Setelah Huang Rong pergi meninggalkannya saat
mengetahui bahwa Guo Jing ternyata telah dijodohkan dengan seorang Putri
Mongol, Guo Jing pun nekat mengejar sang kekasih ke Pulau Persik dengan satu
tujuan untuk meminta maaf dan menjelaskan isi hatinya yang sebenarnya kepada
gadis itu. Di Pulau Persik, Guo Jing tak sengaja bertemu dengan Bocah Tua Nakal
– Chou Pho Tong yang terkurung selama 15 tahun di dalam gua. Tanpa disangka, si
Bocah Tua Nakal menyukai kebaikan hati, kepolosan serta sifat luhur pemuda itu
sehingga memutuskan untuk mengajarinya bermacam-macam ilmu seperti : “72 Tinju
Kosong”, “Tangan Kiri Melawan Tangan Kanan” dan bahkan ilmu yang diinginkan dan
diperebutkan oleh semua pendekar dunia persilatan yaitu “9 Bulan”.
Lantas bagaimana dengan niat awal Guo
Jing untuk meminta maaf pada Huang Rong dan menjelaskan isi hatinya yang
sebenarnya? Akankah Guo Jing bertemu dengan kekasih hatinya setelah beberapa
waktu lamanya mereka tidak berjumpa? Apakah Huang Rong akan memaafkan Guo Jing
dan bersedia mendengar penjelasannya? Dan apakah Huang Yao Shi akan memberi
ijin putrinya untuk menemui Guo Jing setelah mengetahui bahwa Guo Jing telah
memiliki tunangan?
Dan kisahpun berlanjut...
Sambil menunggu waktu 7 hari berlalu,
Guo Jing sibuk berlatih kungfu di dalam gua bersama Chou Pho Tong. Di sisi
lain, Huang Rong berpura-pura menjadi anak yang manis dan penurut untuk
mengelabui sang ayah agar sang ayah tidak curiga saat nanti dia membawa Guo
Jing keluar dari sana. Di tengah kerinduannya, Huang Rong memainkan wayang
golek yang merupakan mainan favoritnya bersama Guo Jing.
“Jing Gege, 7 hari lagi, Rong’er akan
membawamu keluar dari Pulau Persik.” Huang Rong bicara sendiri pada mainannya.
“Tidak mau! Aku mau selamanya bersama
Rong’er.” Jawabnya pada dirinya sendiri, berpura-pura menjadi Guo Jing.
“Rong’er juga ingin bersama Jing Gege,
tapi ayah Rong’er ingin membunuhmu.” Jawabnya pada dirinya sendiri, dengan
ekspresi sedih.
Tiba-tiba saja terdengar langkah kaki
Huang Yao Shi di depan pintu, Huang Rong segera menyimpan kembali mainan wayang
goleknya dan berpura-pura menulis sebuah puisi yang nantinya akan
dipersembahkan pada almarhum sang ibu.
Melihat Huang Rong mendadak menjadi
penurut, awalnya Huang Yao Shi sempat curiga, namun Huang Rong akhirnya dapat
membuat sang ayah percaya dengan rayuan manisnya.
Huang Yao Shi pun berjanji di depan
altar sang istri bahwa bila Huang Rong dapat melupakan Guo Jing, dia tidak akan
membunuh pemuda itu. Karena bagaimanapun juga, Guo Jing adalah teman pertama
Huang Rong (dan juga pacar pertamanya).
“Rong’er kita akan berusia 16 tahun,
dia sama denganmu, sudah cantik sejak lahir, juga sangat pintar. Bagaimana
mungkin aku rela membiarkannya menikah dengan orang bodoh? Jika Rong’er bisa
melupakannya, aku juga tak perlu membunuhnya lagi. Bagaimanapun juga, dia
adalah teman pertamanya Rong’er, jadi biarkan saja dia berada di Hutan Persik
sendirian. Mengenai putri kita, aku pasti akan mencarikan seorang suami yang
baik untuknya. Jika saat itu tiba, aku akan datang menemuimu dengan hati tenang
dengan membawa kitab 9 Bulan. A Heng, tunggu aku.” Huang Yao Shi berbicara
dengan mayat almarhum istrinya.
Li Yi Tong as Huang Rong (Oey Yong) 2017.
Walaupun dia bukan Huang Rong tercantik tapi setidaknya bila dilihat dari angle yang tepat dan
dalam adegan tertentu, Li Yi Tong masih terlihat imut dan manis seperti
seorang gadis remaja berusia 15-16 tahun.
Masih lebih pantes daripada Idy Chan (1988) dan Chou Sun (2003)
Note : Dalam novel maupun dalam berbagai adaptasinya, Huang Rong selalu digambarkan sebagai seorang gadis remaja berusia 15-16 tahun. Jika diibaratkan di Indonesia, usia 15-16 tahun kalau bukan kelas 3 SMP pastilah masih kelas 1 SMA (jika dihitung dengan prinsip Pendidikan Dasar 9 tahun di mana anak-anak baru mulai sekolah saat umur 7 tahun. Jadi umur 7 tahun baru kelas 1 SD. Dulu aku seperti itu soalnya. Gak tahu kalau anak-anak jaman sekarang mulai sekolah umur berapa. Yang pasti aku menghitung berdasarkan usiaku waktu sekolah). Jadi bila untuk karakter seorang gadis remaja kelas 3 SMP, bukankah IDY CHAN (Bibi Lung) TERLALU TUA? Begitu juga dengan Chou Shun 2003. Mereka berdua tampak seperti tante-tante girang yang DIPAKSA BERAKTING menjadi anak remaja kelas 3 SMP 0___0 Masak remaja usia 15-16 tahun wajahnya kayak TANTE GIRANG, sih? WAJAH GAK BISA BOONG !!! Elu cocoknya jadi Bibik aja, IDY T__T
Di dalam gua, Chou Pho Tong masih sibuk
mengajari Guo Jing kungfu, hanya saja Guo Jing enggan berlatih. Guo Jing
berkata bahwa dia tidak bisa fokus berlatih kungfu karena selalu terpikirkan
surat yang ditulis oleh Rong’er.
“Ilmu senior sangat tinggi, mana
mungkin aku berani meremehkan? Hanya saja, aku selalu terbayang surat yang
ditulis Rong’er untukku. Meskipun tidak tahu “Tujuh hari lagi saat bulan
purnama” entah apa kelanjutannya, tapi aku selalu merasa Rong’er ingin
mengajakku bertemu.” Jawab Guo Jing dengan hati sedih.
“Semuanya adalah salahku karena terlalu
bodoh, sehingga tidak bisa keluar dari Hutan Persik. Tapi itu membuat hatiku
sangat kacau, tidak bisa berlatih dengan baik.” Lanjut Guo Jing, masih dengan
raut wajah sedih.
“Aku tanya padamu, meskipun sekarang
kau mampu keluar dari Hutan Persik dan bertemu dengan pujaan hatimu – Rong’er,
apakah kau mampu membawanya pergi meninggalkan Pulau Persik?” tanya Chou Pho
Tong. Lagi-lagi dia menggunakan Rong’er sebagai alasan agar Guo Jing mau
berlatih kungfu. Chou Pho Tong tahu jika itu menyangkut Rong’er, Guo Jing pasti
akan mendengarkan.
“Aku...” Guo Jing tak mampu menjawab.
“Apanya yang aku? Kau bahkan tak mampu
melawanku, bagaimana mungkin kau bisa mengalahkan Huang Yao Shi? Huang Yao Shi
mana mungkin rela membiarkan putrinya menikah denganmu? Anak muda, kau harus
berpandangan jauh ke depan. Berlatihlah baik-baik denganku. Hingga tiba saatnya
nanti kau bertemu dengan pujaan hatimu – Rong’er, kalian berdua bisa pergi
jauh. Ingin pergi sejauh apa, ya pergi saja.” Bujuk Chou Pho Tong, sekali lagi
menggunakan Huang Rong sebagai alasan agar Guo Jing mau berlatih kungfu.
“Aku
sekarang tidak berharap Rong’er bisa pergi ke manapun bersamaku. Aku hanya
berharap dia bisa memberiku kesempatan untuk menjelaskan.” Jawab Guo Jing
dengan tulus.
Dalam
pikiran Guo Jing yang sederhana, dia merasa jika Rong’er tak mau memaafkannya,
bagaimana mungkin dia bisa membawa Rong’er pergi bersamanya? Minta maaf dulu
dan berikan penjelasan, hal lain baru pikirkan kemudian.
“Apa
yang mau kau jelaskan? Kungfumu begitu buruk dan juga begitu bodoh. Bicara
tidak jelas, bagaimana caramu menjelaskannya? Kau cepatlah berlatih kungfu yang
kuajarkan, itu barulah benar.” Bujuk Chou Pho Tong lagi.
“Tapi...”
Guo Jing ingin membantah, tapi Chou Pho Tong memotong kalimatnya.
“Apanya
yang tapi? Jika kau tidak bisa menang melawan Huang Yao Shi, sampai saat itu,
bahkan kesempatan untuk bilang “tapi” pun tidak bisa. Ayo cepat berlatih!”
potong Chou Pho Tong, membuat Guo Jing terdiam tanpa kata dan akhirnya menurut
dan kembali berlatih.
Waktu
7 hari akhirnya tiba, hari ini adalah hari peringatan kematian Ibu Rong’er dan
juga hari ulang tahun Rong’er. Huang Rong mengajak sang ayah untuk mencicipi
masakan buatannya. Dia bertanya apakah masakannya enak dan Huang Yao Shi
menjawab meski tidak seenak sang ibu tapi setidaknya masih bisa dimakan.
Huang
Rong tampak cemberut mendengar jawaban sang ayah, “Selera ayah terlalu tinggi.
Rong’er memasak untuk orang lain, orang lain memuji.” Jawab Huang Rong.
Mendengar
Huang Rong menyebut “orang lain”, Huang Yao Shi mendapatkan firasat bahwa
putrinya pasti membicarakan tentang Guo Jing.
“Orang
lain siapa?” tanya Huang Yao Shi penuh selidik.
“Orang
lain ya orang lain. Pokoknya orang lain selain ayah.” Jawab Huang Rong
berkilah.
“Kau
ini, masih saja merindukan bocah bodoh itu.” sahut Huang Yao Shi dengan raut
wajah tak suka.
“Bocah
bodoh yang mana? Rong’er tak mengerti maksud ayah. Ayah, ayo bersulang!” Jawab
Huang Rong bersilat lidah seraya mengangkat gelasnya dan mengajaknya bersulang.
Huang Yao Shi agak curiga pada awalnya namun akhirnya tetap meminumnya.
Di
dalam gua, Guo Jing pun semakin tak tenang. Dia ingat bila 7 hari telah berlalu
dan dia sudah tidak mampu lagi menahan kerinduannya. Akhirnya Guo Jing pun
memutuskan bahwa tidak peduli walau dia harus terperangkap dalam Hutan Persik
selamanya, dia harus pergi mencari Rong’er.
“Sudah
7 hari, aku tidak bisa di sini lagi. Aku ingin pergi mencari Rong’er.” Gumamnya
dalam hati, setelah selesai berlatih.
Tapi
sebelum meninggalkan gua, Guo Jing ingin lebih dulu berterima kasih pada Chou
Pho Tong.
“Senior,
semua bantuanmu pada Guo Jing, Guo Jing berterima kasih.” Ujar Guo Jing lalu
berlutut di hadapan Chou Pho Tong. Chou Pho Tong yang tidak menyukai segala
formalitas, menyuruh Guo Jing cepat berdiri, tapi Guo Jing tidak bergerak
sedikitpun.
“Pepatah
mengatakannya “sehari menjadi guru, selamanya seperti orang tua”. Senior telah
mengajariku banyak hal. Mengajari Guo Jing kungfu, juga mengajari Guo Jing
bagaimana cara melamar dengan pantas kepada Ketua Huang. Budi ini akan selalu
Guo Jing ingat dalam hati. Terimalah sembah Guo Jing.” Ujar Guo Jing dengan
penuh kesungguhan dan ketulusan.
Chou
Pho Tong yang tidak berhasil memaksa Guo Jing untuk berdiri akhirnya juga ikut
berlutut dan balas menyembah Guo Jing, yang membuat mereka berdua akhirnya
saling menyembah hahaha ^_^
Namun
Guo Jing yang “bodoh” ternyata tidak sebodoh yang dipikirkan semua orang, saat
Chou Pho Tong sedang lengah dan berbalik menyembahnya, Guo Jing memanfaatkan
kesempatan ini untuk berlari keluar gua karena tahu bahwa Chou Pho Tong pasti
akan berusaha menghalangi kepergiannya.
Note
: Gue bilang juga apa, Guo Jing tuh aslinya gak bodoh, dia hanya lamban berpikir alias lola dikit hehehe ^_^
Sementara
itu di rumahnya, Huang Rong juga sukses membuat Huang Yao Shi tertidur dengan
pil tidur yang dimasukkan Huang Rong ke dalam makanannya.
Sesampainya
di hutan Persik, Guo Jing terus memanggil nama Huang Rong dengan keras,
“Rong’er! Rong’er!” berharap gadis itu keluar dan menemuinya. Tapi karena tidak mengenal formasi Hutan Persik, Guo Jing pun hanya berputar-putar di dalam hutan.
Di
dalam gua, Chou Pho Tong yang tidak tenang membiarkan Guo Jing berkeliaran
seorang diri di Hutan Persik akhirnya keluar menyusulnya. Huang Rong tiba di
dalam gua tepat setelah Chou Pho Tong meninggalkan gua.
Saat
akan mencari Guo Jing, kaki Chou Pho Tong tergigit oleh ular beracun milik si
Racun Barat, Ou Yang Feng yang sengaja datang ke Pulau Persik bersama sang
keponakan untuk melamar Huang Rong secara resmi.
Chou
Pho Tong berteriak kesakitan akibat gigitan ular tersebut, suaranya yang keras
dan berkumandang meminta tolong terdengar hingga ke telinga Guo Jing dan Huang
Rong yang berada tak jauh dari sana. Mendengar suara Chou Pho Tong berteriak
meminta tolong, Guo Jing spontan berusaha mencari asal suara itu dan berteriak
memanggil Chou Pho Tong, namun justru dia melihat Huang Rong yang berdiri tak
jauh darinya.
Melihat
Huang Rong berdiri tak jauh darinya, spontan Chou Pho Tong pun terlupakan. Guo
Jing seakan tak ingat lagi pada suara teriakan kesakitan si Bocah Tua Nakal. Guo
Jing spontan berlari menghampiri sang kekasih dan memeluknya dengan erat penuh
kerinduan.
“Rong’er!”
ujar Guo Jing dengan hati dipenuhi kebahagiaan. Dia memeluk gadis itu dengan
erat dan membisikkan ketakutannya saat berpikir mereka tak bisa bertemu lagi
selamanya.
“Rong’er,
aku pikir seumur hidup takkan bisa bertemu denganmu lagi.” Bisik Guo Jing penuh
kelegaan seraya masih memeluk Huang Rong erat.
“Jing
Gege, kenapa kau ada di sini? Bukankah aku sudah menyuruhmu menunggu di dalam
gua itu?” tanya Huang Rong, menjauhkan tubuh Guo Jing setelah mereka berpelukan
selama beberapa saat.
“Kertasnya
dimakan oleh Bocah Tua Nakal. Kau menulis apa, aku tidak sempat melihatnya.”
Jawab Guo Jing jujur dengan wajah menyesal.
“Jing
Gege, kau tak boleh terlalu lama di sini. Rong’er akan bawa kau pergi.” Ujar Huang
Rong tak tenang.
“Rong’er,
apa kau sudah tak marah padaku lagi?” tanya Guo Jing, berharap Rong’er-nya tak
marah lagi.
“Jing
Gege, setelah mengantarmu pergi. Kau jangan kembali lagi kemari. Kita berdua
sebaiknya mulai sekarang tak usah bertemu lagi.” Lanjut Huang Rong, memperjelas
kata-katanya bahwa setelah Guo Jing pergi dari Pulau Persik, gadis itu ingin
memutuskan hubungan di antara mereka.
Mendengar
Huang Rong ingin mengantarnya pergi dan tak mau bertemu dengannya lagi,
ekspresi Guo Jing langsung berubah sedih dan tak percaya, hatinya merasa
bagaikan disayat.
Mereka
baru saja bertemu kembali, bagaimana mungkin gadis itu sudah mengusirnya pergi?
Apalagi berdasarkan apa yang dikatakan Huang Rong padanya, begitu Guo Jing
pergi, maka takkan ada kesempatan bagi mereka untuk bertemu lagi.
Mengetahui
maksud di balik kalimat itu, Guo Jing menolak tegas. Dia menggeleng dengan
keras.
“Tidak!
Aku tak mau pergi!” jawab Guo Jing keras kepala.
“Jangan
bodoh! Cepat pergi!” usir Huang Rong sekali lagi.
Guo
Jing meraih kedua tangan gadis itu dan menggenggamnya erat seraya berkata tegas
dan penuh tekad, “Tidak bisa! Rong’er, aku sudah memutuskan, aku ingin
melamarmu.” Ujarnya mantap dan penuh keyakinan, membuat Huang Rong hanya mampu
menatapnya tak percaya.
Guo
Jing dan Huang Rong akhirnya bertemu lagi dan Guo Jing pun telah memutuskan
bahwa gadis yang ingin dia nikahi, ingin dia jadikan istri adalah Huang Rong,
BUKAN Sang Putri Mongol – Hua Cheng. Bagaimanakah jawaban Huang Rong? Lalu
bagaimana dengan nasib Chou Pho Tong?
Episode
selanjutnya, Racun Barat dan Pengemis Utara sama-sama datang ke Pulau Persik
dengan niat untuk melamar Huang Rong mewakili keponakan dan sang murid
tersayang.
So,
see you next episode...
Berikutnya : Episode 22
Blogger
Opinion :
Guo
Jing akhirnya mengungkapkan niatnya untuk melamar Huang Rong dan ingin
menjadikan Huang Rong istrinya, bagaimanakah jawaban Huang Rong? Apakah Rong’er
akan menerima lamaran Guo Jing walaupun dia tahu bahwa Guo Jing telah
dijodohkan dengan gadis lain? Kalau aku sih gak nolak ya hihihi ^_^ Walaupun
ngelamarnya tanpa mas kawin, tanpa modal apa pun, tetep gak nolak kalau yang
melamar William Yang hehehe ^_^ *blogger ngarep mode on* Bukankah yang
terpenting adalah hati Guo Jing?
Dalam
versi terbaru 2017 ini, sekali lagi tercipta sebuah modifikasi manis yang super
kreaif dari sang penulis skenario yang TIDAK MENGUBAH ALUR dan INI CERITA, namun
HANYA MENGUBAH URUTANNYA. Yaitu saat Huang Rong mengetahui bahwa Guo Jing telah
dijodohkan dengan seorang Putri Mongol, seharusnya adegan tersebut ada di paruh
akhir episode setelah adegan menyembuhkan luka di ruang rahasia, namun dalam
versi 2017 ini DIMAJUKAN ke bagian awal cerita.
Dalam
versi adaptasi terbaru ini, Huang Rong telah mengetahui perihal perjodohan Guo
Jing dengan Sang Putri Mongol sejak awal. Bahkan Huang Rong sempat meninggalkan
Guo Jing dan pulang ke Pulau Persik karena patah hati saat mengetahui kekasih
hatinya telah memiliki tunangan.
Hal ini membuat Guo Jing nekat datang ke Pulau
Persik untuk menemui kekasih kecilnya dan menjelaskan isi hatinya yang
sebenarnya. Walaupun niat awalnya adalah untuk mengantar nyawa, tapi kemudian
niatnya berubah menjadi ingin melamar Huang Rong setelah tiba di sana.
Inovasi
kecil yang super kreatif ini membuat serial ini terasa semakin manis dan
romantis, karena membuat kedatangan Guo Jing ke Pulau Persik menjadi LEBIH BERKESAN. Kalau dalam
versi-versi sebelumnya, Guo Jing melamar Huang Rong HANYA KARENA OU YANG KHE
DATANG dan merasa terancam. Jadi Ou Yang Khe melamar lebih dulu, baru Guo Jing
ikutan melamar.
Namun
kali ini, GUO JING yang LEBIH DULU
INGIN MELAMAR HUANG RONG. Dia sudah memutuskan bahwa yang ingin dia
nikahi adalah Huang Rong, BUKAN Hua Cheng. Barulah tak lama kemudian, Ou Yang Khe
datang dengan keinginan yang sama. Jadi, Guo Jing ingin melamar Huang Rong atas inisiatifnya sendiri, bukan karena merasa "terancam" akibat lamaran Ou Yang Khe.
Jadi
dalam versi 2017 ini, Guo Jing LEBIH DULU MENCURI START dan ini yang membuat
karakter Guo Jing tampak lebih manis dan romantis dibandingkan versi yang
sudah-sudah. Well, Guo Jing yang romantis inilah yang kusukai, sejak dulu, aku
berharap karakter Guo Jing memang lebih romantis dan akhirnya baru kesampaian
di versi terbaru 2017 ini.
Guo Jing bahkan rela terluka demi melindungi Rong'er. So sweet ^_^
Pembuktian cinta di depan sang calon mertua.
Dan ini HANYA ADA di Guo Jing versi William Yang ^_^
Tapi,
nih Guo Jing tega banget deh, awalnya ingin mencari Chou Pho Tong yang
berteriak kesakitan akibat digigit ular beracun, tapi setelah tak sengaja
bertemu sang kekasih pujaan hati di tengah Hutan Persik, Chou Pho Tong spontan
terlupakan begitu saja. Guo Jing sibuk kangen-kangenan dengan kekasih kecilnya
hahaha ^_^ Tega banget loe, William ckckck... Untung ganteng, ya hahaha ^_^
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar