Minggu, 17 Agustus 2014

Rain In August / Kim Hyun Joong, Uee and Joo Won Fanfiction One Shot



Author : LIANA WIJAYA

Starring : 
Liana Wijaya as Rainy Kim / Kim Lee An 
Kim Hyun Joong as Himself 
Uee’s After Schools as Kim Yoo Jin (Rainy’s Stepsister) 
Joo Won as Himself 
Jung So Min as Kim Yoon Ji ( Kim Yoo Jin’s sister)

NB : FANFICTION INI DI BUAT SEBAGAI HADIAH ULANG TAHUN UNTUK AUTHOR SENDIRI, LIANA WIJAYA DAN SEMUA YANG BERULANG TAHUN HARI INI, 17 AGUSTUS 2014 !!! HAPPY BIRTHDAY FOR ME !!! DIRGAHAYU INDONESIA KE 69 TAHUN !!!

BISA DI BILANG INI ADALAH SEKUEL DARI NOVEL “RAIN AND TEARS, MEMORIES OF THE RAIN”, BAGI YANG SUDAH BELI NOVEL SAYA PASTI TAHU CERITANYA, TAPI YANG BELUM BACA, JANGAN SALAHKAN AUTHOR KALAU KALIAN JADI BINGUNG YA HEHEHE =)



Rain In August / Kim Hyun Joong, Uee and Joo Won Fanfiction One Shot (Special Author Birthday)








Hujan kembali turun. 
Langit  perlahan-lahan menjadi gelap dan tak mampu lagi menahan tetes hujan yang perlahan turun membasahi bumi. Ada saat di mana hujan akan kembali ke bumi setelah mengalami proses yang panjang dan melelahkan.

“Ada apa ini? Hujan di bulan Agustus? Yang benar saja..” ujar seorang pria saat menyadari hujan turun semakin deras. Dia ingin berjalan ke seberang jalan dimana mobilnya di parkirkan tapi hujan yang turun begini deras tak mungkin bisa diterjangnya. Dengan kesal akhirnya dia memutuskan untuk menunggu hingga hujan sedikit reda. Dia melihat tak jauh dari tempatnya berdiri ada sebuah bangku panjang tempat orang biasa duduk sambil menunggu bus disana. Melihat tak ada orang lain disana, dia memutuskan untuk menunggu.

“Ya, aku berharap aku hanya setetes air hujan dari sekian banyak tetesan air hujan yang menetes dari awan.Begitu jatuh ke bumi, dia akan menghilang.” Ujar pria muda itu seraya menarik napas pasrah.

Tak lama kemudian, sudut matanya menangkap pemandangan terindah yang pernah dilihatnya. Tak jauh dari tempatnya sekarang, duduk seorang gadis. Entah kenapa dia merasa tak ada pemandangan yang lebih indah selain ini, gadis itu begitu… cantik. Pria itu terus memandanginya dan berteriak dalam hati agar gadis itu menoleh padanya. Tampaknya gadis itu menyukai hujan, sejak tadi yang ia lakukan hanya memandangi kosong ke arah tetes-tetes hujan yang jatuh dari langit. Tapi, kenapa pandangannya terlihat sendu? Apakah yang membuatnya bersedih?

“Ahh! Aku sering mendengar bahwa hujan membuat hati manusia lebih melankolis.” Ujarnya dalam hati sambil mengagumi gadis itu.

“Tapi tunggu, benarkah dia sedang memandang hujan? Kenapa aku merasa pandangannya hanya kosong ke satu arah?” pria itu terus mengamati.

Gadis itu menundukkan kepala dan terlihat menghela napas. Tak lama kemudian, ia mengangkat kepalanya lagi dan tersenyum pada hujan. Senyum terindah yang pernah dilihatnya, bahkan senyumnya mengalahkan senyum putri hujan yang cantik itu.

“Tetap tersenyum seperti itu karena aku suka melihatnya. Rambut hitamnya yang panjang dan  lurus terlihat begitu lembut dan aku berharap suatu saat  bisa mendarat di sana. Ingin kucium aroma rambutnya, aku ingin tahu shampoo apa yang ia gunakan hingga bisa memiliki rambut seperti itu.” Batin pria muda itu dengan kagum saat melihat gadis itu berdiri dengan senyum tergambar di wajahnya setelah menerima telepon dari seseorang.

Gadis itu mulai berdiri dan melangkah, tapi ada yang aneh dengan caranya berjalan, dia seolah tak melihat ada sebuah gundukan ada di depannya. Dia terus saja melangkah dan seperti telah di duga, gadis itu tersandung gundukan itu dan terjatuh ke depan.

“AWASSS!!!” seru pria muda itu dengan cepat saat menyadari gadis itu akan jatuh. Dia berusaha berlari sekencang mungkin untuk menangkap tubuhnya agar tak terjatuh, tapi terlambat.

BYYUURRR.. 
Gadis itu terjatuh ke dalam kubangan air yang timbul karena hujan deras yang turun dari langit. 

“Nona, kau tak apa-apa?” tanya pria muda itu cemas saat melihat gadis itu basah kuyup, bukan hanya karena siraman air hujan tapi juga karena terjatuh ke dalam kubangan air.

“Aku tidak apa-apa. Kamsahamnida..” jawab gadis itu lembut. Mendengar suaranya saja, hatinya sudah berdebar kencang.

“Mari aku bantu.” Tawar pria muda itu seraya mengulurkan tangannya pada gadis itu. Tapi bukannya menerima uluran tangan pria muda itu, gadis itu justru merentangkan tangannya ke depan dan meraba-raba mencari tasnya yang berserakan.

DEGGGG... 
Seketika pria muda itu tersadar, gadis itu tak bisa melihat. Dia buta. 
“Jadi..dia buta?” batinnya, mendadak hatinya berdenyut sakit saat menyadari gadis itu tak bisa melihat. Dia tercengang sesaat sebelum sadar dari shocknya dan segera membantunya mengambilkan barang-barangnya.

“Ini. Barangmu ada disini.” Ujarnya seraya menarik tangan gadis itu dan meletakkan tali tasnya digenggamannya. Gadis itu mengangguk berterima kasih dan tersenyum manis.

“Terima kasih sudah membantuku, Tuan.” Ujarnya lembut dan sopan. 
“Ayo. Kita berteduh ke tempat yang lebih kering. Kau bisa sakit jika kehujanan seperti ini.” Ajak pria muda itu seraya memapahnya ke tempat dia duduk tadi dan membantu gadis itu duduk. Gadis buta itu memeluk tubuhnya sendiri karena kedinginan, pria muda itu bisa melihat dia sangat kedinginan.

“Kau kedinginan?” tanyanya cemas. Gadis itu hanya menggeleng pelan. 
“Jangan menyangkal. Aku tahu kau kedinginan.Katakan dimana rumahmu dan aku akan mengantarmu pulang.” Ujarnya cemas seraya menyelimutkan jaketnya di tubuh basah gadis itu, tapi gadis itu tetap menggeleng mantap.

“Aniyo.Kwenchana..Adikku akan segera menjemputku kemari. Terima kasih.” Jawab gadis itu seraya menolak tawarannya dengan lembut.

“Baiklah! Jika kau sampai sakit, itu urusanmu. Aku tak peduli.” Jawab pria muda itu kesal, walau dalam hati dia sangat cemas melihat gadis itu menggigil kedinginan.

“Adikmu itu, harusnya dia tidak meninggalkanmu sendirian mengingat kondisimu seperti ini.” Umpat pria muda itu sedikit kesal.

“Aku yang memaksa ikut dengannya. Ada sesuatu yang ingin kubeli. Dia sudah melarangku tapi aku memaksa, jangan salahkan dia!” jawab gadis itu membela adiknya.

“Tapi harusnya kemanapun dia pergi, kau harus ikut bersamanya.” Ujar pria muda itu lagi. 
“Dia adikku, bukan pengasuhku! Apa kau tahu kalau demi menghidupiku, menjagaku dan mengobati mataku ini, dia harus bekerja keras? Hari ini dia harus bertemu produser penting, itu sebabnya aku tak boleh merepotkannya.” Jawab gadis itu marah, tak terima jika orang berbicara buruk tentang adiknya.

Pria muda itu tersentak, dia bisa melihat bahwa dia tak sengaja menyakiti hati gadis itu. Mungkin dia memang sudah kelewat batas, tidak seharusnya dia bicara buruk tentang adik orang lain tanpa mengenalnya lebih dulu.

“Mianhe..Aku tak bermaksud seperti itu. Hanya saja, kau tak bisa melihat, akan sangat berbahaya jika kau berkeliaran sendirian tanpa ada yang menjagamu.” Ungkap pria muda itu menyesal, dan kalimatnya sukses membuat gadis itu tersenyum.

“Terima kasih atas perhatianmu, tapi aku sudah terbiasa sejak kecil seperti ini.” Jawab gadis itu sedih.

“Sejak kecil?” ulangnya tak percaya. Gadis itu mengangguk sedih jika mengingat kejadiannya. 

“Saat hari ulang tahunku yang ke 5, tepat setelah kedua orang tuaku merayakan ulang tahunku di sebuah restoran mewah, sebuah kecelakaan terjadi di malam hujan berbadai itu dan menewaskan ibuku serta membuatku buta. Ayahku menikah lagi dan akhirnya aku harus hidup bersama ibu dan saudara tiriku. Itu sebabnya aku benci hari ulang tahunku, karena di hari itu, aku harus kehilangan ibu kandungku.” Ujar gadis itu menceritakan kisah hidupnya.

“Apa adikmu adalah saudara tirimu itu? Sama seperti kisah Cinderella, ibu dan adik tirimu pasti jahat padamu kan?” tebak pria muda itu iseng.

“Siapa bilang? Adikku sangat baik. Bukankah sudah kubilang kalau dia sudah bekerja keras demi aku?” kembali, gadis itu tak terima jika orang berpikir buruk soal adiknya.

“Baiklah..Baiklah..Maafkan aku! Aku hanya asal menebak.” Pria muda itu kembali meminta maaf. 
“Tapi mana adikmu itu?” tanyanya lagi.

Di suatu tempat..
Seorang gadis muda sedang tampak berdiskusi dengan seorang pria setengah tua yang genit di sebuah meja makan restoran mewah.

“Tuan, apa ini belum selesai? Aku sudah bilang pada kakakku kalau aku takkan lama. Dia sedang menungguku dan di luar hujan turun sangat deras.” Pinta gadis itu memohon.

“Kau hanya boleh pergi jika kau ku ijinkan untuk pergi. Ingat! Kau sudah berhutang banyak padaku Nona Kim.” Ujar bandot tua itu dengan nada sedikit mengancam.

“Sudah kubilang aku akan membayarnya.” Jawab gadis muda itu dengan lirih tapi keragu-raguan. 

“Eonje? Aku tahu kau tak punya uang untuk membayar hutangmu padaku. Tunggu. Apa kakakmu tak curiga darimana kau dapatkan uang sebanyak itu? Apa kau membohongi kakakmu lagi dengan berkata kau menemui Produser film? Kim Yoo Jin, kau sungguh berani!” sindir penagih hutang itu.

“Operasi kakakku tidak berhasil. Dia masih tidak bisa melihat, apa hakmu memintaku membayarnya?” jawab Kim Yoo Jin berani, sengaja menantang.

“Dasar kau, gadis tengik! Apa itu salahku jika operasi kakakmu gagal? Aku sudah membayar biaya operasinya, gagal atau tidak operasi itu, semua itu bukan urusanku! Kau berhutang 2 juta won padaku. Kalau kau tak sanggup membayarnya dengan uang, maka kau bisa membayarnya dengan tubuhmu. Menikahlah denganku!” ujar bandot tua itu dengan senyum liciknya.

“MWO? Apa kau sudah gila? Lebih baik aku mati daripada harus menikah denganmu. Aku tak punya waktu bicara denganmu, kakakku sudah menunggu.” Ujarnya tegas lalu segera berjalan pergi.

Tak jauh dari sana, seorang pria muda berwajah tampan dan bersetelan jas formal tampak sedang bosan dengan acara makan malamnya. Matanya terus saja menatap ke arah jendela dimana air hujan turun dengan deras membasahi bumi.

“Hujan turun semakin deras. Sepertinya langit pun menangis bersamaku. Sial sekali aku harus terjebak di tengah kencan buta yang membosankan ini.Andai saja aku punya alasan untuk pergi.” Batin pria muda itu menjerit.

“Joo Won Oppa, kenapa kau tidak memakan makananmu? Apa makananmu tidak enak?” tanya wanita muda di hadapannya dengan gaya sok anggun. Pria muda itu, Moon Joo Won menatap gadis di depannya dengan bertanya-tanya sebelum akhirnya dia berkata.

“Aku ingin ke toilet sebentar. Permisi!” ujarnya dan langsung berdiri tanpa menunggu jawaban pasangannya.

“Bukan dia! Bukan dia yang ku inginkan! Nama mereka memang mirip, tapi kurasa bukan dia yang ku cari. Kim Yoon Ji atau Kim Yoo Jin ?? Aaahhh, kenapa aku tidak bisa ingat dengan jelas? Gadis itu, gadis yang memberiku lukisan ‘Surga’ saat usiaku 10 tahun, gadis yang tak pernah bis aku lupakan, karena dia, aku selalu merasa ibu selalu menemaniku dari Surga. Dimana kau sekarang?” batin Joo Won seraya berjalan menuju toilet pria.

Dia selalu mencari gadis pelukis itu sejak dulu, tapi dia sama sekali tak menyangka jika ternyata ada banyak nama yang mirip dengannya. Kim Yoon Ji atau Kim Yoo Jin, banyak sekali orang dengan nama yang sama.

Joo Won menghabiskan banyak waktunya untuk menyelidiki mereka satu per satu hingga menemukan seorang gadis bernama Kim Yoon Ji yang menghubungkannya dengan gadis pelukis itu. Dia pikir dia hampir menemukannya, tapi ternyata dia salah. Gadis itu bukan gadis yang dicarinya. Hanya nama yang mirip tapi orang yang berbeda.

Dia baru saja akan melangkah masuk ke dalam toilet pria saat tak sengaja mendengar suara jeritan wanita yang teredam. Jelas sekali ada seseorang yang berusaha membungkam mulutnya. Penasaran, Joo Won membuka pintu darurat yang berada tepat di samping toilet pria dan disana dia melihat seorang bandot tua berusaha memperkosa seorang gadis muda. Gadis itu terlihat meronta dan melawan. Tapi pria itu menindihnya dan berusaha membuka paksa bajunya, membuatnya robek seketika.

“Jika kau tidak bisa membayarnya dengan uang, kau harus membayarnya dengan tubuhmu.” Ujar bandot tua itu penuh nafsu. 
“LEPASKAN AKU!! TOLONG!!” jerit gadis itu putus asa sambil menangis.

Melihat kejadian itu seketika darah Joo Won mendidih, spontan dia mendekati mereka lalu menghajar bandot tua itu bertubi-tubi. Gadis itu meringkuk ketakutan di sudut ruangan dengan baju yang robek dimana-mana sambil menangis. Setelah berhasil menumbangkan pria tua itu dengan beberapa pukulan, Joo Won mendekati gadis yang ketakutan itu.

“Nona, kau tidak apa-apa?” tanyanya prihatin. Gadis itu hanya menggeleng pelan sambil menangis lalu tiba-tiba memeluknya. Joo Won tersentak, tak mengira gadis itu akan memeluknya, dia membatu sejenak, tak tahu harus bereaksi bagaimana.

“Kamsahamnida..Jeongmal kamsahamnida.” Ujarnya lirih sambil terisak dan karena merasa kasihan, Joo Won lantas membalas pelukannya seraya menenangkannya.

“Tidak apa-apa. Semuanya sudah berakhir. Dia tidak akan bisa menyakitimu lagi. Ada aku disini.” Hibur Joo Won sambil menepuk-nepuk lembut punggungnya dan membelai rambut panjangnya.

“Siapa namamu dan dimana rumahmu? Aku akan mengantarmu pulang.” Tawar Joo Won berbaik hati. 
“KIM YOO JIN..” jawabnya pelan. Sekali lagi Joo Won tersentak, spontan dia melepaskan pelukan gadis itu lalu memandangnya dengan dalam.

“Ulangi sekali lagi, siapa namamu?” tanya pada gadis itu yang masih menangis. 
“KIM YOO JIN.” Jawabnya bingung. Joo Won tercengang sesaat seraya mencari kebenaran dalam mata gadis itu tapi yang dilihatnya adalah sorot mata yang polos tanpa dusta.

Spontan Joo Won menarik Yoo Jin yang masih bingung dan kalut dalam pelukannya sambil menangis terharu. 
“AKHIRNYA AKU MENEMUKANMU. Aku yakin kaulah orangnya.” Batin Joo Won sambil memeluk Yoo Jin lega.

============

“Aku bilang pada kakakku aku akan menjemputnya disini. Dia pasti sangat ketakutan sekarang. Hujan turun sangat deras. Aku adik yang tidak berguna. Jika kakakku sampai hilang, maka..” Yoo Jin tak sanggup meneruskan kata-katanya, dia menatap dengan gelisah melalui kaca jendela mobil Joo Won sambil menangis bingung.

“Kita pasti akan menemukan kakakmu. Tenang saja! Kakakmu sudah dewasa kan? Dia pasti tahu apa yang akan dia lakukan.” Hibur Joo Won menenangkan Yoo Jin. 
“Tapi kakakku tak bisa melihat.” Yoo Jin menangis histeris.

“Jika terjadi sesuatu pada kakak, maka ini salahku. Aku sudah berjanji pada almarhum ayah bahwa aku akan menjaganya seumur hidup.” Ujar Yoo Jin panik. Satu kenyataan menghantam Joo Won.

“Kau tak punya ayah?” tanyanya pelan dan ragu. 
“Sebenarnya dia adalah ayah tiriku. Ayah kakak menikah dengan ibuku setelah ibu kakak meninggal. Tapi ibuku sangat membencinya. Apalagi setelah ayah meninggal, ibu ingin mengusir kakak dan menguasai sendiri harta ayah. Karena aku ada di pihak kakak, ibu mengusirku juga. Sejak itu kami tinggal di panti asuhan.” Yoo Jin menceritakan kisah hidupnya yang tragis.

“Kenapa kau baik pada kakak tirimu? Bukankah ibumu membencinya?” tanya Joo Won heran. 
“Aku tidak punya alasan untuk membencinya. Dia baik dan sangat kasihan, tapi ibuku justru menganggap kakak tiriku merepotkan karena dia tak bisa melihat. Begitu juga dengan adikku. Sungguh ironis! Keluarga kandungku justru membenciku karena aku menyayangi kakak tiriku.” Ujar Yoo Jin sedih.

“Dunia memang gila, benarkan?” hibur Joo Won lagi. 
“Lebih gila lagi karena aku menceritakannya pada orang yang baru ku kenal.” Jawab Yoo Jin sambil tersenyum lucu.

“Kupikir kita sudah berteman. Bukankah aku yang menyelamatkan nyawamu?” ujar Joo Won dengan senyum manisnya.
“MOON JOO WON Imnida. Senang berkenalan denganmu, Kim Yoo Jin.” Ujarnya seraya mengulurkan tangan kanannya mengajak bersalaman.

“Tapi kau sedang menyetir.Mana bisa bersalaman?” godanya sambil tersenyum lucu. 
“Makanya cepat.” Jawab Joo Won tak sabar lalu langsung meraih tangan Yoo Jin dan menggenggamnya, membuat jantung gadis itu berdetak kencang karena sentuhan tangan Joo Won yang erat terasa sangat hangat.

===============

    “Jadi dia adalah adik tirimu? Tapi dia jugalah yang selama ini selalu melindungi dan menjagamu? Dari ceritamu, sepertinya dia sebaik Malaikat.” Tanya pria muda pada gadis buta itu.

      “Tapi kenapa dia lama sekali? Ah ya, kita belum berkenalan kan? Aku KIM HYUN JOONG, senang mengenalmu.” Ujar Hyun Joong seraya menarik tangan gadis buta itu dan menggenggamnya. 
     "Ah iya..Setidaknya kau sudah menolongku. Aku Rainy Kim Lee An. You can call me Rainy.” Jawab gadis itu malu-malu. Hyun Joong menatap sendu mata gadis buta itu.
“Rainy? Si gadis hujan?” ulang Hyun Joong lirih, sepertinya nama itu tak asing lagi.

      “Kita tak bisa bersama di dunia ini. Tidak disini, di dunia ini, tapi mungkin kelak di suatu tempat, di suatu masa, kita pasti bisa bersama.” Sebuah suara yang entah darimana mendadak terngiang di telinganya.

     “Tanpa awan dan angin, takkan pernah ada hujan. Tapi jika awan, angin dan hujan bersama, bukankah akan timbul badai besar?” sekali lagi sebuah kilatan aneh terlintas dalam pikirannya. Hyun Joong mendadak teringat mimpi-mimpinya yang sekarang semakin terlihat nyata.

( From : Rain and Tears Novel )

      “Rainy..Rainy..Kenapa sepertinya nama ini pernah ku dengar sebelumnya?” bisik Hyun Joong, tapi terlalu keras untuk didengar gadis disampingnya.
      “Kau memanggilku?” tanya Rainy yang merasa namanya disebut. Spontan Hyun Joong menggeleng keras.
     “Aniyo. Eobseoyo (Tidak. Bukan apa-apa!)” jawabnya kebingungan seraya menatap mata Rainy dengan teduh.

      “Dia punya mata yang indah, tapi sayang tak ada cahaya disana.Rainy, apa sebelumnya kita pernah bertemu? Mungkinkah di kehidupan sebelumnya kita pernah bertemu? Ah tidak, apa yang ku pikirkan? Reinkarnasi itu tidak ada!” Batin Hyun Joong dengan raut wajah sedih dan frustasi.

    Tak lama setelah itu, seorang gadis muda memanggil dari seberang jalan seraya memegang sebuah payung dalam genggamannya.
      “Eonnie, akhirnya aku menemukanmu.” Ujarnya dengan nada cemas terdengar dalam suaranya.
     Rainy tersenyum mendengar suara adiknya. “YOO JIN-ah..” panggilnya lalu segera berdiri sambil tersenyum, menunggu dengan sabar adiknya menghampirinya.

     “Mendengar dari ceritamu, kupikir adikmu adalah gadis baik-baik, tapi mana ada gadis baik-baik yang turun dari sebuah mobil mewah bersama seorang pria kaya dengan baju robek-robek seperti itu?” sindir Kim Hyun Joong tajam pada Yoo Jin yang tak tahu apa-apa.

      “Apa maksudmu, Hyun Joong-ssi?” tanya Rainy tak suka dengan ucapannya.
      “Untung saja kau tidak bisa melihat, jika tidak, kau pasti malu melihat keadaan adikmu sekarang.” Jawab Hyun Joong dengan ketus seraya menatap tajam Yoo Jin.
   “MWO? Kau ini siapa? Apa hakmu bicara seperti itu padaku?” jawab Yoo Jin tak terima.    

      “Apa kau tahu berapa lama kakakmu menunggumu disini. Dia kedinginan dan basah kuyup, tapi kau malah bersenang-senang bersama seorang pria...” kalimat Hyun Joong berhenti saat sebuah pukulan mendarat di wajahnya. Dia tersungkur jatuh saat seorang pria muda lain berdiri di hadapannya dan memukulnya tiba-tiba.

     “Sekali lagi kau menghinanya, aku akan rontokkan gigimu. Sebelum kau menghina orang, sebaiknya kau bertanya dulu.” Ujar Joo Won tak terima melihat Yoo Jin dihina.

     “Kau siapa? Kenapa tiba-tiba memukulku?” tanya Hyun Joong tak terima.
     “MOON JOO WON. Aku yang menyelamatkannya saat seorang bandot tua penagih hutang hampir merenggut kesuciannya.Kau puas sekarang?” jawab Joo Won galak dan menakutkan. Lalu berbalik kearah kedua gadis yang kebingungan itu lalu menawarkan diri untuk mengantar mereka pulang.

    “Penagih hutang? Yoo Jin-ah. Kau tidak apa-apa? Apa ada yang sakit? Kenapa kau bisa berhutang?” Rainy berseru kaget pada adiknya, dia segera meraba-raba wajah adiknya dengan panik.

     “Eonnie, kwenchana..Kita pulang sekarang ya.” Bujuk Yoo Jin pengertian seraya melirik Joo Won memelas.
    “Joo Won-ssi, bisakah kau mengantar kami?” pinta Yoo Jin dengan memelas. Ditatap seperti itu, membuat Joo Won menjadi salah tingkah.

    “Ne, arraseo..”jawabnya dengan canggung lalu membantu membukakan pintu untuk kedua bersaudara Kim itu. Tak jauh dari sana, seorang gadis lain mengamati dari mobilnya. Dia melihat saat Joo Won meninggalkannya di restoran dengan seorang gadis berambut panjang yang tidak dikenalnya. Diam-diam dia mengikuti mereka dari belakang.

     “Dua orang gadis muda yang salah satunya buta? Apa mungkin mereka..” dia tak sanggup meneruskan pemikirannya karena sudah terlanjur kesal.
      “Mereka kembali. Duo Kim yang menyebalkan sudah kembali. Dan kakakku sendiri telah merusak kencanku. Demi apa? Demi gadis buta itu!” umpatnya dalam hati, kesal setengah mati.

      “Omo..Bukankah itu Kim Hyun Joong? Kalau tidak salah dia putra rekan bisnis Ibu. Apa yang dilakukannya disini? Jika Joo Won bersama Yoo Jin, maka kemungkinan Hyun Joong bersama gadis buta itu. Aaaaarrgghhh !!! Ini menyebalkan! Tidak peduli Joo Won atau Hyun Joong, salah satu dari kalian harus jadi milikku.” Sumpah gadis itu, KIM YOON JI kesal. 

====================

Kim Mansion..
     Kim Yoon Ji sampai dirumah dengan kesal. Dia segera berlari menemui ibunya di kamar.
   “Eomma, eomma harus lakukan sesuatu untuk mencegah mereka.” Ujarnya tiba-tiba begitu masuk ke kamar.
      “Kau ini bicara apa? Kenapa sudah pulang? Bukankah kau sedang berkencan dengan Joo Won?” tanya ibunya bingung. 
  
     “Itulah masalahnya. Putri sulung ibu, Kim Yoo Jin datang dan mengacaukan segalanya. Entah bagaimana caranya mereka pergi bersama.” Ungkap Yoon Ji kesal.
      “Bagaimana kau yakin kalau itu Kim Yoo Jin? Kita tak pernah melihat mereka sejak aku mengusir dia dan gadis buta itu dari rumah ini.” Tanya ibunya bingung.

      “Aku membuntuti Joo Won Oppa saat kulihat dia pergi dengan seorang gadis yang tidak ku kenal, lalu kemudian, aku melihat gadis asing itu menemui seorang gadis buta dan memanggilnya Kakak.” Jawab Yoon Ji menjelaskan apa yang dilihatnya.

        “Tapi ada begitu banyak gadis buta kan?” tanya Ibunya tak percaya.
     “Kalau begitu tolong selidiki Eomma, aku tak mau mereka berdua datang lagi dan merampas semuanya dariku. Dan selama Eomma menyelidiki masalah ini, aku akan mencoba mendekati Hyun Joong Oppa.” Jawab Yoon Ji dengan senyum sinisnya.

      “Kenapa tiba-tiba jadi Kim Hyun Joong? Bukankah tadi kau berkencan dengan Joo Won?” ibunya mendadak bingung, melihat anaknya yang begitu labil.

      “Aku hanya ingin membuat gadis buta itu menderita. Dan kulihat sepertinya dia dan Kim Hyun Joong punya hubungan. Jadi daripada aku mengejar Joo Won Oppa, aku lebih tertarik menghancurkan hidup si gadis buta hahahaha =)” jawabnya seraya tertawa culas.

Kim Hyun Joong House...
     “Apa yang sudah ku lakukan? Karena begitu mengkhawatirkan Rainy, aku jadi bicara buruk soal adiknya. Harusnya aku tidak mengucapkan kalimat seperti itu. Bagaimana caraku meminta maaf sekarang?” Hyun Joong berkutat dengan kebingungannya. Dia bahkan tak tahu bagaimana cara menghubungi kedua gadis itu.

     “Kurasa aku tak punya pilihan lain selain meminta seorang Detektif menyelidiki mereka.” Ujar Hyun Joong memutuskan.

Kim Sister’s Apartment..
      “Eonnie, ayo kita makan? Apa yang kau lakukan disana?” tanya Yoo Jin dengan sabar pada kakaknya, yang sedang duduk termenung di pinggir jendela.

      “Aku sedang menikmati suara hujan.Karena aku tak bisa melihatnya, jadi aku hanya bisa mendengarkan suaranya.Kau tahu aku sangat menyukai hujan kan?” Jawabnya lirih sambil tersenyum bahagia.

      Yoo Jin menarik napas pasrah, mendadak sebuah kilatan aneh terlintas dibenaknya, sebuah kejadian yang kurang lebih sama.

       “Indah kan, Rainy?” dalam ingatan Yoo Jin yang samar, dia melihat seorang gadis yang berdiri di samping gadis lainnya yang sedang duduk di depan jendela. Persis seperti apa yang dilakukan kakaknya sekarang. Sebuah nama yang sama.

      “Ya.Pemandangan langit setelah hujan reda memang sangat indah. Itu sebabnya kenapa aku…” gadis itu, Rainy tak sempat melanjutkan kalimatnya. 
“Sangat menyukai hujan?” sela gadis yang satu lagi sambil tersenyum.

“Setiap hujan tiba, kau pasti duduk di dekat jendela memandang butirannya. Lalu setelah hujan itu reda, kau akan keluar menuju balkon, untuk memandang langit, menunggu pelangi, atau hanya sekedar mengangumi kabut yang menyelimuti rumah ini. Aku tahu semua kebiasaanmu. Kau menyukai kesendirian.” jelasnya panjang lebar, membuat Rainy terdiam.

“Aku tak pernah menyangka, kau akan terus mengingat kebiasaanku itu, Cindy.ujar Rainy tersentuh sambil menatap sahabatnya. Gadis yang satu lagi, ternyata bernama Cindy.

“Kau memang sahabat terbaikku, Xin Ling. Tanpamu, aku tak merasa kesepian lagi.” lanjut Rainy dengan tulus. 

“Sahabat? Bukankah aku hanya anak seorang pelayan? Harusnya aku memanggilmu Nona, benarkan?” dalam ingatan Yoo Jin, Cindy mendadak berubah menjadi sinis. Rainy terkejut melihat sikap Cindy berubah dalam sekejap, tapi saat dia ingin melihat lebih banyak bayangan itu langsung menghilang.

( From : Rain and Tears Novel )

      Yoo Jin tersentak. Wajahnya mendadak pucat, tapi sayangnya tak ada yang melihatnya. Airmata mengalir turun dari pipinya yang halus, hatinya mendadak merasa sakit, entah karena apa.

“Aku tahu kau sangat menyukai hujan. Setiap hujan tiba, kau pasti duduk di dekat jendela memandang butirannya. Lalu setelah hujan itu reda, kau akan keluar menuju balkon, untuk memandang langit, menunggu pelangi, atau hanya sekedar mengangumi kabut yang menyelimuti rumah ini. Aku tahu semua kebiasaanmu. Kau menyukai kesendirian.” jelasnya panjang lebar, membuat Rainy terdiam.

“Tapi itu dulu..Di kehidupan sebelumnya, saat kau masih mampu melihat. Maafkan aku! Dulu aku tak pernah sempat mengucapkan aku sayang padamu, betapa aku sangat menyesal telah merampas kebahagiaanmu. Itu sebabnya aku bersumpah, di kehidupan berikutnya bila ada, aku ingin terlahir kembali sebagai adikmu, dan aku bersumpah aku akan selamanya menjagamu, aku akan membuatmu bahagia dengan tanganku sendiri. Itu adalah hutangku padamu di kehidupan sebelumnya dan sekarang aku akan membayarnya. Aku pasti membayarnya.” Ujar Yoo Jin teringat.

“Yoo Jin-ah, kau bicara apa? Kehidupan sebelumnya apa? Aku tidak mengerti!” ujar Rainy. Bingung dengan perubahan sikap adiknya.

“Bukan apa-apa Kakak. Lupakan saja! Ayo kita makan! Besok aku akan cari uang lagi agar bisa mengobati matamu. Kau jangan khawatir, tak lama lagi, kau pasti bisa melihat awan dan hujan yang kau sukai. Aku berjanji! Ulang tahunmu tahun ini, kau akan bisa melihat lagi. Itu janjiku.” Janji Yoo Jin tulus seraya menggenggam erat tangan kakaknya sambil menangis.

“Yoo Jin-ah, kau sudah bekerja keras selama ini, aku tak ingin kau sampai sakit karena mencari uang untuk membiayai operasiku. Aku ingin kau juga pikirkan kebahagiaanmu sendiri, ya.” Pinta Rainy sayang, dia tahu Yoo Jin sudah melakukan semuanya untuknya.

“Aku tak ingin melihat. Asal kau ada disisiku, itu sudah cukup. Apa gunanya aku bisa melihat jika kau tak ada disisiku? Yang sebenarnya ingin kulihat bukanlah awan dan hujan, tapi wajah adikku tersayang.” Ujar Rainy tulus sambil meraba wajah adiknya dengan sayang.

“Mianhe Rainy..Di kehidupan sebelumnya aku bukan sahabat yang baik untukmu, akulah yang menghancurkan kebahagiaanmu. Tapi aku berjanji di kehidupan ini, aku akan menjadi adik yang baik untukmu. Kebahagiaanmu adalah yang paling utama bagiku, dan jika kebahagiaanmu adalah bisa melihat ‘Awan’ dan ‘Angin’, aku pasti akan mencarinya dan membawanya ke hadapanmu.” Sumpah Yoo Jin dalam hati seraya memeluk kakaknya lembut.

================

       “Disini rumahnya.” Ujar seorang pria seraya memegang selembar kertas ditangannya. Dengan mantap dia keluar dari dalam mobilnya lalu berjalan pelan ke dalam sebuah apartment kecil diatas atap. Dengan ragu dia mengetuk pintunya, dan beberapa detik berikutnya seorang gadis membuka pintunya.

“Nuguseyo?” tanya gadis itu pelan. Hyun Joong tersenyum karena Rainy sendiri yang membuka pintunya.
“Kau tak ingat padaku? Kita bertemu saat hujan.” Jawabnya antusias, Rainy berpikir sebelum kemudian mengangguk singkat.

“Ah iya. Kau Kim Hyun Joong kan? Silakan masuk Tuan. Maaf rumah kami kecil.” Ujar Rainy lalu sedikit mundur dan membiarkan tamunya masuk. 
“Mana adikmu?” tanya Hyun Joong saat menyadari Rainy sendiri. 
“Dia harus bekerja agar kami bisa makan.” Jawab Rainy singkat.

Hyun Joong memasuki rumah itu dengan diliputi kekaguman. Di dinding rumah itu banyak sekali lukisan yang digantung didalam figura. 
“Apa adikmu seorang Pelukis? Indah sekali lukisan-lukisan ini.” Puji Hyun Joong kagum. Rainy tersenyum bahagia karena adiknya di puji.

“Tentu saja. Aku buta, bagaimana bisa aku melukis? Itu semua Yoo Jin yang melukisnya. Apa disana ada lukisan awan?” tanya Rainy penasaran. 
“Benar. Ada banyak sekali lukisan awan dan hujan disini. Sepertinya adikmu pecinta alam.” Puji Hyun Joong lagi.

“Aku yang memintanya melukiskan awan dan hujan untukku. Walaupun aku tak bisa melihat, tapi membayangkannya saja aku sudah sangat senang.” Jawab Rainy sambil tersenyum manis.

“Awan dan hujan?” ulang Hyun Joong bingung. 
“Nde. Aku merasa awan di langit adalah hatiku. Walaupun aku sudah tidak ingat lagi seperti apa bentuk awan itu.”jawab Rainy sedih. 
“Apa kalian butuh dana untuk operasi?” tanya Hyun Joong spontan. Rainy menggeleng pelan.

“Percuma saja. Aku sudah dioperasi sebanyak 3 kali tapi semuanya gagal, sekarang sudah saatnya aku berhenti berharap.” Jawab Rainy sedih. Hyun Joong merasa semakin kasihan melihatnya, gadis ini sangat baik hati dan cantik, tapi juga sangat malang. Hyun Joong mengamati seisi rumah dalam diam, sampai kemudian matanya menangkap tanda lingkaran di sebuah kalender duduk di meja yang berada tepat disampingnya. 

"17 Agustus.. Eonnie Birthday.” Itu tulisan yang tertera dalam lingkaran merah kalendernya.

“Jadi ulang tahunnya sebentar lagi. Andai ada yang bisa kulakukan untuk membagi sedikit saja beban hidupmu maka akan kulakukan. Anggap saja sebagai hadiah ulang tahun untukmu.” Batin Hyun Joong sedih. Lalu Hyun Joong teringat dengan pamannya yang merupakan dokter ahli mata di Luar Negeri, dia berharap pamannya bisa menolongnya kali ini.

===========================

Kim Yoo Jin sedang berjalan keluar dari sebuah restoran dengan membawa koran di tangannya. Hujan kembali turun dengan derasnya. Yoo Jin hanya bisa mengeluh pelan 
karena dia menyadari dia lupa membawa payungnya.

Dia sedang bingung mencari pekerjaan saat tiba-tiba sebuah mobil sedan mewah berhenti di depannya. Merasa mengenali mobil itu, dia pun diam dan menunggu, hingga seorang pria muda tampan keluar dari dalam mobil itu.

“Masih ingat padaku? Di restoran hari itu.” Ujarnya sambil tersenyum manis.
Yoo Jin tersenyum dan membungkuk “Nde. Moon Joo Won-ssi, right?” tebak Yoo Jin sambil tersenyum manis. Joo Won mengangguk sambil tersenyum malu.

“Kau sedang mencari pekerjaan?” tanyanya saat melihat sebuah koran ditangan gadis itu. 
“Nde.” Jawabnya singkat. 
“Dihari hujan begini? Tanpa payung?” tanya Joo Won lagi, semakin penasaran. Gadis itu mengangguk mantap.

“Bagaimana jika aku menolongmu? Katakan kau ingin kemana? Jika kau tak keberatan aku bisa mengantarmu kesana. Kau lihat hujan begini deras kan?” dengan bersemangat Joo Won menawarkan bantuannya.

“Apa tidak merepotkan?” tanya Yoo Jin ragu. 
“Tentu tidak. Silakan masuk!” ajak Joo Won seraya membukakan pintu mobil penumpang.

Dengan malu-malu Yoo Jin masuk ke dalam. Joo Won menemani Yoo Jin seharian mendatangi semua tempat yang ingin di datanginya untuk mencari pekerjaan.

“Aku meninggalkan kakakku seharian hanya untuk mencari pekerjaan, tapi tak ada satupun yang ku dapatkan. Bagaimana ini? Sebentar lagi kakakku berulang tahun, aku ingin memberinya sesuatu di hari ulang tahunnya itu, tapi jika aku tak punya uang maka..” Yoo Jin terdiam. Dia sudah berjanji akan membuat mata kakaknya kembali melihat tepat di hari ulang tahunnya, tapi sepertinya hal itu tak mungkin lagi sekarang.

“Apa kau punya bakat tertentu?” tanya Joo Won memancing. “Kau bisa melukis kan? Kau yang memberikan padaku lukisan ‘Surga’ itu kan? Aku perlu pastikan kaulah orangnya.” Batin Joo Won berharap.

“Aku bisa melukis. Tapi selama ini hanya untuk iseng saja.” Jawab Yoo Jin sambil tersenyum malu. 
“Bingo! Aku tahu kau bisa melukis.” Batin Joo Won bersorak. 
“Oh ya? Bisa buktikan padaku? Kakakku punya sebuah Gallery Lukisan, jika memang lukisanmu indah maka aku bisa merekomendasikanmu untuk bekerja disana.” Jawab Joo Won menantang.

“Nde! Aku sudah bisa melukis sejak usiaku 5 tahun.Tunggu sebentar. Aku ambil pensil dan kertas dulu.” Jawab Yoo Jin mendadak bersemangat.

“Lukiskan ‘Surga’ untukku!” pinta Joo Won tanpa basa basi, Yoo Jin terpaku sesaat. 
“Surga? Kau ingin aku melukis Surga? Tapi kenapa harus Surga?” tanya Yoo Jin mendadak sedih. 
“Kau tak mau? Atau mungki tak bisa?” tantang Joo Won lagi.

“Tidak! Aku bisa tentu saja. Tapi, lukisan Surga itu mengingatkanku padanya. Pada seorang anak laki-laki yang berjanji akan kembali tapi hingga saat ini dia tak pernah muncul walau hanya sekali. Benar-benar menyebalkan!” ujar Yoo Jin, wajahnya berubah sedih. Joo Won bisa melihat itu semua.

“Anak laki-laki? Kau tak mau melukis Surga hanya karena seorang anak laki-laki?” Joo Won menegaskan.

“Bukan karena dia, tapi karena itu membuatku jadi kesal bila mengingatnya. Dia sendiri yang berjanji akan datang pada hari ulang tahunku, tapi nyatanya dia tak pernah muncul lagi. Dia membohongiku. Dia sudah lupa padaku!” Ujar Yoo Jin emosi.

“Siapa anak laki-laki itu?” tanya Joo Won lagi. 
“Cinta pertamaku.”  Jawab Yoo Jin malu-malu. Joo Won tersentak tapi juga merasa senang. 
“Jika sekarang dia muncul dihadapanmu...” kalimat Joo Won terputus begitu saja.

“Aku membencinya. Itu sebabnya aku tak mau melukis Surga karena itu mengingatkanku padanya. Jika masih kecil saja dia sudah menyebalkan. Sudah besar nanti dia pasti juga akan jadi pria menyebalkan!” umpat Yoo Jin kesal.

“YAAAA!! Pria menyebalkan itu sudah menyelamatkan nyawamu. Jika bukan karena dia, kau sudah kehilangan kesucianmu.” Jawab Joo Won spontan, tak sengaja membuka jati dirinya.

“MWO?? Maksudmu, anak laki-laki itu adalah kau?” tanya Yoo Jin dengan ekspresi horor. Merasa tak ada gunanya lagi menyangkal, Joo Won mengangguk mantap.

“Maaf. Aku baru menemukanmu sekarang. Mianhe..” ujarnya tulus seraya menggenggam tangan Yoo Jin tapi gadis itu menampik tangannya.

“Sudah terlambat 16 tahun.” Ujarnya marah, lalu segera keluar dari dalam mobil dan berjalan pergi. Tapi Joo Won tak menyerah, dia terus mengejarnya dan berusaha meminta maaf.

“Tunggu sebentar dan dengarlah aku!” pinta Joo Won tapi gadis itu tak peduli.
“Kim Yoo Jin, diluar sedang hujan deras. Kau sudah gila! Cepat masuk ke mobil!” Joo Won berteriak berusaha memecahkan suara air hujan yang begitu deras.

“Kau berjanji akan kembali. Kau berjanji kau akan mencariku. Aku terus menunggu, tapi kau tak kunjung kembali. Sebenarnya kau sudah melupakan aku, benarkan? Lalu untuk apa sekarang kau kembali? Pergi sana! Aku tak mau melihatmu. Aku memben..” suara Yoo Jin seketika teredam saat Joo Won membungkamnya dengan ciuman panas.

      Terkejut pada awalnya, tapi menit berikutnya gadis itu ikut hanyut dalam ciuman panas kekasihnya. Ditengah hujan deras, sepasang insan yang belasan tahun terpisah itu akhirnya bersatu dalam cinta.

==============

Kim Mansion..
   “Gadis buta tak bisa melihat, lalu hadiah apa yang kira-kira cocok untuknya? Aaarrgghh..Ini bisa membuatku gila. Aku harus bagaimana?” saat Hyun Joong sedang kebingungan mencari hadiah yang tepat untuk gadis pujaannya, ibunya berjalan masuk ke dalam kamarnya.

     “Hyun Joong-ah, baguslah kau dirumah. Ikut Ibu keluar sebentar. Ada yang ingin bertemu denganmu.” Perintah Ibunya dengan ekspresi yang tidak bisa dibantah.
         “Ji geum? (Sekarang)?” tanya Hyun Joong malas.

     “Ne, ji geumyo. Eosoyo.” Ujar Ibunya benar-benar tanpa bisa dibantah lagi. Akhirnya walau malas pun, Hyun Joong dengan berat hati menuruti perintah Ibunya dan berjalan menuju ke ruang tamu mereka.

       Di ruang tamu itu, sepasang Ibu dan anak yang tidak dikenalnya sudah menunggunya.
      “Hyun Joong-ah, beri salam pada mereka. Mereka adalah Nyonya dan Nona Kim, rekan bisnis Ayah.” Ujar ayah Hyun Joong memperkenalkan.
      “Annyeonghaseyo, Kim Hyun Joong imnida.” Ujar Hyun Joong memperkenalkan diri lalu duduk di depan mereka.
      “Tampan sekali Putra anda.” Puji wanita setengah baya di depannya. Hyun Joong hanya mengangguk singkat.

     “Hyun Joong-ah, bagaimana tanggapanmu tentang Nona KIM YOON JI? Dia cantik kan? Apa kau suka?” tanya ayahnya dengan gelagat mencurigakan. Seketika Hyun Joong menjadi waspada, melihat gerak gerik kedua orang tuanya, juga sikap gadis di depannya yang mendadak malu-malu kucing, Hyun Joong bisa menangkap sinyal bahwa ayahnya berniat menjodohkannya dengan gadis itu.

     Hyun Joong tersenyum simpul sebelum akhirnya menjawab dengan jujur “Dia cukup manis. Tapi sayang dia bukan type-ku. Aku sudah memiliki seseorang yang kusukai Ayah. Jadi jika Ayah pikir ingin menjodohkan aku dengannya, maka lupakan saja. Aku tidak mau!” jawab Hyun Joong tegas dan mantap, seketika membuat KIM YOON JI menatap tajam padanya dengan penuh kebencian.

        “KIM HYUN JOONG, SOPANLAH SEDIKIT!!” tegur ayahnya.
     “Apa kau sudah punya pacar?” tanya Ibunya, sedikit lebih pengertian. Hyun Joong mengangguk ragu. Dia memang menyukai Rainy tapi dia belum mengungkapkan perasaannya.

      “Kalau begitu bawa dia menemui orang tuamu. Bila dia lebih baik dariku, aku akan mundur dengan senang hati. Tapi jika tidak...” KIM YOON JI sengaja membiarkan kalimatnya menggantung.

       “Apa kau tahu siapa gadis itu?” tanya ibu Kim Yoon Ji bingung pada putrinya. Kim Yoon Ji menggeleng pelan.

     “TIDAK! Kita lihat saja nanti! Bagaimana jika Paman dan Bibi memintanya untuk membawa gadis itu besok malam. Dan kalian bisa menilai sendiri perbedaan kami. Kami boleh melihat kekasihmu itu kan Tuan Kim?” tantang KIM YOON JI dengan nada penuh intimidasi.

“Tentu. Akan ku bawa dia besok malam untuk ku perkenalkan pada kalian semua.” Jawab Hyun Joong tak punya pilihan.

==============

     Malam berikutnya Hyun Joong dengan hati berdebar tak karuan mengajak Rainy dan Yoo Jin ke rumahnya. Walau tahu kedua orang tuanya akan menentang, tapi kali ini Hyun Joong takkan biarkan sejarah terulang. Dia akan memperjuangkan Rainy tak peduli bagaimana pun caranya.

     “Kau ingin mengajak kami kemana sebenarnya? Kau mendandani kami secantik ini? Apa ada acara penting?” tanya Yoo Jin yang duduk di kursi belakang dengan bingung.

       “Benar. Oppa, kita mau kemana?” ulang Rainy yang duduk disampingnya.
       “Apapun yang terjadi, kau harus percaya padaku. Apapun yang mereka katakan, jangan sakit hati. Cukup percaya padaku! Kau mengerti, Rainy!” Hyun Joong berusaha menenangkan gadis pujaannya yang kebingungan.

     “Yoo Jin-ah, percayalah padaku! Aku takkan menyakiti kakakmu.” Ujarnya, kali ini menenangkan Yoo Jin. Saat mobil mewah Hyun Joong tiba di sebuah rumah besar yang megah, Yoo Jin sudah bisa merasakan ketidakberesan.

     Saat mereka melangkah masuk dan Yoo Jin melihat Ibu dan adiknya berdiri disana, tangannya yang menggandeng Rainy spontan gemetar dan parahnya Rainy bisa merasakannya.
     “Kau kenapa Yoo Jin-ah? Apa kau kedinginan? Kenapa kau gemetar?” Rainy bertanya dengan cemas.

     “Kwenchana Eonnie..I’m fine. Dont Worry!” ujarnya menenangkan kakaknya. Matanya bertatapan dengan ibunya yang tak kalah terkejut, tapi dia melihat KIM YOON JI tersenyum tipis.
      “Ini pasti ulahnya!” batin Yoo Jin sambil menatap tajam adiknya.

      “Apa dia pacarmu itu?” tanya seorang wanita setengah baya yang tidak dikenal Yoo Jin.
    “Nde. She is my Girlfriend.” Jawab Hyun Joong tanpa menyebut namanya dan tanpa menoleh ke belakang, membuat sebuah kesalahpahaman baru terjadi. Rainy dan Yoo Jin tersentak, tanpa tahu siapa gadis yang dimaksudnya.

      “Benarkah? Dia cantik, tinggi dan seksi. Dia juga terlihat seperti gadis yang sempurna.” Ujar Ibu Hyun Joong seraya menyeret Yoo Jin mendekat ke arahnya.

       “MWO??” Yoo Jin berseru tertahan tak mengerti. Dia menatap Hyun Joong yang masih belum mau menoleh.
      “Aku sudah punya pacar dan aku mencintainya. Kurasa ini hanya salah paham.” Ujar Yoo Jin berusaha menjelaskan.
       “Tentu. Pacarmu adalah putraku kan? Siapa namamu Nona?” tanya Ibu Hyun Joong tak peduli.

      “KIM YOO JIN, apa itu kau?” tanya wanita setengah baya dari arah seberang meja, wanita itu mengenali putrinya. Melihat tak ada gunanya menyangkal, Yoo Jin hanya mengangguk pelan.
      “Ne, Eomma. Kim Yoo Jin imnida.” Ujarnya lirih, saat itulah baru Kim Hyun Joong tersadar kalau ibunya telah salah paham.

         “Jadi dia adalah putri Anda? Anda memiliki 2 orang putri?” tanya ayah Hyun Joong.
     “Nde. Dia adalah putriku yang pertama, Kim Yoo Jin. Dan yang ini adalah putri keduaku, KIM YOON JI.” Ujar wanita itu mengakui.

     “Wah, bagus sekali! Hyun Joong-ah, kau pintar memilih. Kakaknya lebih cantik dari adiknya. Kau tak salah jika menolak adiknya dan memilih kakaknya.” Puji Ibu Hyun Joong senang dan membuat KIM YOON JI semakin kesal.


       “Sepertinya Anda salah mengakui menantu, Bibi.” Jawab KIM YOON JI culas seraya melirik pada Kim Hyun Joong yang kebingungan.
       “Aku salah? Benarkah? Lalu siapa pacarmu?” tanya Ibu Hyun Joong bingung.

       Hyun Joong menoleh pada Rainy lalu menarik tangannya dan menggenggamnya erat.
    “Dia gadis yang ku cintai, Rainy Kim.” Ujar Hyun Joong lirih tapi tegas, spontan membuat Rainy tersentak kaget.

      “Oppa, kau bercanda kan?” tanyanya bingung.
    “Tidak! Aku serius Rainy. Entah sejak kapan, mungkin sejak hari hujan itu, aku jatuh cinta padamu.” Ujar Hyun Joong, terdengar tulus tapi tidak masuk akal ditelinga Rainy.

    “Itu tidak mungkin! Kau hanya ingin menghinaku kan? Bagaimana bisa kau jatuh cinta pada seorang gadis buta?” tanya Rainy dengan airmata berlinang, merasa harga dirinya sudah dilecehkan.

     “MWO? GADIS BUTA ? Jadi kau jatuh cinta pada seorang gadis buta? Kurasa kau memang sudah ikut-ikutan buta. Ada banyak gadis cantik dan normal, kenapa kau pilih gadis buta?” sentak ayahnya keras, membuat harga diri Rainy semakin terluka.

     “Tapi dia gadis yang baik, ayah. Dan aku mencintainya.” Ujar Hyun Joong mantap.
   “TAPI DIA BUTA !! DIA CACAT !! Dia hanya akan mempermalukan keluarga.” Jawab ayahnya tegas, menentang. Kim Yoo Jin melihat senyum culas tersungging di bibir KIM YOON JI yang tertawa puas melihat kakaknya di hina.

     “Anda tidak berhak bicara seperti pada kakakku, Tuan!” seru Kim Yoo Jin tak terima.
     “Yoo Jin-ah, kita pergi saja dari sini. Ayo!” ajak Rainy berusaha menghentikan adiknya.

     “Tapi kakak, mereka menghinamu. Aku tidak bisa membiarkan mereka merendahkanmu seperti itu. Kau seperti ini bukan keinginanmu. Takdir yang membuatmu jadi seperti ini. Tak adil rasanya jika mereka hanya menyalahkanmu, karena kau adalah korban, kakak. Kau adalah korban dari keadaan.” Protes Yoo Jin tak terima.

     “Sudahlah! Kita pergi Yoo Jin-ah.Ayo!” ujar Rainy seraya menyeret adiknya, tapi karena tak bisa melihat dia tak sengaja menyenggol guci yang ada di depannya dan jatuh bersama guci itu.

PRANNGGGG...
     Suara guci yang pecah sukses menambah kacau suasana. “Eonnie..” ujar Yoo Jin cemas seraya membantu kakaknya berdiri.
     “Lihat kan? Berjalan saja dia tak bisa.” Sentak ayah Hyun Joong, menikam bagai belati, airmata Rainy semakin membanjir di pipi.

     “Ayo kita pergi, Kak! Kita tinggalkan tempat ini.” Ujar Yoo Jin seraya memeluk pundak kakaknya. “Kim Yoo Jin, ikut pulang bersama Ibu!” perintah Ibu tiri Rainy pada putrinya.

    “Ibu ? Seorang wanita yang sudah mengusirku dari rumah dan tidak mau mengakuiku sebagai anak sejak usiaku 10 tahun, masih pantaskah dipanggil Ibu? Bukankah bagi Ibu, hanya KIM YOON JI putrimu? Jadi walau sampai aku mati, aku takkan kembali padamu. Terima kasih sudah melahirkanku ke dunia ini." Jawab Yoo Jin lalu segera membawa kakaknya pergi.

      Begitu mereka melangkah keluar, hujan turun sangat deras. Dua bersaudara itu berjalan menerobos hujan dengan melindungi kepala mereka dengan kardus yang mereka temukan di tempat sampah.

        “Akan kuantar kalian pulang. Masuklah!” pinta Hyun Joong merasa bersalah.
     “Tidak perlu! Terima kasih! Ayo Yoo Jin!” ujar Rainy dingin lalu meminta adiknya membawanya pergi. Hyun Joong ingin mencegah tapi tiba-tiba sebuah mobil mewah lain mendadak berhenti di depan mereka.

     “Yoo Jin-ah, ternyata benar itu kau. Apa yang kalian lakukan di tengah hujan? Masuklah!” ujar Joo Won seraya turun dari mobilnya dan menghampiri kedua bersaudara itu dengan sebuah payung di tangannya, mengulurkannya pada Yoo Jin.

         “Apa itu pacarmu Yoo Jin?” tanya Rainy meminta klarifikasi.
         “Nde, Eonnie..” jawab Yoo Jin malu-malu.
        “Apa tidak apa-apa merepotkannya?” tanya Rainy tak enak. Yoo Jin melirik Joo Won dan Joo Won hanya mengangguk singkat, sementara Hyun Joong hanya menatap kesal saat kedua gadis itu memilih masuk ke mobil Joo Won.
         “Dia lagi.” Batinnya kesal tanpa bisa berbuat apa-apa.

        “Sebenarnya apa yang terjadi?” tanya Joo Won ingin tahu seraya memandang Rainy yang duduk di kursi belakang dan terlihat sedih.
       “Oppa, apa yang kau lakukan untuk wanita yang kau cintai?” tanya Yoo Jin dengan polos dengan mata berkedip penasaran.
     “Aku akan berusaha menjaga dan melindunginya dan takkan kubiarkan siapapun menyakitinya.” Jawab Joo Won mantap. Yoo Jin tersenyum senang mendengarnya.

    “Lihatkan! Apa yang dia lakukan sama sekali bukan cinta, dia hanya ingin mempermalukan kakakku saja. Menghinanya di depan semua orang.” Ujar Yoo Jin kesal.
           “Dia? Apa yang kau bicarakan?” tanya Joo Won tak mengerti.
 
     “Kim Hyun Joong. Dia membawa kami ke rumahnya dan mengatakan pada kedua orang tuanya kalau dia mencintai kakakku, tapi kau tahu apa yang terjadi setelah itu? Orang tuanya menghina kakakku habis-habisan kakakku di rumah itu. Benar-benar menyebalkan!” ungkap Yoo Jin kesal.
      “Pantas saja kakakmu terlihat sedih.” Ujar Joo Won seraya melirik Rainy yang melamun seraya memandang hujan.

    “Banyak orang bilang hari hujan membuat sedih, seseorang di suatu tempat mungkin sedang menangis. Dan akulah orang itu..” bisik Rainy tiba-tiba sambil mengusap airmatanya yang menetes perlahan. Sementara Yoo Jin hanya memandang kakaknya pilu.

( From : Rain and Tears Novel )

      “Bukankah itu Kim Hyun Joong? Pria yang berdiri ditengah hujan itu?” seru Joo Won saat mereka tiba di apartment Yoo Jin dan Rainy.
       “Benarkah?” tanya Rainy pelan. 
       “Nde, Eonnie.. Sepertinya dia menunggumu.” Jawab Yoo Jin pelan. 
      “Ayo masuk! Kamsahamnida Joo Won-ssi.” Ujar Rainy lalu segera masuk ke rumahnya walau tahu Kim Hyun Joong sedang menunggu. Yoo Jin dan Joo Won hanya menatap Hyun Joong dengan iba.

     Sudah lewat tengah malam, Rainy tak sangggup memejamkan matanya. Hatinya tak tenang. Apakah Kim Hyun Joong masih berdiri disana? Walau matanya tak bisa melihat tapi telinganya bisa mendengar rintik hujan diluar sana. Dengan meraba mencari payung biasanya diletakkan, Rainy berjalan keluar pelan-pelan, tanpa tahu bahwa Kim Yoo Jin masih belum tertidur dan diam-diam mengawasinya.

     “Kau masih disana? Hyun Joong-ssi, apa kau masih disana?” tanya Rainy setelah pintu tertutup, tangannya menggenggam payung, dia memasang telinganya setajam mungkin untuk mengantisipasi berbagai suara.

      “Apa kau khawatir padaku?” tanya Hyun Joong akhirnya, perlahan mendekat.
      “Pulanglah! Orang tuamu pasti cemas.” Jawab Rainy lalu berniat masuk tapi Hyun Joong menahan tangannya.

     “Tidak bisakah kau beri aku 1 kesempatan untuk bicara? Aku minta maaf atas ucapan orang tuaku, tapi aku sama sekali tidak bermaksud seperti itu. Aku sungguh mencintaimu. Bahkan mungkin jauh sebelum aku bertemu denganmu.” Ujar Hyun Joong terdengar tulus.

        “Aku tak mengerti apa maksudmu.” Ujar Rainy bingung.
     “Tanpa awan dan angin takkan pernah ada hujan. Tapi jika awan, angin dan hujan bersama, bukankah akan timbul badai besar? Apa kau tahu Rainy, Polaris kita masih bersinar terang di Langit Utara. Walau tahun telah berganti, walau beberapa generasi telah terlewati. Dan seterang Polaris bersinar menyinari langit utara, sekuat itulah harapanku bertemu denganmu.” Jawab Hyun Joong mantap. Rainy terdiam. Kalimat itu seperti tak asing ditelinganya. Dia pernah mendengar seseorang membisikkkan kalimat itu padanya.

     “Yin Feng? Lu Yin Feng? Apa kau Kak Yin Feng?” tanya Rainy, teringat kekasih masa lalunya.
   “Di kehidupan sebelumnya kita tak bisa bersama, tapi aku selalu di kehidupan berikutnya, di suatu tempat, di suatu masa, dalam posisi yang berbeda, kita pasti masih bisa bersama. Dan kini Tuhan telah mengabulkan doaku. Aku menemukanmu, gadis Hujanku. Rainy Yang Thien Yu, kita bertemu lagi.” Ujar Hyun Joong sambil memeluk Rainy erat, dan menangis pelan.

    Dari balik pintu, Yoo Jin mengamati mereka dengan airmata menetes perlahan. “Welcome back, Lu Yin Feng!” batinnya pilu.

       “Tapi semua sudah berbeda sekarang. Aku bukan lagi Rainy yang dulu. Aku tak bisa lagi melukis MARS. Aku tak bisa lagi melihat Polaris di langit Utara. Aku bahkan tak bisa lagi melihat wajahmu. Kurasa kita memang tidak berjodoh. Tidak di kehidupan ini, tidak juga di kehidupan sebelumnya. Sekarang aku hanyalah seorang gadis buta. Aku hanya akan membuat malu kalian.” Jawab Rainy pengertian, menolak Hyun Joong.

        “Tapi aku tak peduli!” ujar Hyun Joong bersikeras.
        “Tapi mereka peduli. Semua orang peduli!” seru Rainy putus asa.
       “Aku akan membawamu untuk operasi. Kau pasti bisa melihat lagi.” Ujar Hyun Joong memberi harapan.

       “Aku sudah 3 kali operasi. Tapi semuanya gagal. Yoo Jin sudah berhutang banyak uang untuk membiayai operasiku, tapi semuanya sia-sia saja. Mataku tak bisa disembuhkan. Kornea mataku sudah rusak!” teriak Rainy frustasi, airmatanya kembali mengalir.

       “Kalau begitu aku akan mencari donor mata untukmu. Aku akan mencari kornea mata yang cocok untukmu. Kau pasti bisa melihat lagi. Percayalah!” ujar Hyun Joong, memohon Rainy percaya padanya.

       Dari balik pintu, Yoo Jin mendengar semuanya. “Kornea mata? Donor mata? Benar. Kenapa tak pernah terpikirkan olehku?” batinnya, secercah harapan muncul dalam pikirannya.
       “Kakak, di hari ulang tahunmu nanti, aku akan membuatmu bisa melihat lagi. Itulah hadiahku untukmu, Kakak. Percayalah padaku!” sumpah Yoo Jin dalam hati. 

Seoul Hospital..
       “Jadi, benarkah hanya itu satu-satunya cara?” tanya Yoo Jin kepada seorang pria berbaju putih di RS. 
        “Jika kakakku bisa melihat, apa kalian takkan melarang hubungan mereka?” kenang Yoo Jin pada saat pertemuannya dengan orang tua Hyun Joong beberapa waktu yang lalu.
“Benar. Hanya jika kakakmu bisa melihat. Karena kami tidak mau punya menantu buta.” Jawab Ayah Hyun Joong mantap.

“Baik! Tepati janji Anda. Tuhan adalah saksinya. Jika kalian mengingkari janji maka kalian akan mati mengenaskan.” Ujar Yoo Jin saat itu. 
“Kami berjanji. Aku akan biarkan mereka menikah jika gadis itu bisa melihat.” Janji ayah Hyun Joong.

Yoo Jin menarik napas pasrah, lalu segera berjalan pergi meninggalkan RS itu dengan lunglai. Dia baru saja akan berjalan masuk ke dalam lift saat tiba-tiba sebuah suara menghentikannya.

“Dia tak ada hubungan apapun denganmu, kenapa kau harus peduli? Kau memang bodoh! Harusnya kau ikut kami pulang saat Ibu memintamu.” ujar seorang gadis culas dari belakang. Entah sejak kapan dia ada disana. Dengan perlahan Yoo Jin menoleh kearah sumber suara.

        “Kau..” Yoo Jin terlihat malas saat tahu siapa yang menyapanya.
        “KIM YOON JI..Lama tak bertemu.” Akhirnya Yoo Jin menyapa adik kandungnya.
        “Bagus sekali kau masih ingat namaku.” Jawabnya sinis.

      “Kulihat hidupmu tak begitu baik. Apa yang kau lakukan di RS? Mencari tahu berapa banyak biaya operasi kakakmu? Kasihan sekali! Untuk apa kau membuat dirimu sendiri repot? Tinggalkan gadis buta itu dan kembalilah pada kami!” tawar YOON JI pada kakaknya.

      “Aku tidak bisa! Rainy Eonnie hanya punya aku, aku tak mungkin meninggalkannya.” Jawab Yoo Jin tegas.
       “Kau memang gadis bodoh! Benar-benar bodoh! Terserah kau saja! Tapi ingat, jangan pernah lagi kau datang mencari kami dan meminta bantuan.” Ujar YOON JI sinis.

      “Aku tak pernah mencari kalian, benarkan?” ujar Kim Yoo Jin percaya diri.
     “Kita lihat saja nanti!” jawabnya culas. Merasa tak ada lagi yang perlu dikatakan, Yoo Jin mulai berbalik dan pergi, tapi KIM YOON JI justu menarik rambutnya tiba-tiba dengan kasar.

     “Siapa bilang kau boleh pergi, kakak? Aku masih belum membuat perhitungan denganmu karena telah merampas Joo Won Oppa dariku.” Serunya jahat lalu menarik rambut panjang Yoo Jin dari arah belakang dan melemparnya ke jendela kaca. 

PRANGGG...
      Tubuh Yoo Jin menghantam kaca dan jatuh kebawah dengan indahnya, semua orang berseru tertahan melihatnya, termasuk Joo Won yang ternyata seorang Dokter yang kebetulan bekerja disana. Awalnya dia tidak melihat siapa gadis yang jatuh itu tapi begitu tubuhnya benar-benar terjatuh menghantam tanah, barulah dia sadar siapa gadis itu.

        “Yoo Jin-ah..Yoo Jin-ah..” serunya panik sambil mengguncangkan tubuhnya pelan. Dia segera menggendong tubuh Yoo Jin dan membawanya ke dalam.
        “Siapkan ruang operasi sekarang!” teriaknya panik pada semua staff RS.

        Di rumahnya, Rainy yang merasakan firasat buruk tanpa sadar menjatuhkan vas bunga yang dipegangnya. PRANGGGGG.. Vas yang terjatuh itu terdengar keras memecah keheningan malam itu. Rainy memegang dadanya sambil menangis. “YOO JIN-ahhhh...” rintihnya pilu, seolah merasakan firasat buruk.

===========================

17 Agustus 2014...
        “Tolong buka mata Anda pelan-pelan.” Ujar seorang perawat pada seorang gadis muda yang sedang duduk di atas ranjang.

      Gadis muda itu membuka matanya perlahan dan langsung menutupnya kembali begitu cahaya matahari yang menyilaukan menyambutnya.

       “Nona, bagaimana? Apa Anda bisa melihat kami?” tanya perawat itu khawatir. Rainy kembali membuka matanya perlahan dan dia melihat beberapa orang yang tak pernah dilihatnya berdiri mengelilinginya. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan diri dengan cahaya.

     “Kalian siapa?” Tanya Rainy bingung sambil menatap wajah-wajah orang yang tak dikenalnya.
       “Kau tak ingat kami? Apa kau mengenal suaraku?” tanya Hyun Joong sambil mendekat kearahnya. Rainy tersenyum mengenali suaranya.

     “Hyun Joong Oppa?” tanyanya memastikan. Hyun Joong mengangguk bahagia, lalu kemudian memeluknya erat.
       “Aku senang operasinya berhasil.” Ujarnya terharu dan lega. Rainy balas memeluknya erat lalu sudut matanya menatap sosok seorang pria muda yang terlihat sedih dan murung.

         “Apa kau Moon Joo Won?” tanya Rainy pada pria muda itu seraya melepaskan pelukan Hyun Joong. 
       “Nde. Moon Joo Won Imnida. Aku Dokter yang mengoperasimu.” Jawabnya dengan ekspresi sedih.

        “Ahh.Ne..Kamsahamnida Dokter.Jadi kekasih adikku adalah seorang Dokter? Dimana Yoo Jin? Kau sangat tampan, dia pasti bangga punya kekasih sepertimu.” Ujar Rainy tanpa tahu apa-apa. Joo Won terdiam pilu.

        “Dimana adikku? Aku sangat berharap jika aku bisa melihat, dialah orang pertama yang akan kulihat. Dimana dia sekarang?” tanya Rainy lagi, terdengar mendesak.

        “Rainy, bukankah sekarang hari Ulang Tahunmu? Yoo Jin sudah menyiapkan hadiah ulang tahun untukmu. Kalau kau sudah cukup kuat maka..” kalimat Hyun Joong terhenti dengan seruan girang Rainy.

      “Ahhh..Benar. Hari ini Ulang Tahunku, Yoo Jin pasti sedang mempersiapkan kejutan untukku, benarkan? Aku baik-baik saja. Bawa aku ke sana sekarang. Dokter, tidak apa-apa kan?” pinta Rainy dengan memohon. Joo Won hanya mengangguk singkat tanpa mengatakan apa-apa.

        Akhirnya setelah mengganti bajunya, Rainy dengan ditemani Hyun Joong dan Joo Won menuju sebuah kapel kecil yang ada di belakang RS. Dengan hati gembira Rainy melangkah masuk ke dalam kapel itu, dia melihat sebuah kue ulang tahun berukuran besar dan banyak sekali balon dan bunga-bunga disana.

   “Saengilchukkae Hamnida..Saengilchukkae Hamnida..Saranghaneun Kim Lee An, Saengilchukkae Hamnida.. Yoo Jin sudah menyiapkan semua ini untukmu. Kami harap kau bahagia. Tutup matamu, tiup lilinnya dan katakan keinginanmu.” Ujar Hyun Joong seraya mendorong troli berisi kue ulang tahun dan menyalakan lilinnya.

          “Tapi Yoo Jin belum disini.” Rainy memprotes.
          “Dia sudah disini. Kau tiuplah lilinnya.” Ujar Hyun Joong lagi, sementara Rainy masih mencari adiknya.

        “Ah..Dia pasti sedang sembunyi kan? Yoo Jin-ah, aku tahu kau sembunyi. Keluarlah stlh aku meniup lilinnya ya.” Ujar Rainy nyaring dan bergema di seluruh kapel. Lalu dia segera meniup lilinnya dan menutup matanya, berdoa.

      “Kakak, Selamat Ulang Tahun. Aku senang karena di hari Ulang Tahunmu kali ini, akhirnya kau bisa kembali melihat dunia. Awan di langit sangat indah, benarkan? Kau juga akan bisa melihat tetes hujan di langit, indahnya warna warni bunga, juga melihat wajah pria yang kau cintai. Aku sangat bahagia, Kakak. Akhirnya kau tak lagi melihat kegelapan dan warna hitam. Aku sangat bahagia karena kau bisa melihat dunia melalui mataku. Jaga mata itu baik-baik untukku! Mata itu adalah hadiah ulang tahunku untukmu. Maaf Kakak, aku tidak bisa bersamamu di hari Ulang Tahunmu. Jangan menangis! Mulai saat ini, kau harus tetap hidup tanpa menangis. Aku sudah pergi! Aku takkan pernah kembali lagi. Tapi kau jangan takut, karena mulai hari ini, kau punya Hyun Joong Oppa yang akan melindungi dan menjagamu, kau sudah tak butuh aku lagi, Jadi Kakak, jangan menangis! Tersenyumlah! Karena dunia juga akan tersenyum bersamamu. MUngkin saat kau melihat rekaman ini, aku sudah berada di Surga, bersama Ayahku dan kedua orang tuamu. Tapi percayalah, aku sama sekali tak menyesal, karena sejak awal, yang ku inginkan adalah melihatmu bahagia. Selamat Ulang Tahun, Kakak.. Maaf karena aku tak sempat mengucapkan selamat tinggal. Kenanglah aku saat kau sempat. Dari aku, adik yang sangat menyayangimu, Kim Yoo Jin..”

        Rainy terdiam shock saat video itu terputar, dalam video itu, Yoo Jin terlihat pucat dan lemah, tapi dia berusaha tetap tegar dan tersenyum sekuat tenaga mengucapkan kata demi kata. Rainy menjerit histeris.

      “TIDAK! ITU TAK MUNGKIN! MANA ADIKKU? MANA ADIKKU?” erangnya pilu, airmata mengalir deras di pipinya, Rainy berusaha menolak kenyataan.
        “Sebelum pergi, Yoo Jin memintaku memberikan matanya untukmu.” Ujar Joo Won lirih, dia menangis. 

        “KIM YOON JI mendorongnya jatuh dari atas, jantungnya rusak karena pecahan kaca itu merobek dadanya, dia takkan mampu bertahan hidup lebih lama. Rekaman itu dibuat sehari sebelum dia meninggal. Dia memintaku tidak mengatakan apapun padamu sebelum kau menerima donor mata itu.Kim Yoon Ji sendiri meninggal dalam kecelakaan mobil saat polisi ingin menangkapnya.” Ujar Joo Won lirih dan sedih.
  
     “YOO JIN-ah..TIDAKKK!! Kau tak boleh tinggalkan aku sendiri!” Rainy menjerit, mengeluarkan semua rasa sakit.

Hujan kembali turun saat Rainy bersikeras melihat makam Yoo Jin. Langit seolah ikut menangis mengiringi kepergian seseorang yang mulai hari ini telah terkubur dalam tanah. Dgn masih berlinang airmata, gadis itu menatap hujan yang turun dari langit dgn pandangan hampa. Awan hitam seolah enggan untuk pergi. Mereka masih setia mnemaninya disini. Walaupun sejak tadi awan mulai menangis, tapi dia masih enggan beranjak dari tempat ini.

    “Selamat tinggal adikku. Istirahatlah dengan tenang. Terima kasih untuk semua pengorbananmu, aku berjanji aku akan mnjaga matamu baik-baik. Karena ini adalah hadiah ulang tahunku darimu, hadiah yang takkan mampu bisa kubayar dengan uang sebanyak apapun. Kita takkan benar-benar berpisah karena bagian dari dirimu akan selalu bersamaku selamanya. Sampai jumpa lagi. Aku menyayangimu, sayang sekali. Kau adik terbaik yang kumiliki.Terima kasih, karenamu aku bisa melihat awan dan tetes hujan di langit.” Ujar Rainy dengan airmata mengalir.

“Ayo kita pergi! Hujan turun semakin deras.” Ujar Hyun Joong lirih. 
“Mulai hari ini, aku takkan pernah melupakan hari ini. Hari dimana aku terlahir ke dunia, tapi juga hari dimana aku harus kehilangan 2 orang yang sangat kusayang, Ibuku dan adikku. Yoo Jin-ah, IF ONLY I CAN SEE U JUST ONCE!! JUST ONCE !!” batin Rainy pilu lalu mulai melangkah pergi dengan perlahan.

Tak lama setelah mereka pergi, seorang pria muda mnghampiri makam itu dan meletakkan sebuket bunga Mawar Ungu diatas makamnya, dia membelai makam itu dengan setetes air mengalir dari matanya.

“Apa sekarang kau ada di Surga? Apa Surga itu seindah yang pernah kau lukiskan untukku? Aku mencintaimu, Kim Yoo Jin! Tapi takdir tidak mengizinkan kita bersama. Berjanjilah padaku, kelak jika kita bertemu lagi di kehidupan berikutnya, kau tak boleh meninggalkan aku seperti ini. Kelak jika itu terjadi, aku takkan melepaskanmu apapun yang terjadi. Selamat tinggal, sayang! Tunggulah aku, aku akan segera ke tempatmu.” Ujar Joo Won seraya tersenyum tipis.

Joo Won berjalan dengan wajah tertunduk lesu kearah mobilnya, dia mengingat saat-saat terakhir sebelum Yoo Jin meninggal. “Hiduplah dengan bahagia.“ kenangnya akan ucapan Yoo Jin saat itu.

“Hidup dengan bahagia? Bagaimana bisa aku hidup dgn bahagia bila kau tidak ada disisiku? Sejak kau pergi,kebahagiaan sdh tidak ada lagi dalam kamusku.“ batin Joo WOn pedih sambil melamun.

Tiba-tiba dia melihat 2 orang anak kecil melintas mnyeberang jalan, karena tidak ingin menabrak mereka, Joo Won membanting setirnya ke kiri jalan. Mobil yang dikendarainya terbanting menabrak pembatas jalan dan jatuh ke jurang lalu meledak.
 
Sebelum mobilnya terpelanting dan jatuh ke jurang, Joo Won sempat melihat bayangan Yoo Jin yang tersenyum manis kearahnya, brdiri seraya mengulurkan tangannya.Joo Won tersenyum. “Yoo Jin, akhirnya aku ke tempatmu.” batinnya dan mobil itupun meledak. Joo Won tewas dlm kecelakaan mobil hanya sehari stlh Kim Yoo Jin meninggal.

END....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads