Starring :
Joo Won as Hwang Tae Hee
Uee After School as Hwang (Baek) Ja Eun
Kim Hyun Joong as Dokter Yoon Ji Hoo
Uee After School as Kim Yui (Baek Ja Eun’s Twin Sister ) => Double Casting
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step Brother)
Foreword : Hwang Tae
Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life....
“You Are My Endless Love 6 – Ojakgyo Brothers
Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”
“CHAPTER
6 : Dont Wanna Lose You Now!”
Suam Hospital..
“Apa ini hasil test DNA-nya?” tanya seorang gadis muda
dengan wajah ceria pada seorang dokter muda di hadapannya.
Dokter muda itu
hanya mengangguk singkat sambil memberi tanda bahwa gadis muda itu boleh
membuka amplopnya. Dengan hati berdebar bahagia gadis muda itu membuka amplop putih
di tangannya dengan penuh antusias, matanya berkilat bahagia saat membaca apa
yang tertulis di sana.
“Apa ini benar? Test ini akurat, kan?
Anda sedang tidak berbohong, kan?” tanya gadis muda itu dengan airmata
kebahagiaan mengalir pelan di pipinya. Dokter muda di hadapannya hanya menjawab
dengan anggukan singkat.
“Jika memang hasilnya seperti itu maka
memang seperti itu pulalah kenyataannya.” Jawabnya singkat.
“Aku sudah tahu. Aku sudah bisa
merasakannya. Akhirnya aku tidak sendirian lagi di dunia ini. Aku punya
keluarga. Dokter Yoon, bisakah Anda mengantarku ke rumah kakakku sekarang? Aku
ingin memberitahunya soal berita gembira ini.” Seru gadis itu antusias.
“APA? SEKARANG? Apa kau sadar berita
ini mungkin sangat mengejutkannya? Kau tahu apa resikonya kalau dia sampai
terkejut kan? Kandungannya sangat lemah, dia tidak boleh tertekan atau terkejut
karena itu bisa mempengaruhi kehamilannya. Tidak bisakah kau menunggu sampai
dia melahirkan?” ujar Dokter Yoon menolak permintaan gadis muda itu.
“Baiklah! Kalau begitu, apa kau bisa
membantuku bertemu ayah kandungku?” pintanya lagi, terlihat sangat antusias
dengan berita ini.
“Ayah kandungmu?” ulang Dokter Yoon
memastikan.
“Benar. Direktur Baek In Ho. Jika Baek
Ja Eun adalah kakakku, maka Baek In Ho pasti adalah ayahku. Jika aku tidak
boleh bertemu kakakku, aku ingin bertemu ayahku dulu. Aku hanya ingin tahu
kenapa dia membuangku.” Ujar gadis muda itu bersikeras.
“Kau salah! Direktur Baek In Ho tak
pernah membuangmu.” Jawab Dokter Yoon seraya membuka laci meja kerjanya dan
mengeluarkan sebuah amplop yang lain.
“APA? Kenapa kau bisa begitu yakin?”
tanya gadis muda itu skeptis.
“Aku meminta Jaksa Hwang Tae Hee,
suami Baek Ja Eun untuk menyelidiki asal usulmu dan apa yang sebenarnya
terjadi. Dari hasil investigasinya, 25 tahun yang lalu, saat kalian masih
berusia 2 tahun, terjadi sebuah kecelakaan yang disebabkan karena sopir
keluarga Baek sedang mengantuk. Mobil yang kalian tumpangi masuk ke dasar
jurang, Ibu Ja Eun tewas dalam kecelakaan itu dan salah satu putri kembar Tuan
Baek dilaporkan hilang. Regu penyelamat mengatakan kemungkinan besar satu dari
si kembar terseret arus sungai yang begitu deras lalu tenggelam. Baek Ja Eun
terluka parah, tapi untunglah dia masih bisa selamat. Itu sebabnya Tuan Baek
sangat menyayangi Ja Eun karena hanya Ja Eun-lah yang selamat dalam kecelakaan
itu. Tuan Baek tidak percaya jika putrinya mati tenggelam, selama setahun penuh
dia menugaskan tim penyelamat untuk tetap mencari tapi gadis kecil itu tetap
tidak ditemukan.” Ujar Ji Hoo menjelaskan apa yang tertulis di laporan penyelidikan itu.
“Dan gadis kecil yang diduga mati
tenggelam itu adalah...” gadis muda itu membiarkan suaranya mengambang di udara.
“KAU.” jawab Dokter Yoon melanjutkan
kalimatnya.
“Kau tahu? Dulu aku sempat menyalahkan
keluarga yang telah membuangku. Aku berpikir mereka tidak menginginkanku. Tapi
ternyata aku salah. Entah kenapa aku merasa diriku sangat jahat.” Jawab gadis
muda itu dengan airmata menetes pelan, saat dia melihat foto-foto kecelakaan 25
tahun itu di tangannya.
“Jadi kakak iparku sudah tahu yang
sebenarnya?” tanyanya lagi. Dokter Yoon mengangguk mantap.
“Dia memang menyelidiki soal
kecelakaan ini, tapi dia masih belum tahu hasil test DNA itu, kan? Kurasa dia
belum terpikir bila gadis yang hilang itu adalah kau.Tapi Jaksa Hwang orang
yang pintar, kurasa tak lama lagi dia akan tahu dengan sendirinya, dengan atau
tanpa melihat test DNA ini.” Jawab Dokter Yoon menerangkan. Gadis muda itu
hanya mengangguk-angguk mengerti.
“Terima kasih.” Jawab gadis muda itu.
“Untuk apa?” tanya Dokter Yoon
bingung.
“Karena sudah membantu menemukan
keluargaku. Karena sudah membantuku sejauh ini. Aku hanya memintamu melakukan
test DNA tapi justru kau berinisiatif meminta kakak iparku mencari tahu masa
laluku. Bagiku, bantuanmu sangat berarti.” Jawab gadis muda itu berterima
kasih.
“Sama-sama. Aku hanya berpikir, jika
kita punya kenalan seorang Jaksa, kenapa tidak minta bantuannya saja? Aku hanya
sekedar memanfaatkan profesi kakak iparmu.Harusnya kau juga berterima kasih
padanya.” Jawab Dokter Yoon merendah.
“Pasti. Aku ingin sekali bertemu
mereka semua. Ayahku, kakakku, kakak ipar dan keluarganya, aku ingin tahu
bagaimana rasanya memiliki sebuah keluarga.” Jawabnya bahagia.
“Tunggu sebentar lagi. Kita akan cari
waktu yang tepat agar Kakakmu tidak terlalu terkejut lalu mengalami pendarahan
lagi.” Janji Dokter Yoon sambil tersenyum hangat.
Ojakgyo Farm, 8th Month Pregnancy..
“Jadi ini kau?? Lucu sekali.” Puji Tae
Hee saat melihat foto masa kecil istrinya. Mereka berdua ada didalam kamar dan sedang
asyik melihat-lihat foto-foto lama keluarga Ja Eun. Entah kenapa, Ja Eun
tiba-tiba ingin melihat foto-foto lama keluarganya.
“Itu saat usiaku 8 tahun.” Jawab Ja
Eun sambil tersenyum memandangi foto dirinya sendiri dalam album kenangan itu.
Tae Hee tersenyum mesra sambil memandang istrinya penuh arti.
“Aku yakin pasti anak kita nanti akan
secantik dirimu.” Ujar Tae Hee penuh perasaan, membuat Ja Eun salah tingkah
mendengarnya.
“Oppa..jangan menggodaku.” Ujar Ja Eun
dengan pipi memerah.
“Aku tidak menggodamu. Kau memang
cantik kan? Itu sebabnya aku harus selalu waspada pada setiap pria yang mencoba
mendekatimu. Punya istri secantik dirimu, membuatku tidak pernah bisa tidur
dengan nyenyak.” Tae Hee mengungkapkan kecemburuannya pada setiap pria yang
menaruh hati pada istrinya.
“Pria yang mana? Jangan mengada-ada.”
Ja Eun menjawab asal sambil tertawa.
“Mau ku sebutkan 1 per 1? Bagaimana
jika kita mulai dari Kim Jae Ha, lalu teman kerjamu di Amerika, lalu ada Dokter
Yoon Ji Hoo, dan entah siapa lagi setelah ini.” Jawab Tae Hee kesal sambil
cemberut.
“Jangan konyol! Bukankah kenyataannya
aku bersamamu sekarang?” jawab Ja Eun sambil tertawa geli melihat suaminya
mendadak sangat protektif jika mengangkut pria lain.
Tae Hee diam tak menjawab
seraya membolak-balik album foto kenangan itu, hingga matanya menangkap
selembar foto tua yang sudah terlihat usang dengan penuh minat.Sebuah foto
keluarga dengan sepasang bayi kembar dalam pelukan ayah dan ibunya.
“Ja Eun-ah, apa foto ini asli?” tanya
Tae Hee seraya menyodorkan fotonya pada Ja Eun yang spontan langsung
mengalihkan tatapannya pada foto itu.
“Apa maksudmu, Oppa? Tentu saja ini
asli.” Jawab Ja Eun tak mengerti.
“Maksudku, ini bukan photoshop, kan?”
tanya Tae Hee meyakinkan Ja Eun bahwa foto itu asli.
"Oppa, jaman dulu mana mungkin ada
photoshop? Jaman dulu tidak secanggih sekarang. Kau ini lucu sekali.” Jawab Ja
Eun sambil tertawa geli lalu kembali melihat foto yang lain.
“Jadi kau kembar?” tanya Tae Hee lagi
dan Ja Eun hanya mengangguk singkat.
“Kurasa begitu. Aku tak ingat lagi.”
Jawab Ja Eun dengan polosnya.
“Kau tak ingat?” ulang Tae Hee sedikit
bingung. Ja Eun mengangguk mantap.
“Kau tahu kan kalau ibuku meninggal
saat usiaku 2 tahun. Ayah bilang ibu meninggal dalam kecelakaan mobil yang juga
hampir saja membunuhku. Dan kurasa bayi dalam foto itu adalah saudaraku yang
hilang dalam kecelakaan malam itu.” Jawab Ja Eun mendadak jadi sedih.
“Tapi saat itu usiaku baru 2 tahun,
aku tak bisa mengingat apa pun. Mungkin kalau tak ada foto itu, aku juga tak
ingat lagi kalau aku punya saudara kembar.” Jawabnya jujur.
“Bagaimana jika seandainya dia masih
hidup diluar sana?” tanya Tae Hee tiba-tiba, teringat malam di Rumah Sakit saat
dia melihat seorang gadis yang berwajah sangat mirip dengan Ja Eun dan juga
Yoon Ji Hoo yang tiba-tiba saja memintanya menyelidiki masa lalu gadis itu. Tae
Hee tersentak. Dia memang tidak membaca laporannya secara teliti karena dia
hanya meminta anak buahnya yang menyelidiki, tapi dia ingat soal kecelakaan
mobil yang menyebabkan seorang wanita tewas dan anak perempuan berumur 2 tahun
hilang terseret arus sungai yang deras.
“Entahlah. Apa menurutmu anak kecil
berusia 2 tahun bisa bertahan hidup melawan arus sungai yang deras? Ayah
bilang, tim penyelamat mengatakan kemungkinan besar adikku itu tewas tenggelam
karena arus sungai yang deras.” Jawab Ja Eun dengan polosnya. Tae Hee hanya
memandangnya penuh arti. Tepat. Sama persis dengan laporan penyelidikan anak
buahnya soal masa lalu gadis itu.
“Oppa.. mendadak aku ingat apa yang
terjadi hari itu.” Ja Eun juga mendadak teringat sesuatu.
“Apa?” tanya Tae Hee penasaran.
“Hari itu, saat aku sedang
berjalan-jalan sendirian di sebuah taman, aku melihat seorang gadis muda yang
berwajah sangat mirip denganku. Lalu karena terkejut tiba-tiba aku merasa
perutku sakit dan setelah itu aku tak ingat apapun. Ku pikir itu hanyalah
mimpi. Mungkinkah aku melihat bayanganku sendiri?” tanya Ja Eun sambil menatap
Ttae Hee bingung.
“Ja Eun-ah, ada sesuatu yang ingin
kukatakan. Tapi ku harap kau tidak terkejut mendengarnya.” Ujar Tae Hee penuh
misteri.
“Ada apa? Sesuatu terjadi pada bayi
kita?” tanya Ja Eun takut-takut.
“Tidak..Tidak.. Anak kita sehat.”
Jawab Tae Hee buru-buru menenangkan.
“Kau membuatku takut, Oppa..Lalu apa?”
tanya Ja Eun lagi, semakin penasaran.
“Bagaimana jika seandainya yang kau
lihat itu bukanlah mimpi?” tanya Tae Hee hati-hati, takut hal ini akan
mempengaruhi kehamilan Ja Eun lagi.
“Maksudmu..” Ja Eun masih tak
mengerti.
“Bukankah tadi kau bilang, kau seperti
melihat bayanganmu sendiri dan kau berpikir bahwa hal itu hanya mimpi? Yang
ingin ku katakan adalah bagaimana jika seandainya itu bukan mimpi?” tanya Tae
Hee, tetap dengan nada hatu-hati.
“Jadi itu nyata? Aku benar-benar
melihatnya? Dia benar-benar ada? Aku tidak sedang melihat bayanganku sendiri?”
tanya Ja Eun bertubi-tubi.
Tae Hee menggeleng pelan. “Sepertinya
bukan. Karena aku juga melihatnya malam itu di Rumah Sakit. Bukan hanya
melihat, tapi aku juga memeluknya.” Aku Tae Hee dengan jujur, yang di hadiahi tatapan
cemburu Ja Eun.
“Kau apa? Memeluknya?” ulang Ja Eun
dengan marah.
“Tidak. Tidak. Bukan seperti yang kau
pikirkan, Ja Eun-ah. Kupikir dia kau. Saat itu aku sangat cemas, aku tak bisa
berpikir jernih. Sungguh bukan seperti yang kau pikirkan. Aku hanya salah
mengenali orang.” Jawab Tae Hee buru-buru menjelaskan. Tapi Ja Eun terlanjur
marah. Wanita hamil itu segera menutup album fotonya dan bergegas turun dari
tempat tidur dan melangkah keluar kamar.
“Ja Eun-ah..Itu hanya salah paham. Itu
tidak seperti yang kau pikirkan. Dengarkan aku dulu. Kau mau kemana malam-malam
begini?” bujuk Tae Hee seraya mengikuti istrinya yang ngambek keluar kamar.
“Eh, kalian mau kemana malam-malam
begini?” tanya Ibu yang kebetulan sedang asyik menonton TV bersama ayah, Nenek
dan Tae Phil di ruang tengah.
“Kemanapun asal tidak melihat Tae Hee
Ahjussi.” Jawab Ja Eun sinis.
“Tapi kenapa kau tidak mau
melihatnya?” tanya Nenek bingung.
“Aku tidak mau melihatnya karena dia
selingkuh di belakangku.” Jawab Ja Eun marah.
“MWO??” Ayah, Ibu, Nenek dan Tae Phil
berseru serentak mendengar ucapan Ja Eun yang cemburu.
“Hyung, apa itu benar? Istrimu sedang
hamil tua tapi kau malah selingkuh di belakangnya? Apa itu alasannya kau jarang
pulang ke rumah?” Hwang Tae Phil justru malah menyiram bensin ke dalam api.
“YAAAA !! HWANG TAE PHIL !! BUKAN
SEPERTI ITU !!” Tae Hee memarahi adiknya.
“Tapi bukankah tadi Ja Eun bilang kau
selingkuh?” Tae Phil membela diri, tapi hanya dihadiahi tatapan sinis Tae Hee.
“Ini hanya salah paham, Ja Eun-ah.
Saat itu aku sangat cemas. Kupikir gadis itu adalah kau. Aku memeluknya karena
aku sangat lega melihatnya baik-baik saja.” Jelas Tae Hee dengan tatapan mata
memelas, berharap istrinya percaya.
“Kalian dengar itu kan? Tae Hee
Ahjussi memeluk gadis lain dibelakangku.” Ujar Ja Eun kesal dan cemburu.
“Hyung, bagaimana kau bisa salah
mengenali orang? Jangan bilang kalau kau mendadak lupa wajah istrimu?” ujar Tae
Phil skeptis.
“Gadis itu sangat mirip dengan Ja Eun.
Aku bersumpah demi Tuhan, aku tak mungkin selingkuh.” Tae Hee membantah semua
tuduhan Ja Eun dengan putus asa.
“Tapi kau memeluknya. Aku tak suka
membayangkan kau memeluk wanita lain selain aku.” Jawab Ja Eun dengan lemah dan
raut wajah cemberut tergambar di wajah cantiknya.
“Apa kau cemburu?” tanya Tae Hee
hati-hati.
“Sudah jelas kan?” jawab Ja Eun galak,
tapi Tae Hee justru tertawa senang.
“Aku senang melihatmu cemburu. Itu
berarti kau sangat mencintaiku.” Ujarnya menggoda Ja Eun sambil melempar
tatapan mesra padanya.
“Ini tidak lucu! Aku masih belum
memaafkanmu. Aku ingin minta cerai!” ujar Ja Eun kesal.
“MWO?” Tae Hee berseru spontan lalu
segera memeluk istrinya spontan, tak peduli walau Ayah, Ibu, Nenek dan Tae Phil
sedang memandang mereka heran.
“ANDWE!! Aku tak mau kau ucapkan
kalimat itu! Aku tahu aku salah, aku minta maaf Ja Eun-ah, tapi kumohon jangan
pernah katakan kau ingin bercerai denganku. Membayangkan aku akan hidup tanpamu
membuatku tak bisa bernapas.” Tae Hee memohon dengan sepenuh hatinya seraya
memeluk istrinya erat.
“Tae Hee-ah, Ja Eun-ah, sebenarnya ada
apa ini?” tanya Nenek bingung. Tae Hee spontan melepaskan pelukannya saat
menyadari mereka tidak sendirian disana. Dengan raut wajah memerah karena malu,
Tae Hee mencoba menjelaskan, tapi sebelum dia sempat mengatakannya, terdengar
suara bel di pintu masuk.
Ibu dengan bergegas membuka pintunya.
Ayah Ja Eun, Baek In Ho muncul disana.
“Appa (Ayah)..” sapa Ja Eun dengan
riang saat melihat ayahnya ada disana, dia bergegas menghampiri ayahnya dan
memeluknya sayang.
“Ayah, ayah datang disaat yang tepat.
Tolong bawa aku pergi dari sini. Aku tak mau tinggal di sini lagi.” Pinta Ja
Eun manja. Baek In Ho hanya membalas dengan tatapan heran pada putrinya.
“Apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba
kau tidak mau tinggal disini lagi?” tanya ayahnya bingung lalu menatap Tae Hee
bertanya-tanya.
“Tae Hee Ahjussi berselingkuh di
belakangku. Dia mengaku memeluk wanita lain saat aku terbaring di Rumah Sakit.”
Ja Eun melapor pada ayahnya. Dia selalu memanggil Tae Hee dengan sebutan Ahjussi bila sedang kesal.
“MWO?? Tae Hee-ah, apa itu benar?” tuntut
Baek In Ho pada menantunya.
“Itu semua hanya salah paham, Ayah.
Benar aku memeluk seorang wanita, tapi itu semua hanya karena aku salah
mengenali orang. Kupikir gadis itu adalah Ja Eun karena dia sangat mirip
dengannya.” Jawab Tae Hee, mencoba menjelaskan. Baek In Hoo tampak berpikir
lalu kemudian dia tersenyum menenangkan.
“Putriku, kurasa aku tahu apa yang
terjadi. Suamimu tidak bersalah. Percayalah pada Ayah. Ayah datang kemari juga
untuk masalah itu.” Jelas ayah Ja Eun dengan sabar.
“Menantuku, kau harus sabar ya. Wanita
hamil memang sangat sensitif, perasaan mereka naik turun tak menentu, juga
kadang sangat cerewet. Saat istriku sedang hamil dulu, dia bahkan lebih aneh
dari Ja Eun.” Jawab Baek In Ho sambil tertawa.
“AYAH..” Ja Eun memprotes kesal pada
ayahnya.
“Kita duduk dulu ya.” Pinta ayahnya
sabar sambil menggandeng putrinya duduk di ruang tengah.
“Apa kabar besan?” sapa Baek In Ho
sopan. Tae Hee duduk di depan Ja Eun sambil tidak melepaskan pandangannya pada
istrinya itu.
“Aku kemari ingin memperkenalkan
putriku yang 1 lagi pada kalian semua. Dia adalah adik Ja Eun yang hilang 25
tahun yang lalu. Seseorang yang mungkin bisa menjelaskan semua kesalah pahaman
ini.” Ujar Baek In Ho sabar sambil melirik putrinya yang terkejut.
“Apa maksud Ayah?” tanya Ja Eun
bingung, sedetik sebelum terdengar suara bel di pintu masuk. Ayah Ja Eun
berdiri sambil tersenyum lalu mulai membuka pintunya. Seorang gadis muda
berambut panjang berjalan masuk dengan sopan dan ragu, semua orang menatapnya
dengan terkejut, lalu bergantian menatap Ja Eun dengan bingung. Ja Eun pun
hanya memandang gadis itu tanpa berkedip sedikitpun.
“Apa aku sedang bermimpi? Kenapa bisa
ada 2 Ja Eun?” tanya Hwang Tae Phil bingung.
“Dia adalah putriku yang hilang, Baek
Ji Eun. Tapi sekarang namanya sudah berubah menjadi Kim Yui.” Ujar Baek In Ho
memperkenalkan.
“Ja Eun-ah, kurasa Yui-lah yang saat
itu ditemui Tae Hee.” Ujar ayahnya sabar.
“Benar. Dialah yang kulihat malam itu.
Ja Eun-ah, aku tidak bersalah. Adikmu bisa menjelaskannya.”ujar Tae Hee seraya
menatap penuh harap pada adik iparnya.
“Apa kabar semua? Kim Yui Imnida.
Annyeonghaseyo Eonnie..Mianhe, karena aku telah menyebabkan kekacauan.” Sapa gadis
muda itu ramah.
“Ah, Ne.. Baek Ja Eun imnida. Kurasa
kaulah yang kutemui di taman waktu itu, benarkan?” tebak Ja Eun sambil berusaha
bangkit berdiri dengan susah payah mengingat perutnya sudah membesar.
“Ne..Aku yang kau temui di taman waktu
itu. Aku juga yang disalahpahami oleh suamimu yang mengira aku adalah kau.
Tolong maaafkan dia! Aku rasa dia begitu karena terlalu cemas memikirkan
keadaanmu. Aku bisa melihat dia sangat mencintaimu, Kakak.” Ujar Kim Yui
menjelaskan. Ja Eun hanya menatap Tae Hee malu-malu.
“Lihat kan! Ja Eun-ah, bahkan orang
lain bisa melihat aku sangat mencintaimu. Kau percaya padaku sekarang?” tanya
Tae Hee pada istrinya. Ja Eun hanya mengangguk pelan dan malu-malu.
“Kurasa begitu. Tapi kalau aku
melihatmu memeluk wanita lain lagi, aku takkan memaafkanmu.” Ancam Ja Eun
galak.
“Aku berjanji.” Jawab Tae Hee mantap
dan lega. Dia mengucapkan terima kasih pada adik iparnya yang telah datang
disaat yang tepat.
Malam itu,
akhirnya dilewatkan dengan penjelasan Baek In Ho tentang putrinya yang hilang.
Baik Ja Eun dan Yui sama-sama bahagia karena mereka memiliki saudara yang
selama ini mereka impikan. Seluruh keluarga Hwang juga menyambut Yui dengan
tangan terbuka dan ramah. Bahkan Nenek dan Ibu Hwang berharap Tae Phil dan Yui
bisa berjodoh.
“Harusnya
kau bisa mencari gadis seperti Yui. Lihatlah! Apa kau tidak iri dengan Tae Hee?
Dia mendapatkan istri yang sempurna, tidak sepertimu yang justru menggoda
tante-tante dan bukannya bekerja. Beruntung sekali karena ternyata ada 2 Ja
Eun. Aku sungguh berharap bisa ada 2 Tae Hee juga agar Keluarga Hwang mendapat
keberuntungan yang berlipat ganda.Tapi sayangnya yang tersisa adalah pria tak
berguna.” Sindir Nenek pada Tae Phil yang sejak awal tidak setuju melihat cucu
bungsunya berpacaran dengan wanita yang berusia 20 tahun lebih tua darinya,
seorang wanita yang lebih cocok menjadi ibunya.
Seminggu
setelah acara perkenalan itu, Kim Yui secara resmi tinggal bersama Baek In Ho,
ayahnya dan tak lagi tinggal di Panti Asuhan seperti sebelumnya. Hari itu, Ja
Eun dan Tae Hee berjanji untuk datang bersama ke rumah ayah Ja Eun untuk
merayakan pesta penyambutan Yui dan sekaligus merayakan datangnya anggota baru
dalam keluarga. Dengan hati bahagia, Ja Eun meminta Tae Phil mengantarnya ke
kantor polisi tempat Tae Hee bertugas. Tapi ternyata kegembiraan itu berubah
menjadi bencana saat secara tak sengaja, Ja Eun melihat suaminya mencium gadis
lain di hadapannya.
“Apa yang
kau lakukan disini?” tanya Tae Hee sinis pada gadis berambut ombak di
hadapannya.
“Oppa..Kenapa
kau tidak bilang padaku kalau kau sudah kembali dari luar negeri?” tanya gadis
itu, balik bertanya.
“Dan kenapa
aku harus mengatakannya padamu?” tanya Tae Hee dengan sinis.
“Apa kau
tahu kalau aku sangat merindukanmu?” rayu gadis muda itu seraya melingkarkan
lengannya di lengan Tae Hee.
“Jaga
sikapmu Lee Seung Mi! Aku sudah menikah!” ujar Tae Hee dingin seraya menampik
tangan Seung Min yang melingkar di lengannya.
“Aku tahu!
Dan aku tidak habis pikir kenapa kau memilih menikah dengan gadis seperti Ja
Eun! Aku lebih baik darinya.” Protes Seung Mi tak terima.
“Jadi?
Kurasa tidak ada lagi yang bisa kau lakukan disini kan? PERGILAH!” usir Tae Hee
dengan dingin.
“Aku Benci
Baek Ja Eun! Gara-gara dia aku diusir dari kampus. Gara-gara dia ayahku harus
mendekam di penjara seumur hidupnya. Aku kehilangan semua kekayaanku dan aku
harus hidup susah di luar sana. Tapi dia, justru menikah denganmu dan hidup
bahagia. Ini sungguh tak adil!” umpat Lee Seung Mi kesal.
“Oh ya? Jika
kau ingin mencari seseorang untuk disalahkan, maka salahkan ayahmu sendiri.
Dialah yang telah membuatmu diterima di kampus melalui jalan belakang dengan
menyuap Rektornya, dia juga yang telah menabrak ayah kandungku hingga mati.
Dialah dalang dibalik semua yang terjadi saat ini. Jika bukan karena ayahmu,
ayahku masih hidup sampai saat ini.” Jawab Tae Hee penuh amarah.
“SEKARANG
PERGI!” usir Tae Hee dengan dingin seraya menunjuk pintu keluar. Lee Seung Mi
hanya bisa memandang kesal seraya bersumpah dia akan membuat Ja Eun merasakan
apa yang dirasakannya. Dengan kesal, gadis itu berjalan keluar tapi langkahnya
terhenti saat melihat Ja Eun berjalan masuk kearahnya. Sebuah ide licik
terlintas di kepalanya. Berbalik arah, Lee Seung Mi kembali ke kantor Tae Hee
dengan sebuah senyuman licik tersungging di bibirnya.
“Kenapa
kembali lagi?” tanya Tae Hee tak suka sambil melirik sekilas kearah pintu masuk
dimana Lee Seung Mi berdiri sekarang. Tapi Lee Seung Mi tak bergeming, dia
menghampiri Tae Hee yang sekarang sedang duduk di kursinya dan sibuk
membolak-balik berkas-berkas di mejanya.
Gadis itu
dengan nekat duduk dipangkuan Tae Hee dan menarik lehernya lalu menciumnya
penuh gairah, Tae Hee yang tak menduga ini akan terjadi, terlalu terkejut untuk
melawan. Tepat pada saat itulah, Ja Eun melangkah masuk dan melihat semuanya.
“OPPA !!!”
sentaknya terkejut saat melihat seorang gadis duduk dipangkuan suaminya dan
berciuman mesra dengannya. Spontan bekal makan siang yang telah disiapkan Ja
Eun untuk Tae Hee terjatuh spontan dengan keras ke lantai. Seo Dong Min yang
mendengar suara itu bergegas kesana dan dia melihat apa yang juga dilihat Ja
Eun barusan. Seorang gadis muda duduk dipangkuan Tae Hee dan bekas lipstik
merah gadis itu masih menempel di bibir Tae Hee.
“HYUNG..
Kalian..” Bahkan Seo Dong Min pun tak mampu berkata-kata. Tae Hee spontan
mendorong Lee Seung Mi menjauh dan menatap Ja Eun yang kini memandangnya dengan
berlinang airmata.
“LEE SEUNG
MI??” ujar Ja Eun tak percaya, saat menyadari siapa gadis yang tadi berciuman
dengan suaminya. Tae Hee mendorong Seung Mi minggir dan menatap Ja Eun memohon.
“Ini tidak
seperti yang kau pikirkan. Aku bisa menjelaskannya.” Ujar Tae Hee panik saat
melihat airmata mengalir di pipi Ja Eun yang putih.
Menggelengkan
kepalanya kuat-kuat, Ja Eun menolak mendengarkan dan bergegas pergi dari sana.
“JA EUN-ssi..”
panggil Seo Dong Min panik lalu segera mengejar Ja Eun. Dibelakangnya, Tae Hee
juga bergegas mengejar. Sementara Lee Seung MI hanya tertawa puas melihat
rencananya berhasil.
Ja Eun yang
terluka bergegas pergi dari sana, dia berjalan menuruni tangga dengan
tergesa-gesa, ingin segera mengenyahkan pemandangan menyakitkan itu dari
kepalanya. Tapi saat ditengah tangga, dia mendengar suara suaminya yang berseru
memanggilnya.
“JA EUN-ah,
Tunggu sebentar! Biarkan aku menjelaskan!” teriak Tae Hee dari kejauhan seraya
berlari mengejar istrinya. Ja Eun menoleh sekilas ke arah Tae Hee tapi bukannya
memperlambat langkahnya, dia semakin mempercepat langkahnya hingga tak sadar
bahwa dia salah menjejakkan langkahnya di anak tangga dan tergelincir jatuh
dari sana.
“AAARRRGGGHHHH!!”
suara jeritan Ja Eun yang terjatuh terdengar nyaring dan menyayat. Tubuhnya
yang sedang hamil menggelinding dari tangga dengan cepat dan mendarat di tanah
dengan bergelimang darah. Kepalanya terbentur pegangan tangga dan darah segar
meluncur dari keningnya, Ja Eun merintih seraya memegangi perutnya.
“JA EUN-ah..”
Tae Hee menjerit memanggil istrinya yang kini terjatuh bersimbah darah. Dia
bergegas menghampirinya dan berlutut di sampingnya.
“Anakku..Aaarrgghhh!!
Sakit sekali!” rintih Ja Eun kesakitan seraya memegangi perutnya.
“Tenanglah.
Aku akan segera menolongmu.” Janji Tae Hee lalu segera menggendong istrinya ke
Rumah Sakit.
“Sakit !!” Ja
Eun menangis dipelukan Tae Hee.
“Aku tahu. Aku tahu. Aku disini.
Tenanglah Ja Eun. Kita akan segera ke RS.” seru Tae Hee berusaha
menenangkannya. Ja Eun mencengkeram erat tangan Tae Hee, mencoba menahan
sakitnya.
Sesampainya di
RS, Ja Eun segera dilarikan ke ruang Operasi. Dia sudah kehilangan banyak
darah.
“Apa yang terjadi Jaksa Hwang?” Dokter
Yoon Ji Hoo menghampiri dengan cemas.
“Ja Eun terjatuh dari tangga.” Jawab Tae
Hee panik dan ketakutan.
“MWO??” Dokter Yoon hanya bisa menatap
tak percaya.
“Tolong selamatkan mereka, anak dan
istriku. Aku mohon padamu, Dokter!” pinta Tae Hee memohon dengan segenap
hatinya.
“Baik. Aku akan berusaha semampuku.
Tapi sepertinya mau tidak mau, kita harus mengeluarkan bayinya. Kami butuh
persetujuanmu.” Ujar Ji Hoo menjelaskan prosedurnya.
“Tapi bayi kami belum cukup umur untuk
dilahirkan ke dunia. Dia baru 8 bulan.” Protes Tae Hee cemas.
“Lalu? Apa Anda lebih suka memilih
bayi itu meninggal dalam kandungan?” tawar Ji Hoo tak sabar.
“TIDAK! JANGAN! Tolong selamatkan
mereka berdua, Dokter! Lakukan apapun yang kalian rasa terbaik.” Tae Hee
akhirnya menyerah.
“Tolong Tanda tangan disini. Kami akan
mengeluarkan bayinya karena tak punya pilihan lain.” Ujar Ji Hoo menyodorkan
sebuah berkas kearah Tae Hee yang tanpa pikir panjang langsung
menandatanganinya.
“Masuklah! Saat seperti ini dia
membutuhkanmu disisinya.” Ujar Ji Hoo, mengajak Tae Hee masuk ke ruang operasi
bersamanya.
“Bolehkah?” tanya Tae Hee tak yakin.
“Mungkin kau bisa menjadi penguat bagi
istrimu. Masuklah Tuan Hwang!” jawab Ji Hoo lalu segera menyodorkan seragam operasi
Dokter padanya. Dengan langkah panik, Tae Hee memasuki ruang operasi dimana
terdengar suara teriakan Ja Eun yang menyayat hati. Dia segera duduk di kursi
kecil disamping Ja Eun seraya menggenggam erat tangannya.
“Aku disini. Bertahanlah, Ja Eun-ah!”
bisik Tae Hee lirih dengan airmata mengalir. Tae
Hee sedang menggenggam tangan Ja Eun dengan erat, walaupun tangannya sendiri
mulai terasa sakit. Genggaman tangan Ja Eun terlalu kuat seiring dengan rasa
sakit yang dirasakannya. Tae Hee bisa melihat bahwa Ja Eun sudah mulai
kehabisan tenaga. Dia sudah mendorong bayi itu keluar berkali-kali.
“Kontraksi lagi.Nyonya Hwang, dorong sekali lagi.” perintah Dokter Yoon.Ja Eun
menangis saat dia berusaha mendorong bayinya keluar, rasa sakit terasa di seluruh
tubuhnya. Tae Hee hanya bisa melihat dengan pasrah.
“Nyonya Hwang, kami sudah bisa melihat kepalanya. Dorong sekali lagi.” Dokter
Yoon berkata dengan bersemangat.
“Aaaahhhh !!! SAKIT SEKALI !!!” Ja Eun berteriak sambil menangis. Pipinya
dipenuhi keringat dan airmata, bibirnya sudah memutih, wajahnya memucat, dia
sudah kehilangan banyak darah. Dengan bercucuran airmata, Ja Eun memandang Tae
Hee yang berlutut di sampingnya.
“Aku tidak bisa melakukannya. Sakit Sekali.“ rintihnya sambil terus menangis.
Tae Hee menggenggam tangannya dengan lebih erat dan menyandarkan kepalanya di
kepala Ja Eun seraya berbisik di telinganya.
“Bodoh!! Bagaimana bisa kau menyerah sekarang?? Baek Ja Eun yang kukenal SANGAT
KUAT!! Ja Eun-ku tidak tau bagaimana caranya untuk menyerah.Kau bahkan nekat membuat
tenda di luar rumahku dan bertahan walau harus demam karena kehujanan. Kau
dengan tekadmu yang tidak kenal menyerah berhasil membuat ibuku yang awalnya
membencimu, menjadi berbalik menyayangimu. Kau harus tetap kuat, Ja Eun-ah! Khususnya
sekarang, disaat bayi kita hampir disini. Ja Eun-ah, kumohon..tetaplah kuat
untukku dan untuk bayi kita. Aku mencintaimu, Ja Eun. Jangan pernah berpikir untuk
meninggalkan aku seperti ini.“ bisik Tae Hee, memberi semangat seraya mencium
lembut keningnya.
Mendengar kata-kata itu dari Tae Hee, Ja Eun merasa memiliki kekuatan baru, Tae
Hee melihat keberanian di mata Ja Eun dan tersenyum. Ja Eun meremas tangan Tae
Hee lebih kuat dari sebelumnya. Tae Hee merasa tangannya mulai mati rasa tapi
itu tidak penting lagi sekarang. Dia menggunankan tangannya yang bebas untuk
mengusap keringat dan airmata di wajah Ja Eun.
“Sayang, tarik napas dalam-dalam dan hembuskan.” perintah Tae Hee di
telinganya. Ja Eun menarik napas dalam-dalam, dia menatap Tae Hee lalu menutup
matanya dan mendorong bayinya keluar sekuat tenaga dengan semua tenaganya yang
tersisa.
Ja
Eun menangis keras dan tangisan Ja Eun adalah hal yang paling menyakitkan yang
pernah didengar Tae Hee seumur hidupnya. Untuk yang pertama kali dalam
hidupnya, Tae Hee merasa ketakutan, takut akan kehilangan seseorang yang paling
dia cintai.
“AAAAARRRGGGHHHH
!!! OPPA !!!” Ja Eun menjerit keras, tapi suara jeritannya segera teredam dan
digantikan oleh suara tangisan yang lain.
“Suara
apa itu?” batin Tae Hee, dia masih tidak menyadari apa yang terjadi.
Tae
Hee memalingkan kepalanya, mencari sumber suara dan akhirnya dia melihat Dokter
itu menggendong seorang bayi mungil yang menangis dalam pelukannya.
Tae Hee mendengar suara tangis bayinya untuk yang pertama kalinya dan merasa
takjub.
“MY
LITTLE PRINCESS.“ gumamnya, tanpa sadar Tae Hee mulai tersenyum memandang sosok
mungil itu.
“Tuan Hwang, dengan tulus aku mengucapkan Selamat untukmu. Ini dia Putri
kecilmu. Dia sangat cantik.“ puji Dokter Yoon Ji Hoo seraya menunjukkan
putrinya.
Tae
Hee tidak bisa berkata-kata. Dia masih tidak percaya bahwa kini dia seorang
ayah. Semuanya sangat sulit dipercaya tapi ini kenyataannya. Dan Ja Eun, Ja Eun
berhasil melakukannya.. Ja Eun telah mengeluarkan semua kekuatannya untuk melahirkannya
ke dunia. “Komawo, Ja Eun-ah!“ batinnya seraya meremas tangan Ja Eun yang kini
terbaring lunglai tak berdaya.
Seorang
perawat mengambil bayi itu dari tangan Dokter dan membersihkan bayinya, setelah
menyelimuti bayinya dengan hangat, dia menyerahkan bayi itu pada Ayahnya.
“Selamat Jaksa Hwang. Putrimu sangat cantik.“ Puji Perawat itu.
Tae
Hee melepaskan tangan Ja Eun sejenak lalu berdiri dan mengulurkan lengannya
untuk menggendong bayi itu.
“Ini adalah saat yang paling ku tunggu. MY LITTLE PRINCESS, WELCOME TO THE
WORLD!“ Tae Hee berbisik pada bayinya seraya mencium pipi mungilnya. Bayi itu bergerak dalam
pelukan Tae Hee lalu membuka matanya, memandang ayahnya dan tersenyum manis,
seolah-olah berterima kasih pada ayahnya karena telah membuatnya ada di dunia
ini.
“Ini
Ayah, MY PRINCESS.“ TaeHee tersenyum bahagia melihat Putrinya tersenyum untuk
yang pertama kalinya. Tae Hee sangat bahagia bisa menggendong Putri Kecilnya
dalam pelukannya.
“Ja
Eun-ah, bayi kita sangat cantik, sama sepertimu. Dia bahkan sudah tersenyum
padaku.“ ujar Tae Hee bahagia.
“Maaf
Tuan Hwang, tapi kami harus segera memasukkannya ke Inkubator. Bayi Anda
terlahir prematur. Dia harus segera diberi perawatan intensif.” Ujar seorang
perawat meminta bayinya. Tae Hee memandang bayinya sekilas. Benar. Bayinya
sangat kecil. Lebih kecil dari bayi normal pada umumnya. Dia terlahir prematur.
Lebih cepat dari seharusnya, dan ini semua karena salahnya. Tae Hee mengutuk
dirinya sendiri dan bersumpah bahwa apapun yang terjadi, dia akan selalu
melindungi istri dan anaknya mulai sekarang.
“Ja
Eun-ah, putri kita terlahir prematur. Sepertinya kita harus menahan diri untuk
menggendongnya. Jika nanti kau sadar, kita akan melihatnya bersama.” Ujar Tae
Hee pada istrinya lalu dengan enggan kembali menyerahkan putri mungilnya pada
perawat.
“Ja
Eun-ah,terima kasih banyak.” Ujar Tae Hee sekali lagi, tapi tidak ada respon
dari Istrinya.
“Ja
Eun-ah!” panggil Tae Hee panik. Ja Eun menutup matanya, wajahnya pucat dan
terkulai lemah. Sejenak jantung Tae Hee terasa copot apalagi setelah melihat
detak jantungnya semakin lemah.
“Dokter
Yoon, detak jantung pasien semakin lemah. Tekanan darahnya terus menurun.
Sepertinya ini pengaruh dari lukanya akibat terjatuh.” Seru seorang perawat
dengan panik pada Yoon Ji Hoo.
“Tunggulah
diluar Tuan Hwang! Kami akan mencoba menyelamatkannya.” Perintah Yoon Ji Hoo
tanpa bisa dibantah.
“Tolong
selamatkan dia, Dokter! Selamatkan istriku! Aku mohon!” pinta Tae Hee dengan
airmata kembali menetes.Saat melihat para dokter dan perawat itu mulai membedah
tubuh istrinya.
To Be Continued...