Senin, 22 Oktober 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 11-12)

Masih seputar serial wuxia favorite penulis yaitu “Legend Of The Condor Heroes 2017”. Bagi para penggemar wuxia series, khususnya para penggemar trilogi Pendekar Rajawali dan lebih khususnya lagi para penggemar Trilogi Pendekar Rajawali yang pertama yaitu “Legend Of The Condor Heroes”, tentunya sudah mengetahui bagaimana alur cerita serial wuxia yang satu ini. Setelah melarikan diri dari keenam guru Guo Jing yang memaksa Guo Jing menikahi Mu Nian Chi dan tidak merestui hubungan mereka, kini petualangan Guo Jing dan Huang Rong di dunia persilatan telah resmi dimulai.

Setelah puas bermain air di sungai dan sesi belajar berenang Guo Jing telah selesai, sepasang kekasih kecil itu memutuskan untuk memanggang “Ayam Pengemis” untuk mengganjal perut mereka setelah lelah seharian bermain. Siapa sangka aroma masakan tersebut menarik perhatian seorang Tetua yang hebat yang dihormati dan disegani di dunia persilatan. Siapakah dia? Dan bagaimana petualangan Guo Jing dan Huang Rong selanjutnya.






“Rong’er, ini sebenarnya apa? Kenapa aromanya wangi sekali?” tanya Guo Jing dengan penasaran. 
“Nama masakan ini adalah “Ayam Pengemis”. Dinamakan “Ayam Pengemis” karena cara memasaknya harus dibungkus dengan daun dan dibakar kemudian dimasukkan ke dalam tanah. Dengan begitu aromanya akan keluar dan rasanya akan menjadi sangat enak.” Jawab Huang Rong menjelaskan.

“Oh, Jadi begitu? Mendengarnya saja air liurku sudah menetes.” jawab Guo Jing dengan ekspresi lapar. 
“Ah, sayang sekali tidak ada arak Persik. Jika ada, pasti akan lebih sempurna.” Jawab Huang Rong dengan wajah kecewa. 
“Apa itu Arak persik?” tanya Guo Jing lagi dengan penasaran. 


“Arak yang dibuat dari buah persik. Waktu itu aku pernah membuatkan seguci arak persik untuk kakek tua di gua itu, tapi kemudian ayahku mengetahuinya dan memarahiku. Sayang sekali, kakek tua itu sekarang tidak bisa menikmatinya lagi.” jawab Huang Rong dengan ekspresi menyesal.

“Jing Gege, sepertinya sudah matang. Ayo kita makan.” ujar Huang Rong dengan ceria. 
Guo Jing mengangguk dan mengambil ayamnya dari dalam tanah. Kemudian Huang Rong dengan ceria membuka bungkus daunnya. 

Namun tiba-tiba seseorang entah dari mana datangnya, berkata kepada mereka, “Hei dua bayi, bagilah sedikit untukku makan. Aku tidak akan berebut dengan kalian. Kalian makan dagingnya, untukku, cukup pantat ayamnya saja.” pinta seorang Kakek tua yang membawa tongkat giok berwarna hijau terang.

 

Huang Rong segera berdiri menyambut si kakek tua itu.  
“Anda adalah...” Huang Rong tak sempat meneruskan pertanyaannya, si Kakek Tua segera menyodorkan guci araknya. 
“Kau mau minum arak?” tanyanya pada Huang Rong yang dengan segera menggeleng cepat dan menjawab cepat, "Aku tidak minum arak."

Huang Rong yang memang cerdas melihat Kakek Tua itu hanya punya 9 jari. Dia ingat ayahnya pernah bercerita dengan seorang pesilat hebat yang dijuluki Si “Pengemis Utara Sembilan Jari” yang ilmu setara dengan saang ayah. Huang Rong pun mulai bersiasat.

Huang Rong sangat menyukai Guo Jing dan ingin menikah dengannya, tapi dia tahu jika sang ayah tidak akan merestui hubungan mereka jika mengetahui bahwa Guo Jing tak hanya bodoh dan lamban, namun juga kungfunya sangat rendah dan bukan berasal dari keluarga yang berpendidikan. 

Bodoh, lamban, kungfunya sangat rendah juga tidak mengerti sastra, musik dan puisi, sudah pasti sang ayah, si "Sesat Timur" yang terkenal berpendidikan tidak akan merestui mereka.

Itulah sebabnya, Huang Rong ingin merayu Pengemis Utara, Hong Chi Khong agar menerima Guo Jing sebagai murid dan mengajari Kakak Jing-nya “18 Jurus Penakluk Naga” yang hebat. 

Setidaknya, pikir Huang Rong, dengan memandang wajah Hong Chi Khong sebagai guru Guo Jing, sang ayah akan merestui hubungannya dengan Guo Jing.

 

“Bertemu adalah jodoh. Tetua, siapa nama Anda? Mari kita menjadi teman. Namaku Huang Rong dan dia Guo Jing.” Huang Rong mulai mengenalkan dirinya. 

Melihat Huang Rong adalah gadis yang ceria dan pandai merayu, Hong Chi Khong tanpa curiga segera menyebutkan namanya, “Margaku Hong, namaku Chi Khong. Mari berteman.” ujarnya dengan ramah. 

Setelah mengetahui bahwa si pengemis yang bersama mereka adalah benar si Pengemis Sembilan Jari yang hebat itu, Huang Rong pun bertekad ingin menjadikannya guru.

Diapun mulai mengeluarkan kata-kata manisnya untuk merayu Hong Chi Khong, yang terperdaya dengan begitu mudahnya setelah ditawari berbagai jenis masakan enak. Huang Rongpun mengajak kedua pria itu, Guo Jing dan Hong Chi Khong untuk berbelanja di pasar bersama.

Di pasar, Hong Chi Khong sempat mengira bahwa Guo Jing dan Huang Rong adalah sepasang suami istri kecil mengingat sepasang pria dan wanita bersama-sama pasti tak mungkin bila hanya teman biasa, lebih tak mungkin lagi bila melihat interaksi mereka berdua yang tampak sangat mesra melebihi interaksi teman biasa.


“Dia istri kecilmu, kan?” Hong Chi Khong bertanya dengan penasaran tentang hubungan Guo Jing dan Huang Rong. 

Guo Jing yang tak tahu harus menjawab apa, hanya tersenyum malu-malu. Dia dan Huang Rong jelas belum menikah tapi dalam hatinya, Guo Jing sudah menganggap Huang Rong sebagai istrinya.

 

“Anak muda, kau sangat beruntung.” Puji Hong Chi Khong dengan nada iri dalam suaranya. 
“Terima kasih.” Guo Jing menjawab dengan malu-malu, seolah-olah membenarkan ucapan Hong Chi Khong jika mereka adalah sepasang suami istri.


“Saat aku masih muda, jika saja aku bisa bertemu dengan gadis muda yang cantik dan pandai memasak seperti dia, maka bagus sekali. Kalau saja aku lebih muda 20 tahun maka...” Hong Chi Khong tak sempat melanjutkan kalimatnya karena Guo Jing telah memotongnya lebih dulu.

“Chi Khong, kau jangan punya maksud tertentu pada Rong’er.” ujar Guo Jing dengan wajah cemberut dan khawatir, dia mendadak merasa cemburu dan takut jika ada seseorang yang merebut Rong’er-nya. 

“Anak bodoh, siapa yang mau berebut denganmu. Orang yang dia sukai adalah kau. Apa kau takut aku akan merebutnya?” jawab Hong Chi Khong yang membuat Guo Jing hanya tersenyum malu mendengarnya.



Setelah berbelanja di pasar, Huang Rongpun mulai memasakkan makanan enak untuk Chi Khong. Lalu Chi Khong bercerita tentang bagaimana dia kehilangan jari telunjuk kanannya karena mulutnya yang rakus. 

Dia juga bercerita tentang masakan Istana yang sangat enak namun dia tidak tahu bagaimana cara memasaknya. Setelah selesai makan, Chi Khong ingin memberikan sepasang kekasih itu sebuah permata namun mereka menolaknya.


Huang Rong pun akhirnya dengan terang-terangan meminta Chi Khong mengajari Guo Jing kungfu. 
“Chi Khong, bisakah kau ajari dia kungfu? Kungfunya lebih rendah dariku. Selama ini, Kakak Jing selalu merasa tidak bisa melindungi Rong’er.” Rayu Huang Rong dengan manis.


Setelah berpikir sejenak, dia lalu meminta sepasang kekasih itu untuk bertarung. Bukan benar-benar bertarung untuk melukai, tapi hanya untuk melihat kungfu siapa yang lebih unggul. 

Setelah bertarung ke sana kemari, Hong Chi Khong pun tahu bahwa Huang Rong adalah putri dari rival abadinya, si "Sesat Timur" – Huang Yao Shi.


Melihat Huang Rong memiliki ayah yang hebat, yang walau 100 tahun pun, ilmunya tidak akan habis dipelajari, Hong Chi Khong menolak untuk mengajari kedua bayi itu dan segera angkat kaki sebelum jatuh ke perangkap Huang Rong sekali lagi.

Melihat Hong Chi Khong tak mau mengajari, Guo Jing dan Huang Rong melanjutkan perjalanan mereka. Di pasar, sepasang kekasih tersebut membeli sepasang boneka kayu (kayak wayang golek gitu kalau di Indonesia) dan memainkannya di tepi sungai.



“Kenapa kau ingin Hong Chi Khong mengajariku kungfu? Aku sudah punya 6 guru.” Tanya Guo Jing dengan polosnya. 

“Memangnya kenapa jika kau sudah punya 6 guru? Tetap saja mereka tidak sehebat Chi Khong.” jawab Huang Rong dengan jujur. 

 

“Apa kau benar-benar ingin aku lebih hebat darimu?" tanya Guo Jing lagi. 
“Bukan lebih hebat dariku. Tapi lebih hebat dari para gurumu dan pendeta busuk itu. Jadi dengan begitu, bila kelak kau bertemu mereka, kau tak perlu takut lagi.” jawab Huang Rong.

 
“Rong’er, apa kau masih marah padaku karena keenam guruku memisahkan kita?’ tanya Guo Jing dengan polosnya, berpikir bahwa Huang Rong masih marah pada keenam gurunya. 

“Jing Gege, apa kau merasa Rong’er begitu picik?” Huang Rong balas bertanya dengan mengerucutkan bibirnya manis.


Guo Jing buru-buru menggelengkan kepalanya dengan tersenyum tulus, “Tidak. Aku tahu Rong’er melakukannya untuk kebaikanku, juga untuk kebaikan kita berdua.” jawab Guo Jing tulus. 

Huang Rong tersenyum senang mendengarnya, “Anggap saja kau masih punya hati,” jawabnya seraya tersenyum manis.

“Sebenarnya aku juga berharap kungfuku bisa lebih baik. Jadi bila kau berada dalam bahaya, aku bisa melindungimu.” ujar Guo Jing dengan tulus.


Huang Rong tersentuh dan terharu mendengarnya, “Jika suatu hari ada orang yang menindasku atau menculikku, apa kau akan datang menyelamatkanku?” tanya Huang Rong, menguji ketulusan Guo Jing.

“Tentu. Tentu saja. Walau ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan datang menyelamatkanmu.” ujar Guo Jing dengan tulus, tegas dan mantap. 
“Kenapa?” Huang Rong kembali memancing. 


“Karena di dunia ini, aku tidak akan menemukan lagi orang yang sangat baik padaku sepertimu.” jawab Guo Jing dengan jujur dan tulus. Matanya memancarkan cinta yang mendalam, dia seperti tak ingin kehilangan Huang Rong selamanya. 


“Dasar bodoh!” ujar Huang Rong malu-malu namun hatinya berbunga-bunga.  
“Kau juga bodoh,” jawab Guo Jing seraya mencuri pandang pada kekasihnya.


Mereka berdua sudah tidak berharap akan bertemu Chi Khong lagi, apalagi menjadikannya guru, namun ternyata keesokan harinya, Hong Chi Khong kembali mendatangi sepasang kekasih kecil itu untuk meminta Huang Rong memasakkan masakan enak untuknya makan. 

Huang Rong yang mengetahui kedatangan Hong Chi Khong, berakting menyesal dan berpura-pura menangis dan mengucapkan kata-kata manis penuh pujian untuk membuat Pengemis Tua itu senang.


Mendengar putri dari rival abadinya memujinya dengan mengatakan bahwa sang ayah, Huang Yao Shi sangat mengagumi kungfunya dan bahkan menganggap kungfunya yang terbaik setelah Dewa Pusat - Wang Chong Yang meninggal, Hong Chi Khong dengan mudah jatuh dalam perangkap.

Apalagi saat Huang Rong mengatakan bahwa Chi Khong memiliki sebuah kungfu hebat yang bahkan ayahnya pun harus mengalah jika berhadapan dengannya. 


Faktanya, Huang Yao Shi tak pernah menyebutkan tentang nama kungfu hebat Hong Chi Khong dan Huang Rong pun tak tahu namanya, dia hanya berakting lupa untuk memancing Chi Khong menampakkan dirinya.

Dan taktik itu berhasil, Chi Khong keluar dari persembunyiannya di atas pohon. Huang Rong menyambut gembira kedatangan Chi Khong, sementara Guo Jing hanya bengong dan bingung kenapa Chi Khong bisa turun dari atas pohon.

“Chi Khong, kenapa kau turun dari atas sana?” tanya Guo Jing dengan polos seraya masih menatap ke atas pohon tempat Hong Chi Khong turun. 


“Kenapa aku tidak boleh turun dari atas sana? Bisa bertemu adalah jodoh, makanya aku turun dari atas sana. Karena kita berjodoh, maka...” kalimat Hong Chi Khong terputus oleh suara perutnya yang menahan lapar.

“Aku datang bukan karena aku rakus. Aku bukan ingin kalian memberiku makan,” Hong Chi Khong membela dirinya. 

Huang Rong tersenyum, dia sudah mengerti maksudnya. 
“Aku tahu. Malam ini akan kumasakkan sesuatu yang enak untukmu,” ujar Huang Rong dengan tersenyum menang. Dia menang karena Hong Chi Khong telah jatuh dari perangkapnya yang memikat. 

 

Sebelum pergi, Huang Rong melirik penuh arti pada Guo Jing yang segera mengerti arti lirikan tersebut. 
“Chi Khong, jadi kau ingin mengajariku apa?” tanya Guo Jing dengan tersenyum polos. 
“Siapa bilang ingin mengajarimu kungfu?” Hong Chi Khong masih tampak tak rela pada awalnya.

Guo Jing tampak kecewa, namun kemudian Hong Chi Khong teringat permintaan Huang Rong untuk mengajari kekasih kecilnya kungfu sebagai ganti makanan yang dibuatnya. 
“Baik. Baik. Aku akan mengajarimu kungfu.” ujar Hong Chi Khong yang disambut gembira oleh Guo Jing.


Dan akhirnya, Hong Chi Khong pun mengajari Guo Jing 15 jurus dari “18 Jurus Penakluk Naga” miliknya. Hong Chi Khong pun mengajari Huang Rong jurus “Bebas Berkelana/Mengembara Bebas (Wandering Strike)” dan ilmu "Langit Penuh Hujan Bunga Jarum Emas" untuk menghadapi ular-ular peliharaan Ou Yang Khe. 


Tak hanya itu, Chi Khong pun sempat membantu menyelamatkan Huang Rong saat Racun Kecil Ou Yang Khe, si Playboy (GAK) tampan keponakan (sebenarnya adalah anak kandung yang disembunyikan) Ou Yang Feng, menculik Huang Rong dan ingin membawanya ke Gunung Unta Putih untuk dinikahinya dengan paksa.

Berikutnya : Episode 12-13

Written by : Liliana Tan 
Credits Pict : WEIBO ON LOGO 
WARNING : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads