Guo
Jing adalah karakter terfavorite dari semua karakter wuxia yang pernah ada dan
“Legend Of The Condor Heroes” alias “Pendekar Pemanah Rajawali” adalah serial
wuxia terfavorite maka jangan heran bila blog ini lebih condong membahas
tentang kedua tokoh utama yaitu Guo Jing dan Huang Rong. Jadi sinopsis yang ditulis pun BUKAN secara keseluruhan dalam setiap episode melainkan HANYA
MENGAMBIL ADEGAN GUO JING DAN HUANG RONG semata.
Sang
blogger adalah penggemar Guo Jing dan William Yang Xuwen, bila kalian adalah penggemar
Guo Jing dan William Yang Xuwen juga maka blog ini adalah blog yang tepat untuk
kalian berfangirling. So, let’s the story continue...
Dan
kisahpun berlanjut...
Setelah
Huang Yao Shi menyeret pergi putri kesayangannya, Huang Rong maka tinggallah Guo
Jing seorang diri di Wisma Awan (sebenarnya gak seorang diri juga sih, kan ada
keenam Guru Guo Jing dan si palsu Yang Kang. Maksudnya adalah seorang diri
tanpa sang kekasih tercinta, Huang Rong...)
Setelah
Yang Kang membunuh Duan Tian Tek, dia dan Guo Jing mengangkat sumpah menjadi
saudara angkat. Karena Guo Jing lebih tua 1 bulan dari Yang Kang maka secara
otomatis menjadikan Guo Jing sebagai Kakak dan Yang Kang sebagai adik.
Mereka
saling bersumpah di dalam hutan dengan menukar belati pemberian Chiu Chu Ji
(Khu Chi Khe) yang bertuliskan nama mereka berdua. Kedua belati sebelumnya ada
di tangan Guo Jing. Belati berlabel nama “Yang Kang” yang dulu pernah berada di
tangan Mei Chao Feng karena pernah digunakan Guo Jing sebagai senjata untuk
membunuh Chen Xuan Feng saat Guo Jing masih berusia 6 tahun, beberapa hari
sebelumnya telah kembali ke tangan Guo Jing saat Guru ke-2 Guo Jing, Shu Chong
si “Pelajar Bertangan Cepat” mencuri
obat penawar racun. (Sambil mencuri racun, sekaligus mengambil kembali belati
Guo Jing).
Sedangkan
belati bertuliskan nama “Guo Jing” telah diminta oleh Huang Rong dari tangan Mu
Nian Chi beberapa hari sebelumnya saat Huang Rong “memaksa” Mu Nian Chi
bersumpah agar tidak menikahi Guo Jing. Itulah sebabnya kedua belati tersebut
berada di tangan Guo Jing.
Kini
setelah mengangkat sumpah menjadi saudara angkat, Guo Jing memberikan belati
bertuliskan namanya kepada Yang Kang, dan belati bertuliskan nama Yang Kang ada
di tangannya. Belati bertuliskan nama Guo Jing itulah yang nantinya akan
digunakan oleh Yang Kang untuk membunuh Ou Yang Khe dan menimpakan kesalahan
kepada Guo Jing, sehingga Racun Barat – Ou Yang Feng mengira Guo Jing yang
membunuh Ou Yang Khe, padahal pelaku sebenarnya adalah Yang Kang. (Nih manusia
satu licik bagai ular berbisa >___< )
Keesokan
harinya, Guo Jing memutuskan pergi bersama Yang Kang untuk bersama membalas
dendam kepada Wan Yen Hong Lieh. Guru ke-1 Guo Jing berpesan jika suatu hari
nanti Pengemis Utara, Hong Chi Khong berniat mengangkat Guo Jing sebagai murid
maka Guo Jing harus baik-baik belajar dengannya.
Mengingat
ilmu Pengemis Utara melebihi ilmu semua guru Guo Jing sehingga merupakan
kehormatan bila dapat diangkat sebagai murid oleh Pengemis Utara yang tak hanya
berilmu tinggi namun juga memiliki reputasi yang baik di dunia persilatan.
Guru
Ke-7 Guo Jing, Han Xiao Ying tampak cemas saat teringat janji Guo Jing untuk
mengantar nyawa ke Pulau Persik. Namun Guru ke-2 Guo Jing, Shu Chong mengatakan
agar mereka tak perlu khawatir karena di Pulau Persik ada Huang Rong.
“Adik
ketujuh, jangan lupa. Di Pulau Persik ada Nona Huang. Nona Huang sangat cerdas,
Jing’er pasti bisa bebas dari bahaya.” ujar Guru ke-2 Guo Jing, Shu Chong
dengan tersenyum tenang.
“Sebenarnya
gadis itu cukup manis. Beberapa hari ini dia melihatmu terluka, dia sibuk
mondar-mandir menjagamu. Dia juga selalu melindungimu di depan ayahnya. Kami
bisa melihat bahwa dia tulus padamu. Kau ini bodoh tapi sangat beruntung.”
tambah guru ke-6 Guo Jing seraya tersenyum.
Guo
Jing tersenyum lega saat mendengar keenam gurunya tidak membenci Rong’er lagi.
“Ternyata
keenam guru sudah tidak membenci Rong’er lagi. Bagus sekali. Terima kasih pada
keenam Guru.” Ujar Guo Jing dengan tersenyum tulus berterima kasih karena
guru-gurunya tak lagi membenci gadis yang dicintainya.
Akhirnya
setelah pamit kepada keenam gurunya, Guo Jing dan Yang Kang melanjutkan
perjalanan mereka untuk mencari Wan Yen Hong Lieh. Di tengah perjalanan, kedua
pemuda itu mengalami kejadian yang cukup aneh. Ke manapun mereka pergi, sudah
ada seseorang yang diam-diam menyiapkan kamar serta membayar semua makanan
mereka. Orang itu sengaja datang lebih dulu untuk menyiapkan kamar dan makanan
untuk Guo Jing dan Yang Kang.
Awalnya
baik Guo Jing dan Yang Kang berpikir bahwa orang itu adalah Ketua Lu Chen Feng
yang ingin menjamu tamu hingga akhir. Namun akhirnya Guo Jing menyadari bahwa
orang yang diam-diam menyiapkan semua ini untuk mereka bukanlah Ketua Lu
melainkan kekasihnya, Huang Rong.
“Bukankah
ini Ayam Pengemis?” ujar Guo Jing saat melihat masakan “Ayam Pengemis” dihidangkan di hadapan mereka.
Dia
dengan gembira memakannya, karena “Ayam
Pengemis” ini adalah salah satu menu makanan favoritnya. Setelah menggigit
dan memakannya, Guo Jing barulah menyadari bila “Ayam Pengemis” ini adalah makanan yang dimasak sendiri oleh kekasih
kecilnya, Huang Rong.
( Note
: Mungkin Huang Rong meminta ijin kepada pelayan restoran untuk memasaknya
sendiri dan menyuruh mereka menyimpannya, barulah setelah Guo Jing dan Yang
Kang tiba di sana, pelayan tersebut diminta untuk menghangatkan dan menghidangkannya)
“Kenapa?”
tanya Yang Kang saat melihat ekspresi Guo Jing yang aneh.
“Adik
Kang, aku akhirnya tahu kalau yang menjamu kita selama beberapa hari ini bukanlah Ketua Lu.” Ujar
Guo Jing dengan yakin.
( Note
: William Yang Xuwen kalau makan ganteng juga loh. Duh, ganteng mah ganteng
aja, walau makanpun tetap ganteng ^_^)
“Kenapa
bicara seperti ini? Kalau bukan Ketua Lu, lalu siapa lagi?” tanya Yang Kang,
ikut penasaran.
“Kau
lihatlah. Beberapa hari ini, setiap menu yang dihidangkan pastilah ada satu
atau dua menu yang merupakan makanan kesukaanku. Saat itu aku sudah
bertanya-tanya, bagaimana Ketua Lu bisa mengetahui seleraku? Tapi akhirnya
setelah makan “Ayam Pengemis” ini,
aku akhirnya tahu, ini adalah perbuatan Rong’er.” Jawab Guo Jing dengan
tersenyum gembira.
( Note
: Yah iyalah, yang ngerti seleranya Guo Jing dan tahu banget makanan favoritnya
sudah pasti pacarnya dong, masak iya orang yang baru kenal kayak ketua Lu tahu
makanan favoritnya Guo Jing sih? Tapi btw, anyway, busway, William ganteng
banget kalau lagi senyum. I love his boyish looks. Umurnya 22 tahun tapi
wajahnya masih cocok berperan menjadi pemuda lugu berusia 18 tahun. Wajahnya
imut-imut kayak remaja 18 tahun. Pas banget dengan karakter Guo Jing yang
diperankannya. Jie-jie Liana jadi kesengsem liatnya hihihi ^_^)
“Ternyata
Nona Huang. Dia sangat baik padamu,” jawab Yang Kang dengan ekspresi iri di
matanya. Tapi Guo Jing tidak menyadari tatapan penuh iri hati Yang Kang
kepadanya karena fokus Guo Jing hanya pada kekasihnya.
“Rong’er
bukankah sudah kembali ke Pulau Persik? Jangan-jangan dia kabur lagi.” ujarnya
penasaran, namun dengan tersenyum gembira.
“Kakak,
kau sungguh beruntung. Dia putri kesayangan Ketua Pulau Persik, Huang Yao Shi. Kau
hampir menjadi menantu Huang Yao Shi.” Ujar Yang Kang, masih penuh kecemburuan.
Tapi
lagi-lagi Guo Jing tidak menyadari kalimat penuh iri hati Yang Kang karena
terfokus pada kekasihnya. Guo Jing seolah sudah bisa menebak bahwa Rong’er
pasti akan menunggu mereka di Bao Ying untuk mempersiapkan semuanya. Ingin
bertemu Rong’er karena sudah beberapa hari mereka berpisah, Guo Jing memutuskan
untuk pergi ke Bao Ying mendahului kekasihnya.
“Kelihatannya
Rong’er pasti akan pergi ke Bao Ying untuk mempersiapkan semuanya untukku. Adik
Kang, aku pergi lebih dulu ke Bao Ying. Setelah bertemu Rong’er, kita baru
bicara.” Ujar Guo Jing dengan gembira, lalu segera berdiri untuk pergi ke kota
berikutnya. Namun sebelum pergi, dia tampak masih mencomot sebuah paha ayam
untuk bekal perjalanan.
( Note
: Kali ini Guo Jing pinter banget. Kamu gak bodoh kok, Jing Gege. Cuma mungkin
agak lola dikit. Buktinya Jing Gege bisa nebak kalau Rong’er pasti akan menuju
kota Bao Ying untuk menunggunya di sana)
Guo
Jing akhirnya sampai di kota Bao Ying, dia segera memesan kamar di penginapan
yang paling besar dan mahal di kota Bao Ying dan meminta kamar yang paling
dekat dengan counter pemesanan kamar (macem resepsionis gitu deh. Gak tahu
namanya ^_^)
Guo
Jing duduk di kamarnya seraya menggenggam mainan wayang golek yang dibelinya
bersama Rong’er, menunggu dengan gelisah sang kekasih menampakkan dirinya.
“Rong’er,
kau seharusnya akan datang, kan? Kita berdua sudah lama tak bertemu.” Guo Jing
bergumam pada dirinya sendiri seraya menggenggam mainan wayang goleknya. Mereka
baru berpisah beberapa hari, tapi rasanya bagaikan beberapa tahun. Guo Jing
merasa sudah sangat merindukan gadis itu.
Tak
lama kemudian, dia mendengar suara Huang Rong datang untuk memesankan kamar dan
makanan untuknya, gadis itu juga terlihat memberikan beberapa tael kepada
pemilik penginapan.
“Pendekar
Guo ini bertubuh besar dan tinggi, juga menunggangi seekor kuda merah. Dia
datang bersama seorang pria bermarga Yang. Tolong siapkan kamar terbaik untuk
mereka berdua, juga makanan yang paling enak. Jangan lupa menu ayam jamur
untuknya,” ujar Huang Rong seraya memberi perintah.
Guo
Jing tersenyum gembira melihat sang kekasih akhirnya muncul juga.
“Beruntung
aku tidak membawa kuda merah masuk. Kalau tidak, pasti akan ketahuan Rong’er.”
Ujar Guo Jing dalam hati.
( Note
: tuh, kan? Guo Jing itu gak bodoh kok. Buktinya dia pinter banget, tahu kalau
bawa kuda merah masuk nanti pasti akan ketahuan Rong’er. Kalau bener-bener bego
kan mana mungkin kepikiran seperti itu? Guo Jing dalam novel pun sebenarnya gak
bodoh, HANYA LAMBAT mikirnya.)
Diam-diam
Guo Jing mengikuti Huang Rong yang berjalan ke tengah hutan. Di dalam hutan
itu, Huang Rong bermain masak-masakan. Dia meletakkan bunga-bunga kecil ke
dalam dua buah mangkuk mungil yang terbuat dari tanah liat seolah-olah itu
adalah makanan.
“Jing
Gege, apa kau sudah lapar? Rong’er sudah buat banyak makanan enak. Rong’er tahu
kau suka makan yang besar. Ini untukmu makan. Jing Gege, kau ada di mana
sekarang? Rong’er sungguh ingin memasakkan sesuatu yang enak untukmu. Jing
Gege, Rong’er sangat rindu padamu,” ujar Huang Rong, bergumam sendiri pada
mainan wayangnya.
Tiba-tiba
saja Guo Jing muncul dari arah belakang dan menjawab pertanyaannya, seraya mengulurkan
mainan wayang miliknya.
“Baik.
Aku juga ingin makan masakan Rong’er.” Ujar Guo Jing lembut dari arah belakang.
Huang
Rong tampak terkejut. Dia spontan berdiri dan memeluk kekasihnya erat.
“Jing
Gege, Rong’er sangat merindukanmu.” Ujarnya sambil menangis.
“Aku
juga sangat merindukanmu.” Jawab Guo Jing, seraya memeluk gadis itu erat.
Sepasang
kekasih itu berpelukan erat selama beberapa saat, hingga akhirnya Huang Rong
yang lebih dulu melepaskan pelukannya dan bertanya dengan khawatir.
“Jing
Gege, kenapa kau bisa ada di sini?” tanyanya penasaran.
“Aku
mengikutimu dari penginapan,” jawab Guo Jing jujur.
“Apa
kau ini bodoh? Kau tahu aku bersembunyi darimu, kenapa malah mengikutiku? Jika
ayahku tahu kita bersama, ayah pasti akan membunuhmu,” ujar Huang Rong, gembira
namun juga merasa cemas.
“Aku
tahu.” Jawab Guo Jing singkat.
“Apa
kau memang benar-benar bodoh? Sudah tahu tapi kenapa masih mengikutiku?” ujar
Huang Rong, kesal dengan Guo Jing yang keras kepala.
“Jika
tak ada Rong’er, aku hidup atau mati tak ada bedanya.” Jawab Guo Jing, membuat
Huang Rong semakin tersentuh.
( Note
: duh, mau dong jadi Huang Rong, peluk-peluk mulu hihihi ^_^ Kalau aku jadi
Huang Rong, aku sengaja bikin salah biar diulangi lagi, lagi dan lagi. Terus
besoknya dipecat karena ngehabisin pita karena cut mulu hahaha ^_^)
Guo
Jing tampak tersenyum gembira karena bisa merasakan kembali Rong’er berada
dalam pelukannya. Sepertinya sudah lama mereka tidak berpelukan. Guo Jing pun
memeluk kekasihnya semakin erat dengan sebuah senyuman bahagia di wajahnya.
( Note
: perasaan nih William kalau adegan pelukan seperti “diprekes” gitu ceweknya. Bahasa Indonesianya apaan, ya? Dipeluk
erat banget mungkin, ya *thinkhard* Pokoknya orang Jatim bilang “diprekes”,
dipeluk erat kayak gak mau nglepasin. Seolah-olah menikmati banget gitu adegan
pelukannya sama Li Yi Tong. Mau dong dipeluk kayak gitu sama William. Bikin iri
aja nih Li Yi Tong 0__0 Mana adegan ini
pelukannya lama dan banyak pula, 3 kali men...)
“Rong’er,
aku tahu aku bodoh. Bahkan guruku berkata, aku walau bodoh namun sangat
beruntung. Mereka melihatmu sangat baik padaku, mereka semua ikut senang
untukku. Pandangan terhadapmu juga sudah berbeda dengan dulu.” Ujar Guo Jing
dengan tersenyum gembira seraya semakin mengeratkan pelukannya. Hingga
lagi-lagi Huang Rong yang lebih dulu melepaskan pelukannya.
(Note
: Si Guo Jing pengennya peluk-peluk terus nih, karena yang lebih dulu
melepaskan pelukan justru selalu Huang Rong-nya. Mungkin William Yang pengen
cari kesempatan dalam kesempitan hihihi ^_^
“Kalau begitu, apa hanya gurumu yang merasa aku baik? Kalau kau?” ujar Huang
Rong, mencoba memancing Guo Jing mengungkapkan isi hatinya.
(Note:
Walaupun dia tahu sendiri kalau Guo Jing sudah pernah mengungkapkan isi hatinya
dan pernah mengatakan langsung di depan Huang Rong kalau orang yang Guo Jing
cintai adalah Huang Rong, tapi namanya juga wanita, pasti pengennya denger lagi
dan lagi hihihi ^_^)
“Rong’er,
semua kebaikanmu padaku, akan selalu kuingat dalam hatiku,” jawab Guo Jing
seraya mengenggam tangan Rong’er dan meletakkannya di depan dadanya.
Huang
Rong mengangguk senang dan kembali memeluk Guo Jing. Huang Rong menyandarkan
kepalanya di dada Guo Jing yang bidang.
Guo
Jing tampak tersenyum malu-malu namun kemudian dia mengangkat sebelah tangannya
dan memeluk pundak kekasihnya. (Duh, lagi-lagi senyumnya William Yang Xuwen
bikin meleleh )
Sepasang
kekasih itu saling berpelukan mesra beberapa saat hingga akhirnya sebuah suara
guntur membuat Guo Jing melepaskan pelukannya.
“Rong’er,
sepertinya akan turun hujan,” ujarnya seraya melihat ke arah langit yang mulai
gelap dan menurunkan tangannya yang tadi memeluk Huang Rong. Huang Rong tampak
enggan menjauhkan tubuhnya dari sang kekasih, namun dia juga menoleh ke arah
langit dan menyadari jika langit mendadak mendung.
“Saat
dalam perjalanan kemari, aku melihat sebuah kuil tua yang kosong. Kita berdua
bisa berteduh di sana,” ajak Guo Jing. Huang Rong hanya mengangguk tanpa kata
seraya tersenyum aneh, setengah melamun karena terlalu gembira dapat kembali
bersama kekasihnya. Guo Jing berjalan lebih dulu, namun dia sadar Huang Rong
tidak berjalan mengikutinya.
Guo
Jing yang takut hujan akan segera turun segera berbalik dan menarik tangan Huang
Rong tak sabar, “Cepatlah, Rong’er!” ujarnya seraya menggandeng Huang Rong
pergi.
Mereka
sampai di depan kuil kosong sudah dalam keadaan basah kuyup karena hujan sudah
terlanjur turun. Saat berdiri di depan pintu kuil dan berencana melangkah
masuk, Guo Jing dan Huang Rong tak sengaja mendengar percakapan beberapa orang
pengemis berbaju kotor yang sedang membicarakan tentang seorang gadis cantik di
sebuah toko pegadaian.
Guo
Jing dan Huang Rong saling memandang dengan curiga, berpikir bahwa para
pengemis tersebut ingin berbuat jahat kepada gadis di toko pegadaian tersebut.
Akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti para pengemis tersebut untuk mencari
tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Adegan
berikutnya, Pengemis Utara – Hong Chi Khong akhirnya bersedia mengangkat Guo Jing sebagai
muridnya dan mengajarkan 3 jurus terakhir dari “18 Jurus Penakluk Naga” untuk menghadapi si blangsak jelek, Ou
Yang Khe. Yeeeyyy...”18 Jurus Penakluk
Naga” akhirnya komplit ^_^
Berikutnya : Episode 18
Blogger
Opinion :
Salah
satu alasan yang membuatku sangat sangat menyukai “Legend Of The Condor Heroes 2017” ini adalah banyaknya adegan
pelukan. Maklumlah, sebagai penggemar Guo Jing, yang baik menurut novel ataupun
melihat versi-versi remake sebelumnya, minim sekali adegan romantis antara Guo
Jing dan Huang Rong sehingga membuatku merasa “HAUS” dengan adegan mesra antara kedua
tokoh utama.
Karakter
Guo Jing adalah seorang pemuda yang lugu dan polos, sedangkan karakter Huang
Rong adalah seorang gadis yang cantik dan cerdas, namun walaupun cerdas, Huang
Rong juga merupakan gadis yang polos mengingat usianya masih sangat belia (15
tahun dalam novel). Huang Rong juga tumbuh tanpa bimbingan sang Ibu, jadi wajar
saja jika Huang Rong sama sekali TIDAK MENGERTI tentang hubungan antara pria
dan wanita. Seorang anak perempuan bertanya mengenai hal seperti ini pada
ayahnya pasti sangat risih, benar kan?
Dalam
hal ini, Huang Rong dan Guo Jing sama-sama masih sangat polos dan lugu. Cara berpikir
mereka masih seperti anak-anak yang polos. Maklum juga karena mereka memang
masih remaja.
Dalam
novelpun, baik Guo Jing dan Huang Rong sama-sama berpikir jika seorang bayi
keluar dari dalam batu (saking polosnya ^_^). Cara pacaran Guo Jing dan Huang
Rong pun masih polos, mereka berdua hanya berani bergandengan tangan dan berpelukan.
Jangankan
seperti Yang Guo (Yoko) dan Xiao Long Ni yang sudah berani ciuman bibir
klamut-klamut (seperti dalam ROCH 2014 yang gak sengaja lewat di beranda IG-ku),
untuk mencium pipi Huang Rong saja Guo Jing tak berani.
Jadi
memang dalam serial “Legend Of The Condor
Heroes” ini SANGAT MINIM INTIMASI. Itulah yang membuatku sangat HAUS adegan
intim antara Guo Jing dan Huang Rong. Karena ciuman sudah tidak mungkin
mengingat dalam novelpun tak ada adegan ciuman, jadi setidaknya aku berharap
ada lebih banyak lagi adegan pelukan. Masak kalah sama Yang Kang (Yokang) yang
bahkan menghamili Mu Nian Chi di luar nikah?
Eeiittt...Guo
Jing kan bukan bajingan tengik kayak Yang Kang, ya? Jangan disamain untuk hal
beginian dong! Tapi setidaknya “kissing lips” kayak Yang Guo (Yoko) dan Xiao
Long Ni lah. Yang ini sayangnya juga gak akan mungkin pernah dalam versi tahun
berapa pun, karena gak sesuai dengan karakternya Guo Jing yang polos, lugu dan
pria baik-baik yang gak suka mengambil keuntungan dari seorang wanita.
Guo
Jing hanya akan “menyentuh” kekasihnya bila mereka sudah resmi menikah. Kalau
masih pacaran, cukup pegangan tangan dan pelukan aja hehehe ^_^ Itu sebabnya
Guo Jing adalah karakter favoritku sepanjang masa, karena selain Pahlawan
Sejati, Guo Jing juga pria sejati yang sudah sangat jarang ditemui di dunia
nyata ini.
Karena
adegan intim, like kissing lips uda gak mungkin, jadi adegan pelukan adalah
satu-satunya harapan. Versi 1994, sejauh yang kuingat hanya ada dua kali adegan
pelukan antara Julian Cheung dan Athena Chu, sisanya adalah hanya bergandengan
tangan. Bahkan adegan menyandarkan kepala di bahu Guo Jing pun hanya ada
sekitar dua kali juga. Di versi 2008 setidaknya adegan pelukan ada sekitar 4-5
kali kalau gak salah ingat. Masih lebih banyak dari versi 1994. Tapi karena
LOCH 2008 BUKAN FAVORITKU karena gak suka dengan Ariel Lin yang ketembemen
(terlalu tembem/gendut) jadi kurang ada feelnya 0__0
Syukurlah
Tuhan menjawab doa’ku. Aku selalu berdoa agar kelak ada versi adaptasi terbaru
LOCH dengan pemeran Guo Jing berwajah tampan dan masih muda untuk mengembalikan
image Guo Jing-nya Julian Cheung yang sukses dirusak oleh Li Ya Pheng dan Hu
Ge, hingga akhirnya muncullah William Yang Xuwen sebagai jawaban atas doaku
hehehe ^_^ Ganteng dan masih muda, image Guo Jing akhirnya kembali di tangan
William Yang Xuwen.
Lalu
juga mengenai adegan romantis yang lebih banyak. Tuhan juga mengabulkan doaku
melalui versi terbaru LOCH 2017 ini. Sangat senang sekali saat mengetahui bahwa
adegan pelukan di versi ini adalah adegan pelukan terbanyak dari semua versi
yang ada.
Kemudian
juga mengenai karakter Guo Jing yang lebih romantis. Lagi-lagi doaku terjawab
melalui versi LOCH 2017 yang dibintangi oleh William Yang Xuwen dan Li Yi Tong
ini. Guo Jing-nya William Yang tampak lebih romantis daripada para
pendahulunya. Dia selalu cemburu setiap kali Ou Yang Khe muncul dan menggoda
kekasihnya tercinta.
Guo
Jing-nya William Yang juga secara khusus datang ke Pulau Persik untuk melamar
Huang Rong. Tidak seperti versi sebelumnya di mana Guo Jing melamar Huang Rong
karena melihat Ou Yang Khe lebih dulu datang melamar, dan karena tidak ingin
Huang Rong direbut orang, maka diapun ikut melamar. Jadi bukan inisiatif
sendiri, gitu. Melainkan lebih seperti, “Sesuatu
akan terasa lebih berharga ketika sudah direbut orang."
Kalau
Guo Jing-nya William, sebelum Ou Yang Khe datang melamar, dia lebih dulu berkata
pada Huang Rong, “Aku tak mau pergi! Aku
sudah putuskan aku ingin melamarmu!”
So
sweet, kan? Gimana gak jatuh cintrong tuh sama Guo Jing versi ini? Uda ganteng,
tinggi, masih muda, romantis pula. Jangankan Huang Rong dan Putri Mongol,
bloggernya aja jatuh hati ^_^
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar