Minggu, 14 Oktober 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 5-6)

Masih seputar serial wuxia favorite penulis yaitu “Legend Of The Condor Heroes 2017”. Bagi para penggemar wuxia series, khususnya para penggemar trilogi Pendekar Rajawali dan lebih khususnya lagi para penggemar Trilogi Pendekar Rajawali yang pertama yaitu “Legend Of The Condor Heroes”, tentunya sudah mengetahui bahwa pertemuan pertama antara Guo Jing dan Huang Rong dimulai ketika Huang Rong yang nakal menyamar menjadi pengemis kumal dan membuat keonaran di kota, lalu secara tak sengaja, dia bertemu dengan Guo Jing yang polos dan baik hati yang membantunya keluar dari “masalah” yang dibuatnya sendiri. Kali ini, penulis ingin membahas tentang adegan pertemuan pertama antara Guo Jing dan Huang Rong dalam versi adaptasi terbaru “Legend Of The Condor Heroes 2017”.

  


  



Delapan belas tahun kemudian, setelah merasa waktu perjanjian pertarungan antara Guo Jing dan Yang Kang sudah dekat, keenam Pendekar Aneh dari Jiang Nan (Guru kelima telah tewas dibunuh oleh Mei Chao Feng) membawa murid mereka satu-satunya yaitu Guo Jing ke daratan China. Selain untuk bertemu dengan penerus keluarga Yang yaitu Yang Kang, juga untuk mencari pembunuh sang ayah yaitu Duan Tian Te dan membalas dendam.

 

Hari pertama tiba di China Daratan setelah selama ini Guo Jing tumbuh besar di padang rumput Mongolia, tentu Guo Jing yang polos dan lugu terlihat sangat senang. Namun sayangnya, di hari pertama mereka tiba di China Daratan, Enam Pendekar Jiang Nan dan Guo Jing langsung bertemu dengan para gadis pengikut Ou Yang Khe yang mengincar kuda merah milik Guo Jing.


Mengetahui adanya gelagat buruk tersebut, keenam guru Guo Jing menyuruh sang murid berjalan-jalan sendiri di kota untuk mencari pengalaman dan menyuruhnya untuk menitipkan kuda merah kesayangannya kepada para guru. Keenam guru Guo Jing seolah mengetahui bahwa para pengikut Ou Yang Khe mengincar kuda merah itu dan mengetahui dengan jelas bahwa Guo Jing seorang takkan sanggup mengalahkan para gadis pengikut Ou Yang Khe. Setelah menyuruhnya untuk menyusul mereka di penginapan paling besar di kota, keenam guru Guo Jing menyuruh Guo Jing pergi lebih dulu.


 

Guo Jing yang awalnya merasa sedikit takut dan ragu, karena dia tidak pernah pergi sendirian sebelumnya akhirnya menuruti perintah sang guru. Awalnya semua terlihat baik-baik saja. Guo Jing tampak gembira bisa melihat-lihat keramaian kota, bagaikan “cah dusun yang baru datang ke kota besar”. Agak ndeso gitulah istilah kasarnya. Akting "ndeso"-nya William Yang dapet kok. William terlihat natural dan gak lebay saat berakting "ndeso".



Hingga akhirnya dia bertemu dengan pengemis kecil yang mencuri sebuah bakpao dan bersembunyi di belakang tubuhnya yang tinggi dan tegap untuk menghindari kejaran dari si penjual bakpao tersebut. Guo Jing yang polos dan lugu mengira bahwa pengemis kecil itu sangat kelaparan hingga mencuri sebuah bakpao berniat untuk membelikan bakpao itu untuknya.



Tapi karena si penjual bakpao meminta uang yang banyak hanya untuk sebuah bakpao saja, membuat pengemis kecil itu justru marah dan melempar bakpaonya ke tanah. 
“Kau bercanda? Sebuah bakpao kenapa begitu mahal? Aku tak mau bakpaomu. Ini kukembalikan!” ujar si pengemis kecil dengan kesal dan melemparkan bakpao tersebut ke hadapan si penjual, yang tentu saja membuat si penjual bakpao tersebut menjadi marah dan ingin memukul si pengemis kecil tersebut.


Guo Jing yang kasihan melihat si pengemis kecil tersebut spontan menarik tangannya dan membawanya terbang ke atap dengan menggunakan ilmu meringankan tubuh yang memang sangat dikuasai oleh Guo Jing.



Setelah lepas dari si penjual bakpao tersebut, si pengemis kecil itu meminta Guo Jing untuk mentraktirnya makan. Guo Jing yang baik hati dan mengira bahwa si pengemis kecil itu kelaparan, bersedia mentraktirnya makan. Di dalam restaurant, si pengemis kecil tersebut ternyata memesan banyak sekali makanan mahal yang bahkan tak pernah dilihat Guo Jing di Mongolia.

 
 
Kedua teman baru itupun mulai mengobrol dengan asyik dan berkenalan. Ternyata si pengemis kecil itu bernama Huang Rong. Guo Jing pun tampak senang karena akhirnya dia memiliki seorang teman baru di China Daratan, temannya yang pertama sejak dia meninggalkan Mongolia.

Guo Jing yang baik hati pun memberikan si pengemis kecil itu uang yang dihadiahkan Khan Agung padanya dan juga mantel bulu cerpelai yang sangat mahal saat melihat bahwa tubuh pengemis kecil itu sangat mungil dan kurus. Guo Jing berpesan bahwa sebaiknya mulai hari ini, si pengemis kecil itu sebaiknya hidup dengan baik, bukalah sebuah usaha agar mencari uang dengan jujur, jangan mencuri lagi. Hal yang tentu saja membuat si pengemis kecil tersebut menjadi marah.


“Siapa bilang aku mencuri? Bakpao jelek seperti itu, aku diberi gratispun tak mau.” Ujar si pengemis kecil, Huang Rong dengan cemberut. 
“Lalu kenapa kau mengambilnya jika kau tak mau? Kupikir kau kelaparan hingga mencuri bakpao itu.” Guo Jing bertanya dengan polosnya.

“Siapa suruh si penjual brengsek itu menghinaku? Jadi aku sengaja mengambil bakpaonya dan membuatnya mengejarku. Dengan begitu saat dia lari mengejarku, bakpao-bakpaonya yang lain pasti sudah dicuri orang. Itu hukuman untuknya karena sudah menghina orang.” Si pengemis kecil, Huang Rong tak mau disalahkan.

“Itu adalah perbuatan yang tidak baik. Bagaimana jika seandainya dia memiliki istri dan anak di rumah yang harus diberinya makan? Kau tidak boleh berbuat seperti itu. Kau harus meminta maaf padanya.” Guo Jing mencoba menasehati Huang Rong bahwa perbuatannya adalah salah.

 

“Siapa kau berpikir kau bisa mengaturku? Kenapa kau begitu sok tahu?” ujar Huang Rong kesal. 
“Aku tidak mengaturmu. Aku hanya mengingatkanmu bahwa perbuatanmu adalah salah.” Guo Jing tetap bersikeras pada prinsipnya. 
“Aku tidak mau minta maaf. Kaulah yang harus minta maaf padaku karena sudah ikut campur.” Huang Rong masih tidak terima karena ada yang berani menasehatinya dan mengaturnya seperti itu. 
“Kalau begitu, aku tidak bisa jadi temanmu.” Guo Jing tetap tidak mau mengalah. 
“Siapa yang mau jadi temanmu?” ujar Huang Rong marah lalu mengembalikan uang dan mantel Guo Jing kemudian berjalan pergi dengan kesal. 
(Ya iyalah, Rong’er kan maunya jadi pacarnya Kakak Jing. Bukan teman hihihi ^_^) 

Setelah mereka berpisah jalan untuk sesaat, Guo Jing dan Huang Rong bertemu lagi saat Guo Jing tak sengaja bertemu dengan 4 Hantu Sungai Kuning dan paman Guru mereka, Hou Tong Hai si kepala benjol 3. Guo Jing yang kungfunya sangat buruk, tertangkap dengan mudah. 


Tapi untunglah ada Huang Rong yang memang sengaja mengikutinya. Sebelumnya, Huang Rong tersentuh saat melihat Guo Jing membayar bakpao yang sudah dia curi dan meminta maaf mewakilinya.

Huang Rong masuk ke tempat Guo Jing disekap dan “memaksanya” meminta maaf dan mengaku salah. Tapi Guo Jing menolak keras. 
“Huang Siung Thi (saudara Huang), mereka semua adalah orang jahat. Jika kau tak mau menolongku, cepatlah pergi dari sini. Jika mereka tahu kau mengenalku, kau akan mendapat masalah.” Saat seperti iu, Guo Jing masih sempat memikirkan orang lain. Akhirnya dengan kesal, Huang Rong membuang sebuah belati di dekat kaki Guo Jing dan pergi dari sana.

Berkat bantuan Huang Rong, Guo Jing akhirnya bisa bebas. Guo Jing kembali ke penginapan tempat di mana para gurunya sudah menunggunya. Guo Jing pun menceritakan bahwa dia sudah ditawan oleh 4 Hantu Sungai Kuning dan mendengar mereka berbicara tentang mengumpulkan para pesilat tangguh di istana Raja Chao. Melihat kemungkinan bahwa mungkin Kerajaan Chin ingin melakukan sesuatu yang buruk terhadap Kerajaan Sung, keenam Pendekar Jiang Nan meminta Guo Jing pergi sendiri karena mereka akan menyelidiki masalah ini. Keenam guru menyuruh Guo Jing menunggu mereka di Penginapan Dewa Mabuk 6 bulan kemudian.
 

Guo Jing pun sendiri lagi. Dalam kegalauannya, Guo Jing berbicara kepada kuda merahnya. 
“Xiao Hung Ma (kuda merah kecil), apa kau takut? Mulai hari ini hanya ada kita berdua. Sendirian di dunia persilatan sedikit menakutkan. Walaupun guru ke-4 bilang jika kita tak bisa menang melawan orang jahat maka kita sebaiknya lari, tapi dari mana kita tahu bahwa kita tidak bisa menang jika kita belum bertarung dengannya? Tapi jika ternyata kita sudah bertarung dan kalah, bukankah mau lari pun, kita tak punya kesempatan? Lalu aku harus bagaimana? Saat itu, saat aku tertangkap oleh 4 Hantu Sungai Kuning dan Hou Tong Hai, jika bukan karena Saudara Huang membantuku, aku tidak mungkin bisa melarikan diri. Entah di mana Saudara Huang sekarang, apa dia masih marah padaku? Jika kami bertemu lagi, apa mungkin dia takkan peduli lagi padaku?”

 
Note : adegan saat Guo Jing berbicara panjang lebar dengan kuda merahnya sangat cute. Akting William benar-benar tampak natural dan manis. Bikin gemes yang nonton hihihi ^_^ Sejauh yang kuingat, adegan berbicara dengan kuda merah HANYA ada di versinya William Yang. So cute, isn’t it?

Setelah berbicara dengan kuda merahnya, terdengar suara Huang Rong yang berkata, “Tidak mungkin. Aku tidak mungkin tidak peduli padamu. Kau ini sangat bodoh. Kenapa bicara pada seekor kuda?”
Guo Jing segera menoleh ke asal suara dan dia tersenyum gembira saat melihat Huang Rong ada di belakangnya.


Setelah mengobrol ke sana kemari, Guo Jing mengucapkan terima kasih pada Huang Rong karena telah menolongnya waktu itu. Tanpa tahu apa-apa, Guo Jing yang lugu dan polospun menawarkan pada Huang Rong agar mereka bersumpah setia menjadi saudara angkat, jadi kelak saat ada masalah, mereka bisa saling membantu.


“Bagaimana jika kita angkat sumpah menjadi An Ta?” usul Guo Jing dengan polosnya. 
“Apa itu An Ta?” Huang Rong bertanya dengan penasaran. 
“An Ta adalah saudara angkat. Jika kita mengikat sumpah menjadi An Ta maka seumur hidup kita adalah saudara, dan kelak bila ada masalah, kita bisa saling membantu.” Jawab Guo Jing dengan mata berbinar gembira. 


Tapi berbanding terbalik dengan Guo Jing yang gembira, Huang Rong justru mengerucutkan bibirnya kesal. 
“Siapa yang mau jadi saudara angkat denganmu?” jawabnya kesal. 
(ya iyalah, Rong’er kan pengennya jadi yayang, jadi pacarnya Jing Gege, nikah sekarang juga kalau bisa. Lah ini malah diajak jadi saudara angkat. Gak bisa nikah dong kalau jadi saudara? Hahaha ^_^)


Guo Jing tampak kecewa dan sedih saat Huang Rong menolak menjadi saudaranya. 
“Kau tak mau, ya? Tidak apa-apa. Kelak bila kau ada masalah, kau bisa mencariku. Aku akan sebisa mungkin membantumu. Oh ya, ini uang dan mantelku waktu itu. Kau ambillah. Waktu itu kau lupa membawanya.” Guo Jing sekali lagi menawarkan uang dan mantel bulu mahalnya kepada Huang Rong.


Sifat Guo Jing yang tulus, polos, lugu dan baik hati membuat Huang Rong semakin terpesona. Huang Rong pun memutuskan untuk menguji sekali lagi ketulusan hati Guo Jing. 
“Aku ingin pulang ke rumah, tapi rumahku sangat jauh. Maukah kau berikan kuda merahmu agar aku bisa pulang ke rumah?” pinta Huang Rong, menguji Guo Jing sekali lagi.


Guo Jing hanya menatapnya tanpa ekspresi untuk sesaat, namun kemudian dia tersenyum tulus dan berlari ke arah kandang kudanya seraya memberikan tali kekangnya kepada Huang Rong. 
“Kuberikan dia padamu. Tapi kuda merah ini pernah menyelamatkan nyawaku. Aku sangat menyayanginya. Kelak, kau harus merawatnya dengan baik.” Ujar Guo Jing tulus dan polos dengan mengelus-elus punggung kudanya, membuat Huang Rong semakin terharu dan tersentuh dengan kebaikan hati Guo Jing.
 
 

“Kuda Merah, mulai hari kuberikan kau pada Saudara Huang. Kau harus bersikap baik padanya. Jangan nakal dan harus patuh padanya, mengerti?” Guo Jing kini berpesan pada si kuda, seolah-olah kuda tersebut bisa mengerti apa yang dia katakan.


Dan setelah mengucapkan sepatah kata pesan pada si kuda merah, diapun memberikan tali kekang kudanya pada Huang Rong. “ini. Saudara Huang, hati-hatilah di jalan.” Ujar Guo Jing dengan tersenyum manis.

 

Ketulusan dan kebaikan hati Guo Jing inilah yang sukses meluluhkan hati si sesat kecil, Huang Rong dan membuatnya jatuh cinta pada kebaikan dan ketulusan hati pemuda lugu tersebut.

Dan inilah akhir penyamaran Huang Rong sebagai pengemis kecil yang kumal. Episode berikutnya saat mereka bertemu lagi, Huang Rong mulai menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya yang adalah seorang gadis muda yang cantik. 

Bagaimanakah reaksi Guo Jing saat mengetahui bahwa pengemis kecil yang selama ini dipanggilnya “Saudara Huang” ini ternyata adalah seorang gadis cantik? Nantikan jawabannya di postingan berikutnya...

Berikutnya : Episode 7

Written by : Liliana Tan 
Credits Picts : WEIBO ON LOGO 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.