Karena
pemilik blog ini adalah penggemar Guo Jing dan juga William Yang Xuwen jadi
sudah pasti bahwa yang dibahas dalam blog ini pastilah seputar karakter Guo
Jing dan pemeran Guo Jing adaptasi terbaru 2017 yaitu William Yang Xuwen.
Adegan yang dibahas di blog inipun juga HANYA adegan antara Guo Jing dan Huang
Rong semata. Jadi harap maklum bila blog ini terkesan tidak netral.
Karena
blog ini dibuat berdasarkan kesukaan blogger pada artis dan film tertentu jadi intinya
“I Just Write What I Want To Write”
yang artinya “Aku hanya menulis apa yang
ingin aku tulis”. Aku menulis bukan untuk membuat Anda bahagia, tapi aku
menulis HANYA UNTUK membuat DIRIKU SENDIRI BAHAGIA ^_^
Bila
kebetulan kita memiliki selera yang sama, maka blog ini adalah tempat yang
cocok untuk ber-fangirling ria, namun bila ternyata kita memiliki selera yang
berbeda, harap dimengerti bila setiap orang punya selera ^_^ Let’s respect
other opinions, especially the blogger, because this is my blog, NOT your blog ^_^
Dalam
episode kali ini, Guo Jing akhirnya resmi diangkat menjadi murid oleh Pengemis
Utara, Hong Chi Khong dan diajari ketiga jurus terakhir dari “18 Jurus Penakluk
Naga”, untuk mengalahkan si blangsak dan playboy (GAK) tampan, Ou Yang Khe.
Ehem, bisa dibilang ini adalah duel antara Guo Jing vs Ou Yang Khe PART 2. Part
3-nya tar di Pulau Persik saat kedua pemuda itu ingin melamar Huang Rong untuk
dijadikan istri. So, let’s the story continue....
**********
Dan
kisahpun berlanjut...
Setelah
melepas kangen dengan peluk-pelukan di bawah pohon, karena beberapa hari tidak
berjumpa setelah perpisahan di Wisma Awan, akhirnya suara gunturlah yang mampu
“memisahkan” sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara ini hihihi ^_^ (Duh,
jangan lama-lama dong peluk-peluk dedek William-ku, Jie-jie Liana kan jadi iri
wkwkwk ^_^)
“Rong’er,
ada suara guntur. Sepertinya akan segera turun hujan,” ujar Guo Jing seraya
menatap ke langit yang mulai gelap.
Huang
Rong dengan enggan mengangkat kepalanya yang tadinya bersandar dengan nyaman di
dada Guo Jing yang bidang dan menatap ke langit yang sama.
“Tadi
aku saat berjalan kemari, aku melihat sebuah kuil kosong yang bisa digunakan
untuk berteduh. Bagaimana jika kita berteduh di sana?” ajak Guo Jing.
Huang
Rong hanya mengangguk tanpa kata dengan tersenyum manis, namun sepertinya gadis
itu setengah melamun karena dia tidak segera mengikuti Guo Jing saat kekasihnya
berkata, “Ayo!”.
Karena
terlalu bahagia dapat bersama kembali dengan sang kekasih, Huang Rong tampak
seperti “terkurung” dalam dunianya sendiri. Dia hanya berdiri sambil melamun
dan tersenyum sendiri. Untunglah Guo Jing menyadari kalau kekasihnya kecilnya
tercinta tidak berjalan mengikutinya, melainkan masih berdiri di tempat semula.
Diapun berjalan kembali ke tempat Huang Rong berdiri dan menggandeng tangannya
dengan tidak sabar, “Ayo Pergi!”
Sampai
di kuil kosong tersebut, ternyata hujan sudah terlanjur turun dengan deras. Guo
Jing dan Huang Rong sudah basah kuyup karena hujan. Saat mereka akan berjalan
masuk ke dalam kuil kosong tersebut, mereka tak sengaja melihat tiga orang
pengemis berbaju kotor sedang membicarakan tentang seorang Nona cantik dari
toko pegadaian di kota Bao Ying.
Mengira
bahwa ketiga pengemis tersebut adalah orang jahat yang berniat mempermainkan
wanita, Guo Jing dan Huang Rong memutuskan untuk menghentikan mereka dan
menolong nona tersebut. Guo Jing dan Huang Rong pun sempat bertarung dengan
mereka, namun untunglah semua itu hanyalah kesalahpahaman.
Para
pengemis tersebut justru sedang menolong Nona di toko pegadaian tersebut. Nona
itu bernama Cheng Yao Jia. Kelak dia akan menjadi istri dari Lu Guan Ying
(putra Ketua Lu Cheng Feng) dari Wisma Awan, di mana Lu Cheng Feng (ayah Lu
Guan Ying) adalah kakak seperguruan Huang Rong. Jadi secara tidak langsung,
Cheng Yao Jia adalah calon murid keponakan Huang Rong.
Ternyata
selama ini banyak terjadi kasus penculikan gadis cantik. Dan kali ini
sasarannya adalah Cheng Yao Jia dari toko pegadaian Tong Ren. Dan penculik yang
sebenarnya adalah Ou Yang Khe. Huang Rong yang mengetahui hal ini akhirnya
mengusulkan untuk menjebak Ou Yang Khe sekaligus menyelamatkan Cheng Yao Jia.
Huang
Rong tahu bahwa para pelayan Ou Yang Khe akan menculik Cheng Yao Jia pada saat
tengah malam dengan memberikan asap tidur agar dapat menculiknya. Itu sebabnya
Huang Rong memutuskan untuk menyamar menjadi Cheng Yao Jia agar dialah yang
diculik.
Huang
Rong berpesan pada Guo Jing yang ilmu meringankan tubuhnya paling bagus di
antara mereka semua untuk berjaga di atas genteng. Saat para pelayan Ou Yang
Khe menculiknya, Guo Jing harus mengikuti mereka dan meninggalkan tanda yang
mudah dilihat agar para anggota partai pengemis dapat segera datang mengirim
bantuan secepatnya.
Sayangnya,
Ou Yang Khe sudah dapat memprediksi bahwa anggota partai pengemis pasti akan
datang untuk membebaskan sandera. Yang dia tidak tahu adalah bahwa sanderanya
sudah ditukar. Bukan Cheng Yao Jia yang mereka bawa ke sana melainkan Huang
Rong.
Guo
Jing yang khawatir dan takut terjadi pada kekasihnya, tanpa pikir panjang
langsung menerobos masuk dan membebaskan Huang Rong. Setelah menjatuhkan karung
tempat Huang Rong disekap, Guo Jing dengan cepat berlari menangkap tubuh Huang
Rong agar tidak terjatuh menghantam tanah yang keras dan melukai kekasihnya.
“Rong’er.”
Seru Guo Jing seraya meraih karung berisi Huang Rong dan membukanya.
“Rong’er.”
Ujar Ou Yang Khe terkejut. Melihat Huang Rong ada di sana, Ou Yang Khe tampak
kaget dan tidak menyangka. Kaget bahwa “kejahatan kecilnya” disaksikan sendiri
oleh Huang Rong.
Dia
seolah-olah takut Huang Rong akan menilai buruk dirinya dan takkan ada
kesempatan lagi untuk merebut hatinya. Walaupun image Ou Yang Khe sudah
terlanjur buruk di mata Huang Rong sejak awal.
“Kenapa
kau bisa ada di dalam karung ini? Kau tidak terluka, kan?” tanya Ou Yang Khe,
mencoba merebut simpati Huang Rong yang sayangnya tidak berhasil.
Mereka
sempat beradu mulut, Huang Rong menyuruh Ou Yang Khe untuk menyerah. Namun Ou
Yang Khe hanya tertawa mencibir dan mengatakan bahwa bila hanya mengandalkan si
bodoh ini (Guo Jing) dan beberapa pengemis busuk ini tentu tidak akan sanggup
memaksanya untuk menyerah.
Huang
Rong yang tak suka mendengar kekasihnya tercinta dimaki “bodoh” oleh orang
lain, spontan maju menyerang Ou Yang Khe. Guo Jing yang melihat Huang Rong
bertarung melawan Ou Yang Khe dan tak mungkin menang, spontan maju menggantikan
sang kekasih. Guo Jing berpikir lebih baik dia yang terluka daripada kekasihnya
yang terluka.
Seperti
bisa diduga, Guo Jing pun sulit menang melawan Ou Yang Khe, untungnya tiba-tiba
saja sebuah tulang kaki ayam meluncur ke arah Ou Yang Khe dan menjatuhkannya.
Ternyata
Pengemis Utara, Hong Chi Khong telah tiba di sana.
“Bagaimana?
Pengemis busuk juga bisa menanganimu, kan?” ujar Hong Chi Khong pada Ou Yang
Khe.
Melihat
kedatangan Hong Chi Khong, Huang Rong segera mendekatinya untuk merayu. Mulailah
rayuan gombal Huang Rong pada Hong Chi Khong agar Pengemis Tua itu bersedia
menerima Jing Gege-nya menjadi murid dan mengajarinya ke-18 Jurus Penakluk Naga
miliknya.
“Chi
Khong, aku sudah bisa tebak kedatanganmu. Di dunia ini siapa lagi yang bisa
memakai tulang kaki ayam sebagai senjata?” ujar Huang Rong dengan senyuman
manisnya.
“Rong’er,
ini beda jauh dengan masakanmu.” ujar Pengemis Tua itu seraya menunjukkan ayam
yang dipegangnya.
“Chi
Khong, kau ini pilih kasih,” Huang Rong berpura-pura ngambek padahal dia sedang
memainkan siasat.
“Pilih
kasih? Pilih kasih apa?” tanya Hong Chi Khong tak mengerti.
“Lihat!
Ada banyak anggota Kaypang di sini, tapi kau justru memberikan ayam itu pada si
Racun Kecil. Apa itu namanya kalau bukan pilih kasih?” Huang Rong memulai
siasatnya.
“Kaki
ayam itu adalah sisa makananku. Biasanya kuberikan pada anjing. Hari ini
kuberikan padanya, apa ini pilih kasih?” jawab Chi Khong, membuat Huang Rong
tertawa geli. Sementara Ou Yang Khe tampak jijik.
“Rong’er,
kapan kau akan masak lagi Ayam Pengemis untukku?” Hong Chi Khong bertanya
dengan ekspresi lapar.
“Chi
Khong, asalkan kau senang, Rong’er akan masak setiap hari untukmu. Hanya
saja...” Huang Rong berpura-pura cemberut.
“Kenapa?”
tanya Chi Khong dengan sabar.
“Sekarang
ada orang yang ingin membunuhku dan Kakak Jing. Kelak Rong’er ingin masak
makanan enak untukmu pun tak bisa lagi,” ujar Huang Rong memelas. Mengerti
siapa yang dimaksud oleh Huang Rong, Chi Khong sponta menoleh pada Ou Yang Khe.
“Racun
Kecil, apa orang yang dimaksud oleh Rong’er itu adalah kau?” tanya si Pengemis
tua.
“Keponakan
Ou Yang Khe, memberi hormat pada Paman Hong,” jawab Ou Yang Khe memberi hormat.
Masak kayak gini ada yang memujinya "si blangsak tampan" sih? Tampan dari mananya sih?
Keriput di mana-mana gitu loh 0__0 Apa ada yang salah dengan mata anda? *serius nanya*
Uupppss...maaf lupa. Let's respect other opinions, cause people have taste *sigh*
“Tak
perlu sungkan. Kau hari ini lebih sopan dari sebelumnya. Kau panggil aku Paman,
sungguh membuatku tak enak hati. Aku tak punya hadiah. Tulang kaki ayam tadi
anggap saja sebagai hadiahku,: ujar Hong Chi Khong, sengaja mengerjai Ou Yang
Khe. Kemudian dia merebut kipas Ou Yang Khe dan menjadikannya lap tangan. Hanya
diambil kipasnya, Ou Yang Khe sudah terlihat ketakutan.
“Racun
Kecil, kau di Gunung Barat tidak melayani Racun Tuamu dengan baik, malah ke
China Daratan untuk membuat masalah. Apa kau pikir di sini tidak ada yang bisa
melawanmu?” Hong Chi Khong tampak menginterogasi Ou Yang Khe.
“Keponakan
tidak berani. Keponakan biasanya sangat hormat pada Paman Hong,” ujar Ou Yang
Khe bersilat lidah. Dia tahu kungfu Hong Chi Khong setara dengan Pamannya, itu
sebabnya dia tidak mau mencari masalah dengan Hong Chi Khong.
“Hormat?
Kau datang ke China Daratan dan melecehkan wanita di sini. Apa itu yang namanya
hormat?” sindir Huang Rong.
“Kau
menghina Partai Kaypang dan mengatai mereka pengemis busuk, apa itu namanya
hormat?” Huang Rong terus menyerang Ou Yang Khe.
“Paman
Hong, jika aku melakukan kesalahan dengan Partaimu, itu murni ketidaksengajaan.
Mohon maaf darimu. Tapi hari ini Guo Jing dan Huang Rong yang lebih dulu
mencari masalah denganku dan mereka juga bukan anggota Kaypang, jadi...” Ou
Yang Khe bersilat lidah. Maksud dari ucapannya adalah bahwa tidak perlu
melindungi Guo Jing dan Huang Rong karena mereka bukan anggota Kaypang.
“Jadi
aku tak perlu ikut campur, kan?” sambung Hong Chi Khong, mengerti dengan jelas
keinginan Ou Yang Khe.
“Walau
mereka bukan anggota Partai Pengemis, tapi mereka berdua teman lamaku. Siapa
yang menindas mereka, berarti tidak memandang aku si pengemis tua ini. Kalau
begitu aku akan sangat tidak senang.” jawab Hong Chi Khong membela Guo Jing dan
Huang Rong.
“Paman
Hong, kau dan pamanku setara, keponakan tidak berani mencari masalah. Ilmu
kungfumu sangat hebat, di dunia persilatan kau sangat dihormati. Seharusnya kau
tidak perlu perhitungan dengan kami yang junior ini. Seorang Ketua Partai
Kaypang, mana mungkin tidak memandang hal ini?” Ou Yang Khe kembali bersilat
lidah.
“Oh,
aku sudah mengerti. Dia ini ingin memutar balikkan fakta dan mengatakan aku
menindas junior.” Ujar Hong Chi Khong.
“Keponakan
tak berani,” jawab Ou Yang Khe dengan kewaspadaan tinggi.
Huang
Rong yang mendengar ini, segera mendapatkan siasat baru dan menjadikan situasi
ini untuk “memaksa” Hong Chi Khong agar mengangkat Jing Gege-nya sebagai murid.
“Chi
Khong, kupikir perkataan si Racun Kecil ini juga sangat masuk akal. Kau lihat!
Dengan posisimu saat ini, kau bertikai dengan Racun Kecil, bukankah akan
merusak nama baikmu?” ujar Huang Rong penuh siasat.
Hong
Chi Khong menatap Huang Rong curiga, menyadari jika gadis ini sedang memainkan
sebuah siasat.
“Gadis
kecil, kau sedang mainkan siasat apa? Jangan berputar-putar! Katakan saja
keinginan dari siasatmu ini,” jawab Hong Chi Khong mengerti.
Huang
Rong tertawa senang dan kembali merayu, “Aku ini sedang membantumu memikirkan
sebuah ide yang sangat bagus.” Jawab Huang Rong, yang hanya dijawab dengan
“OHHH...” dari Hong Chi Khong.
“Kau
sekarang terimalah Kakak Jing menjadi muridmu dan ajarilah dia 3 jurus terakhir
dari “18 Jurus Penakluk Naga”. Lalu kemudian biarkan Kakak Jing yang bertarung
dengannya. Ini bisa melindungi kita sekaligus menjaga nama baikmu. Bukankah itu
sangat bagus?” rayu Huang Rong dengan tersenyum manis.
“Benar.
Ini bagus sekali. Bagus untukmu. Bagus untuk Jing’er. Bagus untuk kalian
berdua, tapi tidak untukku.”jawab Hong Chi Khong. Mengerti bahwa Huang Rong
hanya ingin agar Kakak Jing-nya mendapat yang terbaik.
“Chi
Khong, aku ini demi kau,” Huang Rong kembali merayu.
“Demi
aku?” tanya Hong Chi Khong, sementara Huang Rong menganggukkan kepalanya
membenarkan.
“Benarkah
hanya demi aku, tidak untuk Jing’er?” lanjut Hong Chi Khong lagi. Huang Rong
hanya tersenyum malu tanpa mengatakan apa-apa lagi.
Namun
akhirnya Hong Chi Khong luluh juga dan bersedia menerima Guo Jing sebagai
muridnya.
“Jing’er,
kemari!” serunya pada Guo Jing yang hanya terbengong tak mengerti.
Huang
Rong yang mengerti maksud panggilan itu segera berlari ke arah Guo Jing.
“Kakak
Jing, maksud dari Chi Khong, kau sudah dengar jelas, kan?” ujar Huang Rong pada
kekasihnya yang agak sedikit telmi.
“Apa
maksudnya? Aku tak mengerti,” jawab Guo Jing dengan polosnya.
“Chi
Khong akan menerimamu jadi muridnya,” jawab Huang Rong menjelaskan.
“Hah?
Benarkah?” Guo Jing tampak shock mendengarnya.
“Berlututlah!”
seru Huang Rong, menyuruh sang kekasih berlutut. Guo Jing pun segera berlutut
dan menyembah pada gurunya.
“Guru
yang terhormat, murid menyembah pada Guru.” Ujar Guo Jing dengan penuh
semangat.
“Sudahlah,
bangun! Cepat bangun! Jing’er, kuberitahu kau, aku Pengemis Tua tak pernah
menerima murid sebelumnya. Ini karena aku rakus jadi pengecualian untuk hari
ini. Tapi aku haru katakan lebih dulu padamu, jika hari ini kau tak menang
melawan Ou Yang Khe, maka hubungan kita sebagai guru dan murid akan berakhir
juga hari ini,” ancam Hong Chi Khong.
“Murid
akan bertarung mati-matian. Tidak akan merusak nama baik Guru,” janji Guo Jing
dengan penuh tekad.
Akhirnya
Pengemis Utara, Hong Chi Khong mengajari sisa 3 jurus terakhir pada Guo Jing.
Walau sedikit lambat dalam belajar dan bahkan Ou Yang Khe pun sempat
meremehkan. Mengingat Guo Jing memang agak sedikit “lola”, jadi wajar saja jika
dia tak juga bisa menguasai 3 jurus terakhir dalam waktu sesingkat ini.
“Sudahlah!
Paman Hong, aku lihat sepertinya tunggu 8 tahun lagi saja baru bertanding,”
ujar Ou Yang Khe sengaja menjatuhkan mental Guo Jing.
“Apanya
yang menunggu 8 tahun atau 10 tahun? Kalau kau sudah mati bagaimana?” seru
Huang Rong galak.
“Adik
Rong, aku memandang wajah cantikmu jadi tidak akan perhitungan denganmu,” jawab
Ou Yang Khe dengan nada lebih lembut saat bicara kepada Huang Rong.
Guo
Jing hampir saja menyerah, untung saja Hong Chi Khong terus memberinya
semangat.
“Bodoh
itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Apa kau tahu? Banyak hal di dunia ini yang
berhasil dilakukan oleh orang bodoh,” ujar Chi Khong memberi semangat.
Chi
Khong kemudian menyuruh Guo Jing agar tidak lagi memukul pintu, namun langsung
memukul orang jahat di depan matanya. Guo Jing awalnya masih ragu karena dia
baru menguasai 50% saja. Tapi Hong Chi Khong berkata bahkan walau hanya 50%
saja sudah cukup untuk mengalahkan Ou Yang Khe.
Guo
Jing pun menurut dan mulai bertarung dengan Ou Yang Khe. Sayangnya Guo Jing
sempat kalah di awal. Huang Rong sempat takut Guo Jing akan kalah, namun
akhirnya dengan semangat tak pantang menyerah dan arahan dari sang guru, Guo
Jing dapat mengalahkan si playboy buruk rupa Ou Yang Khe dan membuatnya terluka
dalam.
Huang
Rong awalnya menyuruh Guo Jing membunuh Ou Yang Khe, namun Hong Chi Khong
melarangnya karena masih ingin memberi wajah pada si racun barat.
Setelah
Ou Yang Khe diusir pergi, Huang Rong kembali memainkan siasat, kali ini untuk
dirinya sendiri.
“Chi
Khong, kau pilih kasih,” ujarnya dengan cemberut.
“Aku
pilih kasih apa lagi?” jawab Chi Khong dengan raut wajah malas.
“Kau
angkat Kakak Jing jadi murid dan mengajarinya ilmu yang hebat, Rong’er sudah
sangat baik padamu, dan sering membuatkanmu makanan yang enak, tidak kau
pedulikan. Ini namanya pilih kasih.” Ujar Huang Rong, kembali bersiasat.
Hong
Chi Khong yang sudah tahu maksud terselubung gadis itu menolak mentah-mentah.
“Kau
ini. Kenapa bicara seperti ini? Aku tidak bisa menerimamu jadi murid. Ayahmu
Sesat Timur Huang tidak lebih buruk dariku, mengapa harus bersama pengemis
belajar kemampuan biasa ini? Jika ayahmu tahu, sikapnya yang buruk itu...Aku
tidak bisa membayangkannya. Jika dia tahu aku menerimamu jadi murid, dia pasti
beranggapan kalau aku meremehkannya. Masalah bisa jadi panjang. Tidak bisa
balik modal.” Jawab Hong Chi Khong, tak ingin mencari masalah dengan Sesat
Timur.
“Oh,
Chi Khong, ternyata ada juga yang kau takuti.” Pancing Huang Rong.
“Siapa
yang kutakuti?” Hong Chi Khong balik bertanya.
“Ayahku.”
Jawab Huang Rong.
“Aku
tak takut pada Sesat Tua Huang.” Sangkal Hong Chi Khong.
“Chi
Khong, jika kau tak takut maka terimalah aku jadi murid.” Ujar Huang Rong
dengan manis.
“Jika
aku menerimamu, aku pasti akan rugi,” Hong Chi Khong masih menolak.
“Lihat!
Kau takut pada ayahku, ayahku takut padaku. Nanti kalau kau dan ayahku
berkelahi, aku akan berdiri di depanmu untuk melindungimu. Dengan adanya aku
membantumu, ayahku tidak akan berani berbuat apa-apa. Benarkan, Chi Khong?” Bujuk
Huang Rong lagi dengan rayuan manisnya.
“Aku
tidak pernah takut pada siapa pun! Aku juga tak takut pada Sesat Tua Huang!”
Hong Chi Khong mulai terpancing.
“Benarkah?
Jika tidak takut maka terimalah aku jadi murid.” Lagi, Huang Rong tetep ngenyel
ingin menjadi murid Hong Chi Khong.
“Aku
tak mau menerimamu berarti aku takut. Aku tak takut, itu berarti aku...” Chi
Khong tampak terlihat bingung sendiri karena masuk dalam jebakan Huang Rong.
“Sebenarnya
kau sama sekali tak rugi.” Rayu Huang Rong sekali lagi.
“Ahhh..Aku
masuk dalam perangkapmu lagi. Kau ini..” Hong Chi Khong tampak tak mampu
berkata-kata.
“Guru
yang terhormat, terimalah hormat dari murid.” Huang Rong yang nakal langsung
spontan berlutut dan menyembah sebagai murid hahaha ^_^
“Hei
hei, tidak usah, Siapa yang tahu kau ada siasat lain apalagi?” gumam Hong Chi
Khong karena sukses dikibuli oleh gadis kecil berusia 15 tahun yang cerdas.
Akhirnya
Hong Chi Khong mau tidak mau menerima Huang Rong juga sebagai muridnya. Dan
sejak saat itu, Guo Jing dan Huang Rong tak hanya berstatus sebagai sepasang
kekasih namun juga saudara seperguruan.
Kelak
Hong Chi Khong akan mewariskan jabatan Ketua Partai Pengemis juga ilmu “36
Jurus Tongkat Pemukul Anjing” beserta tongkat gioknya kepada Huang Rong.
Setelah
meninggalkan kuil kosong tersebut, dalam perjalanan, sepasang kekasih tersebut
bertemu dengan utusan Mongol yang berniat menjalin kerjasama dengan pemerintah
Sung untuk bersama-sama mengalahkan penjajah Chin. Utusan Mongol tersebut, tak
lain dan tak bukan adalah Saudara angkat Guo Jing yaitu Tuoli, Guru Jebe dan
Putri Hua Cheng yang adalah tunangan Guo Jing.
Episode
berikutnya adalah saat di mana Huang Rong akhirnya tahu bahwa Guo Jing
sebenarnya telah memiliki seorang tunangan dan telah diangkat menjadi “Menantu
Pisau Emas Mongol” jauh sebelum pemuda itu bertemu dengannya dan mereka saling
jatuh cinta.
Huang
Rong yang shock akhirnya memilih pergi meninggalkan Guo Jing dan kembali ke Pulau
Persik, membuat Guo Jing harus mengejarnya ke Pulau Persik untuk meminta maaf
pada Huang Rong dan menjelaskan isi hatinya bahwa hanya Rong’er-lah yang
sebenarnya dia cintai.
So,
see you in the next episode...
Berikutnya : Episode 19 Part 1
Written by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar