Masih seputar serial wuxia favorite penulis yaitu “Legend Of The Condor
Heroes 2017”. Bagi para penggemar wuxia series, khususnya para penggemar
trilogi Pendekar Rajawali dan lebih khususnya lagi para penggemar Trilogi
Pendekar Rajawali yang pertama yaitu “Legend Of The Condor Heroes”, tentunya
sudah mengetahui bahwa pertemuan pertama antara Guo Jing dan Huang Rong dimulai
ketika Huang Rong yang nakal menyamar menjadi pengemis kumal dan membuat
keonaran di kota, lalu secara tak sengaja, dia bertemu dengan Guo Jing yang
polos dan baik hati yang membantunya keluar dari “masalah” yang dibuatnya
sendiri. Kali ini, penulis ingin membahas tentang adegan pertemuan pertama
antara Guo Jing dan Huang Rong dalam versi adaptasi terbaru “Legend Of The
Condor Heroes 2017”.
Delapan belas tahun kemudian, setelah merasa waktu perjanjian
pertarungan antara Guo Jing dan Yang Kang sudah dekat, keenam Pendekar Aneh
dari Jiang Nan (Guru kelima telah tewas dibunuh oleh Mei Chao Feng) membawa
murid mereka satu-satunya yaitu Guo Jing ke daratan China. Selain untuk bertemu
dengan penerus keluarga Yang yaitu Yang Kang, juga untuk mencari pembunuh sang
ayah yaitu Duan Tian Te dan membalas dendam.
Hari pertama tiba di China Daratan setelah selama ini Guo Jing tumbuh
besar di padang rumput Mongolia, tentu Guo Jing yang polos dan lugu terlihat
sangat senang. Namun sayangnya, di hari pertama mereka tiba di China Daratan,
Enam Pendekar Jiang Nan dan Guo Jing langsung bertemu dengan para gadis
pengikut Ou Yang Khe yang mengincar kuda merah milik Guo Jing.
Mengetahui adanya gelagat buruk tersebut, keenam guru Guo Jing menyuruh
sang murid berjalan-jalan sendiri di kota untuk mencari pengalaman dan
menyuruhnya untuk menitipkan kuda merah kesayangannya kepada para guru. Keenam
guru Guo Jing seolah mengetahui bahwa para pengikut Ou Yang Khe mengincar kuda
merah itu dan mengetahui dengan jelas bahwa Guo Jing seorang takkan sanggup
mengalahkan para gadis pengikut Ou Yang Khe. Setelah menyuruhnya untuk menyusul
mereka di penginapan paling besar di kota, keenam guru Guo Jing menyuruh Guo
Jing pergi lebih dulu.
Guo Jing yang awalnya merasa sedikit takut dan ragu, karena dia tidak pernah
pergi sendirian sebelumnya akhirnya menuruti perintah sang guru. Awalnya semua
terlihat baik-baik saja. Guo Jing tampak gembira bisa melihat-lihat keramaian
kota, bagaikan “cah dusun yang baru datang ke kota besar”. Agak ndeso gitulah
istilah kasarnya. Akting "ndeso"-nya William Yang dapet kok. William terlihat natural dan gak lebay saat berakting "ndeso".
Hingga akhirnya dia bertemu dengan pengemis kecil yang mencuri sebuah bakpao
dan bersembunyi di belakang tubuhnya yang tinggi dan tegap untuk menghindari
kejaran dari si penjual bakpao tersebut. Guo Jing yang polos dan lugu mengira
bahwa pengemis kecil itu sangat kelaparan hingga mencuri sebuah bakpao berniat
untuk membelikan bakpao itu untuknya.
Tapi karena si penjual bakpao meminta uang yang banyak hanya untuk
sebuah bakpao saja, membuat pengemis kecil itu justru marah dan melempar
bakpaonya ke tanah.
“Kau bercanda? Sebuah bakpao kenapa begitu mahal? Aku tak mau bakpaomu.
Ini kukembalikan!” ujar si pengemis kecil dengan kesal dan melemparkan bakpao
tersebut ke hadapan si penjual, yang tentu saja membuat si penjual bakpao
tersebut menjadi marah dan ingin memukul si pengemis kecil tersebut.
Guo Jing yang kasihan melihat si pengemis kecil tersebut spontan menarik
tangannya dan membawanya terbang ke atap dengan menggunakan ilmu meringankan
tubuh yang memang sangat dikuasai oleh Guo Jing.
Setelah lepas dari si penjual bakpao tersebut, si pengemis kecil itu
meminta Guo Jing untuk mentraktirnya makan. Guo Jing yang baik hati dan mengira
bahwa si pengemis kecil itu kelaparan, bersedia mentraktirnya makan. Di dalam
restaurant, si pengemis kecil tersebut ternyata memesan banyak sekali makanan
mahal yang bahkan tak pernah dilihat Guo Jing di Mongolia.
Kedua teman baru itupun mulai mengobrol dengan asyik dan berkenalan.
Ternyata si pengemis kecil itu bernama Huang Rong. Guo Jing pun tampak senang
karena akhirnya dia memiliki seorang teman baru di China Daratan, temannya yang
pertama sejak dia meninggalkan Mongolia.
Guo Jing yang baik hati pun memberikan si pengemis kecil itu uang yang
dihadiahkan Khan Agung padanya dan juga mantel bulu cerpelai yang sangat mahal
saat melihat bahwa tubuh pengemis kecil itu sangat mungil dan kurus. Guo Jing
berpesan bahwa sebaiknya mulai hari ini, si pengemis kecil itu sebaiknya hidup
dengan baik, bukalah sebuah usaha agar mencari uang dengan jujur, jangan
mencuri lagi. Hal yang tentu saja membuat si pengemis kecil tersebut menjadi
marah.
“Siapa bilang aku mencuri? Bakpao jelek seperti itu, aku diberi
gratispun tak mau.” Ujar si pengemis kecil, Huang Rong dengan cemberut.
“Lalu kenapa kau mengambilnya jika kau tak mau? Kupikir kau kelaparan
hingga mencuri bakpao itu.” Guo Jing bertanya dengan polosnya.
“Siapa suruh si penjual brengsek itu menghinaku? Jadi aku sengaja
mengambil bakpaonya dan membuatnya mengejarku. Dengan begitu saat dia lari
mengejarku, bakpao-bakpaonya yang lain pasti sudah dicuri orang. Itu hukuman
untuknya karena sudah menghina orang.” Si pengemis kecil, Huang Rong tak mau
disalahkan.
“Itu adalah perbuatan yang tidak baik. Bagaimana jika seandainya dia
memiliki istri dan anak di rumah yang harus diberinya makan? Kau tidak boleh
berbuat seperti itu. Kau harus meminta maaf padanya.” Guo Jing mencoba
menasehati Huang Rong bahwa perbuatannya adalah salah.
“Siapa kau berpikir kau bisa mengaturku? Kenapa kau begitu sok tahu?”
ujar Huang Rong kesal.
“Aku tidak mengaturmu. Aku hanya mengingatkanmu bahwa perbuatanmu adalah
salah.” Guo Jing tetap bersikeras pada prinsipnya.
“Aku tidak mau minta maaf. Kaulah yang harus minta maaf padaku karena
sudah ikut campur.” Huang Rong masih tidak terima karena ada yang berani
menasehatinya dan mengaturnya seperti itu.
“Kalau begitu, aku tidak bisa jadi temanmu.” Guo Jing tetap tidak mau
mengalah.
“Siapa yang mau jadi temanmu?” ujar Huang Rong marah lalu mengembalikan
uang dan mantel Guo Jing kemudian berjalan pergi dengan kesal.
(Ya iyalah, Rong’er kan maunya jadi pacarnya Kakak Jing. Bukan teman
hihihi ^_^)
Setelah mereka berpisah jalan untuk sesaat, Guo Jing dan Huang Rong
bertemu lagi saat Guo Jing tak sengaja bertemu dengan 4 Hantu Sungai Kuning dan
paman Guru mereka, Hou Tong Hai si kepala benjol 3. Guo Jing yang kungfunya
sangat buruk, tertangkap dengan mudah.
Tapi untunglah ada Huang Rong yang
memang sengaja mengikutinya. Sebelumnya, Huang Rong tersentuh saat melihat Guo
Jing membayar bakpao yang sudah dia curi dan meminta maaf mewakilinya.
Huang Rong masuk ke tempat Guo Jing disekap dan “memaksanya” meminta
maaf dan mengaku salah. Tapi Guo Jing menolak keras.
“Huang Siung Thi (saudara Huang), mereka semua adalah orang jahat. Jika kau
tak mau menolongku, cepatlah pergi dari sini. Jika mereka tahu kau mengenalku,
kau akan mendapat masalah.” Saat seperti iu, Guo Jing masih sempat memikirkan
orang lain. Akhirnya dengan kesal, Huang Rong membuang sebuah belati di dekat
kaki Guo Jing dan pergi dari sana.
Berkat bantuan Huang Rong, Guo Jing akhirnya bisa bebas. Guo Jing
kembali ke penginapan tempat di mana para gurunya sudah menunggunya. Guo Jing
pun menceritakan bahwa dia sudah ditawan oleh 4 Hantu Sungai Kuning dan
mendengar mereka berbicara tentang mengumpulkan para pesilat tangguh di istana
Raja Chao. Melihat kemungkinan bahwa mungkin Kerajaan Chin ingin melakukan
sesuatu yang buruk terhadap Kerajaan Sung, keenam Pendekar Jiang Nan meminta
Guo Jing pergi sendiri karena mereka akan menyelidiki masalah ini. Keenam guru
menyuruh Guo Jing menunggu mereka di Penginapan Dewa Mabuk 6 bulan kemudian.
Guo Jing pun sendiri lagi. Dalam kegalauannya, Guo Jing berbicara kepada
kuda merahnya.
“Xiao Hung Ma (kuda merah kecil), apa kau takut? Mulai hari ini hanya
ada kita berdua. Sendirian di dunia persilatan sedikit menakutkan. Walaupun
guru ke-4 bilang jika kita tak bisa menang melawan orang jahat maka kita
sebaiknya lari, tapi dari mana kita tahu bahwa kita tidak bisa menang jika kita
belum bertarung dengannya? Tapi jika ternyata kita sudah bertarung dan kalah,
bukankah mau lari pun, kita tak punya kesempatan? Lalu aku harus bagaimana?
Saat itu, saat aku tertangkap oleh 4 Hantu Sungai Kuning dan Hou Tong Hai, jika
bukan karena Saudara Huang membantuku, aku tidak mungkin bisa melarikan diri.
Entah di mana Saudara Huang sekarang, apa dia masih marah padaku? Jika kami
bertemu lagi, apa mungkin dia takkan peduli lagi padaku?”
Note : adegan saat Guo Jing berbicara panjang lebar dengan kuda merahnya
sangat cute. Akting William benar-benar tampak natural dan manis. Bikin gemes
yang nonton hihihi ^_^ Sejauh yang kuingat, adegan berbicara dengan kuda merah
HANYA ada di versinya William Yang. So cute, isn’t it?
Setelah berbicara dengan kuda merahnya, terdengar suara Huang Rong yang
berkata, “Tidak mungkin. Aku tidak mungkin tidak peduli padamu. Kau ini sangat
bodoh. Kenapa bicara pada seekor kuda?”
Guo Jing segera menoleh ke asal suara dan dia tersenyum gembira saat
melihat Huang Rong ada di belakangnya.
Setelah mengobrol ke sana kemari, Guo Jing mengucapkan terima kasih pada
Huang Rong karena telah menolongnya waktu itu. Tanpa tahu apa-apa, Guo Jing
yang lugu dan polospun menawarkan pada Huang Rong agar mereka bersumpah setia
menjadi saudara angkat, jadi kelak saat ada masalah, mereka bisa saling
membantu.
“Bagaimana jika kita angkat sumpah menjadi An Ta?” usul Guo Jing dengan
polosnya.
“Apa itu An Ta?” Huang Rong bertanya dengan penasaran.
“An Ta adalah saudara angkat. Jika kita mengikat sumpah menjadi An Ta
maka seumur hidup kita adalah saudara, dan kelak bila ada masalah, kita bisa
saling membantu.” Jawab Guo Jing dengan mata berbinar gembira.
Tapi berbanding terbalik dengan Guo Jing yang gembira, Huang Rong justru
mengerucutkan bibirnya kesal.
“Siapa yang mau jadi saudara angkat denganmu?” jawabnya kesal.
(ya iyalah, Rong’er kan pengennya jadi yayang, jadi pacarnya Jing Gege,
nikah sekarang juga kalau bisa. Lah ini malah diajak jadi saudara angkat. Gak
bisa nikah dong kalau jadi saudara? Hahaha ^_^)
Guo Jing tampak kecewa dan sedih saat Huang Rong menolak menjadi
saudaranya.
“Kau tak mau, ya? Tidak apa-apa. Kelak bila kau ada masalah, kau bisa
mencariku. Aku akan sebisa mungkin membantumu. Oh ya, ini uang dan mantelku
waktu itu. Kau ambillah. Waktu itu kau lupa membawanya.” Guo Jing sekali lagi
menawarkan uang dan mantel bulu mahalnya kepada Huang Rong.
Sifat Guo Jing yang tulus, polos, lugu dan baik hati membuat Huang Rong
semakin terpesona. Huang Rong pun memutuskan untuk menguji sekali lagi
ketulusan hati Guo Jing.
“Aku ingin pulang ke rumah, tapi rumahku sangat jauh. Maukah kau berikan
kuda merahmu agar aku bisa pulang ke rumah?” pinta Huang Rong, menguji Guo Jing
sekali lagi.
Guo Jing hanya menatapnya tanpa ekspresi untuk sesaat, namun kemudian
dia tersenyum tulus dan berlari ke arah kandang kudanya seraya memberikan tali
kekangnya kepada Huang Rong.
“Kuberikan dia padamu. Tapi kuda merah ini pernah menyelamatkan nyawaku.
Aku sangat menyayanginya. Kelak, kau harus merawatnya dengan baik.” Ujar Guo
Jing tulus dan polos dengan mengelus-elus punggung kudanya, membuat Huang Rong
semakin terharu dan tersentuh dengan kebaikan hati Guo Jing.
“Kuda Merah, mulai hari kuberikan kau pada Saudara Huang. Kau harus
bersikap baik padanya. Jangan nakal dan harus patuh padanya, mengerti?” Guo
Jing kini berpesan pada si kuda, seolah-olah kuda tersebut bisa mengerti apa
yang dia katakan.
Dan setelah mengucapkan sepatah kata pesan pada si kuda merah, diapun
memberikan tali kekang kudanya pada Huang Rong. “ini. Saudara Huang,
hati-hatilah di jalan.” Ujar Guo Jing dengan tersenyum manis.
Ketulusan dan kebaikan hati Guo Jing inilah yang sukses meluluhkan hati
si sesat kecil, Huang Rong dan membuatnya jatuh cinta pada kebaikan dan
ketulusan hati pemuda lugu tersebut.
Dan inilah akhir penyamaran Huang Rong sebagai pengemis kecil yang
kumal. Episode berikutnya saat mereka bertemu lagi, Huang Rong mulai
menunjukkan jati dirinya yang sebenarnya yang adalah seorang gadis muda yang
cantik.
Bagaimanakah reaksi Guo Jing saat mengetahui bahwa pengemis kecil yang
selama ini dipanggilnya “Saudara Huang” ini ternyata adalah seorang gadis
cantik? Nantikan jawabannya di postingan berikutnya...
Berikutnya : Episode 7
Written by : Liliana Tan
Credits Picts : WEIBO ON LOGO
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH
FULL CREDITS !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar