Minggu, 14 Oktober 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 7)

Setelah membahas tentang pertemuan pertama Guo Jing dan Huang Rong, di mana sang kekasih saat itu masih menyamar menjadi seorang pengemis kecil, bagaimana reaksi Guo Jing saat mengetahui bahwa pengemis kecil yang selama ini dipanggilnya “Saudara Huang” ternyata adalah seorang gadis muda yang cantik?

Bagi yang sudah hapal dengan jalan cerita serial yang sudah diadaptasi sebanyak 7 kali ini, tentu sudah tahu bagaimana kelanjutannya. Namun bagi mereka (generasi muda) yang mungkin belum menonton atau bahkan tidak mengetahui versi remake sebelumnya, atau bagi yang masih awam dengan kisah Sang pendekar Rajawali ini, tak ada salahnya ikut menyimak.

Bagi yang sudah hapal jalan ceritanya pun, kisah ini masih tetap menarik untuk disimak, mengingat setiap remake yang pernah ada sebelumnya, juga dibuat dalam berbagai macam versi yang berbeda.

HANYA VERSI 2017 inilah yang PERSIS SEPERTI YANG DIGAMBARKAN DALAM NOVELNYA. Bagi yang belum membaca novelnya dan tidak mengetahui adegan asli yang digambarkan dalam novel seperti apa, maka versi 2017 ini adalah penggambaran yang PALING TEPAT DAN SESUAI dengan novelnya.

 


 



Setelah Guo Jing yang lugu dan baik hati memberikan kuda merahnya kepada si pengemis kecil tersebut, Guo Jing pun berkelana sendirian tanpa kuda merahnya. Guo Jing bertemu dengan Mu Nian Chi dan ayahnya (Yang Tie Xin), Yang Kang serta Pendeta Wang Chu Yi dari Partai Chuan Chen dalam pertandingan silat mencari jodoh.

Guo Jing yang memang berjiwa ksatria sempat berselisih dengan Yang Kang yang menolak menikahi Mu Nian Chi walaupun telah berhasil mengalahkannya dalam pertandingan silat tersebut. Guo Jing yang ilmu silatnya masih berada di bawah Yang Kang hampir saja kehilangan nyawanya saat Yang Kang berniat menggunakan ilmunya “Cakar Tengkorak Putih 9 Bulan” jika saja Pendeta Wang Chu Yi tidak datang menyelamatkannya.

Singkat cerita, Yang Kang yang memang murid durhaka meracuni Paman gurunya sendiri, membuat Guo Jing harus pontang-panting keliling kota demi untuk mencari obat penawar racun Pendeta Wang Chu Yi.



Saat sedang sibuk mencari itulah, kuda merah milik Guo Jing kembali pada pemilik aslinya. Guo Jing yang gembira melihat kuda merahnya kembali segera naik ke atas punggiung kuda tersebut dan kuda tersebut membawanya ke sebuah hutan yang terletak tak jauh dari sebuah telaga.

 


“Xiao Hung Ma, mana Saudara Huang? Apa kau sudah mengantarnya dengan selamat hingga ke rumahnya? Apa dia yang memintamu mengantarku menemuinya? Apa dia ingin main denganku? Tapi aku masih sibuk, ada urusan penting yang harus aku selesaikan. Saudara Huang ada di mana?” Guo Jing kembali berbicara pada kuda merahnya.

 

Tak lama kemudian, Guo Jing mendengar suara merdu seorang gadis sedang bernyanyi. Penasaran, Guo Jing pun turun dari atas kuda dan berjalan ke asal sumber suara itu. Dan dia melihat seorang gadis muda berbaju putih sedang berdiri di atas sebuah perahu dan bernyanyi dengan merdu.



Gadis muda itu sangat cantik bagai Dewi di puncak gunung salju, gaun putihnya melambai-lambai tertiup angin dan rambut panjangnya yang hitam pun tergerai dengan indah di punggungnya. Guo Jing terpana saat memandangnya, dan detik itu juga dia menyadari bahwa dia sudah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada seorang gadis bergaun putih yang kini berdiri di hadapannya.


NOTE : 
Dalam novel, digambarkan saat pertama kali Huang Rong membuka penyamarannya dan menunjukkan identitasnya sebagai seorang wanita, dia mengenakan baju putih panjang hingga ke tanah dengan rambut panjang indah tergerai di punggungnya, persis seperti penggambaran kemunculan pertama Huang Rong di versi 2017 ini. Huang Rong dalam novel juga muncul dari atas perahu sambil menyanyikan sebuah lagu yang merdu. Adegan yang SAMA PERSIS seperti versi LOCH 2017.

 

Melihat Guo Jing yang tampak bingung, Huang Rong berseru dari atas perahunya. 
“Jing Gege, apa kau tidak mengenaliku?” ujar Huang Rong dengan tersenyum malu-malu. 
“Apa kau Saudara Huang? Tidak mungkin. Bagaimana bisa kau seorang wanita?” tanya Guo Jing, masih tampak tak percaya. 
“Aku memang seorang wanita,” Jawab Huang Rong malu-malu.



Guo Jing pun segera melompat naik ke atas perahu tersebut dan ingin melihat lebih dekat lagi “Dewi” yang kini berdiri di hadapannya. 
“Ternyata kau sangat cantik,” Puji Guo Jing dengan jujur dan polos setelah beberapa menit menatap Huang Rong lekat dengan tatapan terpesona. 
“Benarkah aku sangat cantik?” Huang Rong bertanya dengan malu-malu, namun hatinya berbunga-bunga.


Guo Jing spontan mengangguk mantap, “Kau sangat cantik bagaikan Dewi di puncak Gunung Salju. Siapapun yang melihatmu takkan bisa mengalihkan pandangannya,” Ujar Guo Jing dengan jujur, membuat hati Huang Rong berbunga-bunga karena mendengar pria pujaan hatinya memujinya cantik.


“Kau belum pernah bertemu seorang Dewi, dari mana kau tahu aku secantik Dewi?” lagi, Huang Rong ingin memancing Guo Jing. 
“Kau memang secantik Dewi,” Ujar Guo Jing masih dengan tatapan mata terpesona dan senyum malu-malu di bibirnya.



“Aku begitu bodoh. Bersamamu sekian lama, tapi aku tidak tahu kalau kau seorang wanita. Kelak, aku tak boleh lagi memanggilmu Saudara Huang,” lanjut Guo Jing dengan salah tingkah.
“Kalau begitu panggil saja aku Rong’er. Ayahku memanggilku seperti itu.” ujar Huang Rong dengan tersenyum ceria.


Akhirnya mereka mengobrol dengan akrab di atas perahu tersebut. Guo Jing memberikan Huang Rong yang sudah disimpannya bila kelak mereka bertemu lagi, tapi sayang kue itu telah hancur. 
“Sudahlah. Buang saja! Kuenya sudah hancur.” Ujar Guo Jing tak enak hati. 



Tapi Huang Rong menolak untuk membuangnya dan tetap memakannya dengan lahap. 
“Ini adalah kue yang diberikan Kakak Jing untukku. Mana boleh dibuang?” ujar Huang Rong dengan menangis terharu.

“Kau adalah orang pertama yang sangat baik padaku, selain ayahku. Ibuku meninggal setelah melahirkan aku. Sejak kecil, hanya ayah yang sayang padaku.” Huang Rong mulai menceritakan hidupnya yang kesepian.

“Rong’er, kau sangat cantik dan pintar, mana mungkin tak ada orang yang baik padamu?” tanya Guo Jing dengan polosnya. 

“Aku berdandan seperti ini, tentu semua orang akan baik padaku. Tapi saat aku berdandan menjadi seorang pengemis kecil, semua orang menindasku, menghinaku, memperlakukanku dengan buruk. Hanya Kakak Jing yang berbeda. Hanya Kakak Jing yang baik padaku. Itu barulah kebaikan yang benar-benar tulus.” Ujar Huang Rong dengan tersenyum penuh haru saat menatap Guo Jing.


Guo Jing merasa hatinya tersentuh dan iba, spontan dia berkata, “Rong’er, aku selamanya akan bersikap baik padamu,” janji Guo Jing. 
“Kalau begitu ijinkan aku menemanimu ke manapun. Kakak Jing mau ke mana, Rong’er juga akan ikut denganmu.” Pinta Huang Rong dengan penuh harap. 

“Baiklah. Kita selamanya tidak akan berpisah.” Jawab Guo Jing langsung menyetujuinya. 
“Selamanya tidak akan berpisah.” Ulang Huang Rong seraya menyandarkan kepalanya di bahu Guo Jing yang tampak canggung dan malu-malu saat melihat untuk pertama kalinya ada seorang gadis cantik yang bersandar di bahunya.


Sejak saat itu, Guo Jing dan Huang Rong resmi menjadi sepasang kekasih. Walau Guo Jing tak pernah mengatakan secara langsung kalimat seperti “Maukah kau jadi kekasihku?” tapi kalimatnya yang mengatakan, “Kita selamanya tidak akan berpisah” sudah mewakili ungkapan hatinya bahwa dia ingin selamanya bersama Huang Rong, tidak akan pernah berpisah apa pun yang terjadi.



Akting William yang malu-malu, canggung dan tampak salah tingkah saat Huang Rong bersandar di bahunya terlihat sangat cute, natural dan tidak berlebihan, aktingnya benar-benar menunjukkan Guo Jing remaja yang masih sangat polos dan lugu, seorang pemuda polos yang baru pertama kali jatuh cinta dan baru pertama kali merasakan memiliki seorang kekasih pujaan hati yang bersandar di bahunya.


Great acting, William ^_^ Guo Jing-mu tampak sangat cute dan natural dan tak hanya Huang Rong yang terpana saat melihatmu, tapi semua orang di luar sana (termasuk bloggernya) juga ikut terpana. Aku sangat menyukai caramu menampilkan Guo Jing dengan gayamu sendiri yang berbeda dari yang lain. You’re the PERFECT GUO JING in my eyes ^_^

Berikutnya : Episode 11

Written by : Liliana Tan 
Credits Picts : WEIBO ON LOGO 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads