"Legend
Of The Condor Heroes 2017", serial adaptasi terbaru yang diangkat dari novel
populer karya Jin Yong (Louis Cha) ini telah selesai ditayangkan di China pada
awal tahun 2017 silam. Serial yang cukup mendapat sambutan hangat dari penonton
China dengan selalu bertengger di posisi 2 dalam setiap penayangan ini juga
mendapat tempat yang sangat hangat di kalangan fans International. Meski
dibintangi oleh sejumlah pendatang baru yang relatif tidak dikenal, namun LOTCH
2017 terbilang sangat sukses untuk ukuran sebuah serial remake yang sudah
diadaptasi sebanyak 7 kali ke layar kaca, apalagi mengingat keempat pemain
utama serial ini adalah para artis pendatang baru yang sebelumnya TIDAK DIKENAL
PUBLIK, jadi mendapatkan ranking 2 dalam setiap penayangannya adalah sebuah
prestasi tersendiri.
Coba
bayangkan saja, dengan para pemain utama yang TIDAK DIKENAL PUBLIK dan sudah
diremake sebanyak 7 kali tapi mampu berada di Ranking 2 dan bersaing ketat
dengan serial Wuxia yang dibintangi oleh aktris populer sekelas Yang Mi,
bukankah itu merupakan kesuksesan tersendiri? Saingannya Yang Mi loh, bukan
artis ecek-ecek.
Setting
yang indah, wajah-wajah baru yang fresh, idol look dan good looking yang
memanjakan mata para penonton, special efek yang tidak terlalu berlebihan, alur
cerita yang berjalan cepat dan 95% SANGAT MIRIP dengan Novel (ini adalah hal
yang bagus mengingat serial ini memang diadaptasi dari Novel), adegan fighting
yang luwes dan tidak kaku dari para artisnya, juga pemilihan kostum dan hairdo
yang sesuai dengan para pemain adalah beberapa alasan kenapa LOTCH 2017 ini
sukses menarik perhatian publik, khususnya Fans International.
Bahkan
LOTCH 2017 juga mendapatkan ranking ke-2 sebagai versi adaptasi LOTCH dengan
rating tertinggi. Di urutan pertama masih kokoh dan tidak tergoyahkan adalah
LOTCH 1983 (rate 9,1), di urutan kedua ada LOTCH 2017 (rate 8,6), kemudian
LOTCH 1994 (rate 8,1), barulah LOTCH 2008 (rate 7,2) dan LOTCH 2003 (rate 6,6)
Tapi
salah satu hal yang membuatku menyukai versi adaptasi terbaru ini dan
menjadikannya versi remake LOTCH TERFAVORITE adalah karakter Guo Jing yang
lugu, polos dan baik hati namun ternyata juga bisa merasa cemburu berat
(jealous) terhadap Ou Yang Khe. Hah? Sejak kapan Guo Jing jadi posesif? Ingin
tahu? Berikut ini adalah beberapa scene yang menunjukkan betapa cute-nya Guo
Jing saat ada pria lain yang mencoba menggoda kekasihnya tercinta. Let’s check
this out below...
Penculikan
Huang Rong :
Dan kisahpun
berlanjut...
Setelah
bertemu dengan Pengemis Utara, Hong Chi Khong dan meminta Hong Chi Khong untuk
mengajari Guo Jing beberapa jurus kungfu, kini tiba giliran Hong Chi Khong
harus pergi. Huang Rong yang tidak rela Chi Khong pergi saat ini berusaha
merayu pengemis tersebut untuk mengajarkan sisa 3 jurus terakhir pada Jing
Gege-nya. Namun sayang, tidak peduli bagaimanapun Huang Rong berusaha
merayunya, Chi Khong tetap menolak mengajarkan 3 jurus terakhir terakhir.
“Chi
Khong, kau tak boleh pergi sekarang. Menolong orang harus sampai akhir. Kau
ajarilah dia 3 jurus terakhirnya, bukankah itu bagus?” rayu Huang Rong tak
menyerah.
“Mengajari
dia semuanya? Benar-benar bagus. Enak saja!” Hong Chi Khong menolak tegas.
Saat
Chi Khong akan melangkah pergi, tiba-tiba muncul segerombolan ular berbisa yang
mengelilingi mereka bertiga.
“Chi
Khong, lihat. Ada ular. Bagaimana jika kubuatkan sup ular untukmu makan malam?”
rayu Huang Rong lagi, mencoba menahan kepergian Hong Chi Khong.
Chi
Khong yang berilmu tinggi tentu mudah untuk membunuh ular-ular tersebut.
Kemudian dia mengambil ular-ular yang mati tersebut agar bisa dijadikan arak
ular.
Setelah
Hong Chi Khong pergi meninggalkan hutan tersebut, tiba-tiba muncul beberapa
wanita berbaju dan bercadar putih yang merupakan anak buah Ou Yang Khe. Saat Guo
Jing dan Huang Rong hampir bertarung dengan para wanita berbaju putih tersebut,
Ou Yang Khe tiba-tiba muncul di tengah-tengah mereka.
“Hentikan!
Nona Huang, kita bertemu lagi,” sapa Ou Yang Khe dengan tersenyum manis.
“Kau
lagi?” jawab Huang Rong dengan ekspresi malas.
“Apa
kau tahu? Aku sangat sulit sekali mencarimu.” Ou Yang Khe mencoba merayu Huang
Rong.
“Apa
ular-ular ini milikmu? Siang-siang begini melepaskan ular berbisa, apa kau
sengaja ingin mencelakai orang? Apa maksudnya ini?” ujar Huang Rong, langsung
tepat pada sasaran.
“Nona
Huang salah paham. Empat wanita ini bukan ingin mencelakai orang, mereka hanya
sedang memelihara ular untuk main.” Jawab Ou Yang Khe, menunjuk pada keempat
pelayan wanitanya.
“Lucu
sekali! Aku pernah dengar orang memelihara sapi, ayam, kambing, tapi memelihara
ular berbisa, baru sekali ini aku mendengarnya.” sindir Huang Rong dengan
sinis.
“Berarti
kau kurang pengetahuan,” seru salah satu wanita pelayan Ou Yang Khe dengan
galak.
“Tidak
boleh tidak sopan pada Nona Huang!” ujar Ou Yang Khe, berusaha tampak baik di
depan Huang Rong.
“Katakan!
Untuk apa kau memelihara ular sebanyak ini?” tanya Huang Rong dengan nada yang
masih sinis.
“Aku datang dari Gunung Unta Putih, sepanjang jalan kesepian. Itu sebabnya aku membawa ular untuk menemaniku bermain,” jawab Ou Yang Khe, masih dengan senyuman manisnya (yang sama sekali tidak manis di mataku *red: blogger sadis kumat*)
“Omong
kosong! Di sisimu ada begitu banyak wanita cantik, mana mungkin kesepian?”
sindir Huang Rong.
“Aku
memang banyak bertemu wanita cantik, tapi yang seperti Nona Huang, cantik dan
pintar, hanya kau satu-satunya,” lagi, Ou Yang Khe masih berusaha merayu Huang
Rong.
Guo
Jing yang berdiri di samping Huang Rong mulai merasa tidak nyaman dan cemburu
melihat pria lain merayu kekasihnya.
“Hari ini kembali
bertemu denganmu, malam ini aku pasti bermimpi indah” Ou Yang Khe
masih melontarkan rayuan mautnya seraya mendekati Huang Rong dengan senyuman
genitnya.
Spontan
Guo Jing berjalan ke arah Huang Rong dan berdiri di depannya, menghalangi
langkah Ou Yang Khe mendekati kekasihnya. Guo Jing dengan kesal berkata dengan
nada kecemburuan, “Mimpi saja sendiri!”
(red: Lagi-lagi ekspresi cemburu William terlihat sangat cute di mataku ^_^)
Ou
Yang Khe langsung menatap dingin Guo Jing dan tertawa menghina, “Anak bodoh ini
mana bisa melindungimu?” ujarnya menghina lalu kembali merayu Huang Rong, “Rong’er, lebih baik kau ikut aku saja,”
seraya menyerang Guo Jing dan membuat Guo Jing mundur beberapa langkah.
Untung
saja saat Ou Yang Khe berniat menyentuh Huang Rong, Hong Chi Khong muncul di
saat yang tepat.
“Anak
muda, sebutkan namamu!” ujar Chi Khong pada Ou Yang Khe.
“Aku
adalah penerus Gunung Unta Putih, Ou Yang Khe. Junior memberi hormat pada
Tetua,” jawab Ou Yang Khe dengan raut wajah tak suka.
“Apa
hubunganmu dengan Racun Tua Ou Yang Feng?” tanya Hong Chi Khong lagi.
“Tetua
mengenal pamanku?” Ou Yang Khe balik bertanya dengan penasaran.
“Oh,
jadi kau keponakan Ou Yang Feng? Sudah 20 tahun lebih aku tidak bertemu Ou Yang
Feng. Apa dia masih hidup?” jawab Hong Chi Khong dengan santai.
“Paman
bilang bila teman-temannya masih hidup, dia juga tidak berani mati?” jawab Ou
Yang Khe dengan penuh sindiran halus.
“Bosah
brengsek ini memakiku. Kau ingatlah baik-baik. Aku tidak peduli kau dan pamanmu
buat masalah apa di Gunung Unta Putih, tapi bila kalian berada di China
daratan, kalian harus ikuti aturan di China Daratan. Hari ini karena memandang
pamanmu, aku tidak akan buat perhitungan denganmu. Bawa ular-ularmu dan cepat
pergi!” ujar Hong Chi Khong.
Ou
Yang Khe awalnya dengan sombong ingin menantang duel Hong Chi Khong dan
mengundangnya ke Gunung Unta Putih tapi tentu saja Hong Chi Khong menolak
karena merasa racun kecil Ou Yang Khe bukanlah tandingannya dan tak perlu
menghabiskan waktu dan tenaga menghadapi musuh kecil seperti Ou Yang Khe.
“Dengan
kemampuanmu ingin mengajakku berduel? Tidak pantas. Aku tak takut pada pamanmu,
pamanmu juga tidak takut padaku. Jadi kau sebaiknya cepat pergi sekarang!” usir
Hong Chi Khong.
“Baiklah.
Aku permisi. Rong’er, sampai jumpa lagi,” Ou Yang Khe akhirnya terpaksa pergi
dari sana, tapi dia masih sempat mengucapkan “salam perpisahan” dengan gadis
pujaan hatinya.
“Masih
ingin bertemu lagi?” ujar Hong Chi Khong seraya melirik Huang Rong kemudian berganti
melirik Guo Jing.
Setelah
mengusir Ou Yang Khe pergi dan mereka kembali ke pondok di tengah hutan, Guo
Jing kembali mengungkapkan kekesalannya karena ada pria genit yang mencoba
merayu kekasihnya.
“Melihat
matanya yang mata keranjang itu saat menatap Rong’er. Aku benar-benar ingin
mencongkel matanya keluar.” Ujar Guo Jing dengan kesal.
(Note : Lagi dan lagi, akting cemburunya William benar-benar cute dan menggemaskan.
Guo Jing yang satu ini benar-benar bikin gemes. Dia benar-benar sukses
menghidupkan sisi lain dari karakter Guo Jing dan membawa keluar aura
kecemburuan manis seorang remaja belasan tahun.)
Untuk
menghadapi ular-ular berbisa milik Ou Yang Khe, Hong Chi Khong akhirnya
mengajari Huang Rong jurus “Langit Penuh Hujan Jarum Emas”. Karena Guo Jing
menolak belajar karena dia ingin fokus pada “18 Jurus Penakluk Naga” jadi Huang
Rong-lah yang mendapat kesempatan belajar dari Hong Chi Khong.
Namun
saat Hong Chi Khong meninggalkan Huang Rong seorang diri di dalam hutan untuk
berlatih kungfu, wanita pelayan Ou Yang Khe menculik Huang Rong dan
menyembunyikannya di sebuah rumah terpencil.
“Apa lihat-lihat? Kalau Jing Gege tahu, dia pasti akan mencongkel matamu keluar,” ujar Huang Rong dengan galak saat Ou Yang Khe menatapnya penuh nafsu.
“Jing
Gege? Maksudmu pria bodoh di sampingmu itu? Apa bagusnya dia?” tanya Ou Yang
Khe dengan penuh kesombongan.
(Note : Ya jelas lebih bagus Guo Jing lah daripada elu, Ou Yang Khe. Guo Jing lebih
ganteng, lebih tinggi, lebih muda. Uupppsss, bukan Guo Jing ding, tapi pemeran
Guo Jing maksudnya ^_^ William Yang Xuwen jelas lebih ganteng 1000000000000000
kali daripada Liu Chi Yang hihihi ^_^ Bagi yang matanya normal loh ya, yang
matanya bermasalah ya pasti bilang lebih ganteng Ou Yang Khe 0___0 )
“Dia
lebih baik segalanya daripada dirimu,” jawab Huang Rong tanpa ragu.
(Note
: Setuju ma Rong’er. Guo Jing lebih baik segalanya daripada Ou Yang Khe ^_^)
“Itu
karena kau tidak mengenalku,” ujar Ou Yang Khe membela diri.
“Kau
menculikku, apa karena ingin aku lebih mengenalmu?” sindir Huang Rong.
“Kita
bicara baik-baik, ya. Bukan aku yang menculikmu.” Sangkal Ou Yang Khe.
“Aku
Ou Yang Khe, tak pernah suka mempersulit orang lain, terutama saat menghadapi
wanita yang kucintai. Tapi para pelayanku membawamu ke hadapanku, aku tak punya
alasan untuk menolak.” Jawab Ou Yang Khe bersilat lidah.
“Kau
jangan berpura-pura. Di sisimu sudah ada begitu banyak wanita cantik, untuk
apalagi menculikku?” Huang Rong tampak sama sekali tak percaya kalau Ou Yang
Khe menyukainya.
“Sudah
kukatakan, kau ini tak ada duanya. Yang lebih pintar darimu, tidak secantik
dirimu. Dan yang lebih cantik darimu, tidak sepintar dirimu.
“Aku
lihat kau kekurangan wanita,” sindir Huang Rong.
“Aku
kekurangan dirimu,” rayu Ou Yang Khe lagi. Dia terus mendekati Huang Rong
hingga membuat gadis itu terbaring di atas kasur.
Huang
Rong meronta, tidak sudi Ou Yang Khe mendekatinya apalagi menyentuhnya.
“Kau
mau apa? Jangan mendekat! Jangan sentuh aku!” ujar Huang Rong ketakutan. Tapi
untunglah Ou Yang Khe tidak berani berbuat macam-macam pada Huang Rong karena
tahu bahwa gadis itu mengenakan rompi landak yang penuh dengan duri.
“Rong’er,
wajahmu saat marah, ternyata manis juga.” Ujarnya seraya berusaha menyentuh
pipi Huang Rong yang lagi-lagi kembali meronta ketakutan.
“Tolong!
Tolong! Ada orang tidak?” serunya ketakutan, tapi si brengsek Ou Yang Khe hanya
tertawa santai mendengar teriakan Huang Rong.
“Di
sini adalah wilayah terpencil. Tak ada orang lain di sekitar tempat ini. Kau
teriak sampai bisupun, takkan ada yang mendengar teriakanmu. Kalau kau tak
percaya, terus saja teriak.” Jawab Ou Yang Khe seraya tersenyum menang.
“Kau?
Benarkah sungguh-sungguh menyukaiku?” tanya Huang Rong. Dia mulai bersiasat,
berharap bisa mengelabui Ou Yang Khe.
“Tentu
saja. Sejak pertama kali bertemu denganmu di Istana Chou, aku sudah jatuh hati
padamu. Memejamkan mata ada dirimu. Dalam mimpipun ada dirimu. Yang selalu
kupikirkan hanyalah dirimu,” Jawab Ou Yang Khe dengan nada merayu.
“Oh.
Kalau begitu, apa yang kau sukai dariku?” rayu Huang Rong lagi.
“Hal
ini benar-benar sulit untukku. Aku suka melihat senyummu, matamu, hidungmu,
dagumu, bahkan jari kakimu, aku juga suka. Pokoknya semua milikmu, aku suka.”
Jawab Ou Yang Khe, mulai tergoda.
“Apakah
perasaanmu padaku sangat dalam? Kupikir tidak ada lagi orang di dunia ini yang
begitu baik padaku sepertimu.” Rayu Huang Rong dengan manis.
“Tentu
saja.” Jawab Ou Yang Khe dengan penuh percaya diri.
“Ingin
aku bersamamu, mudah saja. Tapi, aku punya beberapa syarat.” Lagi, Huang Rong
mencoba merayu Ou Yang Khe dan mencari cara melepaskan diri.
“Asal
aku bisa melakukannya, syarat apa pun akan kuterima.” Jawab Ou Yang Khe dengan
penuh percaya diri.
“Kau
tahu sendiri, aku adalah gadis baik-baik, tidak seperti para wanita murahan di
sisimu itu. Kau ingin bersamaku, maka kau harus menikahiku secara
terang-terangan.” Maksud hati ingin membodohi Ou Yang Khe agar melepaskannya,
dengan alasan harus lebih dulu menikahinya kalau ingin bersamanya, tapi seperti
telah diduga bahwa Ou Yang Khe terlalu pintar untuk dibodohi.
“Ini
mudah. Aku akan sampaikan pada pamanku agar melamarmu pada ayahmu. Berapapun
mas kawinku, tidak masalah.” Jawab Ou Yang Khe dengan tersenyum gembira.
“Kalau
begitu kita janji, akan mencari waktu untuk menikah.” Ujar Huang Rong, masih
dengan tersenyum manis.
“Aku
janji.” Jawab Ou Yang Khe dengan berbunga-bunga.
“Kalau
begitu, bisakah kau lepaskan aku sekarang? Aku benar-benar kesakitan.” Huang
Rong kembali merayu Ou Yang Khe. Ou Yang Khe tampak ragu sejenak, tapi Huang
Rong kembali memberikan janji palsunya.
“Kau
tenang saja. Aku takkan kabur, takkan teriak juga takkan membuat masalah. Aku akan
menunggu menjadi istrimu dengan tenang,” ujar Huang Rong merayu. Ou Yang Khe
tampak akan tertipu untuk sesaat, dia sempat ingin melepaskan ikatan gadis itu.
Namun sayang, Ou Yang Khe tidak semudah itu ditipu.
“Nona
Huang, kau memang pintar tapi aku juga tidak bodoh. Kau pikir aku akan percaya
padamu?” tanya Ou Yang Khe dengan senyuman liciknya.
Saat
Huang Rong sedang memikirkan cara untuk melarikan diri, Guo Jing dan Hong Chi
Khong juga mencari cara untuk menemukannya. Setelah mencari ke sana kemari
tidak juga menemukan jejak gadis itu, Guo Jing mendapat firasat mungkin
hilangnya Huang Rong ada hubungannya dengan Ou Yang Khe.
“Chi
Khong, apa menurutmu Ou Yang Khe menculik Rong’er?” Guo Jing mengatakan
kecurigaannya pada Hong Chi Khong.
“Hal
itu mungkin saja. Racun Tua bukan orang baik, Racun Kecil juga pasti bukan
orang baik. Tapi dunia begitu luas, ke mana kita akan mencari Rong’er?” jawab
Hong Chi Khong, masuk akal.
“Walau
sampai ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan menemukan Rong’er.” Ujar Guo
Jing penuh tekad.
Di
sisi lain, Ou Yang Khe masih berusaha untuk merayu Huang Rong dan bertekad akan
melamarnya.
“Ucapanmu
benar juga. Nanti aku akan mengajak Pamanku untuk melamarmu secara resmi di
hadapan ayahmu, dan menikahimu secara terang-terangan,” ujar Ou Yang Khe tak
mau menyerah.
“Ayahku
takkan setuju!” jawab Huang Rong kesal.
“Aku
Ou Yang Khe, penerus Gunung Unta Putih, pandai, tampan, berlatar belakang baik,
jauh lebih baik daripada anak bodoh itu. Ayahmu tak punya alasan untuk
menolak.” Jawab Ou Yang Khe penuh percaya diri.
“Aku
punya rompi landak. Kau takkan bisa mendekatiku,” jawab Huang Rong tak putus
asa.
(Note : Hhhmm..bingungnya di sini nih. Harusnya kan Huang Rong pake rompi landak, tapi
kok Guo Jing bisa peluk-peluk terus tanpa kena duri landaknya, ya? Padahal
kalau orang lain bakal ketusuk tangannya. Apa rompi landaknya memilih orang?
Hihihi ^_^)
“Aku
memang tidak bisa apa-apa terhadap rompi landakmu. Tapi setelah aku membawamu
ke Gunung Unta Putih, pamanku Ou Yang Feng pasti memiliki cara untuk menangani
rompi landak itu,” jawab Ou Yang Khe dengan seringai kemenangan.
“Kau
ingin membawaku ke Gunung Unta Putih?” Huang Rong tampak shock mendengar
rencana Ou Yang Khe.
Sementara
itu di hutan, Guo Jing mulai putus asa karena tidak bisa menemukan kekasihnya
di manapun. Dia bahkan memukul batu sebagai pelampiasan kekesalannya. Guo Jing
terus menyalahkan dirinya yang bodoh.
“Rong’er,
kau di mana?” Guo Jing berteriak memanggil nama Rong’er dengan putus asa.
Di
tempat lain, Huang Rong juga mulai tampak ketakutan bila Guo Jing tidak bisa menemukannya.
“Jing
Gege, cepatlah datang menolongku. Jika tidak, besok aku pasti akan dibawa ke
Gunung Unta Putih oleh bajingan itu,” Huang Rong hanya bisa berdoa dalam hati
agar Guo Jing segera datang menyelamatkannya.
“Rong’er
punya nasib yang baik. Tidak akan terjadi apa-apa padanya,” Hong Chi Khong
berusaha menghibur Guo Jing yang cemas.
“Ini
salahku karena terlalu bodoh. Mengapa aku begitu tidak berguna?” ujar Guo Jing
dengan putus asa.
“Kau
sedang membaca doa? Seorang pria melampiaskan kemarahannya dengan memukul batu,
apakah itu seperti seorang pria? Kau ini anak bodoh. Gunakan otakmu untuk
berpikir. Apa dia mengatakan sesuatu bila tidak bisa menemukannya, kau harus
bagaimana?” ujar Hong Chi Khong, memarahi Guo Jing.
Guo
Jing terlihat hampir menangis dan sangat putus asa saat tidak bisa menemukan
gadis yang dicintainya.
“Semuanya
salahku karena terlalu bodoh. Kenapa aku tidak sepintar Rong’er?” ujarnya putus
asa.
“Tentu
saja kau tidak sepintar dia,” Chi Khong membenarkan ucapan Guo Jing.
Guo
Jing tampak tertegun sejenak, sebelum akhirnya sebuah ide melintas di
kepalanya.
“Chi
Khong, aku bodoh tapi Rong’er sangat pintar.” Ujar Guo Jing dengan polosnya.
“Aku
tahu,” jawab Chi Khong dengan ekspresi malas.
“Kalau
Rong’er diculik orang, dia pasti meninggalkan tanda agar kita bisa
menemukannya,” ujar Guo Jing dengan penuh semangat, mendadak mendapat sebuah
ide.
Hong
Chi Khong tampak senang mendengarnya.
“Meninggalkan
tanda? Kau ini anak bodoh tapi di saat yang genting bisa pintar juga. Kalau
begitu pikirkan baik-baik, tanda seperti apa yang dia tinggalkan?” tanya Chi
Khong, meminta Guo Jing berpikir.
“Pikirkan!
Untuk apa melihatku?” Chi Khong kembali merasa jengkel karena Guo Jing tidak
bisa memikirkan tanda apa pun.
Ekspresi Guo Jing langsung berubah sedih, dia
bodoh, tentu dia tidak terpikirkan tanda seperti apa yang akan ditinggalkan
Rong’er. Namun untunglah, secara tidak sengaja, Guo Jing melihat jarum yang
dipakai Rong’er untuk berlatih ilmu “Langit Penuh Hujan Jarum Emas”.
“Eh
Chi Khong, ini jarum yang dipakai Rong’er berlatih. Mengapa bisa ada di sini?”
tanya Guo Jing dengan polosnya kemudian mengambil jarum tersebut dan
menyerahkannya pada Chi Khong.
(Note
: Untung loe ganteng ye, blo’on dikit gpp deh. Termaafkan soalnya ganteng
wkwkwk ^_^)
“Kau
ini anak bodoh. Ini tanda yang dia tinggalkan. Cepat cari ada lagi, tidak?
Tunggu apalagi? Mengapa masih diam saja? Cepat cari!” perintah Chi Khong dengan
tidak sabar.
Guo
Jing pun segera berdiri dan mencari di sekitar hutan, kemudian dia melihat
sebuah jarum lagi tertancap di ranting pohon di tanah.
“Chi
Khong, di sini ada lagi,” ujar Guo Jing dengan gembira seraya memungut
jarumnya. Chi Khong mengambil jarum itu dan mulai mengerti ke mana arahnya.
Guo
Jing yang mengerti arah tatapan mata Chi Khong segera berlari ke pohon terdekat
saat melihat sebuah jarum tertancap di sebuah dahan pohon.
“Chi
Khong, di sini juga ada lagi,” ujar Guo Jing semakin gembira. “Aku sudah bilang, kan? Tentu saja di sini akan ada lagi. Rong’er memang lebih pintar darimu. Dia meninggalkan tanda untuk menunjukkan jalan pada kita. Ke sana! Ayo!” Chi Khong menjawab dengan gembira saat sudah mengetahui ke mana arah jarum tersebut menuju.
Di
sisi lain, Ou Yang Khe dan bawahannya, hampir saja membawa Huang Rong pergi
dengan menaiki kereta kuda.
“Rong’er,
kau ikut denganku baik-baik pulang ke Gunung Unta Putih. Setelah pulang, aku
akan meminta Pamanku membawa mas kawin untuk melamarmu.” Ujar Ou Yang Khe
percaya diri.
“Kau
takkan berhasil. Kakak Jing-ku pasti akan datang dan menyelamatkan aku,” jawab
Huang Rong walaupun dia sendiri tampak tak yakin.
“Setelah
sampai di Gunung Unta Putih, aku adalah Kakak Ou Yang-mu,” jawab Ou Yang Khe
dengan tersenyum menyebalkan.
“Sudahlah!
Jangan lihat lagi! Anak bodoh itu tidak akan bisa sampai kemari. Kau ikut aku
dengan tenang dan bersiap-siap menjadi istri kecilku,” lanjut Ou Yang Khe
dengan tertawa terbahak-bahak.
Tepat
pada saat Ou Yang Khe berkata, “Jalan!”, tongkat hijau Hong Chi Khong memukul
salah satu kuda bawahan Ou Yang Khe dan membuat penumpangnya terjatuh. Guo Jing
dan Hong Chi Khong tiba di saat yang tepat.
Ehem...Mulailah
adegan “Pangeran Menyelamatkan Tuan Putri”...
“Rong’er,
aku datang menyelamatkanmu,” seru Guo Jing dengan gembira.
“Jing
Gege, aku tahu kau pasti akan datang menolongku,” seru Huang Rong dari dalam
kereta dengan kegembiraan yang sama.
Setelah
Hong Chi Khong dengan satu tamparan berhasil menjatuhkan semua bawahan Ou Yang
Khe dengan mudah, Ou Yang Khe akhirnya keluar dari dalam kereta dan
menghadapinya sendiri. Tahu bahwa ilmu Hong Chi Khong setara dengan Pamannya,
Ou Yang Khe meminta Hong Chi Khong tidak perlu ikut campur. Hal yang tentu saja
tidak dikabulkan oleh Hong Chi Khong.
Karena
tidak ingin dikatakan menindas orang yang lebih muda, Hong Chi Khong akhirnya
menyuruh Guo Jing untuk bertarung dengan Ou Yang Khe menggunakan "15 Jurus
Penakluk Naga" yang baru saja diajarkannya.
“Jing’er,
keluarkan jurus yang kuajarkan untuk berlatih dengannya,” perintah Hong Chi
Khong, namun Guo Jing yang lamban masih diam saja.
“Cepatlah!”
Hong Chi Khong kembali memberi perintah, barulah kali ini Guo Jing mengerti.
“Baik.”
Jawab Guo Jing.
Dan
akhirnya “Sang Pangeran” Guo Jing pun memulai misi menyelamatkan “Sang Putri”
dengan lebih dulu mengalahkan penculiknya, Ou Yang Khe. “Pangeran” dan penculik
terlibat adu jurus yang seru yang pada akhirnya dimenangkan oleh Sang Pangeran
Tampan Guo Jing.
“Ilmu
apa yang kau pakai?” tanya Ou Yang Khe kaget, tak menyangka ilmu Guo Jing
meningkat pesat dalam waktu yang singkat.
“18
Jurus Penakluk Naga. Aku baru keluarkan 3 jurus, masih belum selesai. Apa mau
diteruskan?” jawab Guo Jing dengan percaya diri.
Ou
Yang Khe tampak kaget saat melihat Guo Jing mengalahkannya dengan ilmu “18
Jurus Penakluk Naga” (yang masih kurang 3 jurus).
Untunglah
Hong Chi Khong mengampuni nyawa Ou Yang Khe dan menyuruhnya agar segera pergi secepatnya. Dan akhirnya, Sang Putri pun berhasil diselamatkan oleh Sang
Pangeran Tampan.
“Hei,
sekarang kau tahu kalau Jing Gege-ku hebat, kan?” seru Huang Rong dari dalam
kereta.
Setelah
Ou Yang Khe diusir pergi, Huang Rong segera berlari ke arah Guo Jing yang
menyambutnya dengan gembira.
“Rong’er,
maafkan aku. Semua salahku, membuatmu ketakutan seorang diri,” ujar Guo Jing
seraya menggenggam tangan Rong’er erat.
“Jing
Gege, aku tahu, walau sampai ke ujung dunia sekalipun, kau pasti akan datang
menyelamatkan aku,” jawab Huang Rong dengan gembira. Dan sepasang kekasih kecil
yang saling mencintai ini kembali berpelukan erat. Akhirnya Sang Putri kembali
ke pelukan Sang Pangeran ^_^
Berikutnya : Episode 14-16
Blogger
Opinion :
Ehem...Mau
dong dipeluk William terus ^_^ Kalau aku jadi Li Yi Tong mah, bakal sengaja aku
salah-salah’in deh, biar diulang lagi adegan pelukannya hehehe ^_^ Tapi ini ada
sedikit unlogical plot. Bukankah tadi Huang Rong diikat di dalam kereta? Lalu
siapa dong yang melepaskan ikatannya? *Thinkhard*
Tapi yasudahlah, asumsikan
sebelum diusir pergi, Ou Yang Khe sudah lebih dulu disuruh melepaskan ikatan di
tangan Huang Rong. Karena serialnya bagus dan Guo Jingnya ganteng, satu
ketidakmasuk akalan abaikan saja. Gak penting juga adegan melepas ikatan hihihi ^_^
Sebenarnya,
adegan ini adalah modifikasi yang manis dari sang penulis skenario yang sama
sekali tidak mengubah alur cerita, namun justru membuatnya terlihat semakin
manis dan menarik. Membuat kisah cinta segitiga antara Guo Jing dan Ou Yang Khe
dalam memperebutkan Huang Rong terlihat bukan sekedar tempelan semata, tidak
seperti dalam novelnya ataupun seperti dalam versi adaptasi sebelumnya.
Apalagi
dalam versi LOCH 2008 yang mana Ou Yang Khe justru diceritakan jatuh cinta pada
Mu Nian Chi dan bukan pada Huang Rong seperti yang seharusnya. Duh, melenceng
banget LOCH 2008. Apa karena Huang Rong 2008 terlalu jelek dan gendut ya,
sampai Ou Yang Khe pun kagak doyan ??? Serius nanya 0___0
Tuh. Sampe-sampe di forum Internasional ada yang bilang kalau Ariel Lin adalah Huang Rong yang paling jelek. Padahal sih kalau menurutku, Huang Rong terjelek itu Chou Shun (2003), Idy Chan (1988) baru Ariel Lin (2008) di tempat ketiga ^_^
Dalam
novelnya, Ou Yang Khe memang dikisahkan menyukai Huang Rong yang cantik dan
pintar. Namun sayang, dalam versi-versi adaptasi LOCH sebelumnya tidak terlalu
ditunjukkan “cinta”-nya kepada Huang Rong. Hhmm...mungkin sedikit terlihat
dalam adaptasi LOCH 1994 namun tidak terlalu terlihat dalam adaptasi yang lain,
khususnya LOCH 2008 yang JAUH MELENCENG DARI NOVEL.
Modifikasi
sih gpp ya, asalkan JANGAN TERLALU BANYAK dan TIDAK MENGUBAH ALUR seperti
modifikasi dalam LOCH 2017 yang juga tidak terlalu banyak dan tidak mengubah
alur sama sekali, justru membuatnya tampak semakin manis.
Karena
Legend Of The Condor Heroes adalah serial yang diangkat dari novel jadi kalau
terlalu banyak modifikasi yang jauh melenceng dari Novel seperti dalam LOCH
2008 justu membuat penonton ilfil 0___0
Dan
Guo Jing versi William Yang adalah Guo Jing pertama (sejauh yang kuingat) yang
jelas-jelas menunjukkan “kepemilikan”nya terhadap Huang Rong. Willam Guo Jing
selalu merasa cemburu dan tersaingi setiap kali melihat Ou Yang Khe dekat-dekat
dengan sang kekasih, Huang Rong.
Hal
ini membuat kisah cinta segitiga antara Guo Jing – Huang Rong – Ou Yang Khe
menjadi tampak lebih hidup, persaingan di antara kedua pria untuk mendapatkan
Huang Rong juga tampak lebih menarik dan bukan hanya sekedar tempelan belaka.
Great acting for William Yang Xuwen. Untuk ukuran pendatang baru, aktingmu
benar-benar mampu menawan hatiku. Selamat William, aku menyukai aktingmu
sebagai Guo Jing yang lugu, dan juga tampan ^_^
Written
by : Liliana Tan
Credits
Pict : WEIBO ON LOGO
WARNING
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS !!! REPOST WITH
FULL CREDITS !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar