Kamis, 03 Januari 2019

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 48)

Akhirnya kita tiba di episode –episode menuju ending di mana style rambut Guo Jing yang awalnya diponi manis kini berubah menjadi lebih dewasa dan macho dengan style rambut model klasik yaitu rambut panjang dikuncir tengah tanpa poni. Ini adalah style rambut yang disukai oleh para penggemar wuxia klasik era TVB. Mereka mengklaim bahwa model rambut Guo Jing remaja dengan poni manisnya lebih mirip boyband Korea daripada Seorang Pendekar Muda. Kalau aku sih gak masalah ya, asalkan William kelihatan cocok-cocok aja dan wajahnya masih terlihat ganteng, no problem with me. Maklum, aku kan memang suka Boyband Kpop jadi style rambut berponi manis memang lebih kusukai daripada yang kelihatan jidatnya, JB GOT7 kelihatan jidatnya kayak era “Hard Carry” aja aku gak suka >__<

 Apalagi sekarang eranya Wuxia Millenium, karakter pendekar berponi juga hal yang wajar menurutku, lihat saja contohnya : Hu Ge di Chinese Paladin 1 (Li Xiao Yao), Hu Ge di Chinese Paladin 3 (Jing Tian/Fei Peng/Long Yang), Hu Ge di Young Warrior Of The Yang Clan (Yang Liu Lang) dan banyak lagi yang lain. Mereka juga pendekar tapi kok adem ayem dari kritikan masalah rambut berponi, ya? Apa karena Guo Jing terlalu terkenal jadinya setiap kali dibuat versi adaptasi terbaru selalu menjadi sorotan? Resiko serial populer sih, ya ^_^

Lagipula perubahan gaya rambut Guo Jing di akhir-akhir episode menuju ending ini memang sangat pas momentnya karena saat pulang ke Mongol, Guo Jing diangkat sebagai seorang Jenderal Perang yang dipercaya untuk mengalahkan bangsa Chin. Jadi agar terlihat lebih gagah, keren, macho dan berwibawa, style-nya William Yang diubah ke model rambut era wuxia klasik. Ditambah lagi, Guo Jing yang sekarang sudah berubah menjadi pendekar muda berilmu tinggi berusia 20 tahun, bukan lagi seorang remaja belasan tahun yang masih lugu, polos, dan naïf. Jadi perubahan rambut memang dimaksudkan untuk menunjukkan perubahan karakter Guo Jing. Pas bangetlah menurutku.

Jadi, bagi yang merasa penasaran dengan kelanjutan kisah ini. Mari kita simak potongan adegan di bawah ini... Buat yang belum nonton, mungkin potongan adegan ini dapat memberikan sedikit gambaran.






Dan kisahpun berlanjut... 
Setelah mendengar cerita dari Khe Chen Erl, mereka berlima : Guo Jing, Pendeta Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe), Ma Yu, Wang Chu Yi dan Khe Chen Erl sampai di Kuil Tombak Besi untuk melihat mayat Yang Kang yang sudah membiru. Mereka pun akhirnya menguburkan mayat Yang Kang tak jauh dari sana.


Kemudian, terdengar suara Bocah Tua Nakal yang menangkap kelima orang bodoh anak buah Wan Yen Hong Lieh yaitu Sha Tong Tien, Hou Tong Hai, Peng Lian Hu, Liang Chi Weng dan Ling Chi Shang Ren. Guo Jing pun bertanya apakah mereka melihat Rong’er dan di mana Wan Yen Hong Lieh berada. Kelima orang itu berkata bahwa mereka sudah berpisah dengan Wan Yen Hong Lieh jadi tidak tahu di mana Huang Rong berada sekarang. Bocah Tua Nakal juga tampak terkejut saat mendengar bahwa Rong’er telah ditangkap oleh Ou Yang Khe dan dibawa pergi entah ke mana.

Dia memaksa kelima orang itu memberitahu mereka di mana Ou Yang Feng membawa Rong’er tapi tentu saja kelima orang tersebut memang tidak tahu apa-apa. Lalu Bocah Tua Nakal berkata jika tidak ada gunanya lagi, lebih baik bunuh saja.

Tapi Guo Jing mengusulkan agar kelima orang bodoh itu lebih baik dibawa ke Partai Chuan Chin agar dididik menjadi orang baik. Tak hanya itu, Guo Jing yang ingin mencari sang kekasih juga menitipkan guru besarnya yang buta di Partai Chuan Chin untuk sementara waktu. (Tar diceritakan setelah menikah, Guo Jing membawa Khe Chen Erl tinggal bersama di Pulau Persik)

Sebelum berpisah untuk sementara waktu, Khe Chen Erl meminta Guo Jing sesegera mungkin menemukan Rong’er dan membawanya kembali.

“Jing’er, kau ingin mencari Rong’er ke mana?” Tanya guru kesatunya. 

“Aku tidak tahu. Kupikir lebih baik meminta bantuan Partai Kaypang untuk ikut mencari.” Jawab Guo Jing. Sebuah pemikiran yang cerdas. See? Guo Jing gak bego, kan? Dia Cuma telat mikir aja dan kalau diajarin sesuatu nyambungnya lama.


“Jing’er, ingatlah. Kau harus segera mencari dan menemukan Rong’er serta membawanya kembali.” Perintah sang guru besar. Dengan kata lain, dia telah memberikan restu pada sang murid untuk kembali bersama gadis itu.

“Aku ingat, Guru.” Jawab Guo Jing mantap dengan tersenyum bahagia, tahu karena sang guru tak lagi menentang hubungan mereka. 

Sebenarnya tanpa perlu diperintah pun, Guo Jing akan dengan senang hati mencari Rong’er dan membawanya kembali. Guo Jing segera memacu kuda merahnya dan pergi mencari Rong’er, namun sayangnya, sang kekasih seolah hilang ditelan bumi.

Dan sampailah kita pada ADEGAN YANG DIPOTONG di DVD bajakan versi Indonesia. Adegan KETIGA yang DIPOTONG TANPA ALASAN oleh pihak produsen DVD bajakannya, padahal di versi ASLI di China sana, ADA.



 

Adegan tersebut adalah adegan di mana Guo Jing yang berjalan lunglai sambil melamun di sebuah pasar karena tak berhasil menemukan Huang Rong di manapun juga, tak sengaja melihat seorang gadis di dalam sebuah rumah makan, yang sekilas tampak seperti sang kekasih.

 


Tanpa pikir panjang, Guo Jing segera masuk ke dalam rumah makan tersebut dan memanggil namanya penuh kerinduan.



“Rong’er.” Panggilnya penuh kerinduan, hanya untuk melihat bahwa gadis dengan model rambut yang sama tersebut ternyata bukanlah kekasih hatinya.



Guo Jing yang awalnya tersenyum gembira langsung kembali sedih karena ternyata dia salah mengenali orang, “Maaf,” ujarnya sedih. Wajahnya kembali menunjukkan kekecewaan.


Lalu adegan berganti saat Guo Jing mengumpulkan beberapa orang pengemis dan meminta mereka untuk mencari Ketua mereka yang diculik oleh Ou Yang Feng. Di sana juga ada Tetua Lu Yu Jiao. Para anggota Partai Pengemis mengatakan bahwa mereka tidak bisa menemukan jejak Ketua mereka, membuat Guo Jing semakin sedih.

“Kau sebenarnya ada di mana? Rong’er-ku…” ujar Guo Jing dalam hati, penuh penyesalan dan kesedihan.



Akhirnya Guo Jing dan Tetua Lu Yu Jiao singgah sejenak di sebuah rumah makan pinggir jalan seraya berbincang mengenai Kitab Perang Wu Mu. Dan di sana juga, Guo Jing bertemu dengan rakyat yang kelaparan sedang meminta makan di rumah makan tersebut. 




Rakyat yang kelaparan tersebut adalah para pengungsi di sebuah wilayah yang kini telah direbut oleh penjajah Chin. Guo Jing yang baik hati, memberikan semua uangnya kepada pemilik rumah makan agar bisa digunakan untuk membeli makanan untuk para pengungsi itu.  



Tak hanya itu, Guo Jing pun bertemu dengan Tuo Li dan beberapa orang Mongol yang akhirnya akan mengajaknya pulang ke Mongolia. Tuo Li yang awalnya marah karena Guo Jing tak menepati janji untuk datang ke Ling’An akhirnya memaafkan Guo Jing setelah Guo Jing menjelaskan bahwa dia telah dijebak orang. Singkat kata, mereka pun akhirnya kembali ke Mongol bersama.



Guo Jing pun akhirnya menemui sang ibunda tercinta yang sudah sangat merindukan putra semata wayangnya. Setelah melepas kangen dengan sang anak tersayang yang paling ganteng sendiri, Guo Jing pun menceritakan semua yang dialaminya saat berada di dataran China, termasuk mengenai kisah cintanya dengan Rong’er.


Guo Jing berkata bahwa dalam hatinya, dia hanya mencintai Rong’er seorang. Apalagi sekarang, demi membuktikan kebenaran dan mencari pembunuh kelima gurunya, Rong’er merelakan dirinya ditawan oleh Ou Yang Feng yang merupaka  seorang pendekar hebat namun sangat jahat. Guo Jing bertanya pada sang Ibu, apa yang harus dia lakukan.

“Aku dan Hua Cheng, ada janji pernikahan. Tapi aku juga tidak ingin mengecewakan Rong’er lagi. Di satu sisi ada janji, di sisi lain ada cinta. Ibu, katakan padaku, putramu harus bagaimana?” Tanya Guo Jing dengan galau.

Ibu Guo Jing berkata bahwa jika ayahnya masih hidup, mendiang sang ayah pasti akan menyuruh Guo Jing untuk menepati janji yang sudah dia ucapkan. Seorang pria tidak boleh mengingkari janji yang sudah dia katakan.


Akhirnya Guo Jing memutuskan asalkan Rong’er ditemukan dalam keadaan selamat dan baik-baik saja, maka dia akan menepati janjinya menikah dengan Hua Cheng. Tapi jika Rong’er tak berhasil ditemukan, maka seumur hidup, dia tidak akan menikah.

Note : Aaarrrggghhh! Sebel gak sih? Nih Guo Jing kalau terlalu memegang teguh prinsip-prinsip keadilan, kadang nyebelin juga kesannya. Kasian Rong’er >__< Gak usah muncul aja deh sekalian, biar Guo Jingnya ngenes seumur hidup uda nyia-nyia’in cewek sebaik Rong’er. Duh, jadi pengen bikin Fanfic yang menceritakan perjuangan Guo Jing mendapatkan Rong’er kembali. Tapi aku pengennya dibuat susah banget biar Guo Jing tahu rasa karena uda menggantung perasaan Rong’er >__< Beneran deh, habis bikin rekap sinopsis, aku bikin FF sendiri dimulai dari adegan salah paham. Aku pengen liat Guo Jing berjuang keras untuk mendapatkan Rong’er kembali 0__0

Dan setelah sesi sharing bersama sang Ibu, Hua Cheng datang dan memanggil Guo Jing dengan gembira. Guo Jing pun keluar untuk menyambut “sang tunangan”. 
“Guo Jing, aku sangat merindukanmu.” Ujar Hua Cheng sambil menangis terharu.



Hua Cheng memeluk Guo Jing penuh kerinduan, namun Guo Jing tampak mematung di tempatnya dan tidak membalas pelukan Hua Cheng, dia hanya mengangkat kedua tangannya di udara dan menatap Hua Cheng dengan tatapan menyesal karena dia tidak bisa membalas pelukan itu. (Guo Jing hanya ingin memeluk Rong’er, bukan gadis lain)


Akhirnya Guo Jing dan Hua Cheng berbincang di padang rumput. Hua Cheng tampak gembira setelah mengetahui bahwa telah terjadi kesalahpahaman yang sengaja dirancang oleh Yang Kang. Hua Cheng sangat gembira karena itu berarti janji Guo Jing untuk menikah dengannya masih berlaku.


Guo Jing pun tampak tak punya pilihan selain menepati janji pernikahan itu, setelah mengetahui bahwa Hua Cheng tak pernah membatalkan perjanjian pernikahan mereka dan masih berharap untuk menikah dengannya. Apalagi sang ibunda tercinta juga mengatakan bahwa Guo Jing harus menepati janji yang sudah dia ucapkan. Tapi Guo Jing masih berusaha meminta Hua Cheng untuk melepaskannya.

“Hua Cheng, kau sebaiknya lupakan aku saja. Aku tak pantas untukmu.” Ujar Guo Jing. Dia berharap agar Hua Cheng menyerah agar dia bisa bersama Rong’er, tapi Hua Cheng tetap tak peduli.


Guo Jing berkata selama Rong’er belum ditemukan dalam keadaan selamat, dia tidak bisa menikah dengan Hua Cheng. Tapi jika Rong’er sudah ditemukan dan dalam keadaan baik-baik saja, maka jika Hua Cheng masih menginginkannya, dia akan menepati janji untuk menikah dengan Hua Cheng.

“Hua Cheng, aku sudah bersumpah pada diriku sendiri. Jika tak bisa temukan Rong’er atau jika sesuatu yang buruk terjadi padanya, aku seumur hidup takkan menikah.” Ujar Guo Jing penuh tekad.

Hua Cheng tampak sedih mendengarnya, “Bagaimana jika kau sudah temukan dia? Apa kau akan datang mencariku?” Tanya Hua Cheng masih berharap.


“Jika aku berhasil menemukan Rong’er, dan jika kau masih menginginkan aku, aku akan datang mencarimu dan menepati janji untuk menikah denganmu.” Jawab Guo Jing, memberikan keputusannya walau dengan hati yang berat.

“Baik. Aku percaya padamu. Lalu kapan kau akan mulai mencarinya?” Tanya Hua Cheng. Dia berpikir, semakin cepat ketemu maka akan semakin baik untuknya.

“Aku juga tidak tahu. Sekarang Khan Agung berencana menyerang Chin ke barat. Aku ingin membantunya. Mungkin setelah perang selesai, aku baru akan kembali ke China Daratan untuk mencarinya.” Jawab Guo Jing.

Guo Jing mengatakan rencananya bahwa untuk saat ini, dia akan membantu Khan Agung untuk berperang melawan Chin tapi jika perang ini telah selesai, dia ingin kembali ke China Daratan untuk mencari Rong’er yang saat ini hilang ditangkap oleh orang jahat.

“Baik. Tidak peduli berapa lama yang kau butuhkan untuk mencarinya. 10 tahun, 20 tahun, asalkan aku masih hidup, aku akan tetap menunggumu di padang gurun ini.” Jawab Hua Cheng keras kepala, membuat Guo Jing semakin tidak enak hati.

Hanya saja Guo Jing tidak tahu berapa lama waktu yang dia perlukan untuk mencari Rong’er. Tapi itu akan sangat tidak adil jika Hua Cheng menyia-nyiakan masa mudanya untuk menunggunya.

“Walau 10 tahun, 20 tahun, aku akan tetap mencarinya. Tapi Hua Cheng, aku tidak ingin kau menyia-nyiakan masa mudamu.” Ujar Guo Jing, masih berharap Hua Cheng menyerah.

Tapi Hua Cheng dengan keras kepala mengatakan, “Mencari atau tidak mencari, itu urusanmu. Menunggu atau tidak menunggu, itu urusanku.” Jawabnya keras kepala, intinya Hua Cheng menolak untuk melepaskan Guo Jing. Guo Jing pun hanya bisa terdiam pasrah.  


Lalu kemudian adegan beralih ke Guo Jing yang duduk menyendiri di depan tendanya seraya membaca Kitab Perang Wu Mu saat segerombolan pengemis berbaju kotor datang menemuinya. Di sana juga ada Tetua Lu Yu Jiao bersama mereka. Guo Jing segera berdiri menyambut para pengemis itu dengan gembira, mengira mereka membawa kabar tentang Rong’er untuknya.

“Kami sudah mencari ke mana-mana tapi masih belum menemukan kabar tentang Ketua.” Jawab Tetua Lu Yu Jiao berbohong, karena faktanya mereka ada di sana atas perintah sang Ketua sendiri.

Lalu Guo Jing bertanya apa alasan tetua Lu Yu Jiao datang ke Mongol mencarinya, dan Lu Yu Jiao beralasan karena Sung dan Mongol sudah beraliansi untuk menyerang Chin maka anggota partai Kaypang datang ingin membantu.

“Lalu bagaimana dengan urusan mencari Rong’er?” Tanya Guo Jing. Dia masih tidak melupakan urusan mencari Rong’er.


“Tuan tenang saja. Anggota Kaypang yang lain masih terus mencari, jika ada kabar akan segera memberitahu kita.” Jawaban ngeles Lu Yu Jiao yang pasti sudah direncanakannya terlebih dahulu.

Kemudian datang Tuo Li yang mengatakan bahwa kakak kedua dan ketiganya sedang bertarung sendiri. Lu Yu Jiao yang mendengarnya, diam-diam pergi dari sana lalu kembali tak lama kemudian dengan membawa sebuah kertas yang berisi strategi perang yang dipakai Guo Jing untuk menghentikan pertarungan sedarah itu.

Sayang sekali adegannya perangnya dipotong dan tiba-tiba kedua putra Jenghis Khan yang tidak berguna itu sudah diikat Guo Jing dengan tali. Khan Agung dan Hua Cheng tiba di sana dan memuji srategi perang Guo Jing. Guo Jing lalu berkata bahwa strategi perang itu berasal dari Kitab Perang Wu Mu yang ditulis oleh Jenderal Yue Fei sebelum meninggal. Tetua Lu yang memberikan ide itu padanya.


Singkat cerita, Guo Jing pun memperkenalkan pada Khan Agung tentang Tetua Lu, dan mengatakan bahwa Tetua Lu  dan orang-orang dari partai Kaypang datang ke Mongol karena ingin membantu Mongol mengalahkan Chin. Itulah sebabnya Partai Kaypang diijinkan tinggal di tenda Mongol dan dilayani dengan baik.

Akhirnya melihat kinerja Guo Jing yang bagus dalam perang, Khan Agung pun mengangkat Guo Jing sebagai jenderal Perang Tertinggi di Mongol yang akan membawahi 30.000 pasukan dengan tugas utama menyerang Chin di wilayah barat. Guo Jing awalnya menolak namun Khan Agung tetap memaksa, akhirnya Guo Jing terpaksa menerima amanat menjadi Jenderal Tertinggi Mongol.


Tak hanya itu, Khan Agung juga memberinya perintah bahwa setelah merebut Kota Samarkhan dan membunuh Mo He Mo, dia akan mengatur pernikahan antara Guo Jing dan Hua Cheng. Mendengar ini, Guo Jing pun berharap dapat menggunakan alasan perang untuk menahan pernikahannya sementara waktu.

Tetua Lu tampak sedih saat mendengar Khan Agung mengatur pernikahan Guo Jing dengan si Putri Mongol. Mungkin karena dia tahu bahwa Ketuanya dan Guo Jing memiliki hubungan khusus jadi dia merasa turut bersedih untuk sang Ketua.

Dan kita di moment Guo Jing mengubah model rambutnya ^_^ William Yang pada dasarnya uda ganteng kok, mau pake model rambut apa aja tetap kelihatan ganteng to the max hehehe ^_^ Yup, setelah diangkat menjadi Jenderal Tertinggi Mongol, Guo Jing pun mengubah model rambutnya agar sesuai dengan statusnya sebagai seorang Jenderal Perang yang berwibawa. Dia bukan lagi remaja kemarin sore yang masih lugu dan cupu melainkan Jenderal Perang yang membawahi 30.000 pasukan.

Di dalam tenda perangnya, Guo Jing memanggil Tetua Lu dan menanyakannya tentang strategi perang yang dia gunakan untuk menghentikan pertarungan antara kedua anak Khan Agung. Guo Jing merasa curiga karena Tetua Lu sebelumnya mengatakan bahwa dia hanya seorang pengemis biasa dan tidak mengerti sama sekali tentang strategi perang. Tetua Lu ngeles dengan mengatakan bahwa dia sebenarnya mengerti sedikit.

Pada awalnya, Guo Jing yang lugu percaya padanya dan memintanya untuk mengartikan sekali lagi apa maksud Kitab Perang itu. Tetua Lu yang sebenarnya tidak mengerti beralasan bahwa dia butuh waktu yang tenang untuk memikirkannya dan meminjam buku tersebut. Guo Jing yang sama sekali belum curiga mengijinkan Tetua Lu membawa bukunya pergi.


Tapi hal tersebut terjadi bukan hanya sekali melainkan berkali-kali. Tetua Lu selalu membawa buku itu pergi lalu kembali lagi dengan membawa selembar kertas yang menjelaskan tentang isi Kitab itu, membuat Guo Jing semakin lama semakin curiga bahwa ada seseorang yang cerdas yang membantu Tetua Lu dari belakang secara diam-diam.


“Tetua Lu, jika kau mau berpikir, berpikir saja di sini. Kenapa harus membawa bukunya pulang?” Tanya Guo Jing mulai curiga. Tetua Lu menjawab bahwa jika dia memikirkannya di sini, yang ada dia akan merasa pusing karena dia butuh ketenangan. Tanpa menunggu jawaban Guo Jing, Tetua Lu membawa buku itu keluar.


Guo Jing yang penasaran akhirnya memutuskan untuk mengikuti Tetua Lu dan secara tidak sengaja dia melihat sesosok tubuh wanita yang mirip dengan sang “mantan” kekasih, Huang Rong berjalan dengan membawa sebuah tongkat berwarna hijau, berada di antara kerumunan pasukannya. Tapi saat Guo Jing ingin mengejar dan mencari tahu siapa sosok tersebut, Tetua Lu mendadak muncul di hadapannya dan menghadang jalannya.


“Tetua Lu, apakah kau memiliki seorang guru yang membimbingmu?” Tanya Guo Jing curiga. 
“Tidak ada.” Jawab Tetua Lu menyangkal. 
“Tapi tadi aku jelas-jelas melihat seseorang yang…” ujar Guo Jing.


Namun kalimatnya terpotong oleh Lu Yu Jiao yang bertanya, “Orang apa? Siapa? Orang yang mana? Di sini ada banyak sekali orang. Orang apa? Kau melihat siapa?” dengan nada berpura-pura bodoh.

 
 
Sementara di dalam kota Samarkhan, Wan Yen Hong Lieh membujuk pemimpin di sana untuk tetap bertahan di dalam kota. Tidak menyerang, juga tidak menyerah. Karena kota Samarkhan memiliki benteng yang sangat tinggi dan dikelilingi oleh gunung salju maka pasukan Mongol pasti akan memasuki gerbang kota dan menyerang mereka. Pasukan Mongol pasti akan kelelahan sendiri dan memilih untuk mundur.

Kembali ke tenda perang Guo Jing. Ou Yang Feng tiba-tiba muncul di sana mencari Huang Rong dan membuat keributan.


“Ou Yang Feng? Di mana Rong’er? Cepat serahkan padaku!” ujar Guo Jing kaget saat melihat Ou Yang Feng ada di sana.

“Huang Rong ada di antara pasukanmu. Serahkan dia padaku!” Ou Yang Feng balik meminta pada Guo Jing untuk menyerahkan Huang Rong padanya.

“Di antara pasukanku?” ulang Guo Jing tampak berpikir sejenak. 
“Huang Rong berhasil kabur. Aku mengikutinya sepanjang jalan dan menemukan jejaknya di Mongolia. Bila bukan berada di antara pasukanmu, lalu di mana?” jawab Ou Yang Feng, menjelaskan kronologinya.


Guo Jing tersenyum gembira mendengarnya. Dia gembira karena itu berarti sang “mantan” kekasih ternyata masih hidup dan baik-baik saja, terlebih lagi, sekarang gadis itu sudah berhasil meloloskan diri dan berada di antara pasukannya.

“Rong’er sudah kabur. Bagus sekali. Dia tidak mati. Bagus sekali.” Gumam Guo Jing berulang-ulang dengan senyum gembira tersungging di bibirnya.

 

“Dia kabur dari mana? Cepat katakan padaku!” pinta Guo Jing penasaran. 
“Wisma Awan. Aku malas mengatakannya padamu. Intinya, dia sudah kabur.” Jawab Ou Yang Feng. 
“Baguslah kalau sudah kabur.” Gumam Guo Jing sekali lagi dengan tersenyum manis. 
“Kau benar-benar tidak bertemu gadis itu?” Tanya Ou Yang Feng skeptis. 
“Tidak bertemu.” Jawab Guo Jing jujur. 


Tapi dalam hati, Guo Jing merasa curiga. Sebenarnya Guo Jing selalu merasakan kehadiran Rong’er di sisinya. 

“Selama ini, aku selalu merasa ada orang yang selalu membantuku. Sepertinya orang itu adalah Rong’er. Tapi sekarang Ou Yang Feng tak boleh tahu. Jika tidak, Rong’er bisa berada dalam bahaya.” Bisik Guo Jing dalam hatinya.

Ou Yang Feng yang curiga saat melihat Guo Jing tiba-tiba terdiam, membentaknya dengan keras hingga membuat Guo Jing sempat terlonjak kaget. Guo Jingnya ngelamun sih, jadi kaget kan? Hahaha ^_^

Sepertinya kau sedang ingin mainkan tipuan. Apa kau sedang merencanakan sesuatu? Cepat katakan!” Tuduh Ou Yang Feng.

Guo Jing tampak berpikir keras sebelum akhirnya memutuskan untuk berbohong. Guo Jing yang selama ini tak pernah berbohong dan selalu berkata jujur, untuk yang pertama kali dalam hidupnya, dia terpaksa berbohong untuk melindungi sang “mantan” kekasih.

Note : Kita sebut saja “Mantan” kekasih ya, mengingat Guo Jing sendiri yang memutuskan hubungan mereka saat di “Loteng Dewa Mabuk”. Belum ketemu dan baikan, jadi asumsinya masih “mantan” kekasih.

 

“Kupikir, Rong’er tak mungkin berada di antara pasukanku.” Ujar Guo Jing ragu, tampak merasa bersalah karena berbohong. 
“Kenapa?” Tanya Ou Yang Feng tak percaya.

“Karena…Karena masalah di Pulau Persik. Aku telah bersikap kasar padanya, dia pasti sangat membenciku sekarang. Mana mungkin datang mencariku?” Ujar Guo Jing, mencari alasan. Dia tampak tak meyakinkan saat berbohong.
 
“Bicara tentang Pulau Persik, ada satu barang yang ingin kukembalikan padamu.” Ujar Ou Yang Feng seraya menyerahkan sebuah belati bertuliskan nama “Guo Jing” yang sebelumnya telah dipakai Yang Kang untuk membunuh Ou Yang Khe.

“Bukankah belati ini milikku?” Tanya Guo Jing, lupa saat Yang Kang menggunakan belati itu untuk membunuh Ou Yang Khe.

“Benar. Pisau itu yang digunakan Yang Kang untuk membunuh Khe’er. Saat di Kuil Tombak Besi, Huang Rong sudah memberitahuku kebenarannya. Aku Racun Barat, walau tak bisa dikatakan Pendekar Besar tapi juga bukan orang kejam dan licik. Alasan kenapa aku membunuh kelima gurumu, ini sepenuhnya karena perangkap Wan Yen Kang. Karena aku mengira kau adalah pembunuh Khe’er.” Jawab Ou Yang Feng lirih.

“Hal ini aku sudah tahu.” Jawab Guo Jing penuh penyesalan. Dia kembali teringat saat dia bersikap kasar pada “mantan” kekasihnya di Pulau Persik hari itu.

“Jika kau mau balas dendam padaku untuk kelima gurumu. Kau majulah sekarang.” Tantang Ou Yang Feng.

“Siapa yang bersalah, dialah yang kucari. Semua ini adalah perbuatan Wan Yen Kang dan Wan Yen Hong Lieh, mereka yang membunuh kelima guruku. Kau juga hanya dimanfaatkan oleh mereka.” Jawab Guo Jing.

“Masalah ini akhirnya sudah kukatakan dengan jelas padamu. Anak bodoh, bagaimana jika kita buat perjanjian?” tawar Ou Yang Feng.

“Perjanjian apa?” Tanya Guo Jing penasaran. 
“Kau katakan padaku di mana Huang Rong bersembunyi. Tenang, aku takkan melukainya.” Ujar Ou Yang Feng. 

“Ou Yang Feng, hari ini kau bertemu denganku, walau aku tak membunuhmu, tapi aku takkan biarkan kau melukai Rong’er.” Ujar Guo Jing mantap.

“Ini semua tergantung kemampuanmu.” Jawab Ou Yang Feng dengan sombongnya.

“Ou Yang Feng, hari ini akan kukatakan padamu. Markas Mongol ini bukan tempat yang bisa kau datangi seenakmu.” Ancam Guo Jing.

Ou Yang Feng tampak berpikir dan harus mengakui bahwa Guo Jing memang benar. Guo Jing sekarang memiliki 30 ribu pasukan, sehebat apa pun dia tentu takkan mungkin memang bila dikeroyok oleh 30.000 pasukan.

“Ou Yang Feng, bagaimana jika kita membuat perjanjian? Tapi bukan seperti yang kau katakan tadi.” Ujar Guo Jing. Guo Jing akhirnya menawarkan perjanjian yang lain.


“Sekarang memang benar kungfumu di atasku. Tapi kau ingin melukaiku, juga bukan hal yang mudah. Kau menyuruh Rong’er menjelaskan Kitab 9 Bulan, jika dia tidak mau, itu urusannya. Kau tidak boleh memaksanya.” Ujar Guo Jing.

“Kau ingin aku berjanji hal ini, apa pertukarannya?” Tanya Ou Yang Feng. 

“Jika kau jatuh ke tanganku, aku berjanji aku tidak akan membunuhmu. Aku akan mengampunimu.” Ujar Guo Jing dengan berani.

“Kau mengampuniku? Jangan bercanda! Kita lihat saja siapa mengampuni siapa?” jawab Ou Yang Feng meremehkan, kemudian melesat pergi dari sana dengan ilmu meringankan tubuhnya.

Setelah Ou Yang Feng pergi, Guo Jing menatap Tetua Lu dengan dingin seolah tahu sesuatu. Esoknya, Guo Jing meminta Tetua Lu datang menemuinya. Dia meminta dengan sedikit memaksa agar Tetua Lu membawanya menemui Huang Rong. Jika tidak, dia akan memenggal kepala Tetua Lu. Guo Jing memberinya waktu hingga esok hari.


“Tetua Lu, maaf harus merepotkanmu. Tolong kau sampaikan pada Ketua Huang, katakan padanya aku ingin bertemu dengannya. Jangan bersembunyi dariku lagi.” Pinta Guo Jing, masih dengan nada sabar dalam suaranya. Guo Jing seolah menahan amarahnya.

“Tuan, tolong kau jangan menyusahkan aku. Aku juga tidak tahu Ketua Huang ada di mana.” Sangkal Tetua Lu, membuat kesabaran Guo Jing habis.


Guo Jing menggebrak meja dengan marah lalu bangkit berdiri seraya berkata marah, “Sampai sekarang, kau masih ingin membohongiku? Apa kalian semua benar-benar menganggapku bodoh?” ujar Guo Jing dengan emosi membara. Dia udah kangen setengah mati ceritanya.

“Tuan jangan salah paham. Kami tak pernah berpikir seperti itu.” Ujar Tetua Lu menyangkal. 

“Situasi tadi kau sudah melihatnya dengan jelas. Ou Yang Feng bahkan sudah mengejar hingga kemari. Jika dia sampai menemukan Rong’er, apa kau tahu akibatnya?” bentak Guo Jing marah.


“Tuan, bukannya aku tak mau membantu. Tapi aku tak berhak membuat keputusan.” Jawab Tetua Lu, meminta dimaklumi.

“Kalau begitu, aku tidak punya pilihan selain menghukummu sesuai dengan hukum militer. Tetua Lu, dengarkan perintah! Besok di jam yang sama, aku harus bertemu dengan Ketua Huang.” Ujar Guo Jing member perintah.

“Tuan, tolong jangan menyusahkan aku.” Ujar Tetua Lu dengan berat hati. 
“Aku tak peduli. Jika tak bisa bertemu Ketua Huang, aku akan memenggal kepalamu.” Ujar Guo Jing tak peduli. Dia hanya ingin bertemu dengan Rong’er apa pun yang terjadi.

Apakah Guo Jing akhirnya dapat bertemu Rong’er kembali? Nantikan di episode selanjutnya…

Berikutnya : Episode 49

Blogger Opinion :  
Haahh…Episode-episode di Mongol juga episode yang gak aku suka, karena Guo Jing tidak tegas dalam menentukan sikapnya. Dia bilang dia cinta Rong’er, tapi setelah menemukan Rong’er dalam keadaan baik-baik saja, maka dia akan menepati janji menikahi Hua Cheng. Kalau gue jadi Rong’er, mending gue mati aja, jadi dengan begitu, Guo Jing selamanya takkan menikah dengan Hua Cheng. Atau lebih baik pura-pura mati aja, daripada harus tetap hidup hanya untuk melihat pria yang dicintai menikahi gadis lain. Sakitnya tuh di sini *tunjuk hati*

Yang bikin kecewa adalah baik di novel ataupun di berbagai adaptasinya, Guo Jing tak pernah tegas mengatakan pada orang Mongol, baik itu Tuo Li, Khan Agung, Guru Jebe ataupun Hua Cheng sendiri bahwa dia tidak ingin menikah dengan Hua Cheng.


Jadi menunjukkan kesan bahwa Guo Jing sengaja menggantung posisi Rong’er. Di satu sisi, Guo Jing memperlakukan Rong’er seperti seorang kekasih : memeluknya, menggenggam tangannya, bicara dengan pandangan penuh cinta, tapi tidak bisa memberikan kepastikan tentang posisi gadis itu dalam hidupnya,  apakah Rong’er hanya akan dijadikan kekasih atau istri yang akan dia nikahi.


Sementara di sisi lain, Guo Jing memperlakukan Hua Cheng tidak seperti seorang tunangan atau calon istri. Guo Jing tak mau membalas pelukan Hua Cheng, bicara menjaga jarak, juga tak mau mengungkit tentang janji pernikahan mereka, walaupun Guo Jing tak pernah dengan tegas menolak janji pernikahan itu, yang berarti di mata Hua Cheng, Guo Jing seharusnya masih tunangannya. Guo Jing seolah menggantung hati kedua gadis itu, tanpa berani memberikan pilihan yang tegas. 


Mungkin karena Guo Jing terlalu memegang teguh prinsip bahwa seorang pria HARUS menepati janji yang telah dia ucapkan. Tapi jika memang menepati janji adalah pilihannya sejak awal, kenapa tidak lepaskan Rong’er sepenuhnya? Kenapa harus menahan Rong’er di sisinya, memberinya harapan dan mengatakan bahwa dia sangat merindukan Rong’er, HANYA Rong’er gadis yang ada dalam hatinya dan tak bisa hidup tanpanya? 

Well, namanya juga manusia ya, Nobody Perfect. Gpp deh, walaupun prosesnya menyebalkan, bukankah yang terpenting adalah pada akhirnya Guo Jing dan Huang Rong akan menikah dan memiliki 3 orang anak? Walaupun aku harus membenci almarhum Kakek Jin Yong karena merusak image Guo Jing dan Huang Rong di seri kedua dengan memberikan mereka anak pertama yang berkesan menyebalkan, hanya demi membuat karakter Yang Guo (Yoko) dan Bibi Lung tampak sempurna. Why Oh Why? Tidak bisakah mengangkat image Yang Guo (Yoko) TANPA HARUS MERUSAK IMAGE GUO JING DAN HUANG RONG ????

Kemudian yang aneh dalam versi LOCH 2017 ini adalah saat di episode-episode awal, penonton dimanjakan dengan banyak sekali modifikasi kecil super kreatif yang menyentuh hati dan menambah kesan romantis. Tapi menuju akhir, justru banyak sekali adegan yang dihilangkan yang menurutku cukup penting. Seperti saat Guo Jing berjanji akan mengampuni Ou Yang Feng 3 kali.


Pertama, Ou Yang Feng dijebak dengan terjatuh ke dalam lubang yang kemudian ditutup dengan pasir. Kedua, jebakan yang sama terulang, tapi kali ini lubang tersebut diisi dengan air dingin hingga membuat Ou Yang Feng berubah menjadi es.

Barulah yang ketiga. Guo Jing dan Huang Rong sengaja membuat Ou Yang Feng menunggu mereka di atas puncak gunung salju kemudian ditinggalkan di sana selama 3 hari. Setelah 3 hari, barulah Guo Jing berencana akan menjemputnya turun. Tapi Ou Yang Feng telah turun terlebih dulu dengan menggunakan bajunya sebagai parasit (kayak Batman gitu deh), hingga akhirnya hal itu memberi ide pada Huang Rong agar menggunakan cara yang sama untuk menaklukkan kota Samarkhan, yaitu terbang menggunakan parasit.


Lalu adegan tak kalah penting yang juga dihapuskan adalah saat Guo Jing tertidur di dalam tenda sambil memimpikan Huang Rong, karena terlalu merindukannya. Dalam mimpinya, Guo Jing mendengar Huang Rong mengatakan sesuatu padanya, namun belum sempat dia mendengar apa yang dikatakan gadis itu padanya, Guo Jing mendadak terbangun. Setelah bangun, Guo Jing yang masih penasaran dengan apa yang ingin dikatakan sang “mantan” kekasih akhirnya memutuskan untuk menemui gadis itu dan bertanya langsung padanya.

Padahal walau ketemu sekalipun, ya mana mungkin Rong’er tahu apa yang dilihat Guo Jing dalam mimpinya. Lucu nih bocah satu, tapi cinta memang kadang membuat logika hilang entah ke mana. Guo Jing yang tidak bisa menemui Rong’er akhirnya mengancam akan memenggal kepala Tetua Lu. Adegan Guo Jing ngimpi ini juga dihapuskan dalam versi LOCH 2017, sayang sih, karena menurutku ini juga menunjukkan betapa Guo Jing mencintai Huang Rong dan sangat merindukannya.

 

Tak hanya itu, adegan saat Huang Rong marah pada Guo Jing ketika mereka bertemu lagi di Gunung Hua juga dihapuskan dalam versi 2017 ini. Padahal adegan tersebut cukup romantis, karena Huang Rong yang masih kesal dan marah pada Guo Jing, tak mau menemui Guo Jing lagi dan memintanya untuk melupakan cinta mereka.

Guo Jing yang tak mau lagi berpisah dengan sang kekasih, memohon untuk diberi kesempatan kedua. Dia bersedia melakukan apa saja agar Huang Rong memaafkannya. Huang Rong yang kesal meminta Guo Jing untuk melompat ke jurang sebagai bukti cintanya. Guo Jing yang memang sudah kehabisan cara untuk meluluhkan hati Rong’er yang marah, hampir saja melompat turun ke dalam jurang jika saja Huang Rong tidak menghentikannya.


Sayangnya adegan tersebut juga dihapuskan. Padahal aku sangat berharap bisa melihat William Yang memohon juga, mengingat dia sangat kasar ketika berada di Pulau Persik, biar impas gitu sakit hatinya. Tapi di versi LOCH 2017 ini, Huang Rong sudah langsung memaafkan Guo Jing. Aaargggghhh! Aku ingin lihat Guo Jing lebih berjuang lagi >__< Ya sudahlah, tak ada yang sempurna di dunia ini, kan? Setidaknya penonton sudah digantikan dengan adegan-adegan modifikasi kecil super kreatif yang ada di awal episode.

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads