Sabtu, 10 November 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 12-13)

"Legend Of The Condor Heroes 2017", serial adaptasi terbaru yang diangkat dari novel populer karya Jin Yong (Louis Cha) ini telah selesai ditayangkan di China pada awal tahun 2017 silam. Serial yang cukup mendapat sambutan hangat dari penonton China dengan selalu bertengger di posisi 2 dalam setiap penayangan ini juga mendapat tempat yang sangat hangat di kalangan fans International. Meski dibintangi oleh sejumlah pendatang baru yang relatif tidak dikenal, namun LOTCH 2017 terbilang sangat sukses untuk ukuran sebuah serial remake yang sudah diadaptasi sebanyak 7 kali ke layar kaca, apalagi mengingat keempat pemain utama serial ini adalah para artis pendatang baru yang sebelumnya TIDAK DIKENAL PUBLIK, jadi mendapatkan ranking 2 dalam setiap penayangannya adalah sebuah prestasi tersendiri.

Coba bayangkan saja, dengan para pemain utama yang TIDAK DIKENAL PUBLIK dan sudah diremake sebanyak 7 kali tapi mampu berada di Ranking 2 dan bersaing ketat dengan serial Wuxia yang dibintangi oleh aktris populer sekelas Yang Mi, bukankah itu merupakan kesuksesan tersendiri? Saingannya Yang Mi loh, bukan artis ecek-ecek.

Setting yang indah, wajah-wajah baru yang fresh, idol look dan good looking yang memanjakan mata para penonton, special efek yang tidak terlalu berlebihan, alur cerita yang berjalan cepat dan 95% SANGAT MIRIP dengan Novel (ini adalah hal yang bagus mengingat serial ini memang diadaptasi dari Novel), adegan fighting yang luwes dan tidak kaku dari para artisnya, juga pemilihan kostum dan hairdo yang sesuai dengan para pemain adalah beberapa alasan kenapa LOTCH 2017 ini sukses menarik perhatian publik, khususnya Fans International.

Bahkan LOTCH 2017 juga mendapatkan ranking ke-2 sebagai versi adaptasi LOTCH dengan rating tertinggi. Di urutan pertama masih kokoh dan tidak tergoyahkan adalah LOTCH 1983 (rate 9,1), di urutan kedua ada LOTCH 2017 (rate 8,6), kemudian LOTCH 1994 (rate 8,1), barulah LOTCH 2008 (rate 7,2) dan LOTCH 2003 (rate 6,6)

Tapi salah satu hal yang membuatku menyukai versi adaptasi terbaru ini dan menjadikannya versi remake LOTCH TERFAVORITE adalah karakter Guo Jing yang lugu, polos dan baik hati namun ternyata juga bisa merasa cemburu berat (jealous) terhadap Ou Yang Khe. Hah? Sejak kapan Guo Jing jadi posesif? Ingin tahu? Berikut ini adalah beberapa scene yang menunjukkan betapa cute-nya Guo Jing saat ada pria lain yang mencoba menggoda kekasihnya tercinta. Let’s check this out below...






Penculikan Huang Rong : 
Dan kisahpun berlanjut... 
Setelah bertemu dengan Pengemis Utara, Hong Chi Khong dan meminta Hong Chi Khong untuk mengajari Guo Jing beberapa jurus kungfu, kini tiba giliran Hong Chi Khong harus pergi. Huang Rong yang tidak rela Chi Khong pergi saat ini berusaha merayu pengemis tersebut untuk mengajarkan sisa 3 jurus terakhir pada Jing Gege-nya. Namun sayang, tidak peduli bagaimanapun Huang Rong berusaha merayunya, Chi Khong tetap menolak mengajarkan 3 jurus terakhir terakhir.

 

“Chi Khong, kau tak boleh pergi sekarang. Menolong orang harus sampai akhir. Kau ajarilah dia 3 jurus terakhirnya, bukankah itu bagus?” rayu Huang Rong tak menyerah. 
“Mengajari dia semuanya? Benar-benar bagus. Enak saja!” Hong Chi Khong menolak tegas.

Saat Chi Khong akan melangkah pergi, tiba-tiba muncul segerombolan ular berbisa yang mengelilingi mereka bertiga. 
“Chi Khong, lihat. Ada ular. Bagaimana jika kubuatkan sup ular untukmu makan malam?” rayu Huang Rong lagi, mencoba menahan kepergian Hong Chi Khong.  

Chi Khong yang berilmu tinggi tentu mudah untuk membunuh ular-ular tersebut. Kemudian dia mengambil ular-ular yang mati tersebut agar bisa dijadikan arak ular.

Setelah Hong Chi Khong pergi meninggalkan hutan tersebut, tiba-tiba muncul beberapa wanita berbaju dan bercadar putih yang merupakan anak buah Ou Yang Khe. Saat Guo Jing dan Huang Rong hampir bertarung dengan para wanita berbaju putih tersebut, Ou Yang Khe tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.


“Hentikan! Nona Huang, kita bertemu lagi,” sapa Ou Yang Khe dengan tersenyum manis. 
“Kau lagi?” jawab Huang Rong dengan ekspresi malas.

“Apa kau tahu? Aku sangat sulit sekali mencarimu.” Ou Yang Khe mencoba merayu Huang Rong. 
“Apa ular-ular ini milikmu? Siang-siang begini melepaskan ular berbisa, apa kau sengaja ingin mencelakai orang? Apa maksudnya ini?” ujar Huang Rong, langsung tepat pada sasaran.


“Nona Huang salah paham. Empat wanita ini bukan ingin mencelakai orang, mereka hanya sedang memelihara ular untuk main.” Jawab Ou Yang Khe, menunjuk pada keempat pelayan wanitanya.

“Lucu sekali! Aku pernah dengar orang memelihara sapi, ayam, kambing, tapi memelihara ular berbisa, baru sekali ini aku mendengarnya.” sindir Huang Rong dengan sinis. 
“Berarti kau kurang pengetahuan,” seru salah satu wanita pelayan Ou Yang Khe dengan galak. 
“Tidak boleh tidak sopan pada Nona Huang!” ujar Ou Yang Khe, berusaha tampak baik di depan Huang Rong.


“Katakan! Untuk apa kau memelihara ular sebanyak ini?” tanya Huang Rong dengan nada yang masih sinis.

“Aku datang dari Gunung Unta Putih, sepanjang jalan kesepian. Itu sebabnya aku membawa ular untuk menemaniku bermain,” jawab Ou Yang Khe, masih dengan senyuman manisnya (yang sama sekali tidak manis di mataku *red: blogger sadis kumat*)

“Omong kosong! Di sisimu ada begitu banyak wanita cantik, mana mungkin kesepian?” sindir Huang Rong. 
“Aku memang banyak bertemu wanita cantik, tapi yang seperti Nona Huang, cantik dan pintar, hanya kau satu-satunya,” lagi, Ou Yang Khe masih berusaha merayu Huang Rong.


Guo Jing yang berdiri di samping Huang Rong mulai merasa tidak nyaman dan cemburu melihat pria lain merayu kekasihnya.

“Hari ini kembali bertemu denganmu, malam ini aku pasti bermimpi indah” Ou Yang Khe masih melontarkan rayuan mautnya seraya mendekati Huang Rong dengan senyuman genitnya.


Spontan Guo Jing berjalan ke arah Huang Rong dan berdiri di depannya, menghalangi langkah Ou Yang Khe mendekati kekasihnya. Guo Jing dengan kesal berkata dengan nada kecemburuan, “Mimpi saja sendiri!” (red: Lagi-lagi ekspresi cemburu William terlihat sangat cute di mataku ^_^)


Ou Yang Khe langsung menatap dingin Guo Jing dan tertawa menghina, “Anak bodoh ini mana bisa melindungimu?” ujarnya menghina lalu kembali merayu Huang Rong, “Rong’er, lebih baik kau ikut aku saja,” seraya menyerang Guo Jing dan membuat Guo Jing mundur beberapa langkah.

Untung saja saat Ou Yang Khe berniat menyentuh Huang Rong, Hong Chi Khong muncul di saat yang tepat. 
“Anak muda, sebutkan namamu!” ujar Chi Khong pada Ou Yang Khe.
“Aku adalah penerus Gunung Unta Putih, Ou Yang Khe. Junior memberi hormat pada Tetua,” jawab Ou Yang Khe dengan raut wajah tak suka. 

“Apa hubunganmu dengan Racun Tua Ou Yang Feng?” tanya Hong Chi Khong lagi. 
“Tetua mengenal pamanku?” Ou Yang Khe balik bertanya dengan penasaran.  

“Oh, jadi kau keponakan Ou Yang Feng? Sudah 20 tahun lebih aku tidak bertemu Ou Yang Feng. Apa dia masih hidup?” jawab Hong Chi Khong dengan santai. 

“Paman bilang bila teman-temannya masih hidup, dia juga tidak berani mati?” jawab Ou Yang Khe dengan penuh sindiran halus. 

“Bosah brengsek ini memakiku. Kau ingatlah baik-baik. Aku tidak peduli kau dan pamanmu buat masalah apa di Gunung Unta Putih, tapi bila kalian berada di China daratan, kalian harus ikuti aturan di China Daratan. Hari ini karena memandang pamanmu, aku tidak akan buat perhitungan denganmu. Bawa ular-ularmu dan cepat pergi!” ujar Hong Chi Khong.


Ou Yang Khe awalnya dengan sombong ingin menantang duel Hong Chi Khong dan mengundangnya ke Gunung Unta Putih tapi tentu saja Hong Chi Khong menolak karena merasa racun kecil Ou Yang Khe bukanlah tandingannya dan tak perlu menghabiskan waktu dan tenaga menghadapi musuh kecil seperti Ou Yang Khe.

“Dengan kemampuanmu ingin mengajakku berduel? Tidak pantas. Aku tak takut pada pamanmu, pamanmu juga tidak takut padaku. Jadi kau sebaiknya cepat pergi sekarang!” usir Hong Chi Khong.

“Baiklah. Aku permisi. Rong’er, sampai jumpa lagi,” Ou Yang Khe akhirnya terpaksa pergi dari sana, tapi dia masih sempat mengucapkan “salam perpisahan” dengan gadis pujaan hatinya. 

“Masih ingin bertemu lagi?” ujar Hong Chi Khong seraya melirik Huang Rong kemudian berganti melirik Guo Jing.

Setelah mengusir Ou Yang Khe pergi dan mereka kembali ke pondok di tengah hutan, Guo Jing kembali mengungkapkan kekesalannya karena ada pria genit yang mencoba merayu kekasihnya. 

“Melihat matanya yang mata keranjang itu saat menatap Rong’er. Aku benar-benar ingin mencongkel matanya keluar.” Ujar Guo Jing dengan kesal.

(Note : Lagi dan lagi, akting cemburunya William benar-benar cute dan menggemaskan. Guo Jing yang satu ini benar-benar bikin gemes. Dia benar-benar sukses menghidupkan sisi lain dari karakter Guo Jing dan membawa keluar aura kecemburuan manis seorang remaja belasan tahun.)

Untuk menghadapi ular-ular berbisa milik Ou Yang Khe, Hong Chi Khong akhirnya mengajari Huang Rong jurus “Langit Penuh Hujan Jarum Emas”. Karena Guo Jing menolak belajar karena dia ingin fokus pada “18 Jurus Penakluk Naga” jadi Huang Rong-lah yang mendapat kesempatan belajar dari Hong Chi Khong.


Namun saat Hong Chi Khong meninggalkan Huang Rong seorang diri di dalam hutan untuk berlatih kungfu, wanita pelayan Ou Yang Khe menculik Huang Rong dan menyembunyikannya di sebuah rumah terpencil.

“Apa lihat-lihat? Kalau Jing Gege tahu, dia pasti akan mencongkel matamu keluar,” ujar Huang Rong dengan galak saat Ou Yang Khe menatapnya penuh nafsu. 

“Jing Gege? Maksudmu pria bodoh di sampingmu itu? Apa bagusnya dia?” tanya Ou Yang Khe dengan penuh kesombongan.

(Note : Ya jelas lebih bagus Guo Jing lah daripada elu, Ou Yang Khe. Guo Jing lebih ganteng, lebih tinggi, lebih muda. Uupppsss, bukan Guo Jing ding, tapi pemeran Guo Jing maksudnya ^_^ William Yang Xuwen jelas lebih ganteng 1000000000000000 kali daripada Liu Chi Yang hihihi ^_^ Bagi yang matanya normal loh ya, yang matanya bermasalah ya pasti bilang lebih ganteng Ou Yang Khe 0___0 )

“Dia lebih baik segalanya daripada dirimu,” jawab Huang Rong tanpa ragu. 

(Note : Setuju ma Rong’er. Guo Jing lebih baik segalanya daripada Ou Yang Khe ^_^)

“Itu karena kau tidak mengenalku,” ujar Ou Yang Khe membela diri. 
“Kau menculikku, apa karena ingin aku lebih mengenalmu?” sindir Huang Rong. 
“Kita bicara baik-baik, ya. Bukan aku yang menculikmu.” Sangkal Ou Yang Khe.

“Aku Ou Yang Khe, tak pernah suka mempersulit orang lain, terutama saat menghadapi wanita yang kucintai. Tapi para pelayanku membawamu ke hadapanku, aku tak punya alasan untuk menolak.” Jawab Ou Yang Khe bersilat lidah.

“Kau jangan berpura-pura. Di sisimu sudah ada begitu banyak wanita cantik, untuk apalagi menculikku?” Huang Rong tampak sama sekali tak percaya kalau Ou Yang Khe menyukainya.  
“Sudah kukatakan, kau ini tak ada duanya. Yang lebih pintar darimu, tidak secantik dirimu. Dan yang lebih cantik darimu, tidak sepintar dirimu. 

“Aku lihat kau kekurangan wanita,” sindir Huang Rong. 
“Aku kekurangan dirimu,” rayu Ou Yang Khe lagi. Dia terus mendekati Huang Rong hingga membuat gadis itu terbaring di atas kasur.

Huang Rong meronta, tidak sudi Ou Yang Khe mendekatinya apalagi menyentuhnya. 
“Kau mau apa? Jangan mendekat! Jangan sentuh aku!” ujar Huang Rong ketakutan. Tapi untunglah Ou Yang Khe tidak berani berbuat macam-macam pada Huang Rong karena tahu bahwa gadis itu mengenakan rompi landak yang penuh dengan duri.

“Rong’er, wajahmu saat marah, ternyata manis juga.” Ujarnya seraya berusaha menyentuh pipi Huang Rong yang lagi-lagi kembali meronta ketakutan. 

“Tolong! Tolong! Ada orang tidak?” serunya ketakutan, tapi si brengsek Ou Yang Khe hanya tertawa santai mendengar teriakan Huang Rong.

“Di sini adalah wilayah terpencil. Tak ada orang lain di sekitar tempat ini. Kau teriak sampai bisupun, takkan ada yang mendengar teriakanmu. Kalau kau tak percaya, terus saja teriak.” Jawab Ou Yang Khe seraya tersenyum menang.

“Kau? Benarkah sungguh-sungguh menyukaiku?” tanya Huang Rong. Dia mulai bersiasat, berharap bisa mengelabui Ou Yang Khe. 

“Tentu saja. Sejak pertama kali bertemu denganmu di Istana Chou, aku sudah jatuh hati padamu. Memejamkan mata ada dirimu. Dalam mimpipun ada dirimu. Yang selalu kupikirkan hanyalah dirimu,” Jawab Ou Yang Khe dengan nada merayu.

“Oh. Kalau begitu, apa yang kau sukai dariku?” rayu Huang Rong lagi. 
“Hal ini benar-benar sulit untukku. Aku suka melihat senyummu, matamu, hidungmu, dagumu, bahkan jari kakimu, aku juga suka. Pokoknya semua milikmu, aku suka.” Jawab Ou Yang Khe, mulai tergoda.

“Apakah perasaanmu padaku sangat dalam? Kupikir tidak ada lagi orang di dunia ini yang begitu baik padaku sepertimu.” Rayu Huang Rong dengan manis. 
“Tentu saja.” Jawab Ou Yang Khe dengan penuh percaya diri. 

“Ingin aku bersamamu, mudah saja. Tapi, aku punya beberapa syarat.” Lagi, Huang Rong mencoba merayu Ou Yang Khe dan mencari cara melepaskan diri.

“Asal aku bisa melakukannya, syarat apa pun akan kuterima.” Jawab Ou Yang Khe dengan penuh percaya diri.

“Kau tahu sendiri, aku adalah gadis baik-baik, tidak seperti para wanita murahan di sisimu itu. Kau ingin bersamaku, maka kau harus menikahiku secara terang-terangan.” Maksud hati ingin membodohi Ou Yang Khe agar melepaskannya, dengan alasan harus lebih dulu menikahinya kalau ingin bersamanya, tapi seperti telah diduga bahwa Ou Yang Khe terlalu pintar untuk dibodohi.

“Ini mudah. Aku akan sampaikan pada pamanku agar melamarmu pada ayahmu. Berapapun mas kawinku, tidak masalah.” Jawab Ou Yang Khe dengan tersenyum gembira. 

“Kalau begitu kita janji, akan mencari waktu untuk menikah.” Ujar Huang Rong, masih dengan tersenyum manis. 
“Aku janji.” Jawab Ou Yang Khe dengan berbunga-bunga. 

“Kalau begitu, bisakah kau lepaskan aku sekarang? Aku benar-benar kesakitan.” Huang Rong kembali merayu Ou Yang Khe. Ou Yang Khe tampak ragu sejenak, tapi Huang Rong kembali memberikan janji palsunya.

“Kau tenang saja. Aku takkan kabur, takkan teriak juga takkan membuat masalah. Aku akan menunggu menjadi istrimu dengan tenang,” ujar Huang Rong merayu. Ou Yang Khe tampak akan tertipu untuk sesaat, dia sempat ingin melepaskan ikatan gadis itu. Namun sayang, Ou Yang Khe tidak semudah itu ditipu.

“Nona Huang, kau memang pintar tapi aku juga tidak bodoh. Kau pikir aku akan percaya padamu?” tanya Ou Yang Khe dengan senyuman liciknya.

Saat Huang Rong sedang memikirkan cara untuk melarikan diri, Guo Jing dan Hong Chi Khong juga mencari cara untuk menemukannya. Setelah mencari ke sana kemari tidak juga menemukan jejak gadis itu, Guo Jing mendapat firasat mungkin hilangnya Huang Rong ada hubungannya dengan Ou Yang Khe.

“Chi Khong, apa menurutmu Ou Yang Khe menculik Rong’er?” Guo Jing mengatakan kecurigaannya pada Hong Chi Khong. 

“Hal itu mungkin saja. Racun Tua bukan orang baik, Racun Kecil juga pasti bukan orang baik. Tapi dunia begitu luas, ke mana kita akan mencari Rong’er?” jawab Hong Chi Khong, masuk akal. 

“Walau sampai ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan menemukan Rong’er.” Ujar Guo Jing penuh tekad.

Di sisi lain, Ou Yang Khe masih berusaha untuk merayu Huang Rong dan bertekad akan melamarnya. 
“Ucapanmu benar juga. Nanti aku akan mengajak Pamanku untuk melamarmu secara resmi di hadapan ayahmu, dan menikahimu secara terang-terangan,” ujar Ou Yang Khe tak mau menyerah. 
“Ayahku takkan setuju!” jawab Huang Rong kesal. 

“Aku Ou Yang Khe, penerus Gunung Unta Putih, pandai, tampan, berlatar belakang baik, jauh lebih baik daripada anak bodoh itu. Ayahmu tak punya alasan untuk menolak.” Jawab Ou Yang Khe penuh percaya diri. 
“Aku punya rompi landak. Kau takkan bisa mendekatiku,” jawab Huang Rong tak putus asa.

(Note : Hhhmm..bingungnya di sini nih. Harusnya kan Huang Rong pake rompi landak, tapi kok Guo Jing bisa peluk-peluk terus tanpa kena duri landaknya, ya? Padahal kalau orang lain bakal ketusuk tangannya. Apa rompi landaknya memilih orang? Hihihi ^_^)

“Aku memang tidak bisa apa-apa terhadap rompi landakmu. Tapi setelah aku membawamu ke Gunung Unta Putih, pamanku Ou Yang Feng pasti memiliki cara untuk menangani rompi landak itu,” jawab Ou Yang Khe dengan seringai kemenangan.

“Kau ingin membawaku ke Gunung Unta Putih?” Huang Rong tampak shock mendengar rencana Ou Yang Khe.

Sementara itu di hutan, Guo Jing mulai putus asa karena tidak bisa menemukan kekasihnya di manapun. Dia bahkan memukul batu sebagai pelampiasan kekesalannya. Guo Jing terus menyalahkan dirinya yang bodoh.
“Rong’er, kau di mana?” Guo Jing berteriak memanggil nama Rong’er dengan putus asa.

Di tempat lain, Huang Rong juga mulai tampak ketakutan bila Guo Jing tidak bisa menemukannya. 
“Jing Gege, cepatlah datang menolongku. Jika tidak, besok aku pasti akan dibawa ke Gunung Unta Putih oleh bajingan itu,” Huang Rong hanya bisa berdoa dalam hati agar Guo Jing segera datang menyelamatkannya.

“Rong’er punya nasib yang baik. Tidak akan terjadi apa-apa padanya,” Hong Chi Khong berusaha menghibur Guo Jing yang cemas. 
“Ini salahku karena terlalu bodoh. Mengapa aku begitu tidak berguna?” ujar Guo Jing dengan putus asa. 

 

“Kau sedang membaca doa? Seorang pria melampiaskan kemarahannya dengan memukul batu, apakah itu seperti seorang pria? Kau ini anak bodoh. Gunakan otakmu untuk berpikir. Apa dia mengatakan sesuatu bila tidak bisa menemukannya, kau harus bagaimana?” ujar Hong Chi Khong, memarahi Guo Jing.

Guo Jing terlihat hampir menangis dan sangat putus asa saat tidak bisa menemukan gadis yang dicintainya. 
“Semuanya salahku karena terlalu bodoh. Kenapa aku tidak sepintar Rong’er?” ujarnya putus asa. 
“Tentu saja kau tidak sepintar dia,” Chi Khong membenarkan ucapan Guo Jing.

Guo Jing tampak tertegun sejenak, sebelum akhirnya sebuah ide melintas di kepalanya. 
“Chi Khong, aku bodoh tapi Rong’er sangat pintar.” Ujar Guo Jing dengan polosnya. 
“Aku tahu,” jawab Chi Khong dengan ekspresi malas.

“Kalau Rong’er diculik orang, dia pasti meninggalkan tanda agar kita bisa menemukannya,” ujar Guo Jing dengan penuh semangat, mendadak mendapat sebuah ide. 

Hong Chi Khong tampak senang mendengarnya. 
“Meninggalkan tanda? Kau ini anak bodoh tapi di saat yang genting bisa pintar juga. Kalau begitu pikirkan baik-baik, tanda seperti apa yang dia tinggalkan?” tanya Chi Khong, meminta Guo Jing berpikir.

“Pikirkan! Untuk apa melihatku?” Chi Khong kembali merasa jengkel karena Guo Jing tidak bisa memikirkan tanda apa pun. 

Ekspresi Guo Jing langsung berubah sedih, dia bodoh, tentu dia tidak terpikirkan tanda seperti apa yang akan ditinggalkan Rong’er. Namun untunglah, secara tidak sengaja, Guo Jing melihat jarum yang dipakai Rong’er untuk berlatih ilmu “Langit Penuh Hujan Jarum Emas”.

“Eh Chi Khong, ini jarum yang dipakai Rong’er berlatih. Mengapa bisa ada di sini?” tanya Guo Jing dengan polosnya kemudian mengambil jarum tersebut dan menyerahkannya pada Chi Khong.

(Note : Untung loe ganteng ye, blo’on dikit gpp deh. Termaafkan soalnya ganteng wkwkwk ^_^)

“Kau ini anak bodoh. Ini tanda yang dia tinggalkan. Cepat cari ada lagi, tidak? Tunggu apalagi? Mengapa masih diam saja? Cepat cari!” perintah Chi Khong dengan tidak sabar.

Guo Jing pun segera berdiri dan mencari di sekitar hutan, kemudian dia melihat sebuah jarum lagi tertancap di ranting pohon di tanah. 
“Chi Khong, di sini ada lagi,” ujar Guo Jing dengan gembira seraya memungut jarumnya. Chi Khong mengambil jarum itu dan mulai mengerti ke mana arahnya. 

Guo Jing yang mengerti arah tatapan mata Chi Khong segera berlari ke pohon terdekat saat melihat sebuah jarum tertancap di sebuah dahan pohon. 
“Chi Khong, di sini juga ada lagi,” ujar Guo Jing semakin gembira. 

“Aku sudah bilang, kan? Tentu saja di sini akan ada lagi. Rong’er memang lebih pintar darimu. Dia meninggalkan tanda untuk menunjukkan jalan pada kita. Ke sana! Ayo!” Chi Khong menjawab dengan gembira saat sudah mengetahui ke mana arah jarum tersebut menuju.

Di sisi lain, Ou Yang Khe dan bawahannya, hampir saja membawa Huang Rong pergi dengan menaiki kereta kuda. 
“Rong’er, kau ikut denganku baik-baik pulang ke Gunung Unta Putih. Setelah pulang, aku akan meminta Pamanku membawa mas kawin untuk melamarmu.” Ujar Ou Yang Khe percaya diri.


“Kau takkan berhasil. Kakak Jing-ku pasti akan datang dan menyelamatkan aku,” jawab Huang Rong walaupun dia sendiri tampak tak yakin. 
“Setelah sampai di Gunung Unta Putih, aku adalah Kakak Ou Yang-mu,” jawab Ou Yang Khe dengan tersenyum menyebalkan. 

“Sudahlah! Jangan lihat lagi! Anak bodoh itu tidak akan bisa sampai kemari. Kau ikut aku dengan tenang dan bersiap-siap menjadi istri kecilku,” lanjut Ou Yang Khe dengan tertawa terbahak-bahak.

Tepat pada saat Ou Yang Khe berkata, “Jalan!”, tongkat hijau Hong Chi Khong memukul salah satu kuda bawahan Ou Yang Khe dan membuat penumpangnya terjatuh. Guo Jing dan Hong Chi Khong tiba di saat yang tepat.

Ehem...Mulailah adegan “Pangeran Menyelamatkan Tuan Putri”...
“Rong’er, aku datang menyelamatkanmu,” seru Guo Jing dengan gembira. 
“Jing Gege, aku tahu kau pasti akan datang menolongku,” seru Huang Rong dari dalam kereta dengan kegembiraan yang sama.

Setelah Hong Chi Khong dengan satu tamparan berhasil menjatuhkan semua bawahan Ou Yang Khe dengan mudah, Ou Yang Khe akhirnya keluar dari dalam kereta dan menghadapinya sendiri. Tahu bahwa ilmu Hong Chi Khong setara dengan Pamannya, Ou Yang Khe meminta Hong Chi Khong tidak perlu ikut campur. Hal yang tentu saja tidak dikabulkan oleh Hong Chi Khong.

Karena tidak ingin dikatakan menindas orang yang lebih muda, Hong Chi Khong akhirnya menyuruh Guo Jing untuk bertarung dengan Ou Yang Khe menggunakan "15 Jurus Penakluk Naga" yang baru saja diajarkannya.

“Jing’er, keluarkan jurus yang kuajarkan untuk berlatih dengannya,” perintah Hong Chi Khong, namun Guo Jing yang lamban masih diam saja. 
“Cepatlah!” Hong Chi Khong kembali memberi perintah, barulah kali ini Guo Jing mengerti. 
“Baik.” Jawab Guo Jing.

Dan akhirnya “Sang Pangeran” Guo Jing pun memulai misi menyelamatkan “Sang Putri” dengan lebih dulu mengalahkan penculiknya, Ou Yang Khe. “Pangeran” dan penculik terlibat adu jurus yang seru yang pada akhirnya dimenangkan oleh Sang Pangeran Tampan Guo Jing.


“Ilmu apa yang kau pakai?” tanya Ou Yang Khe kaget, tak menyangka ilmu Guo Jing meningkat pesat dalam waktu yang singkat. 
“18 Jurus Penakluk Naga. Aku baru keluarkan 3 jurus, masih belum selesai. Apa mau diteruskan?” jawab Guo Jing dengan percaya diri. 

Ou Yang Khe tampak kaget saat melihat Guo Jing mengalahkannya dengan ilmu “18 Jurus Penakluk Naga” (yang masih kurang 3 jurus).

Untunglah Hong Chi Khong mengampuni nyawa Ou Yang Khe dan menyuruhnya agar segera pergi secepatnya. Dan akhirnya, Sang Putri pun berhasil diselamatkan oleh Sang Pangeran Tampan. 
“Hei, sekarang kau tahu kalau Jing Gege-ku hebat, kan?” seru Huang Rong dari dalam kereta.


Setelah Ou Yang Khe diusir pergi, Huang Rong segera berlari ke arah Guo Jing yang menyambutnya dengan gembira. 
“Rong’er, maafkan aku. Semua salahku, membuatmu ketakutan seorang diri,” ujar Guo Jing seraya menggenggam tangan Rong’er erat. 


“Jing Gege, aku tahu, walau sampai ke ujung dunia sekalipun, kau pasti akan datang menyelamatkan aku,” jawab Huang Rong dengan gembira. Dan sepasang kekasih kecil yang saling mencintai ini kembali berpelukan erat. Akhirnya Sang Putri kembali ke pelukan Sang Pangeran ^_^


Berikutnya : Episode 14-16

Blogger Opinion : 
Ehem...Mau dong dipeluk William terus ^_^ Kalau aku jadi Li Yi Tong mah, bakal sengaja aku salah-salah’in deh, biar diulang lagi adegan pelukannya hehehe ^_^ Tapi ini ada sedikit unlogical plot. Bukankah tadi Huang Rong diikat di dalam kereta? Lalu siapa dong yang melepaskan ikatannya? *Thinkhard* 

Tapi yasudahlah, asumsikan sebelum diusir pergi, Ou Yang Khe sudah lebih dulu disuruh melepaskan ikatan di tangan Huang Rong. Karena serialnya bagus dan Guo Jingnya ganteng, satu ketidakmasuk akalan abaikan saja. Gak penting juga adegan melepas ikatan hihihi ^_^

Sebenarnya, adegan ini adalah modifikasi yang manis dari sang penulis skenario yang sama sekali tidak mengubah alur cerita, namun justru membuatnya terlihat semakin manis dan menarik. Membuat kisah cinta segitiga antara Guo Jing dan Ou Yang Khe dalam memperebutkan Huang Rong terlihat bukan sekedar tempelan semata, tidak seperti dalam novelnya ataupun seperti dalam versi adaptasi sebelumnya.

Apalagi dalam versi LOCH 2008 yang mana Ou Yang Khe justru diceritakan jatuh cinta pada Mu Nian Chi dan bukan pada Huang Rong seperti yang seharusnya. Duh, melenceng banget LOCH 2008. Apa karena Huang Rong 2008 terlalu jelek dan gendut ya, sampai Ou Yang Khe pun kagak doyan ??? Serius nanya 0___0

Tuh. Sampe-sampe di forum Internasional ada yang bilang kalau Ariel Lin adalah Huang Rong yang paling jelek. Padahal sih kalau menurutku, Huang Rong terjelek itu Chou Shun (2003), Idy Chan (1988) baru Ariel Lin (2008) di tempat ketiga ^_^

Dalam novelnya, Ou Yang Khe memang dikisahkan menyukai Huang Rong yang cantik dan pintar. Namun sayang, dalam versi-versi adaptasi LOCH sebelumnya tidak terlalu ditunjukkan “cinta”-nya kepada Huang Rong. Hhmm...mungkin sedikit terlihat dalam adaptasi LOCH 1994 namun tidak terlalu terlihat dalam adaptasi yang lain, khususnya LOCH 2008 yang JAUH MELENCENG DARI NOVEL.

Modifikasi sih gpp ya, asalkan JANGAN TERLALU BANYAK dan TIDAK MENGUBAH ALUR seperti modifikasi dalam LOCH 2017 yang juga tidak terlalu banyak dan tidak mengubah alur sama sekali, justru membuatnya tampak semakin manis.

Karena Legend Of The Condor Heroes adalah serial yang diangkat dari novel jadi kalau terlalu banyak modifikasi yang jauh melenceng dari Novel seperti dalam LOCH 2008 justu membuat penonton ilfil 0___0

Dan Guo Jing versi William Yang adalah Guo Jing pertama (sejauh yang kuingat) yang jelas-jelas menunjukkan “kepemilikan”nya terhadap Huang Rong. Willam Guo Jing selalu merasa cemburu dan tersaingi setiap kali melihat Ou Yang Khe dekat-dekat dengan sang kekasih, Huang Rong.


Hal ini membuat kisah cinta segitiga antara Guo Jing – Huang Rong – Ou Yang Khe menjadi tampak lebih hidup, persaingan di antara kedua pria untuk mendapatkan Huang Rong juga tampak lebih menarik dan bukan hanya sekedar tempelan belaka. 

Great acting for William Yang Xuwen. Untuk ukuran pendatang baru, aktingmu benar-benar mampu menawan hatiku. Selamat William, aku menyukai aktingmu sebagai Guo Jing yang lugu, dan juga tampan ^_^

Written by : Liliana Tan 
Credits Pict : WEIBO ON LOGO 
WARNING : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads