Selasa, 20 November 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heros 2017 (Ep 19-20)

Berbeda dengan versi "Legend Of The Condor Heroes 2008" yang dibintangi oleh Hu Ge dan Ariel Lin, modifikasi yang kebablasan membuat setiap episodenya menjadi sangat membosankan karena berkesan terlalu diulur-ulur, banyak adegan dan modifikasi gak penting yang sama sekali tidak mendukung alur namun justru dipanjang-panjangkan macem sinetron. Alur cerita berjalan sangat lambat, membosankan, tidak langsung pada intinya dan berputar-putar tidak jelas, singkatnya, membuat penonton merasa menonton sekali saja sudah merasa bosan dan ogah rerun lagi akhirnya. Inilah yang kurasakan saat menonton LOCH 2008. SEKALI SUDAH CUKUP! 0__0 Membosankan soalnya >__<

Tapi untuk versi terbaru 2017 ini, rerun berulang kalipun, sama sekali tidak membuat bosan. Karena walaupun ada beberapa modifikasi kecil namun itu justru membuat kisahnya menjadi lebih manis dan romantis. Karena modifikasi kecil tersebut sama sekali TIDAK MENGUBAH INTI CERITA, semuanya tetap berada di jalur yang terkendali.

Sama seperti saat penulis skenario memutuskan untuk mengubah adegan kemunculan Hua Cheng sebagai tunangan Guo Jing yang SEHARUSNYA muncul di PARUH AKHIR, kini maju ke awal cerita. Jadi membuat kedatangan Guo Jing ke Pulau Persik menjadi lebih berarti dan lebih berkesan, karena Guo Jing secara khusus datang ke Pulau Persik tak hanya untuk memenuhi janjinya untuk mengantar nyawa akibat tak sengaja membunuh murid Huang Yao Shi, namun juga secara khusus meminta maaf kepada sang kekasih tercinta karena menyembunyikan kenyataan bahwa dia telah bertunangan dengan seorang Putri Mongol sekaligus ingin melamar gadis itu secara resmi di depan sang ayah sebagai bukti ketulusan cintanya.

Modifikasi kecil ini jatohnya justru membuat karakter Guo Jing makin manis dan romantis, bukan membuat alur berantakan dan amburadul seperti LOCH 2008 versi Hu Ge dan Ariel Lin. 





 

Dan kisahpun berlanjut... 
Guo Jing yang sudah kehilangan jejak Huang Rong akhirnya memutuskan untuk mengejar sang kekasih ke Pulau Persik. Dalam kegalauannya, dia bercerita kepada kuda merah kesayangannya.

“Xiao Hung Ma, menurutmu aku harus bagaimana? Rong’er sekarang pasti sangat marah padaku. Janji ke Pulau Persik sebentar lagi, aku tak punya waktu lagi untuk mencari keenam guruku. Bagaimana jika penuhi janji dulu, setelah sampai di sana, baru jelaskan pada Rong’er? Mengatakan padanya isi hatiku yang sebenarnya. Bagaimana menurutmu?” Guo Jing bertanya pada si kuda merah yang tentu takkan bisa menjawab pertanyaannya.


( Note : Duh, William cute banget waktu adegan ngobrol sama kuda. Loe ngobrol sama gue aja sini, mau ngobrol 7 hari 7 malam pun, ayok aja hihihi ^_^ Sepertinya adegan mengobrol dengan kuda HANYA ada di versi William Yang Xuwen, inilah yang membuatnya BERBEDA dari Guo Jing yang lain. Guo Jing-nya William Yang jauh lebih cute, manis dan polos dibandingkan para pendahulunya. William Yang berhasil menciptakan Guo Jing-nya sendiri yang sebelumnya tak pernah ada...)


Di Pulau Persik, Guo Jing terjebak dalam Formasi Hutan Persik dan hanya berjalan berputar-putar. Dia bahkan sempat terperangkap oleh lilitan ranting pohon persik. Namun untunglah karena ilmunya sudah meningkat, Guo Jing akhirnya dapat meloloskan diri.



Kemudian Guo Jing sampai di sebuah gua dan bertemu dengan Bocah Tua Nakal yang berpura-pura keracunan padahal dia hanya sedang bermain-main saja. Guo Jing yang polos, tentu dengan mudah terjebak dan mengikuti permainan si Bocah Tua Nakal. Hingga akhirnya pemuda lugu itu mengetahui bahwa Bocah Tua Nakal sedang mengerjainya.

Guo Jing yang merasa bersalah karena membongkar permainan si Bocah Tua Nakal segera meminta maaf dengan sopan. Tak suka dengan segala tata krama dan sopan santun, Bocah Tua Nakal meminta Guo Jing memanggilnya Chou Pho Tong saja.

Mendengar nama Chou Pho Tong, Guo Jing spontan teringat pada ucapan Pengemis Utara bahwa selain mereka berempat : Pengemis Utara, Sesat Timur, Racun Barat dan Kaisar Selatan, masih ada lagi pendekar hebat yang ilmunya sangat tinggi yaitu adik seperguruan Wang Chong Yang yang bernama Chou Pho Tong. Tapi walau ilmunya tinggi, sikapnya seperti anak kecil yang hanya suka bermain.

Bocah Tua Nakal pun menanyakan nama Guo Jing. Guo Jing dengan gembira memperkenalkan namanya, “Namaku Guo Jing.” Jawab Guo Jing dengan tersenyum manis. (Senyumnya William bahkan lebih manis dari gula ^_^)


“Anak muda, kenapa kau datang seorang diri ke Pulau Persik?” tanya Bocah Tua Nakal penasaran. 
“Aku membuat Rong’er marah jadi datang kemari ingin meminta maaf padanya,” jawab Guo Jing dengan jujur dan polos.

“Rong’er? Putri si Sesat Tua Huang? Kau kenal dengan gadis itu? Kalian berdua punya hubungan apa?” tanya Bocah Tua Nakal dengan penuh selidik. 
“Kami...” Guo Jing tampak tersenyum malu-malu saat akan menjawab pertanyaan itu.


Guo Jing ingin mengatakan bahwa dia dan Huang Rong saling mencintai dan mereka adalah sepasang kekasih, namun dia terlalu malu untuk mengatakan hal-hal seperti itu. Jadi Guo Jing hanya menjawab dengan senyuman malu di wajahnya yang tampan.

Bocah Tua Nakal yang menangkap ekspresi malu-malu di wajah Guo Jing dapat menebak dengan tepat apa yang hendak dikatakan pemuda lugu tersebut.

“Aku tahu. Aku tahu. Apa kau jatuh cinta pada gadis muda yang secantik bunga itu?” tanya Bocah Tua Nakal, tepat sasaran.

 

Guo Jing yang memang memiliki sifat yang jujur, segera mengangguk malu-malu dan membenarkan tebakannya. Dia tampak tersenyum malu saat mengakui bahwa dia memang menyukai Huang Rong.

“Tak takut Sesat Tua Huang akan membunuhmu?” Bocah Tua Nakal tampak menakut-nakuti.  
“Tidak takut!” jawab Guo Jing tanpa berpikir panjang.  
“Hmmm...” Bocah Tua Nakal tampak tak percaya.  
“Sedikit takut.” Jawab Guo Jing, mengubah jawabannya secara spontan.  
“Tapi demi Rong’er, aku harus datang.” Jawab Guo Jing penuh tekad.


Dia tidak peduli meski Huang Yao Shi akan membunuhnya. Dia hanya memiliki satu tekad yaitu meminta maaf pada Huang Rong dan menjelaskan isi hatinya yang sebenarnya pada gadis itu.

Kemudian Bocah Tua Nakal menjelaskan bahwa untuk membunuh Guo Jing, Huang Yao Shi bahkan tak perlu menggerakkan jarinya. Formasi Hutan Persik yang penuh jebakan saja sudah bisa membunuhnya.

Guo Jingpun bertanya dengan polosnya, “Senior, kungfumu sangat tinggi. Bisakah kau bawa aku keluar?” tanya Guo Jing penuh harap. 
“Tentu saja...” jawab Bocah Tua Nakal, namun belum selesai, Guo Jing sudah memotong kalimatnya. 


“Bagus sekali.” Jawab Guo Jing gembira. 
“Tidak bisa!” lanjut Bocah Tua Nakal yang spontan membuat Guo Jing kembali murung.

Note : hahaha ^_^ Kalau uda bisa mah, si Bocah Tua Nakal gak bakal terkurung selama 15 tahun, keles ckckck...Lah siapa suruh orang belum selesai ngomong sudah dipotong? Maksudnya Bocah Tua Nakal adalah “Tentu saja – tidak bisa!”

Lalu Bocah Tua Nakal juga bercerita bagaimana dia menghabiskan waktu selama 15 tahun terkurung di Pulau Persik. Dan dia bersumpah dia takkan pergi sebelum mengalahkan Huang Yao Shi. Mereka akhirnya mulai berbincang dengan akrab.


Lalu Bocah Tua Nakal mulai bercerita tentang Kitab 9 Bulan yang dimenangkan oleh kakak seperguruannya tapi tak pernah dipelajarinya. Guo Jing juga berkata kalau Kitab 9 Bulan bukanlah barang yang bagus karena dia sudah mencelakai banyak orang, akan lebih baik bila kitab itu disembunyikan atau lebih bagus lagi bila dibakar.

Sementara itu, Huang Rong yang masih belum mengetahui bahwa sang kekasih, Guo Jing datang ke Pulau Persik bercerita kepada mayat almarhum sang ibu dengan menangis sedih tanpa mengetahui bahwa sang ayah diam-diam mendengarkan curhatannya.


“Ayah mengajariku membaca begitu banyak buku, memberitahuku banyak hal tentang kebaikan. Tapi Rong’er sama sekali tak mengerti kenapa semakin menyukai seseorang, hati terasa semakin sakit? Ibu, bisakah bantu Rong’er memikirkannya? Jing Gege bilang ingin selalu bersama Rong’er, tapi sekarang tiba-tiba muncul seorang Putri Mongol. Ternyata saat masih di Gurun, dia sudah diangkat menjadi Menantu Pisau Emas Raja. Ibu, Rong’er harus bagaimana?” Huang Rong bercerita kepada mayat sang Ibu sambil menangis terisak, tanpa sadar sang ayah mendengarkan sedari tadi.


“Dasar bocah tak tahu diri!” ujar Huang Yao Shi kesal. Dia tidak terima ada yang berani menyakiti Putri kesayangannya. Mendengar suara sang ayah, Huang Rong spontan menoleh dengan terkejut. 

“Ayah!” Huang Rong menoleh panik. 
“Ayah akan membunuhnya!” lanjut Huang Yao Shi penuh kemarahan.

Huang Rong spontan berlari ke arah ayahnya dan mencoba membela sang kekasih. 
“Ayah, dia bukan sengaja! Dia hanya sangat bodoh. Dia karena berhutang budi pada orang Mongol jadi dia baru bersedia diangkat menjadi Menantu Pisau Emas. Ayah pernah bertemu dengannya, Ayah tahu betapa bodohnya dia, kan?” bela Huang Rong sambil menangis ketakutan. Takut sang ayah akan membunuh kekasihnya.

“Aku tentu tahu. Aku memang ingin membunuhnya. Sekarang kebetulan dia datang sendiri ke Pulau Persik untuk mengantar nyawa, ini sangat bagus sekali.” Seru Huang Yao Shi dengan emosi.

“Hutan Persik? Apa Kakak Jing sudah tiba di Pulau Persik? Di mana dia sekarang?” Huang Rong tampak mengkhawatirkan sang kekasih. 

“Sekarang dia terkurung dalam Formasi Persik. Mungkin beberapa hari lagi dia akan terkurung di dalam sana.” Jawab Huang Yao Shi dengan dingin. 
“Aku akan pergi menolongnya.” Ujar Huang Rong tapi sang ayah menghentikannya. 

“Tak boleh pergi! Anak ini sudah menyia-nyiakanmu, kau masih ingin menolongnya?” Huang Yao Shi tampak tak percaya. 

“Ayah, aku berjanji, kali ini setelah menolongnya keluar, aku takkan bertemu dengannya lagi. Takkan mempedulikannya lagi. Bagaimana?” Jawab Huang Rong, mencoba membujuk sang ayah.

“Kau diam saja di sini! Jika sampai Ayah tahu kau menyelamatkannya, Ayah akan membuatnya mati lebih mengenaskan. Aku mau dia tahu, berani menyakiti putriku – Huang Yao Shi, akibatnya akan sangat berat!” ancam sang ayah, membuat Huang Rong tak berani melakukan apa-apa.

Di dalam gua, Bocah Tua Nakal lanjut bercerita tentang bagaimana dia kehilangan Jilid kedua dari Kitab 9 Bulan. Kitab Jlid Kedua tersebut dia tunjukkan pada Huang Yao Shi dan istrinya kemudian sang istri, Feng Heng (Ibu Rong’er) yang memang sangat cerdas luar biasa dapat mengingat semuanya dalam sekali baca.

Feng Heng kemudian membohongi si Bocah Tua Nakal bahwa kitab tersebut adalah palsu dan hanya merupakan kitab ramalan biasa. Termakan kebohongan tersebut, Chou Pho Tong merobek-robek kitab 9 Bulan jilid kedua karena marah. Dia juga bercerita tentang Ibu Huang Rong yang sangat cerdas dan sanggup menghapal isi sebuah buku hanya dalam sekali lihat.


Guo Jing yang mendengar kisah itu dan tahu kalau Huang Rong tak punya Ibu, merasa sangat kasihan pada sang kekasih. 
“Rong’er sangat kasihan, sejak lahir sudah tak punya Ibu.” Ujarnya iba

Lalu Chou Pho Tong juga bercerita tentang bagaimana Ibu Rong’er meninggal. Ternyata Ibu Rong’er meninggal tak lama setelah melahirkan Rong’er karena kelelahan setelah menyalin ulang Kitab 9 Bulan Jilid Kedua yang telah dicuri oleh Mei Chao Feng dan Chen Xuan Feng.

Saat itu, Chou Pho Tong baru menyadari bahwa ternyata kitab tersebut adalah asli tapi sudah terlanjur dirobeknya. Akhirnya dia mendatangi Pulau Persik dengan niat ingin membalas dendam. Saat dia datang, Huang Yao Shi sedang berduka karena sang istri baru saja meninggal tak lama setelah melahirkan.

Dalam kesedihannya, Huang Yao Shi melampiaskan kemarahannya pada Chou Pho Tong karena secara tidak langsung, sang istri meninggal akibat terlalu lelah karena sesaat sebelum meninggal, sang istri telah berusaha keras menyalin kembali kitab 9 Bulan Jilid Kedua untuk sang suami. Chou Pho Tong akhirnya bersumpah, jika dia belum berhasil mengalahkan Huang Yao Shi maka dia selamanya takkan pergi dari Pulau Persik.

Guo Jing berkata dengan kesal, “Kitab 9 Bulan itu sungguh mencelakai orang. Untung kau sudah merobeknya saat itu. Bila aku melihatnya, aku akan merobeknya sampai hancur lagi agar tidak bisa lagi mencelakai orang."

Tepat setelah itu, Huang Yao Shi memperdengarkan alunan suara serulingnya yang mengandung kekuatan “magis”. Bila seseorang yang berpikiran kotor (jorok/mesum) mendengar alunan suara seruling tersebut maka akan terluka dalam, atau paling tidak, melihat halusinasi yang membuat orang bisa jadi gila.


Bahkan Chou Pho Tong pun tak sanggup menahan suara seruling tersebut. Hanya Guo Jing yang sanggup menahannya. Karena Guo Jing adalah seorang anak yang polos dan lugu, dia tidak mengerti hubungan (intim) antara pria dan wanita, cintanya pada Huang Rong adalah cinta suci dan murni, tak pernah ada pikiran kotor walaupun mereka bersama setiap hari.

Selain menggenggam tangan dan berpelukan, Guo Jing dan Huang Rong tak pernah melakukan sesuatu yang lebih. Bahkan untuk mencium pipi pun, Guo Jing tak berani.

Dan Huang Yao Shi sengaja memperdengarkan alunan suara seruling ini untuk menguji apakah Guo Jing dan Huang Rong sudah pernah melakukan hubungan suami istri (you know lah maksudnya...) atau tidak? Saat Chou Pho Tong hampir gila dan mulai mengigau yang tidak-tidak, Guo Jing hanya merasakan seperti dikerubuti oleh ribuan semut merah. Bukti bahwa pikiran Guo Jing sama sekali tidak jorok/kotor/mesum melainkan sangat polos dan lugu alias gak paham begituan hihihi ^_^

Note : Aman deh kalau punya pacar kayak Guo Jing, walaupun pergi berdua ke mana-mana, dijamin pasti masih perawan, gak bakal diapa-apain, gak bakal disentuh, gak bakal diperkosa, karena pikirannya lugu dan polos, selugu dan sepolos anak kecil. Sama sekali gak tahu tentang hal-hal yang berbau mesum atau pornografi lah istilahnya.

Merasa kagum pada Guo Jing karena pemuda lugu itu sama sekali tidak terpengaruh oleh suara seruling Huang Yao Shi, Bocah Tua Nakal mulai menginterogasi Guo Jing.

“Bocah bodoh, aku sudah meremehkanmu. Hebat juga. Sesat Tua Huang sengaja memperdengarkan lagu ini untuk menyiksamu tapi kau mampu menahannya.” Puji Bocah Tua Nakal.

“Ketua Huang memang tak pernah menyukaiku sejak awal.Kali ini aku kemari memang ingin mengantar nyawa.” Jawab Guo Jing jujur. 

“Aku tak pernah mendengar ada orang yang datang kemari untuk mati. Bodoh. Benar-benar bodoh!” ujar Bocah Tua Nakal sambil tertawa. 
“Siapa gurumu?” Bocah Tua Nakal melanjutkan interogasinya.

“Aku punya banyak guru. Sebelumnya, aku pernah belajar dari 7 Pendekar Jiang Nan. Dan setelah itu, belajar tenaga dalam dengan Pendeta Ma Yu dari Partai Chuan Chen. Setelah itu, berguru dengan Guru Hong Chi Khong.” Jawab Guo Jing jujur.

Mendengar nama Hong Chi Khong, Bocah Tua Nakal tampak kagum, “Kau pernah belajar dengan si Pengemis Utara?” tanyanya tak percaya. 
“Guru mengajariku 18 Jurus Penakluk Naga,” jawab Guo Jing lagi. 
“Kau ini bodoh, tapi sangat beruntung.” Puji Bocah Tua Nakal kagum.

“Aku ingin tanya, saat kau mendengar alunan suara seruling Huang Yao Shi, apa yang kau rasakan?” tanya Bocah Tua Nakal, sulit percaya Guo Jing mampu menahan suara seruling itu tanpa terluka dalam.

“Aku merasa jantungku berdetak kencang, merasa sekujur tubuh seperti dikerubuti semut. Sangat susah dijelaskan.” Jawab Guo Jing dengan polos. 
“Hanya itu?” tanya Bocah Tua Nakal tak percaya. Guo Jing mengiyakan. 
“Tak ada lagi?” tanyanya penasaran. 
“Tidak ada.” Jawab Guo Jing singkat. 

“Apakah kau...tidak merasa seperti berada di tempat yang tidak seharusnya dan merasa seperti ingin melakukan sesuatu yang tidak seharusnya?” tanya Bocah Tua Nakal dengan seringai nakal.

“Di tempat yang tidak seharusnya? Merasakan hal yang tidak seharusnya? Tempat seperti apa?” Guo Jing balik bertanya dengan polosnya.

“Sepertinya bocah bodoh ini benar-benar tak mengerti urusan antara pria dan wanita.” Bocah Tua Nakal bergumam sendiri.

Note : Urusan pria dan wanita ya maksudnya masalah mesum tadi itu hihihi ^_^

“Aku mengerti. Sesat Tua Huang sengaja memperdengarkan lagu itu untuk mencari tahu apakah kau dan putrinya pernah melakukan itu (melakukan hubungan intim suami istri, gitu maksudnya).” Ujar Bocah Tua Nakal.

Note : Melakukan hubungan intim suami istri, gitu maksudnya. Huang Yao Shi takut Guo Jing tidak bisa menahan diri lalu memperkosa putrinya. Emang dipikir Guo Jing kayak Yang Kang yang menghamili Mu Nian Chi di luar nikah hingga melahirkan anak  haram gak bermoral macem Yang Guo (yang naksir gurunya sendiri dan manusia egois bodo amat yang gak peduli sama orang lain selain dia dan gurunya) ??? Sorry ye, Guo Jing gue pria baik-baik dan pahlawan yang rela mati untuk rakyat pula ^_^

“Melakukan apa pada Rong’er? Senior, kau sebenarnya ini bicara apa? Aku sama sekali tak mengerti. Semakin mendengarnya semakin bingung.” Guo Jing tampak tak mengerti, tapi dia merasa itu pasti bukanlah sesuatu yang baik. Itu sebabnya dia tampak marah saat Bocah Tua Nakal berpikir dia sudah melakukan “Itu” pada Rong’er.

“Sudahlah kalau tak mengerti.” Bocah Tua Nakal tampak pasrah. 
 
Baru pertama kali bertemu, tapi Chou Pho Tong sudah merasa sangat dekat dan akrab dengan Guo Jing karena kepribadian yang baik hati, polos dan lugu. 

Bocah Tua Nakal menyukai sifat Guo Jing yang polos dan baik sehingga memutuskan untuk mengajari Guo Jing ilmu “72 Tinju Kosong” dan “Tangan Kiri melawan Tangan Kanan”. Namun awalnya Guo Jing menolak.

“Aku tak mau belajar kungfu. Aku hanya ingin bertemu Rong’er. Berharap dia bisa memberiku kesempatan untuk menjelaskan.” Jawab Guo Jing, mengingatkan tujuannya datang ke Pulau Persik.

“Kuberitahu padamu, wanita hanya akan mencelakaimu. Kungfu baru bisa membantumu. Mengerti, tidak?” jawab Bocah Tua Nakal, berusaha mempengaruhi Guo Jing agar tidak dekat-dekat dengan Huang Rong.

“Ibuku wanita, tapi dia tak pernah mencelakai orang. Guru ketujuhku juga wanita, dia juga tak pernah menyakiti orang.” Guo Jing spontan menentang.

Kehabisan kata, Chou Pho Tong berusaha membujuk dengan cara lain. 
“Apa kungfu Sesat Tua itu hebat?” Bocah Tua Nakal mencoba memancing Guo Jing. 
“Hebat.” Jawab Guo Jing jujur. 
“Kungfumu hebat, tidak?” tanyanya lagi. 
“Tidak.” Jawab Guo Jing sedih.

“Lalu bagaimana mungkin Sesat Tua yang kungfunya hebat rela membiarkan putrinya menikah denganmu yang kungfunya biasa saja?” ujar Bocah Tua Nakal, memprovokasi Guo Jing. Terdengar masuk akal. 
“Benar. Terima kasih ajaran Senior.” Guo Jing yang bodoh dan lugu termakan provokasinya. 

“Itulah sebabnya kau harus belajar kungfu denganku. Setelah kau jadi pendekar hebat, Sesat Tua itu pasti akan merestuimu menjadi menantunya.” Lanjut Bocah Tua Nakal, kemudian segera mengajari Guo Jing ilmu “Tangan Kiri melawan Tangan Kanan”.

Jadi tujuannya Guo Jing berlatih kungfu agar Huang Yao Shi (ayah Huang Rong) memberikannya ijin untuk menikahi Huang Rong.

Saat Guo Jing sibuk berlatih kungfu baru “Tangan Kiri Melawan Tangan Kanan”, Huang Rong dikurung oleh sang ayah di dalam kamarnya. Huang Yao Shi mengancam putrinya jika Rong’er berani keluar selangkah saja dari kamarnya dan pergi menyelamatkan Guo Jing, dia akan membuat Guo Jing mati tak berbekas.



( Note : Pemandangan alam di Pulau Persik benar-benar indah bagaikan melihat pemandangan dalam lukisan. Kelebihan versi adaptasi terbaru ini salah satunya memang adalah setting dan pemandangan alam yang indah dan natural )



Di dalam gua, Guo Jing tampak terkejut saat ada seorang pelayan yang datang mengantarkan makanan untuk mereka. Lalu Chou Pho Tong mengatakan bahwa sebenarnya Huang Yao Shi adalah seorang Pendekar sejati yang berjiwa ksatria karena dia tidak mungkin membiarkan orang mati kelaparan di rumahnya, juga tidak mungkin meracuni makanannya. Jadi selama ini, Chou Pho Tong tak pernah khawatir soal makanan, dia tidak akan mati kelaparan.

“Kau tak berikan kitab 9 Bulan, Ketua Huang tak biarkan kau keluar. Kau tak bisa mengalahkan Ketua Huang, kau juga tak mau keluar. Kalau seperti ini, berarti kau tak bisa bawa aku keluar.” Ujar Guo Jing terlihat sedih.

“Kenapa kau terlihat sedih? Tinggal di gua ini juga bagus. Bila merasa bosan, bisa melihat bunga persik berguguran. Dan lagi, Nona Huang Rong itu juga pernah mengantarkan aku seguci arak yang enak.” Jawab Chou Pho Tong. 

Mendengar nama sang kekasih disebut, Guo Jing tampak lebih bersemangat. 
“Rong’er pernah mengantarkan arak kemari?” tanyanya dengan antusias.
"Benar." jawab Chou Pho Tong.
“Hanya saja, gadis itu sifatnya sangat mirip dengan ayahnya. Dia bahkan berani menertawai aku.” Jawab Chou Pho Thong bercerita. 


“Bagaimana Rong’er menertawaimu?” Guo Jing terlihat sangat antusias membicarakan tentang kekasih kecilnya.

“Dia bilang kungfuku buruk, aku tidak sehebat ayahnya. Seumur hidupku aku takkan mungkin bisa mengalahkan ayahnya.” Jawab Chou Pho Tong.

Setelah itu, Chou Pho Tong menyuruh Guo Jing makan dan saat itulah Guo Jing menemukan sebuah surat kecil diselipkan di dalam bakpaonya.


Dia segera membaca gulungan pesan kecil itu, “Tujuh hari kemudian, saat malam bulan purnama...” tapi belum sempat Guo Jing membaca keseluruhan pesan tersebut, Bocah Tua Nakal sudah lebih dulu merebut dan menelan suratnya.

“Senior, itu kertas yang diberikan Rong’er untukku. Cepat muntahkan!” Guo Jing segera berdiri dan berusaha meminta kembali kertas tersebut, tapi kertasnya sudah terlanjur tertelan.

“Tak ada! Sudah tertelan.” Jawab Chou Pho Tong tanpa dosa, membuat orang kesal. 
“Senior, ini punyaku! Kenapa kau memakannya?” Guo Jing berseru kesal pada Chou Pho Tong.

“Tak ada kertas, berarti tak ada beban pikiran!” jawab Chou Pho Tong menyebalkan. (Nih manusia satu gak pernah ngrasain jatuh cinta, tahunya Cuma main-main aja ckckck...)

“Tapi aku mau tahu apa yang dikatakan Rong’er padaku.” Jawab Guo Jing dengan raut wajah kesal. (Wajahnya William kalau sedang cemberut cute abis hihihi ^_^)

Karena tidak bisa menemui Guo Jing secara langsung, Huang Rong pun memutuskan untuk menuliskan pesan yang ditulis di dalam sebuah bakpau untuk disampaikan pada Guo Jing. Pesan tersebut bertuliskan bahwa 7 hari lagi Huang Rong akan datang menolong Guo Jing dan membawanya keluar dari Pulau Persik, jadi Guo Jing tak boleh pergi ke mana-mana dan untuk sementara tinggal saja di dalam gua bersama Bocah Tua Nakal.

Tapi sayangnya, kertas tersebut dimakan oleh Chou Pho Tong dan Guo Jing baru membaca setengah dari pesan itu. Chou Pho Tong memakan kertas itu karena dia kesal pada Guo Jing yang selalu merindukan Huang Rong sehingga tidak sepenuh hati belajar kungfu padanya.

“Ayo makan! Kalau tak mau makan, kita berlatih kungfu saja.” Jawab Chou Pho Tong dengan entengnya. Benar-benar tidak mengerti gairah cinta anak remaja.

Guo Jing yang kesal dan sudah sangat merindukan Rong’er-nya memutuskan untuk pergi keluar mencari Rong’er, tak peduli walaupun dia akan mati terperangkap dalam Hutan Persik. 


“Aku berlatih nanti saja. Aku mau mencari Rong’er dulu.” Jawab Guo Jing penuh tekad.
“Tidak boleh pergi!” Seru Chou Pho Tong melarang. 
“Kenapa?” Guo Jing memprotes.

“Apakah kau benar-benar menyukai gadis bernama Rong’er itu?” tanya Chou Pho Tong. 
“YA.” Jawab Guo Jing tegas dan mantap, tanpa keraguan sedikitpun.


“Apakah kau benar-benar ingin menikahinya dan menjadikannya istri?” Bocah Tua Nakal kembali mengajukan pertanyaan. 

“YA.” Jawab Guo Jing, masih dengan nada tegas, mantap dan penuh tekad. Wajahnya terlihat penuh kesungguhan. Dia ingin menikahi Huang Rong bukan gadis lain

“Kalau begitu kau harus melamar pada Huang Yao Shi. Aku tanya padamu, apakah kau sudah mendapat restu dari orang tua?” kali ini, pertanyaan Chou Pho Tong spontan menyadarkan Guo Jing bahwa dia tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan pada Rong’er. 


“Ayahku sudah meninggal dan ibuku ada di Gurun.” Jawab Guo Jing dengan raut wajah muram, kali ini nadanya terdengar sedih.

“Apakah kau punya wali?” lagi, Chou Pho Tong memberikan pertanyaan yang sulit dijawab. 
“Tidak.” Guo Jing menjawab sedih. 
“Kau tak punya ini dan itu, lalu bagaimana mungkin Huang Yao Shi akan membiarkan putrinya menikah denganmu?” ujar Chou Pho Tong, terdengar masuk akal.

Note : 
Kalau dalam versi William Yang, Guo Jing lebih dulu memiliki niat untuk melamar Huang Rong, bahkan SEBELUM Ou Yang Khe datang ke Pulau Persik untuk melamar. Kalau dalam versi yang sebelumnya, Guo Jing baru melamar SETELAH Ou Yang Khe datang untuk melamar. Jadi kalau yang dulu-dulu memberikan kesan “Andaikan Ou Yang Khe tidak datang untuk melamar maka Guo Jing TIDAK AKAN PUNYA NIAT untuk melamar.” Dipacari aja terus, bukan untuk dinikahi. Begitu kasarannya. Itulah yang membuat Guo Jing-nya William Yang terlihat lebih romantis.


Mendengar soal lamaran, wajah Guo Jing terlihat semakin sedih. Tapi kemudian, dia meminta saran dari Chou Pho Tong agar dia bisa melamar Huang Rong secara pantas. 

“Lalu Senior, aku harus bagaimana?” Guo Jing meminta saran dari Bocah Tua Nakal dengan ekspresi memelas.

“Kalau begitu caranya, kau harus mencari gurumu untuk membantumu. Tapi dia tidak ada di Pulau Persik ini. Pernikahanmu ini sepertinya akan sulit terwujud.” Ujar Bocah Tua Nakal, berharap Guo Jing akan menyerah.

Akan tetapi, Guo Jing yang bodoh tidak sebodoh yang dipikir semua orang. Guo Jing tiba-tiba mendapat sebuah ide bagus bagaimana agar gurunya bisa datang kemari dan membantunya melamar Rong’er. 
“Senior, aku punya ide.” Ujarnya ceria seraya menarik tangan Chou Pho Tong.

Akhirnya mereka berdua berdiri di pintu gua dan Guo Jing segera meniup peluitnya, memanggil sepasang rajawali putih agar menyampaikan pesan kepada sang guru, yaitu Pengemis Utara – Hong Chi Khong agar bisa datang ke Pulau Persik untuk membantunya melamar.

“Rajawali putih, cepat pergi cari guruku Hong Chi Khong dan minta beliau datang ke Pulau Persik untuk membantuku.” Teriak Guo Jing pada sepasang rajawali putih peliharaannya.

“Terima kasih telah mengingatkan aku. Aku tiba-tiba pergi mencari Ketua Huang, benar-benar tak sopan.” Ujar Guo Jing berterima kasih pada Chou Pho Tong karena telah mengajarinya cara untuk melamar secara pantas.

Episode berikutnya, Guo Jing dan Huang Rong akhirnya bertemu kembali setelah 2 episode mereka berpisah. Masih dengan tema “Melamar Ke Pulau Persik".

Berikutnya : Episode 21

Blogger Opinion : 
Sebenarnya di dalam novel, karakter Guo Jing tidak digambarkan sebagai orang bodoh. Dia hanya terlalu lugu, naif, polos, baik hati dan mudah percaya pada orang. Guo Jing tak pernah memiliki pikiran kotor atau pikiran buruk kepada orang. Bagi Guo Jing, semua orang itu baik seperti dirinya. Bahkan walaupun ada orang yang sudah berbuat jahat padanya, Guo Jing selalu membalasnya dengan kebaikan. That’s why I Love Guo Jing so much ^_^


Dalam versi adaptasi terbaru 2017 juga seperti ini. William Yang Xuwen menampilkan Guo Jing yang lugu, baik hati, polos dan juga romantis, namun bukan Guo Jing yang bodoh, melainkan hanya sedikit lamban berpikir. Ada banyak adegan yang menunjukkan bahwa Guo Jing sebenarnya TIDAK BODOH.

Misalnya : 
1. Saat Bocah Tua Nakal, Chou Pho Tong berkata, “Kalau begitu caranya, kau harus mencari gurumu untuk membantumu. Tapi dia tidak ada di Pulau Persik ini. Pernikahanmu ini sepertinya akan sulit terwujud.” Ujar Bocah Tua Nakal, berharap Guo Jing akan menyerah.

Tapi Guo Jing segera mendapat ide briliant untuk memanggil gurunya si Pengemis Utara, Hong Chi Khong agar segera datang ke Pulau Persik dan membantunya melamar Rong’er dengan bantuan sepasang rajawali putih. See? Guo Jing itu pintar juga, kan?

Aku aja loh sebelum nonton adegan ini, gak kepikiran tentang sepasang rajawali putih peliharaan Guo Jing, gak kepikiran kalau Guo Jing bisa meminta bantuan kepada sepasang rajawali putih tersebut agar dapat menyampaikan pesan kepada gurunya, si Pengemis Utara. Tapi Guo Jing langsung kepikiran. Dia segera berlari keluar gua dan meniup peluit, meminta rajawali putih untuk memanggil Hong Chi Khong dan membawanya kemari. Guo Jing gak bodoh kok. Sang penulis, Jin Yong (yang baru saja meninggal tanggal 30 Oktober 2018 lalu) juga gak pernah menggambarkan Guo Jing bodoh, melainkan HANYA LAMBAN.


2. Saat Guo Jing memutuskan untuk memanggil gurunya yaitu Hong Chi Khong, daripada memanggil gurunya yang lain yaitu “7 Pendekar Jiang Nan”. 
Ini membuktikan bahwa Guo Jing itu TIDAK BODOH. Dia cukup pintar karena mengetahui bahwa sang calon mertua pasti akan meremehkan dan memandang rendah “7 Pendekar Jiang Nan” yang ilmunya biasa saja dan lebih rendah dari Huang Yao Shi. Tetapi pasti akan menaruh hormat kepada Hong Chi Khong, si Pengemis Utara karena merasa mereka berdua memiliki ilmu yang setara dan berada di level yang sama.

Jadi Guo Jing berpikir pernikahannya dengan Huang Rong akan sulit terlaksana bila yang datang membantunya untuk melamar adalah “7 Pendekar Jiang Nan”, sebaliknya, jalannya akan sedikit lebih mudah bila si Pengemis Utara, Hong Chi Khong yang datang membantunya untuk meminang sang kekasih, Huang Rong. Dan ternyata itu terbukti benar. Setidaknya, karena memandang Hong Chi Khong, akhirnya Huang Yao Shi mengijinkan Guo Jing untuk bertanding 3 babak melawan Ou Yang Khe dalam memperebutkan Huang Rong.

Sebenarnya di episode-episode sebelumnya juga ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa Guo Jing sebenarnya TIDAK BODOH. Di lain kesempatan, aku akan menulis artikel khusus mengenai adegan-adegan yang membuktikan bahwa Guo Jing TIDAK BODOH.

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads