Kamis, 15 November 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 18)

Karena pemilik blog ini adalah penggemar Guo Jing dan juga William Yang Xuwen jadi sudah pasti bahwa yang dibahas dalam blog ini pastilah seputar karakter Guo Jing dan pemeran Guo Jing adaptasi terbaru 2017 yaitu William Yang Xuwen. Adegan yang dibahas di blog inipun juga HANYA adegan antara Guo Jing dan Huang Rong semata. Jadi harap maklum bila blog ini terkesan tidak netral.

Karena blog ini dibuat berdasarkan kesukaan blogger pada artis dan film tertentu jadi intinya “I Just Write What I Want To Write” yang artinya “Aku hanya menulis apa yang ingin aku tulis”. Aku menulis bukan untuk membuat Anda bahagia, tapi aku menulis HANYA UNTUK membuat DIRIKU SENDIRI BAHAGIA ^_^

Bila kebetulan kita memiliki selera yang sama, maka blog ini adalah tempat yang cocok untuk ber-fangirling ria, namun bila ternyata kita memiliki selera yang berbeda, harap dimengerti bila setiap orang punya selera ^_^ Let’s respect other opinions, especially the blogger, because this is my blog, NOT your blog ^_^

 





Dalam episode kali ini, Guo Jing akhirnya resmi diangkat menjadi murid oleh Pengemis Utara, Hong Chi Khong dan diajari ketiga jurus terakhir dari “18 Jurus Penakluk Naga”, untuk mengalahkan si blangsak dan playboy (GAK) tampan, Ou Yang Khe. Ehem, bisa dibilang ini adalah duel antara Guo Jing vs Ou Yang Khe PART 2. Part 3-nya tar di Pulau Persik saat kedua pemuda itu ingin melamar Huang Rong untuk dijadikan istri. So, let’s the story continue....

**********

Dan kisahpun berlanjut... 
Setelah melepas kangen dengan peluk-pelukan di bawah pohon, karena beberapa hari tidak berjumpa setelah perpisahan di Wisma Awan, akhirnya suara gunturlah yang mampu “memisahkan” sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara ini hihihi ^_^ (Duh, jangan lama-lama dong peluk-peluk dedek William-ku, Jie-jie Liana kan jadi iri wkwkwk ^_^)


“Rong’er, ada suara guntur. Sepertinya akan segera turun hujan,” ujar Guo Jing seraya menatap ke langit yang mulai gelap. 

Huang Rong dengan enggan mengangkat kepalanya yang tadinya bersandar dengan nyaman di dada Guo Jing yang bidang dan menatap ke langit yang sama.

“Tadi aku saat berjalan kemari, aku melihat sebuah kuil kosong yang bisa digunakan untuk berteduh. Bagaimana jika kita berteduh di sana?” ajak Guo Jing.

Huang Rong hanya mengangguk tanpa kata dengan tersenyum manis, namun sepertinya gadis itu setengah melamun karena dia tidak segera mengikuti Guo Jing saat kekasihnya berkata, “Ayo!”.

Karena terlalu bahagia dapat bersama kembali dengan sang kekasih, Huang Rong tampak seperti “terkurung” dalam dunianya sendiri. Dia hanya berdiri sambil melamun dan tersenyum sendiri. Untunglah Guo Jing menyadari kalau kekasihnya kecilnya tercinta tidak berjalan mengikutinya, melainkan masih berdiri di tempat semula. Diapun berjalan kembali ke tempat Huang Rong berdiri dan menggandeng tangannya dengan tidak sabar, “Ayo Pergi!”

Sampai di kuil kosong tersebut, ternyata hujan sudah terlanjur turun dengan deras. Guo Jing dan Huang Rong sudah basah kuyup karena hujan. Saat mereka akan berjalan masuk ke dalam kuil kosong tersebut, mereka tak sengaja melihat tiga orang pengemis berbaju kotor sedang membicarakan tentang seorang Nona cantik dari toko pegadaian di kota Bao Ying.

Mengira bahwa ketiga pengemis tersebut adalah orang jahat yang berniat mempermainkan wanita, Guo Jing dan Huang Rong memutuskan untuk menghentikan mereka dan menolong nona tersebut. Guo Jing dan Huang Rong pun sempat bertarung dengan mereka, namun untunglah semua itu hanyalah kesalahpahaman.

Para pengemis tersebut justru sedang menolong Nona di toko pegadaian tersebut. Nona itu bernama Cheng Yao Jia. Kelak dia akan menjadi istri dari Lu Guan Ying (putra Ketua Lu Cheng Feng) dari Wisma Awan, di mana Lu Cheng Feng (ayah Lu Guan Ying) adalah kakak seperguruan Huang Rong. Jadi secara tidak langsung, Cheng Yao Jia adalah calon murid keponakan Huang Rong.

Ternyata selama ini banyak terjadi kasus penculikan gadis cantik. Dan kali ini sasarannya adalah Cheng Yao Jia dari toko pegadaian Tong Ren. Dan penculik yang sebenarnya adalah Ou Yang Khe. Huang Rong yang mengetahui hal ini akhirnya mengusulkan untuk menjebak Ou Yang Khe sekaligus menyelamatkan Cheng Yao Jia.

Huang Rong tahu bahwa para pelayan Ou Yang Khe akan menculik Cheng Yao Jia pada saat tengah malam dengan memberikan asap tidur agar dapat menculiknya. Itu sebabnya Huang Rong memutuskan untuk menyamar menjadi Cheng Yao Jia agar dialah yang diculik.


Huang Rong berpesan pada Guo Jing yang ilmu meringankan tubuhnya paling bagus di antara mereka semua untuk berjaga di atas genteng. Saat para pelayan Ou Yang Khe menculiknya, Guo Jing harus  mengikuti mereka dan meninggalkan tanda yang mudah dilihat agar para anggota partai pengemis dapat segera datang mengirim bantuan secepatnya.

Sayangnya, Ou Yang Khe sudah dapat memprediksi bahwa anggota partai pengemis pasti akan datang untuk membebaskan sandera. Yang dia tidak tahu adalah bahwa sanderanya sudah ditukar. Bukan Cheng Yao Jia yang mereka bawa ke sana melainkan Huang Rong.

Guo Jing yang khawatir dan takut terjadi pada kekasihnya, tanpa pikir panjang langsung menerobos masuk dan membebaskan Huang Rong. Setelah menjatuhkan karung tempat Huang Rong disekap, Guo Jing dengan cepat berlari menangkap tubuh Huang Rong agar tidak terjatuh menghantam tanah yang keras dan melukai kekasihnya.

“Rong’er.” Seru Guo Jing seraya meraih karung berisi Huang Rong dan membukanya. 

 

“Rong’er.” Ujar Ou Yang Khe terkejut. Melihat Huang Rong ada di sana, Ou Yang Khe tampak kaget dan tidak menyangka. Kaget bahwa “kejahatan kecilnya” disaksikan sendiri oleh Huang Rong.

Dia seolah-olah takut Huang Rong akan menilai buruk dirinya dan takkan ada kesempatan lagi untuk merebut hatinya. Walaupun image Ou Yang Khe sudah terlanjur buruk di mata Huang Rong sejak awal.

“Kenapa kau bisa ada di dalam karung ini? Kau tidak terluka, kan?” tanya Ou Yang Khe, mencoba merebut simpati Huang Rong yang sayangnya tidak berhasil.

Mereka sempat beradu mulut, Huang Rong menyuruh Ou Yang Khe untuk menyerah. Namun Ou Yang Khe hanya tertawa mencibir dan mengatakan bahwa bila hanya mengandalkan si bodoh ini (Guo Jing) dan beberapa pengemis busuk ini tentu tidak akan sanggup memaksanya untuk menyerah.


Huang Rong yang tak suka mendengar kekasihnya tercinta dimaki “bodoh” oleh orang lain, spontan maju menyerang Ou Yang Khe. Guo Jing yang melihat Huang Rong bertarung melawan Ou Yang Khe dan tak mungkin menang, spontan maju menggantikan sang kekasih. Guo Jing berpikir lebih baik dia yang terluka daripada kekasihnya yang terluka.

Seperti bisa diduga, Guo Jing pun sulit menang melawan Ou Yang Khe, untungnya tiba-tiba saja sebuah tulang kaki ayam meluncur ke arah Ou Yang Khe dan menjatuhkannya.

Ternyata Pengemis Utara, Hong Chi Khong telah tiba di sana. 
“Bagaimana? Pengemis busuk juga bisa menanganimu, kan?” ujar Hong Chi Khong pada Ou Yang Khe.

Melihat kedatangan Hong Chi Khong, Huang Rong segera mendekatinya untuk merayu. Mulailah rayuan gombal Huang Rong pada Hong Chi Khong agar Pengemis Tua itu bersedia menerima Jing Gege-nya menjadi murid dan mengajarinya ke-18 Jurus Penakluk Naga miliknya.

“Chi Khong, aku sudah bisa tebak kedatanganmu. Di dunia ini siapa lagi yang bisa memakai tulang kaki ayam sebagai senjata?” ujar Huang Rong dengan senyuman manisnya.

“Rong’er, ini beda jauh dengan masakanmu.” ujar Pengemis Tua itu seraya menunjukkan ayam yang dipegangnya. 

“Chi Khong, kau ini pilih kasih,” Huang Rong berpura-pura ngambek padahal dia sedang memainkan siasat. 
“Pilih kasih? Pilih kasih apa?” tanya Hong Chi Khong tak mengerti. 

“Lihat! Ada banyak anggota Kaypang di sini, tapi kau justru memberikan ayam itu pada si Racun Kecil. Apa itu namanya kalau bukan pilih kasih?” Huang Rong memulai siasatnya. 

“Kaki ayam itu adalah sisa makananku. Biasanya kuberikan pada anjing. Hari ini kuberikan padanya, apa ini pilih kasih?” jawab Chi Khong, membuat Huang Rong tertawa geli. Sementara Ou Yang Khe tampak jijik.

“Rong’er, kapan kau akan masak lagi Ayam Pengemis untukku?” Hong Chi Khong bertanya dengan ekspresi lapar. 

“Chi Khong, asalkan kau senang, Rong’er akan masak setiap hari untukmu. Hanya saja...” Huang Rong berpura-pura cemberut. 
“Kenapa?” tanya Chi Khong dengan sabar. 

“Sekarang ada orang yang ingin membunuhku dan Kakak Jing. Kelak Rong’er ingin masak makanan enak untukmu pun tak bisa lagi,” ujar Huang Rong memelas. Mengerti siapa yang dimaksud oleh Huang Rong, Chi Khong sponta menoleh pada Ou Yang Khe.

“Racun Kecil, apa orang yang dimaksud oleh Rong’er itu adalah kau?” tanya si Pengemis tua. 
“Keponakan Ou Yang Khe, memberi hormat pada Paman Hong,” jawab Ou Yang Khe memberi hormat. 

Masak kayak gini ada yang memujinya "si blangsak tampan" sih? Tampan dari mananya sih?
Keriput di mana-mana gitu loh 0__0 Apa ada yang salah dengan mata anda? *serius nanya*
Uupppss...maaf lupa. Let's respect other opinions, cause people have taste *sigh*

“Tak perlu sungkan. Kau hari ini lebih sopan dari sebelumnya. Kau panggil aku Paman, sungguh membuatku tak enak hati. Aku tak punya hadiah. Tulang kaki ayam tadi anggap saja sebagai hadiahku,: ujar Hong Chi Khong, sengaja mengerjai Ou Yang Khe. Kemudian dia merebut kipas Ou Yang Khe dan menjadikannya lap tangan. Hanya diambil kipasnya, Ou Yang Khe sudah terlihat ketakutan.

“Racun Kecil, kau di Gunung Barat tidak melayani Racun Tuamu dengan baik, malah ke China Daratan untuk membuat masalah. Apa kau pikir di sini tidak ada yang bisa melawanmu?” Hong Chi Khong tampak menginterogasi Ou Yang Khe.

“Keponakan tidak berani. Keponakan biasanya sangat hormat pada Paman Hong,” ujar Ou Yang Khe bersilat lidah. Dia tahu kungfu Hong Chi Khong setara dengan Pamannya, itu sebabnya dia tidak mau mencari masalah dengan Hong Chi Khong.

“Hormat? Kau datang ke China Daratan dan melecehkan wanita di sini. Apa itu yang namanya hormat?” sindir Huang Rong. 

“Kau menghina Partai Kaypang dan mengatai mereka pengemis busuk, apa itu namanya hormat?” Huang Rong terus menyerang Ou Yang Khe.

“Paman Hong, jika aku melakukan kesalahan dengan Partaimu, itu murni ketidaksengajaan. Mohon maaf darimu. Tapi hari ini Guo Jing dan Huang Rong yang lebih dulu mencari masalah denganku dan mereka juga bukan anggota Kaypang, jadi...” Ou Yang Khe bersilat lidah. Maksud dari ucapannya adalah bahwa tidak perlu melindungi Guo Jing dan Huang Rong karena mereka bukan anggota Kaypang.

“Jadi aku tak perlu ikut campur, kan?” sambung Hong Chi Khong, mengerti dengan jelas keinginan Ou Yang Khe.

“Walau mereka bukan anggota Partai Pengemis, tapi mereka berdua teman lamaku. Siapa yang menindas mereka, berarti tidak memandang aku si pengemis tua ini. Kalau begitu aku akan sangat tidak senang.” jawab Hong Chi Khong membela Guo Jing dan Huang Rong.

“Paman Hong, kau dan pamanku setara, keponakan tidak berani mencari masalah. Ilmu kungfumu sangat hebat, di dunia persilatan kau sangat dihormati. Seharusnya kau tidak perlu perhitungan dengan kami yang junior ini. Seorang Ketua Partai Kaypang, mana mungkin tidak memandang hal ini?” Ou Yang Khe kembali bersilat lidah.

“Oh, aku sudah mengerti. Dia ini ingin memutar balikkan fakta dan mengatakan aku menindas junior.” Ujar Hong Chi Khong. 
“Keponakan tak berani,” jawab Ou Yang Khe dengan kewaspadaan tinggi.

Huang Rong yang mendengar ini, segera mendapatkan siasat baru dan menjadikan situasi ini untuk “memaksa” Hong Chi Khong agar mengangkat Jing Gege-nya sebagai murid.

“Chi Khong, kupikir perkataan si Racun Kecil ini juga sangat masuk akal. Kau lihat! Dengan posisimu saat ini, kau bertikai dengan Racun Kecil, bukankah akan merusak nama baikmu?” ujar Huang Rong penuh siasat.

Hong Chi Khong menatap Huang Rong curiga, menyadari jika gadis ini sedang memainkan sebuah siasat. 
“Gadis kecil, kau sedang mainkan siasat apa? Jangan berputar-putar! Katakan saja keinginan dari siasatmu ini,” jawab Hong Chi Khong mengerti.

Huang Rong tertawa senang dan kembali merayu, “Aku ini sedang membantumu memikirkan sebuah ide yang sangat bagus.” Jawab Huang Rong, yang hanya dijawab dengan “OHHH...” dari Hong Chi Khong.

“Kau sekarang terimalah Kakak Jing menjadi muridmu dan ajarilah dia 3 jurus terakhir dari “18 Jurus Penakluk Naga”. Lalu kemudian biarkan Kakak Jing yang bertarung dengannya. Ini bisa melindungi kita sekaligus menjaga nama baikmu. Bukankah itu sangat bagus?” rayu Huang Rong dengan tersenyum manis.

“Benar. Ini bagus sekali. Bagus untukmu. Bagus untuk Jing’er. Bagus untuk kalian berdua, tapi tidak untukku.”jawab Hong Chi Khong. Mengerti bahwa Huang Rong hanya ingin agar Kakak Jing-nya mendapat yang terbaik.

“Chi Khong, aku ini demi kau,” Huang Rong kembali merayu. 
“Demi aku?” tanya Hong Chi Khong, sementara Huang Rong menganggukkan kepalanya membenarkan. 
“Benarkah hanya demi aku, tidak untuk Jing’er?” lanjut Hong Chi Khong lagi. Huang Rong hanya tersenyum malu tanpa mengatakan apa-apa lagi.

Namun akhirnya Hong Chi Khong luluh juga dan bersedia menerima Guo Jing sebagai muridnya. 
“Jing’er, kemari!” serunya pada Guo Jing yang hanya terbengong tak mengerti.


Huang Rong yang mengerti maksud panggilan itu segera berlari ke arah Guo Jing. 
“Kakak Jing, maksud dari Chi Khong, kau sudah dengar jelas, kan?” ujar Huang Rong pada kekasihnya yang agak sedikit telmi. 


“Apa maksudnya? Aku tak mengerti,” jawab Guo Jing dengan polosnya. 
“Chi Khong akan menerimamu jadi muridnya,” jawab Huang Rong menjelaskan. 
“Hah? Benarkah?” Guo Jing tampak shock mendengarnya. 
“Berlututlah!” seru Huang Rong, menyuruh sang kekasih berlutut. Guo Jing pun segera berlutut dan menyembah pada gurunya.

“Guru yang terhormat, murid menyembah pada Guru.” Ujar Guo Jing dengan penuh semangat. 
“Sudahlah, bangun! Cepat bangun! Jing’er, kuberitahu kau, aku Pengemis Tua tak pernah menerima murid sebelumnya. Ini karena aku rakus jadi pengecualian untuk hari ini. Tapi aku haru katakan lebih dulu padamu, jika hari ini kau tak menang melawan Ou Yang Khe, maka hubungan kita sebagai guru dan murid akan berakhir juga hari ini,” ancam Hong Chi Khong.

“Murid akan bertarung mati-matian. Tidak akan merusak nama baik Guru,” janji Guo Jing dengan penuh tekad.


Akhirnya Pengemis Utara, Hong Chi Khong mengajari sisa 3 jurus terakhir pada Guo Jing. Walau sedikit lambat dalam belajar dan bahkan Ou Yang Khe pun sempat meremehkan. Mengingat Guo Jing memang agak sedikit “lola”, jadi wajar saja jika dia tak juga bisa menguasai 3 jurus terakhir dalam waktu sesingkat ini.


“Sudahlah! Paman Hong, aku lihat sepertinya tunggu 8 tahun lagi saja baru bertanding,” ujar Ou Yang Khe sengaja menjatuhkan mental Guo Jing. 
“Apanya yang menunggu 8 tahun atau 10 tahun? Kalau kau sudah mati bagaimana?” seru Huang Rong galak. 

“Adik Rong, aku memandang wajah cantikmu jadi tidak akan perhitungan denganmu,” jawab Ou Yang Khe dengan nada lebih lembut saat bicara kepada Huang Rong.

Guo Jing hampir saja menyerah, untung saja Hong Chi Khong terus memberinya semangat. 
“Bodoh itu bukanlah sesuatu yang memalukan. Apa kau tahu? Banyak hal di dunia ini yang berhasil dilakukan oleh orang bodoh,” ujar Chi Khong memberi semangat.


Chi Khong kemudian menyuruh Guo Jing agar tidak lagi memukul pintu, namun langsung memukul orang jahat di depan matanya. Guo Jing awalnya masih ragu karena dia baru menguasai 50% saja. Tapi Hong Chi Khong berkata bahkan walau hanya 50% saja sudah cukup untuk mengalahkan Ou Yang Khe.

Guo Jing pun menurut dan mulai bertarung dengan Ou Yang Khe. Sayangnya Guo Jing sempat kalah di awal. Huang Rong sempat takut Guo Jing akan kalah, namun akhirnya dengan semangat tak pantang menyerah dan arahan dari sang guru, Guo Jing dapat mengalahkan si playboy buruk rupa Ou Yang Khe dan membuatnya terluka dalam.


Huang Rong awalnya menyuruh Guo Jing membunuh Ou Yang Khe, namun Hong Chi Khong melarangnya karena masih ingin memberi wajah pada si racun barat.

Setelah Ou Yang Khe diusir pergi, Huang Rong kembali memainkan siasat, kali ini untuk dirinya sendiri. 
“Chi Khong, kau pilih kasih,” ujarnya dengan cemberut. 
“Aku pilih kasih apa lagi?” jawab Chi Khong dengan raut wajah malas. 

“Kau angkat Kakak Jing jadi murid dan mengajarinya ilmu yang hebat, Rong’er sudah sangat baik padamu, dan sering membuatkanmu makanan yang enak, tidak kau pedulikan. Ini namanya pilih kasih.” Ujar Huang Rong, kembali bersiasat.

Hong Chi Khong yang sudah tahu maksud terselubung gadis itu menolak mentah-mentah. 
“Kau ini. Kenapa bicara seperti ini? Aku tidak bisa menerimamu jadi murid. Ayahmu Sesat Timur Huang tidak lebih buruk dariku, mengapa harus bersama pengemis belajar kemampuan biasa ini? Jika ayahmu tahu, sikapnya yang buruk itu...Aku tidak bisa membayangkannya. Jika dia tahu aku menerimamu jadi murid, dia pasti beranggapan kalau aku meremehkannya. Masalah bisa jadi panjang. Tidak bisa balik modal.” Jawab Hong Chi Khong, tak ingin mencari masalah dengan Sesat Timur.

“Oh, Chi Khong, ternyata ada juga yang kau takuti.” Pancing Huang Rong. 
“Siapa yang kutakuti?” Hong Chi Khong balik bertanya. 
“Ayahku.” Jawab Huang Rong. 
“Aku tak takut pada Sesat Tua Huang.” Sangkal Hong Chi Khong. 
“Chi Khong, jika kau tak takut maka terimalah aku jadi murid.” Ujar Huang Rong dengan manis. 
“Jika aku menerimamu, aku pasti akan rugi,” Hong Chi Khong masih menolak.

“Lihat! Kau takut pada ayahku, ayahku takut padaku. Nanti kalau kau dan ayahku berkelahi, aku akan berdiri di depanmu untuk melindungimu. Dengan adanya aku membantumu, ayahku tidak akan berani berbuat apa-apa. Benarkan, Chi Khong?” Bujuk Huang Rong lagi dengan rayuan manisnya.

“Aku tidak pernah takut pada siapa pun! Aku juga tak takut pada Sesat Tua Huang!” Hong Chi Khong mulai terpancing. 

“Benarkah? Jika tidak takut maka terimalah aku jadi murid.” Lagi, Huang Rong tetep ngenyel ingin menjadi murid Hong Chi Khong.

“Aku tak mau menerimamu berarti aku takut. Aku tak takut, itu berarti aku...” Chi Khong tampak terlihat bingung sendiri karena masuk dalam jebakan Huang Rong.

“Sebenarnya kau sama sekali tak rugi.” Rayu Huang Rong sekali lagi. 
“Ahhh..Aku masuk dalam perangkapmu lagi. Kau ini..” Hong Chi Khong tampak tak mampu berkata-kata.

“Guru yang terhormat, terimalah hormat dari murid.” Huang Rong yang nakal langsung spontan berlutut dan menyembah sebagai murid hahaha ^_^

“Hei hei, tidak usah, Siapa yang tahu kau ada siasat lain apalagi?” gumam Hong Chi Khong karena sukses dikibuli oleh gadis kecil berusia 15 tahun yang cerdas.


Akhirnya Hong Chi Khong mau tidak mau menerima Huang Rong juga sebagai muridnya. Dan sejak saat itu, Guo Jing dan Huang Rong tak hanya berstatus sebagai sepasang kekasih namun juga saudara seperguruan.

Kelak Hong Chi Khong akan mewariskan jabatan Ketua Partai Pengemis juga ilmu “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing” beserta tongkat gioknya kepada Huang Rong.

Setelah meninggalkan kuil kosong tersebut, dalam perjalanan, sepasang kekasih tersebut bertemu dengan utusan Mongol yang berniat menjalin kerjasama dengan pemerintah Sung untuk bersama-sama mengalahkan penjajah Chin. Utusan Mongol tersebut, tak lain dan tak bukan adalah Saudara angkat Guo Jing yaitu Tuoli, Guru Jebe dan Putri Hua Cheng yang adalah tunangan Guo Jing.

Episode berikutnya adalah saat di mana Huang Rong akhirnya tahu bahwa Guo Jing sebenarnya telah memiliki seorang tunangan dan telah diangkat menjadi “Menantu Pisau Emas Mongol” jauh sebelum pemuda itu bertemu dengannya dan mereka saling jatuh cinta.

Huang Rong yang shock akhirnya memilih pergi meninggalkan Guo Jing dan kembali ke Pulau Persik, membuat Guo Jing harus mengejarnya ke Pulau Persik untuk meminta maaf pada Huang Rong dan menjelaskan isi hatinya bahwa hanya Rong’er-lah yang sebenarnya dia cintai.

So, see you in the next episode... 

Berikutnya : Episode 19 Part 1

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads