Masih dengan tema yang sama yaitu
“Melamar Ke Pulau Persik”. Guo Jing dan Huang Rong akhirnya bertemu kembali,
tapi betapa hancurnya hati Guo Jing saat mendengar bahwa Huang Rong ingin
mengusirnya pergi dan tak ingin mereka bertemu lagi. Guo Jing pun akhirnya
mengungkapkan niatnya untuk melamar sang kekasih hati dan menjadikannya istri.
Lalu bagaimanakah jawaban Huang Rong? Akankah Huang Yao Shi menerima lamaran
Guo Jing mengingat dia tidak pernah menyukai Guo Jing sejak pertama kali bertemu
dengannya di Wisma Awan? Oh ya, di episode 22 ini, Guo Jing akhirnya mulai
mempelajari ilmu “9 Bulan” yang diajarkan oleh Bocah Tua Nakal dan Pengemis Utara - Hong Chi Khong juga akhirnya datang untuk memenuhi permintaan sang murid.
Dan kisahpun berlanjut...
Takut
ayahnya akan segera sadar, Huang Rong menyuruh Guo Jing agar pergi secepat
mungkin dan jangan kembali lagi ke Pulau Persik setelah dia mengantar pemuda
itu keluar.
“Jing
Gege, setelah mengantarmu pergi. Kau jangan kembali lagi kemari. Kita berdua
sebaiknya mulai sekarang tak usah bertemu lagi.” Lanjut Huang Rong, memperjelas
kata-katanya bahwa setelah Guo Jing pergi dari Pulau Persik, gadis itu ingin
memutuskan hubungan di antara mereka.
Mendengar
Huang Rong ingin mengantarnya pergi dan tak mau bertemu dengannya lagi,
ekspresi Guo Jing langsung berubah sedih dan tak percaya, hatinya merasa
bagaikan disayat.
Mereka
baru saja bertemu kembali, bagaimana mungkin gadis itu sudah mengusirnya pergi?
Apalagi berdasarkan apa yang dikatakan Huang Rong padanya, begitu Guo Jing
pergi, maka takkan ada kesempatan bagi mereka untuk bertemu lagi.
Mengetahui
maksud di balik kalimat itu, Guo Jing menolak tegas. Dia menggeleng dengan
keras.
“Tidak!
Aku tak mau pergi!” jawab Guo Jing keras kepala.
“Jangan
bodoh! Cepat pergi!” usir Huang Rong sekali lagi.
Guo
Jing meraih kedua tangan gadis itu dan menggenggamnya erat seraya berkata tegas
dan penuh tekad, “Tidak bisa! Rong’er, aku sudah memutuskan, aku ingin
melamarmu.” Ujarnya mantap dan penuh keyakinan, membuat Huang Rong hanya mampu
menatapnya tak percaya.
Guo
Jing dan Huang Rong akhirnya bertemu lagi dan Guo Jing pun telah memutuskan
bahwa gadis yang ingin dia nikahi, ingin dia jadikan istri adalah Huang Rong,
BUKAN Sang Putri Mongol – Hua Cheng.
“Apa
kau tidak ingin menjadi Menantu Pisau Emas?” tanya Huang Rong dengan ekspresi
tak percaya.
“Tidak!
Aku tak pernah berpikir ingin menjadi Menantu Pisau Emas. Semua ini Khan Agung
yang mengaturnya, Ibu dan keenam guruku menyetujuinya. Aku tak tahu harus
bagaimana.” Jawab Guo Jing dengan jujur.
“Tapi
bagaimana dengan Putri Mongol itu? Bagaimana kau akan mengatakan hal ini padanya?”
tanya Huang Rong memastikan.
“Rong’er,
Hua Cheng dan aku tumbuh besar bersama. Aku menganggap Hua Cheng seperti adik
kandungku. Aku tak mau melihatnya sedih tapi aku juga tak mau menikah
dengannya. Ini isi hatiku yang sebenarnya.” Jawab Guo Jing dengan jujur, seraya
menggenggam erat kedua tangan Huang Rong.
“Aku
bodoh. Aku tak tahu bagaimana mengatakannya. Kadang saat aku bicara, aku bisa
membuat orang salah paham. Rong’er, aku tak tahu aku harus bagaimana
mengatakannya.” Lanjut Guo Jing, dia takut kekasihnya tidak mengerti maksudnya.
“Kau
sudah mengatakannya dengan jelas. Rong’er sudah mengerti.” Jawab Huang Rong
dengan penuh pengertian.
“Benarkah?”
Guo Jing tampak sangat lega karena sang kekasih ternyata mengerti isi hatinya.
“Kakak
Jing ingin bersama Rong’er. Rong’er juga ingin bersama Kakak Jing. Tidak peduli
apa pun yang terjadi, kita tak boleh berpisah lagi. Kakak Jing, kau akan terus
menggenggam tanganku hingga akhir dan tak melepaskan aku, kan?” ujar Huang
Rong, meminta kepastian.
“Walaupun
semua orang menentang hubungan kita, aku tetap ingin bersamamu.” Jawab Guo Jing
dengan tegas dan mantap. Hatinya sudah memilih Rong’er jadi dia akan
memperjuangkan cintanya hingga akhir.
“Kalau
begitu, mari kita bersama meninggalkan Pulau Persik.” Ajak Huang Rong
memutuskan.
“Bagaimana
dengan ayahmu?” tanya Guo Jing dengan khawatir.
“Setelah
ayahku tak marah lagi, kita baru kembali meminta maaf.” Ujar Huang Rong
mengusulkan.
“Baik.
Ayo kita pergi!” jawab Guo Jing setuju.
Namun
saat mereka berdua ingin pergi, terdengar lagi suara Chou Pho Tong meminta
tolong. Guo Jing yang baik hati ingin menolong Chou Pho Tong dan Huang Rong pun
tak bisa apa-apa terhadap sifat baik Guo Jing yang ini. Jadi diapun hanya bisa
mengikuti, walaupun sang ayah bisa sadar kapan saja dan menghalangi kepergian
mereka. Dan akhirnya Guo Jing dan Huang Rong pun tak jadi pergi.
Mengetahui
bahwa Bocah Tua Nakal terkena racun ular, Guo Jing yang kebal terhadap racun
jenis apa pun (setelah tak sengaja meminum darah ular saat berada di Istana
Chou), tanpa pikir panjang menghisap racun ular tersebut dari kaki si Bocah Tua
Nakal. Tepat pada saat itulah, Huang Yao Shi tiba di sana dan mengagetkan semua
orang, khususnya Huang Rong.
“Ayah!”
seru Huang Rong, terkejut saat melihat sang ayah muncul di sana.
“Ayah
pikir kau sudah mengerti niat baik Ayah, tidak disangka demi bocah ini kau
memberikan obat tidur ke dalam makanan ayah.” Huang Yao Shi memarahi putri
kesayangannya dengan keras.
“Ayah, maafkan aku. Aku mohon jangan lukai Kakak Jing.” Pinta Huang Rong dengan
ekspresi menyesal.
“Bocah
ini jelas-jelas sudah memiliki tunangan. Rong’er, apa yang kau lakukan?” ujar
Huang Yao Shi marah.
“Kakak
Jing sudah putuskan, dia tak mau menjadi Menantu Raja Mongol.” Jawab Huang
Rong, membela sang kekasih.
“Tidak
mau?” ulang Huang Yao Shi tak percaya seraya menatap Guo Jing dengan tajam.
“Ketua
Huang, gadis yang kucintai adalah Rong’er. Seumur hidup ini, aku hanya ingin
bersamanya. Tentang pertunanganku dengan Hua Cheng, aku akan meminta Khan Agung
membatalkannya.” Ujar Guo Jing, mengatakan perasaannya pada Rong’er, berharap
ayah Rong’er mau mengerti.
Tapi
Huang Yao Shi justru semakin marah mendengarnya, dia mengangkat sebelah
tangannya, menerbangkan Guo Jing dengan tenaga dalamnya dan berniat melemparnya
dengan keras ke tanah hingga meremukkan tulang-tulang pemuda lugu itu, kalau
saja Huang Rong tidak menghentikannya.
“Walau
kau tak ingin menjadi Menantu Raja Mongol, kau tetap jangan berharap bisa
menikahi putriku!” seru Huang Yao Shi dengan galak.
“Ayah,
kau ini berlebihan! Jika ayah bunuh Kakak Jing, putrimu ini juga tak mau hidup
lagi.” Ancam Huang Rong dengan mengarahkan sebilah belati ke lehernya sendiri.
“Rong’er!” teriak Guo Jing panik saat melihat sang kekasih berniat bunuh diri.
Namun untunglah Huang Yao Shi menjatuhkan belati itu dari leher putrinya dengan
sebelah tangannya yang lain.
“Bocah
brengsek, hari ini adalah hari kematianmu.” Seru Huang Yao Shi seraya
menerbangkan tubuh Guo Jing semakin tinggi, berniat membantingnya dengan keras
ke tanah.
Untunglah
Bocah Tua Nakal tersadar dan menghentikan niatnya. Bocah Tua Nakal mencoba
memprovokasi Huang Yao Shi dengan mengatakan bahwa senior menindas Junior yang
bukan lawannya adalah perbuatan memalukan, apalagi jika si junior sudah terkena
racun ular yang mematikan.
Walaupun
sedikit kagum pada sifat ksatria Guo Jing, namun Huang Yao Shi bergeming dan
berkata tegas, “Aku tak peduli pada pandangan orang lain. Asalkan si bodoh ini
tidak menggoda putriku lagi, yang lain tak masalah.” Jawabnya cuek dan keras
kepala.
“Ayah,
aku mohon padamu lepaskan dia. Aku takkan bersamanya lagi. Rong’er takkan
bertemu Kakak Jing lagi.” Huang Rong memohon pada ayahnya sambil menangis.
Guo
Jing spontan terkejut mendengarnya, tak menyangka Huang Rong memilih untuk meninggalkannya
demi agar sang ayah tidak membunuhnya.
Dia memandang sang kekasih dengan
ekspresi tak percaya. Bagi Guo Jing, berpisah dengan Huang Rong, tak ada
bedanya dengan mati.
“Rong’er,
kau ini bicara sembarangan apa? Bukankah kita sudah berjanji akan selalu
bersama selamanya? Hari ini, walaupun aku harus mati di sini, aku tetap ingin
bersamamu.” jawab Guo Jing dengan tegas dan mantap dan penuh tekad, tak takut pada apa pun.
“Baik.
Kita mati bersama.” Ujar Huang Rong tak takut.
“Sesat
Tua Huang, apa kau benar-benar akan membunuh putri kesayanganmu?” tantang Bocah
Tua Nakal.
“Urusan
keluargaku, kau tak perlu ikut campur!” jawab Huang Yao Shi dengan galak.
Merasa
berterima kasih karena Guo Jing telah menghisap racun ular di kakinya, Bocah
Tua Nakal akhirnya dengan memberikan sebuah pertukaran. Asalkan Huang Yao Shi
tidak membunuh Guo Jing, Chou Pho Tong berjanji akan memberikan Kitab 9 Bulan
Jilid Pertama padanya. Tapi dia baru akan memberikannya setelah mereka
meninggalkan Pulau Persik dengan selamat.
Mendengar
tawaran dari Bocah Tua Nakal, akhirnya dengan sangat terpaksa, Huang Yao Shi
melepaskan Guo Jing. Tepat setelah Huang Yao Shi melepaskan Guo Jing, seorang
pelayan bisu memberitahu pada Huang Yao Shi pada Ou Yang Feng, si Racun Barat
datang bersama keponakannya, Ou Yang Khe dan sekarang sedang menunggu di
dermaga.
Chou
Pho Tong akhirnya mengerti kenapa di Pulau Persik yang biasanya tak pernah ada
hewan buas seperti ular berbisa, tiba-tiba saja dia digigit ular. Ternyata itu
adalah ular yang dibawa oleh Ou Yang Feng yang mungkin tak sengaja terlepas
saat mereka menginjak Pulau Persik.
Huang
Yao Shi merasakan ada sesuatu yang tidak beres dengan kedatangan Ou Yang Feng
ke Pulau Persik, tapi demi tata krama dan kesopanan, sebagai Tuan Rumah, mau
tidak mau dia harus menyambut tamu yang berkunjung ke rumahnya. Akhirnya dia
menyeret Huang Rong ikut serta walaupun Huang Rong masih ingin tinggal untuk
merawat luka Guo Jing.
“Ou
Yang Feng datang ke Pulau Persik pasti terjadi sesuatu. Kau ikut pergi
denganku!” ujar Huang Yao Shi dengan waspada.
“Tidak
mau! Kakak Jing terluka, aku ingin tinggal untuk merawatnya.” Jawab Huang Rong
menolak, tapi tentu saja, dia tidak berdaya untuk menolak saat sang ayah telah
menyeretnya pergi.
"Rong'er." bisik Guo Jing dengan lemah karena dia sedang terluka. Guo
Jing hanya mampu menatap sedih sang kekasih yang dibawa pergi oleh ayah
kandungnya, karena dia tidak berdaya untuk menghentikan kepergian mereka.
Note
: Kita SKIP adegan Ou Yang Feng dan Ou Yang Khe, intinya mereka datang untuk
melamar Huang Rong.
Kembali
ke gua, Guo Jing tampak lebih baik setelah diberi tenaga dalam oleh si Bocah
Tua Nakal. Begitu dia sudah baikan dan mampu bicara (tadi kan ceritanya sempat
pingsan, gitu), Guo Jing segera membormbardir Bocah Tua Nakal dengan berbagai
pertanyaan.
“Senior,
kenapa Racun Barat datang ke Pulau Persik? Rong’er di mana?” tanya Guo Jing
penasaran, spontan teringat sang kekasih.
“Aku
tidak tahu kenapa si Racun Tua datang ke Pulau Persik. Tapi Rong’er-mu sudah
dibawa pergi oleh ayahnya. Kurasa untuk sementara ini, kau tidak akan bisa
melihatnya.” Jawab Bocah Tua Nakal.
“Semoga
Ketua Huang, tidak marah pada Rong’er karena aku.“ ujar Guo Jing cemas, membuat
Bocah Tua Nakal menjadi kesal.
“Kau
jangan Rong’er sana, Rong’er sini. Rong’er-mu baik-baik saja. Yang masalah itu
aku.” Seru Bocah Tua Nakal. Kemudian dia menjelaskan, karena Guo Jing telah
menyelamatkannya, dia secara otomatis berhutang budi pada Guo Jing. Dan dia
tidak tahu bagaimana cara membalas hutang budi tersebut.
Jika andaikan Guo Jing
mati, anggap saja dia berhutang nyawa. Itu mungkin lebih mudah, karena Bocah Tua Nakal tak perlu takut Guo Jing akan menagih hutang budi tersebut. Tapi karena Guo
Jing masih hidup, maka seumur hidupnya dia akan selalu merasa berhutang.
Guo
Jing awalnya bengong tak mengerti, namun akhirnya dia mengerti dan berkata
dengan panik, “Aku menolong Senior dengan tulus, bukan untuk mengharapkan balas
budi.”
Tapi
Bocah Tua Nakal tetap tak enak hati, hingga akhirnya dia menemukan suatu
solusi. Solusinya itu adalah dengan mengangkat sumpah menjadi saudara dengan
Guo Jing. Dengan begitu, milik Guo Jing adalah miliknya, begitu juga
sebaliknya.
Jadi dengan kata lain, sebagai seorang adik, Guo Jing memang sudah
seharusnya menolong kakaknya sendiri dan Bocah Tua Nakal tak perlu lagi merasa
berhutang budi.
Guo
Jing tentu menolak pada awalnya. Tapi Bocah Tua Nakal menyeretnya dan
memaksanya untuk berlutut serta memegang kepalanya dan memaksanya untuk
menunduk.
“Senior,
aku...” Guo Jing berusaha mengatakan keberatannya karena teringat masalah
senioritas dan perbedaan usia yang begitu jauh. Tapi dia tidak tahu bagaimana
mengutarakan penolakannya.
“Kenapa?
Kau tak mau?” ujar Chou Pho Tong dengan nada mengintimidasi, membuat Guo Jing
tak enak lagi (alias sungkan).
“Bukan
itu maksudku.” Jawab Guo Jing panik, takut menyinggung perasaan Chou Pho Tong.
“Kalau
begitu apa maksudmu?” desak Bocah Tua Nakal.
“Itu
(Ciu...)...” Guo Jing lagi-lagi bingung bagaimana harus mengatakannya.
“Itu
apa? (Ciu Sem mo?)” Bocah Tua Nakal terlihat tak sabar.
“Itu
(Ciu...)...” lagi, Guo Jing masih tampak bingung.
“Paman
Ciu-ku sudah mati.” Jawab Chou Pho Tong, lalu segera menarik kepala Guo Jing
dan memaksanya menyembah.
Note
: Paham gak maksudnya? Dalam bahasa mandarin, Kata “itu” adalah “Ciu”. Dan
kebetulan nama marga Paman Chou Pho Tong juga adalah “Chiu”, jadi diplesetin
jadi “Paman Ciu-ku sudah mati”, karena Guo Jing menyebutkan kata “Ciu”
berulang-ulang dan kebetulan pengucapannya juga sama. Paham, kan? Kalau gak paham, ya udah. Lupakan aja. Gak penting
juga kok. Pokoknya yang pasti, Guo Jing dan Chou Pho Tong sudah bersumpah
menjadi saudara. Btw, akting lugu dan polosnya William Yang Xuwen dapet banget di sini. Good job, William ^_^
Kemudian
adegan beralih kepada Huang Yao Shi yang mengijinkan Ou Yang Khe untuk pergi
melihat-lihat Pulau Persik. Setelah Ou Yang Khe memohon diri dan pergi
berjalan-jalan, Ou Yang Feng memberikan sebuah obat penawar racun yang
diklaimnya sebagai penawar racun terhebat di dunia.
Siapa
pun yang meminumnya, dia akan kebal terhadap berbagai jenis racun, termasuk
racun ular paling berbisa miliknya. Obat penawar racun tersebut diberikan
sebagai mas kawin untuk melamar Huang Rong.
Adegan
kembali lagi ke dalam gua. Bocah Tua Nakal yang sangat gembira karena
mendapatkan seorang adik yang sangat baik seperti Guo Jing tertawa dengan aneh,
membuat Guo Jing menjadi bingung.
“Kakak,
apa yang membuatmu tertawa?” tanya Guo Jing dengan sedikit ketakutan.
“Tanpa
perlu membayar hutang budi, sudah bisa mendapatkan seorang adik yang baik
sepertimu. Ini sangat menyenangkan. Ayo kita bertarung!” jawab Bocah Tua Nakal
dengan gembira lalu mengajak Guo Jing bertarung dengannya, yang tentu saja Guo
Jing tak mau.
Bocah
Tua Nakal terus memaksa Guo Jing bertarung dengannya, mau tangan kosong atau
memakai senjata tak masalah. Kemudian dia bertanya apa Guo Jing punya senjata
dan Guo Jing menjawab jujur bahwa dia punya sebilah belati (yang bertuliskan
nama Yang Kang) yang merupakan warisan ayahnya.
Chou Pho Tong memaksa ingin
melihat belati tersebut hingga akhirnya dia melihat kulit pembungkus yang
digunakan untuk membungkus belati tersebut ternyata adalah kitab Sembilan Bulan
Jilid Pertama yang pernah dicuri oleh Mei Chao Feng.
Kulit
tersebut adalah kulit dada Chen Xuan Feng (suami Mei Chao Feng) yang tak
sengaja dibunuh oleh Guo Jing kecil saat dia masih berada di Mongol. Lalu singkat
cerita, Chou Pho Tong pun lagi-lagi “memaksa” Guo Jing untuk mempelajari kitab
tersebut dengan alasan bahwa saat mengangkat saudara harus saling memberi
hadiah. Guo Jing telah menyelamatkan nyawanya, jadi sebagai gantinya, dia akan
mengajari Guo Jing sebuah kungfu baru.
Chou
Pho Tong melakukan ini karena dia sudah bersumpah pada kakak seperguruannya,
Wang Chong Yang bahwa dia takkan pernah berlatih ilmu 9 Bulan. Tapi karena dia
penasaran, akhirnya dia ingin Guo Jing yang belajar agar nanti dia bisa melihat
sehebat apakah ilmu tersebut hingga banyak diperebutkan oleh para pendekar di
dunia persilatan.
Tahu
bahwa Guo Jing membenci kitab 9 Bulan dan takkan mau belajar, Chou Pho Tong pun
mengarang cerita bahwa kungfu baru yang dia ajarkan ini bernama “Pukulan Pho
Tong (Pho Tong Shen Jing)”. Walaupun awalnya Guo Jing merasa namanya sedikit
aneh, tapi karena dia adalah pemuda yang polos dan lugu yang tidak pernah
memiliki prasangka buruk pada orang lain, jadi akhirnya Guo Jing menurut dan
belajar.
Di
tempat lain, Huang Rong yang sedang memikirkan cara untuk mengelak dari
perjodohan yang dipaksakan ini, didatangi oleh si blangsak (YANG GAK) tampan,
Ou Yang Khe.
( Note
: di mataku, Ou Yang Khe BUKAN si blangsak Tampan, ya. Wajah keriput gitu
tampan dari mananya? Kalau dilihat dari sedotan, di malam hujan berbadai yang
gelap gulita mungkin bisa saja sih hihihi
^_^
Jadi bagi yang menganggapnya si blangsak “tampan”, itu terserah saja, itu
berarti selera kita berbeda atau ada yang salah dengan mata anda. Si Ou Yang Khe gak ada secuilnya William Yang gini loh...Tapi yasudahlah. People have taste. Let's respect other opinions ^_^ )
Huang
Rong memanfaatkan kesempatan ini untuk melampiaskan kekesalannya akibat masalah
perjodohan, sekaligus sebagai alasan untuk pergi mencari Guo Jing di dalam
Hutan Persik.
Ou Yang Khe awalnya sempat curiga, namun saat Huang Rong
berpura-pura marah, akhirnya si playboy (GAK) tampan ini jatuh juga dalam perangkap.
Huang Rong membuatnya memakan buah beracun yang membuatnya gatal-gatal. Lebih
sial lagi, Ou Yang Khe pun terlilit ranting pohon persik dan membuatnya tak
bisa kabur.
Huang
Rong memanfaatkan kesempatan itu untuk mencari Guo Jing di dalam gua. Guo Jing
yang baru selesai berlatih kungfu “9 Bulan” tampak sangat gembira karena sang
kekasih datang menemuinya.
“Jing
Gege...Jing Gege...” panggil Huang Rong dengan lantang.
“Rong’er.”
Ujar Guo Jing dengan ekspresi gembira saat mendengar suara kekasih kecilnya.
Guo
Jing segera berlari menyambut sang kekasih seraya tersenyum gembira dan memeluk
gadis itu erat begitu Huang Rong masuk ke dalam gua. Huang Rong segera berlari
ke dalam pelukan Guo Jing dan balas memeluk kekasih tercintanya dengan erat
penuh kerinduan.
“Rong’er,
ayahmu tidak menyulitkanmu, kan?” tanya Guo Jing cemas seraya membelai rambut
panjang Rong’er.
“Ayahku
ingin aku menikah dengan Racun Kecil.” Jawab Huang Rong dengan cemberut.
“Hah?
Ayahmu menyuruhmu menikah dengan Ou Yang Khe?” ulang Guo Jing dengan ekspresi
sedih. Dia mendadak menjadi murung.
“Putri
Sesat Timur adalah Sesat Kecil. Keponakan Racun Barat adalah Racun Kecil. Sesat
Kecil menikah dengan Racun Kecil benar-benar pasangan serasi.” Jawab Bocah Tua
Nakal dengan tertawa terbahak-bahak, membuat Guo Jing semakin sedih.
“Bocah
Tua Nakal, kalau kau sembarangan bicara lagi, aku akan menyuruh Ou Yang Feng
melepaskan ular untuk menggigitmu.” Ujar Huang Rong dengan galak, membuat Bocah
Tua Nakal menjadi takut.
“Jing
Gege, apa pun yang terjadi, aku pasti tidak akan menikah dengan Racun Kecil.
Sudah kuputuskan, kita pergi bersama meninggalkan Pulau Persik.” Jawab Huang
Rong penuh tekad, membuat Guo Jing kembali bersemangat.
“Baik.
Sekarang juga aku akan membawamu pergi.” Jawab Guo Jing bertekad. Dia tidak
rela melihat gadis yang dicintainya menikah dengan pria lain.
“Tidak
bisa. Tadi kita sudah bersumpah menjadi saudara. Jika kau pergi, aku akan mati
di depanmu. Jika aku mati, kau juga harus ikut aku mati. Jika tidak, Langit
akan menghukummu.” Ujar Bocah Tua Nakal melarang.
“Kakak,
sekarang ada Rong’er keadaannya berbeda. Aku benar-benar tidak bisa tinggal di
sini dan menemanimu bermain.” Jawab Guo Jing menolak. Dia tidak akan demi Chou
Pho Tong mengabaikan sang kekasih dan melihatnya menikah dengan pria lain. Orang yang baru kenal vs pacar, jangankan Guo Jing, kalian aja juga pasti lebih milih pacar, kan? ^_^
“Baik.
Kalau begitu kau bantu aku kalahkan Sesat Huang dulu. Kita memakai “Tangan Kiri
Melawan Tangan Kanan” sama dengan 4
orang melawan satu orang. Sesat Huang pasti kalah.” Usul Bocah Tua
Nakal.
Tapi
Guo Jing memberikan jawaban CERDAS.
“Kakak,
sebenarnya tidak perlu 4 orang, juga tidak perlu aku. Kau sendiri menggunakan
“Tangan Kiri Melawan Tangan Kanan” bukankah sudah merupakan 2 Chou Pho Tong?
Dengan menggabungkan 2 Chou Pho Tong, kemungkinanmu untuk mengalahkan Ketua
Huang jauh lebih besar.” Jawab Guo Jing, memberikan jawaban polos namun sangat
cerdas.
Note
: See? Lihat, kan? Guo Jing itu TIDAK
BODOH! Nih bukti lain kalau Guo Jing itu TIDAK BODOH. Chou Pho Tong aja
gak kepikiran kan kalau menggunakan ilmu “Tangan Kiri Melawan Tangan Kanan”,
secara gak langsung itu merupakan 2 Chou Pho Tong. Tapi Guo Jing kepikiran loh.
Aslinya kan dia memang TIDAK BODOH,
HANYA Sedikit LAMBAN berpikir (alias lola dikit kadang-kadang).
Chou
Pho Tong tampak senang dengan usul Guo Jing dan saat dia berputar-putar dengan
gembira itulah, Huang Rong segera menyeret sang kekasih pergi meninggalkan gua.
Tapi akhirnya Chou Pho Tong segera menyusul mereka.
Saat
akan melarikan diri, Guo Jing dan Huang Rong mendengar suara Pengemis Utara,
Hong Chi Khong yang telah datang ke Pulau Persik untuk memenuhi permintaan Guo
Jing. Di saat yang bersamaan, Huang Yao Shi juga telah tiba di sana.
Tapi
ekspresinya langsung berubah kesal saat melihat Guo Jing juga ada di sana.
Guo Jing pun yang awalnya tersenyum gembira melihat kedatangan sang guru, mendadak menjadi tegang karena kemunculan sang calon mertua yang memandangnya dengan sinis dengan pandangan mata meremehkan.
Huang Rong yang melihat sang ayah datang, segera berlari menghampirinya dan
mencoba merayunya.
“Ayah,
lihat siapa yang datang.” Ujar Huang Rong dengan manja.
“Rong’er,
kenapa kau memanggil Saudara Chi sebagai guru?” tanya sang ayah bingung saat melihat Hong Chi Khong ada di sana.
“Saudara
Yao, begini...Ada masalah yang aku belum rundingkan denganmu tapi sudah
kuputuskan sendiri. Aku minta maaf lebih dulu.” Ujar Pengemis Utara merendah.
“Sudahlah.
Tidak perlu sungkan, Saudara Chi.” Huang Yao Shi menjadi sungkan saat melihat
seorang Pendekar seperti Pengemis Utara meminta maaf hanya karena hal kecil.
“Kau
bagaimana bisa memiliki putri seperti ini? Sangat cantik, sangat pintar juga
sangat jago memasak banyak makanan yang enak. Kau tahu tidak? Semua masakan
yang enak dihidangkan di depan mataku, mana mungkin aku bisa tahan? Aku saja
sampai lupa margaku. Dia ingin jadi muridku, jadi aku terima saja.” Ujar Hong
Chi Khong, memuji Huang Rong di depan sang ayah. Huang Yao Shi tentu sangat
bangga mendengar putri kesayangannya dipuji oleh seorang Pendekar Hebat.
“Putriku
bisa menjadi murid Saudara Chi, itu adalah sebuah keberuntungan.” Sahut Huang
Yao Shi merendah seraya tersenyum bangga pada putrinya.
“Tidak
begitu juga. Saudara Yao, kungfumu sangat tinggi. Tentu saja kungfuku juga
tidak buruk, tapi belum giliranku. Dia putrimu, kau ayahnya. Tapi dia bersikeras
memanggilku guru dan banyak masak makanan yang enak untukku, jadi aku ajari
saja sedikit ilmu kungfu pengemis, benar kan?.” Pengemis Utara lagi-lagi
merendah seraya menoleh pada Guo Jing yang menjawabnya dengan tersenyum ceria.
“Ayah,
guru juga menerima kakak Jing menjadi murid dan mengajarinya 18 Jurus Penakluk
Naga.” Ujar Huang Rong menjelaskan, dengan harapan sang ayah bersedia memandang
Pengemis Utara dan mengampuni nyawa Guo Jing. Dan syukurlah hal tersebut
berhasil.
“Kau
ini sangat beruntung, bisa memiliki Saudara Chi sebagai gurumu.” Ujar Huang Yao
Shi dengan penuh sindiran halus. Mendadak Chou Pho Tong muncul dan membuat
keonaran.
Huang Yao Shi ingin mengejar tapi Hong Chi Khong menghalanginya
dengan alasan sebagai Tuan Rumah yang baik, Huang Yao Shi harus menjamunya yang
sudah jauh-jauh datang kemari. Demi memandang Pengemis Utara, Huang Yao Shi pun
melepaskan Bocah Tua Nakal.
“Guru, bagaimana kau bisa datang kemari?
Rong’er sangat merindukan Guru.” Rayu Huang Rong pada Hong Chi Khong.
“Merindukanku?
Yang aku lihat kau hanya merindukan Kakak Jing-mu.” Jawab Hong Chi Khong seraya
melirik Guo Jing dan seketika Huang Rong tersenyum malu-malu. Sementara Huang
Yao Shi yang mendengar kalimat itu, kembali memandang Guo Jing dengan ekspresi
tidak suka.
“Aku
kemari demi Kakak Jing-mu.” Bisik Pengemis Utara pada sang murid perempuan.
“Saudara
Yao, lihat muridku ini. Beraninya dia membuatmu marah. Kau ini siapa? Kau ini
Pendekar Besar, terpelajar, kungfumu sangat tinggi. Kau lihatlah dia yang kecil
ini, jangan begitu perhitungan padanya.” Ujar Hong Chi Khong, memuji Huang Yao
Shi dan berpura-pura memarahi muridnya.
“Baiklah.
Karena aku memandang Saudara Chi, jadi aku biarkan dia tinggal beberapa hari di
Pulau Persik.” Jawab Huang Yao Shi, melepaskan Guo Jing demi sang guru.
“Terima kasih, Ketua Huang.” Ujar Guo Jing gembira.
“Tidak
perlu.” Jawab Huang Yao Shi sinis.
Kemudian
terdengar lagi suara Ou Yang Khe meminta tolong. Huang Yao Shi tahu ini pasti
ulah putrinya, tapi karena ada Hong Chi Khong di sana, diapun membiarkannya.
“Kau
antar Saudara Chi, nanti ayah menyusul.” Ujar Huang Yao Shi lalu segera pergi
menolong Ou Yang Khe.
Setelah
Huang Yao Shi pergi, Huang Rong mulai bercerita pada sang guru mengenai rencana perjodohannya dengan Ou Yang Khe (curhat gitu).
“Guru,
Ayahku ingin aku menikah dengan Racun Kecil.” Ujar Huang Rong dengan cemberut.
“Ayahmu
ingin kau menikah dengan Racun Kecil?” ulang Hong Chi Khong seolah meyakinkan
pendengarannya.
“Rong’er
harus bagaimana?” Huang Rong meminta sang guru untuk membantunya.
“Menikah
saja dengan Racun Kecil.” Jawab Pengemis Utara dengan entengnya, sengaja
mengetest muridnya.
“Guru,
tolong jangan bercanda dengan Rong’er.” Ujar Huang Rong, memprotes keras.
“Guru
tidak bercanda.” Jawab Hong Chi Khong dengan ekspresi serius.
“Guru,
tidak bisa!” kali ini Guo Jing yang menyuarakan protesnya.
“Kenapa
tidak bisa?” Hong Chi Khong kembali menguji.
“Karena...Karena
guru tahu kalau aku menyukai Rong’er.” Ujar Guo Jing dengan ekspresi sedih
seraya menatap Rong’er. Huang Rong tersenyum gembira begitu mendengar lagi Guo
Jing mengungkapkan perasaannya.
Guo Jing adalah orang yang jujur. Kalau dia
suka, dia akan bilang suka. Sebaliknya, kalau dia tidak suka, dia pasti akan
bilang tidak suka.
Hong
Chi Khong tersenyum senang mendengar sang murid mengakui perasaannya dengan
jujur. Dia menatap muridnya pengertian, “Kau ini tidak bodoh. Tenang saja.
Asalkan ada aku Pengemis Tua, aku tidak akan ijinkan Huang Yao Shi menikahkan
mereka.” Hong Chi Khong memberikan jaminan.
“Terima
kasih, Guru.” Ujar Guo Jing dan Huang Rong serentak dengan tersenyum lega.
Lalu bagaimana dengan nasib Ou Yang Khe? Lihat aja sendiri deh. Penulis malas menulis adegan gak penting yang gak ada Guo Jing-nya hehehe ^_^ Karena salah satu alasan aku menyukai versi adaptasi terbaru ini adalah pemeran Guo Jing-nya yang ganteng dan imut *lirik William Yang*, jadi kalau gak ada hubungannya dengan Guo Jing, skip aja langsung.
Episode
berikutnya adalah Pertandingan 3 babak Memilih Menantu. Walaupun sudah tahu
kalau Guo Jing yang akan menang, tapi kisah ini tetap menarik untuk diikuti
apalagi bila ada modifikasi kecil yang super kreatif yang membuat serial ini
menjadi lebih romantis dan manis, khususnya untuk karakter Guo Jing.
So,
see you next episode...
Berikutnya : Episode 23
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar