Masih seputar serial wuxia favorite penulis yaitu “Legend Of The Condor
Heroes 2017”. Bagi para penggemar wuxia series, khususnya para penggemar
trilogi Pendekar Rajawali dan lebih khususnya lagi para penggemar Trilogi
Pendekar Rajawali yang pertama yaitu “Legend Of The Condor Heroes”, tentunya
sudah mengetahui bagaimana alur cerita serial wuxia yang satu ini. Setelah
melarikan diri dari keenam guru Guo Jing yang memaksa Guo Jing menikahi Mu Nian
Chi dan tidak merestui hubungan mereka, kini petualangan Guo Jing dan Huang
Rong di dunia persilatan telah resmi dimulai.
Setelah puas bermain air di sungai dan sesi belajar berenang Guo Jing
telah selesai, sepasang kekasih kecil itu memutuskan untuk memanggang “Ayam
Pengemis” untuk mengganjal perut mereka setelah lelah seharian bermain. Siapa
sangka aroma masakan tersebut menarik perhatian seorang Tetua yang hebat yang
dihormati dan disegani di dunia persilatan. Siapakah dia? Dan bagaimana
petualangan Guo Jing dan Huang Rong selanjutnya.
“Rong’er, ini sebenarnya apa? Kenapa aromanya wangi sekali?” tanya Guo
Jing dengan penasaran.
“Nama masakan ini adalah “Ayam Pengemis”. Dinamakan “Ayam Pengemis”
karena cara memasaknya harus dibungkus dengan daun dan dibakar kemudian
dimasukkan ke dalam tanah. Dengan begitu aromanya akan keluar dan rasanya akan
menjadi sangat enak.” Jawab Huang Rong menjelaskan.
“Oh, Jadi begitu? Mendengarnya saja air liurku sudah menetes.” jawab Guo
Jing dengan ekspresi lapar.
“Ah, sayang sekali tidak ada arak Persik. Jika ada, pasti akan lebih
sempurna.” Jawab Huang Rong dengan wajah kecewa.
“Apa itu Arak persik?” tanya Guo Jing lagi dengan penasaran.
“Arak yang dibuat dari buah persik. Waktu itu aku pernah membuatkan
seguci arak persik untuk kakek tua di gua itu, tapi kemudian ayahku
mengetahuinya dan memarahiku. Sayang sekali, kakek tua itu sekarang tidak bisa
menikmatinya lagi.” jawab Huang Rong dengan ekspresi menyesal.
“Jing Gege, sepertinya sudah matang. Ayo kita makan.” ujar Huang Rong
dengan ceria.
Guo Jing mengangguk dan mengambil ayamnya dari dalam tanah.
Kemudian Huang Rong dengan ceria membuka bungkus daunnya.
Namun tiba-tiba
seseorang entah dari mana datangnya, berkata kepada mereka, “Hei dua bayi,
bagilah sedikit untukku makan. Aku tidak akan berebut dengan kalian. Kalian
makan dagingnya, untukku, cukup pantat ayamnya saja.” pinta seorang Kakek tua
yang membawa tongkat giok berwarna hijau terang.
Huang Rong segera berdiri menyambut si kakek tua itu.
“Anda adalah...” Huang
Rong tak sempat meneruskan pertanyaannya, si Kakek Tua segera menyodorkan guci
araknya.
“Kau mau minum arak?” tanyanya pada Huang Rong yang dengan segera menggeleng cepat dan menjawab cepat, "Aku tidak minum arak."
Huang Rong yang memang cerdas melihat Kakek Tua itu hanya punya 9 jari.
Dia ingat ayahnya pernah bercerita dengan seorang pesilat hebat yang dijuluki
Si “Pengemis Utara Sembilan Jari” yang ilmu setara dengan saang ayah. Huang
Rong pun mulai bersiasat.
Huang Rong sangat menyukai Guo Jing dan ingin menikah dengannya, tapi dia tahu
jika sang ayah tidak akan merestui hubungan mereka jika mengetahui bahwa Guo
Jing tak hanya bodoh dan lamban, namun juga kungfunya sangat rendah dan bukan
berasal dari keluarga yang berpendidikan.
Bodoh, lamban, kungfunya sangat
rendah juga tidak mengerti sastra, musik dan puisi, sudah pasti sang ayah, si
"Sesat Timur" yang terkenal berpendidikan tidak akan merestui mereka.
Itulah sebabnya, Huang Rong ingin merayu Pengemis Utara, Hong Chi Khong
agar menerima Guo Jing sebagai murid dan mengajari Kakak Jing-nya “18 Jurus
Penakluk Naga” yang hebat.
Setidaknya, pikir Huang Rong, dengan memandang wajah
Hong Chi Khong sebagai guru Guo Jing, sang ayah akan merestui hubungannya dengan
Guo Jing.
“Bertemu adalah jodoh. Tetua, siapa nama Anda? Mari kita menjadi teman.
Namaku Huang Rong dan dia Guo Jing.” Huang Rong mulai mengenalkan dirinya.
Melihat Huang Rong adalah gadis yang ceria dan pandai merayu, Hong Chi
Khong tanpa curiga segera menyebutkan namanya, “Margaku Hong, namaku Chi Khong.
Mari berteman.” ujarnya dengan ramah.
Setelah mengetahui bahwa si pengemis yang bersama mereka adalah benar si
Pengemis Sembilan Jari yang hebat itu, Huang Rong pun bertekad ingin
menjadikannya guru.
Diapun mulai mengeluarkan kata-kata manisnya untuk merayu
Hong Chi Khong, yang terperdaya dengan begitu mudahnya setelah ditawari berbagai
jenis masakan enak. Huang Rongpun mengajak kedua pria itu, Guo Jing dan Hong
Chi Khong untuk berbelanja di pasar bersama.
Di pasar, Hong Chi Khong sempat mengira bahwa Guo Jing dan Huang Rong
adalah sepasang suami istri kecil mengingat sepasang pria dan wanita
bersama-sama pasti tak mungkin bila hanya teman biasa, lebih tak mungkin lagi
bila melihat interaksi mereka berdua yang tampak sangat mesra melebihi
interaksi teman biasa.
“Dia
istri kecilmu, kan?” Hong Chi Khong bertanya dengan penasaran tentang hubungan
Guo Jing dan Huang Rong.
Guo
Jing yang tak tahu harus menjawab apa, hanya tersenyum malu-malu. Dia dan Huang
Rong jelas belum menikah tapi dalam hatinya, Guo Jing sudah menganggap Huang
Rong sebagai istrinya.
“Anak
muda, kau sangat beruntung.” Puji Hong Chi Khong dengan nada iri dalam
suaranya.
“Terima
kasih.” Guo Jing menjawab dengan malu-malu, seolah-olah membenarkan ucapan Hong
Chi Khong jika mereka adalah sepasang suami istri.
“Saat
aku masih muda, jika saja aku bisa bertemu dengan gadis muda yang cantik dan
pandai memasak seperti dia, maka bagus sekali. Kalau saja aku lebih muda 20
tahun maka...” Hong Chi Khong tak sempat melanjutkan kalimatnya karena Guo Jing
telah memotongnya lebih dulu.
“Chi
Khong, kau jangan punya maksud tertentu pada Rong’er.” ujar Guo Jing dengan
wajah cemberut dan khawatir, dia mendadak merasa cemburu dan takut jika ada
seseorang yang merebut Rong’er-nya.
“Anak
bodoh, siapa yang mau berebut denganmu. Orang yang dia sukai adalah kau. Apa
kau takut aku akan merebutnya?” jawab Hong Chi Khong yang membuat Guo Jing hanya
tersenyum malu mendengarnya.
Setelah
berbelanja di pasar, Huang Rongpun mulai memasakkan makanan enak untuk Chi
Khong. Lalu Chi Khong bercerita tentang bagaimana dia kehilangan jari telunjuk
kanannya karena mulutnya yang rakus.
Dia juga bercerita tentang masakan Istana
yang sangat enak namun dia tidak tahu bagaimana cara memasaknya. Setelah
selesai makan, Chi Khong ingin memberikan sepasang kekasih itu sebuah permata
namun mereka menolaknya.
Huang
Rong pun akhirnya dengan terang-terangan meminta Chi Khong mengajari Guo Jing
kungfu.
“Chi
Khong, bisakah kau ajari dia kungfu? Kungfunya lebih rendah dariku. Selama ini,
Kakak Jing selalu merasa tidak bisa melindungi Rong’er.” Rayu Huang Rong dengan
manis.
Setelah
berpikir sejenak, dia lalu meminta sepasang kekasih itu untuk bertarung. Bukan
benar-benar bertarung untuk melukai, tapi hanya untuk melihat kungfu siapa yang
lebih unggul.
Setelah bertarung ke sana kemari, Hong Chi Khong pun tahu bahwa
Huang Rong adalah putri dari rival abadinya, si "Sesat Timur" – Huang Yao Shi.
Melihat
Huang Rong memiliki ayah yang hebat, yang walau 100 tahun pun, ilmunya tidak
akan habis dipelajari, Hong Chi Khong menolak untuk mengajari kedua bayi itu
dan segera angkat kaki sebelum jatuh ke perangkap Huang Rong sekali lagi.
Melihat
Hong Chi Khong tak mau mengajari, Guo Jing dan Huang Rong melanjutkan perjalanan
mereka. Di pasar, sepasang kekasih tersebut membeli sepasang boneka kayu (kayak
wayang golek gitu kalau di Indonesia) dan memainkannya di tepi sungai.
“Kenapa
kau ingin Hong Chi Khong mengajariku kungfu? Aku sudah punya 6 guru.” Tanya Guo
Jing dengan polosnya.
“Memangnya
kenapa jika kau sudah punya 6 guru? Tetap saja mereka tidak sehebat Chi Khong.”
jawab Huang Rong dengan jujur.
“Apa
kau benar-benar ingin aku lebih hebat darimu?" tanya Guo Jing lagi.
“Bukan
lebih hebat dariku. Tapi lebih hebat dari para gurumu dan pendeta busuk itu.
Jadi dengan begitu, bila kelak kau bertemu mereka, kau tak perlu takut lagi.”
jawab Huang Rong.
“Rong’er,
apa kau masih marah padaku karena keenam guruku memisahkan kita?’ tanya Guo
Jing dengan polosnya, berpikir bahwa Huang Rong masih marah pada keenam
gurunya.
“Jing
Gege, apa kau merasa Rong’er begitu picik?” Huang Rong balas bertanya dengan
mengerucutkan bibirnya manis.
Guo
Jing buru-buru menggelengkan kepalanya dengan tersenyum tulus, “Tidak. Aku tahu
Rong’er melakukannya untuk kebaikanku, juga untuk kebaikan kita berdua.” jawab Guo
Jing tulus.
Huang
Rong tersenyum senang mendengarnya, “Anggap saja kau masih punya hati,”
jawabnya seraya tersenyum manis.
“Sebenarnya
aku juga berharap kungfuku bisa lebih baik. Jadi bila kau berada dalam bahaya,
aku bisa melindungimu.” ujar Guo Jing dengan tulus.
Huang
Rong tersentuh dan terharu mendengarnya, “Jika suatu hari ada orang yang
menindasku atau menculikku, apa kau akan datang menyelamatkanku?” tanya Huang
Rong, menguji ketulusan Guo Jing.
“Tentu.
Tentu saja. Walau ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan datang
menyelamatkanmu.” ujar Guo Jing dengan tulus, tegas dan mantap.
“Kenapa?”
Huang Rong kembali memancing.
“Karena
di dunia ini, aku tidak akan menemukan lagi orang yang sangat baik padaku
sepertimu.” jawab Guo Jing dengan jujur dan tulus. Matanya memancarkan cinta
yang mendalam, dia seperti tak ingin kehilangan Huang Rong selamanya.
“Dasar
bodoh!” ujar Huang Rong malu-malu namun hatinya berbunga-bunga.
“Kau
juga bodoh,” jawab Guo Jing seraya mencuri pandang pada kekasihnya.
Mereka
berdua sudah tidak berharap akan bertemu Chi Khong lagi, apalagi menjadikannya
guru, namun ternyata keesokan harinya, Hong Chi Khong kembali mendatangi
sepasang kekasih kecil itu untuk meminta Huang Rong memasakkan masakan enak
untuknya makan.
Huang Rong yang mengetahui kedatangan Hong Chi Khong, berakting
menyesal dan berpura-pura menangis dan mengucapkan kata-kata manis penuh pujian untuk
membuat Pengemis Tua itu senang.
Mendengar
putri dari rival abadinya memujinya dengan mengatakan bahwa sang ayah, Huang
Yao Shi sangat mengagumi kungfunya dan bahkan menganggap kungfunya yang terbaik
setelah Dewa Pusat - Wang Chong Yang meninggal, Hong Chi Khong dengan mudah
jatuh dalam perangkap.
Apalagi
saat Huang Rong mengatakan bahwa Chi Khong memiliki sebuah kungfu hebat yang
bahkan ayahnya pun harus mengalah jika berhadapan dengannya.
Faktanya, Huang
Yao Shi tak pernah menyebutkan tentang nama kungfu hebat Hong Chi Khong dan
Huang Rong pun tak tahu namanya, dia hanya berakting lupa untuk memancing Chi
Khong menampakkan dirinya.
Dan
taktik itu berhasil, Chi Khong keluar dari persembunyiannya di atas pohon.
Huang Rong menyambut gembira kedatangan Chi Khong, sementara Guo Jing hanya
bengong dan bingung kenapa Chi Khong bisa turun dari atas pohon.
“Chi
Khong, kenapa kau turun dari atas sana?” tanya Guo Jing dengan polos seraya
masih menatap ke atas pohon tempat Hong Chi Khong turun.
“Kenapa
aku tidak boleh turun dari atas sana? Bisa bertemu adalah jodoh, makanya aku
turun dari atas sana. Karena kita berjodoh, maka...” kalimat Hong Chi Khong
terputus oleh suara perutnya yang menahan lapar.
“Aku
datang bukan karena aku rakus. Aku bukan ingin kalian memberiku makan,” Hong
Chi Khong membela dirinya.
Huang
Rong tersenyum, dia sudah mengerti maksudnya.
“Aku
tahu. Malam ini akan kumasakkan sesuatu yang enak untukmu,” ujar Huang Rong
dengan tersenyum menang. Dia
menang karena Hong Chi Khong telah jatuh dari perangkapnya yang memikat.
Sebelum
pergi, Huang Rong melirik penuh arti pada Guo Jing yang segera mengerti arti
lirikan tersebut.
“Chi
Khong, jadi kau ingin mengajariku apa?” tanya Guo Jing dengan tersenyum polos.
“Siapa
bilang ingin mengajarimu kungfu?” Hong Chi Khong masih tampak tak rela pada
awalnya.
Guo
Jing tampak kecewa, namun kemudian Hong Chi Khong teringat permintaan Huang
Rong untuk mengajari kekasih kecilnya kungfu sebagai ganti makanan yang
dibuatnya.
“Baik.
Baik. Aku akan mengajarimu kungfu.” ujar Hong Chi Khong yang disambut gembira
oleh Guo Jing.
Dan
akhirnya, Hong Chi Khong pun mengajari Guo Jing 15 jurus dari “18 Jurus
Penakluk Naga” miliknya. Hong Chi Khong pun mengajari Huang Rong jurus “Bebas
Berkelana/Mengembara Bebas (Wandering Strike)” dan ilmu "Langit Penuh Hujan Bunga Jarum Emas" untuk menghadapi ular-ular peliharaan Ou Yang Khe.
Tak hanya itu, Chi Khong pun
sempat membantu menyelamatkan Huang Rong saat Racun Kecil Ou Yang Khe, si
Playboy (GAK) tampan keponakan (sebenarnya adalah anak kandung yang disembunyikan) Ou Yang Feng, menculik Huang Rong dan ingin membawanya ke Gunung Unta
Putih untuk dinikahinya dengan paksa.
Berikutnya : Episode 12-13
Written by : Liliana Tan
Credits Pict : WEIBO ON LOGO
WARNING : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS !!!
REPOST WITH FULL CREDITS !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar