Masih seputar potongan adegan antara
Guo Jing dan Huang Rong dalam “Legend Of The Condor Heroes 2017” atau yang
lebih dikenal di Indonesia sebagai “Pendekar Pemanah Rajawali 2017”. Walaupun
jumlah episode serial ini cukup panjang yaitu 52 episode secara total, tapi
percayalah, setiap episodenya berjalan cepat dan tidak bertele-tele sehingga
jauh dari kesan membosankan. Sejak episode pertama, pergantian setiap adegan
terasa sangat cepat dan langsung pada inti permasalahan, jadi membuat penonton
menikmati setiap episodenya. Apalagi dengan adanya William Yang Xuwen, si Guo
Jing TERGANTENG sepanjang sejarah Legend Of The Condor Heroes. Makin betah aja
tongkrongin nih serial adaptasi satu.
Haaahh...Akhirnya sampailah kita di
episode terakhir adaptasi terbaru “Legend
Of The Condor Heroes 2017” aka “Pendekar
Pemanah Rajawali 2017”. Dan selesailah juga postingan mengenai potongan
adegan Guo Jing dan Huang Rong favoritku. Tapi gpp, masih banyak yang belum
diupload. Karena di Indonesia ini, Guo Jing (Kwee Cheng) TERABAIKAN maka
biarlah aku yang memberikan perhatian. Oke deh, untuk yang penasaran dengan
endingnya, mari kita simak potongan adegan di bawah ini...
Dan kisahpun berlanjut...
Pertandingan di Gunung Hua masih
berlanjut. Kali ini Guo Jing vs Hong Chi Khong yang lagi-lagi berakhir imbang.
Guo Jing mampu menahan semua serangan sang guru hingga 300 jurus.
Karena kedua tetua tersebut tidak bisa mengalahkan Guo Jing, maka sesuai kesepakatan harusnya Guo Jing-lah yang menjadi pesilat hebat Nomor 1 dunia yang tidak terkalahkan.
Karena kedua tetua tersebut tidak bisa mengalahkan Guo Jing, maka sesuai kesepakatan harusnya Guo Jing-lah yang menjadi pesilat hebat Nomor 1 dunia yang tidak terkalahkan.
Huang Yao Shi tersenyum bangga melihat
kehebatan sang calon menantu. Sementara Huang Rong melonjak gembira saat
melihat kekasih hatinya berhasil mendapatkan gelar Nomor 1 di dunia.
“Jing Gege menang. Jing Gege nomor 1 di
dunia.” Seru Huang Rong dengan bangga seraya menggenggam tangan sang kekasih
yang hanya tersenyum malu.
Tak lama setelah itu, Ou Yang Feng
muncul di sana dan menantang mereka bertiga. Singkat cerita, Ou Yang Feng yang
ilmunya sudah dibolak-balik justru malah semakin hebat dan bahkan walaupun
mereka bertiga : Guo Jing, Huang Yao Shi dan Hong Chi Khong bergabung tetap
tidak sanggup mengalahkan Ou Yang Feng. Namun sayangnya setelah berlatih kungfu
terbalik, kewarasannya menjadi terganggu alias gila.
“Aku adalah Nomor 1 di dunia. Aku tidak
terkalahkan. Mereka bertiga bergabung pun tetap tidak bisa mengalahkan aku.”
Seru Ou Yang Feng seraya tertawa terbahak-bahak.
“Tak disangka pesilat nomor 1 di dunia
adalah orang gila.” Ujar Huang Yao Shi tampak tak rela.
Setelah melihat sang kekasih, ayah dan
gurunya sama-sama memuntahkan darah segar, Huang Rong pun memakai tipu muslihat
untuk menipu Ou Yang Feng.
“Siapa bilang kau tidak terkalahkan?
Ada satu orang lagi yang kungfunya lebih hebat darimu. Kaupun tidak bisa
mengalahkannya.” Seru Huang Rong dengan siasat liciknya.
“Siapa?” tanya Ou Yang Feng penasaran.
“Dia adalah Ou Yang Feng.” Jawab Huang
Rong memainkan siasat liciknya.
“Ou Yang Feng? Sepertinya nama itu tidak asing bagiku.” Ujar Ou Yang
Feng yang sudah kehilangan kewarasannya. (Orang gila mah bebas, ya hahaha ^_^)
“Kungfu
orang itu hebat sekali. Kau pasti bukan lawannya.” Lagi, Huang Rong kembali
membual.
“Aku
bukan lawannya? Suruh dia keluar bertarung denganku.” Tantang Ou Yang Feng
tidak terima.
“Namanya
Ou Yang Feng? Lalu siapa aku?” lanjutnya bingung.
“Kau
adalah kau. Kau sendiri saja tidak tahu siapa namamu, malah bertanya padaku.”
Jawab Huang Rong dengan cerdik.
“Siapa
aku sebenarnya? Di mana aku? Ada apa denganku?” Ou Yang Feng makin bingung
mendengar jawaban menjebak gadis itu.
“Ou Yang Feng ingin merebut kitab 9 bulan.” Seru Huang Rong mengalihkan
pembicaraan.
“Dia
ingin rebut kitab itu? Di mana dia?” Tanya Ou Yang Feng panik.
“Di
sebelah sana.” Ujar Huang Rong, kemudian dia
berjalan maju ke sebuah danau kecil yang ada di tengah-tengah puncak gunung
tersebut. Spontan Ou
Yang Feng mengikutinya.
“Mana
orangnya?” Tanya Ou Yang Feng tak sabar.
“Dia di sana.” Seru Huang Rong seraya
menunjuk bayangan air di danau. Ou Yang Feng yang sudah kehilangan kewarasannya
pun menurut dan melihat bayangan dirinya sendiri di dalam pantulan air danau.
“Siapa kau?” Tanya Ou Yang Feng pada bayangannya
sendiri. Dan secara alami, suaranya terpantul kembali alias bergema. Ou Yang
Feng terkejut saat melihat bayangan itu mengucapkan kata-kata yang sama
dengannya.
“Aku Ou
Yang Feng.” Ou Yang Feng menjawab pertanyaannya sendiri seperti orang gila.
(Emang gila…) Dan lagi-lagi suaranya bergema. Huang Rong tersenyum senang
melihat Ou Yang Feng masuk dalam perangkap.
“Kau
ingin berebut gelar Nomor 1 denganku?” tanyanya lagi, dan setiap kali dia
mengatakan sesuatu pasti akan langsung bergema dan membahana. Kesal karena
bayangan itu selalu mengikuti kata-katanya, Ou Yang Feng pun melompat ke dalam
air dan memukul airnya.
“Tadi
nyaris saja. Jing Gege, ayah, guru, kalian tidak apa-apa, kan?” Tanya Huang
Rong khawatir.
“Aku
tidak apa-apa.” Jawab sang ayah.
Ou Yang
Feng pun kembali memberikan pertanyaan kepada bayangannya sendiri, “Kau
sebenarnya siapa?” yang dijawab dengan pantulan suaranya sendiri.
“Aku Ou
Yang Feng.” Ujar Ou Yang Feng, menjawab pertanyaannya sendiri. Dan bayangannya
pun menggaungkan kalimat yang sama, membuatnya semakin bingung.
“JIka
kau Ou Yang Feng, lalu siapa aku?” lagi, Ou Yang Feng menanyakan pertanyaan
bodoh yang lagi-lagi dijawab dengan pantulan suaranya sendiri.
“Aku
adalah nomor 1 di dunia.” Serunya lantang sambil memukul-mukul air di danau,
dan suaranya kembali terpantul dengan keras.
“Beraninya
kau meniruku!” ujarnya marah lalu kembali memukul-mukul air di danau tersebut.
Note :
Yah gini ini kalau orang terlalu ambisius pengen jadi orang nomor 1, pada
akhirnya jadi gila, kan? Persis kayak capres yang nyalon mulu dan kalah mulu
tapi gak mau trima, ngebet banget pengen jadi orang nomor 1 di Indonesia. Awas
loh jadi gila kayak Ou Yang Feng hahaha ^_^ Jadi kayak Guo Jing dong. Santai
aja, gak punya ambisi apa-apa, eh mendadak jadi orang hebat. Guo Jing mirip
kayak Presiden Jokowi. Rendah hati, baik budi, jujur, gak punya ambisi, makanya
dilindungi Tuhan.
“Rong’er,
tadi untung ada kau. Bila tidak, aku dan ayahmu mungkin tidak bisa turun
gunung.” Puji sang guru atas kecerdikan muridnya.
“Memangnya
kenapa harus menjadi nomor 1 dunia? Gelar ini hanya akan membuat
orang jadi gila.” Ujar Guo Jing dengan polosnya seraya memandang Ou Yang Feng yang menjadi gila di bawah sana.
Note :
Nah tuh capres gagal, bener tuh kata Guo Jing. Gelar nomor 1 hanya akan membuat
orang jadi gila. Awas loh jadi gila kayak Ou Yang Feng wkwkwk ^_^ Terlalu
ambisius pengen menang soalnya, persis Ou Yang Feng ckckck..
“Benar
apa kata Jing’er. Jadi kedatanganku kemari sebenarnya bukan untuk kepentingan
pribadi tapi demi persahabatan.” Jawab Huang Yao Shi.
Untuk
yang pertama kalinya dia mendukung Guo Jing. Tak hanya itu, Huang Yao Shi pun
memanggil Guo Jing dengan nama panggilannya yaitu “Jing’er” untuk pertama
kalinya dan bicara dengan nada sayang pada sang calon menantu, sebagai tanda
bahwa dia telah merestui hubungan mereka berdua dan telah menerima dan merestui
Guo Jing menjadi menantunya.
“Guru,
bagaimana denganmu? Bukankah tadi guru mengatakan ada sesuatu yang ingin guru
sampaikan?” Tanya Huang Rong penasaran.
“Aku
datang kemari hanya ingin melihat apakah Jing’er bisa menjadi Nomor 1 dunia.
Sekarang adalah saatnya yang muda menggantikan yang tua. Kami sudah tua. Dunia
persilatan butuh pendatang baru seperti Jing’er ini. Seseorang yang tak hanya
memiliki kungfu hebat, tapi juga bijaksana. Saat ini Negara dalam bahaya, butuh
orang seperti Jing’er yang berjiwa besar, untuk memimpin dunia persilatan
melawan musuh. Aku sungguh ingin melihat Jing’er menjadi yang terbaik dan
menjadi pendekar sejati.” Jawab Sang guru, member wejangan pada murid
laki-lakinya.
“Saudara
Chi kelihatannya hidup bebas tanpa pikiran, tapi ternyata dalam hatinya juga
mengkhawatirkan Negara dan rakyat. Aku sangat sulit.” Puji Huang Yao Shi tulus.
“Guru,
aku sudah mengerti. Kau tenang saja. Aku akan selalu ingat ajaran guru padaku.”
Jawab Guo Jing dengan tulus. Sementara sang kekasih hanya memandangnya dengan
bangga.
“Sudahlah.
Aku sudah lapar. Ayo kita pergi.” Ujar Hong Chi Khong, mengajak mereka semua
untuk turun gunung.
Akhirnya mereka berempat beristirahat di sebuah rumah kosong di bawah gunung
dan Huang Rong memasak untuk mereka.
Huang Rong mengambilkan paha ayam untuk sang guru, tapi Hong Chi Khong berkata dia tidak sedang berselera makan. Padahal tadi dia sangat lapar tapi entah kenapa selera makannya langsung menghilang begitu saja.
Huang Rong mengambilkan paha ayam untuk sang guru, tapi Hong Chi Khong berkata dia tidak sedang berselera makan. Padahal tadi dia sangat lapar tapi entah kenapa selera makannya langsung menghilang begitu saja.
Mendengar
jawaban sang guru yang mengatakan tak berselera makan, Huang Rong hanya
tersenyum tipis tanpa kata.
“Sudahlah.
Guru tak nafsu makan. Ayah, Jing Gege, kita makan saja. Ayah, makan yang
banyak.” Ujar Huang Rong ceria seraya mengambilkan lauk untuk sang ayah.
“Jing
Gege…” Setelah mengambilkan lauk untuk sang ayah, Huang Rong pun mengambilkan
lauk untuk kekasihnya.
“Oh ya,
aku masih punya satu makanan lagi. Tunggu sebentar. Aku ambil dulu.” Ujar Huang
Rong tiba-tiba dengan senyuman “licik” di wajahnya.
Begitu
tutup pancinya dibuka, semua orang sudah bisa mencium aroma wangi makanan
tersebut. Huang Yao Shi dan Guo Jing pun menjadi penasaran dengan makanan yang
dimasak oleh Huang Rong.
“Rong’er,
sebenarnya makanan apa itu? Wangi sekali.” Tanya sang ayah penasaran.
“Ayah,
Rong’er sembarangan memasak makanan ini. Entah enak atau tidak.” Ujar Huang
Rong merendah seraya membawa makanan tersebut ke hadapan mereka semua.
Hong Chi
Khong yang tadi berkata tak punya selera makan, kini mendadak berselera
kembali.
“Rong’er,
apa kau sendiri yang membuatnya?” Tanya Hong Chi Khong ingin tahu.
“Bagaimana
menurut Guru?” goda Huang Rong iseng.
“Aku
sudah terlanjur memasak makanan ini, tapi guru tak nafsu makan, jadi Ayah, Jing
Gege, kita makan saja bertiga.” Jawab Huang Rong, kembali menjahili sang guru.
“Baiklah.
Ayo kita makan.” Sahut Huang Yao Shi setuju sambil tersenyum, mengerti bahwa
putrinya sengaja mengerjai gurunya.
“Aku
juga ingin mencobanya.” Celetuk Hong Chi Khong.
“Bukankah
tadi guru bilang tak nafsu makan? Guru istirahat saja. Nanti baru makan.” goda
Huang Rong lagi.
“Istirahat
apa? Ini…” ujar Hong Chi Khong tak rela, sementara Huang Rong hanya tersenyum
lucu.
“Saudara
Yao, aku sudah lama ingin makan masakan ini, Biar aku mencicipinya lebih dulu.”
Pinta Hong Chi Khong pada sahabat lamanya. Tanpa perlu mendengar jawaban Huang
Yao Shi, dia langsung memakannya dengan lahap. Huang Yao Shi hanya tertawa
melihat kerakusan Hong Chi Khong.
“Guru,
bukankah masakan di istana lebih enak?” Tanya Guo Jing. Hong Chi Khong menjawab
pertanyaan Guo Jing dengan makan lebih banyak.
“Tentu
saja.” Jawab sang guru tanpa pikir panjang, membuat sang murid tersenyum senang.
“Saudara
Yao, bagaimana kau bisa punya putri yang cantik dan jago memasak seperti ini? Ada makanan
enak seperti ini, aku sudah bisa mundur dari dunia persilatan.” lanjut Hong Chi
Khong.
Huang
Yao Shi tersenyum lalu mengalihkan pandangannya pada sang calon menantu.
“Jing’er,
kau ikut kami pulang ke Pulau Persik untuk mengurus pernikahanmu dengan
Rong’er.” Ajak Huang Yao Shi dengan lembut dan nada penuh kasih sayang.
Huang
Yao Shi tampak mulai sayang pada Guo Jing. Dia benar-benar sudah merestui
hubungan mereka berdua dan menerima Guo Jing sebagai menantunya. Tak hanya itu,
Huang Yao Shi sendiri yang mengusulkan tentang pernikahan.
Guo Jing
tampak terkejut untuk sesaat, dia menatap kekasihnya dengan ragu. Seolah meminta konfirmasi bahwa dia tidak salah mendengar.
Tapi setelah melihat Rong'er yang tersenyum malu-malu, barulah dia mengerti bahwa akhirnya Huang Yao Shi sudah bersedia menerimanya sebagai menantu dan merestui pernikahan mereka.
Spontan Guo Jing tersenyum menatap Rong’er. Huang Rong tak mengatakan apa-apa selain tersenyum malu-malu mendengar ayahnya membahas tentang pernikahannya dan Guo Jing.
Spontan Guo Jing tersenyum menatap Rong’er. Huang Rong tak mengatakan apa-apa selain tersenyum malu-malu mendengar ayahnya membahas tentang pernikahannya dan Guo Jing.
“Ibuku
sudah meninggal. Perihal Pernikahanku dan Rong’er, biar guru dan ayah mertua
saja yang mengaturnya.” Jawab Guo Jing seraya menatap Huang Rong lembut.
Guo Jing akhirnya dapat dengan lantang memanggil Huang Yao Shi dengan panggilan "Ayah Mertua" tanpa merasa takut dan canggung lagi seperti sebelumnya.
Guo Jing akhirnya dapat dengan lantang memanggil Huang Yao Shi dengan panggilan "Ayah Mertua" tanpa merasa takut dan canggung lagi seperti sebelumnya.
“Aku
setuju.” Jawab Hong Chi Khong dengan segera. Tanpa ragu memberikan restunya untuk kedua murid kesayangannya.
“Baik.
Aku akan kirim orang untuk memberitahu guru besarmu dan menjemputnya ke Pulau
Persik.” Jawab Huang Yao Shi setuju.
“Baik. Terima kasih, Ayah Mertua.”
Jawab Guo Jing dengan tersenyum gembira seraya kembali menatap Huang Rong yang masih
malu-malu kucing.
“Jing’er,
ada Huang Yao Shi sebagai mertuamu, kau tak perlu lagi menjadi nomor 1 dunia.”
Ujar sang guru. Huang Yao Shi pun tertawa gembira melihat putrinya gembira.
Tapi tak
lama kemudian, ada sepasang rajawali putih milik Guo Jing yang tiba-tiba saja
muncul dan membawa pesan dari Hua Cheng bahwa Mongol akan segera menyerang Sung
dan target pertama mereka adalah benteng Xiang Yang sebagai benteng perbatasan
terluar.
Huang
Yao Shi spontan menyuruh putri dan menantunya untuk pergi ke benteng Xiang Yang
dan memberitahu pejabat di sana untuk bersiap. Jika mereka tidak mau mendengar,
Guo Jing sendiri yang harus memimpin pasukan untuk melawan Mongol.
Sementara
Hong Chi Khong menyuruh Huang Rong memanggil anggota partai pengemis untuk
datang membantu karena Negara dalam keadaan bahaya.
Dalam
perjalanan ke benteng Xiang Yang, Guo Jing mengajak Huang Rong beristirahat
sejenak di sebuah kedai untuk makan dan minum karena langit mulai mendung dan
takut hujan akan turun. Ternyata di sana mereka bertemu dengan Mu Nian Chi dan
bayi Yang Guo. (Haaahhh…Si egois terlahir ke dunia. Ngapain juga elo lahir
kalau ujung-ujungnya ngumpet dalam kuburan???)
Akhirnya
Guo Jing dan Huang Rong menceritakan bahwa Yang Kang telah mati akibat ulahnya
sendiri. Mu Nian Chi meminta Guo Jing mencarikan nama untuk anak itu.
Guo Jing akhirnya memberikan namanya sendiri untuk anak itu yaitu “Guo”. Dengan harapan bila besar nanti, bayi itu akan seperti dirinya, berjuang demi Negara dan melindungi rakyat.
Guo Jing akhirnya memberikan namanya sendiri untuk anak itu yaitu “Guo”. Dengan harapan bila besar nanti, bayi itu akan seperti dirinya, berjuang demi Negara dan melindungi rakyat.
Note :
Gak usah ngimpi, Guo Jing! Si Yang Guo (Yoko) kan ujung-ujungnya ngumpet dalem
kuburan, indehoi ma bininya yang juga sama egoisnya. Mana peduli dia sama
rakyat kecil yang terjajah dan tertindas? Selangkangan Xiao Long Ni jauh lebih
nikmat daripada perang demi melindungi orang yang gak dikenal. PAHLAWAN SEJATI itu HANYA GUO JING
lah. Demi membela bangsa dan Negara hingga harus gugur di medan perang di dalam
benteng Xiang Yang, sampai tua berjuang demi Negara. Bahkan sampai keluarganya
pun harus gugur semua pula di medan perang. Walau Guo Fu (Kwee Hu) digambarin
“jahat” karena memotong tangannya Yoko (walau bagiku memang sangat pantas dan
layak tuh tangan dipotong, gak guna soalnya), tapi setidaknya pada akhirnya Guo
Fu (Kwee Hu) juga gugur di benteng Xiang Yang melindungi rakyat yang terjajah.
Lah Yoko apa? NGUMPET !!! PENGECUT !!! EGOIS !!! Harusnya loe aja yang mati sono >__< Tugas
melindungi Negara bukan yang muda (Yoko) yang melindungi
tapi malah yang
tua (Guo Jing). Yang muda (Yoko)
malah ngumpet dalem kuburan dan indehoi ma bininya ckckck… Gak
pantes disebut YING SIUNG aka PAHLAWAN. Pahlawan apaan yang ngumpet?
Pahlawan kesiangan??? Ngebunuh satu hakim Roda Emas aja lagaknya uda kayak
membunuh ratusan ribu prajurit mongol. Itu Guo Jing woiiiii
yang ngebunuh… Bloggernya
benci sama Yoko sampai ke sumsum tulang T__T Lebih benci lagi kalau orang yang
egois kayak Yoko malah banyak yang suka *sigh*
Oke lanjut, inget Yoko bikin bad mood
>__<
Setelah memberi nama pada bayi Yang
Kang, Guo Jing dan Huang Rong pun melanjutkan perjalanan ke Benteng Xiang Yang.
Namun sayang, walikota yang bertanggung jawab atas Kota Xiang Yang hanyalah
seorang pengecut yang takut mati.
Walikota pengecut itu bahkan hampir melarikan diri dengan membawa banyak perhiasan, untung saja Guo Jing dan yang lainnya segera menghentikannya sebelum walikota pengecut tersebut melarikan diri dari benteng Xiang Yang.
Walikota pengecut itu bahkan hampir melarikan diri dengan membawa banyak perhiasan, untung saja Guo Jing dan yang lainnya segera menghentikannya sebelum walikota pengecut tersebut melarikan diri dari benteng Xiang Yang.
Tetua Lu Yu Jiao berkata bahwa harus
ada seorang pemimpin untuk memimpin mereka melawan pasukan Mongol, spontan
membuat Guo Jing segera berjalan keluar dan berinisiatif untuk mengambil alih
pimpinan di Benteng Xiang Yang.
Guo Jing akhirnya mengambil alih
pimpinan di Benteng Xiang Yang dan sepenuh hati meminta kepada semua prajurit
di sana untuk membantunya berjuang melawan penjajah Mongol untuk melindungi
rakyat dan negara. Karena melindungi rakyat termasuk melindungi keluarga mereka
sendiri.
“Seluruh prajurit Sung, tolong dengarkan aku!
Namaku Guo Jing, aku berasal dari Desa Niu, di kota Ling’An. Walaupun sejak
kecil aku meninggalkan kampung halaman, tapi sekarang aku telah kembali ke
tempat di mana aku berasal. Aku tak rela kampung halamanku dikuasai oleh orang
asing. Kota Xiang Yang adalah bagian dari negara Sung. Saat ini, kita di sini
bukan hanya untuk mempertahankan kota ini. Tapi juga untuk melindungi keluarga
kalian. Jika kota ini hancur, maka keluarga kalian juga akan binasa. Aku Guo
Jing, atas nama bangsa Sung, mengandalkan kalian semua.” Seru Guo Jing dengan
tegas dan mantap, berusaha mengobarkan semangat kebangsaan para prajurit Sung
di benteng Xiang Yang.
Pidato kepahlawanan Guo Jing ternyata
sukses membakar semangat para prajurit Xiang Yang, membuat Huang Rong tersenyum
bangga melihat sang kekasih tercinta.
Di saat genting, untunglah Huang Rong
yang cerdas berhasil mendapatkan ide cemerlang untuk menahan pasukan Mongol
sementara waktu, yaitu dengan memakai siasat “Kota Kosong”. Huang Rong menyamar
menjadi seorang prajurit dan berjalan mendampingi walikota Xiang Yang untuk
menyambut Pasukan Mongol dengan membawa banyak sekali hadiah dan permata.
Huang Rong menyuruh walikota tersebut
untuk menyambut pasukan Mongol dan mengundang mereka ke dalam kota Xiang Yang.
Sementara di atas benteng tampak berjaga pasukan Xiang Yang dengan siap siaga,
memberikan kesan bahwa Sung sudah tahu tentang rencana Mongol yang akan
menyerang mereka dan undangan tersebut hanyalah perangkap untuk menghabisi
seluruh prajurit Mongol di dalam benteng Xiang Yang.
Akhirnya Jenderal Mongol yang tampak
curiga setelah melihat banyak prajurit berjaga di benteng kota menolak dengan
alasan bahwa mereka lebih nyaman tinggal di luar benteng.
Huang Rong tersenyum lega karena siasatnya berhasil. Untuk sementara, pasukan Mongol berhasil diusir pergi. Namun walaupun begitu, siasat tersebut hanya mampu menahan serangan Mongol untuk sementara saja. Cara terbaik untuk menghentikan mereka adalah dengan menangkap pemimpinnya.
Huang Rong tersenyum lega karena siasatnya berhasil. Untuk sementara, pasukan Mongol berhasil diusir pergi. Namun walaupun begitu, siasat tersebut hanya mampu menahan serangan Mongol untuk sementara saja. Cara terbaik untuk menghentikan mereka adalah dengan menangkap pemimpinnya.
Guo Jing dan Huang
Rong akhirnya diam-diam menyusup ke dalam markas pasukan Mongol, hanya untuk
melihat bahwa Tuo Li-lah yang ditunjuk menjadi pemimpin mereka untuk menyerang Sung.
Guo Jing dan Tuo Li akhirnya berbincang
sejenak untuk terakhir kalinya sebagai saudara angkat. Mereka bersulang dengan
sedih karena teringat betapa dekatnya hubungan mereka di masa lalu, tapi kini
mereka harus saling berhadapan sebagai musuh.
“An Ta, benarkah kau diperintah oleh
Jenghis Khan untuk menyerang kota Xiang Yang? Memandang hubungan kita, aku
mohon tarik pasukan kalian. Apa kau bisa melakukannya?” ujar Guo Jing, langsung
pada intinya.
“An Ta, aku adalah orang Mongol.” Jawab
Tuo Li, tampak menyesal.
“Aku mengerti. Aku juga adalah orang
Sung.” Potong Guo Jing.
“An Ta, bisa tidak kau jangan ikut
campur masalah ini? Aku tidak menginginkan hal ini. Aku benar-benar tidak ingin
kita bertemu di medan perang.” Ujar Tuo Li penuh harap.
“Maaf, aku tak bisa. Aku tidak bisa
tinggal diam melihat negara Sung dihancurkan oleh Mongol. Aku tak bisa melihat
nasib rakyat Sung akan berakhir sama seperti nasib rakyat Samarkhan. Semuanya
tewas.” jawab Guo Jing tegas.
“An Ta, haruskah kita berhadapan di
medang perang?” Tuo Li masih tampak tak tega harus berperang melawan seseorang
yang sudah dianggapnya sebagai saudara.
“An Ta, apa kau masih ingat apa yang
kita ucapkan saat masih kecil? Suka dan duka, akan kita pikul bersama. Tapi
kini, kita masing-masing memiliki majikan. Jika kau menyerang, aku akan
bertahan. Keberuntunganmu adalah bencana bagiku dan bencanamu adalah
keberuntunganku.” Guo Jing dengan tegas memberikan jawaban dan pilihannya,
membuat Tuo Li hanya bisa tersenyum miris.
“An Ta, kita pernah menjadi saudara.
Walau sekarang kau adalah musuh Mongol, tapi aku tetap menghormatimu sebagai
pahlawan. Bersulang.” Ujar Tuo Li, dengan pedih menerima takdir mereka.
“Baik. Hari ini kita minum sepuasnya.
Saat bertemu kembali, kita adalah musuh. Mari bersulang!” jawab Guo Jing seraya
mengangkat gelasnya dan bersulang.
Tapi untunglah untuk sementara waktu,
invasi Mongol ke China dapat dihentikan dengan kematian Jenghis Khan.
Note : Sebelum Khan meninggal, dia
menunjuk Tuo Li sebagai penerusnya. Namun kakak pertama dan kedua Tuo Li yang
kecewa karena sang ayah tidak memilih mereka menjadi pemimpin akhirnya berniat
ingin merebut kekuasaan. Terjadi perang saudara di Mongol hingga beberapa tahun
lamanya (kurang lebih 10 tahunan) yang secara tidak langsung memberikan keuntungan
pada Sung karena invasi Mongol sempat terhenti akibat perebutan kekuasaan di
kubu internal. Itulah sebabnya, Guo Jing dan Huang Rong masih bisa menikmati
hidup damai yang penuh kebahagiaan di Pulau Persik selama beberapa tahun hingga
putri pertama mereka, Guo Fu (Kwee Hu) lahir dan Yoko datang mengacaukan
kebahagiaan mereka >__<
Tak lama setelah bersulang, salah satu
prajurit Mongol datang memberi kabar bahwa Jenghis Khan sakit keras dan Tuo Li
diminta untuk pulang sekarang juga. Orang itu juga mengatakan bahwa Jenghis
Khan sangat merindukan Guo Jing, jika mengetahui keberadaannya, bawalah pulang
bersama kita. Padahal saat itu, Guo Jing sudah ada di dalam tenda bersama Tuo
Li.
Guo Jing keluar dari dalam tenda dan
menceritakannya pada Huang Rong yang sedari tadi menunggunya di luar tenda.
“Bagaimana Kakak Jing?” tanya Huang
Rong dengan penasaran.
“Untuk sementara Xiang Yang aman, Khan
sedang sakit keras. Dia ingin aku dan Tuo Li pulang ke Mongol untuk
menemuinya.” Jawab Guo Jing dengan tersenyum lega. Seperti yang dia katakan
pada Tuo Li bahwa bencana Mongol adalah keberuntungannya.
“Baik. Aku pergi bersamamu.” jawab
Huang Rong tanpa pikir panjang. Yang pasti dia akan pergi ke manapun Guo Jing
akan pergi.
Dan akhirnya Guo Jing (tentunya bersama
Huang Rong) kembali ke Mongol untuk sesaat dan menemui Jenghis Khan (Temujin)
untuk yang terakhir kalinya sebelum pria itu menghembuskan napas terakhirnya.
Setelah sampai di Mongol, Jenghis Khan
meminta Guo Jing untuk menemaninya berjalan-jalan keluar.
“Jing’er, akhirnya aku berhasil
mempersatukan seluruh wilayah Mongo. Berikutnya, para pahlawan Mongol akan
mempersatukan dunia. Bagaimana menurutmu?” tanya Jenghis Khan pada Guo Jing.
Namun belum sempat Guo Jing menjawab
pertanyaan itu, Jenghis Khan melihat burung rajawali di langit dan berniat
memanahnya namun sayangnya gagal. Khan seolah mendapat firasat bahwa waktu
hidupnya di dunia ini sudah tidak lama lagi.
“Sudah bertahun-tahun, baru kali ini panahku meleset. Sepertinya hari
kematianku sudah tiba.” Ujar Jengkhis Khan seraya melempar busurnya ke tanah.
“Jing’er, semua wilayahku takkan ada
yang bisa merebutnya. Semua wilayah dari barat ke timur, membutuhkan satu tahun
perjalanan. Apakah menurutmu ada pahlawan yang lebih baik daripada aku?” tanya
Jengkhis Khan sekali lagi, yang kali ini dijawab oleh Guo Jing.
“Ilmu perang Khan tidak terkalahkan.
Benar-benar seorang pahlawan. Hanya saja, selama bertahun-tahun, anda terus
berperang telah banyak menelan korban. Banyak yang kehilangan anggota
keluarganya.” Jawab Guo Jing dengan jujur.
“Kau bilang apa?” tanya Jenghis Khan,
tampak tak menyukai ucapan Guo Jing yang terlalu jujur.
“Pahlawan sejati bukanlah mereka yang
menguasai dunia. Tapi mereka yang mengutamakan kepentingan dan keselamatan
rakyat banyak. Juga yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
pribadi atau golongan. Kelak saat mereka mati, akan dihormati oleh semua
orang.” Lanjut Guo Jing dengan berani. Menjelaskan arti pahlawan menurut sudut
pandangnya yang sederhana. (Kalau dalam novelnya ditambahin "Untuk apa menguasai dunia jika saat kau mati, kau hanya membutuhkan sebidang tanah.")
Note : Tuh liat para penggemar Yoko!
Pahlawan tuh seperti yang didefinisikan oleh Guo Jing yaitu “Mengutamakan kepentingan bersama di atas
kepentingan pribadi atau golongan. Seorang Pahlawan adalah mereka yang
mengutamakan kepentingan dan keselamatan rakyat banyak.”
Lah
Yoko apa? Ngumpet dalem kuburan. Masak ada
pahlawan ngumpet di selangkangannya Xiao Long Ni? Pahlawan itu seperti Guo
Jing, berjuang demi bangsa dan negara hingga tetes darah penghabisan, hingga
tua renta masih berjuang mempertahankan benteng Xiang Yang, hingga akhirnya
gugur di medan perang karena dikeroyok musuh. ITULAH DEFINISI PAHLAWAN SEJATI
!!!
Heran deh sama Jin Yong, kok bisa bikin
karakter Pahlawan pengecut macem Yoko yang ujung-ujungnya NGUMPET? Lebih heran
lagi kalau fansnya Yoko di Indonesia malah lebih banyak dari fansnya Guo Jing.
Tapi gak heran sih, orang Indonesia kan
aneh. Semakin gak nggena malah semakin terkenal. Uda banyak contohnya. Mereka
yang berprestasi malah diabaikan, tapi yang gak bener (macem si 80 juta, terus macem
model yang nabrak orang sambil telanjang yaitu Nikita Mir*a*i) malah terkenal.
Jadi gak heran kalau pahlawan kesiangan macem Yoko lebih terkenal di Indonesia
daripada THE REAL HERO seperti Guo Jing. Maklumin aja, otaknya udah kebalik
>_<
Back to Story...
Percakapan hati ke hati antara Guo Jing
dan Jenghis Khan masih berlanjut.
“Jing’er, apa kau masih ingat saat kau
memohon untuk rakyat Samarkhan? Kau bilang, pahlawan harus bisa diterima oleh
seluruh rakyat. Hingga sekarang, aku masih ingat perkataanmu. Sulit melupakannya.”
Ujar Jenghis Khan pada Guo Jing.
Kemudian adegan beralih pada Jenghis
Khan yang berjalan seorang diri di padang rumput disertai dengan narasi.
“Aku Temujin, selalu bermimpi ingin
menjadi seorang Pahlawan Sejati. Terus berperang, memperluas wilayah kekuasaan.
Mereka memanggilku Serigala Gurun. Sebenarnya aku sadar, aku hanyalah orang tua
yang sedang menunggu kematian. Pahlawan? Apa itu Pahlawan? Orang seperti apa
yang pantas disebut pahlawan dan dihormati oleh semua orang?”
Note : Ya orang seperti Guo Jing lah.
Guo Jing lah yang paling pantas disebut PAHLAWAN SEJATI, PAHLAWAN BESAR karena
Guo Jing mengabdikan seluruh hidupnya demi menjaga dan melindungi benteng Xiang
Yang.
Jenghis Khan wafat pada tahun 1227 di
wilayah Barat. Dengan wafatnya Jenghis Khan, maka berakhirlah semua
kekuasaannya di gurun. Tampak rakyat dan semua anak-anaknya memberikan
penghormatan terakhir.
Kemudian adegan beralih pada Guo Jing
dan Huang Rong yang sedang menunggang kuda sambil berbincang, mereka berencana
kembali ke Benteng Xiang Yang untuk membantu mempertahankan kota.
Note : Tapi sebenarnya gak perlu,
karena setelah Khan Agung meninggal, Mongol dilanda perang saudara untuk
memperebutkan kekuasaan jadi invasi Mongol ke China terhenti selama beberapa
tahun sehingga Guo Jing dan Huang Rong masih sempat pulang ke Pulau Persik dan
hidup dengan damai dan bahagia di sana. Tapi ceritanya di sini memang berhenti
sampai rencana ke Benteng Xiang Yang. Padahal fans LOCH berharap bisa melihat
adegan pernikahan Guo Jing dan Huang Rong yang selama ini tak pernah ada.
“Kudengar Khan Agung meninggal saat
sedang bermeditasi, kalimat terakhir yang diucapkannya adalah Pahlawan.
Pahlawan.” Ujar Guo Jing pada Huang Rong.
“Semua orang ingin menjadi Pahlawan.
Tapi pahlawan sejati itu adalah yang menyelamatkan orang lain dari bahaya. Membantu meringankan
penderitaan orang lain.” Ujar Huang Rong, memberikan pendapatnya.
“Rong’er, aku pernah berjanji setelah
pertandingan di Gunung Hua, aku akan membawamu berjalan-jalan dan hidup
menyepi, meninggalkan dunia persilatan. Tapi sepertinya hal itu tak bisa terlaksana. Apa kau kecewa
padaku?” tanya Guo Jing pada kekasihnya.
“Yang penting hati kita bersatu.
Selamanya tidak akan berpisah. Asalkan bisa bersama Kakak Jing, Rong’er tidak
mengharapkan apa pun lagi.” Jawab Huang Rong dengan pengertian.
“Ada orang dalam kesulitan, mana
mungkin tidak membantu? Entah kapan baru bisa menikmati kedamaian.” Ujar Guo
Jing, seolah bisa menebak bahwa hidupnya takkan pernah ada kedamaian. (Damainya
hanya 10 tahun pernikahan awal doank)
“Jing Gege, aku akan mendengarkanmu.
Katakan! Kita akan pergi ke mana?’ ujar Huang Rong ceria.
“Xiang Yang. Walaupun tidak bisa mempertahankan seluruh negara, tapi setidaknya kita bisa mempertahankan satu kota, agar rakyat Xiang Yang bisa hidup tenang.” Jawab Guo Jing mantap.
TAMAT.
Blogger Opinion :
Haaahhh... Aku sangat suka versi LOCH
2017 ini. THE BEST LOCH ADAPTATION SO FAR !!! Sekarang bagiku, "The Legend Of The Condor Heroes 2017" ini adalah
versi TERFAVORITE dari semua adaptasi yang pernah dibuat.
Terima kasih telah
memilih William Yang Xuwen sebagai Guo Jing. Akhirnya penantianku selama 23
tahun yang ingin melihat GUO JING YANG GANTENG TERWUJUD di versi William Yang
Xuwen.
William Yang Xuwen as Guo Jing 2017 (Short Hair)
William Yang Xuwen as Guo Jing 2017 (Long Hair)
Apalagi sebelumnya sempat down dan sangat kesal setelah melihat versi LOCH 2003 di mana Guo
Jing-nya ancur lebur pesek gak ketulungan, gak enak dipandang blas, bikin sepet
mata. Hal ini karena sebelumnya di tahun 1994 ada Julian Cheung sebagai Guo
Jing yang manis semanis gula, lah kok di versi barunya malah ancur lebur kayak
gini sih? Langsung bete setengah idup >_< Down grade banget kesannya >__< Penurunan peringkat.
Li Ya Pheng (Guo Jing 2003) yang ancur lebur gak karuan >_< Maaf, Anda Guo Jing atau bapaknya Guo Jing, ya? Masak remaja umur 18 tahun tapi wajahnya kayak bapak-bapak gini? Loe makan apaan, kok sampai wajahmu mengalami penuaan dini kayak gini? Salah casting, bos! *tepok Jidat* Jauh banget sama William Yang Xuwen, bagai Surga dan Neraka >__< Yang satu imut-imut, yang ini amit-amit.
Sempet happy waktu ada versi Hu
Ge, tapi lah kok rambutnya jelek amat? Gimbal kayak orang gak pernah keramas
>__< Gak jadi happy karena rambutnya Hu Ge gimbal. Coba style rambutnya Hu Ge dibuat seperti saat Hu Ge berperan sebagai Li Xiao Yao di "Chinese Paladin 1" atau Ning Chai Cheng di "Chinese Ghost Story" atau mungkin seperti saat Hu Ge menjadi Yang Liu Lang di "Young Warrior Of The Yang Clan 2006", mungkin akan lain cerita.
Walaupun gak nyaman dengan modifikasi yang kebablasan di LOCH 2008, tapi jika saja rambutnya Hu Ge sedikit lebih baik, mungkin bisa deh ditahan-tahanin nontonnya T__T tapi ternyata rambutnya mengecewakan. Ditambah lagi, Guo Jing versi Hu Ge terlihat idiot dan tolol. Berbeda dengan William Yang dan Julian Cheung yang lugu dan polos.
Walaupun gak nyaman dengan modifikasi yang kebablasan di LOCH 2008, tapi jika saja rambutnya Hu Ge sedikit lebih baik, mungkin bisa deh ditahan-tahanin nontonnya T__T tapi ternyata rambutnya mengecewakan. Ditambah lagi, Guo Jing versi Hu Ge terlihat idiot dan tolol. Berbeda dengan William Yang dan Julian Cheung yang lugu dan polos.
Mungkin yang kurasakan saat melihat rambutnya Hu Ge di LOCH 2008 sama seperti yang dirasakan oleh para wuxia lovers era jadul yang juga tidak menyukai style rambut William Yang Xuwen yang imut dengan poni lemparnya. Sebenarnya ini semua kembali pada selera masing-masing orang. Well, people have taste right?
.
Style
Hu Ge yang di mataku jelek dan gimbal kayak orang gak keramas
berbulan-bulan, tapi di mata orang lain mungkin cocok-cocok aja.
Sama seperti style rambut William Yang Xuwen dengan poni manisnya yang di mataku membuatnya tampak imut dan ganteng abis seperti idol Korea, tapi di mata para wuxia lover era jadul justru tampak jelek dan gak cocok untuk karakter Guo Jing yang notabene-nya seorang Pendekar Besar. Jika seperti ini, maka semuanya kembali pada selera masing-masing orang.
Sama seperti style rambut William Yang Xuwen dengan poni manisnya yang di mataku membuatnya tampak imut dan ganteng abis seperti idol Korea, tapi di mata para wuxia lover era jadul justru tampak jelek dan gak cocok untuk karakter Guo Jing yang notabene-nya seorang Pendekar Besar. Jika seperti ini, maka semuanya kembali pada selera masing-masing orang.
Tapi bagiku, baru di versi LOCH 2017 ini akhirnya
mataku TERPUASKAN. Style rambutnya William Yang Xuwen SANGAT PAS DAN SESUAI DENGAN
SELERAKU yang memang sangat menyukai boyband korea. Jadi melihat style rambut
Guo Jing 2017 yang kata wuxia lovers garis keras tampak ala-ala boyband Korea, kok aku malah suka banget, ya? Hahaha
^_^
Didukung dengan paras William Yang Xuwen yang memang sudah rupawan, ganteng
macem idol Kpop, makin sreg di hatiku. Bahkan dengan mudahnya William Yang
Xuwen menggeser posisi Julian Cheung yang sudah bertahan sebagai Guo Jing terfavorite selama 23 tahun ini.
Terima kasih sekali
lagi kepada pihak rumah produksi Huace Media yang sudah memilih William Yang as
Guo Jing 2017 dan memberinya kostum serta style rambut yang pas di wajah
ganteng sang do’i.
Dan tak lupa dengan modifikasi kecil
super kreatif yang membuat serial ini semakin terasa manis, romantis dan
dramatis namun tanpa terkesan berlebihan.
Juga alur cerita yang berjalan cepat,
tidak bertele-tele dan sangat mirip dengan novelnya sekitar 95%. Tak lupa juga
setting indah yang memanjakan mata serta pencahayaan terang yang menambah
kesejukan mata. Di bawah ini adalah beberapa contoh setting yang memanjakan mata.
Peach Blossom Island (Pulau Bunga Persik)
Danau tempat Guo Jing dan Huang Rong kencan pertama kali. Indah kan settingnya? Sangat memanjakan mata penonton ^_^
Selain setting yang indah dan memanjakan mata penonton, pemain yang overall good looking juga merupakan salah satu
keunggulan versi ini. Hanya orang yang gak normal aja yang gak suka melihat
cowok ganteng dan cewek cantik. Di versi ini, para pemain eyes candy
bertebaran. Dijamin tidak rugi jika melihat serial yang dibanjiri dengan pemain
yang ganteng dan cantik yang memanjakan mata siapa pun yang menontonnya.
Walaupun Li Yi Tong (Huang Rong) kurang
cantik bila dibandingkan dengan Meng Chi Yi (pemeran Mu NIan Chi) dan Dai Wen Wen (pemeran Putri Hua Cheng), tapi setidaknya dia tidak membuatku terganggu seperti Barbara Yung
ataupun Ariel Lin. Huang Rong versi Li Yi Tong cukup enak untuk ditonton, karena aku menyukai karakter Huang Rong yang baik hati, menurut pada Jing Gege, selalu mengalah walaupun sangat cerewet, namun di sisi lain sangat pintar dan banyak akal.
Tapi walaupun gak cantik-cantik amat, namun bila dilihat dari angle yang tepat, Li Yi Tong masih terlihat imut dan manis. Tapi, kalau angle-nya pas, ya ^_^
For me, she is BETTER than Chou Shun and Idy Chan yang terlihat seperti TANTE-TANTE and BETTER than Ariel Lin yang tembem dan gendut.
Secara keseluruhan, aku akan memberi rating 9/10 hanya karena Huang Rong-nya kalah cantik bila dibandingkan dengan pemain lainnya, seperti Meng Chi Yi (Mu Nian Chi) dan Dai Wen Wen (Princess Hua Cheng). Namun sisanya SEMPURNA !!!
Well, Tak ada gading yang tak retak, kan? Setiap adaptasi PASTI memiliki kekurangan dan kelebihan.
Dan bila Anda tidak setuju dengan pendapat bloggernya, harap diingat bila setiap orang punya selera.
Let's respect others opinion, especially THE BLOGGER !!!
Li Yi Tong (Huang Rong 2017) terlihat imut, cantik dan aura cerdas dan nakalnya juga keluar kalau angle-nya pas seperti ini ^_^
Secara keseluruhan, aku akan memberi rating 9/10 hanya karena Huang Rong-nya kalah cantik bila dibandingkan dengan pemain lainnya, seperti Meng Chi Yi (Mu Nian Chi) dan Dai Wen Wen (Princess Hua Cheng). Namun sisanya SEMPURNA !!!
Well, Tak ada gading yang tak retak, kan? Setiap adaptasi PASTI memiliki kekurangan dan kelebihan.
Dan bila Anda tidak setuju dengan pendapat bloggernya, harap diingat bila setiap orang punya selera.
Let's respect others opinion, especially THE BLOGGER !!!
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar