Akhirnya untuk sementara Guo Jing dan
Huang Rong harus “Break Up” dulu.
Tapi gpp, breaknya hanya sebentar saja, karena sebentar lagi kebenaran akan
terungkap dan Guo Jing serta guru pertamanya akan menyesali perbuatan mereka
karena telah salah menuduh orang. Khususnya Guo Jing yang telah bersikap kasar
pada kekasihnya sendiri dan menyakiti hatinya. Rong’er perlu menghilang sesaat
agar Guo Jing menyadari betapa penting Rong’er dalam hatinya. Kalau tidak
seperti itu, Guo Jing pasti akan terus menyia-nyiakan Rong’er. Pepatah
mengatakan “Sesuatu baru terlihat
berharga setelah kita kehilangannya.”
Dalam postingan kali ini, karena masih
belum ada adegan romantis antara Guo Jing dan Huang Rong mengingat mereka masih
marahan dan untuk sementara “Putus” alias “Break Up” jadinya akan banyak adegan
yang di cut
dan dalam 1 artikel akan digabung 2 episode sekaligus. Apa yang terjadi pada Guo
Jing dan Huang Rong setelah mereka “Putus”? Mari kita simak potongan adegan di
bawah ini...
Dan kisahpun berlanjut...
Ou Yang Feng yang sengaja datang ke
Loteng Dewa Mabuk dengan misi terselubung yaitu membantu Yang Kang merebut
Kitab Perang Wu Mu, berusaha mengadu domba Huang Yao Shi dengan seluruh
Pendekar yang ada di sana. Untunglah Huang Yao Shi tidak mau ikut campur.
Pengemis Tua yang merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan kedatangan Ou
Yang Feng ke tempat itu, akhirnya turun tangan dan berusaha menghentikan
pertarungan untuk sementara waktu.
Hong Chi Khong beralasan bahwa hari ini
masih tanggal 14 Agustus, yang artinya sekarang adalah hari Pramuka, eh salah
dink, artinya hari perjanjian adu pedang belum tiba saatnya.
“Perjanjian adu pedang adalah tanggal
15 Agustus. Kalian lihat tanggal berapa sekarang? Aku ingin tidur tapi sejak
pagi sudah terdengar suara keributan, benar-benar sangat mengganggu. Ada pria
ingin memukul wanita (Guo Jing vs Huang Rong), lalu ada menantu ingin memukul
mertua (Guo Jing vs Huang Yao Shi) dan entah apalagi, intinya aku Pengemis Tua
jadi tidak bisa tidur.” Omel Hong Chi Khong berpura-pura kesal. Guo Jing yang
merasa tersindir hanya mampu menundukkan kepalanya malu.
Dengan menggunakan pamornya sebagai
Tetua Dunia Persilatan yang dikenal berilmu tinggi dan disegani akhirnya Hong
Chi Khong berhasil meyakinkan semua orang, termasuk Ou Yang Feng untuk menunda
pertarungan sehari lagi.
Ou Yang Feng yang tampak terkejut
melihat kungfu Hong Chi Khong telah kembali, takut jika seandainya pengemis tua
itu akan berpihak pada musuhnya. Dengan adanya Hong Chi Khong dan Huang Yao Shi
di pihak lawan, tentu Ou Yang Feng takkan menang. Jadi Ou Yang Feng meminta
Hong Chi Khong berjanji bahwa besok apa pun yang terjadi, dia tidak boleh
berpihak pada siapa pun juga. Hong Chi Khong yang memang kungfunya masih belum
sepenuhnya kembali tentu menyetujui permintaan itu.
Kemudian, Hong Chi Khong kembali
melanjutkan, “Jika besok kalian bertarung sampai mati, aku Pengemis Tua tidak
akan ikut campur.” Lanjutnya lagi, dengan kata lain menyetujui permintaan Ou
Yang Feng.
Malamnya, semua orang menunggu di luar
Loteng Dewa Mabuk. Ou Yang Feng ingin mengajak Hong Chi Khong makan bersama
namun Hong Chi Khong menolaknya. Kemudian Hong Chi Khong mengobrol dengan Huang
Yao Shi dengan menanyakan apakah nama lain dari Danau yang ada di depan mereka?
Huang Yao Shi menjawab kalau namanya adalah “Danau Sepasang Kekasih.”
“Danau “sepasang
kekasih”? Sungguh romantis. Sungguh kebetulan, di sini
seharusnya juga ada sepasang kekasih. Huang Yao Shi, putri dan menantumu sedang
bertengkar. Kau sebagai Ayah Mertua, kenapa tidak membantu mendamaikan mereka?”
ujar Hong Chi Khong menyindir Guo Jing dan Huang Rong yang sedang bertengkar.
“Dia membunuh kelima guruku, bukan Ayah
Mertuaku!” seru Guo Jing marah. Guo Jing merasa sepasang kekasih yang
dibicarakan oleh gurunya adalah dia dan Huang Rong.
Tak lama kemudian, pagi menjelang. Yang
Kang bersama orang-orangnya pun tiba di sana dan pertarunganpun dimulai. Ou
Yang Feng vs Tujuh Pendeta Chuan Chin sementara Guo Jing vs kelima orang tolol
(Peng Lian Hu, Sha Tong Tian, Hou Tong Hai, Ling Chi Sang Ren dan Liang Chi
Weng). Namun setelah Liang Chi Weng kalah, Yang Kang memerintahkannya untuk
membawa naik Wan Yen Hong Lieh ke atas kapal untuk menyiapkan rencana kedua.
Khe Chen Erl yang berniat memukul Ou
Yang Feng untuk membantu Pendeta Chuan Chin harus berhadapan dengan Yang Kang,
yang mencoba melindungi gurunya. Seperti bisa diduga bahwa Khe Chen Erl sudah
pasti kalah, membuat Huang Rong dan Huang Yao Shi harus turun tangan
menolongnya.
Saat itulah Bocah Tua Nakal tiba di sana. Melihat Bocah Tua Nakal
tiba dan situasi mulai tidak berimbang, akhirnya Yang Kang mulai melepaskan
asap beracun miliknya.
Semua orang akhirnya memilih berlindung
di dalam Loteng Dewa Mabuk. Huang Rong yang mencemaskan keadaan Guo Jing karena
tadi Guo Jing sempat terluka dalam akibat menarik kembali kekuatannya karena
tak mau melukainya, bertanya pada sang mantan pacar.
“Jing Gege, apa kau baik-baik saja?”
tanyanya lembut dan khawatir.
“Aku hidup atau mati, kau tak usah
peduli.” Jawab Guo Jing ketus, membuat Huang Yao Shi marah dan ingin
menghajarnya, tapi Huang Rong menghalangi ayahnya.
Huang Rong yang cerdas merasa bahwa
Yang Kang menyiapkan ini semua pasti karena menginginkan sesuatu. Lalu Hong Chi
Khong berkata walaupun mereka semua di sini ada dendam pribadi namun
kepentingan bangsa harus diutamakan. Di luar adalah pasukan Chin, Hong Chi
Khong mengajak semua pendekar di sana untuk bersatu melawan Chin.
Mendengar kata “kepentingan bangsa”
membuat Guo Jing teringat tentang Kitab Perang Wu Mu yang ada di tangannya.
Diapun mengeluarkan Kitab perang tersebut dan ingin menyerahkannya pada salah
satu di antara mereka. Setelah saling menunjuk orang yang tepat dan semua orang
menolak, akhirnya mereka memutuskan bahwa sebaiknya Guo Jing saja yang
menyimpan buku tersebut.
Yang Kang ternyata memang menginginkan
Kitab Perang Wu Mu dan jika tidak diserahkan maka mereka semua akan mati
dibunuh. Pasukan Yang Kang pun melepaskan panah untuk memaksa mereka menyerah.
Tak hanya panah, Ou Yang Feng bahkan juga melepaskan ular-ularnya. Untunglah
saat suasana sedang genting, Khe Chen Erl teringat bahwa di rumah makan ini ada
sebuah lorong rahasia yang bisa mereka jadikan tempat untuk melarikan diri.
Singkat cerita, mereka semua berhasil
meloloskan diri melalui pintu rahasia tersebut. Semua orang akhirnya berpisah
di sini. Huang Yao Shi yang merasa berhutang budi ingin menjelaskan tentang
masalah di Pulau Persik tapi Khe Chen Erl tidak mau menjelaskan. Akhirnya Huang
Yao Shi pun melangkah pergi dengan mengajak putrinya yang lagi-lagi tak mau
menurut.
Saat Huang Rong sedang bicara dengan
Bocah Tua Nakal, Guo Jing membawa gurunya pergi dari sana. Di tengah jalan,
mereka dikepung oleh pasukan Chin dan kaki guru pertama pun terluka terkena
panah. Untunglah ada Huang Rong yang datang menyelamatkannya.
Huang Rong membawa Khe Chen Erl ke sebuah
rumah kosong di tengah hutan dan mencabut panah di kaki si buta itu. Tapi
karena pasukan Chin mengejar hingga ke sana akhirnya Huang Rong membawa si buta
itu pergi dari sana. Mereka berdua sampai di Kuil Tombak Besi, tempat yang
menurut Khe Chen Erl adalah tempat yang cukup aman karena tak ada yang pernah
kemari.
Huang Rong pun mencabut Tombak Besi
yang ada di patung dan memberikannya pada guru kesatu Guo Jing. Awalnya Khe
Chen Erl menolak tapi Huang Rong sengaja memanas-manasinya dengan mengatakan bahwa
jika Khe Chen Erl ingin membalas dendam maka dia harus sembuh lebih dulu, dan
tongkat besi itu untuk menjaga diri. Jika dia mati, lalu bagaimana dia akan
balas dendam? Kemudian Huang Rong meletakkan tongkat besi itu di pangkuan si
buta itu.
Saat malam tiba, sempat terlintas dalam
pikiran Khe Chen Erl untuk membunuh Huang Rong dengan sekali pukul. Karena
Huang Rong telah menyelamatkan nyawanya hari ini jadi dia ingin menghabisi
gadis itu dengan sekali pukul agar Huang Rong tidak perlu merasakan sakit. Anggap
saja sebagai wujud balas budinya karena gadis itu telah menyelamatkannya, namun
sekaligus membalaskan dendam saudara-saudaranya.
Dengan begitu dia bisa membalas dendam
pada Huang Yao Shi dengan membuatnya merasakan kehilangan seorang Putri. Khe
Chen Erl berencana akan bunuh diri setelah membunuh gadis itu. Tapi tepat pada
saat dia akan mengangkat tongkat memukul Huang Rong, terdengar suara Yang Kang
dan anak buahnya, juga suara Sha Gu yang ada bersama mereka, membuat Huang Rong semakin
curiga.
Huang
Rong akhirnya memutuskan untuk keluar mencari tahu. Sebelum keluar dari tempat
persembunyiannya, Huang Rong sempat menuliskan pesan di telapak tangan Khe Chen
Erl, “Tolong beritahu ayahku, siapa yang
membunuhku.”
Singkat cerita, Huang Rong akhirnya
membongkar kejahatan Yang Kang dan Ou Yang Feng di sana. Yang Kang dan Ou Yang
Feng sengaja mengadu domba dia dan Guo Jing agar mereka bisa merebut Kitab
perang Wu Mu yang ada di tangan Guo Jing. Karena dia dan Guo Jing saling
mencintai jadi satu-satunya cara untuk memisahkan mereka adalah dengan
menghabisi kelima guru Guo Jing dan melimpahkan kesalahan pada Huang Yao Shi.
Dan saat Huang Yao Shi pergi
meninggalkan pulau Persik untuk mencari putrinya itulah, Yang Kang dan Ou Yang
Feng akhirnya membantai kelima guru Guo Jing dan sengaja menyisakan satu si
buta Khe Chen Erl sebagai saksi hidup untuk mengadu domba Guo Jing dan Huang
Rong. (Strategi “Devide Et Impera” terbukti telah berhasil.)
Huang Rong dengan tepat mengatakan
kemungkinan pelakunya adalah Yang Kang setelah Guo Jing melemparkan sebuah giok
berbentuk sepatu yang diambilnya dari tubuh guru kedua. Giok berbentuk sepatu
itu adalah barang kenangan antara Yang Kang dan Mu Nian Chi yang seperti telah
diketahui bahwa dalam pertandingan silat mencari jodoh, Yang Kang merebut
sepatu Mu Nian Chi.
Jadi sepatu adalah barang kenangan
milik mereka berdua. Sebelum Yang Kang membunuh guru kedua Guo Jing, guru kedua
sempat mencuri sesuatu dari tubuh Yang Kang untuk digunakannya sebagai barang
bukti. Namun saat itu Huang Rong tak punya bukti kalau Yang Kanglah pelakunya.
Barulah saat dia melihat Sha Gu ikut bersama Yang Kang dan ada di Kuil Tombak
Besi, kecurigaan Huang Rong akhirnya terbukti benar.
Tak hanya itu, Huang Rong juga
membongkar kejahatan Yang Kang bahwa sebenarnya dialah yang telah membunuh Ou
Yang Khe dengan menggunakan belati milik Guo Jing dan melimpahkan kesalahan
pada Guo Jing.
Dan tujuan sebenarnya Yang Kang
membunuh Ou Yang Khe bukanlah semata-mata karena Ou Yang Khe melecehkan Mu Nian
Chi, tapi karena ingin menjadi murid Ou Yang Feng. Tuduhan Huang Rong diperkuat
oleh kesaksian si gadis bodoh yang juga menyaksikan secara langsung Yang Kang
membunuh Ou Yang Khe. Huang Rong yang cerdik berpura-pura menjadi hantu untuk
menakuti Sha Gu agar gadis bodoh itu mengatakan kebenarannya.
Yang Kang yang takut kejahatannya akan
terbongkar spontan memukul Huang Rong dan ingin membunuhnya untuk menutup
mulut. Namun Karma itu nyata, tangan Yang Kang tak sengaja memukul rompi landak
Huang Rong di bagian yang sama dengan yang pernah dipukul oleh Guru Keempat Guo
Jing, Nan Shi Ren. Waktu di Pulau Persik, Nan Shi Ren yang telah terkena racun
Ou Yang Feng sempat memukul Huang Rong dengan keras dan mengenai rompi landak
gadis itu. Tanpa Huang Rong sadari, saat itu rompi landaknya telah terkena
racun Ou Yang Feng, dan kini Yang Kang memukul di tempat yang sama dengan bekas
pukulan Nan Shi Ren.
Nah itu namanya “Senjata Makan Tuan”,
enak kan, Yang Kang? Loe sampah masyarakat sih, pengkhianat bangsa dan manusia
keji tak berhati, pantes banget kalau mati ngenes. Harusnya anak loe si
“pahlawan” egois Yang Guo (Yoko) mati juga ya. Ngapain coba almarhum Kakek Jin
Yong harus nyiptain karakter Yang Guo (Yoko) yang super duper egois dan jahat
dijadikan lakon? Maksa banget kesannya >__< Saking maksanya pengen
membuat karakter Yang Guo (Yoko) tampak seperti “Malaikat”, sampai harus
ngerusak image-nya Guo Jing (Kwee Cheng) dan Huang Rong (Oey Yong) di seri
kedua jadi buruk dengan membuat anak pertama mereka tampak “nyebelin”.
Gak bisa ta membuat karakter Yang Guo
(Yoko) tampak baik tanpa harus membuat karakter anak Guo Jing (Kwee Cheng) dan
Huang Rong (Oey Yong) jadi buruk? Aaahhh, apakah karena takut kalau Guo Fu gak
dibikin nyebelin nanti si egois Bibi Lung jadi tampak buruk? Jadi anaknya Guo
Jing (Kwee Cheng) dan Huang Rong (Oey Yong) yang harus dijadikan tumbal,
gitu??? Makanya novelnya Jin Yong yang kusuka HANYA “Legend Of The Condor
Heroes” alias “Pendekar Pemanah Rajawali” aja.
Pangeran Menjangan Wei Xiao Bao juga
gak suka, penjahat kelamin yang punya 7 istri apa bagusnya? Si Thio Bu Kie juga
gak suka, sama kayak Yang Guo (Yoko) yang juga super duper egois, bukannya
membantu mengusir penjajah Mongol, malah cinta dan kawin lari sama Putri
Mongol. Gak ada yang nggena lakonnya si Jin Yong, HANYA GUO JING (KWEE CHENG)
seorang yang memenuhi ekspektasi tentang makna seorang PAHLAWAN SEJATI !!!
Back To Story...
Akhirnya Yang Kang mati ngenes setelah
Ou Yang Feng yang mengetahui kebenaran tentang pembunuh Ou Yang Khe menolak
memberikan obat penawar. Wan Yen Hong Lieh dan orang-orangnya pun langsung
ngibrit kabur dari sana. Tinggal Huang Rong dan Ou Yang Feng, juga Khe Chen Erl
yang bersembunyi di belakang tirai meja sembahyang yang masih ada di Kuil
Tombak Besi tersebut.
Huang Rong yang takut dibunuh oleh Ou
Yang Feng mengancam akan membakar salinan Kitab 9 Bulan, membuat Ou Yang Feng
berjanji bahwa dia tidak akan membunuh Huang Rong karena yang diinginkannya
adalah Kitab 9 Bulan, bukan nyawa gadis kecil itu.
Ou Yang Feng tahu bahwa ada orang lain
di tempat itu, membuat Khe Chen Erl mau tak mau harus keluar dari tempat
persembunyiannya. Khe Chen Erl yang awalnya ngotot ingin membalas dendam pada
Ou Yang Feng menyuruh Huang Rong pergi dan menceritakan semuanya pada Guo Jing.
Tapi Huang Rong yang sangat mengenal sifat Guo Jing (Kwee Cheng) menolak tegas.
“Jika Jing Gege mau mendengarkan aku,
tidak mungkin kami seperti ini.” jawab Huang Rong masuk akal. Dia tahu bahwa
untuk yang satu ini, Guo Jing hanya percaya pada ucapan Guru pertamanya.
Akhirnya dia berkata pada Ou Yang Feng
bahwa Khe Chen Erl membuatnya marah dan jika dia marah, maka dia tidak akan
bisa menterjemahkan kItab 9 Bulan untuknya. Jika si buta itu tak mau pergi maka
mereka saja yang pergi dari sana.
Mendengar Huang Rong berjanji akan
menterjemahkan Kitab itu untuknya, tentu saja Ou Yang Feng menuruti keinginan
gadis itu. Dia segera menarik tangan Huang Rong dan membawanya pergi dari sana.
Tapi sebelum pergi, Huang Rong sempat berpesan pada Khe Chen Erl.
“Jangan lupa apa yang kutulis di
tanganmu.” Serunya seraya berjalan menjauh.
Setelah Huang Rong dibawa pergi oleh Ou
Yang Feng, Khe Chen Erl segera mencari sang murid. Akhirnya setelah
berputar-putar di dalam hutan, si buta itu mendengar suara burung rajawali
peliharaan Guo Jing. Khe Chen Erl pun memanggil nama sang murid berulang-ulang
dan tak lama kemudian Guo Jing pun datang ke tempat itu dengan ditemani oleh
Pendeta Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe), Ma Yu dan Wang Chu Yi.
Khe Chen Erl pun akhirnya menceritakan
semua yang didengarnya di Kuil Tombak Besi. Dia merasa sangat bersalah karena
telah menuduh Huang Yao Shi sebagai pembunuh kelima saudaranya padahal pelaku
sebenarnya adalah Yang Kang dan Ou Yang Feng. Tak hanya pada sang ayah, Khe
Chen Erl pun merasa sangat bersalah pada Huang Rong, apalagi setelah menyadari
bahwa Huang Rong adalah gadis yang sangat baik, bukan Iblis Kecil seperti yang
selama ini dia tuduhkan.
Guo Jing
yang mendengar kebenaran itu tampak sangat bersalah karena sudah bersikap kasar
dan bahkan memutuskan hubungannya dengan sang kekasih.
“Aku pasti sudah sangat
menyakiti hati Rong’er.” Ujar Guo Jing lirih, dipenuhi rasa bersalah dalam
hatinya.
Guo Jing pun tampak sangat menyesal
karena telah menyakiti hati Rong’er. Raut penyesalan tampak di wajahnya yang
tampan karena telah menyakiti Rong’er dan bersikap kasar padanya. Tapi nasi
telah menjadi bubur, yang paling penting sekarang adalah menemukan Huang Rong
dan membebaskannya dari tangan Ou Yang Feng.
Note :
Tuh, sekarang nyesel kan? Makanya jangan kasar-kasar sama cewek loe, untung Rong’er
baik dan sabar, ya.
Lalu
bagaimanakah dengan Rong’er? Apakah Guo Jing bisa menemukan Rong’er dan
membawanya kembali? Lalu bagaimana dengan janjinya untuk menikah dengan Hua
Cheng?
Sampai
jumpa di episode selanjutnya…
Berikutnya : Episode 48
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar