Masih dengan tema yang sama yaitu
“Melamar Ke Pulau Persik”. Akhirnya Guo Jing mendapatkan dukungan dari sang
guru yaitu Pengemis Utara, Hong Chi Khong yang sengaja datang ke Pulau Persik
untuk memenuhi panggilang sang murid tersayang. Masih ingat dong ya saat
episode 20 di mana Guo Jing diajari cara melamar yang benar oleh Bocah Tua
Nakal? Saat itu Bocah Tua Nakal mengajari Guo Jing jika ingin menikahi anak
gadis orang maka dia harus melamar secara sopan kepada orang tua si gadis
dengan membawa orang tua atau wali untuk melamar secara pantas. Karena ayah Guo
Jing sudah meninggal dan sang Ibu berada di Gurun yang sangat jauh dari Pulau
Persik, jadi sang guru adalah satu-satunya yang tersisa sekarang.
Guo Jing yang tidak sebodoh yang
dipikirkan orang lain akhirnya lebih
memilih memanggil gurunya Hong Chi Khong daripada 7 Pendekar Jiang Nan,
mengingat Pengemis Utara Hong Chi Khong dan Sesat Timur Huang Yao Shi berada di
level yang sama, jadi besar kemungkinan bahwa dengan memandang sang guru, Huang
Yao Shi akan memberi Guo Jing kesempatan untuk melamar dan memberinya ijin
untuk berpacaran dengan Huang Rong. Dan ternyata prediksinya benar.
Namun walau
begitu, jalan Guo Jing untuk meminang Huang Rong tidaklah mudah karena mendapat
tantangan dari Ou Yang Khe yang juga berniat untuk melamar. Episode kali ini,
tibalah saat bagi Huang Yao Shi untuk memilih menantu yang kelak akan
dijodohkan dengan putrinya. Guo Jing vs Ou Yang Khe Part 3. Walau tahu bahwa
pemenangnya adalah Guo Jing tapi tidak ada salahnya kita simak kisahnya berikut
ini...
Dan kisahpun berlanjut...
Bocah
Tua Nakal tak sengaja mendengar obrolan antara Ou Yang Feng dan Ou Yang Khe
yang datang ke Pulau Persik dengan tujuan sebenarnya adalah merebut Kitab 9
Bulan yang ada pada Huang Yao Shi, jadi bukan murni ingin melamar Huang Rong,
tapi adalah misi terselubung di balik agenda lamaran tersebut.
Ou
Yang Khe berkata bahwa satu-satunya cara agar dapat merebut Kitab 9 Bulan tanpa
perlu menghabiskan tenaga untuk bertarung dengan si Sesat Timur adalah dengan
menjadi menantunya. Jika Ou Yang Khe menjadi menantu Sesat Timur maka secara
otomatis Huang Yao Shi pasti akan bersedia berbagi Kitab 9 Bulan tersebut dan
mengajarkannya pada menantunya kelak.
Note
: Kitab 9 Bulan yang ada di tangan Huang Yao Shi adalah jilid Kedua yang dicuri
oleh Mei Chao Feng dan Chen Xuan Feng. Karena kitab tersebut telah dicuri oleh
Mei Chao Feng dan suaminya jadi Feng Heng (Ibu Huang Rong) kembali menyalin
kitab yang dicuri tersebut demi agar suaminya tidak marah. Dan karena kelelahan
akibat menyalin kitab tersebutlah, Ibu Huang Rong akhirnya meninggal setelah
melahirkan putri semata wayangnya. Sementara Kitab 9 Bulan Jilid 1 ada di
tangan Bocah Tua Nakal yang disimpan di dalam gua Hutan Persik. Namun kini baik
Kitab 9 Bulan Jilid 1 maupun Jilid 2 telah dipelajari oleh Guo Jing secara
lengkap. Kitab 9 Bulan Jilid 2 tersebut ditulis di atas kulit dada Chen Xuan
Feng yang dijadikan pembungkus belati Guo Jing dan dicuri kembali oleh Guru
Kedua Guo Jing, si Pelajar Bertangan Cepat saat di Wisma Awan.
Bocah
Tua Nakal yang mendengar tentang konspirasi tersebut segera melaporkannya pada
Guo Jing dan Huang Rong. Saat itu, sepasang kekasih yang saling merindukan itu
sedang asyik-asyiknya berpelukan dan kangen-kangenan saat tiba-tiba Bocah Tua
Nakal menerobos masuk ke kamar Guo Jing dan menangkap basah Guo Jing dan Huang
Rong sedang bermesraan.
“Rong’er,
kau tenang saja. Walau ayahmu memukulku sampai mati, aku tidak akan membiarkanmu
menikah dengan Ou Yang Khe.” Ujar Guo Jing penuh tekad, seraya menarik Huang
Rong ke dalam pelukannya dan memeluknya erat. Seolah takut gadis itu akan
hilang dan direbut orang bila lepas dari pelukannya.
Saat
sedang asyik berpelukan itulah, Bocah Tua Nakal menerobos masuk ke kamar Guo
Jing dan meledek adik angkatnya. Guo Jing dan Huang Rong spontan menjauhkan
diri mereka dengan malu-malu, karena tertangkap basah sedang bermesraan.
Note
: Nih Bocah Tua Nakal gangguin orang pacaran aja deh *jitak Bocah Tua Nakal*
Tapi nih anak gadis masuk ke kamar seorang pria dan peluk-pelukan, walau sama
pacarnya sendiri, tapi kalau tertangkap basah oleh Huang Yao Shi gimana?
Bisa-bisa Huang Yao Shi makin gak suka sama Guo Jing karena mikir kalau Guo
Jing uda berani pegang-pegang alias peluk-peluk anak gadisnya, di dalam
kamarnya Guo Jing pula. Untung aja yang menangkap basah mereka pelukan si Bocah
Tua Nakal.
“Kakak
Chou.” Ujar Guo Jing terkejut. Huang Rong hanya mengerucutkan bibirnya malu dan
kesal karena moment kangen-kangenannya diganggu orang.
“Otak
Kayu, kau seperti memungut harta saja. Peluk begitu erat.” Sindir Bocah Tua
Nakal pada Guo Jing, mengomentari kemesraan sepasang kekasih kecil itu.
Lalu
kemudian Bocah Tua Nakal menceritakan apa yang didengarnya dari Ou Yang Feng
dan Ou Yang Khe tentang rencana menikahi Huang Rong yang hanya kedok semata
karena tujuan utama mereka adalah merebut Kitab 9 Bulan Jilid Kedua yang ada di
tangan Huang Yao Shi.
Bocah
Tua Nakal kemudian menyuruh Guo Jing dan Huang Rong melarikan diri bersama.
Huang Rong curiga kenapa Bocah Tua Nakal membantu mereka padahal yang dia tahu,
Bocah Tua Nakal tidak menyukai ayahnya.
Bocah Tua Nakal menjawab bahwa dia
hanya menentang Huang Yao Shi bukan Huang Rong, dia tak punya alasan untuk membenci
Huang Rong karena Huang Rong hanyalah seorang gadis kecil yang tidak tahu
apa-apa.
Bocah Tua Nakal juga menjawab bahwa jika adik angkatnya yang bodoh
ini, Guo Jing kawin lari bersama putri kesayangannya, Huang Yao Shi pasti akan
marah hingga gila dan membayangkannya saja dia sudah sangat gembira.
Guo
Jing yang baik menolak untuk pergi dan mengusulkan agar mereka memberitahu ayah
Huang Rong tentang motif terselubung si Racun Barat datang melamar. Huang Rong
pun setuju bahwa mereka tidak perlu takut pada si Racun Barat karena sudah ada
Guru mereka yaitu Pengemis Utara yang datang untuk membantu. (Ya jelas Guo Jing menolak pergi lah, dia kan pengen melamar baik-baik bukan kawin lari sama anak gadis orang)
Bocah
Tua Nakal akhirnya kabur melalui jendela kayu kamar Guo Jing saat mendengar
suara Ou Yang Feng memanggilnya. Guo Jing yang tahu bahwa Bocah Tua Nakal akan
bertarung dengan Racun Barat segera berlari keluar untuk melihat. Huang Rong
pun ikut serta.
Terjadi
duel antara Racun Barat dan Bocah Tua Nakal, dan Bocah Tua Nakal tak sengaja
menggunakan ilmu 9 Bulan. Sadar bahwa dia telah tak sengaja melanggar sumpahnya
pada kakak seperguruannya, Bocah Tua Nakal melarikan diri dan tak mau bertarung
lagi. Racun Barat ingin mengejar tapi Pengemis Utara menghalangi.
“Sepertinya
ada yang ingin membunuh untuk menutup mulut.” Sindir Huang Rong pada Ou Yang
Khe. Mereka semua kini sudah ada di beranda Rumah persik.
“Rong’er,
kau jangan dengarkan apa katanya. Aku sangat tulus ingin menikah denganmu. Kau
harus percaya padaku.” Ou Yang Khe membela diri.
Note
: Dia memang aslinya suka kok, hanya saja Ou Yang Khe terlaiu serakah, karena
selain ingin menikahi Huang Rong, dia juga ingin mendapatkan Kitab 9 Bulan
untuk pamannya. Jadi si Ou Yang Khe ini pengennya “Sekali Mendayung Dua Pulau
Terlampaui” atau “Sambil Menyelam Minum Air”. Coba niatnya hanya ingin menikahi
Huang Rong dengan tulus tanpa misi terselubung ingin mendapatkan Kitab 9 Bulan
juga, mungkin penonton sepertiku bisa sedikit simpati pada Ou Yang Khe.
Sayangnya, dia punya misi terselubung jadi agenda melamar terkesan hanya kedok
semata. Kalau Guo Jing kan tulus cinta, tanpa agenda terselubung apa pun, dia
hanya ingin menikahi Huang Rong dan bersama gadis itu selamanya, sebodo amat
sama Kitab 9 Bulan.
“Apa
kau pantas memanggilku Rong’er?” sindir Huang Rong sinis.
“Saudara
Yao, kau lihatlah mereka. Keponakanku dan putrimu memang serasi. Setiap bertemu
pasti bertengkar, itu adalah tanda sayang. Kelak setelah mereka menikah, kau
harus memberikan lebih banyak perhatian.” Ujar Racun Barat, seolah-olah Huang
Yao Shi telah memberikan restunya.
“Setelah
menikah? Apanya yang setelah menikah? Tak lihat Pengemis Tua ada di sini?”
Pengemis Tua spontan menyuarakan keberatannya.
“Saudara
Chi, ini adalah masalah pribadiku dengan Saudara Yao. Kau tidak usah ikut
campur.” Ujar Racun Barat mengingatkan.
“Kau
ada masalah pribadi, aku juga punya masalah pribadi. Kau tak mau aku ikut
campur, aku juga tak mau kau ikut campur. Siapa yang tidak boleh ikut campur,
masih belum jelas saat ini.” jawab Pengemis Tua tak peduli.
“Saudara
Yao, aku punya satu permintaan padamu.” Lanjut Hong Chi Khong pada Huang Yao
Shi.
“Saudara
Chi ada perintah apa, katakan saja. Hubungan persaudaraan puluhan tahun, Kakak
ada permintaan, adik tak berani menolak.” Jawab Huang Yao Shi merendah.
“Jangan
cepat menyetujui, hal ini tidak sederhana.” Jawab Pengemis Tua mengingatkan
dulu.
“Jika
itu hal yang mudah, Saudara Chi takkan jauh-jauh datang ke Pulau Persik
mencariku.” Jawab Huang Yao Shi.
“Baik.
Ini baru saudara yang baik. Jadi kau sudah setuju?” pancing Hong Chi Khong.
“Aku
janji.” Jawab Huang Yao Shi berjanji akan mengabulkan permintaan Hong Chi
Khong.
Guo
Jing dan Huang Rong saling pandang dengan tersenyum gembira karena tahu maksud
sang Guru. Tapi Racun Barat juga tidak bodoh, dia bisa mencium ada sesuatu yang
tidak beres di sini.
“Saudara
Yao, tunggu! Jangan buru-buru menyetujui. Lebih baik dengarkan dulu apa yang
akan dikatakan Saudara Chi.” Ujar Racun Barat tampak waspada.
“Racun
Tua, kau tak perlu repot-repot memikirkannya. Kau cukup siap-siap menghadiri
undangan.” Jawab Pengemis Tua dengan percaya diri.
“Undangan
apa?” tanya Racun Barat tak mengerti.
“Undangan
apa? Kau lihat! Mereka berdua adalah muridku. Hari ini aku ingin meminta
Saudara Yao ijinkan mereka berdua untuk menikah. Saudara Yao tadi sudah setuju,
benarkan? Semua sudah mendengarnya.” ujar Pengemis Tua seraya melirik kedua
muridnya yang mengangguk dengan gembira.
“Saudara
Chi, itu tidak mungkin. Saudara Yao sudah jodohkan Putrinya dengan keponakanku.
Hari ini kami datang kemari ingin menyerahkan mas kawin.” Jawab Racun Barat
dengan kepercayaan dirinya.
“Saudara
Chi, kau tidak sedang bercanda, kan?” tanya Huang Yao Shi mengkonfirmasi.
“Siapa
yang bercanda denganmu?” jawab Pengemis Tua tak mau kalah.
“Satu
Putri dipinang oleh dua pria, semuanya ada ijin dari orang tua. Hari ini aku
adalah wali dari Guo Jing untuk melamar.” Lanjut Pengemis Tua, menjelaskan
maksud kedatanganya ke Pulau Persik yaitu melamar Huang Rong untuk Guo Jing.
“Saudara Yao sudah setuju untuk menjodohkan putrinya pada keponakanku. Masih
butuh apalagi?” jawab Racun Barat dengan penuh percaya diri.
“Saudara
Yao setuju, tapi aku Pengemis Tua tidak setuju.” Jawab Pengemis Tua, tak mau
menyerah.
“Jadi
kau sengaja ingin menentangku, Ou Yang Feng?” tantang Si Racun Barat, Ou Yang
Feng.
“Kalau
iya memangnya kenapa?” Pengemis Utara menjawab tantangan tersebut.
“Jing’er,
Rong’er tutup telinga kalian.” Perintah Hong Chi Khong pada kedua muridnya.
Dan
terjadilah pertarungan yang hebat adu tenaga dalam antara Hong Chi Khong vs Ou
Yang Feng, ditambah dengan Huang Yao Shi yang ingin menengahi. Tenaga dalam Guo
Jing sangat kuat (sejak dia meminum darah ular di Istana Chao) jadi dia tidak
terpengaruh oleh alunan suara musik dari ketiga pendekar tersebut. Tapi Ou Yang
Khe tidak.
Ou
Yang Khe berpikir Guo Jing ingin mencari perhatian dari Huang Rong dan ayahnya
agar tampak hebat. Itu sebabnya dia berniat menyerang Guo Jing diam-diam untuk
melampiaskan kekesalannya. Guo Jing yang menyadari hal tersebut, lebih dulu
memukul Ou Yang Khe dan membuatnya terluka dalam (untunglah tidak parah). Melihat
Ou Yang Khe terluka, Ou Yang Feng menarik diri dari pertarungan.
Huang
Yao Shi yang melihat bahwa kedua Pendekar Hebat tersebut sama-sama tak mau
mengalah dan pasti akan menghabiskan beribu-ribu jurus serta pertarungan
berhari-hari lamanya untuk menentukan pemenangnya, jadi dia memutuskan untuk
mengadakan Pertandingan 3 Babak Memilih Menantu.
“Hari
ini kalian berdua sudah memandangku, sama-sama datang kemari untuk melamar. Aku
sangat tersanjung. Jika kalian beradu jurus, aku lihat setidaknya ribuan jurus
baru bisa bedakan pemenangnya. Di samping itu, Pertandingan di Gunung Hua juga
tak lama lagi. Adik punya usul, entah kalian mau menerimanya atau tidak.” Ujar
Huang Yao Shi mencoba mencari jalan keluar.
“Aku
akan mengadakan Pertandingan 3 Babak untuk memilih menantu. Siapa yang lebih
unggul, aku akan jodohkan putriku padanya.” Lanjut Huang Yao Shi.
Akhirnya
diadakanlah pertandingan 3 Babak untuk memilih menantu antara Guo Jing vs Ou
Yang Khe. Siapapun pemenangnya, dialah yang akan dijadikan menantu oleh Huang
Yao Shi dan berhak menikahi Huang Rong.
“Besok
Kakak Jing akan bertanding dengan Ou Yang Khe. Ayah tak suka Kakak Jing. Ayah
pasti akan mencari cara untuk menyusahkannya. Jika Kakak Jing kalah, kami
takkan bisa bersama lagi. Bagaimana ini? Alangkah baiknya jika Ibu masih hidup,
Ibu pasti akan pikirkan cara yang baik untukku.” Ujar Huang Rong dalam hati.
Huang
Rong yang tahu bahwa ayahnya tidak menyukai Guo Jing takut ayahnya akan mencari
cara untuk mempersulit sang kekasih. Semalaman dia tidak bisa tidur dan
diam-diam mengunjungi makam sang Ibu. Di sana dia melihat ayahnya bicara pada
mendiang Ibunya.
“Ah
Heng, besok aku akan pilihkan suami untuk Rong’er kita. Kau di sana harus
membantuku memilih yang terbaik untuknya. Aku tahu kau sangat menyayangi putri
kita, aku juga demikian. Aku ingin Rong’er mendapatkan suami yang sempurna,
tapi takdir tidak bisa sesuka keinginan kita. Kita hanya bisa berusaha
semaksimal mungkin.” Ujar Huang Yao Shi pada mendiang sang istri, tanpa tahu
Huang Rong diam-diam menguping.
“Ibu,
kau harus memberkati Kakak Jing.” Doa Huang Rong dalam hati.
Akhirnya
pagi tiba, pertandinganpun dimulai. Tapi sebelum memulai pertandingannya, Huang
Yao Shi memberikan beberapa peraturan terlebih dahulu.
“Hari
ini aku akan pertandingan 3 babak memilih menantu. Siapapun yang menang, aku
akan mengakuinya sebagai menantu dan menjodohkan Rong’er dengannya. Tapi bagi
yang kalah, aku akan mengajarinya ilmu apa pun agar kedatangannya kemari tidak
sia-sia.” Ujar Huang Yao Shi.
“Saudara
Yao, alangkah baiknya jika kau memiliki 2 orang Putri. Jadi dengan begitu
mereka tidak perlu berebut lagi, masing-masing dapat 1.” Ujar Pengemis Utara
dengan nada bercanda.
“Saudara
Chi, kau ini bisa saja.” Jawab Huang Yao Shi dengan tertawa.
Babak
Pertama adalah adu silat di atas pohon persik. Guo Jing melawan Ou Yang Feng
sementara Ou Yang Khe melawan Hong Chi Khong. Peraturannya adalah Senior tidak
boleh melukai junior dan tidak boleh memakai tenaga dalam, dan siapa yang jatuh
lebih dulu ke tanah maka dia yang kalah. Yang bisa bertahan paling lama di atas
pohon, dialah pemenangnya.
Ou
Yang Feng bertindak curang dengan menggunakan tenaga dalam hingga membuat Guo
Jing hampir terjatuh dari atas pohon persik, untunglah dia hanya tersangkut di
antara ranting-ranting pohon persik.
Huang
Rong yang melihat hal itu, spontan memberi semangat pada sang kekasih, “Racun
Tua memakai tenaga dalam. Kakak Jing, hati-hati.” Teriaknya panik saat melihat
Guo Jing hampir terjatuh.
Ou
Yang Khe memanfaatkan kesempatan ini untuk menginjak perut Guo Jing agar Guo
Jing terjatuh ke tanah. Tapi Hong Chi Khong yang melihat sang murid hampir
jatuh segera menarik Guo Jing ke atas dengan tenaga dalamnya.
Huang
Rong yang melihat tim Ou Yang Feng curang, merasa tak terima.
“Ou
Yang Khe, kau Racun Kecil brengsek.” Huang Rong mengumpat kesal lalu segera
mengeluarkan jarum dan melemparkan jarum-jarum tersebut ke arah Ou Yang Khe
dengan ilmu “Langit Penuh Hujan Jarum Emas” yang diajarkan Hong Chi Khong
padanya.
Note
: Di Forum International yang kubaca, semua komentator di sana sangat menyukai
adegan Huang Rong melempar jarum karena terlihat sangat elegan dan berkelas.
Very classy, begitu mereka menyebutnya. Adegan yang tak ada di versi-versi
sebelumnya. Sebenarnya adegan ini ada di novel Revisi terbaru Gramedia 2014
walau urutan adegannya berubah, namun yang pasti juga ada adegan Huang Rong
melempar jarum dan adegan Guo Jing melindungi Huang Rong saat gadis itu
diserang balik oleh Ou Yang Feng yang berusaha menyelamatkan keponakannya.
Adegan seperti di bawah ini.
Ou
Yang Feng yang melihat keponakannya hampir diserang, balik menyerang Huang Rong
dengan menggunakan tenaga dalamnya. Guo Jing yang melihat itu segera berlari ke
arah sang kekasih dan melindunginya.
Dia
tidak ingin melihat gadis yang dicintainya terluka akibat pukulan Ou Yang Feng.
Guo Jing sama sekali tidak peduli bila dia pasti akan terluka atau semacamnya,
karena dalam pikirannya yang sederhana, biar dia saja yang terluka, asalkan
jangan gadis yang dicintainya.
Huang
Yao Shi yang melihat kejadian tersebut spontan menggunakan tenaga dalamnya dan
membantu Guo Jing dari belakang. Setidaknya dengan bantuan Huang Yao Shi,
tenaga yang dikerahkan Ou Yang Feng untuk menyerang Guo Jing terpental
setengahnya. Jika tidak, Guo Jing pasti sudah mati terkena pukulan Ou Yang Feng
saat melindungi kekasihnya, Huang Rong. Sebenarnya, nilai Guo Jing di mata
Huang Yao Shi sudah bertambah.
“Ini
salahku. Aku lepas kendali dan tak sengaja mengerahkan tenaga. Nona Huang, apa
aku melukaimu?” ujar Racun Barat sok perhatian. Huang Rong tak menjawab tapi
dia terlihat kesal.
Huang
Rong mengabaikan pertanyaan Ou Yang Feng dan lebih memilih memberikan perhatian
pada Guo Jing.
Guo
Jing menggeleng pelan dan berpaling pada Huang Yao Shi.
“Terima
kasih Ketua Huang sudah menyelamatkanku.” Ujar Guo Jing dengan sopan.
Walau
sebenarnya Huang Yao Shi-lah yang seharusnya berterima kasih pada Guo Jing
karena telah menyelamatkan nyawa putri semata wayangnya.
Namun
dalam hati, dia merasa kagum dan berterima kasih pada Guo Jing karena bertindak
cepat menyelamatkan putri kesayangannya tanpa mempedulikan nyawanya sendiri. Guo
Jing rela mengorbankan nyawanya untuk Rong’er, sebenarnya itu adalah bukti yang
cukup untuk menunjukkan bahwa Guo Jing tulus mencintai Rong’er. Tapi karena Guo
Jing bodoh dan tidak memiliki latar belakang yang baik, Huang Yao Shi tetap
tidak bisa menerima Guo Jing sebagai menantunya.
Dan
justru inilah yang membuat Guo Jing akhirnya memenangkan babak pertama, karena
Ou Yang Feng telah lebih dulu mengerahkan tenaga dalam dan melukai Guo Jing,
yang mana ini melanggar peraturan.
Guo
Jing dan Huang Rong tersenyum lega karena Guo Jing telah unggul 1-0 atas Ou
Yang Khe. Hong Chi Khong pun turut senang dan bangga untuk kedua muridnya.
Babak
kedua dimulai. Kali ini adu kemampuan musik. Huang Rong yang sempat gembira
karena Guo Jing telah memenangkan babak pertama kembali merasa sedih dan kesal.
Dia merasa sang ayah sengaja mempersulit Guo Jing dengan memilih musik sebagai
pertandingan kedua.
“Ayah,
ayah sengaja ingin mempersulit Kakak Jing, kan? Ayah ingin Kakak Jing kalah.
Kakak Jing tumbuh besar di Gurun, dia mana mungkin mengerti musik?” protes
Huang Rong, membela sang kekasih.
“Ayah
dan ibumu menyukai musik. Menantu masa depan, mana boleh tak mengerti sama
sekali tentang musik? Kecuali salah satu mengaku kalah. Kalau tidak,
pertandingan ini tetap berjalan.” Ujar Huang Yao Shi. Ini kalau lomba seperti
“Keputusan Juri Tidak bisa diganggu gugat."
“Sesat
Tua, tidak boleh seperti ini. Kau ini jelas ingin Jing’er kalah. Sudahlah. Kami
tak ingin bertanding lagi. Jing’er, ayo pergi!” ujar Sang Guru tak terima.
Tapi
Guo Jing menolak untuk menyerah. Dia sudah unggul 1 babak, mana mungkin dia
menyerah begitu saja dan membiarkan gadis yang dicintainya menjadi milik pria
lain? Hati Guo Jing tentu tak bisa menerimanya. Berjuang hingga akhir, itu baru benar.
“Guru, kita ikuti saja apa kata Ketua Huang.
Karena Ayah dan Ibu Rong’er menyukai musik, jadi sudah tentu ada soal seperti
ini. Babak ini, walaupun aku kalah juga tidak masalah. Masih ada 1 babak lagi.
Babak ketiga, aku akan berusaha menang kembali.” Ujar Guo Jing dengan tegas dan
mantap, menolak untuk menyerah sebelum bertanding. Semangat, Jing Gege ^_^ Gak
boleh nyerah sebelum bertanding, ya.
Walau
Guo Jing tak mengerti sama sekali tentang musik, dan buta terhadap nada. Tapi
justru karena kebutaannya tentang musik inilah yang membuatnya sembarangan
mengetuk hingga akhirnya memecah konsentrasi Huang Yao Shi.
Karena nada yang
diketuk Guo Jing bertolak belakang dengan irama musik, jadi alunan suara musik
terdengar amburadul dan membuat Huang Yao Shi kebingungan sendiri. Guo Jing kan
cuma asal ngetuk aja, yang penting ada bunyi yang dihasilkan.
Akhirnya
membuat Huang Yao Shi tanpa sadar menggunakan sedikit tenaga dalamnya demi
untuk “melawan” Guo Jing. Dan tahulah kalau sudah memakai tenaga dalam,
pastilah orang-orang yang punya pikiran jorok/kotor/mesum pasti akan
terpengaruh dan kehilangan akal sehat.
Mereka
seolah melihat halusinasi dan akan dibawa ke sebuah tempat yang tidak
seharusnya. Sama seperti Ou Yang Khe si playboy mesum yang hobi bermain wanita
dan entah berapa banyak wanita yang sudah dia tiduri. Tentu Ou Yang Khe dengan
mudah masuk dalam fase halusinasi dan membayangkan dirinya dikelilingi oleh
para wanita (YANG GAK) cantik.
Note
: Harusnya digambarkan wanita cantik ya, tapi ternyata figurannya malah
jelek-jelek dan gendut. Pemeran wanita penghibur yang akan dicium Ou Yang Khe
jelek dan gendut loh. Masak sama cewek gendut dan jelek gitu terpesona dan
bikin nepsong sampai pengen nyium sih? Seleramu Ou Yang Khe ckckck...Gpp deh,
toh loe juga jelek kan? Sesama orang jelek serasi deh hahaha ^_^
Di
saat Ou Yang Khe masuk dalam fase halusinasi yang membuatnya menari-nari tidak
jelas dan mencium batu, sebaliknya Guo Jing hanya duduk manis dan tenang seraya
memejamkan matanya dan mencoba melawan rasa panas dan dingin yang menjalari
seluruh tubuhnya.
Huang Rong dan Hong Chi Khong tertawa geli melihat Ou Yang Khe yang menari-nari tidak jelas.
Sementara Huang Yao Shi lagi-lagi dibuat terkejut oleh Guo Jing, “Bocah
ini masih muda tapi memiliki pendirian yang sangat kuat.” ujar Huang Yao Shi dalam hati.
Ini
membuktikan bahwa sampai detik inipun, pemuda lugu ini masih tak mengerti
tentang hubungan antara pria dan wanita. Ini juga membuktikan bahwa cinta Guo
Jing pada Rong’er adalah cinta yang polos dan suci (Innocent Love) yang bukan
hanya mengejar fisik (alias hubungan badan semata) melainkan benar-benar dari
dalam hati.
Ou
Yang Feng yang melihat sang keponakan semakin “menggila” karena mencium batu
dan mengira mencium wanita meminta Huang Yao Shi menghentikan babak kedua ini
daripada semakin malu sendiri akibat ulah sang keponakan. Guo Jing pun tampak bingung melihat Ou Yang Khe mencium batu.
Huang
Rong yang mengira bahwa Guo Jing yang menang segera menghampiri sang kekasih
dengan gembira.
Note
: Aslinya sih memang Guo Jing yang menang, tapi karena Guo Jing “bodoh” jadi
akhirnya kemenangannya dibatalkan oleh Huang Yao Shi. Guo Jing “bodoh” karena
tidak mengerti maksud Huang Rong menyuruhnya memberi hormat. Ini namanya kemenangan yang tertunda. Gpp deh, formula semua film apa pun genrenya, "lakon menang keri" (pemeran utama menang belakangan)
“Tak
disangka keponakan Guo mampu membendung alunan suara serulingku.” Huang Yao Shi
berseru kagum.
“Terima
kasih Ketua Huang sudah berbaik hati. Jika Ketua Huang tidak segera menarik
diri, mungkin junior sudah tidak bisa selamat.” Ujar Guo Jing berterima kasih
dengan tulus, sekali lagi menunjukkan kerendahan hatinya.
“Masih
memanggilku Ketua Huang?” ujar Huang Yao Shi.
Sebenarnya
dari kata-kata ini, Huang Yao Shi sudah berniat memenangkan Guo Jing dan
memilih Guo Jing sebagai menantunya. Buktinya dia menyuruh Guo Jing agar jangan
memanggilnya Ketua Huang lagi, melainkan Ayah Mertua. Huang Yao Shi sudah
melihat cinta Guo Jing yang tulus dan baginya itu sudah cukup.
Huang
Rong yang mengerti maksud kalimat ayahnya, segera menyuruh sang kekasih
berlutut dan memberi hormat sebagai menantu. Tapi karena Guo Jing “bodoh” jadi
tidak mengerti arti di balik kalimat tersebut.
“Mengapa
memberi hormat padaku?” tanya Huang Yao Shi, menguji sang calon menantu.
“Tidak
tahu. Rong’er yang menyuruhku.” Jawab Guo Jing dengan jujur dan lugunya.
Huang Rong dan Hong Chi Khong langsung kecewa dan kesal mendengar jawaban polos Guo Jing
dan hanya bisa mengelus dada *geregetan kale, ya wkwkwk ^_^ *
“Anak
bodoh tetap saja anak bodoh.” Gumam Huang Yao Shi pasrah.
Note
: Duh, langsung ilfil lagi deh Huang Yao Shi ma Guo Jing kalau gini
ceritanya. Uda direstuin tapi karena Guo Jing gak tahu kenapa Rong’er
menyuruhnya berlutut, jadi batal menang deh. Duh, please deh Guo Jing. Loe
ganteng tapi kok o’on??? 0__0 Huang Yao Shi pasti ngebatin deh “Nih anak gadis
gue kok milih cowok o’on sih? Apa gak ada cowok lain?” Gak ada, gak ada! Udah,
kalau Om Miu gak mau menerima Guo Jing jadi menantu, kasih ke gue aja sini. Gak
papa walau o’on dikit hihihi ^_^
“Babak
kedua ini dimenangkan oleh Keponakan Ou Yang. Jadi karena sama-sama memenangkan
satu babak, maka babak ketiga akan diadakan.” Lanjut Huang Yao Shi, membatalkan
kemenangan Guo Jing dan memberikan kemenangan itu pada Ou Yang Khe.
Walau
Hong Chi Khong dan Huang Rong memprotes keras, tapi mereka tak berdaya untuk
mengubah keputusan.
Babak
ketiga adalah menghapal Kitab 9 Bulan Jilid Kedua yang sudah ditulis ulang oleh
Ibu Rong’er sebelum meninggal. Dengan menggunakan alasan bahwa buku ini adalah
buku yang terakhir kali ditulis oleh mendiang sang istri, Huang Yao Shi
berharap sang Istri bisa membantunya memilih menantu untuk saat ini.
Ou
Yang Khe yang mengetahui bahwa tulisan di sampul tersebut bertuliskan Kitab 9
Bulan namun ditulis dalam bahasa kuno terlihat senang. Namun Guo Jing yang
tidak mengerti tulisan kuno, sama sekali tidak tahu bahwa itu adalah Kitab 9
Bulan.
Tapi
Guo Jing merasa isi kitab ini sama dengan ilmu yang diajarkan oleh Bocah Tua
Nakal padanya saat di dalam gua. Saat itu Bocah Tua Nakal berkata bahwa ilmu
tersebut bernama “Pukulan Pho Tong (Pho Tong Sen Jing)”. Tak perlu membacanya
untuk kedua kalinya, Guo Jing bahkan sudah hapal isi kitab tersebut dari awal
hingga akhir.
Huang
Rong dan Hong Chi Khong yang melihat wajah kebingungan Guo Jing mengira bahwa
Guo Jing bodoh sehingga tak mungkin mampu menghapal banyak dalam waktu singkat.
Huang Rong yang takut sang kekasih akan kalah mencoba mengacaukan konsentrasi Ou
Yang Khe. Konsentrasi Ou Yang Khe sempat teralihkan, namun Ou Yang Feng
mengingatkan sang keponakan agar serius menghapal.
Saat
waktu untuk menghapal telah habis, Ou Yang Khe memilih untuk membaca lebih dulu
mumpung masih segar dalam ingatan. Ou Yang Khe mampu menghapal dengan lancar
namun hanya beberapa bagian saja.
Akhirnya
tiba giliran Guo Jing untuk menghapal. Sebenarnya Guo Jing sudah hapal
semuanya, tapi saat Guo Jing ingin menghapal, semua orang seperti mengacaukan
konsentrasinya.
“Saudara
Guo, apa satu huruf pun tak ada yang kau hapal? Jika kau tak mampu
menghapalnya, maka Rong’er akan jadi milikku” ejek Ou Yang Khe seraya menatap
Huang Rong penuh nafsu.
Huang
Rong yang mengira Guo Jing tak bisa menghapal mulai membuat “drama” dan
“keributan”. Dia berencana saat semuanya kacau, dia akan kabur bersama Guo
Jing.
“Ayah,
jika kau biarkan dia membawaku ke Gunung Unta Putih bersamanya. Maka putrimu
ini akan mati di hadapanmu sekarang juga!” ancam Huang Rong dengan mengarahkan
sebilah belati di lehernya.
“Rong’er!”
seru Guo Jing tak kalah panik saat melihat kekasih kecilnya mencoba bunuh diri
lagi. Untunglah ada Racun Barat yang
menjatuhkan belati itu dengan tenaga dalamnya.
“Rong’er,
jika kau tak mau menikah. Apakah seumur hidup mau di Pulau Persik menemani
Ayah?” Huang Yao Shi memarahi putrinya yang manja.
“Ayah,
ayah tak sayang Rong’er lagi.” Huang Rong merajuk dan mencoba merayu ayahnya.
“Rong’er,
jika kau mengacau lagi, hati keponakan Guo akan kacau karenamu.” Jawab Huang
Yao Shi agar sang putri berhenti membuat ulah.
“Cepat,
Jing’er hapallah!” perintah Sang Guru.
Akhirnya Guo Jing pun menghapalnya
dengan sangat lancar jaya, selancar jalan tol yang dibangun Bapak Jokowi, tanpa
halangan, tanpa rintangan, meluncur mulus tanpa hambatan. Bahkan Ou Yang Feng
dan Ou Yang Khe pun tampak terkejut karena Guo Jing bisa menghapalnya dengan
lancar.
Huang
Rong dan Hong Chi Khong yang mendengarnya sangat senang. Bahkan Huang Yao Shi
pun berpikir bahwa mungkin istrinya di Surga telah memberkati Guo Jing dan
memilihnya sebagai menantu. Dia menatap bangga dan kagum pada Guo Jing.
“Bagus.
Bagus. Kalian lihat, kan? Muridku ini memang cerdas. Dia sudah hapal semuanya.”
Puji Hong Chi Khong dengan bangga pada muridnya, seraya bertepuk tangan dengan
gembira.
“Ayah,
Kakak Jing sudah menghapal semuanya.” Ujar Huang Rong gembira dan segera
menghampiri sang kekasih.
Huang
Yao Shi sempat bertanya apa dia tahu Kitab 9 Bulan Jilid Kedua yang telah
hilang dari Mei Chao Feng. Guo Jing menjawab jujur bahwa dia tidak tahu Kitab 9
Bulan Tersebut jatuh di mana, dan jika dia melihatnya pasti akan dikembalikan
pada Huang Yao Shi.
“Apa
kau mengatakan yang sebenarnya?” tanya Huang Yao Shi menginterogasi sang
calon menantu.
Huang
Yao Shi tampak puas dengan jawaban Guo Jing.
"Baik.
Sangat baik. Saudara Feng, Saudara Chi, ini adalah berkat dari istriku yang
sudah membantuku memilih menantu. Adik juga tidak bisa mengatakan apa pun
lagi.” Ujar Huang Yao Shi, mengindikasikan bahwa pemenangnya sudah diputuskan.
“Guo
Jing, sekarang aku jodohkan putri kesayanganku padamu. Kau harus menjaganya
baik-baik.” Huang Yao Shi memberikan restunya dan mengakui Guo Jing sebagai
menantu. Guo Jing spontan menatap Huang Rong yang tersenyum malu-malu.
Jadi
dengan kata lain, harusnya sekarang Guo Jing memiliki 2 orang tunangan yaitu
Huang Rong yang dia perjuangkan dengan usahanya sendiri karena benar-benar ingin
dia nikahi dan Putri Mongol yang sama sekali tidak dia cintai namun “dipaksa”
untuk bertunangan karena merasa berhutang budi.
Di
Mongol, Guo Jing sudah dijodohkan dengan Hua Cheng (yang masih belum dibatalkan
hingga sekarang) namun di Pulau Persik, Guo Jing juga datang melamar Huang Rong
dan ingin menjadikannya istri, dan akhirnya berhasil dia menangkan. Jadi
seharusnya, Huang Rong juga adalah tunangan Guo Jing karena Guo Jing sendiri
yang datang melamar.
“Ayah
Mertua.” Ujar Guo Jing dengan gembira. Guo Jing kali ini segera berlutut dan
memberi hormat tanpa perlu disuruh lagi.
“Tunggu!”
seru Ou Yang Khe yang tidak terima kalah dari Guo Jing.
Ou
Yang Khe berkata bahwa yang dihapal Guo Jing lebih banyak dari yang dia baca.
Dia menuduh Guo Jing telah membaca dan mempelajari lebih dulu Kitab 9 Bulan di
tangan Mei Chao Feng.
Mendengar
Kitab 9 Bulan disebutkan, Guo Jing spontan terkejut.
“Ini
Kitab 9 Bulan?” tanyanya seraya mengambil buku itu.
“Tentu
saja. Bukankah sudah tertulis di sampulnya?” cibir Ou Yang Khe.
“Aku
tak mengerti bahasa China Kuno.” Guo Jing berkata jujur, dia tampak bingung.
“Baik.
Kalau begitu aku tanya, kitab yang kau hapal itu kau pelajari dari mana?”
tantang Ou Yang Khe.
“Aku
tak pernah belajar Kitab 9 Bulan. Yang aku pelajari itu adalah ilmu yang
diajarkan oleh Kakak Chou. Namanya “Pukulan Pho Tong (Pho Tong Sen Jing).”
Jawab Guo Jing dengan jujur yang lagi-lagi tak ada yang percaya, kecuali Huang
Rong dan gurunya.
“Guo
Jing, kau berkata kau tak pernah melihat Kitab 9 Bulan. Apa kau punya bukti?”
tanya Huang Yao Shi menginterogasi.
Saat
itulah tiba-tiba Chou Pho Tong muncul dan menambah runyam masalah. Hanya demi
membuat Huang Yao Shi marah, dia membuat sepasang kekasih harus berpisah.
Note
: Sayang sekali kebahagiaan Guo Jing karena berhasil meminang Huang Rong
sebagai calon istrinya tak bertahan lama karena ulah Chou Pho Tong. Duh,
lama-lama gue sebel sama si Bocah Tua Nakal. Dengan sangat mudahnya, dia
menghancurkan impian sepasang kekasih yang susah payah ingin bersama. Dengan
mudahnya dia memisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai. Resek amat -__-
“Apa
kau tak tahu jika ilmu yang kuajarkan padamu di dalam gua adalah Kitab 9 Bulan?
Kau jelas-jelas tahu. Kau yang mohon aku untuk mengajarimu.” Ujar Bocah Tua
Nakal sembarangan dan memfitnah Guo Jing yang lugu.
“Kapan
aku pernah memohon padamu di dalam gua? Aku tak pernah bicara seperti itu!” Guo
Jing membela diri.
“Guo
Jing, bukankah kau bilang kau tak pernah belajar Kitab 9 Bulan?” tanya Huang
Yao Shi dengan galak.
“Aku
memang tak pernah mempelajarinya.” Jawab Guo Jing jujur, dia sendiri merasa tak
pernah belajar karena dia telah ditipu.
“Kakak
Chou, kenapa kau berkata seperti itu?” Guo Jing menuntut penjelasan. Tak terima
pertunangannya dengan Huang Rong hancur begitu saja.
“Bocah
Tua Nakal, ini mengenai masa depan Jing’er! Cepat jelaskan!” Pengemis Tua
jelas-jelas tahu muridnya yang lugu tidak bersalah.
“Ingin
aku menjelaskan? Baiklah. Tangkap aku!” ujar Chou Pho Tong yang memang hanya
suka bermain-main.
“Kakak
Chou, jangan main-main lagi. Bantu aku jelaskan pada Ketua Huang bahwa aku sama
sekali tak tahu bahwa yang kau ajarkan padaku adalah Kitab 9 Bulan.” Pinta Guo
Jing memohon. Dia takut selamanya tak bisa bertemu lagi dengan kekasih hatinya.
“Bocah
Tua Nakal, aku tanya untuk yang terakhir kalinya. Apakah Bocah ini tahu kalau
yang dia hapal adalah Kitab 9 Bulan?” tanya Huang Yao Shi sekali lagi.
“Bocah
brengsek, kau berani membohongiku!” ujar Huang Yao Shi marah.
“Kakak
Chou, aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak tahu.” Guo Jing masih membela diri
karena dia memang benar-benar tidak tahu.
“Bocah
Tua Nakal, Jilid Pertama ada padamu. Lalu dari mana kau dapatkan Jilid
Keduanya?” tanya Huang Yao Shi lagi.
“Dia
yang memberikannya padaku. Dia bilang dia mencurinya dari muridmu, Mei Chao
Feng.” Ujar Bocah Tua Nakal, kembali menyudutkan Guo Jing.
“Bagus
sekali, Guo Jing! Kitab yang terus dicari Chao Feng ternyata sudah kau curi.”
Ujar Huang Yao Shi marah, salah paham terhadap Guo Jing.
Episode
selanjutnya, Chou Pho Tong menghancurkan kedua Jilid Kitab 9 menjadi
serpihan-serpihan kecil. Huang Yao Shi yang terlanjur salah paham pun mengusir
Guo Jing pergi dari Pulau Persik dan menarik kembali restu yang sudah dia
berikan. Guo Jing, Hong Chi Khong dan Chou Pho Tong naik ke kapal yang sudah
disiapkan Huang Yao Shi untuk bunuh diri hingga akhirnya kapal tersebut
tenggelam ke lautan dan ketiga orang tersebut terpaksa menumpang kapal Ou Yang
Feng.
So,
see you next episode...
Berikutnya : Episode 24-25
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar