Episode
kali ini adalah saat di mana Huang Rong akhirnya mengetahui bahwa Guo Jing
ternyata telah memiliki seorang tunangan. Karena saat di Mongolia, Guo Jing
sudah dijodohkan dengan seorang Putri Mongol bernama Hua Cheng (Go Chin) dan
diangkat menjadi “Menantu Pisau Emas Mongol”. Bagaimanakah reaksi Rong’er saat
mengetahui bahwa Jing Gege-nya ternyata telah bertunangan dengan gadis lain?
Let’s check this out below...
Dan
kisahpun berlanjut...
Setelah
meninggalkan kuil kosong tempat di mana Hong Chi Khong menerima Guo Jing sebagai
murid dan mengajarkannya “18 Jurus Penakluk Naga” secara komplit, sepasang
kekasih kecil tersebut, melanjutkan perjalanan mereka.
Di
tengah perjalanan, sepasang kekasih tersebut bertemu dengan utusan Mongol yang
berniat menjalin kerjasama dengan pemerintah Sung untuk bersama-sama
mengalahkan penjajah Chin. Utusan Mongol tersebut, tak lain dan tak bukan
adalah Saudara angkat Guo Jing yaitu Tuoli, Guru Jebe dan Putri Hua Cheng yang
adalah tunangan Guo Jing.
Sang Putri Mongol, Hua Cheng (Go Chin)
Hua
Cheng terkena tembakan panah dan terjatuh dari kudanya saat Pasukan Chin
mengejar dan ingin menangkap para utusan Mongol. Kedatangan utusan Mongol yang
diwakili oleh Pangeran Keempat Mongol, Tuo Li dan Guru Jebe ini adalah untuk
membangun aliansi dengan Kerajaan Sung agar bersama-sama mengalahkan dan
mengusir penjajah Chin. (walau ujung-ujungnya, Mongol sendiri mengkhianati Sung
dan berbalik menyerang Sung)
Hua
Cheng awalnya tidak diajak, namun dia diam-diam mengikuti Kakak keempatnya
dengan tujuan ingin mencari Guo Jing karena sudah sangat merindukannya. Tak
disangka, di tengah perjalanan, mereka diserang oleh sekumpulan Pasukan Chin
yang dipimpin oleh Wan Yen Hong Lieh (ayah angkat Yang Kang).
Note
: Adegan Yang Kang, Wan Yen Hong Lieh dan Mu Nian Chi diskip aja ya, gak
penting bagi bloggernya soalnya. Lagipula ini kan memang BUKAN SINOPSIS
melainkan potongan adegan Guo Jing dan Huang Rong semata ^_^
Guo
Jing dan Huang Rong yang berniat mengejar Wan Yen Hong Lieh ke kota Lin’an, tak
sengaja kembali bertemu dengan para utusan Mongol. Karena waktu perjanjian
aliansi dengan Kerajaan Sung telah semakin dekat, akhirnya Tuoli memutuskan
untuk menitipkan Hua Cheng yang sedang terluka dalam perlindungan Guo Jing.
Huang
Rong yang cerdas tentu bisa merasakan ada sesuatu yang salah di sini. Apalagi
setelah dia mendengar Hua Cheng selalu menggumamkan nama Guo Jing dalam
mimpinya. Dan Guo Jing pun terlihat begitu perhatian pada Hua Cheng.
Huang
Rong pun akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada kekasihnya saat mereka
bersama-sama memetik daun obat di tengah hutan.
“Jing
Gege, jika ada masalah katakan saja,” ujar Huang Rong penasaran.
Guo
Jing tampak sudah menduga kalau kekasihnya yang cerdas pasti sudah “mencium”
sesuatu.
“Aku
takut jika aku mengatakannya maka kau akan marah.” Jawab Guo Jing dengan jujur.
“Kau
tidak katakan, justru aku akan marah.” jawab Huang Rong dengan pengertian.
“Saat
kecil, banyak yang menertawai aku bodoh, sering dikerjai. Hanya Hua Cheng dan
Tuoli An Ta yang baik padaku. Dan juga Khan Agung, dialah yang selalu menjagaku
dan Ibu. Jika tidak ada mereka, aku dan ibuku mungkin sudah mati di Gurun.” Guo
Jing mulai menceritakan masa kecilnya di gurun dengan jujur.
“Jadi
seperti itu. Kalau begitu kau pasti sangat berterima kasih pada mereka, kan?”
tebak Huang Rong dengan pengertian. Guo Jing mengangguk mengiyakan.
“Aku
juga berterima kasih pada mereka. Sebelum Rong’er bertemu Kakak Jing, sudah
membantu Rong’er menjaga Kakak Jing.” Lanjut Huang Rong denga tersenyum manis.
Benar-benar seorang gadis yang baik dan pengertian.
Melihat Huang Rong begitu baik dan pengertian, membuat Guo Jing semakin merasa bersalah karena telah menyembunyikan "kebenaran" ini darinya. Tapi Guo Jing juga tidak tahu bagaimana cara mengatakannya. Setiap saat dia ingin mengatakannya, kalimatnya selalu tersangkut di tenggorokan. Dia takut jika dia mengatakannya, maka Huang Rong pasti akan sakit hati dan memutuskan hubungan mereka.
“Rong’er,
aku bodoh. Aku tidak tahu bagaimana harus memberitahumu.” Ujar Guo Jing dengan
jujur, namun rasa bersalah tetap muncul di wajah tampannya.
“Kakak
Jing, apa kau menyukai Putri Mongol itu?” tanya Huang Rong, ingin memastikan
sekali lagi perasaan Guo Jing padanya, siapa yang ada di hati pemuda itu
sebenarnya.
“Aku
hanya menganggap Hua Cheng seperti adik kandungku,” jawab Guo Jing spontan,
tanpa berpikir panjang. Dia berkata jujur dan jawabannya membuat Huang Rong
tersenyum lega.
“Aku
mengerti.” Ujar Huang Rong dengan tersenyum gembira.
“Kau
mengerti?” ulang Guo Jing tak mengerti.
“Saat
dia pingsan, dia terus memanggil namamu. Aku tebak 80-90 % Putri Mongol itu
pasti menyukaimu.” Ujar Huang Rong yang memang cerdas.
“Ibuku
juga berkata seperti itu.” jawab Guo Jing dengan polosnya.
“Aku
tak salah tebak. Hati wanita, sekali lihat aku sudah tahu.” Huang Rong berkata
dengan ceria, sama sekali tidak curiga.
Dia
berpikir asalkan Guo Jing tak suka pada Putri Mongol itu maka tak ada yang
perlu dikhawatirkan.
“Rong’er,
kau jangan marah,” pinta Guo Jing, masih dengan ekspresi takut jika kekasih
kecilnya akan marah.
“Untuk
apa aku marah? Ada yang menyukai Jing Gege, ini membuktikan bahwa aku
berselera. Aku sungguh sangat senang.” jawab Huang Rong dengan riang.
“Rong’er,
aku...” Guo Jing tampak ingin menjelaskan lebih lanjut mengenai hubungannya
dengan Hua Cheng, namun Huang Rong telah lebih dulu memotong kalimatnya.
“Kakak
Jing, kau sudah mengatakan hanya menganggapnya seperti adik kandung sendiri,
jika Rong’er masih marah, bukankah itu berarti aku sangat picik?” jawab Huang
Rong dengan pengertian, tanpa menyadari bahwa setelah ini dia akan mendengar
kabar yang menyakitkan.
Setelah
pulang ke rumah (yang lagi-lagi aku bingung nih rumah dapet dari mana), Guo
Jing dengan penuh perhatian menyuapi Hua Cheng yang masih belum sadarkan diri.
Dan beberapa saat kemudian, Hua Cheng mulai membuka matanya dan sangat senang
mengetahui bahwa Guo Jing ada di sana dan merawatnya.
Hua
Cheng sambil menangis menjelaskan bahwa mereka telah diserang oleh pasukan
Chin. Dan Hua Cheng tidak tahu apa yang terjadi pada Kakak keempatnya dan juga
Guru Jebe. Guo Jing meminta Hua Cheng tak perlu khawatir karena Tuoli-lah yang
memintanya untuk menjaganya saat ini.
Didorong
oleh kerinduannya yang dalam pada sang tunangan, Hua Cheng kemudian memeluk Guo
Jing dengan erat. Guo Jing tampak tak nyaman saat Hua Cheng memeluknya.
“Hua
Cheng, kau jangan seperti ini,” ujar Guo Jing, berusaha melepaskan pelukan Hua
Cheng. Dia tampak tak nyaman saat ada gadis lain memeluknya.
(Padahal
sama Rong’er mah, dia main peluk-peluk aja. Peluknya pake dikekep pula ^_^)
“Aku
sangat merindukanmu. Kita jangan berpisah lagi, ya. Aku tak mau kau
meninggalkan aku lagi.”
Hua
Cheng tetap tidak mau melepaskan pelukannya.
“Hua
Cheng, sebenarnya aku...” Guo Jing ingin menjelaskan bahwa dia telah jatuh
cinta dengan gadis lain, dan hanya menganggap Hua Cheng sebagai adik kandung.
Tapi belum sempat dia mengatakan isi hatinya, Huang Rong telah tiba di depan
pintu dan melihat mereka berpelukan.
Huang Rong kemudian masuk dan meletakkan nampan yang dibawanya dengan suara keras di atas meja untuk menunjukkan kehadirannya, membuat Guo Jing spontan menoleh ke arahnya dengan panik.
Huang Rong kemudian masuk dan meletakkan nampan yang dibawanya dengan suara keras di atas meja untuk menunjukkan kehadirannya, membuat Guo Jing spontan menoleh ke arahnya dengan panik.
“Rong’er...”
panggil Guo Jing panik saat melihat kekasihnya pergi dengan marah.
Guo
Jing tampak berusaha keras melepaskan pelukan Hua Cheng.
“Hua
Cheng, tunggu sebentar!” ujar Guo Jing yang tampak panik dan secepat kilat
berlari mengejar kekasihnya.
“Rong’er!
Rong’er!” seru Guo Jing dengan panik seraya mengejar Huang Rong.
“Rong’er,
kau dengarkan dulu penjelasanku.” Ujar Guo Jing penuh permohonan seraya berdiri
di depan gadis itu, menghalangi jalannya.
“Tidak
perlu! Tadi aku sudah melihatnya dengan jelas.” Jawab Huang Rong yang masih
cemburu melihat kekasihnya memeluk wanita lain, atau mungkin lebih tepatnya,
melihat kekasihnya dipeluk wanita lain.
“Sebenarnya
itu bukan seperti yang kau pikirkan. Hua Cheng sedang sakit jadi perasaannya
masih tidak stabil.” Guo Jing membela diri, berusaha menjelaskan agar
kekasihnya tidak salah paham dan marah padanya.
“Tapi
dia memelukmu dengan erat seperti itu. Tidak bisa membedakan antara pria dan
wanita. Sebenarnya kau dan dia ada hubungan apa?” tanya Huang Rong curiga.
Huang Rong masih diliputi kecemburuannya.
Tepat
pada saat itulah, Hua Cheng tiba-tiba muncul dari dalam rumah dan menjawab
pertanyaannya, jawaban yang tak berani dikatakan langsung oleh Guo Jing.
“Aku
adalah Putri Mongol. Dan Guo Jing adalah Menantu Pisau Emas Mongol. Menurutmu
kami berdua ada hubungan apa?” jawab Hua Cheng, menjelaskan hubungannya dengan
Guo Jing.
Huang
Rong sangat shock mendengarnya, dia mulai berlinang air mata. Guo Jing yang
melihat kekasih kecilnya menangis, segera menarik tubuhnya agar menghadap ke
arahnya dan menggenggam kedua tangannya erat.
“Rong’er,
aku...Aku...” Guo Jing tampak ingin menjelaskan agar Huang Rong tak salah
paham, tapi kenyataannya memang Hua Cheng adalah gadis yang telah dijodohkan
dengannya.
“Apakah
itu benar?” tanya Huang Rong dengan shock dan patah hati. Guo
Jing yang jujur dan menganggap bahwa ini memang benar, hanya mampu menjawab
pelan dengan penuh penyesalan.
“Itu
benar.” Jawabnya dengan jujur.
Sebuah jawaban
jujur yang membuat hati Huang Rong hancur berkeping-keping. Ternyata selama ini dia
jatuh cinta dan berpacaran dengan seorang pria yang sudah memiliki tunangan.
“Kenapa?
Kenapa sejak awal kau tak pernah memberitahuku? Kenapa sejak awal kau tak
pernah memberitahuku?” ujar Huang Rong lirih dengan air mata berlinang di
pipinya.
Kemudian
dia melepaskan genggaman tangan Guo Jing di kedua tangannya dan berlari pergi
meninggalkan pemuda itu.
“Rong’er!
Rong’er!” panggil Guo Jing panik, berusaha menghentikan kepergian kekasihnya.
“Guo
Jing!” Hua Cheng memanggil Guo Jing agar Guo Jing tidak mengejar Huang Rong,
tapi Guo Jing tidak mempedulikan panggilan Hua Cheng dan tetap berlari mengejar
Rong’er.
Namun
sayangnya, entah bagaimana bisa, Guo Jing kehilangan jejak Huang Rong (padahal
tadi jelas-jelas Guo Jing langsung mengejar di belakangnya). Guo Jing kembali
ke rumah kecil tadi untuk mencari Hua Cheng namun dia juga tidak menemukan Hua
Cheng di mana-mana. Hua Cheng pun sudah pergi entah ke mana.
Namun
karena yang ada di hati Guo Jing hanya Huang Rong seorang, dia bukannya mencari
keberadaan Hua Cheng yang entah di mana (padahal dia disuruh menjaga Hua Cheng
tuh sama Tuoli), tapi dia justru memutuskan untuk pergi ke Pulau Persik mencari
Rong’er dan menjelaskan isi hatinya yang sebenarnya kepada gadis itu, bahwa
yang dia cintai hanya Huang Rong seorang dan selamanya dia hanya akan
menganggap Hua Cheng sebagai adik kandung saja. Perasaannya pada Hua Cheng
hanya murni perasaan kakak kepada adik perempuannya, BUKAN perasaan pria kepada
wanita.
Episode
berikutnya adalah adegan melamar di Pulau Persik : Guo Jing vs Ou Yang Khe Part
3. Kedua pemuda yang bersaing 3 babak agar bisa mempersunting Huang Rong. Walau
Guo Jing sempat dipandang remeh oleh Huang Yao Shi dan Ou Yang Khe, namun
akhirnya Guo Jing mampu memenangkan pertandingan memilih menantu ini secara
ajaib hihihi ^_^
So,
see you in the next episode...
Berikutnya : Episode 19-20
Blogger Opinion :
Dalam
episode kali ini, kita akan kembali menikmati sebuah modifikasi kecil yang
manis, sebuah hasil inovasi kreatif dari sang penulis skenario, yang sama sekali
TIDAK MENGUBAH INTI dan ALUR CERITA namun hanya mengubah URUTAN adegannya semata.
Seharusnya dalam novel, moment di mana Huang Rong mengetahui bahwa Guo Jing
telah dijodohkan dengan seorang Putri Mongol adalah ketika Guo Jing dan Huang
Rong menyembuhkan diri di ruang rahasia di Desa Niu.
Saat
itu, Guru Jebe, Tolui dan Hua Cheng datang mencari Guo Jing ke Desa Niu. Dan
pada waktu yang bersamaan tak sengaja bertemu dengan Yang Kang yang mengarang
kebohongan bahwa Guo Jing telah tewas dibunuh oleh Ketua Pulau Persik, Huang
Yao Shi. Dan pada saat melamar di Pulau Persik, Huang Rong masih belum tahu
jika Guo Jing telah memiliki tunangan.
Namun
dalam versi terbaru 2017 ini, urutan adegannya dibalik. Huang Rong telah
mengetahui perihal perjodohan Guo Jing dengan Sang Putri Mongol sejak awal.
Bahkan Huang Rong sempat meninggalkan Guo Jing dan pulang ke Pulau Persik
karena patah hati saat mengetahui kekasih hatinya telah memiliki tunangan. Hal
ini membuat Guo Jing nekat datang ke Pulau Persik untuk menemui kekasih kecilnya
dan menjelaskan isi hatinya yang sebenarnya.
Walaupun niat awalnya adalah untuk
mengantar nyawa, tapi kemudian niatnya berubah menjadi ingin meminta kesempatan untuk menjelaskan isi hatinya dan melamar Huang Rong
sebagai bukti cintanya dan bukti bahwa hanya Huang Rong-lah gadis yang ingin dia nikahi.
Inovasi
kecil yang super kreatif ini membuat serial ini terasa semakin manis dan
romantis. Kalau dalam versi-versi sebelumnya, Guo Jing melamar Huang Rong HANYA
KARENA OU YANG KHE DATANG dan merasa terancam. Jadi Ou Yang Khe melamar lebih
dulu, baru Guo Jing ikutan melamar.
Namun
kali ini, GUO JING yang LEBIH DULU INGIN MELAMAR HUANG RONG. Dia sudah
memutuskan bahwa yang ingin dia nikahi adalah Huang Rong, BUKAN Hua Cheng.
Barulah tak lama kemudian, Ou Yang Khe datang dengan keinginan yang sama.
Jadi
dalam versi 2017 ini, Guo Jing LEBIH DULU MENCURI START dan ini yang membuat
karakter Guo Jing tampak lebih manis dan romantis dibandingkan versi yang
sudah-sudah.
Well, Guo Jing yang romantis inilah yang kusukai, sejak dulu, aku
berharap karakter Guo Jing memang lebih romantis dan akhirnya baru terkabul
di versi terbaru 2017 ini, ditambah lagi yang memerankan karakter Guo Jing adalah aktor muda berwajah tampan (William Yang Xuwen), rasanya sangat senang karena semua keinginanku akhirnya terkabul ^_^ Guo Jing yang ganteng kayak Julian Cheung plus lebih romantis dari semua versi yang pernah ada.
Dai Wen Wen as Putri Mongol, Hua Cheng (Go Chin) 2017
Btw,
pemeran Putri Mongol - Hua Cheng yaitu Dai Wen Wen memang adalah pemeran Putri
Mongol TERCANTIK dari semua adaptasi yang ada. Dulu saat serial ini belum resmi
ditayangkan dan hanya melihat melalui foto-foto Behind The Scene-nya, aku
sempat berpikir kalau Putri Mongol begini cantik dan imut, kok rasanya lebih
ingin Guo Jing memilih Putri Mongol, ya?
Tapi
setelah menonton serial ini secara langsung, akhirnya aku kembali pada
keputusan bahwa tidak peduli secantik apa pun pemeran Putri Mongol, karakternya
tetap menyebalkan.
Putri Mongol tercantik : Hua Cheng 2017 (played by : Dai Wen Wen)
Rasanya
sangat benci saat melihat adegan Guo Jing lebih memilih menepati janjinya untuk
menikahi Hua Cheng daripada memperjuangkan cintanya pada Huang Rong. Dan Hua
Cheng sendiri, jelas-jelas dia tahu bahwa calon suaminya mencintai gadis lain,
kenapa dia seolah tidak peduli? Apa Hua Cheng sudah tak punya harga diri lagi?
Jika
aku adalah Hua Cheng, aku pasti tersiksa lahir dan batin jika aku menikahi seorang
pria yang di dalam hatinya ada wanita lain. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya
hati seorang istri bila setiap malam dia tidur dengan seorang pria yang memeluknya namun
dalam mimpinya, sang suami selalu memimpikan wanita lain dan menggumamkan nama
wanita lain dalam tidurnya. Merindukannya siang dan malam.
Apa
Hua Cheng begitu bodoh hingga bersedia hidup dalam kebohongan pernikahan? Apa
hatinya tidak akan merasa tersayat jika
dia mendengar Guo Jing menggumamkan nama Huang Rong setiap malam dan
merindukannya? Kenapa harus memaksakan sebuah pernikahan di mana tidak ada
cinta di dalamnya? Bukankah itu hanya akan menyakiti diri si wanita sendiri?
Tapi cinta memang buta, mungkin Hua Cheng berpikir asalkan dia memiliki tubuh
Guo Jing di sisinya, dia tidak peduli pada hatinya. Inilah yang membuat karakter Hua Cheng selalu menyebalkan -__-
Chan Pui Shan as Princess Hua Cheng (Go Chin) 1994.
Satu-satunya Putri Mongol yang karakternya tidak menyebalkan.
HANYA Chan Pui Shan yaitu Hua Cheng 1994 saja yang karakternya benar-benar manis dan jauh dari kesan menyebalkan. Untung saja Dai Wen Wen imut dan cantik, jadi masih termaafkan. Kalau jelek kayak Xie Na (2008), gak ada ampun deh, pasti akan kubashing habis-habisan hihihi ^_^
Untung
saja Khan mendesak mati Ibu Guo Jing, jadi karena merasa bersalah, Hua Cheng
sendiri yang membatalkan pernikahan mereka dan membebaskan Guo Jing. Karena
jika tidak, Guo Jing selamanya pasti akan terperangkap dalam pernikahan tanpa
cinta.
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar