Kamis, 25 September 2025

Sinopsis & Review: The Legend Of The White Snake 2019 (新白娘子传奇)

Masih dalam suasana mengenang kematian tragis seorang aktor multitalenta berwajah rupawan, Alan Yu Meng Long. Kali ini kita akan membahas tentang salah satu dramanya yang cukup berkesan di hati, drama legendaris yang sudah diremake berulang kali namun tetap tak ada yang mampu menandingi sentuhan magis versi originalnya, well, setidaknya sebelum versi yang satu ini muncul ke layar kaca.

Warning:
Mengandung Spoiler. 
Bagi yang tidak menyukai spoiler tidak perlu dibaca. Tutup saja blognya.


Bagiku, selain versi originalnya yaitu versi 1992, versi 2019 inilah yang paling sempurna. Selain karena dibintangi sejumlah aktor dan aktris berwajah rupawan, alur cerita yang lebih rapi dan berjalan cepat, lalu kostum yang cantik dan memanjakan mata, hairdo yang juga pas di wajah para pemeran wanitanya, kemudian didukung dengan spesial efek yang canggih serta setting yang indah dan memanjakan mata, lalu original soundtracknya pun sama persis dengan OST versi 1992, tentulah menjadi alasan kenapa versi 2019 ini termasuk dalam versi favorit dan terbaik sepanjang masa bagiku. Ah, tak lupa juga, pemeran utama pria versi ini dibintangi oleh pria tulen loh, bukan lagi seorang wanita yang berperan sebagai pria seperti versi 1992.

White Snake Legend 1992.

The Legend Of The White Snake 2019.

Tahu dong serial apa yang sedang kubicarakan ini? Yup, aku sedang membicarakan tentang kisah "Siluman Ular Putih" alias "The Legend Of The White Snake" atau nama lainnya "White Snake Legend".




Dedicated For: Allan Yu Meng Long (15 Juni 1988 – 11 September 2025)

"The Legend Of White Snake 2019" ini drama kedua milik Alan Yu Meng Long yang kutonton setelah "Go Princess Go" yang nggak banget bagiku. Kostumnya aneh banget, seperti kostum karnaval, alur ceritanya aneh, endingnya lebih aneh lagi. Jujurly aku bingung kenapa Alan Yu mau menerima (maa) karya sampah seperti ini. Yang kostumnya normal cuma Alan Yu doang, yang saat itu berperan sebagai Pangeran Kesembilan, sementara yang lain benar-benar seperti mau karnaval.


Kalau bukan karena konon kabarnya drama ini adalah versi original dari "Mr Queen", gak bakal deh aku tonton. Lebih bagus, lebih lucu dan lebih jelas alur serta endingnya "Mr Queen" ke mana-mana. Untungnya sekuel drama ini yaitu "The Princess and The Werewolf" yang dibintangi Chen Zhe Yuan dan Wu Xuan Yi jauh lebih baik dari "Go Princess Go".

Baik dari segi kostum yang gak kayak kostum karnaval, sebaliknya Chen Zhe Yuan terlihat sangat tampan, alur cerita serta endingnya pun jelas. Alan Yu kayaknya salah ambil proyek waktu itu. Gak jelas blas soalnya tuh drama. Walaupun ada yang mengatakan kalau Alan Yu dikenal publik karena drama gak jelas ini. Mungkin karena saking gak jelasnya jadi banyak yang membicarakan kale ya? Ya kan "bad publication is also publication", alias "mau dihujat atau dipuji, yang penting jadi bahan pembicaraan publik".


Untunglah akhirnya ada karya lain milik Alan Yu Meng Long yang sesuai ekspektasiku yaitu "The Legend Of The White Snake 2019" yang dibintanginya bersama Ju Jingyi (sebagai Pai Shu Chen, sang Siluman Ular Putih) dan Xiao Yan (sebagai Xiao Qing, sang siluman Ular Hijau). Sementara Alan Yu Meng Long sendiri berperan sebagai Xu Xian (Xu Han Wen).


Pertama kali menonton serial ini adalah pada tahun 2020, ketika pandemi Covid-19 menyerang dunia, saat semua aktivitas termasuk perkantoran dan sekolah diliburkan untuk menekan angka penyebaran. Saat itulah aku menonton serial ini untuk mengisi waktu luang. Harus diakui bahwa selain versi "White Snake Legend 1992" yang begitu sangat melegenda dan terkenang sepanjang masa, versi 2019 ini adalah versi terbaik kedua.


Alan Yu Meng Long as Xu Xian (Xu Han Wen).

Tak hanya karena Xu Xian diperankan oleh pria tulen, yaitu Alan Yu Meng Long dan bukan lagi diperankan oleh seorang wanita yang berakting sebagai pria, yaitu Cecillia Yip, namun juga karena pemeran Siluman Ular Putih, Pai Su Chen (yang diperankan oleh Ju Jing Yi) sangat cantik, anggun dan kalem sesuai dengan penggambarannya.

Ju Jing Yi as Pai Shu Chen, siluman ular putih yang sangat cantik.

Karakter Xiao Ching, sang Siluman Ular Hijau (yang diperankan oleh Xiao Yan) pun sangat cantik, cerdik dan licik, dan tentunya juga nakal. Aktingnya yang natural membuatku bahkan lebih menyukai Xiao Qing daripada Pai Shu Chen-nya.


Xiao Yan as Xiao Qing, siluman ular hijau yang tak hanya cantik, tapi juga cerdik, licik dan nakal.

Sinopsis dan Review.
Judul: The Legend Of The White Snake 2019 (新白娘子传奇)
Genre: Mitologi, Fantasi, Romantis.
Ditulis oleh: An Yimo
Sutradara: Zhi Lei
Pemeran:
* Ju Jingyi as Pai Shu Chen (Siluman Ular Putih).
* Yu Meng Long as Xu Xian (Xu Han Wen).
* Xiao Yan as Xiao Qing (Siluman Ular Hijau).
Lagu tema pembuka: Qian Nian Deng Yi Hui (千年等一回) oleh Ju Jing Yi.
Lagu tema penutup: Du Qing (渡情) oleh Ju Jing Yi.
Negara asal: China.
Bahasa asli: Mandarin.
Jmlh episode:  36
Produksi: iQiyi, Chinese All Digital
Produser: Dai Yu
Lokasi produksi: China.
Rilis: IQIYI, 03 April 2019.


Karakter (Pengenalan Tokoh):
1. Ju Jing Yi (鞠婧祎) sebagai Pai Shu Chen (白素贞).
Siluman ular putih berusia 1000 tahun yang berkultivasi (bertapa) bersama Jing Song, siluman tikus (yang menurut pengakuannya, dia adalah tikus di bawah dudukan sang Budha) di Gunung Emei sebelum pindah ke Lin An. Pai Shu Chen terkenal karena kecantikan, kecerdasan, dan sifat lurusnya. Dia jatuh cinta dengan Xu Xian (Xu Han Wen) dan membuka balai pengobatan Baohe bersamanya. Dia berteman dekat dengan Xiao Qing.


2. Yu Meng Long (于朦胧) sebagai Xu Xian (Xu Han Wen/许仙).
Seorang tabib yang baik hati dan cerdas yang berasal dari keluarga kaya. Karena kematian mendadak orang tuanya, Xu Xian dibesarkan oleh kakak perempuannya, Xu Jiao Rong. Xu Xian awalnya bekerja di balai pengobatan Jin Shi (milik ayah Jin Ru Yi) sebelum akhirnya dia membuka balai pengobatan Baohe bersama istrinya, Pai Shu Chen.


3. Xiao Yan (肖燕) sebagai Xiao Qing (小青).
Siluman ular hijau berusia 500 tahun yang merupakan putri dari siluman ular hijau, Yu Fu Rong dan Raja Naga Laut Timur (Ao Guang), hingga membuatnya menjadi setengah dewa. Ibunya pergi entah ke mana demi menghindari kejaran dari pasukan khayangan yang tidak mengijinkan cinta antara Siluman ular dengan seorang Dewa. Xiao Qing tidak mengetahui statusnya sebagai siluman setengah dewa sampai akhir episode di mana dia akhirnya berdamai dengan ayahnya. Di akhir episode juga diperlihatkan Xiao Qing akhirnya menjadi Dewi Naga Hijau dan bukan lagi siluman ular hijau setelah bertapa selama delapan belas tahun lamanya dalam usahanya membebaskan Pai Shu Chen dari dalam Pagoda Lei Feng.


Oh ya, Xiao Qing memiliki empat orang bawahan yang semuanya adalah Siluman Air, ternyata mereka adalah orang-orang ayahnya yang memang diutus oleh sang ayah (Raja Naga Laut Timur) untuk menjaga dan melindungi putri kecilnya yang nakal.

4. Pei Zi Tian (裴子添) sebagai Biksu Fa Hai (法海).
Seorang biksu Buddha dari Kuil Jin Shan. Obsesinya untuk melenyapkan Siluman justru membuatnya memperkuat Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon). Awalnya dia berkali-kali berusaha membunuh Pai Shu Chen dan Xiao Qing, namun setelah melihat bahwa kedua siluman ular tersebut tak pernah melakukan hal yang jahat, sebaliknya selalu membantu manusia dan membantunya menangkap siluman jahat, akhirnya Fa Hai pun berkali-kali melepaskan kedua siluman ular tersebut.


5. Yu Lang (虞朗) sebagai Jin Ru Yi (金如意).
Bukan siluman, justru seorang manusia biasalah yang bahkan jauh lebih jahat dari siluman. Jin Ru Yi adalah contoh nyata bahwa tidak semua manusia itu baik dan tidak semua siluman itu jahat. Jin Ru Yi adalah putri pemilik balai pengobatan Jin Shi yang jatuh cinta pada Xu Xian, yang dia panggil sebagai Kakak Han Wen.


Wang Dao Ling, siluman katak, mengklaim Jin Ru Yi sebagai reinkarnasi dari cinta sebelumnya. Kebencian dan kecemburuan Ru Yi terhadap Pai Shu Chen membuat Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) tinggal di dalam dirinya dan mulai memanipulasinya untuk melakukan kejahatan. Namun di akhir episode, Ru Yi menyadari dosa-dosa yang telah diperbuatnya akibat ditipu oleh Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon), Ru Yi pun bunuh diri karena dia merasa tidak mampu mengalahkan siluman jahat itu dan hanya itulah satu-satunya cara agar dia tidak lagi dimanfaatkan oleh siluman jahat itu.

Sinopsis:

Trailer "The Legend Of The White Snake 2019".
  
            

"The Legend of The White Snake 2019" alias "Siluman Ular Putih" merupakan salah satu adaptasi terbaru dari cerita rakyat klasik (legenda) yang mengisahkan percintaan antara siluman ular dan manusia. Sebenarnya kisah ini sudah diadaptasi berulang kali, namun yang paling meninggalkan kesan mendalam hanya versi "White Snake Legend 1992" yang dibintangi oleh Angie Tsiu dan Cecillia Yip. Namun bagiku, versi 2019 ini adalah versi yang paling sempurna, bahkan lebih bagus dari versi 1992.


Berdasarkan legenda rakyat dengan nama yang sama, serial ini berlatarkan Dinasti Song Selatan dan berfokus pada kisah cinta romantis antara Xu Xian (mendiang Alan Yu Meng Long), yang adalah seorang tabib yang bertempat tinggal di kota Lin An, dan Pai Su Chen (Ju Jing Yi), seekor siluman ular putih berusia 1000 tahun yang menjelma menjadi seorang wanita cantik. 


Pai Shu Chen, siluman ular putih berusia 1000 tahun yang sebelumnya bertapa di Gunung Emei bersama teman sesama silumannya yaitu Jing Song, sang siluman tikus (yang menurut pengakuannya, dia adalah tikus yang ada di bawah dudukan sang Budha), akhirnya berhasil menyelesaikan kultivasinya dengan sempurna dan kini mengambil rupa seorang wanita cantik. Dalam perjalanannya di dunia manusia, dia sampai di kota Lin An dan bertemu dengan Xu Xian (Xu Han Wen), seorang tabib muda dan tampan yang bertempat tinggal di kota di Lin An.


Xu Xian merupakan tabib yang tak hanya tampan, namun juga baik hati dan pintar, yang berasal dari keluarga yang cukup kaya dan terpandang. Xu Xian dibesarkan oleh sang kakak perempuan karena orangtua mereka telah meninggal dunia.


Pertemuan mereka diawali dengan kesalahpahaman dan sejumlah pertengkaran. Berbeda dengan versi 1992 yang dikisahkan bahwa Pai Shu Chen sengaja mencari reinkarnasi Xu Xian karena 1000 tahun yang lalu, seorang anak laki-laki pernah menyelamatkan seekor ular putih kecil yaitu Pai Shu Chen dan sejak saat itu ular putih kecil tersebut merasa berhutang budi dan bertapa 1000 tahun demi mencari reinkarnasi anak laki-laki tersebut untuk membalas budi dengan cara menikah dengannya. Dan reinkarnasi anak laki-laki tersebut adalah Xu Xian.

Kalau versi 2019 ini sangat berbeda. Pertemuan Pai Shu Chen dan Xu Xian terjadi saat Pai Shu Chen melihat Xu Xian membuka praktek pengobatan di tengah jalan dalam upayanya mengumpulkan banyak uang agar bisa membeli obat-obatan mahal untuk menyelamatkan Nyonya Yu (ibu Chang Sheng), namun tiba-tiba muncul Jin Ru Yi yang menyamar sebagai pria berkumis dan bersikap seolah-olah dia ingin menjatuhkan Xu Xian dengan kemampuan pengobatannya yang salah, namun Xu Xian membuktikan bahwa metode pengobatan yang dikatakan oleh Ru Yi tersebut tidaklah benar. Akhirnya publik pun semakin kagum pada Xu Xian dan berbondong-bondong datang berobat. Padahal walau tidak dibantu oleh Ru Yi pun, ilmu pengobatan Xu Xian sudah cukup hebat.


Pai Shu Chen yang tidak sengaja melihat pria berkumis tersebut dan Xu Xian ternyata saling mengenal dan bahkan melihat Ru Yi membuka penyamarannya, mengira bahwa Xu Xian adalah tabib palsu yang ingin menipu orang.

Setelah kesalahpahaman tersebut, saat berjalan pergi dari rumah Xu Xian, Pai Shu Chen merasakan aura siluman jahat yang sangat kuat. Dia pun mengikuti ke mana arah aura siluman jahat tersebut menghilang, hingga akhirnya dia bertemu seorang anak laki-laki berusia 10 tahun bernama Chang Sheng.

Pai Shu Chen melihat aura siluman jahat itu hampir saja mencelakai Chang Sheng, untung saja ada Pai Shu Chen yang mengawal Chang Sheng dengan selamat sampai di rumah dan mengusir siluman jahat itu. Di rumah, Chang Sheng menceritakan tentang kondisi ibunya yang sakit parah. Pai Shu Chen pun mencari tahu apa yang menyebabkan ibu Chang Sheng menjadi seperti itu, dan akhirnya diapun tahu bahwa penyakit ibu Chang Sheng disebabkan oleh racun siluman ular. Pai Shu Chen pun akhirnya berjanji akan menyelamatkan Ibu Chang Sheng.


Sepulang dari rumah Chang Sheng, Pai Shu Chen kembali menjumpai aura siluman jahat itu, dia berniat mengejar namun ironis, Biksu Fa Hai pun ikut mengejar. Salah paham dan mengira aura siluman jahat itu berasal dari Pai Shu Chen, Biksu Fa Hai pun mengejar Pai Shu Chen yang malang.

Tanpa dia ketahui, Pai Shu Chen kembali ke Balai Jin Shi dan masuk ke kamar Xu Xian dengan maksud untuk bersembunyi, dia mengubah wujudnya menjadi seekor ular putih kecil dengan harapan bisa bersembunyi dengan lebih mudah. Tanpa dia ketahui, Jin Ru Yi pun masuk ke dalam kamar Xu Xian dan bersembunyi dibalik selimut Xu Xian seraya membuka baju luarnya, dengan harapan bisa menjebak Xu Xian dengan tuduhan melecehkannya lalu kemudian mereka akan dinikahkan.


Tapi rencananya gagal saat Biksu Fa Hai yang saat itu sedang mengejar Pai Shu Chen menerobos masuk ke dalam kamar dan mengira Jin Ru Yi adalah siluman yang dikejarnya. Bersamaan dengan itu, Xu Xian dan pelayan Ru Yi pun tiba di sana dan memergoki Fa Hai telah menarik selimut yang menutupi tubuh Ru Yi. Xu Xian pun akhirnya mengusir Fa Hai dan Pai Shu Chen pun terselamatkan.

Setelah Biksu Fa Hai pergi, ayah Ru Yi yang juga merupakan bos di balai pengobatan tempat Xu Xian bekerja datang untuk melihat apa yang terjadi. Setelah menceritakan apa yang terjadi, Ru Yi berteriak ketakutan ketika dia tidak sengaja melihat seekor ular putih yang mengendap-endap ingin keluar. Xu Xian pun disuruh untuk membunuh ular tersebut tapi ternyata Xu Xian hanya melemparinya dengan belerang untuk membuat ular tersebut pingsan. Bos Xu Xian menyuruh Xu Xian untuk membunuh ular putih tersebut untuk diambil empedunya sebagai obat, tapi lagi-lagi Xu Xian melanggar perintah tersebut.


Alih-alih membunuh ular putih tersebut, dia justru melepaskan ular putih tersebut di sebuah sungai. Ular putih yang merupakan jelmaan Pai Shu Chen tersebut merasa tersentuh dan akhirnya dia menyadari bahwa Xu Xian tidak sejahat yang dia kira. Kemudian mereka bertemu lagi di rumah Nyonya Yu. Karena sama-sama ingin menyelamatkan Nyonya Yu (ibu Chang Sheng), mereka pun membuat taruhan siapa yang bisa menyembuhkan Nyonya Yu adalah pemenangnya dan pihak yang kalah harus mengabulkan permintaan dari sang pemenang.

Pai Shu Chen pun akhirnya bertanya pada Chang Sheng ke mana saja ibunya pergi sebelum jatuh sakit, dari sanalah akhirnya dia mendapat jawaban bahwa ibunya pergi ke Kuil Dewi Nuwa yang ada di Bukit Shili. Pai Shu Chen pun segera menuju ke sana dan di sanalah dia pertama kali bertemu dengan Xiao Qing, siluman ular hijau yang nakal, cerdik dan licik.


Dalam versi ini, Xiao Qing belum memilih jenis kelamin. Awalnya dia ingin menjadi seorang pria karena dia telah berjanji akan menjadi seorang pria agar bisa melindungi sang Ibu. Tapi untuk mengambil rupa seorang pria, Xiao Qing harus bertapa lagi selama sekitar delapan atau sepuluh tahun. Sementara ilmunya sekarang, hanya cukup untuk membuatnya mengambil rupa seorang wanita. Jadinya Xiao Qing memakai pakaian pria tapi dengan tubuh wanita, jadi terkesan seperti seorang gadis yang menyamar sebagai pria.

Sepasang siluman ular tersebut pun saling bertarung walau bisa diduga bahwa kemenangan ada di pihak Pai Shu Chen yang sudah bertapa 1000 tahun. Xiao Qing pun akhirnya menceritakan bahwa dia tidak bermaksud meracuni Nyonya Yu (Ibu Chang Sheng), karena wanita itu sendirilah yang mencuri makanan persembahan milik Dewa termasuk buah apel yang telah digigit oleh Xiao Qing hingga terkena racun ularnya. Xiao Qing yang baik hati, walaupun nakal itu pun memberikan obat penawarnya.


Setelah memberikan obat penawar tersebut, ibu Chang Sheng seketika menjadi sehat kembali. Xu Xian dan Pai Shu Chen pun resmi berteman. 
Apalagi setelah dia mengetahui bahwa Xu Xian sebenarnya tak pernah menipu orang, dia tak pernah menyuruh Ru Yi menyamar dan melakukan sandiwara palsu untuk mengangkat namanya karena dia memang benar-benar mengerti tentang pengobatan. Xu Xian pun menceritakan bahwa dia membuka praktek pengobatan di tengah jalan agar mendapatkan tambahan uang untuk membeli obat-obatan mahal demi menyelamatkan Nyonya Yu (Ibu Chang Sheng).


Untuk sementara semuanya tampak terkendali, namun tiba-tiba saja siluman jahat berusia 3000 tahun membuat kekacauan di kota Lin An dengan menculik anak-anak pada saat hari Festival. Siluman jahat tersebut ternyata adalah Siluman Lipan berusia 3000 tahun yang sebenarnya tengah mencari reinkarnasi putrinya, itu sebabnya dia menculik semua anak-anak tunggal dari setiap keluarga di kota Lin An untuk mencari reinkarnasi putrinya.

Jika anak-anak tersebut bukan anak yang dicarinya, dia akan membunuh dan memakan anak-anak malang tersebut untuk memperkuat ilmu sihirnya. Siluman Lipan ini dibantu oleh Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) yang merasuk ke dalam tubuhnya dan selalu memanipulasi Siluman Lipan agar selalu berbuat jahat. Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) ini tidak memiliki wujud manusia, dia hanya berupa kepulan asap hitam namun memiliki suara seorang laki-laki dewasa. Itu sebabnya dia hanya bisa hidup dengan menumpang pada tubuh Siluman Lipan sebagai inangnya, udah kayak parasit gitu deh.

Siluman Lipan 3000 tahun.

Di sisi lain, saat terjadi keributan di kota Lin An karena ulah siluman lipan, Pai Shu Chen pun akhirnya resmi berteman dengan Xiao Qing karena Xiao Qing rela terluka demi melindungi Pai Shu Chen dari serangan tongkat sakti milik Biksu Fa Hai saat Pai Shu Chen sedang sibuk menurunkan hujan untuk memadamkan api yang membakar sebuah gedung di kota Lin An di mana Xu Xian terperangkap di dalam sana karena menyelamatkan para penduduk kota. Xiao Qing yang tersentuh dengan kebaikan Pai Shu Chen memutuskan untuk mengikuti Pai Shu Chen ke mana pun juga.


Karena Xiao Qing kecil telah ditinggalkan oleh ibunya, sementara dia tidak tahu siapa ayahnya, itu sebabnya Xiao Qing sangat menyayangi Pai Shu Chen dan menganggap Pai Shu Chen sebagai kakak perempuannya dan ingin mengikutinya ke mana saja.

Namun hal itu menjadi penghalang bila Xiao Qing masih dalam wujud seorang pria yang belum sempurna (dia memakai pakaian pria namun tak ada otot kekar, tak ada suara maskulin, tak punya jakun ataupun alat kelamin pria, maklum dia harus bertapa lagi selama delapan atau sepuluh tahun untuk mendapatkan wujud pria sepenuhnya) dan tidak etis bila sepasang pria dan wanita ke mana-mana bersama.


Akhirnya Xiao Qing pun memutuskan untuk menjadi seorang wanita. Dalam sekejap, Xiao Qing menjelma menjadi seorang gadis muda yang cantik. Tak hanya cantik, namun juga cerdik, lincah dan licik. Xiao Qing-lah yang selalu membantu Pai Shu Chen berbohong pada Xu Xian untuk menutupi identitas mereka yang sesungguhnya.

Dalam versi ini, Xiao Qing diceritakan sebagai siluman setengah Dewa karena dia adalah anak dari seekor siluman ular hijau, bernama Yu Fu Rong dengan Raja Naga Laut Timur. Ibunya menghilang entah ke mana untuk menghindari kejaran dari pasukan kahyangan yang ingin menghukumnya karena dianggap melanggar peraturan kahyangan, lalu untuk melindungi anaknya, Xiao Qing kecil disembunyikan di dalam hutan. Tapi Xiao Qing pun tidak mengetahui fakta ini hingga menjelang akhir episode drama.

Xiao Qing dan ibunya. Ibu Xiao Qing adalah pemeran Xiao Qing 1992. Wajah mereka sekilas memang mirip.

Namun selama ini, Xiao Qing tidak sendirian, dia selalu memiliki banyak siluman kecil di sampingnya yang menjadi bawahannya. Kelak diketahui jika para bawahan Xiao Qing tersebut ternyata adalah orang-orang suruhan sang ayah yang diutus untuk melindungi dan menjaga putri kecilnya, Xiao Qing.

Dalam usaha menangkap Siluman Lipan, Chang Sheng meninggal karena dibunuh oleh siluman lipan yang ternyata adalah ibu kandungnya sendiri 3000 tahun yang lalu. Siluman lipan yang mengetahui jika anak laki-laki yang baru saja dibunuhnya itu adalah reinkarnasi dari putrinya di kehidupan sebelumnya, menjadi sangat shock hingga nekat mengejar hingga ke pintu gerbang reinkarnasi untuk menyelamatkan jiwa putri kecilnya.

Pai Shu Chen dan Jing Song pun mengejar masuk ke sana. Mereka terlibat pertarungan sengit, karena ternyata Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) menginginkan pil siluman ular putih agar dia mendapatkan kekuatan untuk mengubah wujud menjadi manusia. Sekarang kan dia hanya gumpalan asap hitam wujudnya.

Jing Song, siluman tikus yang berada di bawah dudukan Sang Budha.

Untung saja Biksu Fa Hai dan Xiao Qing datang tepat pada waktunya untuk menyelamatkan Pai Shu Chen dan Jing Song. Siluman Lipan yang sudah putus asa karena kehilangan anaknya, bertekad untuk melepaskan diri dari jeratan Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon). Akhirnya Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) pun keluar dari tubuh Siluman Lipan itu. 


Sementara itu, Biksu Fa Hai dan Xiao Qing bahu membahu untuk memusnahkan Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) tersebut, sementara Pai Shu Chen dan Jing Song membantu Siluman Lipan untuk menyelamatkan jiwa Chang Sheng agar tidak hancur. 
Siluman Lipan yang sudah mengerahkan semua kekuatannya untuk melindungi jiwa anaknya agar tidak pecah dan hancur pun, akhirnya meninggal dan tubuhnya hancur berkeping-keping. Sementara Pai Shu Chen hampir saja terseret masuk ke pusaran reinkarnasi, untung saja ada Jing Song yang menahan kakinya.

Saat itu, Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) berhasil kabur dari sana. Xiao Qing yang melihat kakaknya dalam bahaya, segera datang untuk menolong. Dia menahan kaki Jing Song yang juga hampir terseret masuk, sementara ekor ularnya melilit sebuah tiang.


Saat Xiao Qing pun hampir gagal dan ekornya yang melilit tiang hampir terlepas, tongkat Biksu Fa Hai segera datang menolong Xiao Qing hingga ekor Xiao Qing melilit tongkat itu. Akhirnya dengan bantuan Biksu Fa Hai, ketiga siluman itupun selamat dan tak terseret masuk ke pintu gerbang reinkarnasi.

Bertepatan dengan itu, Xu Xian dan kakak iparnya yang seorang kepala polisi Lin An berhasil menemukan pintu rahasia dan membebaskan anak-anak yang diculik tersebut dan untuk sementara kota Lin An berada dalam damai. Jiwa Chang Sheng pun kembali ke rumah terakhirnya di mana dia hidup sebagai Chang Sheng dan masuk ke dalam rahim sang ibu (Nyonya Yu) yang hampir saja gantung diri namun digagalkan oleh Xu Xian dan Tuan Yu.

Pai Shu Chen yang tiba di sana bersama Xiao Qing pun memberitahui suami istri Yu bahwa Nyonya Yu sedang mengandung dan tidak boleh terlalu lelah. Akhirnya Chang Sheng pun dapat terlahir kembali dari rahim ibu yang sangat dicintainya dan juga menyayanginya.


Kisah teror Siluman Lipan 3000 tahun di kota Lin An pun berakhir. Tapi tentu saja masih banyak siluman-siluman lain yang berada di kota tersebut dan menunggu untuk dibasmi. Kisah cinta Pai Shu Chen dan Xu Xian pun baru dimulai dan harus mengalami berbagai macam rintangan bertubi-tubi.

Tak hanya dari para siluman jahat, namun juga karena ditentang keras oleh Jin Ru Yi (Yu Lang), putri dari bos Xu Xian yang jatuh cinta pada Xu Xian. Sebelum membuka toko obat sendiri bersama sang istri - Pai Shu Chen, Xu Xian pernah bekerja di toko obat milik ayah Ru Yi.


Ru Yi begitu terobsesi dengan Xu Xian, hingga membuatnya menjadi dendam kepada Pai Shu Chen yang menurutnya telah merebut Xu Xian darinya. Ru Yi melakukan segala cara termasuk membiarkan dirinya dirasuki dan dimanfaatkan oleh siluman jahat yaitu Mind Demon (Siluman Pengendali Pikiran) untuk mencelakai Pai Shu Chen berkali-kali, walaupun selalu gagal.

Namun di akhir episode, Ru Yi yang menyadari bahwa dirinya telah dimanfaatkan oleh Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) untuk melakukan banyak kejahatan pun menyesali perbuatannya dan dia memutuskan untuk bunuh diri agar Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) tak lagi bisa memanfaatkan tubuh dan pikirannya untuk berbuat kejahatan.


Rintangan juga datang dari Biksu Fa Hai, biksu Buddha, yang juga menentang hubungan Pai Su Chen dan Xu Xian karena menganggap kisah cinta antara manusia dan siluman telah melanggar kodrat alam semesta. Dan karena dia menganggap bahwa semua siluman itu jahat dan sudah selayaknya dibasmi. 

Bagi dunia Fa Hai, hanya ada hitam dan putih, tak ada area abu-abu. Dalam alam pikirannya yang naif, Fa Hai berpikir bahwa siluman sudah pasti jahat dan manusia sudah pasti baik.


(Fa Hai gak tahu aja kalau di Indonesia ada gudangnya para siluman jahat, yaitu gedung DPR. Siapa bilang semua manusia itu baik? Manusia yang jahatnya kayak setan aja loh ada, tuh pria yang memutilasi pacarnya menjadi 556 bagian kecil. Lalu orang yang mendorong Alan Yu sampai meninggal dengan tragis. Itu bukti nyata kalau gak semua manusia itu baik, Fa Hai! Dalam serial ini, Jin Ru Yi adalah contoh nyata bahwa manusia bahkan bisa lebih jahat dari siluman)

Pai Shu Chen dan Xiao Qing tak hanya harus menghadapi berbagai macam siluman jahat yang berusaha mengacau di kota Lin An dan memberantas siluman-siluman jahat tersebut agar kota Lin An kembali damai, namun juga harus menghadapai Biksu Fa Hai yang berkali-kali ingin menangkap mereka.


Namun melihat bagaimana Pai Shu Chen dan Xiao Qing saling bahu membahu untuk melindungi kota Lin An dan semua penduduk di dalamnya, Biksu Fa Hai akhirnya mengakui bahwa Pai Shu Chen dan Xiao Qing bukanlah siluman jahat. 

Tidak semua siluman itu jahat, siluman yang baik juga ada. Dan tidak semua manusia itu baik, manusia yang jahatnya melebihi siluman juga ada, contohnya Jin Ru Yi yang karena obsesinya ingin memiliki Xu Xian membuatnya menjadi jahat.


Bahkan Tongkat Sakti Biksu Fa Hai tidak pernah mau menyerang Xiao Qing, seolah tahu kalau Xiao Qing tidak jahat. Xiao Qing pun malah memeluk tongkat itu sambil tertawa. Emang nakal nih ular hijau satu. Dan selama Tongkat Sakti itu tidak mau bergerak menyerang, Fa Hai pun tidak bisa menyerang lawannya. 


Akhirnya mau tidak mau, Biksu Fa Hai pun tidak memiliki alasan lagi untuk menangkap sepasang siluman ular tersebut dan memutuskan untuk membiarkan mereka, selama mereka tidak berbuat jahat dan tidak merugikan manusia. Biksu Fa Hai dan Xiao Qing di versi ini sudah seperti kakak adik yang saling menyayangi namun sibuk bertengkar.

Xiao Qing bosen dengerin ceramah agama hahaha ^_^

Fa Hai selalu berusaha membuat Xiao Qing yang nakal bertobat dan menyuruhnya bertapa agar menjadi Dewa. Ditangkap pun, hanya untuk diminta bertapa lalu diminta mendengarkan ajaran Budha. Hingga Xiao Qing bosan sendiri dan menutup telinganya dengan tangan karena bosan diceramahi setiap kali dia ditangkap. Namun Fa Hai tidak pernah benar-benar berniat untuk membunuh Xiao Qing maupun Pai Shu Chen.

Tapi karena suatu kesalahpahaman, karena Xu Xian yang tak sengaja mengetahui kalau istrinya merupakan Siluman Ular Putih dan merasa ketakutan memohon perlindungan ke Kuil Chin Shan dan memutuskan untuk menjadi biksu, membuat Pai Shu Chen marah dan salah paham.


Pai Shu Chen mengira bahwa Biksu Fa Hai sengaja menangkap suaminya dan memaksanya untuk menjadi biksu, hanya untuk memisahkan mereka, membuat Pai Shu Chen yang marah besar, berniat melakukan segala cara untuk membebaskan sang suami, termasuk nekat mendatangkan banjir bandang hingga membuat kota Lin An tenggelam dan banyak rakyat tidak berdosa menjadi korban.


Atas dosa-dosanya akhirnya Pai Shu Chen pun dihukum dengan dikurung di dalam Pagoda Lei Feng, sementara Xiao Qing yang tidak ikut-ikutan, dibebaskan. Xiao Qing ingin membantu tapi kekuatannya masih belum cukup, dia hanya membantu melukai para biksu yang mengurung Xu Xian, namun tidak sampai membunuh mereka. 


Demi membebaskan Pai Shu Chen, Xiao Qing akhirnya memilih berbaikan dengan sang Ayah, yaitu Raja Naga Laut Timur. Xiao Qing bertapa selama delapan belas tahun lamanya hingga akhirnya dia menjadi Dewi Naga. Tujuannya hanya satu yaitu membebaskan kakaknya, Pai Shu Chen dari dalam Pagoda Lei Feng. 

Tapi ternyata Xiao Qing tak perlu melakukan itu, karena putra Pai Shu Chen dan Xu Xian, yang bernama Xu Che Lin sudah berhasil membebaskan sang ibu. Langit merasa tersentuh dengan kebaikan hati dan ketulusan hati Xu Che Lin serta kegigihannya dalam membebaskan sang Ibu.


Di akhir cerita, Xiao Qing akhirnya menjadi Dewi Naga dan terbang ke kahyangan, sementara Pai Shu Chen akhirnya dibebaskan dari Pagoda Lei Feng dan berkumpul kembali dengan keluarga kecilnya, lalu hidup dengan bahagia.

Oh ya, di sini juga diceritakan bahwa Xiao Qing juga jatuh cinta pada pria manusia, mereka saling jatuh cinta namun kisah cinta mereka tidak direstui oleh Langit hingga Xiao Qing terpaksa harus melepaskan kekasihnya dan memberikannya ramuan pelupa ingatan agar pria itu melupakan semua kenangan dan cinta mereka. Itu terpaksa dilakukannya agar sang kekasih tidak meninggal karena Xiao Qing terus menyerap aura kehidupan sang kekasih tanpa disadarinya.


Ilmu Xiao Qing masih rendah, jika dia jatuh cinta dan menjalin hubungan cinta dengan manusia, maka tanpa disadarinya dia akan menyerap aura dan jiwa manusia tersebut secara perlahan-lahan hingga akhirnya manusia itupun meninggal dunia. Xiao Qing yang malang, padahal Pai Shu Chen aja happy ending dengan keluarga kecilnya. Poor Xiao Qing >_<

TAMAT.

Review
Saatnya mereview drama ini dari sudut pandangku. Jadi kalau kalian tidak sependapat denganku, ya abaikan saja blog ini dan anggap gak pernah baca. Karena yang namanya review tentu tergantung dari sudut pandang masing-masing orang.


1. Dari segi karakter dan pemerannya.
Perfect sih, ya. Drama ini bertabur serbuk berlian. Semua pemeran dalam serial drama ini rata-rata good looking alias ganteng dan cantik. Ju Jing Yi, sang Siluman Ular Putih sangat cantik, lalu Xiao Yan sebagai Xiao Qing - sang Siluman Ular Hijau pun imut dan cantik, mendiang Alan Yu Meng Long pun sangat ganteng dan pria tulen, bukan pria jadi-jadian lagi kayak Xu Xian versi 1992. Bahkan yang jadi Biksu Fa Hai pun masih muda loh, bukan kakek-kakek tua keriput yang merusak pemandangan seperti di versi 1992.

A. Ju Jing Yi sebagai Pai Shu Chen.
Secara visual, Ju Jing Yi memang cantik. Dia sangat cocok dengan penggambaran Siluman Ular Putih 1000 tahun yang berparas cantik menawan bagai Dewi turun dari kahyangan. Sejujurnya kalau soal kecantikan, Ju Jing Yi yang paling cantik di antara pemeran Siluman Ular Putih lainnya, termasuk Angie Tsiu (versi 1992).


Angie Tsiu saat berperan sebagai Pai Shu Chen wajahnya sudah terlihat seperti wanita berumur 30 tahunan, cantik sih, tapi tetap terlihat tua. Berbeda dengan Ju Jing Yi yang wajahnya terlihat seperti wanita dua puluh tahunan. Kalau Xiao Yan (Xiao Qing) malah terlihat seperti gadis remaja.



Karakternya juga pas kok. Dia kalem, anggun, lemah lembut, baik hati, lugu dan polos namun juga pintar. Tapi saking polosnya, Pai Shu Chen seringkali dikerjain sama Xiao Qing, dibercandain gitu, saking polosnya dan gak ngerti apa-apa. Misal, dia gak ngerti kalau beli baju tuh harus bayar. Kalau bukan karena Xiao Qing yang membantu, Pai Shu Chen pasti kebingungan menjalani kehidupan di dunia manusia.


B. Alan Yu Meng Long sebagai Xu Xian (Xu Han Wen).
Penggambaran karakternya juga pas. Xu Xian di sini sangat pintar, bukan hanya dalam hal pengobatan namun juga dalam menanggapi berbagai masalah yang berhubungan dengan membasmi siluman. Xu Xian selalu memberikan ide-ide brillan walau kebanyakan tanpa disadarinya.


Seperti misalnya, dia mengenali aroma tumbuhan yang disukai oleh lipan, maka dia menarik kesimpulan kalau pelaku penculikan anak-anak tersebut pastilah memelihara lipan, jadi dia memberikan bubuk yang sekiranya dibenci oleh lipan kepada kakak iparnya sebelum menangkap si pelaku. Dan benar saja, begitu polisi muncul dan mengepung kediaman siluman lipan itu, siluman itu melepaskan banyak sekali lipan-lipan ke arah arah para polisi. Nah, itu salah satu contoh kepintaran Xu Xian.


Berbeda dengan versi 1992 yang cenderung tolol dalam menghadapi masalah dan terkesan letoy alias lemes banget, kayak tulang lunak, menye-menye gitu deh. Gak heran sih karena pemerannya adalah wanita tulen jadi tentu gak tahu bagaimana berakting menjadi pria. Xu Xian 1992 cuma pinter pengobatan doang. Kalau yang ini, Xu Xian tak hanya pintar namun juga tegas.


C. Xiao Yan sebagai Xiao Qing.
Karakter Xiao Qing pun paling menarik di sini. Xiao Qing versi ini seperti gadis remaja belasan tahun yang nakal, kepo, banyak ide, lucu, dan gak bisa diem. Dia tak hanya cantik dan imut, namun juga cerdik, lincah dan licik. Mirip-mirip karakternya Huang Rong gitu.


Banyak akal si Xiao Qing ini. Gak ada Xiao Qing gak rame. Xiao Qing selalu bertengkar dengan Jing Song, si siluman tikus. Jing Song ingin mengajak Pai Shu Chen pulang ke gunung Emei, sementara Xiao Qing ingin Pai Shu Chen tetap di Lin An agar bisa menemaninya main.



Sepertinya hanya di versi 2019 ini saja karakter Xiao Qing, sang Siluman Ular Hijau diberi pasangan, walaupun harus berakhir cintanya kandas di tengah jalan dan mereka tidak berjodoh, karena sang pria, yang telah diberikan ramuan pelupa oleh Xiao Qing sendiri, akhirnya melupakan semua kenangan dan cinta mereka lalu menikah dengan wanita lain. Dan Xiao Qing pun datang untuk mengantar sang kekasih menuju ke pelaminan. Nyesek jadi Xiao Qing T__T


Waktu dia jatuh cinta dan berakhir cintanya kandas di tengah jalan, akting patah hati dan nangisnya Xiao Yan bagus banget. Sayangnya agensinya kurang bisa mencarikan dia peran lain. Selain sebagai Xiao Qing, drama Xiao Yan yang lain sepertinya kurang dikenal publik, padahal dia memiliki bakat akting yang luar biasa, mengingat memerankan karakter Xiao Qing bukanlah hal yang mudah, namun dia berhasil membawakannya.



Jujur, walau sudah banyak artis yang memerankan Siluman Ular Hijau, tapi Ular Hijau favoritku justru Xiao Yan. Bahkan Ular Hijau legendaris versi 1992 pun masih kalah kalau dibandingkan dengan aktingnya Xiao Yan, aura nakal, cerdas dan liciknya Xiao Qing benar-benar keluar dalam versi ini. She is my favorite Xiao Qing ever. Good job, Xiao Yan!


D. Pei Zi Tian sebagai Biksu Fa Hai.
Biksu Fa Hai juga terlihat masih muda, gak ada kerutan di wajahnya. Dan dia bisa disebut sebagai Biksu Fa Hai paling tampan setelah Jet Lee. Karakternya juga menarik karena sebenarnya dia gak terlalu jahat. Walau awalnya dia terlalu naif karena menganggap "Siluman pasti jahat dan manusia pasti baik", namun seiring dengan perjalanan waktu, dia sadar kalau penampilan luar bisa menipu.


Gak semua siluman jahat dan gak semua manusia baik. Itulah sebabnya dia selalu melepaskan Pai Shu Chen dan Xiao Qing, bahkan berniat membimbing Xiao Qing agar menjadi pengikut Budha, tapi Xiao Qing-nya gak mau karena dia masih pengen main. Jadi dia gak 100% jahat gitu. Manusiawi karakternya. Beda dengan versi 1992 yang uda terang-terangan jahat dan pengen nangkep mulu walau Pai Shu Chen dan Xiao Qing gak salah. Suka karakter Biksu Fa Hai di sini.


Tak hanya para pemeran utama yang berwajah good looking, namun para pemeran pendukung pun cukup good looking loh, seperti contohnya para Siluman di serial ini. Siluman Lipan dan Siluman Rubah terlihat cukup cantik dan enak dipandang mata, pelayan Jin Ru Yi juga cukup cantik, yang sedikit gak enak dipandang hanyalah Jin Ru Yi. Tapi setidaknya sebagian besar wajah para pemerannya cukup memanjakan mata penonton yang menyaksikannya, termasuk Biksu Fa Hai yang jelas jauh lebih tampan daripada versi 1992 yang bangkotan dan kakek-kakek (foto di bawah).


2. Alur cerita.
Alur cerita berjalan cepat dan tertata rapi. Sat set banget dan gak bertele-tele. Walau ada beberapa perbedaan dalam alur cerita dibandingkan dengan versi 1992 namun aku lebih menyukai versi alur cerita yang ini karena gak cringe gitu vibesnya.


Perbedaan tersebut di antaranya:
A. Tidak ada sosok "Malaikat Hitam Putih".
Kalau di versi 1992 kan sering banget tuh ada adegan Malaikat Hitam Putih (yang lidahnya menjulur panjang sampe ke tanah), di versi ini gak ada. Gak ada adegan Malaikat Hitam Putih yang absurd.

B. Kisahnya beragam namun saling berhubungan.
Selain kisah cintanya Pai Shu Chen dan Xu Xian, lalu kisah cintanya Xiao Qing yang kandas di tengah jalan, lalu adegan Jin Ru Yi mengejar-ngejar Xu Xian walaupun Xu Xian sudah menikah hingga akhirnya dia jadi jahat, lalu Biksu Fa Hai yang berkali-kali ingin menangkap Pai Shu Chen dan Xiao Qing lalu kemudian dilepaskan lagi, di versi ini juga selalu ada adegan di mana Pai Shu Chen dan Xiao Qing bekerja sama menangkap siluman bersama Biksu Fa Hai.


C. Adegan pertemuan pertama Pai Shu Chen dan Xu Xian.
Adegan pertemuan pertama antara Pai Shu Chen dan Xu Xian pun berbeda. Kalau di versi 1992, Pai Shu Chen sengaja mencari reinkarnasi Xu Xian di bumi karena ingin membalas budi padanya yang telah menolongnya 1000 tahun yang lalu ketika Pai Shu Chen masih menjadi seekor ular putih kecil. 

Tapi di versi ini, Pai Shu Chen dan Xu Xian bertemu ketika Xu Xian membuka praktek pengobatan di tengah jalan demi mengumpulkan uang untuk membeli obat-obatan mahal untuk membantu mengobati ibu Chang Sheng. Jadi Pai Shu Chen dan Xu Xian tak pernah saling bertemu sebelumnya dan Pai Shu Chen tidak mencari reinkarnasi Xu Xian. 

D. Kisah hidup Xiao Qing, sang Siluman Ular Hijau.
Di versi 1992, tidak diceritakan tentang kisah hidup Xiao Qing. Xiao Qing versi 1992 hanyalah seekor siluman ular hijau biasa yang kalah bertarung dari Pai Shu Chen lalu kemudian mereka berteman. Tapi di versi 2019, kisah hidup Xiao Qing diceritakan dan bahkan Xiao Qing memiliki kisah cinta sendiri yang berujung tragis.



Xiao Qing versi 2019 adalah seorang Tuan Putri di Laut Timur, satu-satunya anak perempuan dari Raja Naga Laut Timur yang berasal dari hubungan terlarang antara Raja Naga Laut Timur dengan Siluman Ular Hijau bernama Yu Fu Rong. Di ending pun, Xiao Qing 2019 akhirnya terbang ke langit dan menjadi Dewi Naga Hijau dan bukan lagi Siluman Ular Hijau kecil yang nakal. Dia menjadi Dewi seperti sang Ayah.


E. Kisah cinta segitiga antara Pai Shu Chen - Xu Xian - Jin Ru Yi dan Xu Xian - Pai Shu Chen - Jing Song.
Dalam versi 1992, tidak ada kisah cinta segitiga yang rumit yang menyebabkan kekacauan seperti dalam versi 2019. Di versi 1992, baik Pai Shu Chen maupun Xu Xian tidak memiliki Love Rival (Saingan Cinta). Tidak ada orang ketiga, tidak ada pelakor licik dan jahat dengan segala siasat busuknya.


Namun di versi 2019 ini ada Jin Ru Yi, orang ketiga sekaligus pelakor yang selalu menjadi penghalang cinta Pai Shu Chen dan Xu Xian. Juga ada Jing Song, siluman tikus di bawah dudukan sang Budha yang juga jatuh cinta pada Pai Shu Chen dan menganggap Xu Xian sebagai rivalnya.

Jing Song selalu berusaha mempengaruhi Pai Shu Chen agar kembali ke gunung Emei dan bertapa lagi agar bisa menjadi Dewa seperti dirinya kelak. Namun Pai Shu Chen selalu menolak dan memilih hidup di dunia dengan menjadi istri Xu Xian.


Walau tidak seobsesif dan semenyebalkan Jin Ru Yi yang melakukan segala cara bahkan bekerja sama dengan Siluman Pengendali Pikiran (Mind Demon) untuk memisahkan Pai Shu Chen dan Xu Xian, namun Jing Song kadang kala tampak menyebalkan.

Walaupun begitu, harus diakui bahwa Jing Song sangat setia kawan, walaupun cintanya bertepuk sebelah tangan, namun dia selalu ada setiap kali Pai Shu Chen membutuhkan bantuan dan tak pernah meninggalkannya. Jing Song pun yang menjadi teman Xiao Qing saat Pai Shu Chen dikurung dalam Pagoda Lei Feng dan Xiao Qing bertapa di gunung Emei untuk memperkuat ilmunya.


F. Ending mengenai anak Pai Shu Chen dan Xu Xian.
Dalam versi 1992, sebelum menjadi pejabat lalu membebaskan sang Ibu dari dalam Pagoda Lei Feng, diceritakan pula bahwa Xu Che Lin (anak laki-laki Pai Shu Chen dan Xu Xian) bertemu dengan Siluman Kelinci yang mengambil rupa mirip dengan sang ibu dan jatuh cinta pada Siluman Kelinci tersebut. Hal ini tak mengherankan karena Siluman Kelinci itu juga diperankan oleh Angie Tsiu, lalu Xu Che Lin diperankan oleh Cecillia Yip.

Di versi 2019, tidak ada kisah mengenai kisah cinta Xu Che Lin dan Siluman Kelinci. Adegan berakhir setelah Pai Shu Chen akhirnya terbebas dari dalam Pagoda Lei Feng setelah putranya datang sambil berdoa dan berlutut memohon langit membebaskan sang Ibu, lalu diakhiri dengan Xiao Qing yang terbang ke langit menjadi seorang Dewi Naga setelah bertemu dengan kakaknya.

3. Original Soundtrack.
Yang membuat versi 2019 ini menjadi versi adaptasi terbaik bagiku karena serial ini menggunakan soundtrack dari "White Snake Legend 1992". Opening theme songnya tetap menggunakan lagu "Chien Nien Teng Yi Huei (Seribu Tahun Menanti)" dan ending songnya tetap menggunakan lagu "Du Ching (Si Hu Mei Ching)", lalu insert song-nya juga menggunakan soundtrack versi 1992 yang sayangnya aku lupa judulnya apa. Walaupun semua lagu-lagu tersebut diaransemen ulang untuk menyesuaikan dengan vocal Ju Jing Yi, namun setidaknya soundtrack yang sama membuat hati ini berasa bernostalgia.


4. Spesial Efek.
Sudah tentu spesial efek dalam versi ini sangat jauh lebih baik dari versi 1992. Jika di dalam versi 1992, wujud ular dari Pai Shu Chen dan Xiao Qing terlihat sangat kaku seperti ular palsu yang ada dalam sinetron Indonesia, versi 2019 ini ularnya menggunakan efek komputer yang terlihat sangat nyata dan menyatu dengan latarnya, jadi gak terlihat fake gitu loh. Perwujudan lipan dari Siluman Lipan pun terlihat asli dan gak kaku, natural banget kesannya. CGI-nya keren banget.

Adegan sihir-sihiran juga terlihat sangat natural dan terlihat canggih. Adegan mengubah wujud, berganti baju, lalu pertarungan demi pertarungan pun terlihat natural dan nyata. Keren banget spesial efeknya, terlihat seperti drama mahal hingga membuat versi 1992 terlihat begitu kuno dan ketinggalan jaman. Ya walaupun harus dimaklumi mengingat tahun 1992, efek komputer belum terlalu canggih. Oh ya, satu lagi, pencahayaan dalam drama ini sangat terang, dan aku suka efek pencahayaan yang terang daripada gelap-gelapan.

5. Setting.
Setting versi 2019 ini sangat indah dan memanjakan mata. Semuanya terlihat asli dan natural seperti perkampungan jaman dulu. Rumah-rumah para pemeran pun sangat besar dan luas, juga sangat indah karena dipenuhi dengan indahnya bunga-bunga dan hijaunya dedaunan. Balai Jin Shi pun terlihat besar dan indah, lalu rumah Xu Xian dan kakaknya juga sangat besar dan indah. Rumah Pai Shu Chen apalagi. Tak hanya besar dan indah, namun juga ada kolam-kolam ikan serta bunga-bunga yang indah yang semakin menambah indahnya suasana.



Lalu hutan di gunung Emei tempat Pai Shu Chen pertama kali berubah wujud menjadi manusia juga sangat indah dan terlihat majestic, seperti dalam negeri dongeng. Lalu hutan tempat Xiao Qing dikejar oleh Biksu Fa Hai hingga Xiao Qing bersembunyi dibalik rindangnya pepohonan pun terlihat begitu asri.


Sepertinya kru dan artis "The Legend Of The White Snake 2019" ini benar-benar syuting di lokasi nyata dan bukan di dalam studio seperti versi 1992 yang kebanyakan berada di dalam studio hingga menimbulkan kesan palsu di dalamnya. Alam nyata, bukan studio apalagi sebatas Green Screen semata.

6. Kostum dan hairdo.
Secara keseluruhan, aku suka sih gaya rambut dan kostum di serial ini. Kostum dan hairdo (style rambut) para pemerannya bagus. Apalagi style rambutnya Xiao Qing yang dikepang-kepang itu mirip dengan style rambut Xiao Qing versi 1992, style rambut itu memberikan kesan imut dan manis namun nakal dan centil di wajahnya Xiao Yan yang emang imut dan centil. Walau menjelang episode akhir, style rambut Xiao Qing terlihat lebih dewasa, itu wajar saja karena ceritanya juga Xiao Qing uda lebih dewasa. Kostumnya Xiao Qing juga bagus walau semuanya cenderung berwarna hijau, namun diselingi juga warna kuning lembut dan kadang putih.



Pai Shu Chen dan Xiao Qing versi 1992:

Style rambut Pai Shu Chen juga mirip Pai Shu Chen versi 1992, namun yang ini model "rambut pitanya" lebih kecil dan gak segede versi 1992. Dan Ju Jing Yi juga lebih cocok dengan model rambut ini karena terlihat anggun, dewasa dan lembut. Walau warna kostumnya didominasi warna putih, namun kadang juga diselingi warna merah, kuning lembut dan oranye lembut.



Style rambut Xu Xian juga bagus, seperti para pemeran pria Xianxia (wuxia) yang lain, aku suka gaya rambut pria dikuncir tengah dan diurai seperti ini, daripada cuma dicepol kayak Xu Xian 1992. Gak suka gitu liat cowok rambutnya cuma dicepol doang, makanya aku gak pernah suka nonton drakor era Joseon, gak suka model rambut para pemeran pria yang cuma dicepol terus pake topi petani. Kalau drachin kan rambut pemeran prianya masih beragam tuh, gak monoton kayak Korea. Yah tradisinya kayak gitu sih, mau gimana lagi? Itu sebabnya aku memilih tidak menonton drakor era Joseon.


7. Kemunculan para pemeran 1992 yang memberikan kesan nostalgia.
Seperti yang kujelaskan di atas, kalau pemeran ibu Xiao Qing, yaitu Siluman Ular Hijau Yu Fu Rong adalah Xiao Qing versi 1992, Maggie Chen. Walaupun hanya sekilas dalam memori Xiao Qing, namun aku selaku penonton dan penggemar versi 1992 sudah tentu langsung mengenali wajah Maggie Chen, walaupun dia sudah menua dan wajahnya penuh keriput. Dia tetap jadi Siluman Ular Hijau kok, tapi Siluman Ular Hijau tua hehehe ^_^ Ternyata Siluman gak bisa awet muda ya, Ayi? Dan lebih kerennya wajah mereka berdua mirip loh, persis bagaikan sepasang ibu dan anak.


Tak hanya Maggie Chen saja yang muncul sebagai cameo. Cecilia Yip, pemeran Xu Xian versi 2992 juga muncul sebagai cameo dengan memerankan ibu kandung Xu Xian yang telah lama meninggal. Walau hanya muncul dalam memori Xu Xian, namun sekali lihat aku juga sudah mengenali Xu Xian versi 1992 ini. Wah, jadi nostalgia ya, dulu memerankan Xu Xian (Han Wen) sekarang memerankan ibunya Xu Xian (Han Wen). 

This drama bring back my chilhood memories, itu sebabnya versi 2019 ini menjadi versi terfavoritku yang bahkan lebih upgrade dan lebih baik dari versi 1992 sendiri.

------000------

Singkat kata, aku paling suka versi adaptasi 2019 ini dibandingkan versi 1992 yang melegenda. Yah walaupun dari sisi legendarisnya masih dipegang versi 1992, namun itu wajar saja karena versi pertama memang lebih banyak dikenang orang, dibandingkan versi barunya.

Namun bila dinilai dari kualitas dramanya, alur cerita, pemilihan pemeran serta karakter penokohannya, spesial efek, setting lokasi dan soundtrack yang mengiringi sepanjang drama, versi 2019 ini memang unggul dalam segala hal.

Sekian review dariku, "Tak ada gading yang tak retak, tak ada segala sesuatu apa pun di duni ini yang sempurna". Jika ada sesuatu yang kurang berkenan dalam artikel ini maka aku mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Writen by: Liana Hwie.
Credit Pict: As tagged (all photos belongs to owners).

-------000------------

Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS! Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!

Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya, aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia Per-Youtube-an!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads