Jumat, 04 Januari 2019

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 49)

Akhirnya kita tiba di adegan di mana Guo Jing dan Huang Rong balikan lagi. Setelah mengancam akan memenggal kepala Tetua Lu, akhirnya Guo Jing bisa bertemu kembali dengan “mantan” kekasihnya di atas puncak gunung salju. Mereka berpelukan mesra dan kangen-kangenan seperti dulu, balikan lagi ceritanya, dan Guo Jing pun meminta maaf karena telah menyalahpahami sang kekasih. Huang Rong yang baik hati akhirnya memaafkan Guo Jing. Harusnya tidak segampang itu, Fergusso >__<

Selain itu juga, di episode kali ini, Huang Rong akhirnya membantu Guo Jing menaklukkan kota Samarkhan dan menangkap Wan Yen Hong Lieh. Such a nice girlfriend, ya ^_^ Akhirnya dendam kesumat Guo Jing terbalaskan. Tapi sayangnya, karena merasa kasihan dengan penduduk kota yang sudah dia taklukkan, alih-alih meminta hadiah berupa pembatalan pernikahan, Guo Jing justru meminta hadiah berupa pembebasan penduduk kota yang sudah dia taklukkan. Tentu saja hal ini membuat Huang Rong kembali salah paham dan mengira Guo Jing tidak serius ingin benar-benar bersamanya dan lebih suka menikah dengan Putri Mongol serta menjadi Menantu Pisau Emas. Pisah lagi kan mereka... Jing Gege, Jing Gege, kadang terlalu baik hati juga nyebelin ya, yang jadi ceweknya harus ekstra bersabar *puk puk Rong’er* Kalau gak bener-bener cinta, nih Guo Jing pasti uda ditinggalin Rong’er sejak awal.

Oke deh, bagi yang merasa penasaran dengan kelanjutan kisah ini. Mari kita simak potongan adegan di bawah ini... Buat yang belum nonton, mungkin potongan adegan ini dapat memberikan sedikit gambaran.






Dan kisahpun berlanjut... 
Bo Er Shu tampak memimpin sekumpulan pasukan Mongol menyerang kota Samarkhan yang akhirnya gagal total dan diapun gugur dalam perang. Adegannya dipotong lagi pasti ini makanya jadi gak nyambung sama episode sebelumnya. Episode menuju ending memang banyak yang dihapuskan.


Guo Jingpun dipanggil ke markas besar untuk diperlihatkan anak panah yang digunakan untuk membunuh Bo Er Shu yang ternyata itu adalah anak panah milik Wan Yen Hong Lieh. Lalu Jenghis Khan menjelaskan bahwa Wan Yen Hong Lieh bersembunyi di dalam kota Samarkhan. Kemudian Khan Agung berkata bahwa siapa pun yang bisa menaklukkan kota Samarkhan, apa pun keinginannya akan dikabulkan.


Guo Jing kembali teringat Rong’er, “Rong’er, kau sebenarnya ada di mana? Betapa bagusnya jika kau ada di sini. Kau pasti bisa membantuku memikirkan cara mengalahkan musuh.” Ujar Guo Jing dalam hati. (Oh, jadi loe cuma butuh otaknya Rong’er aja? *jitak Guo Jing*)


Akhirnya waktu yang ditetapkan untuk menghukum Tetua Lu Yu Jiao telah tiba. Guo Jing dan pasukannya telah bersiap di depan tenda. 


Awalnya Guo Jing mendapat laporan bahwa mereka tidak melihat anggota Partai Kaypang di mana-mana, membuat Guo Jing sempat berpikir mungkinkan Lu Yu Jiao sudah melarikan diri. Tapi untunglah tak lama kemudian Tetua Lu tiba di sana bersama anggota Partai Pengemis yang lain.

“Tuan, tolong ikut aku ke gunung salju. Ada yang ingin kulaporkan.” Seru Tetua Lu. 


Guo Jing spontan tersenyum bahagia mendengarnya. Dan diapun mengikuti anggota Partai Pengemis ke gunung salju tersebut.

“Tetua Lu, kau bilang Ketua Huang sedang menungguku di atas?” Tanya Guo Jing dengan ragu. 
“Benar.” Jawab Tetua Lu membenarkan. 


“Gunung setinggi ini, bagaimana dia bisa naik? Jangan-jangan kau sedang membohongiku lagi.” Guo Jing masih tampak tak percaya.

“Tuan, bagaimana mungkin aku berani membohongimu? Silahkan lihat.” Jawab Tetua Lu seraya memberikan secarik kertas pada Guo Jing yang segera membacanya dan mengenali tulisan tangan itu memang milik sang pujaan hati.

 

“Ini memang tulisan tangan Rong’er.” Jawab Guo Jing dengan gembira. 
“Baik. Tidak peduli setinggi apa pun gunung ini, demi Rong’er, aku akan naik.” Ujar Guo Jing penuh tekad.



Namun saat akan naik, Tetua Lu menghentikannya. Ternyata untuk naik ke atas gunung, mereka memerlukan kaki domba yang ditancapkan ke dinding gunung. Guo Jing pun naik dengan mendaki kaki domba tersebut.

Setelah sampai di atas, Guo Jing segera membalikkan tubuhnya saat mendengar suara langkah kaki seseorang. Ternyata itu adalah suara langkah kaki Rong’er yang berjalan mendekatinya.

“Rong’er…” panggil Guo Jing tak percaya. Guo Jing pun tersenyum bahagia saat melihat gadis yang dicintainya muncul di hadapannya.


“Rong’er…” panggil Guo Jing sekali lagi seraya berlari ke arah gadis itu dan menariknya ke dalam pelukannya dan memeluknya erat penuh kerinduan. 


“Rong’er.” Lagi, Guo Jing memanggil nama Huang Rong bagaikan sebuah mantera. 
“Jing Gege…” sahut Rong’er yang membalas pelukan Guo Jing dengan kerinduan yang sama.


“Aku merindukanmu hingga hampir gila.” Bisik Guo Jing seraya memeluk gadisnya erat. Uda balikan lagi ceritanya.


“Jika bukan karena aku khawatir kau merindukan aku, aku tak mau menemuimu.” Ujar Huang Rong masih marah.

“Rong’er, kau selalu ada di antara pasukanku, kenapa tidak mau menemuiku?” Tanya Guo Jing ingin tahu alasannya.

“Kau masih berani bertanya? Aku diculik si Racun Tua, kau bukannya menolongku tapi malah pulang ke Mongol dengan gembira untuk menikah dengan Putri Hua Cheng. Kupikir lebih baik selamanya kau tidak perlu mengetahui keberadaanku.” Jawab Huang Rong, membuat Guo Jing terdiam dan hanya bisa menundukkan kepalanya merasa bersalah.


“Aku…” Guo Jing tidak tahu harus bicara apa karena yang Huang Rong katakan semuanya benar.

Suasana mendadak menjadi canggung setiap kali mereka membicarakan Putri Hua Cheng. Huang Rong yang baik hati, tidak ingin membuat Guo Jing merasa bersalah. Dia segera mengalihkan pembicaraan.

“Jing Gege, lihat betapa indahnya di sini. Semuanya dipenuhi salju putih.” Ujar Huang Rong mengalihkan pembicaraan. 

“Rong’er, apa kau masih marah padaku?” Tanya Guo Jing dengan menyesal. 
“Setiap kali teringat sikapmu yang sangat kasar padaku saat di Pulau Persik, katakan, apa aku tak berhak marah?” Huang Rong balik bertanya.

“Kalau begitu aku akan berlutut meminta maaf padamu.” Ujar Guo Jing, spontan berlutut di hadapan Rong’er.


“Sudahlah. Berdirilah, Jing Gege.” Ujar Huang Rong lembut dan pengertian, menarik Guo Jing agar berdiri. (Duh, Rong’er-nya baik banget, bikin orang gak tega)

“Rong’er.” Panggil Guo Jing lagi seraya menggenggam kedua tangan Rong’er. 


“Dulu aku selalu mengira di dalam hatimu hanya ada gurumu. Kau bahkan tidak mau mendengarkan satu katapun penjelasan dariku. Bagaimana mungkin aku tidak marah? Tapi kemudian aku mendengar Tetua Lu mengatakan padaku bagaimana kau sangat merindukan aku. Kau juga demi aku, berjanji melepaskan Ou Yang Feng agar dia tidak melukaiku. Bahwa demi aku, kau bahkan mengesampingkan dendam gurumu. Kali ini aku baru percaya bahwa di dalam hatimu benar-benar ada aku.” Ujar Huang Rong dengan manis.


“Rong’er, di dalam hatiku memang selalu ada dirimu. Tapi ini memang salahku karena terlalu bodoh jadi mudah dipengaruhi orang lain. Guru besarku juga sangat menyesal. Dia juga bilang, jika tidak bisa menemukan Rong’er-ku tersayang maka dia akan mengambil nyawaku.” Ujar Guo Jing tulus.

 

“Oh…Setelah bicara panjang lebar, ternyata guru besarmu yang menyuruhmu mencariku, itu sebabnya kau baru mencariku.” ujar Huang Rong penuh sindiran, tapi sebenarnya dia hanya mengetes ketulusan Guo Jing semata.


“Tidak. Tidak. Aku sendiri yang ingin mencarimu. Tidak ada hubungannya dengan orang lain.” Guo Jing berseru panik, takut membuat sang kekasih marah lagi.



“Sudahlah. Aku hanya bercanda denganmu. Lihat betapa paniknya dirimu.” Jawab Huang Rong pengertian sambil tersenyum lucu melihat Guo Jing panik.

“Oh ya, aku dengar hari itu kau dan Ou Yang Feng pergi ke Wisma Awan, lalu bagaimana kau bisa kabur?” Tanya Guo Jing penasaran.

“Aku membohongi Ou Yang Feng dengan mengatakan bahwa aku akan mengatakan isi kitab itu setelah sampai di Wisma Awan. Formasi di Wisma Awan sama seperti rumahku jadi aku bisa bersembunyi dengan mudah. Tapi Ou Yang Feng itu jahat, begitu dia tidak bisa keluar dari formasi itu, dia membakar seluruh Wisma Awan. Untunglah Kakak Lu sekeluarga tidak ada di rumah. Setelah itu aku pergi ke Mongol. Dia mengikutiku lagi tapi tidak bisa menemukan aku.” Jawab Huang Rong.


Tapi tak lama setelah mengatakan itu, dia melihat bayangan Ou Yang Feng sembunyi di salah satu lapisan es. 

“Jing Gege, di sini sangat dingin.” Ujar Huang Rong agar Ou Yang Feng tak curiga.
“Kalau begitu kita turun gunung.” Ujar Guo Jing seraya meraih tangan Rong’er dan menggenggamnya erat.


Tapi Huang Rong menarik tangan Guo Jing dan berkata dengan lantang, sengaja agar Ou Yang Feng mendengarnya, “Besok malam kita kemari lagi, aku ingin jelaskan tentang arti bahasa aneh di kitab 9 bulan padamu.” Seru Huang Rong lantang, membuat Guo Jing bingung.

“Hah?” ujar Guo Jing tak mengerti. Tapi Huang Rong segera meremas tangannya untuk memberinya tanda agar diam.

“Ayo pergi.” Ajak Huang Rong lembut. 
Mengerti arti tanda itu, Guo Jing pun hanya menjawab, “Oh” sebelum membawa gadisnya pergi dari sana.

Setelah turun gunung, Huang Rong baru menjelaskan bahwa sebenarnya Ou Yang Feng juga ada di puncak gunung salju itu. 

“Apa kau tahu? Ou Yang Feng juga ada di atas puncak gunung salju itu.” Ujar Huang Rong memberitahu Guo Jing.

“Apa? Dia juga di sana? Kenapa aku tidak merasakan kehadirannya?” Guo Jing bertanya dengan shock. 
“Dia terus bersembunyi di belakang batu besar di atas gunung. Aku juga baru tahu saat melihat bayangannya.” Jawab Huang Rong.

“Kalau begitu saat kau bilang padaku ingin menjelaskan bahasa aneh itu, sebenarnya sengaja ingin dia mendengarnya?” tanya Guo Jing memastikan.

“Benar sekali. Kali ini aku ingin memberinya pelajaran.” Ujar Huang Rong membenarkan.

Malam berikutnya, Guo Jing dan Huang Rong kembali ke atas gunung sesuai dengan rencana. Huang Rong berpura-pura menerangkan dan Guo Jing berpura-pura menghapalnya.


“Jing Gege, aku sudah mengatakan setengahnya, apa kau bisa ingat semua itu?” tanya Huang Rong. 
“Aku lumayan bisa mengingatnya.” Jawab Guo Jing dengan lancar. (uda pinter bohong ya sekarang? Hihihi ^_^)

Tiba-tiba terdengar suara panggilan dari tenda militer, Guo Jing pun berkata bahwa Khan Agung memanggil mereka untuk berkumpul.

“Rong’er, Khan Agung memanggilku. Aku harus segera turun. Naik turun gunung terlalu merepotkan. Kenapa tidak katakan di tendaku saja?” tanya Guo Jing berpura-pura. Sebuah pertanyaan masuk akal yang tidak akan membuat Ou Yang Feng curiga.

“Si Racun Tua ini terus saja mencariku. Dia ini sangat licik. Di sini adalah tempat yang paling aman.” Jawab Huang Rong, tetap bersandiwara.

“Kalau begitu setengah jam lagi aku akan kembali. Malam ini kau jelaskan semua isi kitabnya.” Ujar Guo Jing setuju, makin pintar bersandiwara. (Dunia ini memang panggung sandiwara ya, William ^_^)

“Kalau begitu cepatlah pergi. Aku menunggumu di sini. Kau cepatlah kembali.” Jawab Huang Rong, sengaja menyuruh Guo Jing turun dulu agar Ou Yang Feng tidak curiga.

Tak lama kemudian, Huang Rong berpura-pura takut pada hantu lalu ikut turun mengikuti Guo Jing seraya berseru lantang kalau dia akan kembali kemari bersama Guo Jing. Ou Yang Feng yang tidak curiga memutuskan untuk menunggu di puncak gunung salju karena berpikir tak lama lagi sepasang kekasih itu akan kembali.

Setelah sampai di bawah, Huang Rong menyuruh orang-orangnya untuk membakar kaki kambing yang sudah diikat oleh tali tambang dan dilumuri minyak agar Ou Yang Feng terjebak di puncak gunung salju dan mati kedinginan.

“Jing Gege, kali ini akhirnya kita berhasil balas dendam untuk gurumu.” Ujar Huang Rong ceria. 

 

Tapi Guo Jing justru tampak murung, “Rong’er, tapi aku sudah berjanji pada Ou Yang Feng untuk mengampuninya. Pria sejati tidak boleh mengingkari janji.” Ujar Guo Jing pada Huang Rong, teringat janjinya untuk mengampuni Ou Yang Feng.


Note : Harusnya dalam novel, adegan ini adalah pengampunan yang ketiga, tapi sayang yang pertama dan kedua TIDAK DIFILMKAN dalam versi yang ini, langsung ke pengampunan yang ketiga. Mungkin dianggap tidak begitu penting. Adegan Guo Jing merindukan Huang Rong dan memimpikannya hingga tak sadar memeluk Tetua Lu karena dianggap sebagai Huang Rong juga dihapuskan. Padahal kan seru tuh kalau ada adegan William Yang meluk Tetua Lu karena bermimpi yang dia peluk adalah Rong’er, saking kangennya.

Di episode awal banyak ditambahin sweet moment tapi di akhir-akhir episode malah dihapusin *sigh* Gpp deh, gak ada yang perfect emang. Semua adaptasi PASTI MEMILIKI KEKURANGAN, tinggal pilih yang kekurangannya paling dikit aja. Bagiku yang kekurangannya paling dikit adalah LOCH 2017. Selain adegan di episode menuju akhir yang dihapus dan pemeran Huang Rong yang kurang cantik jika dibandingkan Mu Nian Chi dan Hua Cheng, sisanya PERFECT untukku. Untungnya karakter Huang Rong yang ini Loveable ya, jadi walau kalah cantik dengan pemeran Mu Nian Chi (alias Meng Chi Yi) masih bisa dimaafkan ^_^

Back to Story... 
“Begini saja, biarkan si racun tua itu tinggal di puncak gunung selama 3 hari, baru kita akan menolongnya. Apa begini bisa?” Usul Huang Rong, memberi jalan tengah.

“Baik. Begini juga bagus.” Ujar Guo Jing setuju seraya tersenyum manis.

Setelah anggota Partai Pengemis undur diri, kini tinggal sepasang kekasih itu berdua di bawah gunung salju. 

“Si Racun Tua itu sudah mengejarku selama berbulan-bulan. Kali ini akhirnya bisa memberinya pelajaran.” Ujar Huang Rong senang.

“Rong’er, kau tidak tahu bagaimana aku selalu mengkhawatirkanmu selama beberapa bulan ini.” ujar Guo Jing serius, mengungkapkan kekhawatirannya.


“Membuatmu khawatir sedikit juga bagus. Setelah meninggalkanku, kau baru akan menyadari betapa pentingnya aku bagimu.” Jawab Huang Rong sedikit merajuk. Dalam hati mungkin sebenarnya dia masih ingin menghukum Guo Jing.

Sementara Guo Jing hanya bisa menundukkan kepalanya merasa bersalah, membuat Huang Rong curiga bahwa ada yang membebani pikiran Guo Jing. 

“Jing Gege, kau kenapa?” tanya Huang Rong lembut.

 

“Rong’er, setelah berpisah denganmu, aku hanya tahu kau diculik oleh Ou Yang Feng. Aku tak tahu kau masih hidup atau sudah mati. Saat aku kembali ke Mongol, aku mengatakan pada adik Hua Cheng, jika sesuatu yang buruk terjadi padamu, aku seumur hidup takkan menikah. Tapi jika...” Guo Jing mendadak terdiam, tak mampu melanjutkan kata-katanya.

Tapi Huang Rong yang cerdas dapat menebak dengan tepat kelanjutannya. 
“Jika aku baik-baik saja maka kau akan menepati janji untuk menikah dengannya.” Lanjut Huang Rong dengan nada sedih dalam suaranya.


Guo Jing hanya mengangguk pelan mengiyakan. 
“Jika tahu seperti ini, lebih baik selamanya aku tidak muncul. Lebih baik biarkan kau selamanya tidak akan pernah menemukan aku.” Tambah Huang Rong dengan raut penyesalan di wajahnya.


Mendengar ucapan sang kekasih, Guo Jing segera menarik tangan gadis itu dan berkata panik, “Rong’er, kau tidak tahu betapa senangnya aku bisa bertemu kembali denganmu. Seumur hidupku, aku tidak ingin berpisah denganmu lagi.” Seru Guo Jing panik. Dia tidak ingin gadis yang dicintainya menghilang lagi dari kehidupannya.

“Lalu apa rencanamu?” tanya Huang Rong, meminta kepastian. 
“Sekarang Khan Agung sangat ingin menaklukkan kota Samarkhan dan menangkap Wan Yen Hong Lieh. Jika aku bisa memenuhi keinginannya, aku akan minta Khan Agung untuk membatalkan pernikahanku dengan Hua Cheng sebagai balas jasa.” Ujar Guo Jing tegas dan mantap, membuat Huang Rong tersenyum senang.

“Jing Gege, mendengarmu berkata seperti ini, Rong’er sudah sangat puas.” Jawab Huang Rong, percaya sekali lagi pada Guo Jing (walaupun nih Jing Gege sering banget nyakitin Rong’er dan menggantung perasaannya. Duh, untung pacar loe baik banget ya, Jing Gege *jitak Jing Gege*)

Beberapa hari kemudian, Guo Jing dan Huang Rong sedang melihat keadaan Kota Samarkhan dari luar gerbang kota agar dapat menemukan cara untuk menaklukkan kota tersebut. Tapi sayangnya mereka masih belum menemukan cara menerobos kota tersebut. Pasukannya sudah mulai banyak yang jatuh sakit karena kedinginan dan bahan makanan juga sudah mulai habis.

Guo Jing yang mengkhawatirkan keadaan sang kekasih, meminta Rong’er untuk kembali ke tenda Mongol, bukan di wilayah perang seperti sekarang.

“Rong’er, kau bawalah Tetua Lu dan orang-orangmu kembali ke tenda Mongol, keadaan di sini masih kacau. Di sini tidak aman, aku mengkhawatirkanmu.” Ujar Guo Jing perhatian. Dia tidak ingin melihat sang kekasih jatuh sakit atau semacamnya. Such a nice boyfriend ^_^

Namun Huang Rong menggeleng tegas, dia tidak mau meninggalkan sang kekasih berperang seorang diri. 
“Aku tak mau pergi. Bukankah kita sudah sepakat akan menangkap pembunuh ayahmu bersama-sama?” jawab Huang Rong keras kepala, membuat Guo Jing tak bisa berkata apa-apa. Huang Rong pun tampak menyesal karena masih belum menemukan cara menerobos Kota Samarkhan.


Saat itulah mereka tak sengaja melihat Ou Yang Feng turun dari puncak gunung salju dengan terbang menggunakan mantelnya yang berfungsi sebagai parasit.

Melihat Ou Yang Feng terbang menggunakan parasit, Huang Rong mendapat ide bagaimana caranya menaklukkan kota Samarkhan. Dia menyuruh Guo Jing untuk memerintahkan pada pasukannya agar segera menggunting tenda mereka dan menggunakan sebagai parasit dan kemudian terbang menerobos benteng Kota Samarkhan dari atas.

Guo Jing pun memimpin pasukannya untuk terbang memasuki Kota Samarkhan. Setelah Guo Jing dan orang-orangnya memasuki gerbang kota, Guo Jing segera membuka gerbang tersebut agar pasukan Mongol yang dipimpin langsung oleh Jenghis Khan (Temujin) dapat segera masuk ke dalam dan menaklukkan kota Samarkhan.

Wan Yen Hong Lieh pun berencana kabur melalui pintu timur kota. Huang Rong dan orang-orangnya juga tiba di sana untuk membantu. Tetua Lu melihat seseorang yang mirip Wan Yen Hong Lieh menaiki kuda ke arah pintu barat dan berniat mengejar. 
 
Tapi Huang Rong yang cerdas tahu bahwa itu hanyalah jebakan, Wan Yen Hong Lieh pasti berlari ke arah sebaliknya. Dan tebakannya benar karena Wan Yen Hong Lieh tidak keluar melalui pintu barat melainkan pintu timur kota.

Guo Jing yang masih mencari keberadaan Wan Yen Hong Lieh di antara para penduduk kota yang sudah dia taklukkan, tiba-tiba mendengar suara sang kekasih yang mengatakan bahwa gadis itu punya hadiah untuknya.

Huang Rong tersenyum seraya memberi tanda pada orang-orangnya untuk membawa Wan Yen Hong Lieh pada Guo Jing. Guo Jing sangat senang dan terharu saat melihat kekasihnya berhasil menangkap pembunuh ayahnya untuknya. Tapi Guo Jing bukan membunuh Wan Yen Hong Lieh melainkan justru menyuruh anggota partai Kaypang untuk membawa penjahat itu pergi. 

Huang Rong bertanya kenapa Guo Jing tidak membunuhnya dengan tangannya sendiri. 
“Aku tidak mau mengotori tanganku dengan darah orang seperti dia. Tapi Rong’er, aku sekarang adalah Jenderal Mongol, aku harus menyerahkan Wan Yen Hong Lieh pada Khan Agung.” Jawab Guo Jing, kemudian dia bertanya bagaimana kekasihnya bisa menangkap Wan Yen Hong Lieh.

 Setelah mendengarkan cerita Rong’er, Guo Jing tampak sangat terharu melihat bagaimana sang kekasih sangat tulus membantunya menangkap pembunuh ayahnya. 


“Rong’er, kau sudah membantuku menangkap pembunuh ayahku untukku, aku tidak tahu harus berkata apa lagi.” Ujar Guo Jing lembut dan sungkan seraya memegang pundak Huang Rong.

“Jing Gege, musuhmu adalah musuhku juga. Kau sudah berjasa besar untuk Khan Agung, Khan Agung pasti akan memberimu imbalan yang besar. Kupikir saat ini apa pun yang kau minta, dia pasti akan menyetujuinya.” Jawab Huang Rong lembut dan pengertian, seraya mengingatkan Guo Jing pada janjinya bahwa setelah dia menaklukkan Kota Samarkhan, dia akan meminta pembatalan pernikahannya dengan Hua Cheng sebagai imbalan jasa besarnya.


“Aku akan segera membawa Wan Yen Hong Lieh ke hadapan Khan Agung lalu memintanya untuk membatalkan pernikahanku dengan Hua Cheng sebagai balas jasa untukku. Dia pasti akan mengabulkannya. Kau pulanglah dulu dan tunggulah aku.” ujar Guo Jing berjanji.


Kemudian Guo Jing membawa Wan Yen Hong Lieh ke hadapan Khan Agung. Di sana akhirnya penjahat itu memilih mengakhiri hidupnya sendiri dengan bunuh diri daripada mati di tangan orang Mongol atau Guo Jing. Akhirnya dendam kesumat Guo Jing terbalaskan.


Tapi sayangnya, karena merasa kasihan dengan penduduk kota yang sudah dia taklukkan, alih-alih meminta hadiah berupa pembatalan pernikahan, Guo Jing justru meminta hadiah berupa pembebasan penduduk kota yang sudah dia taklukkan.


Wah, janjinya pada Rong’er gimana dong? Perasaan kalau janji sama orang lain, Guo Jing selalu berusaha menepati, tapi kalau janjinya pada Rong’er, Guo Jing kok lupa mulu, ya? Jangan-jangan karena Rong’er-nya terlalu sabar jadi Jing Gege terlalu kepedean kalau Rong’er akan tetap memaafkannya lagi dan lagi. Duh, kalau aku jadi Rong’er, walaupun Jing Gege ganteng, gak akan dengan mudah kumaafkan dan kuterima kembali. Akan kubuat menderita dulu agar tahu rasanya digantung dan dicampakin seperti apa >__< Tapi mana mungkin ada adegan itu? Episode-episode menuju akhir aja banyak yang dipotong 0__0 Ah, sudahlah... Di novelnya aja memang dibuat seperti itu *sigh* Nurut aja deh jadi penonton..

Lalu bagaimana dengan Rong’er? Bagaimana reaksinya saat tahu bahwa Guo Jing tidak jadi meminta pembatalan pernikahan? Mari kita saksikan di episode berikutnya.

Berikutnya : Episode 50

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.