Selasa, 13 November 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 17)

Guo Jing adalah karakter terfavorite dari semua karakter wuxia yang pernah ada dan “Legend Of The Condor Heroes” alias “Pendekar Pemanah Rajawali” adalah serial wuxia terfavorite maka jangan heran bila blog ini lebih condong membahas tentang kedua tokoh utama yaitu Guo Jing dan Huang Rong. Jadi sinopsis yang ditulis pun BUKAN secara keseluruhan dalam setiap episode melainkan HANYA MENGAMBIL ADEGAN GUO JING DAN HUANG RONG semata.

Sang blogger adalah penggemar Guo Jing dan William Yang Xuwen, bila kalian adalah penggemar Guo Jing dan William Yang Xuwen juga maka blog ini adalah blog yang tepat untuk kalian berfangirling. So, let’s the story continue...






Dan kisahpun berlanjut... 
Setelah Huang Yao Shi menyeret pergi putri kesayangannya, Huang Rong maka tinggallah Guo Jing seorang diri di Wisma Awan (sebenarnya gak seorang diri juga sih, kan ada keenam Guru Guo Jing dan si palsu Yang Kang. Maksudnya adalah seorang diri tanpa sang kekasih tercinta, Huang Rong...)



Setelah Yang Kang membunuh Duan Tian Tek, dia dan Guo Jing mengangkat sumpah menjadi saudara angkat. Karena Guo Jing lebih tua 1 bulan dari Yang Kang maka secara otomatis menjadikan Guo Jing sebagai Kakak dan Yang Kang sebagai adik.

Mereka saling bersumpah di dalam hutan dengan menukar belati pemberian Chiu Chu Ji (Khu Chi Khe) yang bertuliskan nama mereka berdua. Kedua belati sebelumnya ada di tangan Guo Jing. Belati berlabel nama “Yang Kang” yang dulu pernah berada di tangan Mei Chao Feng karena pernah digunakan Guo Jing sebagai senjata untuk membunuh Chen Xuan Feng saat Guo Jing masih berusia 6 tahun, beberapa hari sebelumnya telah kembali ke tangan Guo Jing saat Guru ke-2 Guo Jing, Shu Chong si “Pelajar Bertangan Cepat” mencuri obat penawar racun. (Sambil mencuri racun, sekaligus mengambil kembali belati Guo Jing).


Sedangkan belati bertuliskan nama “Guo Jing” telah diminta oleh Huang Rong dari tangan Mu Nian Chi beberapa hari sebelumnya saat Huang Rong “memaksa” Mu Nian Chi bersumpah agar tidak menikahi Guo Jing. Itulah sebabnya kedua belati tersebut berada di tangan Guo Jing.

Kini setelah mengangkat sumpah menjadi saudara angkat, Guo Jing memberikan belati bertuliskan namanya kepada Yang Kang, dan belati bertuliskan nama Yang Kang ada di tangannya. Belati bertuliskan nama Guo Jing itulah yang nantinya akan digunakan oleh Yang Kang untuk membunuh Ou Yang Khe dan menimpakan kesalahan kepada Guo Jing, sehingga Racun Barat – Ou Yang Feng mengira Guo Jing yang membunuh Ou Yang Khe, padahal pelaku sebenarnya adalah Yang Kang. (Nih manusia satu licik bagai ular berbisa >___< )

Keesokan harinya, Guo Jing memutuskan pergi bersama Yang Kang untuk bersama membalas dendam kepada Wan Yen Hong Lieh. Guru ke-1 Guo Jing berpesan jika suatu hari nanti Pengemis Utara, Hong Chi Khong berniat mengangkat Guo Jing sebagai murid maka Guo Jing harus baik-baik belajar dengannya.

Mengingat ilmu Pengemis Utara melebihi ilmu semua guru Guo Jing sehingga merupakan kehormatan bila dapat diangkat sebagai murid oleh Pengemis Utara yang tak hanya berilmu tinggi namun juga memiliki reputasi yang baik di dunia persilatan.

Guru Ke-7 Guo Jing, Han Xiao Ying tampak cemas saat teringat janji Guo Jing untuk mengantar nyawa ke Pulau Persik. Namun Guru ke-2 Guo Jing, Shu Chong mengatakan agar mereka tak perlu khawatir karena di Pulau Persik ada Huang Rong.

“Adik ketujuh, jangan lupa. Di Pulau Persik ada Nona Huang. Nona Huang sangat cerdas, Jing’er pasti bisa bebas dari bahaya.” ujar Guru ke-2 Guo Jing, Shu Chong dengan tersenyum tenang.

“Sebenarnya gadis itu cukup manis. Beberapa hari ini dia melihatmu terluka, dia sibuk mondar-mandir menjagamu. Dia juga selalu melindungimu di depan ayahnya. Kami bisa melihat bahwa dia tulus padamu. Kau ini bodoh tapi sangat beruntung.” tambah guru ke-6 Guo Jing seraya tersenyum.

Guo Jing tersenyum lega saat mendengar keenam gurunya tidak membenci Rong’er lagi. 
“Ternyata keenam guru sudah tidak membenci Rong’er lagi. Bagus sekali. Terima kasih pada keenam Guru.” Ujar Guo Jing dengan tersenyum tulus berterima kasih karena guru-gurunya tak lagi membenci gadis yang dicintainya.

Akhirnya setelah pamit kepada keenam gurunya, Guo Jing dan Yang Kang melanjutkan perjalanan mereka untuk mencari Wan Yen Hong Lieh. Di tengah perjalanan, kedua pemuda itu mengalami kejadian yang cukup aneh. Ke manapun mereka pergi, sudah ada seseorang yang diam-diam menyiapkan kamar serta membayar semua makanan mereka. Orang itu sengaja datang lebih dulu untuk menyiapkan kamar dan makanan untuk Guo Jing dan Yang Kang.

Awalnya baik Guo Jing dan Yang Kang berpikir bahwa orang itu adalah Ketua Lu Chen Feng yang ingin menjamu tamu hingga akhir. Namun akhirnya Guo Jing menyadari bahwa orang yang diam-diam menyiapkan semua ini untuk mereka bukanlah Ketua Lu melainkan kekasihnya, Huang Rong.



“Bukankah ini Ayam Pengemis?” ujar Guo Jing saat melihat masakan “Ayam Pengemis” dihidangkan di hadapan mereka.

Dia dengan gembira memakannya, karena “Ayam Pengemis” ini adalah salah satu menu makanan favoritnya. Setelah menggigit dan memakannya, Guo Jing barulah menyadari bila “Ayam Pengemis” ini adalah makanan yang dimasak sendiri oleh kekasih kecilnya, Huang Rong.


( Note : Mungkin Huang Rong meminta ijin kepada pelayan restoran untuk memasaknya sendiri dan menyuruh mereka menyimpannya, barulah setelah Guo Jing dan Yang Kang tiba di sana, pelayan tersebut diminta untuk menghangatkan dan menghidangkannya)


“Kenapa?” tanya Yang Kang saat melihat ekspresi Guo Jing yang aneh. 
“Adik Kang, aku akhirnya tahu kalau yang menjamu kita selama  beberapa hari ini bukanlah Ketua Lu.” Ujar Guo Jing dengan yakin.

( Note : William Yang Xuwen kalau makan ganteng juga loh. Duh, ganteng mah ganteng aja, walau makanpun tetap ganteng ^_^)


“Kenapa bicara seperti ini? Kalau bukan Ketua Lu, lalu siapa lagi?” tanya Yang Kang, ikut penasaran. 

“Kau lihatlah. Beberapa hari ini, setiap menu yang dihidangkan pastilah ada satu atau dua menu yang merupakan makanan kesukaanku. Saat itu aku sudah bertanya-tanya, bagaimana Ketua Lu bisa mengetahui seleraku? Tapi akhirnya setelah makan “Ayam Pengemis” ini, aku akhirnya tahu, ini adalah perbuatan Rong’er.” Jawab Guo Jing dengan tersenyum gembira.


( Note : Yah iyalah, yang ngerti seleranya Guo Jing dan tahu banget makanan favoritnya sudah pasti pacarnya dong, masak iya orang yang baru kenal kayak ketua Lu tahu makanan favoritnya Guo Jing sih? Tapi btw, anyway, busway, William ganteng banget kalau lagi senyum. I love his boyish looks. Umurnya 22 tahun tapi wajahnya masih cocok berperan menjadi pemuda lugu berusia 18 tahun. Wajahnya imut-imut kayak remaja 18 tahun. Pas banget dengan karakter Guo Jing yang diperankannya. Jie-jie Liana jadi kesengsem liatnya hihihi ^_^)


“Ternyata Nona Huang. Dia sangat baik padamu,” jawab Yang Kang dengan ekspresi iri di matanya. Tapi Guo Jing tidak menyadari tatapan penuh iri hati Yang Kang kepadanya karena fokus Guo Jing hanya pada kekasihnya.

“Rong’er bukankah sudah kembali ke Pulau Persik? Jangan-jangan dia kabur lagi.” ujarnya penasaran, namun dengan tersenyum gembira.


“Kakak, kau sungguh beruntung. Dia putri kesayangan Ketua Pulau Persik, Huang Yao Shi. Kau hampir menjadi menantu Huang Yao Shi.” Ujar Yang Kang, masih penuh kecemburuan.

Tapi lagi-lagi Guo Jing tidak menyadari kalimat penuh iri hati Yang Kang karena terfokus pada kekasihnya. Guo Jing seolah sudah bisa menebak bahwa Rong’er pasti akan menunggu mereka di Bao Ying untuk mempersiapkan semuanya. Ingin bertemu Rong’er karena sudah beberapa hari mereka berpisah, Guo Jing memutuskan untuk pergi ke Bao Ying mendahului kekasihnya.

“Kelihatannya Rong’er pasti akan pergi ke Bao Ying untuk mempersiapkan semuanya untukku. Adik Kang, aku pergi lebih dulu ke Bao Ying. Setelah bertemu Rong’er, kita baru bicara.” Ujar Guo Jing dengan gembira, lalu segera berdiri untuk pergi ke kota berikutnya. Namun sebelum pergi, dia tampak masih mencomot sebuah paha ayam untuk bekal perjalanan.


( Note : Kali ini Guo Jing pinter banget. Kamu gak bodoh kok, Jing Gege. Cuma mungkin agak lola dikit. Buktinya Jing Gege bisa nebak kalau Rong’er pasti akan menuju kota Bao Ying untuk menunggunya di sana)

Guo Jing akhirnya sampai di kota Bao Ying, dia segera memesan kamar di penginapan yang paling besar dan mahal di kota Bao Ying dan meminta kamar yang paling dekat dengan counter pemesanan kamar (macem resepsionis gitu deh. Gak tahu namanya ^_^)

Guo Jing duduk di kamarnya seraya menggenggam mainan wayang golek yang dibelinya bersama Rong’er, menunggu dengan gelisah sang kekasih menampakkan dirinya.

 

“Rong’er, kau seharusnya akan datang, kan? Kita berdua sudah lama tak bertemu.” Guo Jing bergumam pada dirinya sendiri seraya menggenggam mainan wayang goleknya. Mereka baru berpisah beberapa hari, tapi rasanya bagaikan beberapa tahun. Guo Jing merasa sudah sangat merindukan gadis itu.

Tak lama kemudian, dia mendengar suara Huang Rong datang untuk memesankan kamar dan makanan untuknya, gadis itu juga terlihat memberikan beberapa tael kepada pemilik penginapan.

“Pendekar Guo ini bertubuh besar dan tinggi, juga menunggangi seekor kuda merah. Dia datang bersama seorang pria bermarga Yang. Tolong siapkan kamar terbaik untuk mereka berdua, juga makanan yang paling enak. Jangan lupa menu ayam jamur untuknya,” ujar Huang Rong seraya memberi perintah.


Guo Jing tersenyum gembira melihat sang kekasih akhirnya muncul juga. 
“Beruntung aku tidak membawa kuda merah masuk. Kalau tidak, pasti akan ketahuan Rong’er.” Ujar Guo Jing dalam hati.

( Note : tuh, kan? Guo Jing itu gak bodoh kok. Buktinya dia pinter banget, tahu kalau bawa kuda merah masuk nanti pasti akan ketahuan Rong’er. Kalau bener-bener bego kan mana mungkin kepikiran seperti itu? Guo Jing dalam novel pun sebenarnya gak bodoh, HANYA LAMBAT mikirnya.)

Diam-diam Guo Jing mengikuti Huang Rong yang berjalan ke tengah hutan. Di dalam hutan itu, Huang Rong bermain masak-masakan. Dia meletakkan bunga-bunga kecil ke dalam dua buah mangkuk mungil yang terbuat dari tanah liat seolah-olah itu adalah makanan.


“Jing Gege, apa kau sudah lapar? Rong’er sudah buat banyak makanan enak. Rong’er tahu kau suka makan yang besar. Ini untukmu makan. Jing Gege, kau ada di mana sekarang? Rong’er sungguh ingin memasakkan sesuatu yang enak untukmu. Jing Gege, Rong’er sangat rindu padamu,” ujar Huang Rong, bergumam sendiri pada mainan wayangnya.


Tiba-tiba saja Guo Jing muncul dari arah belakang dan menjawab pertanyaannya, seraya mengulurkan mainan wayang miliknya. 
“Baik. Aku juga ingin makan masakan Rong’er.” Ujar Guo Jing lembut dari arah belakang.


Huang Rong tampak terkejut. Dia spontan berdiri dan memeluk kekasihnya erat. 
“Jing Gege, Rong’er sangat merindukanmu.” Ujarnya sambil menangis. 
“Aku juga sangat merindukanmu.” Jawab Guo Jing, seraya memeluk gadis itu erat.


Sepasang kekasih itu berpelukan erat selama beberapa saat, hingga akhirnya Huang Rong yang lebih dulu melepaskan pelukannya dan bertanya dengan khawatir. 
“Jing Gege, kenapa kau bisa ada di sini?” tanyanya penasaran. 
“Aku mengikutimu dari penginapan,” jawab Guo Jing jujur.

“Apa kau ini bodoh? Kau tahu aku bersembunyi darimu, kenapa malah mengikutiku? Jika ayahku tahu kita bersama, ayah pasti akan membunuhmu,” ujar Huang Rong, gembira namun juga merasa cemas. 
“Aku tahu.” Jawab Guo Jing singkat.

“Apa kau memang benar-benar bodoh? Sudah tahu tapi kenapa masih mengikutiku?” ujar Huang Rong, kesal dengan Guo Jing yang keras kepala.

“Jika tak ada Rong’er, aku hidup atau mati tak ada bedanya.” Jawab Guo Jing, membuat Huang Rong semakin tersentuh. 
“Jing Gege...” Huang Rong tak bisa berkata-kata dan kembali memeluknya kekasihnya erat.


( Note : duh, mau dong jadi Huang Rong, peluk-peluk mulu hihihi ^_^ Kalau aku jadi Huang Rong, aku sengaja bikin salah biar diulangi lagi, lagi dan lagi. Terus besoknya dipecat karena ngehabisin pita karena cut mulu hahaha ^_^)

Guo Jing tampak tersenyum gembira karena bisa merasakan kembali Rong’er berada dalam pelukannya. Sepertinya sudah lama mereka tidak berpelukan. Guo Jing pun memeluk kekasihnya semakin erat dengan sebuah senyuman bahagia di wajahnya.


( Note : perasaan nih William kalau adegan pelukan seperti “diprekes” gitu ceweknya. Bahasa Indonesianya apaan, ya? Dipeluk erat banget mungkin, ya *thinkhard* Pokoknya orang Jatim bilang “diprekes”, dipeluk erat kayak gak mau nglepasin. Seolah-olah menikmati banget gitu adegan pelukannya sama Li Yi Tong. Mau dong dipeluk kayak gitu sama William. Bikin iri aja nih Li Yi Tong 0__0  Mana adegan ini pelukannya lama dan banyak pula, 3 kali men...)

“Rong’er, aku tahu aku bodoh. Bahkan guruku berkata, aku walau bodoh namun sangat beruntung. Mereka melihatmu sangat baik padaku, mereka semua ikut senang untukku. Pandangan terhadapmu juga sudah berbeda dengan dulu.” Ujar Guo Jing dengan tersenyum gembira seraya semakin mengeratkan pelukannya. Hingga lagi-lagi Huang Rong yang lebih dulu melepaskan pelukannya.


(Note : Si Guo Jing pengennya peluk-peluk terus nih, karena yang lebih dulu melepaskan pelukan justru selalu Huang Rong-nya. Mungkin William Yang pengen cari kesempatan dalam kesempitan hihihi ^_^

“Kalau begitu, apa hanya gurumu yang merasa aku baik? Kalau kau?” ujar Huang Rong, mencoba memancing Guo Jing mengungkapkan isi hatinya.

(Note: Walaupun dia tahu sendiri kalau Guo Jing sudah pernah mengungkapkan isi hatinya dan pernah mengatakan langsung di depan Huang Rong kalau orang yang Guo Jing cintai adalah Huang Rong, tapi namanya juga wanita, pasti pengennya denger lagi dan lagi hihihi ^_^)

“Rong’er, semua kebaikanmu padaku, akan selalu kuingat dalam hatiku,” jawab Guo Jing seraya mengenggam tangan Rong’er dan meletakkannya di depan dadanya.

Huang Rong mengangguk senang dan kembali memeluk Guo Jing. Huang Rong menyandarkan kepalanya di dada Guo Jing yang bidang.


Guo Jing tampak tersenyum malu-malu namun kemudian dia mengangkat sebelah tangannya dan memeluk pundak kekasihnya. (Duh, lagi-lagi senyumnya William Yang Xuwen bikin meleleh )

Sepasang kekasih itu saling berpelukan mesra beberapa saat hingga akhirnya sebuah suara guntur membuat Guo Jing melepaskan pelukannya. 

 

“Rong’er, sepertinya akan turun hujan,” ujarnya seraya melihat ke arah langit yang mulai gelap dan menurunkan tangannya yang tadi memeluk Huang Rong. Huang Rong tampak enggan menjauhkan tubuhnya dari sang kekasih, namun dia juga menoleh ke arah langit dan menyadari jika langit mendadak mendung.

“Saat dalam perjalanan kemari, aku melihat sebuah kuil tua yang kosong. Kita berdua bisa berteduh di sana,” ajak Guo Jing. Huang Rong hanya mengangguk tanpa kata seraya tersenyum aneh, setengah melamun karena terlalu gembira dapat kembali bersama kekasihnya. Guo Jing berjalan lebih dulu, namun dia sadar Huang Rong tidak berjalan mengikutinya.

Guo Jing yang takut hujan akan segera turun segera berbalik dan menarik tangan Huang Rong tak sabar, “Cepatlah, Rong’er!” ujarnya seraya menggandeng Huang Rong pergi.

Mereka sampai di depan kuil kosong sudah dalam keadaan basah kuyup karena hujan sudah terlanjur turun. Saat berdiri di depan pintu kuil dan berencana melangkah masuk, Guo Jing dan Huang Rong tak sengaja mendengar percakapan beberapa orang pengemis berbaju kotor yang sedang membicarakan tentang seorang gadis cantik di sebuah toko pegadaian. 

Guo Jing dan Huang Rong saling memandang dengan curiga, berpikir bahwa para pengemis tersebut ingin berbuat jahat kepada gadis di toko pegadaian tersebut. Akhirnya mereka memutuskan untuk mengikuti para pengemis tersebut untuk mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Adegan berikutnya, Pengemis Utara – Hong Chi Khong  akhirnya bersedia mengangkat Guo Jing sebagai muridnya dan mengajarkan 3 jurus terakhir dari “18 Jurus Penakluk Naga” untuk menghadapi si blangsak jelek, Ou Yang Khe. Yeeeyyy...”18 Jurus Penakluk Naga” akhirnya komplit ^_^

Berikutnya : Episode 18

Blogger Opinion : 
Salah satu alasan yang membuatku sangat sangat menyukai “Legend Of The Condor Heroes 2017” ini adalah banyaknya adegan pelukan. Maklumlah, sebagai penggemar Guo Jing, yang baik menurut novel ataupun melihat versi-versi remake sebelumnya, minim sekali adegan romantis antara Guo Jing dan Huang Rong sehingga membuatku merasa  “HAUS” dengan adegan mesra antara kedua tokoh utama.

Karakter Guo Jing adalah seorang pemuda yang lugu dan polos, sedangkan karakter Huang Rong adalah seorang gadis yang cantik dan cerdas, namun walaupun cerdas, Huang Rong juga merupakan gadis yang polos mengingat usianya masih sangat belia (15 tahun dalam novel). Huang Rong juga tumbuh tanpa bimbingan sang Ibu, jadi wajar saja jika Huang Rong sama sekali TIDAK MENGERTI tentang hubungan antara pria dan wanita. Seorang anak perempuan bertanya mengenai hal seperti ini pada ayahnya pasti sangat risih, benar kan?

Dalam hal ini, Huang Rong dan Guo Jing sama-sama masih sangat polos dan lugu. Cara berpikir mereka masih seperti anak-anak yang polos. Maklum juga karena mereka memang masih remaja.

Dalam novelpun, baik Guo Jing dan Huang Rong sama-sama berpikir jika seorang bayi keluar dari dalam batu (saking polosnya ^_^). Cara pacaran Guo Jing dan Huang Rong pun masih polos, mereka berdua hanya berani bergandengan tangan dan berpelukan.


Jangankan seperti Yang Guo (Yoko) dan Xiao Long Ni yang sudah berani ciuman bibir klamut-klamut (seperti dalam ROCH 2014 yang gak sengaja lewat di beranda IG-ku), untuk mencium pipi Huang Rong saja Guo Jing tak berani.

Jadi memang dalam serial “Legend Of The Condor Heroes” ini SANGAT MINIM INTIMASI. Itulah yang membuatku sangat HAUS adegan intim antara Guo Jing dan Huang Rong. Karena ciuman sudah tidak mungkin mengingat dalam novelpun tak ada adegan ciuman, jadi setidaknya aku berharap ada lebih banyak lagi adegan pelukan. Masak kalah sama Yang Kang (Yokang) yang bahkan menghamili Mu Nian Chi di luar nikah?

Eeiittt...Guo Jing kan bukan bajingan tengik kayak Yang Kang, ya? Jangan disamain untuk hal beginian dong! Tapi setidaknya “kissing lips” kayak Yang Guo (Yoko) dan Xiao Long Ni lah. Yang ini sayangnya juga gak akan mungkin pernah dalam versi tahun berapa pun, karena gak sesuai dengan karakternya Guo Jing yang polos, lugu dan pria baik-baik yang gak suka mengambil keuntungan dari seorang wanita.

Guo Jing hanya akan “menyentuh” kekasihnya bila mereka sudah resmi menikah. Kalau masih pacaran, cukup pegangan tangan dan pelukan aja hehehe ^_^ Itu sebabnya Guo Jing adalah karakter favoritku sepanjang masa, karena selain Pahlawan Sejati, Guo Jing juga pria sejati yang sudah sangat jarang ditemui di dunia nyata ini.

Karena adegan intim, like kissing lips uda gak mungkin, jadi adegan pelukan adalah satu-satunya harapan. Versi 1994, sejauh yang kuingat hanya ada dua kali adegan pelukan antara Julian Cheung dan Athena Chu, sisanya adalah hanya bergandengan tangan. Bahkan adegan menyandarkan kepala di bahu Guo Jing pun hanya ada sekitar dua kali juga. Di versi 2008 setidaknya adegan pelukan ada sekitar 4-5 kali kalau gak salah ingat. Masih lebih banyak dari versi 1994. Tapi karena LOCH 2008 BUKAN FAVORITKU karena gak suka dengan Ariel Lin yang ketembemen (terlalu tembem/gendut) jadi kurang ada feelnya 0__0

Syukurlah Tuhan menjawab doa’ku. Aku selalu berdoa agar kelak ada versi adaptasi terbaru LOCH dengan pemeran Guo Jing berwajah tampan dan masih muda untuk mengembalikan image Guo Jing-nya Julian Cheung yang sukses dirusak oleh Li Ya Pheng dan Hu Ge, hingga akhirnya muncullah William Yang Xuwen sebagai jawaban atas doaku hehehe ^_^ Ganteng dan masih muda, image Guo Jing akhirnya kembali di tangan William Yang Xuwen.

Lalu juga mengenai adegan romantis yang lebih banyak. Tuhan juga mengabulkan doaku melalui versi terbaru LOCH 2017 ini. Sangat senang sekali saat mengetahui bahwa adegan pelukan di versi ini adalah adegan pelukan terbanyak dari semua versi yang ada.

Kemudian juga mengenai karakter Guo Jing yang lebih romantis. Lagi-lagi doaku terjawab melalui versi LOCH 2017 yang dibintangi oleh William Yang Xuwen dan Li Yi Tong ini. Guo Jing-nya William Yang tampak lebih romantis daripada para pendahulunya. Dia selalu cemburu setiap kali Ou Yang Khe muncul dan menggoda kekasihnya tercinta.

Guo Jing-nya William Yang juga secara khusus datang ke Pulau Persik untuk melamar Huang Rong. Tidak seperti versi sebelumnya di mana Guo Jing melamar Huang Rong karena melihat Ou Yang Khe lebih dulu datang melamar, dan karena tidak ingin Huang Rong direbut orang, maka diapun ikut melamar. Jadi bukan inisiatif sendiri, gitu. Melainkan lebih seperti, “Sesuatu akan terasa lebih berharga ketika sudah direbut orang." 

Kalau Guo Jing-nya William, sebelum Ou Yang Khe datang melamar, dia lebih dulu berkata pada Huang Rong, “Aku tak mau pergi! Aku sudah putuskan aku ingin melamarmu!”

So sweet, kan? Gimana gak jatuh cintrong tuh sama Guo Jing versi ini? Uda ganteng, tinggi, masih muda, romantis pula. Jangankan Huang Rong dan Putri Mongol, bloggernya aja jatuh hati ^_^

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads