee Oppa
menceritakan padaku soal kebakaran di Ruang Musik Universitas. Aku tak ada
disana secara fisik, tapi aku memiliki luka bakar disana. Walau terdengar tak
masuk akal akhirnya aku sampai pada satu kesimpulan bahwa Lilith sudah
merasukiku.” Lanjut Lizza terdengar ngeri.
“Aku masih tak mengerti.” Ujar Shin Gin Rae dengan gaya
berpikir.
“Sudahlah lupakan. Yang penting semuanya sudah berakhir.”
Jawab Lizzy pelan dan lega.
“Benar. Ada banyak hal di dunia ini yang terdengar tak
masuk akal tapi memang seperti itulah kenyataannya.” Jawab Kyu Jong setuju.
“Benar. Sudah berakhir. Termasuk pesta ulang tahunku yang
berantakan.” Protes Kim Rae Na tak rela.
“Omong-omong, ada dimana kalian tadi? Kenapa tak ada
seorangpun yang menolongku?” protes Kim Rae Na masih kesal karena tak ada
seorangpun yang menolongnya.
“Hei, kami sedang mempersiapkan cermin yang diminta
Lizza. Dan kau lihat mereka semua, semua tamu kita terlanjur pingsan saat
melihat Lilith berjalan menembus dinding.” Protes Kyu Jong membela diri.
“Kenapa lampunya bisa mati?” tanya Kim Rae Na lagi, masih
terus mengejar.
“Soal lampu, proteslah pada Lizza. Dia yang mematikan
lampunya dengan telekinesisnya.” Ujar Kyu Jong seraya menoleh pada Lizza yang
cengengesan.
“Mianhe. Aku harus mematikan lampunya untuk memancingnya
keluar. Ini bagian dari rencana.” Jawab Lizza dengan nada menyesal.
“Rencana yang tidak aku tahu.” Jawab Rae Na masih kesal.
“Aku hampir mati tadi. Teganya kalian!” lanjutnya masih
marah.
“Ada Lizza disini. Jadi kami merasa sedikit tenang. Lizza
kan punya kekuatan. Dia bisa melindungimu.” Jawab Yoon Jae Ha sambil tertawa
canggung.
“Ah sudahlah. Yang penting si gadis tanpa bayangan itu
takkan mengganggu kita lagi kan?” Kim Rae Na kembali meyakinkan dirinya sambil
menatap si kembar, Lizzy dan Lizza.
“Kami harap tidak!” jawab si kembar bersamaan.
“So, belum lewat tengah malam. Bagaimana jika kita
lanjutkan pestanya?” usul Hwang Tae Hee seraya melirik arlojinya.
“Usul bagus, Tae Hee. Tapi tentu kita harus bertanya dulu
pada yang berulang tahun hari ini.” Ujar Kyu Jong seraya melirik Rae Na.
“Ayolah, sayang. Jangan ngambek! Kita lanjutkan pestanya
ya. Kita harus merayakan ulang tahunmu sekaligus akhir dari tragedi ini. No
more Girl Without Shadow.” Rayu Lee Kyu Jong seraya memeluk pinggang kekasihnya
mesra. Kim Rae Na menatap kekasih dan teman-temannya dan mengangguk pelan.
“Well, baiklah! Anggap saja kita merayakan kemenangan
kita atas pembunuh itu. LETS PARTY!” serunya riang yang disambut tepuk tangan
semua orang.
“Tapi semua tamu sudah pergi.” Ujar Shin Gin Rae.
“Well, thats okay! Masih ada kita kan?” jawab Lizzy
ceria.
“Aku dan Lizza akan siapkan makanannya.” Ujar Lizzy
seraya berjalan ke dapur bersama adiknya.
“Kami akan bersihkan ruang pestanya.” Ujar Tae Hee dan
Jae Ha lalu segera bergegas pergi ke aula utama.
“Dan aku akan membantu si kembar.” Ujar Gin Rae menyusul
si kembar Kim.
Tinggal Rae Na dan Kyu Jong berdua disana.
“So, kita hanya berdua sekarang.”ujar Kyu Jong tak jelas.
“Lalu?” Kim Rae Na tampak tak mengerti.
“Ayolah sayang, kau tahu apa maksudku. Can I kiss you?”
tanyanya nakal.
“Tidak! Kau sudah meninggalkan aku tadi. Enak saja! Pergi
sana!” jawab Kim Rae Na berpura-pura kesal. Kyu Jong tertawa lalu menarik
tangan gadisnya dan langsung menciumnya tanpa aba-aba.
Rae Na yang tak menyangka akan ‘diserang’ hanya
megap-megap saat bibir Kyu Jong ‘melumat’ bibirnya. Rasa kesalnya mendadak
hilang dan tanpa sadar diapun membalas ciuman panas itu.
“You know what? Saat kau marah kau terlihat lebih manis.
So cute!” ujar Kyu Jong sambil tersenyum mesum.
“Apa yang ada dalam pikiranmu?” tanya Rae Na sinis
melihat senyum nakal di wajah Kyu Jong.
“Mungkin aku bisa memberimu hadiah spesial malam ini.
Hadiah yang takkan pernah kau lupakan seumur hidup.” Jawabnya nakal seraya
kembali menarik tubuh Rae Na dan memeluknya erat, sambil kembali membenamkan
kepalanya di leher gadis itu seraya menciumi aromanya yang wangi.
“Oppa...” rintih Rae Na berusaha menolak, tapi Kyu Jong
seolah tak mendengar terus melaksanakan aksinya. Saat ciumannya kian membrutal,
Yoon Jae Ha datang mengacaukan semuanya.
“Hei kalian! Sekarang bukan saatnya untuk bermesraan.
Ruang pestanya sudah siap.” Ujar Yoon Jae Ha, datang disaat yang paling tepat.
“Oh Shit! Hyung, kenapa kau suka sekali merusak
kebahagiaan orang?” ujar Kyu Jong kesal tapi Kim Rae Na hanya tertawa.
“Sudah kubilang kan? Ayo!” jawab Rae Na lalu bergegas
menyusul Jae Ha ke ruang pesta.
“Saengilchukkae Hamnida...Saengilchukkae Hamnida...Saranghaneun
Kim Rae Na. Saengilchukkae Hamnida.” Semua orang bernyanyi saat melihat Rae Na
dan Kyu Jong masuk ke ruang utama.
“Tiup lilinnya!” ujar si kembar bersamaan.
“Tapi ucapkan dulu permohonanmu.” Tambah Shin Gin Rae
lagi.
Kim Rae Na tersenyum dan menjawab “Well, aku hanya
berharap takkan ada tragedi lagi.
Tidak ada lagi si gadis tanpa bayangan. Tidak
ada lagi pembunuhan dan semuanya selesai sampai disini.” Ujar Rae Na lalu
meniup lilinnya dengan gembira.
“Selamat Ulang Tahun, Kim Rae Na!” sekali lagi si kembar
berkata dengan serentak lalu maju dan memeluk Kim Rae Na bersamaan.
“Gomawo Twins.” Jawab Rae Na sambil tersenyum senang.
“Hei, kalian kompak sekali.” Goda Yoon Jae Ha pada si
kembar.
“Aduh, kalau kalian berdiri berjejer seperti ini, aku
takkan bisa membedakan yang mana Lizzy dan yang mana Lizza.” Ujar Tae Hee
tiba-tiba yang membuat semua orang tertawa.
“Selamat ulang tahun sobat. Semoga panjang umur.” Giliran
Shin Gin Rae maju dan memeluk sahabatnya lembut.
“Gomawo Gin Rae-ah.” Jawab Rae Na lagi.
“Happy Birthday Miss Lee...” goda Jae Ha sambil melirik
nakal Lee Kyu Jong, seraya menyalami Kim Rae Na.
“Yeah right, Happy Birthday Nyonya Lee hehehe...Semoga
kalian segera menikah dan punya banyak anak.” Goda Hwang Tae Hee iseng yang
spontan membuat Rae Na tersipu malu.
“Punya banyak anak apanya?” ujarnya pelan walau dalam
hatinya dia berharap.
“Hei, Tuan Lee. Mana ucapan selamat dan kadomu? Jangan
bilang sudah kau berikan lebih dulu.” Lagi, Hwang Tae Hee menggoda mereka.
“Dia sudah memberikannya lebih dulu, bahkan dia
memberikan bonusnya juga.” Jawab Yoon Jae Ha menggoda mereka.
“HYUNG!” Lee Kyu Jong berseru dengan wajah memerah. Semua
orang yang mengerti maksudnya langsung tertawa terbahak-bahak.
“Ayo sana! Tidak usah sok malu-malu kucing di depan kami.”
Yoon Jae Ha mendorong Kyu Jong kearah Rae Na yang terlihat malu-malu.
“Eeehhmmm...Happy Birthday, Chagiya. I Love You.” Bisiknya
seraya memeluk Rae Na di depan teman-temannya.
“Ohhh..So sweet.” Lizzy berseru menggoda.
“Cium...cium...cium...” Lizza berseru mengompori kedua
sejoli yang dimabuk kepayang itu. Seruan yang disambut meriah teman mereka yang
lain.
Akhirnya karena terus disoraki, Lee Kyu Jong perlahan
menarik wajah Kim Rae Na dan menatapnya mesra.
“Mereka yang menyuruhku.” Ujarnya lalu sedetik kemudian
mencium bibir gadis itu lembut.
“Kim Rae Na, will you marry me?’ ujarnya disela-sela
ciuman panas mereka. Rae Na tersenyum dan mengangguk malu-malu.
“Yes, I will. You Know what, Oppa? Kurasa ini adalah hari
ulang tahun paling berkesan dalam hidupku.” Jawab Rae Na sambil tersenyum malu
yang diiringi tepuk tangan semua orang.
Dibalik jendela, sesosok bayangan putih menatap dalam
diam, dia tersenyum lega dan bahagia melihat apa yang terjadi di dalam sana.
“Selamat tinggal semuanya. Dan terima kasih...” ujar
sosok putih itu sebelum terbang menghilang.
Lizza tak sengaja menangkap sekilas sosok putih itu dan
berseru tertahan. “Kakak, aku melihat Kak Lily disana.” Bisiknya pada Lizzy.
“Apa?” Lizzy terkejut mendengarnya, lalu spontan
mengikuti arah pandangan Lizza tapi tak ada apapun disana.
“Dia sudah pergi.” Ujar Lizza sedih.
“Hanya tinggal kita berdua.” Jawab Lizzy tak kalah sedih.
“Berjanjilah padaku jangan pernah tinggalkan aku sendiri.
Kita datang ke dunia ini bersama, pergi pun juga harus bersama.” Pinta Lizza
pada kakaknya.
“Aku berjanji.” Jawab Lizzy sambil tersenyum sayang pada
adiknya.
“Kurasa setelah ini mungkin aku tak mau memandang cermin.”
Bisik Lizza sebelum berjalan menghampiri meja dimana makanan dan minuman diletakkan.
“Ayo kita bersulang! Untuk ulang tahun Kim Rae Na juga
untuk masa depan yang lebih cerah. No More Tragedy. Bersulang!” ajak Lizza
seraya mengangkat gelas wiskinya.
“Bersulang!” yang lain pun sepakat mengikuti. Mereka
semua tertawa dengan gembira, tanpa seorangpun menyadari setangkai Lily putih
tergeletak di kaki meja. Lily putih yang melambangkan kematian.
TAMAT !!!