Sabtu, 09 Agustus 2014

You Are My Endless Love 7 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction



Author : Liana Wijaya

Starring :  
Joo Won as Hwang Tae Hee 
Uee’s  After School as Hwang (Baek) Ja Eun 
Kim Hyun Joong as Dokter Yoon Ji Hoo 
Uee’s  After School as Kim Yui ( Baek Ja Eun’s Twin sister) => Uee Double Casting

Foreword : Hwang Tae Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life.... 

“You Are My Endless Love 7 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”


“CHAPTER 7 : Memories Left Behind”

Suam Hospital.
       H wang Tae Hee serasa hampir gila. Dia berjalan mondar-mandir dengan gelisah di depan pintu kamar Gawat darurat. Ja Eun ada disana, dokter dan para perawat itu sedang berusaha menyelamatkannya. Ja Eun terjatuh dari tangga dan kehilangan banyak darah, belum lagi darah yang dikeluarkannya saat dia melahirkan. Tae Hee sangat cemas dan tidak menginginkan sesuatu yang buruk menimpa istrinya. 

      “Hyung, tidak bisakah kau berhenti mondar-mandir begitu? Kau membuatku pusing. Bukankah biasanya kau orang yang tenang?” tanya Tae Phil ikut gelisah melihat Tae Hee gelisah. Tae Hee menoleh dan menatap tajam adik bungsunya. Saat mendengar kabar tentang Ja Eun, Tae Phil adalah orang pertama yang tiba di sana.

        “Jika kau ada di posisiku, apa kau bisa tenang? Aku tidak pernah bisa tenang jika itu menyangkut Ja Eun. Apa kau tahu ini sudah yang ketiga kalinya Ja Eun ada di ruang gawat darurat?” tanya Tae Hee dengan emosi membara.

      “Aigoo... Melihat sikapmu itu, sepertinya kau siap memukulku kapan saja jika aku berani bertanya sekali lagi. Baiklah! Terserah kau saja. Teruslah mondar-mandir seperti itu. Aku tak peduli.” jawab Tae Phil mengalah.

      “Kenapa mereka lama sekali? Apa yang mereka lakukan di dalam sana? Tuhan, kumohon selamatkan istriku. Kumohon padamu.” Tae Hee berdoa dalam setiap tarikan napasnya sambil berdiri di depan pintu kamar ICU dengan kepanikan mencengkeramnya. Tak lama kemudian, Tae Bum, Tae Shik, Ayah Tae Hee, ayah Ja Eun dan Kim Yui tiba di sana.

       “Bagaimana keadaan putriku ?? Kenapa dia bisa pendarahan ?? Bagaimana dengan bayinya?” tanya Baek In Ho cemas.
     “Ja Eun ada di dalam sana, mereka masih berusaha menyelamatkannya. Dan bayinya...” Tae Hee terdiam sejenak.

        “Kenapa dengan bayinya?” desak Kim Yui tak sabar.
      “Mereka terpaksa mengeluarkan bayinya.” Jawab Tae Hee lirih, yang mendapat tatapan prihatin semua orang.

     “Maksudmu, Ja Eun terpaksa harus melahirkan bayinya sekarang?” tanya ayah Ja Eun. Tae Hee mengangguk pelan.
       “Dia laki-laki atau perempuan, Hyung?” tanya Tae Phil penasaran.
       “Anak kami perempuan.” Jawab Tae Hee dengan tersenyum tipis mengingat putri kecilnya.

     “Setidaknya anak kalian berhasil diselamatkan. Aku tak sabar ingin melihat putrimu.” Ujar Tae Phil penasaran.
     “Tapi dia belum saatnya lahir, kan? Kenapa ini bisa terjadi? Ada apa sebenarnya?” Yui kembali bertanya dengan cemas tapi ada nada menuduh dalam suaranya.

     “Dia tak sengaja terjatuh dari tangga.” Jawab Tae Hee lirih, yang disambut dengan tatapan marah adik iparnya.
     “MWO?? Bagaimana kakakku bisa jatuh? YAAAA! Hwang Tae Hee, sebenarnya kau ini bisa menjaga istrimu atau tidak?” seru Kim Yui marah.

       “Putriku, tenanglah!” ujar ayah Ja Eun menenangkan putrinya yang 1 lagi.
      “Hyung, sebenarnya apa yang terjadi? Ja Eun terlihat sangat gembira saat aku mengantarnya ke kantormu tadi pagi, kenapa sekarang dia menjadi seperti ini?” Hwang Tae Phil ikut bertanya dengan bingung.

      Tae Hee terdiam. Dia tak tahu bagaimana harus menjelaskannya. Ini adalah sesuatu yang terjadi di luar kehendaknya. Dia tak tahu jika Lee Seung Mi akan datang. Tak tahu jika gadis jahat itu tiba-tiba berbuat nekat dan menciumnya begitu saja, lebih tak tahu saat Ja Eun datang ke kantornya dan melihat adegan ciuman itu yang menyebabkan menjadi salah paham.

      “LEE SEUNG MI.” Tae Hee mengutuk dalam hati. 
     Gara-gara gadis jahat itu, dia hampir saja kehilangan istri dan anaknya. Dan sekarang, dia sangat bingung bagaimana harus menjelaskan yang sebenarnya pada keluarganya. Lama terdiam, Hwang Tae Phil mulai tak sabar.

       “Hyung, kau dan Ja Eun tidak sedang bertengkar, kan? Ini sangat aneh jika tiba-tiba Ja Eun terjatuh dari tangga.” timpal Maknae, Hwang Tae Phil dengan pandangan curiga, membuat Tae Hee salah tingkah, dan sayangnya semua itu tidak luput dari pengamatan Kim Yui yang melihat dengan jelas bahwa jelas ada sesuatu yang aneh terjadi disini.

Baru saja Yui ingin bertanya, pintu ruang ICU mendadak terbuka dan Yoon Ji Hoo keluar dari sana dengan pandangan cemas.

     “Pasien kehilangan banyak darah. Kami butuh tranfusi untuk menyelamatkan nyawanya.” Ujar Yoon Ji Hoo langsung menjatuhkan tatapannya pada Yui.
     “Nona Kim Yui, jika tidak keberatan, sudikah kau mendonorkan sedikit darahmu untuk menyelamatkan nyawa kakakmu?” tanya Ji Hoo tanpa basa basi.

   “Aku ayahnya, aku bersedia memberikan darahku untuknya.” Ujar ayah Ja Eun menawarkan dirinya.

   “Tidak, ayah! Aku saja! Aku masih muda, sedang ayah sudah tua. Berikan aku kesempatan untuk berbakti pada kakak.” Jawab Yui menolak keinginan ayahnya. Akhirnya setelah diyakinkan oleh putrinya, Baek In Hoo mengizinkan Yui mendonorkan darahnya.

     “Terima kasih.” Bisik Tae Hee pada adik iparnya tapi justru dibalas dengan tatapan sinis olehnya.

     “Jika sampai terjadi sesuatu pada kakakku, aku tidak akan memaafkanmu. Aku akan mencari tahu apa yang menyebabkan kakakku terjatuh, jika kau penyebabnya, maka aku tidak akan melepaskanmu, Jaksa Hwang.” Jawab Yui tegas dan dingin sebelum mengikuti Ji Hoo masuk ke ruang operasi.

    Tae Hee hanya terdiam mendengar ucapan adik iparnya. Dia sadar ini salahnya, walaupun mungkin semua ini terjadi tanpa disengaja. Tapi tetap saja, gara-gara dia Ja Eun menjadi seperti sekarang.

      “Tae Hee-ah, kau tenang saja. Semuanya pasti baik-baik saja. Ja Eun pasti selamat.” hibur Tae Bum mengerti. Dia sangat mengerti perasaan Tae Hee karena dia juga pernah mengalami ini.

      “Gomawo Hyung.” jawab Tae Hee lirih, sedikit tenang. Tapi sebelum melihat Ja Eun, orang yang paling penting dalam hidupnya benar-benar keluar dari kamar ICU, Tae Hee takkan pernah benar-benar tenang.

        “Ayah, Mana Ibu dan Nenek?” tanya Tae Hee, mengalihkan pandangannya ke Tuan Hwang.
      “Ibu dan Nenekmu sebenarnya ingin ikut kemari. Tapi karena kami tak sabar menunggu mereka, akhirnya kami putuskan untuk pergi sendiri.” sahut Tuan Hwang.
       “Baguslah. Nenek sudah tua, memang sebaiknya dia menunggu di rumah.” jawab Tae Hee lirih.

     Tak lama kemudian, pintu ruang ICU terbuka dan Kim Yui bersama seorang dokter muda yang tampan berjalan keluar dari dalam sana. Spontan Tae Hee dan semua orang yang menunggu disana berlari menghampirinya.

      “Bagaimana keadaan istriku, Dokter?” tanya Tae Hee cemas.
      Dokter muda itu menarik napas dulu sebelum akhirnya menjawab “Kondisi istri Anda sangat lemah, tapi untungnya Anda membawanya kemari pada saat yang tepat. Transfusi darah dari Nona Kim telah berhasil menyelamatkan nyawanya. Tapi dampak dari kecelakaan yang dialaminya masih belum kami ketahui sebelum istri Anda sadar dan membuka matanya.” ujar si Dokter muda.

     “Dampak dari kecelakaan? Apa maksud Dokter karena dia terjatuh dari tangga?” ulang Ayah Baek bingung sambil menatap penasaran Dokter Yoon.

     “Benar. Pasien Hwang Ja Eun terjatuh dari tangga yang cukup tinggi, itu sebabnya dia mengalami pendarahan yang membuat kami terpaksa mengeluarkan bayinya. Hasil MRI menunjukkan ada luka benturan di kepalanya, ada gumpalan darah di otak kecilnya. Sepertinya dia mengalami gegar otak ringan. Kami masih belum tahu apa akibat luka benturan itu pada kondisi tubuhnya. Setelah dia sadar, barulah kami bisa melakukan pemeriksaan lebih lanjut.” Jawab Dokter Yoon menjelaskan kondisi pasiennya.

     “Terjatuh dari tangga. Aku akan mencari tahu kenapa kakakku bisa terjatuh dari tangga. Berdoalah semoga ini tak ada hubungannya denganmu, Jaksa Hwang. Dan kalau sampai terjadi sesuatu pada kakakku akibat benturan di kepalanya itu, tidak peduli walau kau seorang Jaksa, aku akan menuntutmu.” Ujar Kim Yui kesal seraya menatap tajam pada kakak iparnya lalu berbalik pergi dari sana.

      Yoon Ji Hoo hanya memandang Yui dengan kaget. Dia bisa merasakan bahwa gadis itu sangat menyayangi kakaknya dan dia akan melakukan apapun untuk melindungi kakaknya itu. Dalam hati, Ji Hoo terharu dengan bagaimana Yui ingin melindungi kakaknya. Dia gadis yang kuat dan dingin, berkarakter serta unik. Sangat berbanding terbalik dengan Baek Ja Eun yang cenderung ceria dan hangat, serta baik hati dan tak pernah curiga pada orang lain.

     “Baek Ja Eun, kau sangat beruntung memiliki seorang adik seperti Yui. She is a nice dongsaeng and she loves you very much.” Puji Ji Hoo dalam hati sambil melihat Kim Yui perlahan pergi.

     “Tae Hee-ah, tolong maafkan putriku Yui. Kurasa dia hanya terlalu mengkhawatirkan kakaknya.” Ujar Ayah Baek pada menantunya dengan sabar.
      “Ne, Abeonim. Kwenchanaseyo.” jawab Tae Hee pengertian. Dia tahu mereka berhak marah padanya.

     “Baik. Kalau begitu kami akan segera memindahkan istri Anda ke ruang perawatan sekarang. Anda sekeluarga bisa menjenguknya di sana.” ujar Dokter Yoon Ji Hoo lalu kembali ke ruang ICU untuk mempersiapkan proses pemindahan pasien.

        Tae Hee menarik napas lega setelah mendengarkan penjelasan Dokter itu.
        “Syukurlah Nak.” seru kedua ayah pada Tae Hee.
        “Hyung...Kau harus menjaga istri dan anakmu baik-baik mulai sekarang.” ujar Tae Phil, sok memberi nasihat.

       “Hwang Tae Phil benar. Tae Hee-ah, kau seorang ayah sekarang. Tanggung jawabmu jauh lebih berat sekarang.” ujar Tae Bum menasehati.

        Tae Hee tersenyum pada kakaknya, dia sangat bersyukur semua keluarganya selalu ada di sana mendukungnya. “Ne Hyung, gomawo. Akan selalu ku ingat itu.” jawab Tae Hee berterima kasih.

      Tak lama kemudian, pintu ICU kembali terbuka dan tampaklah beberapa perawat keluar seraya mendorong sebuah ranjang yang di atasnya terbaring Ja Eun yang masih pingsan. Spontan Tae Hee menghampiri Ja Eun yang terbaring lemah di ranjang dan mengikutinya dari belakang hingga mereka sampai di sebuah kamar.


      Tae Hee menunggui Ja Eun semalaman, dia terus menggenggam erat tangan istrinya dan berharap bahwa dia akan sadar secepatnya, tapi hingga Tae Hee merasa lelah dan mengantuk, Ja Eun belum juga sadar.

      Matahari menerobos jendela kamar tempat Ja Eun terbaring. Sinar matahari itu mengenai wajah Tae Hee yang tertidur pulas dikursi di samping ranjang Ja Eun. Dengan masih mengantuk, Tae Hee mengerjap-ngerjapkan matanya yang berusaha beradaptasi dengan sinar matahari.  

      Dia terbangun dan mengecek kondisi Ja Eun. Gadis itu masih tertidur pulas, tak ada tanda-tanda dia pernah bangun atau akan segera bangun. Tae Hee menarik napas pasrah seraya melirik alat pendetektor jantung yang ada di samping ranjang Ja Eun.

       “Walau kau masih belum membuka matamu, setidaknya jantungmu masih berdetak, Ja Eun-ah. Wake Up, My Queen. I Miss You so much...” bisik Tae Hee lembut di telinga istrinya.

      “Hyung, bagaimana keadaan Ja Eun-ssi?” tanya seorang pria yang tanpa suara berjalan memasuki kamar perawatan.
       “YAAAA! SEO DONG MIN, JANGAN BERJALAN TANPA SUARA!” Tae Hee memarahi temannya yang tiba-tiba masuk tanpa bersuara.

       “Mianhe, aku masuk pelan-pelan karena takut membangunkan Ja Eun-ssi.” Jawab Dong Min sambil berjalan mendekat.
     “Akan lebih baik jika dia bisa bangun sekarang.” Jawab Tae Hee seraya mengambil segelas air di meja.

        “Kau menjaganya semalaman?” tanya Seo Dong Min pada temannya. Tae Hee mengangguk mantap.
       “Aku ingin saat dia membuka matanya, aku adalah orang pertama yang dilihatnya.” Jawab Tae Hee dengan nada sedih dan menyesal.

       “Apa kau begitu mencintainya?” tanya Dong Min lagi. Tae Hee mengangguk lagi.
      “Dia cinta dalam hidupku. Tanpa Ja Eun, aku tak bisa hidup. Aku tak bisa bayangkan bagaimana jadinya hidupku tanpa dirinya.” Jawab Tae Hee penuh perasaan seraya kembali duduk di samping Ja Eun dan membelai lembut rambutnya.

      “Jika kau begitu mencintainya, kenapa kau malah mencium wanita lain di hadapannya? Jika aku jadi Ja Eun-ssi, aku takkan mau melihatmu lagi.” Jawab Seo Dong Min ikutan kesal setiap mengingat kejadian itu.

       “YAAAA! SEO DONG MIN, ITU TIDAK SEPERTI YANG KALIAN BAYANGKAN!” Tae Hee menyangkal keras.
     “Lalu seperti apa sebenarnya? Aku dan Ja Eun-ssi jelas-jelas melihat Lee Seung Mi duduk di pangkuanmu dan kalian berciuman mesra di kantormu, bahkan bekas lipstiknya masih menempel di bibirmu saat itu.” Ujar Seo Dong Min menjelaskan apa yang dilihatnya saat itu.

   “Itu hanya salah paham. Lee Seung Mi yang tiba-tiba duduk di pangkuanku lalu menciumku. Aku ingin menjelaskan semuanya pada Ja Eun tapi dia justru lari dariku.” Jawab Tae Hee frustasi.

      “Dan karena menghindarimu, Ja Eun-ssi sampai terjatuh dari tangga. Hyung, kau segera bereskan masalah ini. Jika kau memang mencintai Ja Eun-ssi, kau harus singkirkan Lee Seung Mi selamanya dari hidupmu. Jika tidak, dia akan terus mengejarmu dan rumah tanggamu tidak akan tenang.” Seo Dong Min menasehati temannya.

     “Kau Benar! Lee Seung Mi pangkal dari semua masalah ini.” Ujar Tae Hee kesal lalu kembali melirik temannya waspada.

      “Seo Dong Min, kau tidak memberitahu orang lain soal ini, kan?” tanya Tae Hee waspada.
     “Soal apa? Soal kau berciuman dengan Lee Seung Mi atau soal Ja Eun-ssi yang terjatuh saat kau berusaha mengejarnya?” tanya Seo Dong Min dengan polosnya.

     “Semuanya. Aku yang akan menjelaskannya sendiri pada istriku. Awas kalau kau sampai macam-macam.” Ancam Tae Hee panik.
     “Ne, arraseo Hyung... Aku akan menutup mulutku.” Ujar Seo Dong Min berjanji, tanpa mereka ketahui, di balik pintu itu ada seseorang yang diam-diam mengamati.

      “LEE SEUNG MI ? Siapa itu Lee Seung Mi? Kenapa aku merasa sepertinya nama itu tidak asing? Di mana aku pernah mendengarnya?” batinnya penasaran.

    “Kakakku terjatuh karena dia. Wanita jalang itu harus di singkirkan jika aku ingin kakakku bahagia.” Batin sosok itu, Kim Yui yang tak sengaja mendengar semua pembicaraan itu saat akan menjenguk kakaknya.

      Dia mendadak berbalik arah dan tak jadi masuk ke dalam kamar.Mendadak dia menjadi penasaran tentang siapa yang bernama Lee Seung Mi itu sebenarnya. Otaknya bekerja keras mengingat, dan saat dia melihat seorang Cleaning Service RS yang tidak sengaja menumpahkan air pel ke lantai dan mengenai salah seorang keluarga pasien barulah dia ingat apa yang terjadi hari itu. Hari di mana semua orang salah mengenalinya sebagai Baek Ja Eun.

      Kim Yui mengingat saat hari di mana dia bertemu Cleaning Service aneh yang tiba-tiba menyerangnya di sebuah Mall.

     “Auw.. Hei, kau ini sedang apa?” seru Kim Yui saat itu seraya berlari menghindari kejaran  seorang cleaning service yang berusaha memukulnya dengan sapu.
   “Cepat hentikan Cleaning Service gila itu!” ujar Satpam lainnya, berusaha menghentikan Cleaning Service yang bagaikan orang gila terus menyerang pengunjungnya.
      “Ah, cukup! Cukup. Kau ini kenapa?” Kim Yui terus menghindar saat cleaning service itu memukulnya bertubi-tubi ke arah perutnya dan dia sudah terdesak ke arah dinding.
      “Aku ingin kau dan anakmu mati!” jawab cleaning service itu jahat.
     “Awas!” seorang pria muda tiba-tiba muncul dan melindungi Kim Yui dari serangan cleaning service itu.
     “Hei, Lee Seung Mi, hentikan !! Hentikan atau kami akan laporkan pada atasanmu!” ancam Satpam itu seraya menangkap dan menyeret Seung Mi.
     “Maafkan ketidaknyamanan ini.” ujar mereka meminta maaf pada semua pengunjung itu.

     Kim Yui tersentak. Dia tersadar. “LEE SEUNG MI? Cleaning Service yang menyerangku itu bernama Lee Seung Mi? Apa mereka orang yang sama? Dia bilang dia ingin aku dan anakku mati, padahal aku tidak hamil. Pasti dia menyangka aku adalah Baek Ja Eun. Gadis gila itu, ternyata dia yang membuat kakakku jadi begini.” Kim Yui akhirnya mulai mengerti.

     “Well, Lee Seung Mi, kau sial karena kau bertemu aku. Aku bukan Baek Ja Eun! Aku tidak sebaik dia, dan sekarang aku akan membuatmu membayar mahal atas apa yang kau lakukan pada kakakku. Lihat saja! Ingin kakakku dan bayinya mati? Kaulah yang akan lebih dulu mati.” Batin Kim Yui kesal lalu buru-buru pergi dari sana.

Seoul University...
     “Baek Ja Eun, apa yang dilakukan National Goddes Baek Ja Eun di sini? Apa kau rindu kami? Kudengar kau jadi Animator Terkenal di Amerika. Kau beruntung sekali. Kau cantik, pintar dan berbakat, pantas saja jika Lee Seung Mi begitu membencimu, karena baginya kau terlalu sempurna.” Ujar seorang mahasiswi pada Kim Yui yang baru saja keluar dari ruang administrasi untuk menanyakan alamat rumah Lee Seung Mi. Dengan menyamar sebagai Baek Ja Eun, tak sulit bagi Kim Yui mendapatkan informasi. Tapi sayangnya, yang pihak kampus miliki adalah alamat rumah Lee Seung Mi saat dia masih kaya.

       Walau bingung, Yui terus berakting. Dia tersenyum manis pada penyapanya.
     “Ah...aku hanya datang melihat-lihat karena aku rindu kampus ini. Maaf, apa aku mengenalmu?” tanyanya sambil tersenyum manis dengan gaya mengingat pada seorang gadis berambut coklat di depannya.


     “Hanya melihat-lihat? Kupikir kau sedang mendaftar untuk ikut Reuni Angkatan Kita bulan depan. Tapi mana mungkin kau tak ingat kami? Memang sih kami tidak terlalu dekat denganmu. Hanya Ah Ra Dan Nam Sook yang sangat dekat denganmu. Tapi mana boleh kau melupakan kami? Kudengar kau menikahi seorang Jaksa dan sedang hamil. Kulihat sepertinya kau sudah melahirkan. Apa itu benar?” tanya gadis berambut hitam di sampingnya.

      “Ah ya... Aku baru saja melahirkan. Kalau boleh tahu, kapan reuni itu diadakan?” Jawab Yui terus menyamar.
       “Wah, selamat ya. Apa anakmu laki-laki?” tanya si gadis rambut coklat.
       “Tidak. Dia perempuan.” Jawab Yui dengan tersenyum aneh.

       “Wah... Dia pasti cantik sepertimu, Ja Eun-ah! The next National Goddess from Seoul University. Oh ya, kau harus datang ke Reuni kampus bersama suami dan anakmu, ya.” Puji gadis rambut coklat lagi.
       “Terima kasih. Akan kupertimbangkan dulu” Jawab Yui tulus. Dia senang mendengar keponakannya di puji tapi dia juga tak yakin apa kakaknya bersedia menghadiri acara reuni ini.

      “Apa kalian tahu di mana tempat tinggal Lee Seung Mi?” tanyanya lagi.
    “Kudengar sejak ayahnya masuk penjara karena kasus penyuapan rektor dan pembunuhan, dia sekarang hidup berpindah-pindah dari apartment satu ke apartment lain karena tak punya uang. Rasakan! Siapa suruh dia dulu begitu jahat dan sombong. Sekarang dia mendapat karma.” Ujar si rambut hitam menertawakan nasib Lee Seung Mi.

       “Tunggu. Sepertinya aku tahu di mana dia tinggal. Aku pernah tak sengaja melihatnya berjalan masuk ke apartment kumuh itu. Mungkin sekarang dia tinggal di sana. Tunggu sebentar ya, akan kutuliskan alamatnya.” Ujar mahasiswa itu seraya mengeluarkan kertas dan bolpent lalu mulai menuliskan alamatnya.

Suam Hospital...
        Hwang Tae Hee tetap berjaga di samping Ja Eun dan tidak meninggalkannya sedetik pun, membuat siapapun yang melihatnya menjadi kasihan dan tak tega.
       “Jaksa Hwang, kau istirahatlah dulu sebentar. Biarkan kami yang menjaga Ja Eun.” Ujar Ah Ra menawarkan dirinya.

         Hwang Tae Hee menggeleng pelan, menolak.
       “Tapi kudengar dari Ofiicer Seo Dong Min, kau tidak pulang semalaman, juga belum makan, ganti baju ataupun istirahat. Kalau kau sampai sakit juga, siapa yang akan menjaga Ja Eun nanti?” bujuk Ah Ra lagi, dia kasihan melihat betapa lusuhnya suami Ja Eun.

      “Ne, Hyung...Biarkan mereka menjaga Ja Eun-ssi sementara kau pulang untuk istirahat sebentar dan mandi serta mengganti bajumu. Lihat tampangmu! Kau lusuh sekali.” Ujar Seo Dong Min setuju.

       “Tapi...” Tae Hee tampak tak yakin.
       “Ada kami yang menjaganya. Kau tak perlu cemas, Jaksa Hwang. Jika Ja En sadar, kami akan segera menelponmu. Pulanglah dan ganti bajumu sebentar.” Jawab Nam Sook dengan nada memaksa.

       Akhirnya setelah di desak, Tae Hee pun mengangguk pelan menyetujui.
      “Baiklah! Tapi jika terjadi sesuatu, segera hubungi aku.” Pinta Tae Hee sambil memakai mantelnya dan tersenyum berterima kasih.
       “Jangan khawatir!” janji mereka.

=========================

       Hwang Tae Hee berdiri memandang ke dalam sebuah ruangan kaca yang penuh dengan bayi-bayi mungil yang lucu. Sebelum pulang sebentar dan istirahat, dia memang sengaja menyempatkan diri untuk melihat Putri mungilnya di ruang perawatan bayi. 

       Jadi di sinilah dia sekarang, memandang haru kearah sosok bayi mungil yang tertidur di dalam sebuah inkubator kaca. Matanya tertuju pada sesosok bayi perempuan mungil di dalam sebuah inkubator, di tabung inkubator itu tertulis nama “The Baby Girl of Mr & Mrs Hwang”.

        Perlahan airmata haru menetes dari sudut matanya, dia menempelkan tangannya di jendela kaca ruangan itu seolah-olah menyentuh putri mungilnya. Bayi itu sangat kecil dan rapuh, karena dia memang lahir sebelum waktunya, tapi Tae Hee tahu dia akan tumbuh menjadi gadis yang cantik dan kuat, sekuat Baek Ja Eun, ibunya. 
       Bayi mungil itu sudah berkali-kali mengalami cobaan, Ja Eun berkali-kali mengalami pendarahan selama masa kehamilan, tapi toh bayi mereka tetap terlahir ke dunia. Bukankah ini membuktikan bahwa dia bayi yang kuat? Hwang Tae Hee tersenyum bangga pada Putri kecilnya.

      “Hwang Tae Eun. Putriku...Bayiku dan Baek Ja Eun. Apa kabar sayang? Ini Ayah.” gumam Tae Hee haru sambil tetap menempelkan tangannya di kaca jendela sambil tetap memandang lekat putri mungilnya.

      Seorang putri, putrinya dari wanita yang dia cintai. Putri Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun, mengingat itu saja membuat perasaan hatinya menjadi hangat. Dia tumbuh tanpa kasih sayang ayahnya, jadi dia bersumpah dia tidak ingin Putri kecilnya merasakan hal yang sama. Dia akan melakukan apapun untuk melindungi 2 orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

         “Gomawo Ja Eun-ah..You make my life completed.” Bisiknya pelan.
        “Selamat Jaksa Hwang, putrimu sangat cantik, sama seperti ibunya.” Seru seorang pria di samping Tae Hee yang tiba-tiba datang tanpa diundang. Tae Hee spontan menoleh kearah penyapanya dan dia melihat Dokter Yoon Ji Hoo ada disana.

        “Terima kasih sudah menyelamatkan istri dan putriku.” Ujar Tae Hee seraya membungkuk berterima kasih. Ji Hoo hanya tersenyum tipis dan balas membungkuk singkat.

        “Sama-sama. Itu memang sudah tugasku sebagai Dokter.” Jawabnya merendah.
        “Bagaimana perasaanmu setelah menjadi seorang Ayah?” tanya Ji Hoo lagi. Tae Hee tersenyum malu dan pipinya merona menatap putri mungilnya.

      “Hebat! Aku masih tak percaya jika sekarang aku sudah menjadi seorang Ayah. Aku tak percaya jika bayi mungil di dalam sana adalah anakku, anakku dan Ja Eun. Aku tak percaya aku sudah menciptakan sebuah kehidupan kecil di rahim istriku. Sungguh ajaib! Aku tak tahu bagaimana harus mengatakannya. Putri kecilku, aku tak sabar ingin segera menggendongnya.” Ujar Tae Hee dengan nada takjub dalam suaranya.

      “Pasti sangat hebat dan membahagiakan. Aku bisa melihat dari sorot matamu kalau kau sangat bahagia. Tapi kau harus bersabar Jaksa Hwang. Putrimu baru boleh keluar dari inkubator itu bulan depan, kau tak bisa menggendongnya sekarang.Dia masih sangat lemah, kondisinya masih belum memungkinkan.” Jawab Ji Hoo menerangkan. Tae Hee mengangguk mengerti.

     “Nde, arraseoyo. Aku juga takut jika aku menggendongnya sekarang maka aku bisa membuat tulangnya patah.” Canda Tae Hee dan untuk yang pertama kalinya, kedua pria yang diam-diam bersaing itu bisa tertawa lepas bersama.

      “Kau beruntung sekali, aku iri padamu. Aku yang lebih dulu bertemu Ja Eun-ssi, jika saja seandainya dulu aku yang menikahinya, mungkin anak itu akan jadi anakku sekarang.” Ujar Ji Hoo tiba-tiba sambil menerawang.

     “MWO?” Tae Hee tersentak, dia menatap pria di sampingnya dengan pandangan menantang.
     “Tapi tenang saja, dia istrimu sekarang. Dia milikmu, bukan milikku!  Dan bayi itu adalah anakmu, bukan anakku!” jawab Ji Hoo, mengerti bahwa Tae Hee mulai cemburu.

    Tae Hee ingin mengatakan sesuatu padanya tapi belum sempat dia mengatakannya, seorang perawat berlari menghampiri mereka dengan tergesa-gesa.
     “Dokter Yoon, kami mendapat laporan bahwa pasien di kamar 501, Nyonya Hwang Ja Eun baru saja siuman. Mohon Anda segera kesana sekarang.” Lapor perawat itu lalu segera bergegas pergi mendahului Yoon Ji Hoo.

      “Istrimu sudah siuman. Ayo!” ajaknya pada Tae Hee yang masih bengong karena senang mendengar kabar istrinya sudah siuman, baru saja Tae Hee akan menjawab, ponselnya berdering dan mengabarkan hal yang sama.

     Kedua pria muda itu segera berlari dengan tergesa-gesa menuju kamar Ja Eun, khususnya Tae Hee yang sangat bahagia mendengar bahwa istrinya sudah siuman, saat akan masuk, mereka bisa mendengar suara tawa Ja Eun dari luar kamarnya. Hati Tae Hee sangat bahagia dan lega karena mendengar istrinya sudah kembali tertawa, itu berarti tidak ada masalah dengan kecelakaan yang menimpanya.

    Dengan bersemangat, Tae Hee segera menerobos masuk kamar Ja Eun dan berlari memeluknya, sementara Yoon Ji Hoo hanya memandang sedih dan cemburu di depan pintu masuk kamarnya saat melihat bagaimana Tae Hee memeluk Ja Eun dengan erat.


     “Ja Eun-ah, aku senang kau sudah siuman. Aku takut sekali membayangkan kau akan meninggalkan aku. Saranghae!” Bisik Tae Hee di telinga Ja Eun. Tae Hee berharap akan mendengar jawaban yang sama, tapi ternyata apa yang di katakan Ja Eun adalah sesuatu yang tidak pernah dia duga sebelumnya.

       “Ahjussi, Nuguseyo? (Paman, Kau siapa?)” tanya Ja Eun dengan polosnya. 
      Tae Hee tersentak. Dia spontan melepaskan pelukannya, menjauhkan sedikit tubuh mereka seraya menatap mata Ja Eun dalam-dalam. Tae Hee berharap menemukan secercah kebohongan disana, berharap Ja Eun hanya bercanda dengannya, bahwa Ja Eun hanya berpura-pura tak ingat padanya untuk mengerjainya. Tapi tidak, yang tampak dalam mata itu adalah kejujuran.

     “Ja Eun-ah, kau tidak ingat padaku?” ulang Tae Hee lirih dan dalam seraya menatap dalam-dalam mata Ja Eun.

      “Nde, nuguseyo?” tanyanya lagi, pertanyaan yang sama dan tatapan mata yang sama. Hati Tae Hee bagaikan dihantam ribuan meriam. 
      Dia merasa dunianya seketika porak poranda. Keluarga Hwang yang baru saja datang dan berdiri tepat di belakang Dokter Yoon pun hanya bisa memandang shock tak percaya. Teman-teman Ja Eun pun tak kalah kagetnya.

     “Ja Eun-ah, kau hanya bercanda kan? Aku tahu kau pasti hanya...” belum sempat Tae Hee menyelesaikan kalimatnya, Ja Eun sudah memotongnya.

     “Yoon Ji Hoo Oppa...Apa yang kau lakukan disini? Kau ingat aku? Aku adalah si gadis saputangan. Gadis yang kau tolong saat ada orang jahat yang akan merampokku. Kau ingat, kan?” tanya Ja Eun dengan wajah berseri-seri menatap Yoon Ji Hoo, yang terlihat membatu saat tak menduga namanya akan disebut.

     Hwang Tae Hee menoleh spontan pada Yoon Ji Hoo, tatapan kesal dan marah terlihat sangat jelas dari sorot matanya. Bagaimana bisa Ja Eun ingat padanya tapi tak ingat padaku? Hati Tae Hee bagai disayat sembilu.

      “Cukup, Hwang Ja Eun! Ini tidak lucu. Aku mohon, jangan hukum aku seperti ini. Walau kau marah padaku, tolong jangan berpura-pura tidak mengenalku.” Hwang Tae Hee memohon pada istrinya yang hanya memandangnya bingung.

      “Nam Sook, Ah Ra, apa kalian mengenal Paman ini?” lagi, sebuah pertanyaan dari mulut Ja Eun terdengar bagai tusukan pedang di hati Tae Hee. Mata Ja Eun menatap kedua sahabatnya, meminta jawaban.

      “Nde. Jaksa Hwang adalah suamimu.” Jawab Ah Ra atas pertanyaan Ja Eun.
     “MWO?” sekarang giliran Ja Eun yang mendapat kejutan hebat. Matanya menatap tak percaya pada pria yang sekarang duduk di hadapannya.
      “DIA? APA?” Ja Eun berseru tak percaya.

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.