Berbeda dengan versi "Legend Of The
Condor Heroes 2008" yang dibintangi oleh Hu Ge dan Ariel Lin, modifikasi yang
kebablasan membuat setiap episodenya menjadi sangat membosankan karena berkesan
terlalu diulur-ulur, banyak adegan dan modifikasi gak penting yang sama sekali
tidak mendukung alur namun justru dipanjang-panjangkan macem sinetron. Alur
cerita berjalan sangat lambat, membosankan, tidak langsung pada intinya dan
berputar-putar tidak jelas, singkatnya, membuat penonton merasa menonton sekali
saja sudah merasa bosan dan ogah rerun lagi akhirnya. Inilah yang kurasakan
saat menonton LOCH 2008. SEKALI SUDAH CUKUP! 0__0 Membosankan soalnya >__<
Tapi untuk versi terbaru 2017 ini, rerun berulang kalipun, sama sekali tidak membuat bosan. Karena walaupun ada beberapa modifikasi kecil namun itu justru membuat kisahnya menjadi lebih manis dan romantis. Karena modifikasi kecil tersebut sama sekali TIDAK MENGUBAH INTI CERITA, semuanya tetap berada di jalur yang terkendali.
Sama seperti saat penulis skenario
memutuskan untuk mengubah adegan kemunculan Hua Cheng sebagai tunangan Guo Jing
yang SEHARUSNYA muncul di PARUH AKHIR, kini maju ke awal cerita. Jadi membuat
kedatangan Guo Jing ke Pulau Persik menjadi lebih berarti dan lebih berkesan,
karena Guo Jing secara khusus datang ke Pulau Persik tak hanya untuk memenuhi
janjinya untuk mengantar nyawa akibat tak sengaja membunuh murid Huang Yao Shi,
namun juga secara khusus meminta maaf kepada sang kekasih tercinta karena
menyembunyikan kenyataan bahwa dia telah bertunangan dengan seorang Putri
Mongol sekaligus ingin melamar gadis itu secara resmi di depan sang ayah
sebagai bukti ketulusan cintanya.
Modifikasi kecil ini jatohnya justru
membuat karakter Guo Jing makin manis dan romantis, bukan membuat alur
berantakan dan amburadul seperti LOCH 2008 versi Hu Ge dan Ariel Lin.
Dan kisahpun berlanjut...
Guo Jing yang sudah kehilangan jejak
Huang Rong akhirnya memutuskan untuk mengejar sang kekasih ke Pulau Persik.
Dalam kegalauannya, dia bercerita kepada kuda merah kesayangannya.
“Xiao Hung Ma, menurutmu aku harus
bagaimana? Rong’er sekarang pasti sangat marah padaku. Janji ke Pulau Persik
sebentar lagi, aku tak punya waktu lagi untuk mencari keenam guruku. Bagaimana jika
penuhi janji dulu, setelah sampai di sana, baru jelaskan pada Rong’er?
Mengatakan padanya isi hatiku yang sebenarnya. Bagaimana menurutmu?” Guo Jing
bertanya pada si kuda merah yang tentu takkan bisa menjawab pertanyaannya.
( Note : Duh, William cute banget waktu
adegan ngobrol sama kuda. Loe ngobrol sama gue aja sini, mau ngobrol 7 hari 7
malam pun, ayok aja hihihi ^_^ Sepertinya adegan mengobrol dengan kuda HANYA
ada di versi William Yang Xuwen, inilah yang membuatnya BERBEDA dari Guo Jing
yang lain. Guo Jing-nya William Yang jauh lebih cute, manis dan polos
dibandingkan para pendahulunya. William Yang berhasil menciptakan Guo Jing-nya
sendiri yang sebelumnya tak pernah ada...)
Di Pulau Persik, Guo Jing terjebak
dalam Formasi Hutan Persik dan hanya berjalan berputar-putar. Dia bahkan sempat
terperangkap oleh lilitan ranting pohon persik. Namun untunglah karena ilmunya
sudah meningkat, Guo Jing akhirnya dapat meloloskan diri.
Kemudian Guo Jing sampai di sebuah gua
dan bertemu dengan Bocah Tua Nakal yang berpura-pura keracunan padahal dia
hanya sedang bermain-main saja. Guo Jing yang polos, tentu dengan mudah
terjebak dan mengikuti permainan si Bocah Tua Nakal. Hingga akhirnya pemuda
lugu itu mengetahui bahwa Bocah Tua Nakal sedang mengerjainya.
Guo
Jing yang merasa bersalah karena membongkar permainan si Bocah Tua Nakal segera
meminta maaf dengan sopan. Tak suka dengan segala tata krama dan sopan santun,
Bocah Tua Nakal meminta Guo Jing memanggilnya Chou Pho Tong saja.
Mendengar
nama Chou Pho Tong, Guo Jing spontan teringat pada ucapan Pengemis Utara bahwa
selain mereka berempat : Pengemis Utara, Sesat Timur, Racun Barat dan Kaisar
Selatan, masih ada lagi pendekar hebat yang ilmunya sangat tinggi yaitu adik
seperguruan Wang Chong Yang yang bernama Chou Pho Tong. Tapi walau ilmunya
tinggi, sikapnya seperti anak kecil yang hanya suka bermain.
Bocah
Tua Nakal pun menanyakan nama Guo Jing. Guo Jing dengan gembira memperkenalkan
namanya, “Namaku Guo Jing.” Jawab Guo Jing dengan tersenyum manis. (Senyumnya
William bahkan lebih manis dari gula ^_^)
“Anak
muda, kenapa kau datang seorang diri ke Pulau Persik?” tanya Bocah Tua Nakal
penasaran.
“Aku membuat Rong’er marah jadi datang
kemari ingin meminta maaf padanya,” jawab Guo Jing dengan jujur dan polos.
“Rong’er? Putri si Sesat Tua Huang? Kau
kenal dengan gadis itu? Kalian berdua punya hubungan apa?” tanya Bocah Tua
Nakal dengan penuh selidik.
“Kami...” Guo Jing tampak tersenyum
malu-malu saat akan menjawab pertanyaan itu.
Guo Jing ingin mengatakan bahwa dia dan
Huang Rong saling mencintai dan mereka adalah sepasang kekasih, namun dia
terlalu malu untuk mengatakan hal-hal seperti itu. Jadi Guo Jing hanya menjawab
dengan senyuman malu di wajahnya yang tampan.
Bocah Tua Nakal yang menangkap ekspresi
malu-malu di wajah Guo Jing dapat menebak dengan tepat apa yang hendak
dikatakan pemuda lugu tersebut.
“Aku tahu. Aku tahu. Apa kau jatuh
cinta pada gadis muda yang secantik bunga itu?” tanya Bocah Tua Nakal, tepat
sasaran.
Guo Jing yang memang memiliki sifat
yang jujur, segera mengangguk malu-malu dan membenarkan tebakannya. Dia tampak
tersenyum malu saat mengakui bahwa dia memang menyukai Huang Rong.
“Tak takut Sesat Tua Huang akan membunuhmu?”
Bocah Tua Nakal tampak menakut-nakuti.
“Tidak takut!” jawab Guo Jing tanpa
berpikir panjang.
“Hmmm...” Bocah Tua Nakal tampak tak
percaya.
“Sedikit takut.” Jawab Guo Jing,
mengubah jawabannya secara spontan.
“Tapi demi Rong’er, aku harus datang.” Jawab
Guo Jing penuh tekad.
Dia tidak peduli meski Huang Yao Shi
akan membunuhnya. Dia hanya memiliki satu tekad yaitu meminta maaf pada Huang
Rong dan menjelaskan isi hatinya yang sebenarnya pada gadis itu.
Kemudian Bocah Tua Nakal menjelaskan
bahwa untuk membunuh Guo Jing, Huang Yao Shi bahkan tak perlu menggerakkan jarinya.
Formasi Hutan Persik yang penuh jebakan saja sudah bisa membunuhnya.
Guo Jingpun bertanya dengan polosnya,
“Senior, kungfumu sangat tinggi. Bisakah kau bawa aku keluar?” tanya Guo Jing
penuh harap.
“Tentu saja...” jawab Bocah Tua Nakal,
namun belum selesai, Guo Jing sudah memotong kalimatnya.
“Bagus sekali.” Jawab Guo Jing gembira.
“Tidak bisa!” lanjut Bocah Tua Nakal
yang spontan membuat Guo Jing kembali murung.
Note : hahaha ^_^ Kalau uda bisa mah,
si Bocah Tua Nakal gak bakal terkurung selama 15 tahun, keles ckckck...Lah
siapa suruh orang belum selesai ngomong sudah dipotong? Maksudnya Bocah Tua
Nakal adalah “Tentu saja – tidak bisa!”
Lalu Bocah Tua Nakal juga bercerita
bagaimana dia menghabiskan waktu selama 15 tahun terkurung di Pulau Persik. Dan
dia bersumpah dia takkan pergi sebelum mengalahkan Huang Yao Shi. Mereka
akhirnya mulai berbincang dengan akrab.
Lalu Bocah Tua Nakal mulai bercerita
tentang Kitab 9 Bulan yang dimenangkan oleh kakak seperguruannya tapi tak
pernah dipelajarinya. Guo Jing juga berkata kalau Kitab 9 Bulan bukanlah barang
yang bagus karena dia sudah mencelakai banyak orang, akan lebih baik bila kitab
itu disembunyikan atau lebih bagus lagi bila dibakar.
Sementara itu, Huang Rong yang masih
belum mengetahui bahwa sang kekasih, Guo Jing datang ke Pulau Persik bercerita
kepada mayat almarhum sang ibu dengan menangis sedih tanpa mengetahui bahwa
sang ayah diam-diam mendengarkan curhatannya.
“Ayah mengajariku membaca begitu banyak
buku, memberitahuku banyak hal tentang kebaikan. Tapi Rong’er sama sekali tak
mengerti kenapa semakin menyukai seseorang, hati terasa semakin sakit? Ibu,
bisakah bantu Rong’er memikirkannya? Jing Gege bilang ingin selalu bersama Rong’er,
tapi sekarang tiba-tiba muncul seorang Putri Mongol. Ternyata saat masih di
Gurun, dia sudah diangkat menjadi Menantu Pisau Emas Raja. Ibu, Rong’er harus
bagaimana?” Huang Rong bercerita kepada mayat sang Ibu sambil menangis terisak,
tanpa sadar sang ayah mendengarkan sedari tadi.
“Dasar bocah tak tahu diri!” ujar Huang
Yao Shi kesal. Dia tidak terima ada yang berani menyakiti Putri kesayangannya.
Mendengar suara sang ayah, Huang Rong spontan menoleh dengan terkejut.
“Ayah!” Huang Rong menoleh panik.
“Ayah akan membunuhnya!” lanjut Huang
Yao Shi penuh kemarahan.
Huang Rong spontan berlari ke arah
ayahnya dan mencoba membela sang kekasih.
“Ayah, dia bukan sengaja! Dia hanya
sangat bodoh. Dia karena berhutang budi pada orang Mongol jadi dia baru bersedia
diangkat menjadi Menantu Pisau Emas. Ayah pernah bertemu dengannya, Ayah tahu
betapa bodohnya dia, kan?” bela Huang Rong sambil menangis ketakutan. Takut
sang ayah akan membunuh kekasihnya.
“Aku tentu tahu. Aku memang ingin
membunuhnya. Sekarang kebetulan dia datang sendiri ke Pulau Persik untuk
mengantar nyawa, ini sangat bagus sekali.” Seru Huang Yao Shi dengan emosi.
“Hutan Persik? Apa Kakak Jing sudah
tiba di Pulau Persik? Di mana dia sekarang?” Huang Rong tampak mengkhawatirkan
sang kekasih.
“Sekarang dia terkurung dalam Formasi
Persik. Mungkin beberapa hari lagi dia akan terkurung di dalam sana.” Jawab
Huang Yao Shi dengan dingin.
“Aku akan pergi menolongnya.” Ujar
Huang Rong tapi sang ayah menghentikannya.
“Tak boleh pergi! Anak ini sudah menyia-nyiakanmu,
kau masih ingin menolongnya?” Huang Yao Shi tampak tak percaya.
“Ayah, aku berjanji, kali ini setelah
menolongnya keluar, aku takkan bertemu dengannya lagi. Takkan mempedulikannya
lagi. Bagaimana?” Jawab Huang Rong, mencoba membujuk sang ayah.
“Kau diam saja di sini! Jika sampai
Ayah tahu kau menyelamatkannya, Ayah akan membuatnya mati lebih mengenaskan.
Aku mau dia tahu, berani menyakiti putriku – Huang Yao Shi, akibatnya akan
sangat berat!” ancam sang ayah, membuat Huang Rong tak berani melakukan
apa-apa.
Di dalam gua, Bocah Tua Nakal lanjut
bercerita tentang bagaimana dia kehilangan Jilid kedua dari Kitab 9 Bulan.
Kitab Jlid Kedua tersebut dia tunjukkan pada Huang Yao Shi dan istrinya
kemudian sang istri, Feng Heng (Ibu Rong’er) yang memang sangat cerdas luar
biasa dapat mengingat semuanya dalam sekali baca.
Feng Heng kemudian membohongi si Bocah
Tua Nakal bahwa kitab tersebut adalah palsu dan hanya merupakan kitab ramalan
biasa. Termakan kebohongan tersebut, Chou Pho Tong merobek-robek kitab 9 Bulan
jilid kedua karena marah. Dia juga bercerita tentang Ibu Huang Rong yang sangat
cerdas dan sanggup menghapal isi sebuah buku hanya dalam sekali lihat.
Guo Jing yang mendengar kisah itu dan
tahu kalau Huang Rong tak punya Ibu, merasa sangat kasihan pada sang kekasih.
“Rong’er sangat kasihan, sejak lahir
sudah tak punya Ibu.” Ujarnya iba
Lalu Chou Pho Tong juga bercerita
tentang bagaimana Ibu Rong’er meninggal. Ternyata Ibu Rong’er meninggal tak
lama setelah melahirkan Rong’er karena kelelahan setelah menyalin ulang Kitab 9
Bulan Jilid Kedua yang telah dicuri oleh Mei Chao Feng dan Chen Xuan Feng.
Saat itu, Chou Pho Tong baru menyadari
bahwa ternyata kitab tersebut adalah asli tapi sudah terlanjur dirobeknya.
Akhirnya dia mendatangi Pulau Persik dengan niat ingin membalas dendam. Saat
dia datang, Huang Yao Shi sedang berduka karena sang istri baru saja meninggal
tak lama setelah melahirkan.
Dalam kesedihannya, Huang Yao Shi
melampiaskan kemarahannya pada Chou Pho Tong karena secara tidak langsung, sang
istri meninggal akibat terlalu lelah karena sesaat sebelum meninggal, sang
istri telah berusaha keras menyalin kembali kitab 9 Bulan Jilid Kedua untuk
sang suami. Chou Pho Tong akhirnya bersumpah, jika dia belum berhasil
mengalahkan Huang Yao Shi maka dia selamanya takkan pergi dari Pulau Persik.
Guo Jing berkata dengan kesal, “Kitab 9
Bulan itu sungguh mencelakai orang. Untung kau sudah merobeknya saat itu. Bila
aku melihatnya, aku akan merobeknya sampai hancur lagi agar tidak bisa lagi
mencelakai orang."
Tepat setelah itu, Huang Yao Shi
memperdengarkan alunan suara serulingnya yang mengandung kekuatan “magis”. Bila
seseorang yang berpikiran kotor (jorok/mesum) mendengar alunan suara seruling
tersebut maka akan terluka dalam, atau paling tidak, melihat halusinasi yang
membuat orang bisa jadi gila.
Bahkan Chou Pho Tong pun tak sanggup
menahan suara seruling tersebut. Hanya Guo Jing yang sanggup menahannya. Karena
Guo Jing adalah seorang anak yang polos dan lugu, dia tidak mengerti hubungan
(intim) antara pria dan wanita, cintanya pada Huang Rong adalah cinta suci dan
murni, tak pernah ada pikiran kotor walaupun mereka bersama setiap hari.
Selain menggenggam tangan dan
berpelukan, Guo Jing dan Huang Rong tak pernah melakukan sesuatu yang lebih. Bahkan
untuk mencium pipi pun, Guo Jing tak berani.
Dan Huang Yao Shi sengaja
memperdengarkan alunan suara seruling ini untuk menguji apakah Guo Jing dan
Huang Rong sudah pernah melakukan hubungan suami istri (you know lah
maksudnya...) atau tidak? Saat Chou Pho Tong hampir gila dan mulai mengigau
yang tidak-tidak, Guo Jing hanya merasakan seperti dikerubuti oleh ribuan semut
merah. Bukti bahwa pikiran Guo Jing sama sekali tidak jorok/kotor/mesum
melainkan sangat polos dan lugu alias gak paham begituan hihihi ^_^
Note : Aman deh kalau punya pacar kayak
Guo Jing, walaupun pergi berdua ke mana-mana, dijamin pasti masih perawan, gak
bakal diapa-apain, gak bakal disentuh, gak bakal diperkosa, karena pikirannya
lugu dan polos, selugu dan sepolos anak kecil. Sama sekali gak tahu tentang
hal-hal yang berbau mesum atau pornografi lah istilahnya.
Merasa kagum pada Guo Jing karena
pemuda lugu itu sama sekali tidak terpengaruh oleh suara seruling Huang Yao
Shi, Bocah Tua Nakal mulai menginterogasi Guo Jing.
“Bocah bodoh, aku sudah meremehkanmu.
Hebat juga. Sesat Tua Huang sengaja memperdengarkan lagu ini untuk menyiksamu
tapi kau mampu menahannya.” Puji Bocah Tua Nakal.
“Ketua Huang memang tak pernah
menyukaiku sejak awal.Kali ini aku kemari memang ingin mengantar nyawa.” Jawab
Guo Jing jujur.
“Aku tak pernah mendengar ada orang
yang datang kemari untuk mati. Bodoh. Benar-benar bodoh!” ujar Bocah Tua Nakal
sambil tertawa.
“Siapa gurumu?” Bocah Tua Nakal
melanjutkan interogasinya.
“Aku punya banyak guru. Sebelumnya, aku
pernah belajar dari 7 Pendekar Jiang Nan. Dan setelah itu, belajar tenaga dalam
dengan Pendeta Ma Yu dari Partai Chuan Chen. Setelah itu, berguru dengan Guru
Hong Chi Khong.” Jawab Guo Jing jujur.
Mendengar nama Hong Chi Khong, Bocah
Tua Nakal tampak kagum, “Kau pernah belajar dengan si Pengemis Utara?” tanyanya
tak percaya.
“Guru mengajariku 18 Jurus Penakluk
Naga,” jawab Guo Jing lagi.
“Kau ini bodoh, tapi sangat beruntung.”
Puji Bocah Tua Nakal kagum.
“Aku ingin tanya, saat kau mendengar
alunan suara seruling Huang Yao Shi, apa yang kau rasakan?” tanya Bocah Tua
Nakal, sulit percaya Guo Jing mampu menahan suara seruling itu tanpa terluka
dalam.
“Aku merasa jantungku berdetak kencang,
merasa sekujur tubuh seperti dikerubuti semut. Sangat susah dijelaskan.” Jawab
Guo Jing dengan polos.
“Hanya itu?” tanya Bocah Tua Nakal tak
percaya. Guo Jing mengiyakan.
“Tak ada lagi?” tanyanya penasaran.
“Tidak ada.” Jawab Guo Jing singkat.
“Apakah kau...tidak merasa seperti
berada di tempat yang tidak seharusnya dan merasa seperti ingin melakukan
sesuatu yang tidak seharusnya?” tanya Bocah Tua Nakal dengan seringai nakal.
“Di tempat yang tidak seharusnya?
Merasakan hal yang tidak seharusnya? Tempat seperti apa?” Guo Jing balik
bertanya dengan polosnya.
“Sepertinya bocah bodoh ini benar-benar
tak mengerti urusan antara pria dan wanita.” Bocah Tua Nakal bergumam sendiri.
Note : Urusan pria dan wanita ya
maksudnya masalah mesum tadi itu hihihi ^_^
“Aku mengerti. Sesat Tua Huang sengaja
memperdengarkan lagu itu untuk mencari tahu apakah kau dan putrinya pernah
melakukan itu (melakukan hubungan intim suami istri, gitu maksudnya).” Ujar
Bocah Tua Nakal.
Note : Melakukan hubungan intim suami
istri, gitu maksudnya. Huang Yao Shi takut Guo Jing tidak bisa menahan diri
lalu memperkosa putrinya. Emang dipikir Guo Jing kayak Yang Kang yang
menghamili Mu Nian Chi di luar nikah hingga melahirkan anak haram gak bermoral macem Yang Guo (yang
naksir gurunya sendiri dan manusia egois bodo amat yang gak peduli sama orang
lain selain dia dan gurunya) ??? Sorry ye, Guo Jing gue pria baik-baik dan
pahlawan yang rela mati untuk rakyat pula ^_^
“Melakukan apa pada Rong’er? Senior,
kau sebenarnya ini bicara apa? Aku sama sekali tak mengerti. Semakin
mendengarnya semakin bingung.” Guo Jing tampak tak mengerti, tapi dia merasa
itu pasti bukanlah sesuatu yang baik. Itu sebabnya dia tampak marah saat Bocah
Tua Nakal berpikir dia sudah melakukan “Itu” pada Rong’er.
“Sudahlah kalau tak mengerti.” Bocah
Tua Nakal tampak pasrah.
Baru pertama kali bertemu, tapi Chou
Pho Tong sudah merasa sangat dekat dan akrab dengan Guo Jing karena kepribadian
yang baik hati, polos dan lugu.
Bocah Tua Nakal menyukai sifat Guo Jing
yang polos dan baik sehingga memutuskan untuk mengajari Guo Jing ilmu “72 Tinju
Kosong” dan “Tangan Kiri melawan Tangan Kanan”. Namun awalnya Guo Jing menolak.
“Aku
tak mau belajar kungfu. Aku hanya ingin bertemu Rong’er. Berharap dia bisa
memberiku kesempatan untuk menjelaskan.” Jawab Guo Jing, mengingatkan tujuannya
datang ke Pulau Persik.
“Kuberitahu
padamu, wanita hanya akan mencelakaimu. Kungfu baru bisa membantumu. Mengerti,
tidak?” jawab Bocah Tua Nakal, berusaha mempengaruhi Guo Jing agar tidak
dekat-dekat dengan Huang Rong.
“Ibuku
wanita, tapi dia tak pernah mencelakai orang. Guru ketujuhku juga wanita, dia
juga tak pernah menyakiti orang.” Guo Jing spontan menentang.
Kehabisan
kata, Chou Pho Tong berusaha membujuk dengan cara lain.
“Apa
kungfu Sesat Tua itu hebat?” Bocah Tua Nakal mencoba memancing Guo Jing.
“Hebat.”
Jawab Guo Jing jujur.
“Kungfumu
hebat, tidak?” tanyanya lagi.
“Tidak.”
Jawab Guo Jing sedih.
“Lalu
bagaimana mungkin Sesat Tua yang kungfunya hebat rela membiarkan putrinya
menikah denganmu yang kungfunya biasa saja?” ujar Bocah Tua Nakal, memprovokasi
Guo Jing. Terdengar masuk akal.
“Benar.
Terima kasih ajaran Senior.” Guo Jing yang bodoh dan lugu termakan
provokasinya.
“Itulah
sebabnya kau harus belajar kungfu denganku. Setelah kau jadi pendekar hebat,
Sesat Tua itu pasti akan merestuimu menjadi menantunya.” Lanjut Bocah Tua
Nakal, kemudian segera mengajari Guo Jing ilmu “Tangan Kiri melawan Tangan
Kanan”.
Jadi
tujuannya Guo Jing berlatih kungfu agar Huang Yao Shi (ayah Huang Rong)
memberikannya ijin untuk menikahi Huang Rong.
Saat Guo Jing sibuk berlatih kungfu
baru “Tangan Kiri Melawan Tangan Kanan”, Huang Rong dikurung oleh sang ayah di
dalam kamarnya. Huang Yao Shi mengancam putrinya jika Rong’er berani keluar
selangkah saja dari kamarnya dan pergi menyelamatkan Guo Jing, dia akan membuat
Guo Jing mati tak berbekas.
( Note : Pemandangan alam di Pulau
Persik benar-benar indah bagaikan melihat pemandangan dalam lukisan. Kelebihan
versi adaptasi terbaru ini salah satunya memang adalah setting dan pemandangan
alam yang indah dan natural )
Di dalam gua, Guo Jing tampak terkejut
saat ada seorang pelayan yang datang mengantarkan makanan untuk mereka. Lalu
Chou Pho Tong mengatakan bahwa sebenarnya Huang Yao Shi adalah seorang Pendekar
sejati yang berjiwa ksatria karena dia tidak mungkin membiarkan orang mati
kelaparan di rumahnya, juga tidak mungkin meracuni makanannya. Jadi selama ini,
Chou Pho Tong tak pernah khawatir soal makanan, dia tidak akan mati kelaparan.
“Kau tak berikan kitab 9 Bulan, Ketua
Huang tak biarkan kau keluar. Kau tak bisa mengalahkan Ketua Huang, kau juga
tak mau keluar. Kalau seperti ini, berarti kau tak bisa bawa aku keluar.” Ujar Guo
Jing terlihat sedih.
“Kenapa kau terlihat sedih? Tinggal di
gua ini juga bagus. Bila merasa bosan, bisa melihat bunga persik berguguran.
Dan lagi, Nona Huang Rong itu juga pernah mengantarkan aku seguci arak yang
enak.” Jawab Chou Pho Tong.
Mendengar nama sang kekasih disebut,
Guo Jing tampak lebih bersemangat.
“Rong’er pernah mengantarkan arak
kemari?” tanyanya dengan antusias.
"Benar." jawab Chou Pho Tong.
“Hanya saja, gadis itu sifatnya sangat
mirip dengan ayahnya. Dia bahkan berani menertawai aku.” Jawab Chou Pho Thong
bercerita.
“Bagaimana Rong’er menertawaimu?” Guo
Jing terlihat sangat antusias membicarakan tentang kekasih kecilnya.
“Dia bilang kungfuku buruk, aku tidak
sehebat ayahnya. Seumur hidupku aku takkan mungkin bisa mengalahkan ayahnya.” Jawab
Chou Pho Tong.
Setelah itu, Chou Pho Tong menyuruh Guo
Jing makan dan saat itulah Guo Jing menemukan sebuah surat kecil diselipkan di
dalam bakpaonya.
Dia segera membaca gulungan pesan kecil
itu, “Tujuh hari kemudian, saat malam bulan purnama...” tapi belum sempat Guo
Jing membaca keseluruhan pesan tersebut, Bocah Tua Nakal sudah lebih dulu
merebut dan menelan suratnya.
“Senior, itu kertas yang diberikan Rong’er
untukku. Cepat muntahkan!” Guo Jing segera berdiri dan berusaha meminta kembali
kertas tersebut, tapi kertasnya sudah terlanjur tertelan.
“Tak ada! Sudah tertelan.” Jawab Chou
Pho Tong tanpa dosa, membuat orang kesal.
“Senior, ini punyaku! Kenapa kau
memakannya?” Guo Jing berseru kesal pada Chou Pho Tong.
“Tak ada kertas, berarti tak ada beban
pikiran!” jawab Chou Pho Tong menyebalkan. (Nih manusia satu gak pernah
ngrasain jatuh cinta, tahunya Cuma main-main aja ckckck...)
“Tapi aku mau tahu apa yang dikatakan
Rong’er padaku.” Jawab Guo Jing dengan raut wajah kesal. (Wajahnya William
kalau sedang cemberut cute abis hihihi ^_^)
Karena tidak bisa menemui Guo Jing
secara langsung, Huang Rong pun memutuskan untuk menuliskan pesan yang ditulis
di dalam sebuah bakpau untuk disampaikan pada Guo Jing. Pesan tersebut
bertuliskan bahwa 7 hari lagi Huang Rong akan datang menolong Guo Jing dan
membawanya keluar dari Pulau Persik, jadi Guo Jing tak boleh pergi ke mana-mana
dan untuk sementara tinggal saja di dalam gua bersama Bocah Tua Nakal.
Tapi sayangnya, kertas tersebut dimakan
oleh Chou Pho Tong dan Guo Jing baru membaca setengah dari pesan itu. Chou Pho
Tong memakan kertas itu karena dia kesal pada Guo Jing yang selalu merindukan
Huang Rong sehingga tidak sepenuh hati belajar kungfu padanya.
“Ayo makan! Kalau tak mau makan, kita
berlatih kungfu saja.” Jawab Chou Pho Tong dengan entengnya. Benar-benar tidak
mengerti gairah cinta anak remaja.
Guo Jing yang kesal dan sudah sangat
merindukan Rong’er-nya memutuskan untuk pergi keluar mencari Rong’er, tak
peduli walaupun dia akan mati terperangkap dalam Hutan Persik.
“Aku berlatih nanti saja. Aku mau
mencari Rong’er dulu.” Jawab Guo Jing penuh tekad.
“Tidak
boleh pergi!” Seru Chou Pho Tong melarang.
“Kenapa?”
Guo Jing memprotes.
“Apakah
kau benar-benar menyukai gadis bernama Rong’er itu?” tanya Chou Pho Tong.
“Apakah
kau benar-benar ingin menikahinya dan menjadikannya istri?” Bocah Tua Nakal
kembali mengajukan pertanyaan.
“YA.”
Jawab Guo Jing, masih dengan nada tegas, mantap dan penuh tekad. Wajahnya
terlihat penuh kesungguhan. Dia ingin menikahi Huang Rong bukan gadis lain
“Kalau
begitu kau harus melamar pada Huang Yao Shi. Aku tanya padamu, apakah kau sudah
mendapat restu dari orang tua?” kali ini, pertanyaan Chou Pho Tong spontan
menyadarkan Guo Jing bahwa dia tidak memiliki apa-apa untuk ditawarkan pada
Rong’er.
“Ayahku
sudah meninggal dan ibuku ada di Gurun.” Jawab Guo Jing dengan raut wajah muram,
kali ini nadanya terdengar sedih.
“Apakah
kau punya wali?” lagi, Chou Pho Tong memberikan pertanyaan yang sulit dijawab.
“Tidak.”
Guo Jing menjawab sedih.
“Kau
tak punya ini dan itu, lalu bagaimana mungkin Huang Yao Shi akan membiarkan
putrinya menikah denganmu?” ujar Chou Pho Tong, terdengar masuk akal.
Note
:
Kalau
dalam versi William Yang, Guo Jing lebih dulu memiliki niat untuk melamar Huang
Rong, bahkan SEBELUM Ou Yang Khe datang ke Pulau Persik untuk melamar. Kalau
dalam versi yang sebelumnya, Guo Jing baru melamar SETELAH Ou Yang Khe datang
untuk melamar. Jadi kalau yang dulu-dulu memberikan kesan “Andaikan Ou Yang Khe
tidak datang untuk melamar maka Guo Jing TIDAK AKAN PUNYA NIAT untuk melamar.”
Dipacari aja terus, bukan untuk dinikahi. Begitu kasarannya. Itulah yang
membuat Guo Jing-nya William Yang terlihat lebih romantis.
Mendengar soal lamaran, wajah Guo Jing
terlihat semakin sedih. Tapi kemudian, dia meminta saran dari Chou Pho Tong
agar dia bisa melamar Huang Rong secara pantas.
“Lalu Senior, aku harus bagaimana?” Guo
Jing meminta saran dari Bocah Tua Nakal dengan ekspresi memelas.
“Kalau begitu caranya, kau harus
mencari gurumu untuk membantumu. Tapi dia tidak ada di Pulau Persik ini. Pernikahanmu
ini sepertinya akan sulit terwujud.” Ujar Bocah Tua Nakal, berharap Guo Jing
akan menyerah.
Akan tetapi, Guo Jing yang bodoh tidak
sebodoh yang dipikir semua orang. Guo Jing tiba-tiba mendapat sebuah ide bagus
bagaimana agar gurunya bisa datang kemari dan membantunya melamar Rong’er.
“Senior, aku punya ide.” Ujarnya ceria
seraya menarik tangan Chou Pho Tong.
Akhirnya mereka berdua berdiri di pintu
gua dan Guo Jing segera meniup peluitnya, memanggil sepasang rajawali putih
agar menyampaikan pesan kepada sang guru, yaitu Pengemis Utara – Hong Chi Khong
agar bisa datang ke Pulau Persik untuk membantunya melamar.
“Rajawali putih, cepat pergi cari
guruku Hong Chi Khong dan minta beliau datang ke Pulau Persik untuk membantuku.”
Teriak Guo Jing pada sepasang rajawali putih peliharaannya.
“Terima kasih telah mengingatkan aku. Aku
tiba-tiba pergi mencari Ketua Huang, benar-benar tak sopan.” Ujar Guo Jing
berterima kasih pada Chou Pho Tong karena telah mengajarinya cara untuk melamar
secara pantas.
Episode berikutnya, Guo Jing dan Huang
Rong akhirnya bertemu kembali setelah 2 episode mereka berpisah. Masih dengan
tema “Melamar Ke Pulau Persik".
Berikutnya : Episode 21
Blogger Opinion :
Sebenarnya
di dalam novel, karakter Guo Jing tidak digambarkan sebagai orang bodoh. Dia
hanya terlalu lugu, naif, polos, baik hati dan mudah percaya pada orang. Guo
Jing tak pernah memiliki pikiran kotor atau pikiran buruk kepada orang. Bagi
Guo Jing, semua orang itu baik seperti dirinya. Bahkan walaupun ada orang yang
sudah berbuat jahat padanya, Guo Jing selalu membalasnya dengan kebaikan. That’s
why I Love Guo Jing so much ^_^
Dalam
versi adaptasi terbaru 2017 juga seperti ini. William Yang Xuwen menampilkan
Guo Jing yang lugu, baik hati, polos dan juga romantis, namun bukan Guo Jing
yang bodoh, melainkan hanya sedikit lamban berpikir. Ada banyak adegan yang
menunjukkan bahwa Guo Jing sebenarnya TIDAK BODOH.
Misalnya
:
1.
Saat Bocah Tua Nakal, Chou Pho Tong berkata, “Kalau begitu
caranya, kau harus mencari gurumu untuk membantumu. Tapi dia tidak ada di Pulau
Persik ini. Pernikahanmu ini sepertinya akan sulit terwujud.” Ujar Bocah Tua
Nakal, berharap Guo Jing akan menyerah.
Tapi
Guo Jing segera mendapat ide briliant untuk memanggil gurunya si Pengemis
Utara, Hong Chi Khong agar segera datang ke Pulau Persik dan membantunya
melamar Rong’er dengan bantuan sepasang rajawali putih. See? Guo Jing itu
pintar juga, kan?
Aku
aja loh sebelum nonton adegan ini, gak kepikiran tentang sepasang rajawali
putih peliharaan Guo Jing, gak kepikiran kalau Guo Jing bisa meminta bantuan
kepada sepasang rajawali putih tersebut agar dapat menyampaikan pesan kepada gurunya,
si Pengemis Utara. Tapi Guo Jing langsung kepikiran. Dia segera berlari keluar
gua dan meniup peluit, meminta rajawali putih untuk memanggil Hong Chi Khong
dan membawanya kemari. Guo Jing gak bodoh kok. Sang penulis, Jin Yong (yang
baru saja meninggal tanggal 30 Oktober 2018 lalu) juga gak pernah menggambarkan
Guo Jing bodoh, melainkan HANYA LAMBAN.
2.
Saat Guo Jing memutuskan untuk memanggil gurunya yaitu Hong Chi Khong, daripada
memanggil gurunya yang lain yaitu “7 Pendekar Jiang Nan”.
Ini
membuktikan bahwa Guo Jing itu TIDAK BODOH. Dia cukup pintar karena mengetahui
bahwa sang calon mertua pasti akan meremehkan dan memandang rendah “7 Pendekar
Jiang Nan” yang ilmunya biasa saja dan lebih rendah dari Huang Yao Shi. Tetapi
pasti akan menaruh hormat kepada Hong Chi Khong, si Pengemis Utara karena merasa
mereka berdua memiliki ilmu yang setara dan berada di level yang sama.
Jadi
Guo Jing berpikir pernikahannya dengan Huang Rong akan sulit terlaksana bila
yang datang membantunya untuk melamar adalah “7 Pendekar Jiang Nan”,
sebaliknya, jalannya akan sedikit lebih mudah bila si Pengemis Utara, Hong Chi
Khong yang datang membantunya untuk meminang sang kekasih, Huang Rong. Dan
ternyata itu terbukti benar. Setidaknya, karena memandang Hong Chi Khong,
akhirnya Huang Yao Shi mengijinkan Guo Jing untuk bertanding 3 babak melawan Ou
Yang Khe dalam memperebutkan Huang Rong.
Sebenarnya
di episode-episode sebelumnya juga ada banyak bukti yang menunjukkan bahwa Guo
Jing sebenarnya TIDAK BODOH. Di lain kesempatan, aku akan menulis artikel
khusus mengenai adegan-adegan yang membuktikan bahwa Guo Jing TIDAK BODOH.
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar