Sabtu, 17 November 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 19 Part 1)

Episode kali ini adalah saat di mana Huang Rong akhirnya mengetahui bahwa Guo Jing ternyata telah memiliki seorang tunangan. Karena saat di Mongolia, Guo Jing sudah dijodohkan dengan seorang Putri Mongol bernama Hua Cheng (Go Chin) dan diangkat menjadi “Menantu Pisau Emas Mongol”. Bagaimanakah reaksi Rong’er saat mengetahui bahwa Jing Gege-nya ternyata telah bertunangan dengan gadis lain? Let’s check this out below...






Dan kisahpun berlanjut...
Setelah meninggalkan kuil kosong tempat di mana Hong Chi Khong menerima Guo Jing sebagai murid dan mengajarkannya “18 Jurus Penakluk Naga” secara komplit, sepasang kekasih kecil tersebut, melanjutkan perjalanan mereka.

Di tengah perjalanan, sepasang kekasih tersebut bertemu dengan utusan Mongol yang berniat menjalin kerjasama dengan pemerintah Sung untuk bersama-sama mengalahkan penjajah Chin. Utusan Mongol tersebut, tak lain dan tak bukan adalah Saudara angkat Guo Jing yaitu Tuoli, Guru Jebe dan Putri Hua Cheng yang adalah tunangan Guo Jing.

Sang Putri Mongol, Hua Cheng (Go Chin)

Hua Cheng terkena tembakan panah dan terjatuh dari kudanya saat Pasukan Chin mengejar dan ingin menangkap para utusan Mongol. Kedatangan utusan Mongol yang diwakili oleh Pangeran Keempat Mongol, Tuo Li dan Guru Jebe ini adalah untuk membangun aliansi dengan Kerajaan Sung agar bersama-sama mengalahkan dan mengusir penjajah Chin. (walau ujung-ujungnya, Mongol sendiri mengkhianati Sung dan berbalik menyerang Sung)

Hua Cheng awalnya tidak diajak, namun dia diam-diam mengikuti Kakak keempatnya dengan tujuan ingin mencari Guo Jing karena sudah sangat merindukannya. Tak disangka, di tengah perjalanan, mereka diserang oleh sekumpulan Pasukan Chin yang dipimpin oleh Wan Yen Hong Lieh (ayah angkat Yang Kang).

Note : Adegan Yang Kang, Wan Yen Hong Lieh dan Mu Nian Chi diskip aja ya, gak penting bagi bloggernya soalnya. Lagipula ini kan memang BUKAN SINOPSIS melainkan potongan adegan Guo Jing dan Huang Rong semata ^_^


Guo Jing dan Huang Rong yang berniat mengejar Wan Yen Hong Lieh ke kota Lin’an, tak sengaja kembali bertemu dengan para utusan Mongol. Karena waktu perjanjian aliansi dengan Kerajaan Sung telah semakin dekat, akhirnya Tuoli memutuskan untuk menitipkan Hua Cheng yang sedang terluka dalam perlindungan Guo Jing.

Huang Rong yang cerdas tentu bisa merasakan ada sesuatu yang salah di sini. Apalagi setelah dia mendengar Hua Cheng selalu menggumamkan nama Guo Jing dalam mimpinya. Dan Guo Jing pun terlihat begitu perhatian pada Hua Cheng.


Huang Rong pun akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada kekasihnya saat mereka bersama-sama memetik daun obat di tengah hutan. 
“Jing Gege, jika ada masalah katakan saja,” ujar Huang Rong penasaran.

Guo Jing tampak sudah menduga kalau kekasihnya yang cerdas pasti sudah “mencium” sesuatu. 
“Aku takut jika aku mengatakannya maka kau akan marah.” Jawab Guo Jing dengan jujur. 
“Kau tidak katakan, justru aku akan marah.” jawab Huang Rong dengan pengertian.


“Saat kecil, banyak yang menertawai aku bodoh, sering dikerjai. Hanya Hua Cheng dan Tuoli An Ta yang baik padaku. Dan juga Khan Agung, dialah yang selalu menjagaku dan Ibu. Jika tidak ada mereka, aku dan ibuku mungkin sudah mati di Gurun.” Guo Jing mulai menceritakan masa kecilnya di gurun dengan jujur.

“Jadi seperti itu. Kalau begitu kau pasti sangat berterima kasih pada mereka, kan?” tebak Huang Rong dengan pengertian. Guo Jing mengangguk mengiyakan.

“Aku juga berterima kasih pada mereka. Sebelum Rong’er bertemu Kakak Jing, sudah membantu Rong’er menjaga Kakak Jing.” Lanjut Huang Rong denga tersenyum manis. Benar-benar seorang gadis yang baik dan pengertian. 

Melihat Huang Rong begitu baik dan pengertian, membuat Guo Jing semakin merasa bersalah karena telah menyembunyikan "kebenaran" ini darinya. Tapi Guo Jing juga tidak tahu bagaimana cara mengatakannya. Setiap saat dia ingin mengatakannya, kalimatnya selalu tersangkut di tenggorokan. Dia takut jika dia mengatakannya, maka Huang Rong pasti akan sakit hati dan memutuskan hubungan mereka.


“Rong’er, aku bodoh. Aku tidak tahu bagaimana harus memberitahumu.” Ujar Guo Jing dengan jujur, namun rasa bersalah tetap muncul di wajah tampannya.

“Kakak Jing, apa kau menyukai Putri Mongol itu?” tanya Huang Rong, ingin memastikan sekali lagi perasaan Guo Jing padanya, siapa yang ada di hati pemuda itu sebenarnya.

“Aku hanya menganggap Hua Cheng seperti adik kandungku,” jawab Guo Jing spontan, tanpa berpikir panjang. Dia berkata jujur dan jawabannya membuat Huang Rong tersenyum lega.


“Aku mengerti.” Ujar Huang Rong dengan tersenyum gembira. 
“Kau mengerti?” ulang Guo Jing tak mengerti.

“Saat dia pingsan, dia terus memanggil namamu. Aku tebak 80-90 % Putri Mongol itu pasti menyukaimu.” Ujar Huang Rong yang memang cerdas. 
“Ibuku juga berkata seperti itu.” jawab Guo Jing dengan polosnya.

“Aku tak salah tebak. Hati wanita, sekali lihat aku sudah tahu.” Huang Rong berkata dengan ceria, sama sekali tidak curiga.

Dia berpikir asalkan Guo Jing tak suka pada Putri Mongol itu maka tak ada yang perlu dikhawatirkan. 
“Rong’er, kau jangan marah,” pinta Guo Jing, masih dengan ekspresi takut jika kekasih kecilnya akan marah.


“Untuk apa aku marah? Ada yang menyukai Jing Gege, ini membuktikan bahwa aku berselera. Aku sungguh sangat senang.” jawab Huang Rong dengan riang.

“Rong’er, aku...” Guo Jing tampak ingin menjelaskan lebih lanjut mengenai hubungannya dengan Hua Cheng, namun Huang Rong telah lebih dulu memotong kalimatnya.

“Kakak Jing, kau sudah mengatakan hanya menganggapnya seperti adik kandung sendiri, jika Rong’er masih marah, bukankah itu berarti aku sangat picik?” jawab Huang Rong dengan pengertian, tanpa menyadari bahwa setelah ini dia akan mendengar kabar yang menyakitkan.

Setelah pulang ke rumah (yang lagi-lagi aku bingung nih rumah dapet dari mana), Guo Jing dengan penuh perhatian menyuapi Hua Cheng yang masih belum sadarkan diri. Dan beberapa saat kemudian, Hua Cheng mulai membuka matanya dan sangat senang mengetahui bahwa Guo Jing ada di sana dan merawatnya.


Hua Cheng sambil menangis menjelaskan bahwa mereka telah diserang oleh pasukan Chin. Dan Hua Cheng tidak tahu apa yang terjadi pada Kakak keempatnya dan juga Guru Jebe. Guo Jing meminta Hua Cheng tak perlu khawatir karena Tuoli-lah yang memintanya untuk menjaganya saat ini.


Didorong oleh kerinduannya yang dalam pada sang tunangan, Hua Cheng kemudian memeluk Guo Jing dengan erat. Guo Jing tampak tak nyaman saat Hua Cheng memeluknya. 

“Hua Cheng, kau jangan seperti ini,” ujar Guo Jing, berusaha melepaskan pelukan Hua Cheng. Dia tampak tak nyaman saat ada gadis lain memeluknya. 
(Padahal sama Rong’er mah, dia main peluk-peluk aja. Peluknya pake dikekep pula ^_^)


“Aku sangat merindukanmu. Kita jangan berpisah lagi, ya. Aku tak mau kau meninggalkan aku lagi.”
Hua Cheng tetap tidak mau melepaskan pelukannya. 

“Hua Cheng, sebenarnya aku...” Guo Jing ingin menjelaskan bahwa dia telah jatuh cinta dengan gadis lain, dan hanya menganggap Hua Cheng sebagai adik kandung. 

“Hua Cheng, aku...” lagi, Guo Jing ingin menjelaskan tapi tak tahu harus mulai dari mana.


Tapi belum sempat dia mengatakan isi hatinya, Huang Rong telah tiba di depan pintu dan melihat mereka berpelukan.

Huang Rong kemudian masuk dan meletakkan nampan yang dibawanya dengan suara keras di atas meja untuk menunjukkan kehadirannya, membuat Guo Jing spontan menoleh ke arahnya dengan panik. 
“Rong’er...” panggil Guo Jing panik saat melihat kekasihnya pergi dengan marah.


Guo Jing tampak berusaha keras melepaskan pelukan Hua Cheng. 
“Hua Cheng, tunggu sebentar!” ujar Guo Jing yang tampak panik dan secepat kilat berlari mengejar kekasihnya. 
“Rong’er! Rong’er!” seru Guo Jing dengan panik seraya mengejar Huang Rong.

“Rong’er, kau dengarkan dulu penjelasanku.” Ujar Guo Jing penuh permohonan seraya berdiri di depan gadis itu, menghalangi jalannya.

“Tidak perlu! Tadi aku sudah melihatnya dengan jelas.” Jawab Huang Rong yang masih cemburu melihat kekasihnya memeluk wanita lain, atau mungkin lebih tepatnya, melihat kekasihnya dipeluk wanita lain.

“Sebenarnya itu bukan seperti yang kau pikirkan. Hua Cheng sedang sakit jadi perasaannya masih tidak stabil.” Guo Jing membela diri, berusaha menjelaskan agar kekasihnya tidak salah paham dan marah padanya.

“Tapi dia memelukmu dengan erat seperti itu. Tidak bisa membedakan antara pria dan wanita. Sebenarnya kau dan dia ada hubungan apa?” tanya Huang Rong curiga. Huang Rong masih diliputi kecemburuannya.

Tepat pada saat itulah, Hua Cheng tiba-tiba muncul dari dalam rumah dan menjawab pertanyaannya, jawaban yang tak berani dikatakan langsung oleh Guo Jing.

“Aku adalah Putri Mongol. Dan Guo Jing adalah Menantu Pisau Emas Mongol. Menurutmu kami berdua ada hubungan apa?” jawab Hua Cheng, menjelaskan hubungannya dengan Guo Jing.

Huang Rong sangat shock mendengarnya, dia mulai berlinang air mata. Guo Jing yang melihat kekasih kecilnya menangis, segera menarik tubuhnya agar menghadap ke arahnya dan menggenggam kedua tangannya erat.


“Rong’er, aku...Aku...” Guo Jing tampak ingin menjelaskan agar Huang Rong tak salah paham, tapi kenyataannya memang Hua Cheng adalah gadis yang telah dijodohkan dengannya. 

“Apakah itu benar?” tanya Huang Rong dengan shock dan patah hati. Guo Jing yang jujur dan menganggap bahwa ini memang benar, hanya mampu menjawab pelan dengan penuh penyesalan. 
“Itu benar.” Jawabnya dengan jujur.


Sebuah jawaban jujur yang membuat hati Huang Rong hancur berkeping-keping. Ternyata selama ini dia jatuh cinta dan berpacaran dengan seorang pria yang sudah memiliki tunangan. 


“Kenapa? Kenapa sejak awal kau tak pernah memberitahuku? Kenapa sejak awal kau tak pernah memberitahuku?” ujar Huang Rong lirih dengan air mata berlinang di pipinya.


Kemudian dia melepaskan genggaman tangan Guo Jing di kedua tangannya dan berlari pergi meninggalkan pemuda itu. 
“Rong’er! Rong’er!” panggil Guo Jing panik, berusaha menghentikan kepergian kekasihnya.


“Guo Jing!” Hua Cheng memanggil Guo Jing agar Guo Jing tidak mengejar Huang Rong, tapi Guo Jing tidak mempedulikan panggilan Hua Cheng dan tetap berlari mengejar Rong’er.

 

Namun sayangnya, entah bagaimana bisa, Guo Jing kehilangan jejak Huang Rong (padahal tadi jelas-jelas Guo Jing langsung mengejar di belakangnya). Guo Jing kembali ke rumah kecil tadi untuk mencari Hua Cheng namun dia juga tidak menemukan Hua Cheng di mana-mana. Hua Cheng pun sudah pergi entah ke mana.

Namun karena yang ada di hati Guo Jing hanya Huang Rong seorang, dia bukannya mencari keberadaan Hua Cheng yang entah di mana (padahal dia disuruh menjaga Hua Cheng tuh sama Tuoli), tapi dia justru memutuskan untuk pergi ke Pulau Persik mencari Rong’er dan menjelaskan isi hatinya yang sebenarnya kepada gadis itu, bahwa yang dia cintai hanya Huang Rong seorang dan selamanya dia hanya akan menganggap Hua Cheng sebagai adik kandung saja. Perasaannya pada Hua Cheng hanya murni perasaan kakak kepada adik perempuannya, BUKAN perasaan pria kepada wanita.


Episode berikutnya adalah adegan melamar di Pulau Persik : Guo Jing vs Ou Yang Khe Part 3. Kedua pemuda yang bersaing 3 babak agar bisa mempersunting Huang Rong. Walau Guo Jing sempat dipandang remeh oleh Huang Yao Shi dan Ou Yang Khe, namun akhirnya Guo Jing mampu memenangkan pertandingan memilih menantu ini secara ajaib hihihi ^_^

So, see you in the next episode...

Berikutnya : Episode 19-20

Blogger Opinion : 
Dalam episode kali ini, kita akan kembali menikmati sebuah modifikasi kecil yang manis, sebuah hasil inovasi kreatif dari sang penulis skenario, yang sama sekali TIDAK MENGUBAH INTI dan ALUR CERITA namun hanya mengubah URUTAN adegannya semata. Seharusnya dalam novel, moment di mana Huang Rong mengetahui bahwa Guo Jing telah dijodohkan dengan seorang Putri Mongol adalah ketika Guo Jing dan Huang Rong menyembuhkan diri di ruang rahasia di Desa Niu.


Saat itu, Guru Jebe, Tolui dan Hua Cheng datang mencari Guo Jing ke Desa Niu. Dan pada waktu yang bersamaan tak sengaja bertemu dengan Yang Kang yang mengarang kebohongan bahwa Guo Jing telah tewas dibunuh oleh Ketua Pulau Persik, Huang Yao Shi. Dan pada saat melamar di Pulau Persik, Huang Rong masih belum tahu jika Guo Jing telah memiliki tunangan.

 

Namun dalam versi terbaru 2017 ini, urutan adegannya dibalik. Huang Rong telah mengetahui perihal perjodohan Guo Jing dengan Sang Putri Mongol sejak awal. Bahkan Huang Rong sempat meninggalkan Guo Jing dan pulang ke Pulau Persik karena patah hati saat mengetahui kekasih hatinya telah memiliki tunangan. Hal ini membuat Guo Jing nekat datang ke Pulau Persik untuk menemui kekasih kecilnya dan menjelaskan isi hatinya yang sebenarnya. 


Walaupun niat awalnya adalah untuk mengantar nyawa, tapi kemudian niatnya berubah menjadi ingin meminta kesempatan untuk menjelaskan isi hatinya dan melamar Huang Rong sebagai bukti cintanya dan bukti bahwa hanya Huang Rong-lah gadis yang ingin dia nikahi.


Inovasi kecil yang super kreatif ini membuat serial ini terasa semakin manis dan romantis. Kalau dalam versi-versi sebelumnya, Guo Jing melamar Huang Rong HANYA KARENA OU YANG KHE DATANG dan merasa terancam. Jadi Ou Yang Khe melamar lebih dulu, baru Guo Jing ikutan melamar.

Namun kali ini, GUO JING yang LEBIH DULU INGIN MELAMAR HUANG RONG. Dia sudah memutuskan bahwa yang ingin dia nikahi adalah Huang Rong, BUKAN Hua Cheng. Barulah tak lama kemudian, Ou Yang Khe datang dengan keinginan yang sama. 


Jadi dalam versi 2017 ini, Guo Jing LEBIH DULU MENCURI START dan ini yang membuat karakter Guo Jing tampak lebih manis dan romantis dibandingkan versi yang sudah-sudah. 

Well, Guo Jing yang romantis inilah yang kusukai, sejak dulu, aku berharap karakter Guo Jing memang lebih romantis dan akhirnya baru terkabul di versi terbaru 2017 ini, ditambah lagi yang memerankan karakter Guo Jing adalah aktor muda berwajah tampan (William Yang Xuwen), rasanya sangat senang karena semua keinginanku akhirnya terkabul ^_^ Guo Jing yang ganteng kayak Julian Cheung plus lebih romantis dari semua versi yang pernah ada.
 
Dai Wen Wen as Putri Mongol, Hua Cheng (Go Chin) 2017

Btw, pemeran Putri Mongol - Hua Cheng yaitu Dai Wen Wen memang adalah pemeran Putri Mongol TERCANTIK dari semua adaptasi yang ada. Dulu saat serial ini belum resmi ditayangkan dan hanya melihat melalui foto-foto Behind The Scene-nya, aku sempat berpikir kalau Putri Mongol begini cantik dan imut, kok rasanya lebih ingin Guo Jing memilih Putri Mongol, ya?

Tapi setelah menonton serial ini secara langsung, akhirnya aku kembali pada keputusan bahwa tidak peduli secantik apa pun pemeran Putri Mongol, karakternya tetap menyebalkan.

Putri Mongol tercantik : Hua Cheng 2017 (played by : Dai Wen Wen)

Rasanya sangat benci saat melihat adegan Guo Jing lebih memilih menepati janjinya untuk menikahi Hua Cheng daripada memperjuangkan cintanya pada Huang Rong. Dan Hua Cheng sendiri, jelas-jelas dia tahu bahwa calon suaminya mencintai gadis lain, kenapa dia seolah tidak peduli? Apa Hua Cheng sudah tak punya harga diri lagi?


Jika aku adalah Hua Cheng, aku pasti tersiksa lahir dan batin jika aku menikahi seorang pria yang di dalam hatinya ada wanita lain. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya hati seorang istri bila setiap malam dia tidur dengan seorang pria yang memeluknya namun dalam mimpinya, sang suami selalu memimpikan wanita lain dan menggumamkan nama wanita lain dalam tidurnya. Merindukannya siang dan malam.


Apa Hua Cheng begitu bodoh hingga bersedia hidup dalam kebohongan pernikahan? Apa hatinya tidak akan  merasa tersayat jika dia mendengar Guo Jing menggumamkan nama Huang Rong setiap malam dan merindukannya? Kenapa harus memaksakan sebuah pernikahan di mana tidak ada cinta di dalamnya? Bukankah itu hanya akan menyakiti diri si wanita sendiri? Tapi cinta memang buta, mungkin Hua Cheng berpikir asalkan dia memiliki tubuh Guo Jing di sisinya, dia tidak peduli pada hatinya. Inilah yang membuat karakter Hua Cheng selalu menyebalkan -__- 

 Chan Pui Shan as Princess Hua Cheng (Go Chin) 1994. 
Satu-satunya Putri Mongol yang karakternya tidak menyebalkan.

HANYA Chan Pui Shan yaitu Hua Cheng 1994 saja yang karakternya benar-benar manis dan jauh dari kesan menyebalkan. Untung saja Dai Wen Wen imut dan cantik, jadi masih termaafkan. Kalau jelek kayak Xie Na (2008), gak ada ampun deh, pasti akan kubashing habis-habisan hihihi ^_^

Untung saja Khan mendesak mati Ibu Guo Jing, jadi karena merasa bersalah, Hua Cheng sendiri yang membatalkan pernikahan mereka dan membebaskan Guo Jing. Karena jika tidak, Guo Jing selamanya pasti akan terperangkap dalam pernikahan tanpa cinta.

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads