Minggu, 11 November 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 14-16)

Guo Jing adalah karakter terfavorite dari semua karakter wuxia yang pernah ada dan “Legend Of The Condor Heroes” alias “Pendekar Pemanah Rajawali” adalah serial wuxia terfavorite maka jangan heran bila blog ini lebih condong membahas tentang potongan adegan antara kedua tokoh utama yaitu Guo Jing dan Huang Rong. 

Untuk penggemar karakter lain seperti Yang Kang, Mu Nian Chi atau Huang Yao Shi (Michael Miu), maaf, bila mereka muncul di adegan yang sama dengan Guo Jing dan Huang Rong dan kebetulan adegannya “Penting” mungkin mereka juga akan ikut muncul dalam blog ini, tapi kalau adegannya “kurang penting” dan tidak masalah bila di skip, maka kemungkinan besar PASTI AKAN DI SKIP.

Sang blogger adalah penggemar Guo Jing dan William Yang Xuwen, bila kalian adalah penggemar Guo Jing dan William Yang Xuwen juga maka blog ini adalah blog yang tepat untuk kalian ber-fangirling. So, let’s the story continue...

 





Dan kisahpun berlanjut... 
Setelah Guo Jing dan Hong Chi Khong menyelamatkan Huang Rong dari tangan si playboy GAK tampan - Ou Yang Khe, maka mereka bertiga pun kembali ke rumah kecil di tengah hutan, tempat di mana Guo Jing, Huang Rong dan Hong Chi Khong tinggal selama sebulan terakhir.

( Note : Agak gak masuk akal sih, rumahnya siapa coba yang mereka tempati? Kok tiba-tiba menemukan sebuah rumah di tengah hutan? Tapi gpp deh, namanya juga film, ketidakmasuk akalan kecil seperti ini DIAMPUNI karena Guo Jing-nya ganteng hihihi ^_^ Anggap saja, orang ganteng bebas melakukan apa pun yang mereka inginkan. Toh gak merusak alur cerita, kan? Gak penting juga mereka dapet rumah dari mana hehehe ^_^

Hong Chi Khong menceritakan pada Huang Rong betapa Guo Jing sangat mencemaskannya hingga hampir saja menangis saat tak bisa menemukan Huang Rong saat itu. 
“Kau tahu? Anak ini benar-benar menyukaimu. Saat tidak bisa menemukanmu kemarin, dia hampir saja menangis,” ujar Hong Chi Khong, sengaja menggoda Guo Jing yang tampak malu-malu.


“Benarkah, Chi Khong?” Huang Rong tersipu malu mendengarnya. Dalam hati dia gembira karena ternyata Guo Jing sangat takut kehilangannya. 
“Chi Khong...” Guo Jing berusaha menutupi rasa malunya saat Chi Khong menggodanya.

Tapi kemudian dia menatap Rong’er dengan tatapan mata memancarkan kecemasan tapi juga kelegaan, “Rong’er, ada saat di mana aku sangat sedih karena berpikir tidak bisa menemukanmu. Tapi aku sudah berkata, walau sampai ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan menemukanmu,” ujar Guo Jing dengan wajah penuh tekad. Huang Rong tersenyum malu-malu mendengarnya.

Tapi itu justru membuat Hong Chi Khong merinding dan malu sendiri mendengarnya sehingga memutuskan untuk pergi. 
“Sudahlah. Aku pergi saja,” ujar Chi Khong tiba-tiba. 
“Chi Khong, kau benar-benar ingin pergi?” rayu Huang Rong lagi.

“Untuk apa aku terus di sini melihat sepasang bayi memadu kasih? Kalian berdua sangat menjijikkan. Yang satunya “Walau sampai ke ujung dunia”, yang satunya “aku tahu kau akan menemukanku”. Itu membuatku merinding.” Hong Chi Khong kembali mengomel.

Akhirnya Huang Rong pun berjanji akan memasakkan makanan yang enak untuk Chi Khong sebagai tanda terima kasihnya karena telah membantu menyelamatkannya dari tangan Ou Yang Khe juga telah mengajari Guo Jing kungfu.

“Kali ini aku tidak akan memintamu mengajari Jing Gege kungfu.” Janji Huang Rong. 
Kemudian dia segera melesat keluar rumah untuk membeli bahan untuk memasak, tapi Guo Jing segera mengejarnya. 

“Rong’er, biar aku menemanimu.” Ujar Guo Jing khawatir. Khawatir bila kekasih kecilnya diculik lagi oleh Ou Yang Khe. 

Tapi Huang Rong menolak tawaran Guo Jing, “Tidak perlu. Aku bisa pergi sendiri. Kau tenang saja, aku akan segera kembali.” Ujarnya kemudian berjalan pergi.


Namun di tengah jalan, Huang Rong bertemu Mu Nian Chi dan melihat belati dengan nama Guo Jing ada pada Mu Nian Chi. Terjadi perkelahian singkat antara Huang Rong dan Mu Nian Chi yang akhirnya dimenangkan oleh Huang Rong.


Huang Rong yang mengira Mu Nian Chi akan merebut Kakak Jing-nya, menyuruhnya bersumpah untuk tidak menikahi Guo Jing. Mu Nian Chi pun berkata bahwa matipun dia takkan mau menikah dengan Guo Jing karena di dalam hatinya sudah ada pria lain. 

Mendengar hal itu, hati Huang Rong sangat gembira dan spontan memanggil Mu Nian Chi “Jie-jie” alias “Kakak” dan mengajaknya mengobrol serta mengajaknya pulang ke rumahnya dan Guo Jing. Setelah diajak pulang sebentar, Huang Rong bahkan membantu Mu Nian Chi bertemu pujaan hatinya.

 

( Note : Adegan Mu Nian Chi dan Yang Kang TIDAK PERLU diceritakan, ya. Tonton sendiri aja. Gak penting buatku soalnya. Nonton di DVD pun selalu kuskip. Berhubung aku BENCI sama YOKO berikut sang bapak, YOKANG. Aku HANYA FOKUS pada adegan Guo Jing dan Huang Rong semata.)

Keesokan paginya, Guo Jing dan Huang Rong memutuskan untuk melanjutkan perjalanan mereka ke Lin’an untuk mencari pembunuh ayah Guo Jing yaitu Duan Tian Tek. Guo Jing yang khawatir Huang Rong akan diculik orang sekali lagi, memintanya untuk menyamar menjadi seorang pria.


“Rong’er, nanti kau menyamar menjadi pria saja, ya.” Pintanya malu-malu. 
“Kenapa?” tanya Huang Rong yang bingung dengan permintaan Guo Jing. 
“Karena kau terlalu cantik. Aku takut terlalu menarik perhatian. Bila kita bertemu dengan mata keranjang seperti Ou Yang Khe lagi, aku pasti akan khawatir.” Jawab Guo Jing malu-malu dengan bibir cemberut yang manis.


Mendengar Guo Jing mengkhawatirkannya dan takut dia diculik orang lagi, hati Huang Rong menjadi hangat. Dia mengangguk menyetujui permintaan Guo Jing untuk menyamar menjadi pria.

Adegan beralih ke Guo Jing dan Huang Rong yang menaiki sebuah perahu di atas sebuah danau yang indah. Guo Jing bercerita bahwa ini pertama kalinya sejak dia tumbuh besar, dia melihat pemandangan yang begitu indah.

( Note : Settingnya LOCH 2017 memang benar-benar indah seperti lukisan sih. Setting dan pemandangan alam yang indah dan memanjakan mata adalah salah satu kelebihan LOCH 2017 )


Huang Rong lalu menceritakan kisah tentang dua orang pria, yang satu demi wanita yang dia cintai, memilih hidup menyepi di tepi danau ini dan hidup bahagia. Sementara yang satu lagi, memilih berbakti pada negara namun pada akhirnya dipaksa bunuh diri karena sebuah konspirasi keji di dalam istana.

Huang Rong bertanya pada Guo Jing, jika itu dia, siapa yang akan dipilihnya? Yang Hidup menyepi bersama wanita yang dicintainya atau yang mati demi negara? Guo Jing berkata dia tidak pernah membaca buku jadi tidak mengerti, namun dia berpikir bahwa PAHLAWAN SEJATI ADALAH DIA YANG RELA GUGUR DEMI NEGARA.

( Note : Sama seperti karakter Guo Jing yang juga gugur demi negara dengan menjadi penjaga Benteng Xiang Yang dari serangan Mongol hingga akhirnya tewas terbunuh di Xiang Yang ketika usianya sudah tua...)


Lalu Guo Jing balik bertanya, bagaimana dengan Huang Rong. 
Huang Rong pun menjawab dengan tersenyum manis, “Rong’er tidak peduli dengan apa pun. Asalkan Rong’er bisa bersama Kakak Jing, Kakak Jing mau pergi ke mana, Rong’er akan ikut. Kakak Jing mau melakukan apa, Rong’er juga akan ikut. Tak peduli Kakak Jing ada di mana, aku akan bersamamu, melakukan apa pun tak masalah."

Guo Jing terharu mendengar jawaban Huang Rong. Dia berkata Huang Rong adalah gadis yang sangat baik. Kata orang Huang Yao Shi si Sesat Timur adalah orang jahat, tapi kenapa memiliki putri yang baik dan bijaksana seperti Huang Rong? Huang Rong tampak tak suka mendengar Guo Jing menilai buruk ayahnya sebelum bertemu dengannya.

“Kau belum bertemu ayahku, bagaimana kau tahu? Nanti aku akan membawamu bertemu dengannya dan kau bisa menilainya sendiri,” jawab Huang Rong lalu segera mengalihkan pembicaraan dengan berkata dia ingin menyanyikan sebuah lagu untuk Guo Jing. 

Guo Jing mengangguk senang. Namun  ternyata ada seorang pria setengah baya di tengah danau yang juga menyanyikan sebuah lagu dengan nada yang sama.

Penasaran, Huang Rong menyuruh orang yang mendayung perahu mereka untuk mendekati perahu pria itu. Singkat cerita, pria setengah baya itu ternyata adalah kakak seperguruan Huang Rong yang sudah diusir dari Pulau Persik yaitu Lu Cheng Feng. Sekarang dia tinggal di Wisma Awan yang berada di seberang danau dan dikelilingi oleh formasi yang mirip dengan formasi Pulau Persik.


Di Wisma Awan tersebut, Guo Jing dan Huang Rong bertemu dengan banyak orang. Pertama, mereka melihat Lu Guan Ying (putra Lu Cheng Feng) menangkap Yang Kang, lalu kemudian Mei Chao Feng datang meminta muridnya dibebaskan.

Ketua Lu yang tidak ingin menyulitkan Guo Jing dan Huang Rong akhirnya dengan berat hati mengantar Guo Jing dan Huang Rong pergi. Sebelum mengantar mereka pergi, Ketua Lu sudah menyiapkan sekotak tael emas sebagai hadiah pernikahan sepasang kekasih kecil tersebut.

 

“Nona Huang, kau sangat cerdas dan berpendidikan. Dengan Saudara Guo juga merupakan pasangan serasi. Aku tidak beruntung tidak bisa menghadiri pernikahan kalian. Ini sedikit niat baikku, mohon diterima,” ujar Ketua Lu Cheng Feng pada Guo Jing dan Huang Rong yang tampak sangat terkejut karena Ketua Lu mengetahui penyamaran Huang Rong. 

Lebih terkejut lagi saat bisa menebak bahwa Guo Jing dan Huang Rong adalah sepasang kekasih.
“Ketua Lu, ternyata kau sudah tahu kalau aku adalah wanita,” ujar Huang Rong dengan sungkan. 

“Kau lihatlah tatapan mata Saudara Guo saat memandangmu. Dia sudah mengkhianatimu,” jawab Ketua Lu sambil tertawa tipis, menunjuk pada Guo Jing yang tidak bisa menyembunyikan perasaannya.


Guo Jing yang baik hati dan tidak serakah menolak pemberian hadiah uang dari Ketua Lu. Akhirnya sebagai ganti, Ketua Lu memberikan pil embun Sembilan Bunga untuk hadiah. Guo Jing dan Huang Rong awalnya berencana untuk pergi dulu tapi kemudian kembali lagi.

Tapi ternyata si kembar penipu, Chiu Chien Chang (yang menyamar menjadi Chiu Chien Ren) juga datang ke sana dan akhirnya Guo Jing dan Huang Rong (yang mengira bahwa kedatangan Ketua Tapak Besi Chiu Chien Ren adalah untuk membantu mereka) memutuskan bahwa mereka tak perlu pergi karena Ketua Chiu sudah datang membantu.


Selain Ketua Tapak Besi Palsu, Chiu Chien Chang (yang menyamar menjadi Chiu Chien Ren) yang datang ke Wisma Awan dengan misi membebaskan Yang Kang, keenam guru Guo Jing yaitu “Tujuh Pendekar Jiang Nan” juga tak sengaja singgah di sana.

Lu Guan Ying yang tidak mengenal siapa itu “Tujuh Pendekar Jiang Nan” mengira mereka adalah anak buah Mei Chao Feng yang datang untuk menuntut balas. Lu Guan Ying dan orang-orangnya segera menyerang “Tujuh Pendekar Jiang Nan”, namun untunglah Guo Jing datang pada saat yang tepat untuk menghentikan pertarungan itu.


“Guru.” Panggil Guo Jing lalu segera menghentikan pertarungan. Lu Guan Ying yang mendengar Guo Jing memanggil mereka guru segera meminta maaf karena telah salah paham.

Guru-guru Guo Jing, khususnya Guru ke-1 terlihat masih sangat marah pada Guo Jing karena murid kesayangan mereka pergi diam-diam tanpa pamit dan melarikan diri dengan Huang Rong.

“Guru ke-1.” Panggil Guo Jing dengan raut wajah bersalah. 
“Siapa gurumu? Hatimu ini apakah masih ada aku gurumu?” ujar Guru Ke-1 seraya mengarahkan tongkatnya, bersiap memukul Guo Jing. 
“Marge Khe, kenapa kau pukul Kakak Jing-ku?” seru Huang Rong tak suka melihat Kakak Jing-nya ditindas.

“Iblis Kecil, aku mendiidik muridku, kau tak perlu ikut campur,” jawab Guru Ke-1 dengan nada tak suka. 
“Kau...” Huang Rong ingin mengatakan sesuatu tapi Guo Jing memotong kalimatnya. 
“Rong’er, jangan bicara lagi,” pinta Guo Jing. 

“Guru, Jing’er sudah tahu bersalah,” Guo Jing segera berlutut memohon maaf pada gurunya. Guru Ke-1 Guo Jing segera memukul Guo Jing dengan tongkatnya dengan sangat keras. Spontan kelima Guru Guo Jing yang lain mencoba menghentikannya.

“Kakak, ada masalah bicarakan baik-baik,” ujar Guru Ke-7, bicara membela Guo Jing. 
“Jing’er, kau ini, saat pergi juga harus pamit.” Ujar Guru Ke-2 lebih pengertian.

“Kau ini keterlaluan, apakah di hatimu masih ada kami gurumu? Apakah kau tahu bagaimana kami melewati beberapa hari ini? Kami semua mencemaskanmu.” kali ini, guru ke-3 Guo Jing juga ikut bicara.

“Jiwanya sudah digoda pergi oleh Iblis Kecil itu. Dia mana tahu kita ini sangat mencemaskannya?” lagi-lagi Guru Ke-1 Guo Jing menunjukkan ketidaksukaannya pada Huang Rong.

“Kau ini jangan selalu memanggilku Iblis Kecil. Kakak Jing sudah berlutut meminta maaf, kau masih ingin apa lagi?” Huang Rong balik mengomel, tapi lagi-lagi Guo Jing menghentikannya. 
“Rong’er, jangan bicara lagi.” Seru Guo Jing, tak ingin menambah masalah.
“Guru Ke-1, jika kau bisa memaafkan Jing’er, Jing’er rela dihukum apa pun,” ujar Guo Jing pasrah. 


Guo Jing lebih suka dihukum apa pun daripada dipaksa berpisah dengan Rong’er. Guo Jing menganggap dihukum jauh lebih baik daripada dipaksa meninggalkan wanita yang dia cintai.

“Selama kau masih bersama Iblis Kecil ini, jangan pernah mengakui aku gurumu. Aku Khe Chen Erl tak pernah punya murid sepertimu.” Ujar Guru Ke-1 keras kepala. 
“Guru Ke-1...” Guo Jing dilanda kebingungan. Yang satu adalah gurunya, yang lain adalah kekasihnya.

“Kakak, kita sudah menghabiskan waktu 18 tahun untuk bocah ini. Jika diibaratkan bisnis maka kita sudah rugi besar.” Ujar guru Ke-4, mencoba membujuk.

“Katakan! Katakan apa dalam hatimu kau sangat senang membuat keenam gurumu kesal?” ujar Guru Ke-6. 
“Katakan! Katakan pada Guru Kesatu-mu, selamanya kau takkan bersama Iblis Kecil itu lagi,” tambah Guru Ke-6, memaksa Guo Jing memilih.

Guo Jing sudah tentu tidak mau mengatakannya, dia tidak mau berpisah dengan Huang Rong apa pun yang terjadi. Tapi di sisi lain, budi guru-gurunya juga sebesar gunung. Hal ini membuatnya sangat bingung.

“Cepat bangun! Ayo bangun!” ujar Huang Rong, menarik lengan Guo Jing agar berdiri. 
“Hei Labu Pendek, kau bilang apa tadi?” ujar Huang Rong dengan nakal. 
“Rong’er...” panggil Guo Jing, melarang Huang Rong mengatai gurunya.

Semua guru Guo Jing ingin Guo Jing bersumpah tidak akan bersama Huang Rong lagi selamanya, tapi sampai akhir, Guo Jing tetap menolak. Keenam guru Guo Jing hampir saja pergi, untunglah ada Chiu Chien Ren palsu yang datang dengan mulut besarnya dan bertanya apakah kedatangan “Tujuh Pendekar Jiangnan” kemari adalah untuk membunuh Mei Chao Feng.

Mendengar nama Mei Chao Feng, akhirnya keenam guru Guo Jing memutuskan untuk tinggal agar bisa menghadapi musuh bersama-sama. Ketua Lu tentu sangat menyambut baik kedatangan “Tujuh Pendekar Jiangnan”.

Setelah mengobrol ke sana-kemari, akhirnya diketahui bahwa niat Chiu Chien Ren palsu datang ke wisma awan adalah untuk meminta Ketua Lu membebaskan Yang Kang dan berpihak pada penjajah Chin.
Akhirnya karena merasa tidak sejalan, Guo Jing mewakili keenam gurunya untuk bertarung dengan Chiu Chian Ren palsu, yang tentu saja Guo Jing menang dengan mudah. Guru Ke-2 Guo Jing yaitu “Pelajar Bertangan Cepat”, Su Chong yang sangat jago mencopet berhasil mencopet benda-benda mainan yang Chiu Chien Ren palsu gunakan untuk menipu orang.

Tepat pada saat Chiu Chien Ren hampir dibunuh, Mei Chao Feng datang ke sana. Demi untuk menyelamatkan dirinya, si penipu itu membual dengan mengatakan bahwa Huang Yao Shi telah mati dibunuh orang. Huang Rong pun hampir percaya dan dia sempat meneteskan air mata saat mendengar kabar bahwa ayahnya telah meninggal.

Tapi untunglah kebohongan itu dengan cepat terbongkar. Walau si penipu Chiu Chien Chang telah diusir pergi, namun Mei Chao Feng masih di sana untuk menuntut balas kematian suaminya. Lagi-lagi demi mewakili guru-gurunya, Guo Jing bertarung dengan Mei Chao Feng.

 

Guo Jing sempat terluka terkena racun saat jari-jari Mei Chao Feng melukai tangan kanan Guo Jing. Guru Ke-1 Guo Jing juga sempat mengorbankan dirinya demi menyelamatkan sang murid yang sedang terluka. Untunglah Guru Ke-2 Guo Jing berhasil mencuri obat penawar racun sekaligus kitab sembilan bulan yang dijadikan pembungkus belati oleh Mei Chao Feng dan memberikannya pada Guo Jing.

Mei Chao Feng pun berhasil dikalahkan oleh Guo Jing dengan menggunakan ilmu “Tapak Sunyi”. Tapi Huang Yao Shi yang tidak terima muridnya dikalahkan, menyuruh Mei Chao Feng untuk kembali 
menantang Guo Jing. 

Huang Yao Shi diam-diam menggunakan Ilmu jarinya untuk membantu Mei Chao Feng. Huang Rong yang mengetahui ada seseorang yang membantu Mei Chao Feng kemudian mengambil beberapa genteng dan membantingnya ke lantai untuk memecah konsentrasi Mei Chao Feng.

Setelah cukup lama bertanding, akhirnya Huang Rong pun mengetahui bahwa orang yang diam-diam membantu Mei Chao Feng untuk mengalahkan kekasihnya adalah ayahnya sendiri. Ingin mengambil hati sang ayah agar merestui hubungannya dengan Guo Jing, Huang Rong mulai mengeluarkan jurus rayuan mautnya.


Dengan tersenyum manis, Huang Rong berjanji akan menuruti semua omongan sang ayah. Kemudian Huang Rong mulai memperkenalkan sang kekasih pada sang ayah. 
“Jing Gege,” panggil Huang Rong seraya memberi tanda pada Guo Jing untuk segera memperkenalkan dirinya.

Guo Jing yang tak menyangka akan dipanggil, awalnya hanya terbengong ragu. Namun dia menuruti kata-kata Huang Rong dan mulai memberi hormat seraya memperkenalkan dirinya. 

“Junior memberi salam pada Tetua,” ujar Guo Jing seraya mengatupkan kedua tangannya dengan sopan, namun dengan ekspresi takut di wajahnya. Ini adalah pertama kalinya Guo Jing bertemu dengan ayah kekasihnya.


“Ayah, aku belum memperkenalkannya. Dia adalah orang paling baik yang aku temukan di dunia ini. Namanya Guo Jing,” ujar Huang Rong memperkenalkan kekasihnya seraya tersenyum manis.

“Jadi namamu Guo Jing?” tanya Huang Yao Shi dengan tatapan tak suka. 
“Ya, itu namaku.” Jawab Guo Jing dengan sedikit takut.


Huang Yao Shi hanya menatap sang calon menantu dengan tatapan sinis dan merendahkan. Dia terlihat tidak suka dengan pria pilihan putrinya. Huang Rong yang sudah mendapat firasat bahwa sang ayah tidak menyukai pria pilihan hatinya, berusaha merayu sang ayah saat malam harinya dengan membuatkan kue yang enak.

“Kau ini terlalu aku manjakan. Ayah memarahimu sedikit, kau langsung kabur meninggalkan rumah. Tak ada kabar sama sekali,” omel Huang Yao Shi, memarahi putri kecilnya. 
“Ayah, sebenarnya Rong’er juga sangat merindukanmu,” rayu Huang Rong dengan manja. 
“Benarkah?” Huang Yao Shi tampak tak percaya.

“Benar. Apa ayah tahu? Saat si marga Chiu itu bilang ayah sudah dibunuh oleh 7 Pendeta Chuan Chin, Rong’er merasa sangat sedih. Rong’er berpikir takkan bisa bertemu ayah lagi,” Huang Rong terus mengeluarkan rayuan gombalnya.

“Aku, Huang Yao Shi, walaupun harus mati, tentu tidak akan mati di tangan para pendeta busuk itu. Mereka 7 orang disatukan, tak sehebat satu Wang Chong Yang.” cibir Huang Yao Shi. 
“Aku tahu,” jawab Huang Rong tersenyum manis.

“Kau ini cerdik dan pintar, kau hanya tahu menipu orang. Tentu tak mungkin dibohongi orang. Tapi Ayah tetap tak tenang. Malam itu, ibumu mendatangi ayah dalam mimpi dan menyuruh ayah mencarimu. Jika tidak, saat ayah ke neraka nanti, Ibumu takkan mau bertemu dengan ayah,” ujar Huang Yao Shi, mengomel dengan nada sayang.

“Ayah tidak takut pada langit dan bumi tapi justru takut pada Ibu.” Goda Huang Rong nakal. 
“Ayah, cobalah ini. Ini adalah kue bunga Feng Xian buatan Rong’er sendiri,” lanjut Huang Rong seraya memamerkan hasil masakannya.

Huang Yao Shi mengambil dan memakannya sedikit, tapi setelah mendengar putrinya menyebut nama Guo Jing, selera makannya langsung menghilang. 
“Bagaimana? Enak tidak? Kue ini dibuat langsung dari bunga Feng Xian yang kupetik sendiri. Setelah memakannya, Kakak Jing juga suka,” ujar Huang Rong dengan tersenyum manis.

Spontan Huang Yao Shi berhenti memakan kue tersebut dan menatap putrinya tajam. 
“Kau pergi begitu lama, apa ada yang menindasmu?” tanya Huang Yao Shi, mengalihkan pembicaraan. 
“Tidak ada. Siapa yang berani menindas Rong’er? Lagipula ada Kakak Jing di sisiku, dia bisa melindungiku,” jawab Huang Rong, kembali memuji Guo Jing.

“Bocah ini adalah orang yang telah membunuh Kakak Seperguruanmu, Chen Xuan Feng. Xuan Feng walaupun pengkhianat, tapi dia tetap orang Pulau Persik. Mana boleh membiarkan orang luar membunuh orang Pulau Persik?” Ujar Huang Yao Shi kesal seraya menggebrak meja.

“Ayah, saat itu Kakak Jing baru berusia 6 tahun. Dia tidak tahu apa-apa. Lagipula saat itu keadaannya sangat kacau, sehingga tak sengaja membunuhnya. Mana boleh salahkan dia?” Huang Rong tetap membela sang kekasih tercinta.

“Kau terus saja menyebut Kakak Jing, Kakak Jing. Kau dan bocah itu sudah kenal berapa lama? Kenapa selalu melindunginya?” omel Huang Yao Shi, tampak cemburu karena putri kesayangannya selalu memuji pria lain di hadapannya.

“Ayah, kenapa kau sangat marah? Kau marah karena Kakak Jing membunuh Kakak Xuan Feng atau marah karena Rong’er selalu menyebut nama Kakak Jing?” goda Huang Rong lagi.

“Ah, Rong’er tahu. Ayah marah karena kue buatan Rong’er tidak enak. Besok Rong’er akan buatkan lagi kue yang lebih enak. Ayah, jangan marah lagi. Ayah, ini sudah malam. Ayah cepatlah istirahat. Rong’er pergi siapkan bahan untuk membuat makanan enak untuk Ayah,” Huang Rong tetap berusaha merayu sang ayah agar tidak marah lagi pada kekasihnya.


( Note : Nih Huang Yao Shi walau gak suka sama Guo Jing, tapi tetap membiarkan putri kesayangannya tidur di kamar yang sama dengan Guo Jing. Dia benar-benar gak takut putrinya bakal diapa-apain sama Guo Jing, ya? Tapi untunglah Guo Jing bukan Yang Kang yang menghamili Mu Nian Chi di luar nikah. Guo Jing orangnya polos dan lugu dan tidak mengerti hubungan pria dan wanita, jadi Huang Rong dijamin masih tetap perawan dan gak bakal diapa-apain walau mereka selalu tidur satu kamar. Karena Guo Jing gak mengerti hal-hal yang seperti itu)

Keesokan harinya, Huang Rong mengajak sang ayah berjalan-jalan. Huang Yao Shi menyuruh putrinya pulang karena sudah terlalu lama pergi meninggalkan rumah. Tapi Huang Rong menolak karena dia ingin menemani Guo Jing membalaskan dendam ayahnya. Tiba-tiba saja, Huang Yao Shi melihat Guo Jing berlatih kungfu dan membuatnya semakin marah, Huang Yao Shi marah karena Huang Rong menolak pulang bersamanya karena masih ingin bersama Guo Jing.

Melihat Huang Yao Shi dan Huang Rong tiba, Guo Jing segera memberi hormat dengan sopan pada sang calon mertua. 

“Junior Guo Jing, memberi salam pada Ketua Huang,” ujar Guo Jing dengan sopan seraya mengatupkan kedua tangannya. 

“Bocah, Pengemis Tua sudah mengajarimu “18 Jurus Penakluk Naga”, tapi kau masih berlatih seperti ini? Sungguh membuatnya malu,” ujar Huang Yao Shi dengan tatapan sinis tak suka.

“Itu karena junior bodoh, tidak mengerti intisari yang diajarkan Ketua Hong,” jawab Guo Jing polos. 
“Pengemis Tua itu tak pernah menerima murid, tapi dia mengajarimu 15 Jurus dari “18 Jurus Penakluk Naga” miliknya. Apakah kau sudah berkata manis hingga dia menyukaimu?” sindir Huang Yao Shi dengan gaya menyelidiki.

Huang Rong segera buru-buru membantu Guo Jing bicara, “Ayah, kata-kata manis memang ada. Tapi bukan Kakak Jing yang mengatakannya, melainkan aku. Aku membuat Chi Khong senang jadi Chi Khong baru bersedia mengajari Kakak Jing kungfu. Ayah, Kakak Jing ini orang baik. Ayah jangan terus bersikap galak padanya,” Huang Rong spontan membantu kekasihnya bicara.

“Kau memakai jurus pengemis untuk mengalahkan Mei Chao Feng, apa kau ingin menunjukkan kalau kungfu pengemis itu lebih hebat dari ilmu Pulau Persikku?” Huang Yao Shi mengabaikan ucapan putrinya dan terus “menyerang” Guo Jing.

“Junior tak berani,” Guo Jing spontan membela diri. 
“Ayah, mana mungkin seperti ini? Kakak Jing hanya memanfaatkan mata Kakak Mei yang tak bisa melihat. Dia baru mendapatkan keuntungan.” Lagi, Huang Rong membela kekasihnya dan membantunya bicara.

Guo Jing spontan menoleh pada Huang Rong dan mengikuti apa yang dikatakan Huang Rong. 
“Junior tidak pintar. Tidak berani dibandingkan dengan kehebatan ilmu Pulau Persik.” Ujar Guo Jing seraya menatap Huang Rong. Namun Huang Yao Shi melihat bahwa putrinya membantu calon menantu bodohnya bicara dan membuatnya semakin marah.

“Baik. Bocah, aku akan menerima satu pukulanmu. Biar aku lihat “18 Jurus Penakluk Naga”mu yang hebat atau kungfu Pulau Persikku yang hebat.” Ujar Huang Yao Shi.

Guo Jing spontan menoleh pada Huang Rong dengan kebingungan. Jika tatapan mata bisa bicara, Guo Jing pasti berkata, “Rong’er, tolong aku! Aku harus bagaimana?”

“Aku seberapa beranipun, tak berani beradu dengan Tetua,” jawab Guo Jing menolak. 
“Kau adu kungfu denganku juga masih belum pantas. Kau pukul aku! Aku akan berdiri di sini tak bergerak. Pukul aku dengan “18 Jurus Penakluk Naga”, jika aku menghindar maka anggap aku kalah.” tantang Huang Yao Shi.

“Junior sungguh tak berani,” Guo Jing bersikeras menolak. 
“Tak berani juga harus berani,” Huang Yao Shi terus memaksa.

“Aku benar-benar tak bisa melakukannya,” Guo Jing tetap tak mau. 
“Jangan cerewet! Jika kau tidak mau, kalau begitu kau saja yang menerima pukulanku,” jawab Huang Yao Shi dengan keras kepala.

“Ayah, kau tahu Kakak Jing tidak akan sanggup menerima pukulan Ayah.” Huang Rong kembali melindungi kekasihnya. 
“Aku mau dia tak sanggup menerima,” jawab Huang Yao Shi dengan penuh rasa ketidaksukaan. 
“Ayah, kenapa Ayah begitu membenci Kakak Jing?” ujar Huang Rong dengan sedih. 
“Aku Huang Yao Shi, ingin membenci orang apakah harus butuh alasan?” jawab Huang Yao Shi dengan tegas.

Dia hampir saja memukul Guo Jing tapi guru-guru Guo Jing mendadak tiba di sana. 
“Sesat Huang, hentikan!” seru Guru Ke-2 Guo Jing, Shu Chong. 
“Sesat Huang, kenapa kau sengaja mempersulit muridku?” ujar Guru ke-1 Guo Jing. 


“Kupikir siapa? Ternyata guru dari si bodoh ini. Kalian datang pada saat yang tepat. Bocah brengsek ini membunuh orang dari Pulau Persikku. Hari ini aku ingin membunuhnya, baru kemudian aku akan membunuh kalian dan mengubur kalian bersama-sama.” Ujar Huang Yao Shi dengan galak.

“Tetua, Senior Chen Xuan Feng aku yang bunuh. Tak ada hubungannya dengan guruku. Biar aku yang menggantikan  nyawanya.” ujar Guo Jing melindungi guru-gurunya. 

“Baik. Bocah, kau ternyata tahu diri juga. Aku akan biarkan kau mati dengan cepat!” Jawab Huang Yao Shi seraya bersiap memukul Guo Jing.

Tapi Huang Rong segera berlari melindungi kekasihnya, membuat Huang Yao Shi menahan pukulannya karena tidak ingin melukai putri kesayangannya. 
“Ayah, kau hanya ingin aku pulau ke Pulau Persik bersamamu, kan? Baik. Aku akan pulang bersamamu,” ujar Huang Rong, mencoba menghentikan sang ayah.


Guo Jing shock saat mendengar ucapan Huang Rong yang mengatakan dia akan pulang bersama ayahnya. Spontan Guo Jing menarik tangan Huang Rong, menahannya agar tidak pergi. 
“Rong’er...” bisik Guo Jing tak rela. Dia menggeleng-gelengkan kepalanya sebagai tanda meminta kekasihnya jangan pergi.

 

“Kemari!” seru Huang Yao Shi kepada putrinya. 
“Rong’er...” Guo Jing hanya dapat memanggil nama Huang Rong tidak berdaya saat perlahan-lahan genggaman tangannya mulai terlepas dan Huang Rong berjalan pergi.


“Hari ini aku melepaskanmu, tapi hutang ini masih belum impas,” ujar Huang Yao Shi mengingatkan. 
“Baik. Asalkan Tetua tidak melibatkan keenam guruku, sebulan kemudian aku akan pergi ke Pulau Persik untuk mengantar nyawa.” Guo Jing berjanji.

“Kau sendiri yang mengatakannya. Sebulan kemudian, kita bertemu lagi di Pulau Persik,” ujar Huang Yao Shi seraya menyeret tangan putrinya dan membawanya pergi dengan ilmu meringankan tubuh.


“Rong’er...” Guo Jing hanya mampu membisikkan nama kekasihnya saat melihatnya dibawa pergi, tak mampu melakukan apa-apa untuk menahannya tetap di sini.

Sepasang kekasih tersebut untuk sementara harus berpisah. Dan setelah kepergian Huang Rong, Guo Jing tak sengaja menemukan pembunuh ayahnya yaitu Duan Tian Tek ada di Wisma Awan. 


Ternyata Duan Tian Tek adalah salah satu anggota perampok yang sebelumnya menangkap Yang Kang, tapi ternyata dia pula yang diam-diam membebaskan Yang Kang karena dia adalah mata-mata orang Chin.



Duan Tian Tek menceritakan bahwa dalang sebenarnya dibalik kehancuran keluarga Guo dan Yang adalah Wan Yen Hong Lieh yang jatuh cinta pada istri Yang Tie Xin yaitu Bao Xi Ruo (ibu Yang Kang), sehingga demi menjadikannya istri, Wan Yen Hong Lieh memerintahkan pejabat Lin’an saat itu yaitu Duan Tian Tek untuk menangkap Yang Tie Xin dan Guo Xiao Tian dengan tuduhan menjadi pemberontak. Perintahnya saat itu adalah yang pria dibunuh dan yang wanita dibawa hidup-hidup ke Istana Chin.

  


Akhirnya Duan Tian Tek tewas di tangan Yang Kang. Kemudian Guo Jing dan Yang Kang bersumpah untuk menjadi saudara angkat. Berikutnya, tahu sendirilah kalau Yang Kang tetap jahat dan menjadi saudara angkat dengan Guo Jing hanya sekedar kepura-puraan semata alias PALSU, karena ujung-ujungnya dia menusuk Guo Jing dari belakang. Nusuk beneran pakai pisau ya, bukan sekedar ungkapan semata.
 

Yang Kang takkan pernah berubah bahkan sifat jahat dan egoisnya pun menurun kepada putranya yaitu Yang Guo (Yoko), “pahlawan” egois yang demi seorang wanita, rela melihat jutaan rakyat tertindas sementara Yang Guo (Yoko) dan Xiao Lung Ni asyik indehoi di dalam kuburan kuno, tak peduli pada nasib jutaan rakyat yang terjajah. 

( Note : Pernah nonton sekali waktu versinya Andy Lau dan Idy Chan di Indosiar sekitar 23 tahun silam, langsung ilfil dan benci setengah mampus ma Yang Guo (Yoko) dan Xiao Lung Ni dan ogah nonton versi barunya sampai sekarang. Cukup 1 versi aja uda bikin aku muak 0__0 

Judulnya aja "Heroes", kan? Pahlawan. Pahlawan seharusnya lebih mementingkan kepentingan umum alias  bangsa dan negara DI ATAS kepentingan PRIBADI atau golongan. Jangan sebut dirimu Pahlawan aka "Ying Siung" kalau LEBIH mementingkan istri/kekasih dari pada negara, kayak karakternya Yang Guo (Yoko) dan Chang Wu Ji (Thio Bu Kie). Kalau temanya pure romance kayak drakor gpp ya, tapi ini kan ada embel-embelnya "Heroes" alias "Pahlawan", "Return Of The Condor Heroes", masak iya Pahlawan kayak gitu? Serius nanya 0___0

 

Pengecut kok bisa-bisanya dijadikan lakon, dianggap pahlawan pula, lebih sebel lagi, fansnya Yang Guo (Yoko) dan Xiao Lung Ni di Indonesia lebih banyak daripada fansnya Guo Jing. Ada apa dengan mereka? 

Apa sekarang eranya pengecut dipuja sementara pahlawan sejati seperti Guo Jing malah tidak begitu disukai??? Serius nanya 0___0 Ah sudahlah, yang penting aku suka Guo Jing and he is the REAL HERO in my eyes ^_^
 
"Legend Of The Condor Heroes" alias "Pendekar Pemanah Rajawali" adalah satu-satunya serial wuxia yang selalu kutonton setiap kali ada versi barunya. Kecuali versi 2003 karena jelek-jelek orangnya, versi 1988 karena BENCI sama Idy Chan dan versi 1976 karena yang jadi Guo Jing tampangnya kayak penjahat jadi aku gak suka ^_^

Berikutnya : Episode 17

Written by : Liliana Tan 
Credits Pict : WEIBO ON LOGO 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads