Akhirnya
kita tiba di adegan di mana Guo Jing dan Huang Rong balikan lagi. Setelah
mengancam akan memenggal kepala Tetua Lu, akhirnya Guo Jing bisa bertemu kembali
dengan “mantan” kekasihnya di atas puncak gunung salju. Mereka berpelukan mesra
dan kangen-kangenan seperti dulu, balikan lagi ceritanya, dan Guo Jing pun
meminta maaf karena telah menyalahpahami sang kekasih. Huang Rong yang baik
hati akhirnya memaafkan Guo Jing. Harusnya tidak segampang itu, Fergusso
>__<
Selain itu juga, di episode kali ini,
Huang Rong akhirnya membantu Guo Jing menaklukkan kota Samarkhan dan menangkap
Wan Yen Hong Lieh. Such a nice girlfriend, ya ^_^ Akhirnya dendam kesumat Guo Jing
terbalaskan. Tapi sayangnya, karena merasa kasihan dengan penduduk kota yang
sudah dia taklukkan, alih-alih meminta hadiah berupa pembatalan pernikahan, Guo
Jing justru meminta hadiah berupa pembebasan penduduk kota yang sudah dia
taklukkan. Tentu saja hal ini membuat Huang Rong kembali salah paham dan
mengira Guo Jing tidak serius ingin benar-benar bersamanya dan lebih suka
menikah dengan Putri Mongol serta menjadi Menantu Pisau Emas. Pisah lagi kan
mereka... Jing Gege, Jing Gege, kadang terlalu baik hati juga nyebelin ya, yang
jadi ceweknya harus ekstra bersabar *puk puk Rong’er* Kalau gak bener-bener
cinta, nih Guo Jing pasti uda ditinggalin Rong’er sejak awal.
Oke deh,
bagi
yang merasa penasaran dengan kelanjutan kisah ini. Mari kita simak potongan adegan
di bawah ini... Buat yang belum nonton, mungkin potongan adegan ini dapat
memberikan sedikit gambaran.
Dan kisahpun berlanjut...
Bo Er
Shu tampak memimpin sekumpulan pasukan Mongol menyerang kota Samarkhan yang
akhirnya gagal total dan diapun gugur dalam perang. Adegannya dipotong lagi
pasti ini makanya jadi gak nyambung sama episode sebelumnya. Episode menuju
ending memang banyak yang dihapuskan.
Guo
Jingpun dipanggil ke markas besar untuk diperlihatkan anak panah yang digunakan
untuk membunuh Bo Er Shu yang ternyata itu adalah anak panah milik Wan Yen Hong
Lieh. Lalu Jenghis Khan menjelaskan bahwa Wan Yen Hong Lieh bersembunyi di
dalam kota Samarkhan. Kemudian Khan Agung berkata bahwa siapa pun yang bisa
menaklukkan kota Samarkhan, apa pun keinginannya akan dikabulkan.
Guo Jing
kembali teringat Rong’er, “Rong’er, kau sebenarnya ada di mana? Betapa bagusnya
jika kau ada di sini. Kau pasti bisa membantuku memikirkan cara mengalahkan
musuh.” Ujar Guo Jing dalam hati. (Oh, jadi loe cuma butuh otaknya Rong’er aja?
*jitak Guo Jing*)
Akhirnya
waktu yang ditetapkan untuk menghukum Tetua Lu Yu Jiao telah tiba. Guo Jing dan
pasukannya telah bersiap di depan tenda.
Awalnya Guo Jing mendapat laporan
bahwa mereka tidak melihat anggota Partai Kaypang di mana-mana, membuat Guo
Jing sempat berpikir mungkinkan Lu Yu Jiao sudah melarikan diri. Tapi untunglah
tak lama kemudian Tetua Lu tiba di sana bersama anggota Partai Pengemis yang
lain.
“Tuan,
tolong ikut aku ke gunung salju. Ada yang ingin kulaporkan.” Seru Tetua Lu.
Guo Jing
spontan tersenyum bahagia mendengarnya. Dan diapun mengikuti anggota Partai
Pengemis ke gunung salju tersebut.
“Tetua
Lu, kau bilang Ketua Huang sedang menungguku di atas?” Tanya Guo Jing dengan
ragu.
“Benar.”
Jawab Tetua Lu membenarkan.
“Gunung
setinggi ini, bagaimana dia bisa naik? Jangan-jangan kau sedang membohongiku
lagi.” Guo Jing masih tampak tak percaya.
“Tuan,
bagaimana mungkin aku berani membohongimu? Silahkan lihat.” Jawab Tetua Lu seraya
memberikan secarik kertas pada Guo Jing yang segera membacanya dan mengenali
tulisan tangan itu memang milik sang pujaan hati.
“Ini
memang tulisan tangan Rong’er.” Jawab Guo Jing dengan gembira.
“Baik.
Tidak peduli setinggi apa pun gunung ini, demi Rong’er, aku akan naik.” Ujar
Guo Jing penuh tekad.
Namun
saat akan naik, Tetua Lu menghentikannya. Ternyata untuk naik ke atas gunung,
mereka memerlukan kaki domba yang ditancapkan ke dinding gunung. Guo Jing pun
naik dengan mendaki kaki domba tersebut.
Setelah
sampai di atas, Guo Jing segera membalikkan tubuhnya saat mendengar suara
langkah kaki seseorang. Ternyata itu adalah suara langkah kaki Rong’er yang
berjalan mendekatinya.
“Rong’er…”
panggil Guo Jing tak percaya. Guo Jing pun tersenyum bahagia saat melihat gadis
yang dicintainya muncul di hadapannya.
“Rong’er…”
panggil Guo Jing sekali lagi seraya berlari ke arah gadis itu dan menariknya ke
dalam pelukannya dan memeluknya erat penuh kerinduan.
“Rong’er.”
Lagi, Guo Jing memanggil nama Huang Rong bagaikan sebuah mantera.
“Jing
Gege…” sahut Rong’er yang membalas pelukan Guo Jing dengan kerinduan yang sama.
“Aku
merindukanmu hingga hampir gila.” Bisik Guo Jing seraya memeluk gadisnya erat.
Uda balikan lagi ceritanya.
“Jika
bukan karena aku khawatir kau merindukan aku, aku tak mau menemuimu.” Ujar
Huang Rong masih marah.
“Rong’er,
kau selalu ada di antara pasukanku, kenapa tidak mau menemuiku?” Tanya Guo Jing
ingin tahu alasannya.
“Kau
masih berani bertanya? Aku diculik si Racun Tua, kau bukannya menolongku tapi
malah pulang ke Mongol dengan gembira untuk menikah dengan Putri Hua Cheng.
Kupikir lebih baik selamanya kau tidak perlu mengetahui keberadaanku.” Jawab
Huang Rong, membuat Guo Jing terdiam dan hanya bisa menundukkan kepalanya
merasa bersalah.
“Aku…”
Guo Jing tidak tahu harus bicara apa karena yang Huang Rong katakan semuanya
benar.
Suasana
mendadak menjadi canggung setiap kali mereka membicarakan Putri Hua Cheng.
Huang Rong yang baik hati, tidak ingin membuat Guo Jing merasa bersalah. Dia
segera mengalihkan pembicaraan.
“Jing
Gege, lihat betapa indahnya di sini. Semuanya dipenuhi salju putih.” Ujar Huang
Rong mengalihkan pembicaraan.
“Rong’er, apa kau masih marah padaku?” Tanya Guo Jing dengan menyesal.
“Setiap
kali teringat sikapmu yang sangat kasar padaku saat di Pulau Persik, katakan,
apa aku tak berhak marah?” Huang Rong balik bertanya.
“Kalau
begitu aku akan berlutut meminta maaf padamu.” Ujar Guo Jing, spontan berlutut
di hadapan Rong’er.
“Sudahlah.
Berdirilah, Jing Gege.” Ujar Huang Rong lembut dan pengertian, menarik Guo Jing
agar berdiri. (Duh, Rong’er-nya baik banget, bikin orang gak tega)
“Rong’er.”
Panggil Guo Jing lagi seraya menggenggam kedua tangan Rong’er.
“Dulu
aku selalu mengira di dalam hatimu hanya ada gurumu. Kau bahkan tidak mau
mendengarkan satu katapun penjelasan dariku. Bagaimana mungkin aku tidak marah?
Tapi kemudian aku mendengar Tetua Lu mengatakan padaku bagaimana kau sangat
merindukan aku. Kau juga demi aku, berjanji melepaskan Ou Yang Feng agar dia
tidak melukaiku. Bahwa demi aku, kau bahkan mengesampingkan dendam gurumu. Kali
ini aku baru percaya bahwa di dalam hatimu benar-benar ada aku.” Ujar Huang
Rong dengan manis.
“Rong’er,
di dalam hatiku memang selalu ada dirimu. Tapi ini memang
salahku karena terlalu
bodoh jadi mudah dipengaruhi orang lain. Guru besarku juga sangat menyesal. Dia
juga bilang, jika tidak bisa menemukan Rong’er-ku tersayang maka dia akan
mengambil nyawaku.” Ujar Guo Jing tulus.
“Oh…Setelah
bicara panjang lebar, ternyata guru besarmu yang menyuruhmu mencariku, itu
sebabnya kau baru mencariku.” ujar Huang Rong penuh sindiran, tapi sebenarnya
dia hanya mengetes ketulusan Guo Jing semata.
“Tidak.
Tidak. Aku sendiri yang ingin mencarimu. Tidak ada hubungannya dengan orang
lain.” Guo Jing berseru panik, takut membuat sang kekasih marah lagi.
“Sudahlah.
Aku hanya bercanda denganmu. Lihat betapa paniknya dirimu.” Jawab Huang Rong
pengertian sambil tersenyum lucu melihat Guo Jing panik.
“Oh ya,
aku dengar hari itu kau dan Ou Yang Feng pergi ke Wisma Awan, lalu bagaimana
kau bisa kabur?” Tanya Guo Jing penasaran.
“Aku
membohongi Ou Yang Feng dengan mengatakan bahwa aku akan mengatakan isi kitab
itu setelah sampai di Wisma Awan. Formasi di Wisma Awan sama seperti rumahku
jadi aku bisa bersembunyi dengan mudah. Tapi Ou Yang Feng itu jahat, begitu dia
tidak bisa keluar dari formasi itu, dia membakar seluruh Wisma Awan. Untunglah
Kakak Lu sekeluarga tidak ada di rumah. Setelah itu aku pergi ke Mongol. Dia
mengikutiku lagi tapi tidak bisa menemukan aku.” Jawab Huang Rong.
Tapi tak
lama setelah mengatakan itu, dia melihat bayangan Ou Yang Feng sembunyi di
salah satu lapisan es.
“Jing
Gege, di sini sangat dingin.” Ujar Huang Rong agar Ou Yang Feng tak curiga.
“Kalau
begitu kita turun gunung.” Ujar Guo Jing seraya meraih tangan Rong’er dan
menggenggamnya erat.
Tapi
Huang Rong menarik tangan Guo Jing dan berkata dengan lantang, sengaja agar Ou
Yang Feng mendengarnya, “Besok malam kita kemari lagi, aku ingin jelaskan
tentang arti bahasa aneh di kitab 9 bulan padamu.” Seru Huang Rong lantang,
membuat Guo Jing bingung.
“Hah?”
ujar Guo Jing tak mengerti. Tapi Huang Rong segera meremas tangannya untuk
memberinya tanda agar diam.
“Ayo
pergi.” Ajak Huang Rong lembut.
Mengerti
arti tanda itu, Guo Jing pun hanya menjawab, “Oh” sebelum membawa gadisnya
pergi dari sana.
Setelah
turun gunung, Huang Rong baru menjelaskan bahwa sebenarnya Ou Yang Feng juga
ada di puncak gunung salju itu.
“Apa kau
tahu? Ou Yang Feng juga ada di atas puncak gunung salju itu.” Ujar Huang Rong
memberitahu Guo Jing.
“Apa?
Dia juga di sana? Kenapa aku tidak merasakan
kehadirannya?” Guo Jing bertanya dengan shock.
“Dia terus bersembunyi di belakang batu
besar di atas gunung. Aku juga baru tahu saat melihat bayangannya.” Jawab Huang
Rong.
“Kalau begitu saat kau bilang padaku
ingin menjelaskan bahasa aneh itu, sebenarnya sengaja ingin dia mendengarnya?”
tanya Guo Jing memastikan.
“Benar sekali. Kali ini aku ingin
memberinya pelajaran.” Ujar Huang Rong membenarkan.
Malam berikutnya, Guo Jing dan Huang
Rong kembali ke atas gunung sesuai dengan rencana. Huang Rong berpura-pura
menerangkan dan Guo Jing berpura-pura menghapalnya.
“Jing Gege, aku sudah mengatakan
setengahnya, apa kau bisa ingat semua itu?” tanya Huang Rong.
“Aku lumayan bisa mengingatnya.” Jawab
Guo Jing dengan lancar. (uda pinter bohong ya sekarang? Hihihi ^_^)
Tiba-tiba terdengar suara panggilan
dari tenda militer, Guo Jing pun berkata bahwa Khan Agung memanggil mereka
untuk berkumpul.
“Rong’er, Khan Agung memanggilku. Aku
harus segera turun. Naik turun gunung terlalu merepotkan. Kenapa tidak katakan
di tendaku saja?” tanya Guo Jing berpura-pura. Sebuah pertanyaan masuk akal
yang tidak akan membuat Ou Yang Feng curiga.
“Si Racun Tua ini terus saja mencariku.
Dia ini sangat licik. Di sini adalah tempat yang paling aman.” Jawab Huang
Rong, tetap bersandiwara.
“Kalau begitu setengah jam lagi aku
akan kembali. Malam ini kau jelaskan semua isi kitabnya.” Ujar Guo Jing setuju,
makin pintar bersandiwara. (Dunia ini memang panggung sandiwara ya, William
^_^)
“Kalau begitu cepatlah pergi. Aku
menunggumu di sini. Kau cepatlah kembali.” Jawab Huang Rong, sengaja menyuruh
Guo Jing turun dulu agar Ou Yang Feng tidak curiga.
Tak lama kemudian, Huang Rong
berpura-pura takut pada hantu lalu ikut turun mengikuti Guo Jing seraya berseru
lantang kalau dia akan kembali kemari bersama Guo Jing. Ou Yang Feng yang tidak
curiga memutuskan untuk menunggu di puncak gunung salju karena berpikir tak
lama lagi sepasang kekasih itu akan kembali.
Setelah sampai di bawah, Huang Rong
menyuruh orang-orangnya untuk membakar kaki kambing yang sudah diikat oleh tali
tambang dan dilumuri minyak agar Ou Yang Feng terjebak di puncak gunung salju
dan mati kedinginan.
Tapi Guo Jing justru tampak murung, “Rong’er,
tapi aku sudah berjanji pada Ou Yang Feng untuk mengampuninya. Pria sejati
tidak boleh mengingkari janji.” Ujar Guo Jing pada Huang Rong, teringat
janjinya untuk mengampuni Ou Yang Feng.
Note : Harusnya dalam novel, adegan ini
adalah pengampunan yang ketiga, tapi sayang yang pertama dan kedua TIDAK
DIFILMKAN dalam versi yang ini, langsung ke pengampunan yang ketiga. Mungkin
dianggap tidak begitu penting. Adegan Guo Jing merindukan Huang Rong dan
memimpikannya hingga tak sadar memeluk Tetua Lu karena dianggap sebagai Huang
Rong juga dihapuskan. Padahal
kan seru tuh kalau ada adegan William Yang meluk Tetua Lu karena bermimpi yang
dia peluk adalah Rong’er, saking kangennya.
Di episode awal banyak ditambahin sweet
moment tapi di akhir-akhir episode malah dihapusin *sigh* Gpp deh, gak ada yang
perfect emang. Semua adaptasi PASTI MEMILIKI KEKURANGAN, tinggal pilih yang
kekurangannya paling dikit aja. Bagiku yang kekurangannya paling dikit adalah
LOCH 2017. Selain adegan di episode menuju akhir yang dihapus dan pemeran Huang
Rong yang kurang cantik jika dibandingkan Mu Nian Chi dan Hua Cheng, sisanya
PERFECT untukku. Untungnya karakter Huang Rong yang ini Loveable ya, jadi walau
kalah cantik dengan pemeran Mu Nian Chi (alias Meng Chi Yi) masih bisa
dimaafkan ^_^
Back to Story...
“Begini saja, biarkan si racun tua itu
tinggal di puncak gunung selama 3 hari, baru kita akan menolongnya. Apa begini
bisa?” Usul Huang Rong, memberi jalan tengah.
“Baik. Begini juga bagus.” Ujar Guo
Jing setuju seraya tersenyum manis.
Setelah anggota Partai Pengemis undur
diri, kini tinggal sepasang kekasih itu berdua di bawah gunung salju.
“Si Racun Tua itu sudah mengejarku
selama berbulan-bulan. Kali ini akhirnya bisa memberinya pelajaran.” Ujar Huang
Rong senang.
“Rong’er, kau tidak tahu bagaimana aku selalu
mengkhawatirkanmu selama beberapa bulan ini.” ujar Guo Jing serius,
mengungkapkan kekhawatirannya.
“Membuatmu khawatir sedikit juga bagus.
Setelah meninggalkanku, kau baru akan menyadari betapa pentingnya aku bagimu.”
Jawab Huang Rong sedikit merajuk. Dalam hati mungkin sebenarnya dia masih ingin
menghukum Guo Jing.
Sementara Guo Jing hanya bisa
menundukkan kepalanya merasa bersalah, membuat Huang Rong curiga bahwa ada yang
membebani pikiran Guo Jing.
“Jing Gege, kau kenapa?” tanya Huang
Rong lembut.
“Rong’er, setelah berpisah denganmu,
aku hanya tahu kau diculik oleh Ou Yang Feng. Aku tak tahu kau masih hidup atau
sudah mati. Saat aku kembali ke Mongol, aku mengatakan pada adik Hua Cheng,
jika sesuatu yang buruk terjadi padamu, aku seumur hidup takkan menikah. Tapi
jika...” Guo Jing mendadak terdiam, tak mampu melanjutkan kata-katanya.
Tapi Huang Rong yang cerdas dapat
menebak dengan tepat kelanjutannya.
“Jika aku baik-baik saja maka kau akan
menepati janji untuk menikah dengannya.” Lanjut Huang Rong dengan nada sedih
dalam suaranya.
Guo Jing hanya mengangguk pelan
mengiyakan.
“Jika tahu seperti ini, lebih baik
selamanya aku tidak muncul. Lebih baik biarkan kau selamanya tidak akan pernah
menemukan aku.” Tambah Huang Rong dengan raut penyesalan di wajahnya.
Mendengar ucapan sang kekasih, Guo Jing
segera menarik tangan gadis itu dan berkata panik, “Rong’er, kau tidak tahu
betapa senangnya aku bisa bertemu kembali denganmu. Seumur hidupku, aku tidak
ingin berpisah denganmu lagi.” Seru Guo Jing panik. Dia tidak ingin gadis yang
dicintainya menghilang lagi dari kehidupannya.
“Lalu apa rencanamu?” tanya Huang Rong,
meminta kepastian.
“Sekarang Khan Agung sangat ingin
menaklukkan kota Samarkhan dan menangkap Wan Yen Hong Lieh. Jika aku bisa
memenuhi keinginannya, aku akan minta Khan Agung untuk membatalkan pernikahanku
dengan Hua Cheng sebagai balas jasa.” Ujar Guo Jing tegas dan mantap, membuat
Huang Rong tersenyum senang.
“Jing Gege, mendengarmu berkata seperti
ini, Rong’er sudah sangat puas.” Jawab Huang Rong, percaya sekali lagi pada Guo
Jing (walaupun nih Jing Gege sering banget nyakitin Rong’er dan menggantung
perasaannya. Duh, untung pacar loe baik banget ya, Jing Gege *jitak Jing Gege*)
Beberapa hari kemudian, Guo Jing dan
Huang Rong sedang melihat keadaan Kota Samarkhan dari luar gerbang kota agar dapat
menemukan cara untuk menaklukkan kota tersebut. Tapi sayangnya mereka masih belum
menemukan cara menerobos kota tersebut. Pasukannya sudah mulai banyak yang
jatuh sakit karena kedinginan dan bahan makanan juga sudah mulai habis.
Guo
Jing yang mengkhawatirkan keadaan sang kekasih, meminta Rong’er untuk kembali
ke tenda Mongol, bukan di wilayah perang seperti sekarang.
“Rong’er, kau bawalah Tetua Lu dan
orang-orangmu kembali ke tenda Mongol, keadaan di sini masih kacau. Di sini
tidak aman, aku mengkhawatirkanmu.” Ujar Guo Jing perhatian. Dia tidak ingin
melihat sang kekasih jatuh sakit atau semacamnya. Such a nice boyfriend ^_^
Namun Huang Rong menggeleng tegas, dia
tidak mau meninggalkan sang kekasih berperang seorang diri.
“Aku tak mau pergi. Bukankah kita sudah
sepakat akan menangkap pembunuh ayahmu bersama-sama?” jawab Huang Rong keras
kepala, membuat Guo Jing tak bisa berkata apa-apa. Huang Rong pun tampak
menyesal karena masih belum menemukan cara menerobos Kota Samarkhan.
Saat itulah mereka tak sengaja melihat
Ou Yang Feng turun dari puncak gunung salju dengan terbang menggunakan
mantelnya yang berfungsi sebagai parasit.
Melihat Ou Yang Feng terbang
menggunakan parasit, Huang Rong mendapat ide bagaimana caranya menaklukkan kota
Samarkhan. Dia menyuruh Guo Jing untuk memerintahkan pada pasukannya agar
segera menggunting tenda mereka dan menggunakan sebagai parasit dan kemudian
terbang menerobos benteng Kota Samarkhan dari atas.
Guo Jing pun memimpin pasukannya untuk
terbang memasuki Kota Samarkhan. Setelah Guo Jing dan orang-orangnya memasuki
gerbang kota, Guo Jing segera membuka gerbang tersebut agar pasukan Mongol yang
dipimpin langsung oleh Jenghis Khan (Temujin) dapat segera masuk ke dalam dan
menaklukkan kota Samarkhan.
Wan Yen Hong Lieh pun berencana kabur
melalui pintu timur kota. Huang Rong dan orang-orangnya juga tiba di sana untuk
membantu. Tetua Lu melihat seseorang yang mirip Wan Yen Hong Lieh menaiki kuda
ke arah pintu barat dan berniat mengejar.
Tapi Huang Rong yang cerdas tahu
bahwa itu hanyalah jebakan, Wan Yen Hong Lieh pasti berlari ke arah sebaliknya.
Dan tebakannya benar karena Wan Yen Hong Lieh tidak keluar melalui pintu barat
melainkan pintu timur kota.
Guo Jing yang masih mencari keberadaan
Wan Yen Hong Lieh di antara para penduduk kota yang sudah dia taklukkan,
tiba-tiba mendengar suara sang kekasih yang mengatakan bahwa gadis itu punya
hadiah untuknya.
Huang Rong tersenyum seraya memberi
tanda pada orang-orangnya untuk membawa Wan Yen Hong Lieh pada Guo Jing. Guo
Jing sangat senang dan terharu saat melihat kekasihnya berhasil menangkap
pembunuh ayahnya untuknya. Tapi Guo Jing bukan membunuh Wan Yen Hong Lieh
melainkan justru menyuruh anggota partai Kaypang untuk membawa penjahat itu
pergi.
Huang
Rong bertanya kenapa Guo Jing tidak membunuhnya dengan tangannya sendiri.
“Aku tidak mau mengotori tanganku
dengan darah orang seperti dia. Tapi Rong’er, aku sekarang adalah Jenderal
Mongol, aku harus menyerahkan Wan Yen Hong Lieh pada Khan Agung.” Jawab Guo
Jing, kemudian dia bertanya bagaimana kekasihnya bisa menangkap Wan Yen Hong
Lieh.
Setelah mendengarkan cerita Rong’er,
Guo Jing tampak sangat terharu melihat bagaimana sang kekasih sangat tulus
membantunya menangkap pembunuh ayahnya.
“Rong’er, kau sudah membantuku
menangkap pembunuh ayahku untukku, aku tidak tahu harus berkata apa lagi.” Ujar
Guo Jing lembut dan sungkan seraya memegang pundak Huang Rong.
“Jing Gege, musuhmu adalah musuhku
juga. Kau sudah berjasa besar untuk Khan Agung, Khan Agung pasti akan memberimu
imbalan yang besar. Kupikir saat ini apa pun yang kau minta, dia pasti akan
menyetujuinya.” Jawab Huang Rong lembut dan pengertian, seraya mengingatkan Guo
Jing pada janjinya bahwa setelah dia menaklukkan Kota Samarkhan, dia akan
meminta pembatalan pernikahannya dengan Hua Cheng sebagai imbalan jasa besarnya.
“Aku akan segera membawa Wan Yen Hong
Lieh ke hadapan Khan Agung lalu memintanya untuk membatalkan pernikahanku
dengan Hua Cheng sebagai balas jasa untukku. Dia pasti akan mengabulkannya. Kau
pulanglah dulu dan tunggulah aku.” ujar Guo Jing berjanji.
Kemudian Guo Jing membawa Wan Yen Hong
Lieh ke hadapan Khan Agung. Di sana akhirnya penjahat itu memilih mengakhiri
hidupnya sendiri dengan bunuh diri daripada mati di tangan orang Mongol atau
Guo Jing. Akhirnya dendam kesumat Guo Jing terbalaskan.
Tapi sayangnya, karena merasa kasihan
dengan penduduk kota yang sudah dia taklukkan, alih-alih meminta hadiah berupa
pembatalan pernikahan, Guo Jing justru meminta hadiah berupa pembebasan
penduduk kota yang sudah dia taklukkan.
Wah, janjinya pada Rong’er gimana dong?
Perasaan kalau janji sama orang lain, Guo Jing selalu berusaha menepati, tapi
kalau janjinya pada Rong’er, Guo Jing kok lupa mulu, ya? Jangan-jangan karena
Rong’er-nya terlalu sabar jadi Jing Gege terlalu kepedean kalau Rong’er akan
tetap memaafkannya lagi dan lagi. Duh, kalau aku jadi Rong’er, walaupun Jing
Gege ganteng, gak akan dengan mudah kumaafkan dan kuterima kembali. Akan kubuat
menderita dulu agar tahu rasanya digantung dan dicampakin seperti apa
>__< Tapi mana mungkin ada adegan itu? Episode-episode menuju akhir aja
banyak yang dipotong 0__0 Ah, sudahlah... Di novelnya aja memang dibuat seperti
itu *sigh* Nurut aja deh jadi penonton..
Lalu bagaimana dengan Rong’er?
Bagaimana reaksinya saat tahu bahwa Guo Jing tidak jadi meminta pembatalan
pernikahan? Mari kita saksikan di episode berikutnya.
Berikutnya : Episode 50
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar