Guo
Jing adalah karakter terfavorite dari semua karakter wuxia yang pernah ada dan
“Legend Of The Condor Heroes” alias “Pendekar Pemanah Rajawali” adalah serial
wuxia terfavorite maka jangan heran bila blog ini lebih condong membahas
tentang potongan adegan antara kedua tokoh utama yaitu Guo Jing dan Huang Rong.
Untuk
penggemar karakter lain seperti Yang Kang, Mu Nian Chi atau Huang Yao Shi
(Michael Miu), maaf, bila mereka muncul di adegan yang sama dengan Guo Jing dan
Huang Rong dan kebetulan adegannya “Penting” mungkin mereka juga akan ikut
muncul dalam blog ini, tapi kalau adegannya “kurang penting” dan tidak masalah
bila di skip, maka kemungkinan besar PASTI AKAN DI SKIP.
Sang
blogger adalah penggemar Guo Jing dan William Yang Xuwen, bila kalian adalah
penggemar Guo Jing dan William Yang Xuwen juga maka blog ini adalah blog yang
tepat untuk kalian ber-fangirling. So, let’s the story continue...
Dan
kisahpun berlanjut...
Setelah
Guo Jing dan Hong Chi Khong menyelamatkan Huang Rong dari tangan si playboy GAK
tampan - Ou Yang Khe, maka mereka bertiga pun kembali ke rumah kecil di tengah
hutan, tempat di mana Guo Jing, Huang Rong dan Hong Chi Khong tinggal selama
sebulan terakhir.
( Note
: Agak gak masuk akal sih, rumahnya siapa coba yang mereka tempati? Kok
tiba-tiba menemukan sebuah rumah di tengah hutan? Tapi gpp deh, namanya juga
film, ketidakmasuk akalan kecil seperti ini DIAMPUNI karena Guo Jing-nya
ganteng hihihi ^_^ Anggap saja, orang ganteng bebas melakukan apa pun yang
mereka inginkan. Toh gak merusak alur cerita, kan? Gak penting juga mereka
dapet rumah dari mana hehehe ^_^
Hong
Chi Khong menceritakan pada Huang Rong betapa Guo Jing sangat mencemaskannya
hingga hampir saja menangis saat tak bisa menemukan Huang Rong saat itu.
“Kau
tahu? Anak ini benar-benar menyukaimu. Saat tidak bisa menemukanmu kemarin, dia
hampir saja menangis,” ujar Hong Chi Khong, sengaja menggoda Guo Jing yang
tampak malu-malu.
“Benarkah,
Chi Khong?” Huang Rong tersipu malu mendengarnya. Dalam hati dia gembira karena
ternyata Guo Jing sangat takut kehilangannya.
“Chi
Khong...” Guo Jing berusaha menutupi rasa malunya saat Chi Khong menggodanya.
Tapi
kemudian dia menatap Rong’er dengan tatapan mata memancarkan kecemasan tapi
juga kelegaan, “Rong’er, ada saat di mana aku sangat sedih karena berpikir
tidak bisa menemukanmu. Tapi aku sudah berkata, walau sampai ke ujung dunia
sekalipun, aku pasti akan menemukanmu,” ujar Guo Jing dengan wajah penuh tekad.
Huang Rong tersenyum malu-malu mendengarnya.
Tapi
itu justru membuat Hong Chi Khong merinding dan malu sendiri mendengarnya
sehingga memutuskan untuk pergi.
“Sudahlah.
Aku pergi saja,” ujar Chi Khong tiba-tiba.
“Chi
Khong, kau benar-benar ingin pergi?” rayu Huang Rong lagi.
“Untuk
apa aku terus di sini melihat sepasang bayi memadu kasih? Kalian berdua sangat
menjijikkan. Yang satunya “Walau sampai ke ujung dunia”, yang satunya “aku tahu
kau akan menemukanku”. Itu membuatku merinding.” Hong Chi Khong kembali
mengomel.
Akhirnya
Huang Rong pun berjanji akan memasakkan makanan yang enak untuk Chi Khong
sebagai tanda terima kasihnya karena telah membantu menyelamatkannya dari
tangan Ou Yang Khe juga telah mengajari Guo Jing kungfu.
“Kali
ini aku tidak akan memintamu mengajari Jing Gege kungfu.” Janji Huang Rong.
Kemudian
dia segera melesat keluar rumah untuk membeli bahan untuk memasak, tapi Guo
Jing segera mengejarnya.
“Rong’er,
biar aku menemanimu.” Ujar Guo Jing khawatir. Khawatir bila kekasih kecilnya
diculik lagi oleh Ou Yang Khe.
Tapi
Huang Rong menolak tawaran Guo Jing, “Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kau
tenang saja, aku akan segera kembali.” Ujarnya kemudian berjalan pergi.
Namun
di tengah jalan, Huang Rong bertemu Mu Nian Chi dan melihat belati dengan nama
Guo Jing ada pada Mu Nian Chi. Terjadi perkelahian singkat antara Huang Rong
dan Mu Nian Chi yang akhirnya dimenangkan oleh Huang Rong.
Huang Rong yang
mengira Mu Nian Chi akan merebut Kakak Jing-nya, menyuruhnya bersumpah untuk
tidak menikahi Guo Jing. Mu
Nian Chi pun berkata bahwa matipun dia takkan mau menikah dengan Guo Jing
karena di dalam hatinya sudah ada pria lain.
Mendengar hal itu, hati Huang Rong
sangat gembira dan spontan memanggil Mu Nian Chi “Jie-jie” alias “Kakak” dan
mengajaknya mengobrol serta mengajaknya pulang ke rumahnya dan Guo Jing.
Setelah diajak pulang sebentar, Huang Rong bahkan membantu Mu Nian Chi bertemu
pujaan hatinya.
( Note
: Adegan Mu Nian Chi dan Yang Kang TIDAK PERLU diceritakan, ya. Tonton sendiri
aja. Gak penting buatku soalnya. Nonton di DVD pun selalu kuskip. Berhubung aku BENCI sama YOKO berikut sang bapak, YOKANG. Aku HANYA FOKUS
pada adegan Guo Jing dan Huang Rong semata.)
Keesokan
paginya, Guo Jing dan Huang Rong memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka
ke Lin’an untuk mencari pembunuh ayah Guo Jing yaitu Duan Tian Tek. Guo Jing
yang khawatir Huang Rong akan diculik orang sekali lagi, memintanya untuk menyamar
menjadi seorang pria.
“Rong’er,
nanti kau menyamar menjadi pria saja, ya.” Pintanya malu-malu.
“Kenapa?”
tanya Huang Rong yang bingung dengan permintaan Guo Jing.
“Karena
kau terlalu cantik. Aku takut terlalu menarik perhatian. Bila kita bertemu
dengan mata keranjang seperti Ou Yang Khe lagi, aku pasti akan khawatir.” Jawab
Guo Jing malu-malu dengan bibir cemberut yang manis.
Mendengar
Guo Jing mengkhawatirkannya dan takut dia diculik orang lagi, hati Huang Rong
menjadi hangat. Dia mengangguk menyetujui permintaan Guo Jing untuk menyamar
menjadi pria.
Adegan
beralih ke Guo Jing dan Huang Rong yang menaiki sebuah perahu di atas sebuah
danau yang indah. Guo Jing bercerita bahwa ini pertama kalinya sejak dia tumbuh
besar, dia melihat pemandangan yang begitu indah.
( Note
: Settingnya LOCH 2017 memang benar-benar indah seperti lukisan sih. Setting
dan pemandangan alam yang indah dan memanjakan mata adalah salah satu kelebihan
LOCH 2017 )
Huang
Rong lalu menceritakan kisah tentang dua orang pria, yang satu demi wanita yang
dia cintai, memilih hidup menyepi di tepi danau ini dan hidup bahagia.
Sementara yang satu lagi, memilih berbakti pada negara namun pada akhirnya
dipaksa bunuh diri karena sebuah konspirasi keji di dalam istana.
Huang
Rong bertanya pada Guo Jing, jika itu dia, siapa yang akan dipilihnya? Yang
Hidup menyepi bersama wanita yang dicintainya atau yang mati demi negara? Guo
Jing berkata dia tidak pernah membaca buku jadi tidak mengerti, namun dia berpikir
bahwa PAHLAWAN SEJATI ADALAH DIA YANG RELA GUGUR DEMI NEGARA.
( Note
: Sama seperti karakter Guo Jing yang juga gugur demi negara dengan menjadi
penjaga Benteng Xiang Yang dari serangan Mongol hingga akhirnya tewas terbunuh di Xiang Yang ketika
usianya sudah tua...)
Lalu
Guo Jing balik bertanya, bagaimana dengan Huang Rong.
Huang
Rong pun menjawab dengan tersenyum manis, “Rong’er tidak peduli dengan apa pun.
Asalkan Rong’er bisa bersama Kakak Jing, Kakak Jing mau pergi ke mana, Rong’er
akan ikut. Kakak Jing mau melakukan apa, Rong’er juga akan ikut. Tak peduli
Kakak Jing ada di mana, aku akan bersamamu, melakukan apa pun tak masalah."
Guo
Jing terharu mendengar jawaban Huang Rong. Dia berkata Huang Rong adalah gadis
yang sangat baik. Kata orang Huang Yao Shi si Sesat Timur adalah orang jahat,
tapi kenapa memiliki putri yang baik dan bijaksana seperti Huang Rong? Huang
Rong tampak tak suka mendengar Guo Jing menilai buruk ayahnya sebelum bertemu
dengannya.
“Kau
belum bertemu ayahku, bagaimana kau tahu? Nanti aku akan membawamu bertemu
dengannya dan kau bisa menilainya sendiri,” jawab Huang Rong lalu segera
mengalihkan pembicaraan dengan berkata dia ingin menyanyikan sebuah lagu untuk
Guo Jing.
Guo Jing mengangguk senang. Namun
ternyata ada seorang pria setengah baya di tengah danau yang juga
menyanyikan sebuah lagu dengan nada yang sama.
Penasaran,
Huang Rong menyuruh orang yang mendayung perahu mereka untuk mendekati perahu
pria itu. Singkat cerita, pria setengah baya itu ternyata adalah kakak
seperguruan Huang Rong yang sudah diusir dari Pulau Persik yaitu Lu Cheng Feng.
Sekarang dia tinggal di Wisma Awan yang berada di seberang danau dan
dikelilingi oleh formasi yang mirip dengan formasi Pulau Persik.
Di
Wisma Awan tersebut, Guo Jing dan Huang Rong bertemu dengan banyak orang.
Pertama, mereka melihat Lu Guan Ying (putra Lu Cheng Feng) menangkap Yang Kang,
lalu kemudian Mei Chao Feng datang meminta muridnya dibebaskan.
Ketua
Lu yang tidak ingin menyulitkan Guo Jing dan Huang Rong akhirnya dengan berat
hati mengantar Guo Jing dan Huang Rong pergi. Sebelum mengantar mereka pergi,
Ketua Lu sudah menyiapkan sekotak tael emas sebagai hadiah pernikahan sepasang
kekasih kecil tersebut.
“Nona
Huang, kau sangat cerdas dan berpendidikan. Dengan Saudara Guo juga merupakan
pasangan serasi. Aku tidak beruntung tidak bisa menghadiri pernikahan kalian.
Ini sedikit niat baikku, mohon diterima,” ujar Ketua Lu Cheng Feng pada Guo
Jing dan Huang Rong yang tampak sangat terkejut karena Ketua Lu mengetahui
penyamaran Huang Rong.
Lebih terkejut lagi saat bisa menebak bahwa Guo Jing dan Huang Rong adalah sepasang kekasih.
“Ketua Lu, ternyata kau sudah tahu kalau aku adalah wanita,” ujar Huang Rong dengan sungkan.
Lebih terkejut lagi saat bisa menebak bahwa Guo Jing dan Huang Rong adalah sepasang kekasih.
“Ketua Lu, ternyata kau sudah tahu kalau aku adalah wanita,” ujar Huang Rong dengan sungkan.
“Kau lihatlah tatapan mata Saudara Guo saat memandangmu. Dia sudah mengkhianatimu,” jawab Ketua Lu sambil tertawa tipis, menunjuk pada Guo Jing yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya.
Guo
Jing yang baik hati dan tidak serakah menolak pemberian hadiah uang dari Ketua
Lu. Akhirnya sebagai ganti, Ketua Lu memberikan pil embun Sembilan Bunga untuk
hadiah. Guo Jing dan Huang Rong awalnya berencana untuk pergi dulu tapi
kemudian kembali lagi.
Tapi
ternyata si kembar penipu, Chiu Chien Chang (yang menyamar menjadi Chiu Chien
Ren) juga datang ke sana dan akhirnya Guo Jing dan Huang Rong (yang mengira
bahwa kedatangan Ketua Tapak Besi Chiu Chien Ren adalah untuk membantu mereka)
memutuskan bahwa mereka tak perlu pergi karena Ketua Chiu sudah datang
membantu.
Selain
Ketua Tapak Besi Palsu, Chiu Chien Chang (yang menyamar menjadi Chiu Chien Ren)
yang datang ke Wisma Awan dengan misi membebaskan Yang Kang, keenam guru Guo
Jing yaitu “Tujuh Pendekar Jiang Nan” juga tak sengaja singgah di sana.
Lu
Guan Ying yang tidak mengenal siapa itu “Tujuh Pendekar Jiang Nan” mengira
mereka adalah anak buah Mei Chao Feng yang datang untuk menuntut balas. Lu Guan
Ying dan orang-orangnya segera menyerang “Tujuh Pendekar Jiang Nan”, namun
untunglah Guo Jing datang pada saat yang tepat untuk menghentikan pertarungan
itu.
“Guru.”
Panggil Guo Jing lalu segera menghentikan pertarungan. Lu Guan Ying yang
mendengar Guo Jing memanggil mereka guru segera meminta maaf karena telah salah
paham.
Guru-guru
Guo Jing, khususnya Guru ke-1 terlihat masih sangat marah pada Guo Jing karena
murid kesayangan mereka pergi diam-diam tanpa pamit dan melarikan diri dengan
Huang Rong.
“Guru
ke-1.” Panggil Guo Jing dengan raut wajah bersalah.
“Siapa
gurumu? Hatimu ini apakah masih ada aku gurumu?” ujar Guru Ke-1 seraya
mengarahkan tongkatnya, bersiap memukul Guo Jing.
“Marge
Khe, kenapa kau pukul Kakak Jing-ku?” seru Huang Rong tak suka melihat Kakak
Jing-nya ditindas.
“Iblis
Kecil, aku mendiidik muridku, kau tak perlu ikut campur,” jawab Guru Ke-1
dengan nada tak suka.
“Kau...”
Huang Rong ingin mengatakan sesuatu tapi Guo Jing memotong kalimatnya.
“Rong’er,
jangan bicara lagi,” pinta Guo Jing.
“Guru,
Jing’er sudah tahu bersalah,” Guo Jing segera berlutut memohon maaf pada
gurunya. Guru Ke-1 Guo Jing segera memukul Guo Jing dengan tongkatnya dengan
sangat keras. Spontan kelima Guru Guo Jing yang lain mencoba menghentikannya.
“Kakak,
ada masalah bicarakan baik-baik,” ujar Guru Ke-7, bicara membela Guo Jing.
“Jing’er,
kau ini, saat pergi juga harus pamit.” Ujar Guru Ke-2 lebih pengertian.
“Kau
ini keterlaluan, apakah di hatimu masih ada kami gurumu? Apakah kau tahu
bagaimana kami melewati beberapa hari ini? Kami semua mencemaskanmu.” kali ini,
guru ke-3 Guo Jing juga ikut bicara.
“Jiwanya
sudah digoda pergi oleh Iblis Kecil itu. Dia mana tahu kita ini sangat
mencemaskannya?” lagi-lagi Guru Ke-1 Guo Jing menunjukkan ketidaksukaannya pada
Huang Rong.
“Kau
ini jangan selalu memanggilku Iblis Kecil. Kakak Jing sudah berlutut meminta
maaf, kau masih ingin apa lagi?” Huang Rong balik mengomel, tapi lagi-lagi Guo
Jing menghentikannya.
“Rong’er,
jangan bicara lagi.” Seru Guo Jing, tak ingin menambah masalah.
“Guru
Ke-1, jika kau bisa memaafkan Jing’er, Jing’er rela dihukum apa pun,” ujar Guo
Jing pasrah.
Guo
Jing lebih suka dihukum apa pun daripada dipaksa berpisah dengan Rong’er. Guo
Jing menganggap dihukum jauh lebih baik daripada dipaksa meninggalkan wanita
yang dia cintai.
“Selama
kau masih bersama Iblis Kecil ini, jangan pernah mengakui aku gurumu. Aku Khe
Chen Erl tak pernah punya murid sepertimu.” Ujar Guru Ke-1 keras kepala.
“Guru
Ke-1...” Guo Jing dilanda kebingungan. Yang satu adalah gurunya, yang lain
adalah kekasihnya.
“Kakak,
kita sudah menghabiskan waktu 18 tahun untuk bocah ini. Jika diibaratkan bisnis
maka kita sudah rugi besar.” Ujar guru Ke-4, mencoba membujuk.
“Katakan!
Katakan apa dalam hatimu kau sangat senang membuat keenam gurumu kesal?” ujar
Guru Ke-6.
“Katakan!
Katakan pada Guru Kesatu-mu, selamanya kau takkan bersama Iblis Kecil itu
lagi,” tambah Guru Ke-6, memaksa Guo Jing memilih.
Guo
Jing sudah tentu tidak mau mengatakannya, dia tidak mau berpisah dengan Huang
Rong apa pun yang terjadi. Tapi di sisi lain, budi guru-gurunya juga sebesar
gunung. Hal ini membuatnya sangat bingung.
“Cepat
bangun! Ayo bangun!” ujar Huang Rong, menarik lengan Guo Jing agar berdiri.
“Hei
Labu Pendek, kau bilang apa tadi?” ujar Huang Rong dengan nakal.
“Rong’er...”
panggil Guo Jing, melarang Huang Rong mengatai gurunya.
Semua
guru Guo Jing ingin Guo Jing bersumpah tidak akan bersama Huang Rong lagi
selamanya, tapi sampai akhir, Guo Jing tetap menolak. Keenam guru Guo Jing
hampir saja pergi, untunglah ada Chiu Chien Ren palsu yang datang dengan mulut
besarnya dan bertanya apakah kedatangan “Tujuh Pendekar Jiangnan” kemari adalah
untuk membunuh Mei Chao Feng.
Mendengar
nama Mei Chao Feng, akhirnya keenam guru Guo Jing memutuskan untuk tinggal agar
bisa menghadapi musuh bersama-sama. Ketua Lu tentu sangat menyambut baik
kedatangan “Tujuh Pendekar Jiangnan”.
Setelah
mengobrol ke sana-kemari, akhirnya diketahui bahwa niat Chiu Chien Ren palsu datang
ke wisma awan adalah untuk meminta Ketua Lu membebaskan Yang Kang dan berpihak
pada penjajah Chin.
Akhirnya
karena merasa tidak sejalan, Guo Jing mewakili keenam gurunya untuk bertarung
dengan Chiu Chian Ren palsu, yang tentu saja Guo Jing menang dengan mudah. Guru
Ke-2 Guo Jing yaitu “Pelajar Bertangan Cepat”, Su Chong yang sangat jago
mencopet berhasil mencopet benda-benda mainan yang Chiu Chien Ren palsu gunakan
untuk menipu orang.
Tepat
pada saat Chiu Chien Ren hampir dibunuh, Mei Chao Feng datang ke sana. Demi
untuk menyelamatkan dirinya, si penipu itu membual dengan mengatakan bahwa
Huang Yao Shi telah mati dibunuh orang. Huang Rong pun hampir percaya dan dia
sempat meneteskan air mata saat mendengar kabar bahwa ayahnya telah meninggal.
Tapi
untunglah kebohongan itu dengan cepat terbongkar. Walau si penipu Chiu Chien
Chang telah diusir pergi, namun Mei Chao Feng masih di sana untuk menuntut
balas kematian suaminya. Lagi-lagi demi mewakili guru-gurunya, Guo Jing
bertarung dengan Mei Chao Feng.
Guo
Jing sempat terluka terkena racun saat jari-jari Mei Chao Feng melukai tangan
kanan Guo Jing. Guru Ke-1 Guo Jing juga sempat mengorbankan dirinya demi
menyelamatkan sang murid yang sedang terluka. Untunglah Guru Ke-2 Guo Jing
berhasil mencuri obat penawar racun sekaligus kitab sembilan bulan yang
dijadikan pembungkus belati oleh Mei Chao Feng dan memberikannya pada Guo Jing.
Mei
Chao Feng pun berhasil dikalahkan oleh Guo Jing dengan menggunakan ilmu “Tapak
Sunyi”. Tapi
Huang Yao Shi yang tidak terima muridnya dikalahkan, menyuruh Mei Chao Feng
untuk kembali
menantang Guo Jing.
Huang Yao Shi diam-diam menggunakan Ilmu
jarinya untuk membantu Mei Chao Feng. Huang Rong yang mengetahui ada seseorang
yang membantu Mei Chao Feng kemudian mengambil beberapa genteng dan
membantingnya ke lantai untuk memecah konsentrasi Mei Chao Feng.
Setelah
cukup lama bertanding, akhirnya Huang Rong pun mengetahui bahwa orang yang
diam-diam membantu Mei Chao Feng untuk mengalahkan kekasihnya adalah ayahnya
sendiri. Ingin mengambil hati sang ayah agar merestui hubungannya dengan Guo
Jing, Huang Rong mulai mengeluarkan jurus rayuan mautnya.
Dengan
tersenyum manis, Huang Rong berjanji akan menuruti semua omongan sang ayah. Kemudian Huang
Rong mulai memperkenalkan sang kekasih pada sang ayah.
“Jing
Gege,” panggil Huang Rong seraya memberi tanda pada Guo Jing untuk segera
memperkenalkan dirinya.
Guo
Jing yang tak menyangka akan dipanggil, awalnya hanya terbengong ragu. Namun
dia menuruti kata-kata Huang Rong dan mulai memberi hormat seraya memperkenalkan
dirinya.
“Junior memberi salam pada Tetua,” ujar Guo Jing seraya mengatupkan kedua tangannya dengan sopan, namun dengan ekspresi takut di wajahnya. Ini adalah pertama kalinya Guo Jing bertemu dengan ayah kekasihnya.
“Ayah,
aku belum memperkenalkannya. Dia adalah orang paling baik yang aku temukan di
dunia ini. Namanya Guo Jing,” ujar Huang Rong memperkenalkan kekasihnya seraya
tersenyum manis.
“Jadi
namamu Guo Jing?” tanya Huang Yao Shi dengan tatapan tak suka.
“Ya,
itu namaku.” Jawab Guo Jing dengan sedikit takut.
Huang
Yao Shi hanya menatap sang calon menantu dengan tatapan sinis dan merendahkan.
Dia terlihat tidak suka dengan pria pilihan putrinya. Huang Rong yang sudah
mendapat firasat bahwa sang ayah tidak menyukai pria pilihan hatinya, berusaha
merayu sang ayah saat malam harinya dengan membuatkan kue yang enak.
“Kau
ini terlalu aku manjakan. Ayah memarahimu sedikit, kau langsung kabur
meninggalkan rumah. Tak ada kabar sama sekali,” omel Huang Yao Shi, memarahi
putri kecilnya.
“Ayah,
sebenarnya Rong’er juga sangat merindukanmu,” rayu Huang Rong dengan manja.
“Benarkah?”
Huang Yao Shi tampak tak percaya.
“Benar.
Apa ayah tahu? Saat si marga Chiu itu bilang ayah sudah dibunuh oleh 7 Pendeta
Chuan Chin, Rong’er merasa sangat sedih. Rong’er berpikir takkan bisa bertemu
ayah lagi,” Huang Rong terus mengeluarkan rayuan gombalnya.
“Aku,
Huang Yao Shi, walaupun harus mati, tentu tidak akan mati di tangan para
pendeta busuk itu. Mereka 7 orang disatukan, tak sehebat satu Wang Chong Yang.”
cibir Huang Yao Shi.
“Aku
tahu,” jawab Huang Rong tersenyum manis.
“Kau
ini cerdik dan pintar, kau hanya tahu menipu orang. Tentu tak mungkin dibohongi
orang. Tapi Ayah tetap tak tenang. Malam itu, ibumu mendatangi ayah dalam mimpi
dan menyuruh ayah mencarimu. Jika tidak, saat ayah ke neraka nanti, Ibumu
takkan mau bertemu dengan ayah,” ujar Huang Yao Shi, mengomel dengan nada
sayang.
“Ayah
tidak takut pada langit dan bumi tapi justru takut pada Ibu.” Goda Huang Rong
nakal.
“Ayah,
cobalah ini. Ini adalah kue bunga Feng Xian buatan Rong’er sendiri,” lanjut
Huang Rong seraya memamerkan hasil masakannya.
Huang
Yao Shi mengambil dan memakannya sedikit, tapi setelah mendengar putrinya
menyebut nama Guo Jing, selera makannya langsung menghilang.
“Bagaimana?
Enak tidak? Kue ini dibuat langsung dari bunga Feng Xian yang kupetik sendiri.
Setelah memakannya, Kakak Jing juga suka,” ujar Huang Rong dengan tersenyum
manis.
Spontan
Huang Yao Shi berhenti memakan kue tersebut dan menatap putrinya tajam.
“Kau
pergi begitu lama, apa ada yang menindasmu?” tanya Huang Yao Shi, mengalihkan
pembicaraan.
“Tidak
ada. Siapa yang berani menindas Rong’er? Lagipula ada Kakak Jing di sisiku, dia
bisa melindungiku,” jawab Huang Rong, kembali memuji Guo Jing.
“Bocah
ini adalah orang yang telah membunuh Kakak Seperguruanmu, Chen Xuan Feng. Xuan
Feng walaupun pengkhianat, tapi dia tetap orang Pulau Persik. Mana boleh
membiarkan orang luar membunuh orang Pulau Persik?” Ujar Huang Yao Shi kesal
seraya menggebrak meja.
“Ayah,
saat itu Kakak Jing baru berusia 6 tahun. Dia tidak tahu apa-apa. Lagipula saat
itu keadaannya sangat kacau, sehingga tak sengaja membunuhnya. Mana boleh
salahkan dia?” Huang Rong tetap membela sang kekasih tercinta.
“Kau
terus saja menyebut Kakak Jing, Kakak Jing. Kau dan bocah itu sudah kenal
berapa lama? Kenapa selalu melindunginya?” omel Huang Yao Shi, tampak cemburu
karena putri kesayangannya selalu memuji pria lain di hadapannya.
“Ayah,
kenapa kau sangat marah? Kau marah karena Kakak Jing membunuh Kakak Xuan Feng
atau marah karena Rong’er selalu menyebut nama Kakak Jing?” goda Huang Rong
lagi.
“Ah,
Rong’er tahu. Ayah marah karena kue buatan Rong’er tidak enak. Besok Rong’er
akan buatkan lagi kue yang lebih enak. Ayah, jangan marah lagi. Ayah, ini sudah
malam. Ayah cepatlah istirahat. Rong’er pergi siapkan bahan untuk membuat
makanan enak untuk Ayah,” Huang Rong tetap berusaha merayu sang ayah agar tidak
marah lagi pada kekasihnya.
( Note
: Nih Huang Yao Shi walau gak suka sama Guo Jing, tapi tetap membiarkan putri
kesayangannya tidur di kamar yang sama dengan Guo Jing. Dia benar-benar gak
takut putrinya bakal diapa-apain sama Guo Jing, ya? Tapi untunglah Guo Jing
bukan Yang Kang yang menghamili Mu Nian Chi di luar nikah. Guo Jing orangnya
polos dan lugu dan tidak mengerti hubungan pria dan wanita, jadi Huang Rong
dijamin masih tetap perawan dan gak bakal diapa-apain walau mereka selalu tidur
satu kamar. Karena Guo Jing gak mengerti hal-hal yang seperti itu)
Keesokan harinya, Huang Rong mengajak sang ayah berjalan-jalan. Huang Yao Shi menyuruh putrinya pulang karena sudah terlalu lama pergi meninggalkan rumah. Tapi Huang Rong menolak karena dia ingin menemani Guo Jing membalaskan dendam ayahnya. Tiba-tiba saja, Huang Yao Shi melihat Guo Jing berlatih kungfu dan membuatnya semakin marah, Huang Yao Shi marah karena Huang Rong menolak pulang bersamanya karena masih ingin bersama Guo Jing.
Melihat
Huang Yao Shi dan Huang Rong tiba, Guo Jing segera memberi hormat dengan sopan
pada sang calon mertua.
“Junior
Guo Jing, memberi salam pada Ketua Huang,” ujar Guo Jing dengan sopan seraya
mengatupkan kedua tangannya.
“Bocah,
Pengemis Tua sudah mengajarimu “18 Jurus Penakluk Naga”, tapi kau masih
berlatih seperti ini? Sungguh membuatnya malu,” ujar Huang Yao Shi dengan
tatapan sinis tak suka.
“Itu
karena junior bodoh, tidak mengerti intisari yang diajarkan Ketua Hong,” jawab
Guo Jing polos.
“Pengemis
Tua itu tak pernah menerima murid, tapi dia mengajarimu 15 Jurus dari “18 Jurus
Penakluk Naga” miliknya. Apakah kau sudah berkata manis hingga dia menyukaimu?”
sindir Huang Yao Shi dengan gaya menyelidiki.
Huang
Rong segera buru-buru membantu Guo Jing bicara, “Ayah, kata-kata manis memang
ada. Tapi bukan Kakak Jing yang mengatakannya, melainkan aku. Aku membuat Chi
Khong senang jadi Chi Khong baru bersedia mengajari Kakak Jing kungfu. Ayah,
Kakak Jing ini orang baik. Ayah jangan terus bersikap galak padanya,” Huang
Rong spontan membantu kekasihnya bicara.
“Kau
memakai jurus pengemis untuk mengalahkan Mei Chao Feng, apa kau ingin
menunjukkan kalau kungfu pengemis itu lebih hebat dari ilmu Pulau Persikku?”
Huang Yao Shi mengabaikan ucapan putrinya dan terus “menyerang” Guo Jing.
“Junior
tak berani,” Guo Jing spontan membela diri.
“Ayah,
mana mungkin seperti ini? Kakak Jing hanya memanfaatkan mata Kakak Mei yang tak
bisa melihat. Dia baru mendapatkan keuntungan.” Lagi, Huang Rong membela
kekasihnya dan membantunya bicara.
Guo
Jing spontan menoleh pada Huang Rong dan mengikuti apa yang dikatakan Huang
Rong.
“Junior
tidak pintar. Tidak berani dibandingkan dengan kehebatan ilmu Pulau Persik.”
Ujar Guo Jing seraya menatap Huang Rong. Namun Huang Yao Shi melihat bahwa
putrinya membantu calon menantu bodohnya bicara dan membuatnya semakin marah.
“Baik.
Bocah, aku akan menerima satu pukulanmu. Biar aku lihat “18 Jurus Penakluk
Naga”mu yang hebat atau kungfu Pulau Persikku yang hebat.” Ujar Huang Yao Shi.
Guo
Jing spontan menoleh pada Huang Rong dengan kebingungan. Jika tatapan mata bisa
bicara, Guo Jing pasti berkata, “Rong’er, tolong aku! Aku harus bagaimana?”
“Aku
seberapa beranipun, tak berani beradu dengan Tetua,” jawab Guo Jing menolak.
“Kau
adu kungfu denganku juga masih belum pantas. Kau pukul aku! Aku akan berdiri di
sini tak bergerak. Pukul aku dengan “18 Jurus Penakluk Naga”, jika aku
menghindar maka anggap aku kalah.” tantang Huang Yao Shi.
“Junior
sungguh tak berani,” Guo Jing bersikeras menolak.
“Tak
berani juga harus berani,” Huang Yao Shi terus memaksa.
“Aku
benar-benar tak bisa melakukannya,” Guo Jing tetap tak mau.
“Jangan
cerewet! Jika kau tidak mau, kalau begitu kau saja yang menerima pukulanku,”
jawab Huang Yao Shi dengan keras kepala.
“Ayah,
kau tahu Kakak Jing tidak akan sanggup menerima pukulan Ayah.” Huang Rong
kembali melindungi kekasihnya.
“Aku
mau dia tak sanggup menerima,” jawab Huang Yao Shi dengan penuh rasa
ketidaksukaan.
“Ayah,
kenapa Ayah begitu membenci Kakak Jing?” ujar Huang Rong dengan sedih.
“Aku
Huang Yao Shi, ingin membenci orang apakah harus butuh alasan?” jawab Huang Yao
Shi dengan tegas.
Dia
hampir saja memukul Guo Jing tapi guru-guru Guo Jing mendadak tiba di sana.
“Sesat
Huang, hentikan!” seru Guru Ke-2 Guo Jing, Shu Chong.
“Sesat
Huang, kenapa kau sengaja mempersulit muridku?” ujar Guru ke-1 Guo Jing.
“Kupikir
siapa? Ternyata guru dari si bodoh ini. Kalian datang pada saat yang tepat.
Bocah brengsek ini membunuh orang dari Pulau Persikku. Hari ini aku ingin membunuhnya,
baru kemudian aku akan membunuh kalian dan mengubur kalian bersama-sama.” Ujar
Huang Yao Shi dengan galak.
“Tetua,
Senior Chen Xuan Feng aku yang bunuh. Tak ada hubungannya dengan guruku. Biar
aku yang menggantikan nyawanya.” ujar
Guo Jing melindungi guru-gurunya.
“Baik.
Bocah, kau ternyata tahu diri juga. Aku akan biarkan kau mati dengan cepat!”
Jawab Huang Yao Shi seraya bersiap memukul Guo Jing.
Tapi Huang Rong segera berlari melindungi kekasihnya, membuat Huang Yao Shi
menahan pukulannya karena tidak ingin melukai putri kesayangannya.
“Ayah,
kau hanya ingin aku pulau ke Pulau Persik bersamamu, kan? Baik. Aku akan pulang
bersamamu,” ujar Huang Rong, mencoba menghentikan sang ayah.
Guo
Jing shock saat mendengar ucapan Huang Rong yang mengatakan dia akan pulang
bersama ayahnya. Spontan Guo Jing menarik tangan Huang Rong, menahannya agar
tidak pergi.
“Rong’er...”
bisik Guo Jing tak rela. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda
meminta kekasihnya jangan pergi.
“Kemari!”
seru Huang Yao Shi kepada putrinya.
“Rong’er...”
Guo Jing hanya dapat memanggil nama Huang Rong tidak berdaya saat
perlahan-lahan genggaman tangannya mulai terlepas dan Huang Rong berjalan
pergi.
“Hari
ini aku melepaskanmu, tapi hutang ini masih belum impas,” ujar Huang Yao Shi
mengingatkan.
“Baik.
Asalkan Tetua tidak melibatkan keenam guruku, sebulan kemudian aku akan pergi
ke Pulau Persik untuk mengantar nyawa.” Guo Jing berjanji.
“Kau
sendiri yang mengatakannya. Sebulan kemudian, kita bertemu lagi di Pulau
Persik,” ujar Huang Yao Shi seraya menyeret tangan putrinya dan membawanya
pergi dengan ilmu meringankan tubuh.
“Rong’er...”
Guo Jing hanya mampu membisikkan nama kekasihnya saat melihatnya dibawa pergi,
tak mampu melakukan apa-apa untuk menahannya tetap di sini.
Sepasang
kekasih tersebut untuk sementara harus berpisah. Dan setelah kepergian Huang
Rong, Guo Jing tak sengaja menemukan pembunuh ayahnya yaitu Duan Tian Tek ada
di Wisma Awan.
Ternyata Duan Tian Tek adalah salah satu anggota perampok yang sebelumnya
menangkap Yang Kang, tapi ternyata dia pula yang diam-diam membebaskan Yang
Kang karena dia adalah mata-mata orang Chin.
Duan
Tian Tek menceritakan bahwa dalang sebenarnya dibalik kehancuran keluarga Guo
dan Yang adalah Wan Yen Hong Lieh yang jatuh cinta pada istri Yang Tie Xin yaitu Bao Xi Ruo (ibu Yang Kang),
sehingga demi menjadikannya istri, Wan Yen Hong Lieh memerintahkan pejabat Lin’an
saat itu yaitu Duan Tian Tek untuk menangkap Yang Tie Xin dan Guo Xiao Tian
dengan tuduhan menjadi pemberontak. Perintahnya saat itu adalah yang pria dibunuh dan yang wanita dibawa hidup-hidup ke Istana Chin.
Akhirnya
Duan Tian Tek tewas di tangan Yang Kang. Kemudian Guo Jing dan Yang Kang bersumpah
untuk menjadi saudara angkat. Berikutnya, tahu sendirilah kalau Yang Kang tetap
jahat dan menjadi saudara angkat dengan Guo Jing hanya sekedar kepura-puraan
semata alias PALSU, karena ujung-ujungnya dia menusuk Guo Jing dari belakang. Nusuk beneran pakai pisau ya, bukan sekedar ungkapan semata.
Yang
Kang takkan pernah berubah bahkan sifat jahat dan egoisnya pun menurun kepada
putranya yaitu Yang Guo (Yoko), “pahlawan” egois yang demi seorang wanita, rela melihat jutaan
rakyat tertindas sementara Yang Guo (Yoko) dan Xiao Lung Ni asyik indehoi di dalam kuburan
kuno, tak peduli pada nasib jutaan rakyat yang terjajah.
( Note : Pernah nonton sekali waktu versinya Andy Lau dan Idy Chan di Indosiar sekitar 23 tahun silam, langsung ilfil dan benci setengah mampus ma Yang Guo (Yoko) dan Xiao Lung Ni dan ogah nonton versi barunya sampai sekarang. Cukup 1 versi aja uda bikin aku muak 0__0
Judulnya aja "Heroes", kan? Pahlawan. Pahlawan seharusnya lebih mementingkan kepentingan umum alias bangsa dan negara DI ATAS kepentingan PRIBADI atau golongan. Jangan sebut dirimu Pahlawan aka "Ying Siung" kalau LEBIH mementingkan istri/kekasih dari pada negara, kayak karakternya Yang Guo (Yoko) dan Chang Wu Ji (Thio Bu Kie). Kalau temanya pure romance kayak drakor gpp ya, tapi ini kan ada embel-embelnya "Heroes" alias "Pahlawan", "Return Of The Condor Heroes", masak iya Pahlawan kayak gitu? Serius nanya 0___0
( Note : Pernah nonton sekali waktu versinya Andy Lau dan Idy Chan di Indosiar sekitar 23 tahun silam, langsung ilfil dan benci setengah mampus ma Yang Guo (Yoko) dan Xiao Lung Ni dan ogah nonton versi barunya sampai sekarang. Cukup 1 versi aja uda bikin aku muak 0__0
Judulnya aja "Heroes", kan? Pahlawan. Pahlawan seharusnya lebih mementingkan kepentingan umum alias bangsa dan negara DI ATAS kepentingan PRIBADI atau golongan. Jangan sebut dirimu Pahlawan aka "Ying Siung" kalau LEBIH mementingkan istri/kekasih dari pada negara, kayak karakternya Yang Guo (Yoko) dan Chang Wu Ji (Thio Bu Kie). Kalau temanya pure romance kayak drakor gpp ya, tapi ini kan ada embel-embelnya "Heroes" alias "Pahlawan", "Return Of The Condor Heroes", masak iya Pahlawan kayak gitu? Serius nanya 0___0
Pengecut kok bisa-bisanya dijadikan lakon, dianggap pahlawan pula, lebih sebel lagi, fansnya Yang Guo (Yoko) dan Xiao Lung Ni di Indonesia lebih banyak daripada fansnya Guo Jing. Ada apa dengan mereka?
Apa sekarang eranya pengecut dipuja sementara pahlawan sejati seperti Guo Jing malah tidak begitu disukai??? Serius nanya 0___0 Ah sudahlah, yang penting aku suka Guo Jing and he is the REAL HERO in my eyes ^_^
"Legend Of The Condor Heroes" alias "Pendekar Pemanah Rajawali" adalah satu-satunya serial wuxia yang selalu kutonton setiap kali ada versi barunya. Kecuali versi 2003 karena jelek-jelek orangnya, versi 1988 karena BENCI sama Idy Chan dan versi 1976 karena yang jadi Guo Jing tampangnya kayak penjahat jadi aku gak suka ^_^
Written
by : Liliana Tan
Credits
Pict : WEIBO ON LOGO
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS !!! REPOST WITH
FULL CREDITS !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar