Highlight For today episode :
Tae Hee is back to his stalker attitude. The jealous stalker
Tae Hee is much cuter & sweeter. It’s pretty fun watching Tae Hee be
tortured and jealous. I love it ^_^ I knows he likes Ja Eun but
wow...can’t believe he is just so BLATANTLY showing it. But what’s even more
funny is how transparant he is when it comes to his jealousy, which may or may
not be a good thing. But it seems Ja Eun looks happy & enjoying Tae Hee’s
jealousy when she ask Tae Hee perhaps he come to see her.
The new Tae Hee was so cute, didn’t know that he could be so persistent in love. Our great detective has become crazy over love. I still cant believe the BEST Intelligent Criminal Investigation at East Police Station, can be acting like that. Tae Hee is showing some immaturities and childishness. Tae Hee behaving the way he supposed not to be. It’s all thanks to Ja Eun to let us discover different side of Tae Hee. Cant believe he is the same person in the first eps, can’t believe he can get so childish & loveable. He’s like a little kid when frowning. Tae Hee beeing a kid when it comes to his beloved ones, is so obviously showing in Tae Hee’s actions today!! This is quite an opposite of what I expected him to be as shown from the previous episodes wherein he was so manly and principled. Well I guess that’s the effect of the blooming love that he feels for Ja Eun.
“Baek Ja Eun, karena kau, aku menjadi pria yang menyedihkan.
Aku terus melakukan kesalahan yang sama dan aku terus membuat permintaan maaf
yang tidak berguna. ‘Aku minta maaf, aku berjanji tidak akan melakukannya lagi
(maksudnya tidak akan menyukai Ja Eun lagi)’, tapi aku mungkin akan melakukan
kesalahan yang sama lagi. Jadi, jangan temui Kim Jae Ha,” lanjut Tae Hee, terdengar seperti sebuah permohonan. Dia sekali lagi mengungkapkan perasaannya, pengakuan cintanya yang ketiga.
“Aku tidak bisa menepati janjiku padamu. Aku tidak bisa
melupakan perasaanku padamu. BAEK JA EUN, AKU...AKU...MASIH MENYUKAIMU,” ujar Tae
Hee dengan sungguh-sungguh, keseriusan terdengar jelas dalam suaranya dan
caranya menatap Ja Eun terlihat sangat lembut dan penuh cinta, seolah-olah dia
tidak bisa hidup tanpa Ja Eun.
Ja Eun yang sedari tadi memandang lantai di bawahnya seketika mengangkat kepalanya dan menatap Tae Hee tanpa kata, Ja Eun tampak sedikit terkejut mendengarnya. Mungkin karena dia berpikir kalau perasaan Tae Hee padanya hanyalah main-main dan Tae Hee sudah melupakan perasaan itu saat dia berkata akan mencoba melupakannya di EP 28. Apalagi melihat sikap Tae Hee yang dingin kemarin malam dan pagi tadi. Jadi wajar jika Ja Eun terkejut mendengar pengakuan cinta Tae Hee yang ketiga kalinya.
Saat Ja Eun menatap Tae Hee dengan terkejut, Tae Hee justru
menatap gadis itu dengan tatapan penuh harap di matanya. Tatapan yang
seolah-olah berkata, “I like you, I wish you could like me back. Please, like
me back. Please, accept me.”
Ja Eun yang tampak terkejut mendengar pengakuan cinta Tae Hee yang ketiga kalinya yang tidak dia duga sama sekali, hanya mampu memandang ke arah lengannya yang digenggam oleh Tae Hee.
Tanpa Tae Hee sadari, Ja Eun yang berjalan beberapa langkah
di depannya tampak tersenyum gembira mendengar pengakuan Tae Hee yang
mengatakan kalau Tae Hee masih menyukainya hingga saat ini. (Ja Eun
senyum-senyum happy, tanpa tahu si Tae Hee galau to the max karena jawabannya
ngambang xixixi ^_^ Ja Eun balas dendam beneran karena dicuekin sama Tae Hee
pagi tadi ^_^)
Setelah sampai di depan gerbang, Ja Eun sedikit berlari menghampiri Kim Jae Ha dan berseru meminta maaf, “Kau sudah di sini? Kau sudah menunggu lama, ya?” seru Ja Eun, tampak tak enak hati seraya berjalan mendekat.
“Jangan lupa kita ada meeting dengan Sutradara Yang pukul 1 siang besok. Kau harus selesai membaca dokumen ini sebelum meeting dimulai,” ujar Kim Jae Ha seraya menyerahkan sebuah amplop berwarna putih berisi berkas-berkas bahan meeting besok siang.
“Jam satu? Baik. Aku mengerti,” sahut Ja Eun seraya
mengambil amplop putih berisi berkas-berkas tersebut.
Kim Jae Ha lalu menoleh pada Tae Hee yang sedari tadi menatapnya dengan cemberut, ekspresi tak suka terlihat jelas di matanya.
“Lama tidak bertemu, Hwang Gyeonghwi-nim (Inspektur Hwang),” sapa Kim Jae Ha pada Tae Hee yang hanya mengangguk singkat tanpa kata dengan ekspresi yang tak berubah sedari tadi.
“Ah, ada sesuatu yang ingin kukatakan padamu. Masuklah ke
dalam mobil. Cuacanya sangat dingin, jadi kita bicara di mobil saja,” ajak Kim
Jae Ha pada Ja Eun. Tae Hee segera menatap Ja Eun dengan was-was dan gelisah,
takut kalau-kalau Ja Eun menerima ajakan itu.
Sebelum pergi, Kim Jae Ha sempat melambaikan tangannya pada Ja Eun dengan tersenyum manis, “Aku pergi dulu,” ujarnya berpamitan sekali lagi. Ja Eun tersenyum sopan dan membungkuk sekali lagi sebelum mobil Kim Jae Ha melaju pergi.
Setelah Kim Jae Ha pergi, Ja Eun menoleh pada Tae Hee dan berkata lembut, “Ayo kita masuk,” ajaknya yang hanya dijawab gumaman pelan oleh Tae Hee, “Hhhmmm”.
Ja Eun berjalan lebih dulu dan Tae Hee kembali mengekorinya seperti anak anjing yang patuh. Ja Eun kembali tersenyum saat melihat betapa menggemaskannya Tae Hee saat ini, namun dia mengubah wajahnya menjadi serius saat menyadari Tae Hee mengejarnya dan berjalan di sampingnya seraya mencuri-curi pandang padanya.
Setelah mereka masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamar masing-masing, Tae Hee yang merasa resah dan gelisah serta galau melanda karena mendengar jawaban Ja Eun yang terdengar “Ngambang” alias ambigu di telinganya, mulai mengambil sebuah buku dan melakukan analisanya.
Tae Hee mencoba memecahkan misteri jawaban Ja Eun atas
pengakuan cintanya dan mencoba menemukan apa maksud dibalik kalimat itu. “Ye,
kayo (Ya, ayo pergi)”, sebuah kalimat yang mengandung banyak arti yang
bermacam-macam.
Dia mulai duduk dan menulis di atas selembar kertas, “Ya...Ayo pergi” adalah point utamanya.
Kemudian Tae Hee menuliskan di tengah-tengah kata “Ya” dan
“Ayo pergi” itu, beberapa kemungkinan jawaban yang mungkin masuk akal.
Tae Hee memulainya dengan, “Ya, aku juga menyukaimu. Ayo pergi,” dia tampak berpikir sejenak sebelum mencoretnya.
Kemudian dia menulis kemungkinan lain, “Ya, aku mengerti.
Ayo pergi,” yang lagi-lagi terdengar tidak cocok dan dicoretnya sekali lagi.
Lalu yang terakhir, Tae Hee menuliskan, “Ya, lalu apa yang kau ingin aku untuk lakukan? Ayo pergi,” yang dia rasa gak cocok juga dan kembali dicoret dengan kesal.
(Hahaha ^_^ Mikirin jawaban pernyataan cinta uda kayak
mikirin ujian sekolah ya ckckck ^_^ The Great Detective Intelligent Criminal
Investigation sampe pusing sendiri mikirin arti jawaban Ja Eun. Lebih pusing
daripada mencari di mana lokasi gembong narkoba bersembunyi ckckck… Tae
Hee-yaa, skil detective-mu gak akan berguna saat ini. Hati wanita memang sulit
dimengerti. Aku yang sesama wanita aja kadang masih bingung dengan kemauan
mamaku sendiri, waktu ditawari makanan jawabnya nggak mau, begitu kuhabisin langsung
protes katanya “kalau gak mau itu ya bujuk dong mama sampai mau. Masa mama
bilang gak mau, langsung kamu habisin, Li? Dasar anak gak peka!” lalu
ngomel-ngomel panjang lebar. Nah, kan bingung? hahaha ^_^ Jangankan cowok yang
clueless kayak kamu, Tae Hee. Yang sesama wanita aja kadang bingung memahami
perasaan wanita lain *sigh* >_<)
Di kamarnya, Ja Eun teringat tentang pengakuan cinta Tae Hee di gudang beberapa saat yang lalu, “Baek Ja Eun, aku masih menyukaimu,” dan itu membuatnya tersenyum gembira seorang diri dengan wajah berbunga-bunga. Ja Eun seolah sudah memenangkan jakpot. Dia bahagia tapi Tae Hee menderita, menderita karena penasaran.
Kemudian Ja Eu teringat saat pagi harinya, Tae Hee mengabaikan sapaannya dan bersikap dingin padanya, senyumannya seketika luntur dan Ja Eun kembali kesal. Namun untunglah beberapa detik kemudian, dia kembali tersenyum gembira sekali lagi.
“Kau bangun pagi sekali,” ujar Tae Hee pada Ja Eun dengan tersenyum lembut penuh cinta, mencari bahan obrolan untuk mencairkan kecanggungan.
“Ya,” sahut Ja Eun singkat.
“Apa kau mau minum?” ujar Tae Hee mati kutu, seraya menawarkan segelas air yang tadi dia tuang. Tae Hee ingin mengajak Ja Eun mengobrol tapi dia tidak tahu bagaimana caranya membuka obrolan. (Duh, si mas polisi ini bener-bener bikin gemes ckckck... Ngajak ngobrol cewek aja bingung >_<)
“Tidak perlu,” sahut Ja Eun menggeleng pelan seraya melanjutkan aktivitasnya menyiapkan sarapan.
Saat itulah si usil Hwang Tae Phil masuk ke dalam dapur dan melihat sepasang calon kekasih saling berdiri dengan canggung dan sama-sama malu-malu kucing. Mulailah ide untuk meledek dan mengusili Hwang Tae Hee di pagi hari.
“Ja Eun-ah, apa kau tidur dengan nyenyak?” tanya Hwang Tae Phil, menyapa Ja Eun dengan ramah.
“Maknae Oppa, apa kau juga tidur dengan nyenyak?” tanya Ja Eun, balik bertanya dengan ramah,
“Ye, kayo (Ya, aku akan pergi),” seru Tae Phil sekali lagi, seraya meledek Tae Hee sambil tertawa geli. (Resek emang nih Tae Phil. Sengaja ngerjain Tae Hee hahaha ^_^)
Melihat Tae Hee yang tampak panik, Tae Phil sudah bisa mengkonfirmasi bahwa kemarin malam Tae Hee memang menceritakan tentang dirinya sendiri dan gadis yang memberikan jawaban “Ye, Kayo” itu adalah Ja Eun. (Percuma menyangkal. Tae Hee terlalu jelas menunjukkan perasaannya pada Ja Eun. Tae Bum dan Tae Phil aja langsung tahu sekali lihat ^^)
Setelah Tae Phil pergi, Tae Hee tersenyum malu-malu pada Ja Eun seraya meletakkan gelasnya dengan gugup di atas meja dan cepat-cepat pergi meninggalkan dapur sebelum Ja Eun menyadari apa yang baru saja terjadi di sana. Untunglah sampai akhir, Ja Eun tetap tidak menyadari apa yang terjadi karena terlalu fokus menyiapkan sarapan.
Semua orang menatapnya dengan hati berdebar-debar. Karena setiap kali Ja Eun ingin mengatakan sesuatu, itu kebanyakan adalah masalah besar hahaha ^_^
(Seperti saat di EP 5, Ja Eun minta 5 juta won untuk biaya kuliah, lalu di EP 7, dia minta 30 juta won untuk menyewa regu penyelamat untuk mencari ayahnya yang hilang. Makanya setiap kali Ja Eun bilang ingin bicara, otomatis semua orang langsung deg-deg’an, termasuk Tae Hee juga xixixi ^_^ Tae Hee be like : “Duh, nih ayang mau apalagi dah? Jadi deg-deg’an bawaannya kalau dia mulai minta sesuatu xixixi ^^)
“Katakan saja. Ada apa?” tanya Hwang Chang Sik.
“Mulai sekarang, akan lebih baik jika kita membagi tugas untuk membersihkan rumah, mencuci piring dan mencuci baju,” ujar Ja Eun mengusulkan.
(Bener juga sih kata Ja Eun. Harusnya emang bagi tugas, jadi
wanita gak kesannya jadi babu. Laki-laki banyakan gengsi, gak mau bantuin
kerjaan rumah dengan alasan udah cari duit, tapi walaupun wanita ikut cari duit
pun, tetap aja kerjaan rumah, wanita yang ngerjain. Jadi kesannya wanita itu
nikah Cuma jadi babunya suami, mertua dan anak-anak. Dalam keluarga Hwang, Park
Bok Ja yang mengerjakan semuanya seperti seorang budak. Ja Eun pernah membahas
ini kan di depan Nenek waktu EP 19 dan berujung Neneknya marah. Ja Eun ini
feminist, wanita mandiri dan dia menginginkan perlakuan setara antara laki-laki
dan wanita. Aku setuju sih kalau tugas rumah memang harus dibagi apalagi kan
mereka keluarganya banyak dan uda dewasa semua pula, masa gak mau bantuin
emaknya sih?)
“Apa yang kau katakan? Siapa yang menyuruhmu bicara seperti ini?” tegur Park Bok Ja dengan lembut, seperti seorang Ibu yang memarahi putrinya.
(Hahaha...Tae Hee uda disentil langsung tuh sama Ja Eun.
Dikasih kode-kode, kalau ingin menikah denganku, kau harus bersedia melakukan
pekerjaan rumah bersama-sama, bukan sekedar membantu semata, melainkan membagi
tugas secara adil. Pesannya Ja Eun jelas, “Aku menolak dijadikan babu setelah
menikah!”)
Nenek kembali berdehem, namun lagi-lagi tak berani membantah, apalagi yang dikatakan oleh Ja Eun memang benar. Kasian para istri yang hanya dijadikan babunya suami, mertua dan anak-anaknya.
“Itu ide yang bagus,” sahut Hwang Chang Sik seraya mengangguk-angguk. Tae Phil juga mengangguk-anggukkan kepalanya setuju (biar gak diomelin emak dianya), Tae Shik tersenyum kecil sedari tadi (karena tahu tidak akan menang berdebat melawan Ja Eun) dan Tae Hee tampak memikirkan dengan serius semua ucapan Ja Eun pagi.
Tae Hee mengambil ponselnya dan berniat mengajak Ja Eun
berangkat kerja bersama karena sekarang sedang hujan. Sekalian dia juga ingin
melakukan pendekatan dan menanyakan maksud jawaban Ja Eun kemarin malam atas
pengakuan cintanya di dalam gudang.
“Bagaimana jika kita berangkat kerja bersama? Apa kau ingin
aku menunggumu?” tulis Tae Hee di ponselnya.
Tapi belum sempat dia mengirimkannya, Tae Phil dan Tae Shik telah mendatanginya karena ingin menumpang mobilnya. (Yah, gagal deh pedekate-nya >_<)
“Ayo, Tae Hee. Kita berangkat sekarang. Hyung sudah terlambat,” seru Tae Shik seraya masuk ke dalam mobil Tae Hee.
Tae Hee hanya menatap kedua saudaranya dengan lesu dan suntuk karena niatnya ingin pedekate jadi gagal sekarang, apalagi ditambah dengan Tae Phil yang tersenyum licik ke arahnya.
Setelah Tae Hee masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk menyalakan mesin mobilnya, Tae Phil dengan “senyuman iblisnya” memajukan kepalanya ke tengah-tengah ruang kosong antara Tae Hee dan Tae Shik dan berkata usil ke arah Tae Shik, “Ye, kayo,” kemudian tertawa terbahak-bahak.
Tae Hee yang sudah sangat kesal karena rencana pedekatenya
gagal gara-gara mereka, segera meraih leher Tae Phil seolah ingin mencekiknya,
namun Tae Phil hanya tertawa.
“YYYAAA! Tae Hee-yaa! Lepaskan! Ini masih pagi. Jangan bertengkar!” lerai Tae Shik yang tak tahu apa-apa, mengira mereka benar-benar berkelahi padahal Tae Phil hanya bercanda.
“Apa kau tak mau melepaskan aku?” tanya Tae Phil pada Tae Hee.
“Cobalah melakukannya lagi!” Ancam Tae Hee kesal.
“Kau pikir aku tidak berani? Ye, kayo,” ujar Tae Phil, masih mengerjai Tae Hee, yang segera mencekiknya lehernya lebih kuat.
Tae Shik akhirnya memukul-mukul lengan Tae Hee agar dia melepaskan Tae Phil, “Tae Hee-yaa! Lepaskan!” seru Tae Shik.
Tae Hee akhirnya terpaksa melepaskan Tae Phil walau dengan ekspresi kesal dan cemberut karena diusili sedari tadi.
“Oke, oke.” Ujar Tae Phil akhirnya, karena mereka semua harus berangkat kerja.
Karena pendekatan di pagi hari berujung kegagalan (gara-gara Tae Shik dan Tae Phil menumpang di mobilnya), Tae Hee berniat mencobanya lagi siang ini. Dia berencana mengajak Ja Eun makan siang berdua sekaligus sebagai kencan pertama mereka.
Tae Hee tiba di depan pintu Good Film saat jam makan siang,
dia mengeluarkan ponselnya dan menuliskan pesan untuk Ja Eun yang berisi ajakan
makan siang bersama, “Apa kau ingin makan siang bersama?”
Namun belum sempat dia mengirimkannya, dia sudah melihat Ja Eun dan Kim Jae Ha berjalan keluar dari dalam Perusahaan sambil mengobrol dengan asyik dan tidak menyadari keberadaannya. (Tae Hee be like : "Gagal maning, gagal maning!" Poor Tae Hee ^^)
“Seperti yang diusulkan Sutradara Yang, sepertinya kita memang perlu menghadirkan karakter antagonis untuk memperkuat ceritanya,” ujar Kim Jae Ha sambil berjalan di samping Ja Eun.
“Benar. Aku juga berpikir seperti itu. Setelah sampai di pertengahan cerita, konfliknya semakin lemah, jadi kita membutuhkan karakter antagonis untuk memperkuat cerita,” sahut Ja Eun setuju.
“Benar. Kalau begitu, bagaimana jika kita pergi ke kebun
binatang untuk mengamati binatang mana yang cocok untuk dijadikan musuh dalam
ceritamu?” usul Kim Jae Ha.
“Baik,” sahut Ja Eun, seraya kembali menoleh ke arah Tae Hee.
Setelah Kim Jae Ha pergi lebih dulu, Tae Hee yang menyadari
Ja Eun melihat ke arahnya, akhirnya memberanikan diri menatapnya dan segera
melemparkan senyuman hangat pada gadis itu dan menatapnya dengan penuh cinta
dan kerinduan.
Ja Eun membalikkan badannya dan berniat pergi menyusul Kim Jae Ha, namun sebelum pergi, dia tampak tersenyum geli pada dirinya sendiri karena menyadari bahwa Tae Hee sudah kembali pada mode penguntit seperti saat pertama kali Tae Hee mengejarnya (EP 25-28). Ja Eun be like : The Stalker Tae Hee is back ^_^
Kali ini, Ja Eun dan Kim Jae Ha berada di kandang monyet.
Dan seperti telah diduga, Tae Hee pun berdiri tak jauh dari sana seraya
memandang Ja Eun dengan penuh cinta dan tatapan memuja dari kejauhan. Namun
begitu Ja Eun menatapnya balik, Tae Hee tampak malu-malu dan memandang ke arah
yang lain.
Kim Jae Ha sibuk mengambil foto dengan kameranya, sementara Ja Eun justru sibuk menatap Tae Hee yang berdiri tak jauh dari sana.
Ja Eun tampak tersenyum geli karena melihat Tae Hee yang begitu menyukainya sampai bertingkah konyol seperti ini. Dia merasa lucu namun juga berbunga-bunga karena dia bisa membuat seorang pria seperti Tae Hee yang tak pernah jatuh cinta sebelumnya, bertekuk lutut padanya seperti ini.
Kim Jae Ha yang menyadari ke mana arah tatapan Ja Eun tampak
semakin kesal melihatnya. Mereka berdua sama-sama kesal ceritanya ya hahaha ^_^
“Ayo kita ke sana, Ja Eun-ssi,” ajak Kim Jae Ha seraya meletakkan sebelah tangannya di pundak Ja Eun dan menggiringnya pergi.
Tae Hee yang melihat hal itu tampak mengerucutkan bibirnya
kesal, dia tampak tak rela ada pria lain yang meletakkan tangannya di pundak Ja
Eun seperti itu. Tae Hee merasa pacarnya telah direbut. Dan karena terburu-buru
ingin mengejar mereka, Tae Hee tak sengaja menabrak sebuah gerobak yang berisi
timbunan Jerami hahaha ^_^ Setelah mengembalikannya ke tempat semula, Tae Hee
segera berlari secepat kilat agar tidak kehilangan jejak mereka.
Kini Kim Jae Ha dan Ja Eun ada di kandang harimau, Kim Jae Ha berkata, “Bagaimana dengan harimau?” tanyanya.
“Entahlah. Aku tak terlalu yakin,” sahut Ja Eun, tampak kurang setuju. Lalu kemudian Kim Jae Ha mengagetkan Ja Eun dengan menirukan suara dan gerakan harimau menerkam, yang membuat Ja Eun tertawa geli.
“Kau membuatku kaget,” ujar Ja Eun dengan tertawa geli.
Tae Hee menatap Ja Eun yang tertawa ke arah Kim Jae Ha dengan tatapan kecemburuan, hatinya sangat marah, cemburu dan kesal melihat gadis yang dia sukai tertawa bersama pria lain.
Ja Eun menoleh ke belakang, dan menyadari bahwa Tae Hee masih mengikuti mereka hingga saat ini dan dia menarik napas pasrah melihat itu.
“Ini untukmu,” ujar Kim Jae Ha pada Ja Eun yang menerimanya dengan sungkan.
“Ya,” sahut Ja Eun dengan gelisah. (Secara Tae Hee ada di sana mengikuti mereka, tentu saja Ja Eun merasa sangat bersalah karena menerima hadiah dari pria lain)
Seperti sudah diduga, Tae Hee yang tak ingin kalah, segera
mengambil kumpulan panah yang lain dan mulai melemparkan panah itu ke arah deretan
balon di depannya. Ja Eun yang menyadari itu spontan menoleh ke arah Tae Hee
dan dia memasang ekspresi kagum saat melihat Tae Hee berhasil menembak semua
balon itu tanpa tersisa satupun.
(Karena Tae Hee adalah penembak jitu, sudah pasti permainan ini sangat mudah baginya, bukan? Tae Hee be like : “Akhirnya bisa pamer depan ayang” ^_^)
“Wah, Anda sangat luar biasa,” puji si pemilik wahana permainan seraya menyerahkan pada Tae Hee, sebuah boneka yang lebih besar dari yang dimenangkan oleh Kim Jae Ha.
Tapi jangan pikir semua ini telah berakhir, Kim Jae Ha yang tidak terima dikalahkan oleh Tae Hee, segera mengambil kumpulan panah yang lain dan mulai melempar lagi, namun kali ini, Kim Jae Ha mundur satu langkah lebih jauh. Tae Hee dan Ja Eun spontan melihat ke arah kaki Kim Jae Ha dengan bingung. Dan sialnya, kali ini Kim Jae Ha berhasil menembak semua balon itu, dan dia memandang Tae Hee dengan tatapan mengejek.
Setelah Kim Jae Ha berjalan pergi, Ja Eun menoleh pada Tae Hee dan menatapnya dengan curiga, lalu menanyainya dengan nada seperti menginterogasi.
“Ahjussi,” panggil Ja Eun, seketika membuat Tae Hee menoleh padanya.
“Ya,” sahut Tae Hee singkat.
“Apa mungkin kau datang kemari karena ingin bertemu denganku?” tanya Ja Eun pada Tae Hee.
Tae Hee menggeleng dan menyangkal kuat, namun tentu saja kata-kata dan tindak tanduknya sama sekali tidak sejalan, “Tidak. Bukan. Aku datang kemari karena ingin menyelidiki sesuatu,” sahut Tae Hee menyangkal, namun ekspresi wajahnya tidak menunjukkan keyakinan.
(Apa yang kau selidiki di kebun binatang, pak polisi? Apa ada kasus penyelundupan satwa? Atau mungkin ada kasus korupsi yang melibatkan pihak kebun binatang?”)
Ja Eun hanya mengangguk mengerti dan tersenyum geli melihat penyangkalan Tae Hee yang terlihat tidak meyakinkan sama sekali.
“Ah, jadi seperti itu? Menyelidiki sesuatu? Kalau begitu penyelidikanmu sudah selesai, bukan? Melihat bagaimana tadi kau bermain melempar panah. Benarkan?” tanya Ja Eun dengan tersenyum geli, sementara Tae Hee hanya menatapnya dengan wajah tanpa dosa, bingung harus menjawab apa.
Alih-alih menjawab, Tae Hee hanya menganggukkan kepalanya seraya bergumam, “Hhhmmm.”
“Tapi aku masih memiliki pekerjaan yang harus kulakukan, jadi pergilah sekarang,” ujar Ja Eun, mengusir Tae Hee dengan lembut.
Ja Eun sudah bisa menebak bahwa Tae Hee memang sengaja datang ke sana untuk mengikutinya, namun Tae Hee enggan untuk mengakuinya. Terlihat jelas dari ekspresi Tae Hee yang menatapnya tak rela saat gadis itu mengusirnya.
Tanpa mengatakan apa-apa, Tae Hee mengerucutkan bibirnya cemberut seolah menolak untuk pergi dari sana. Raut wajahnya terlihat jelas kalau dia masih ingin mengikuti Ja Eun ke mana pun gadis itu melangkah.
Tae Hee menatap Ja Eun dengan tatapan memelas yang seolah mengandung arti, “Tolong jangan minta aku pergi. Aku masih ingin bersamamu saat ini.”
Melihat Tae Hee tidak menjawabnya, Ja Eun menjadi gemas sendiri. Tae Hee seperti anak kecil yang keras kepala. Dia hanya berdiri menatap Ja Eun dengan wajah memelas dan cemberut, membuat Ja Eun menjadi tidak tega.
“Sampai kapan kau akan terus mengikutiku?” tanya Ja Eun lagi.
Masih menolak untuk menjawab, Tae Hee hanya memalingkan wajahnya dan menarik napas berat, ekspresinya menunjukkan raut tidak rela. Dia masih seperti anak kecil yang ngambek karena keinginannya tidak dituruti.
Mengerti bahwa Tae Hee tidak akan pergi begitu saja, bila tidak diberi penawaran lain, Ja Eun akhirnya memberikan solusi lain, “Tidak peduli sesibuk apa pun aku, aku akan pulang sebelum jam 9 malam. Kita akan bertemu di rumah nanti malam,” ujar Ja Eun dengan tersenyum malu-malu, mengajak Tae Hee untuk bertemu.
Mendengar Ja Eun mengajaknya bertemu nanti malam, seketika Tae Hee memberikan reaksi positif, dia tampak lebih ceria dan menjawab, “Baiklah. Aku mengerti,” sahutnya lembut dan tak lagi cemberut. Sebaliknya Tae Hee menatap Ja Eun dengan penuh cinta sepanjang waktu.
Setelah selesai menulis itu, Tae Hee kemudian berdiri dan terlihat tersenyum puas seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, karena telah berhasil melampiaskan kekesalannya pada Kim Jae Ha hari ini.
Namun sialnya, Ja Eun dan Kim Jae Ha menangkap basah perbuatan Tae Hee, “Ahjussi!” panggil Ja Eun yang membuat Tae Hee terkejut dan spontan menjatuhkan obeng di tangannya ke tanah.
Terlalu malu karena tertangkap basah, Tae Hee segera berjalan pergi dari sana seolah-olah tidak melihat mereka.
Tapi kalimat sindiran Kim Jae Ha spontan menghentikan langkahnya, “Haahh, ini terlalu memalukan. Terlalu memalukan,” sindir Kim Jae Ha dengan suara keras, sengaja membuat Tae Hee semakin emosi.
Setelah Ja Eun pergi, Tae Hee dan Kim Jae Ha sama-sama menoleh ke arah Ja Eun dengan tatapan menyesal dan merasa bersalah pada gadis itu.
Blogger Opinion :
Ya, ya, ya... Pria bisa menjadi sangat bodoh bila sudah jatuh cinta. Lihatlah contohnya Intelligent Criminal Investigation kita, Hwang Tae Hee. Siapa yang menyangka bila sosok pria yang di awal episode sangat garang, galak, tegas, dingin dan kasar di depan orang lain, dan seorang anak yang penurut, mandiri, sangat dewasa dan bisa diandalkan di depan orangtua dan Neneknya, ternyata bisa berubah menjadi seperti anak kecil yang manja dan haus perhatian di depan gadis yang dia sukai?
Thanks Ja Eun, kamu memang obatnya Hwang Tae Hee. Hanya kamu satu-satunya yang bisa menyembuhkan luka di hati Tae Hee. Lihat bagaimana dia menjadi begitu manja saat sedang bersamamu. So, please be nice to him. Love him back, because he cannot live without you, Ja Eun-ah.
Bersambung....
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/655 + https://gswww.tistory.com/656 + https://gswww.tistory.com/657)
Credit Videos : Meyajw
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
The new Tae Hee was so cute, didn’t know that he could be so persistent in love. Our great detective has become crazy over love. I still cant believe the BEST Intelligent Criminal Investigation at East Police Station, can be acting like that. Tae Hee is showing some immaturities and childishness. Tae Hee behaving the way he supposed not to be. It’s all thanks to Ja Eun to let us discover different side of Tae Hee. Cant believe he is the same person in the first eps, can’t believe he can get so childish & loveable. He’s like a little kid when frowning. Tae Hee beeing a kid when it comes to his beloved ones, is so obviously showing in Tae Hee’s actions today!! This is quite an opposite of what I expected him to be as shown from the previous episodes wherein he was so manly and principled. Well I guess that’s the effect of the blooming love that he feels for Ja Eun.
This is the most cutest Tae Hee eveeer ^_^ HILARIOUS. Tae Hee
looks soo cuuuute when he was walking away, he looks like a lost little child. Aigoo... Love is a wonderful thing. It’s gives you a great impact. Tae Hee and Ja Eun
are cute couple though. Indeed, these kind of scenes also makes the show funny
and uplifting.
Towards Tae Hee's confession, I think Ja Eun felt confused yet excited. Ja Eun gave some ambigus answer due to her shock. Ja Eun did not know what to say, and ended up blurting out one line. I found it funny that even in love, he tries to analyze it by doing brainstorming because he’s inexperience in the field. Tae Hee could not sleep for the whole night due to Ja Eun's reply, in the end he seeked Tae Phil, the relationship expert for advice. The funniest tonight has got to be Tae Phil and Tae Hee talking in the bedroom. Naughty Maknae was just rubbing it in. I was literally ROFL and being really noisy watching Tae Hee struggle with his jealousy ^_^ My poor baby always clueless when it comes to emotions. I love Tae Hee’s attitude! Because this is his first love, so he get really jealous over something small! Hahaha ^_^ Soooo cute!!
------00000-----
Episode 35 :
“Aku harus pergi. Ada tamu yang menungguku di depan jadi aku harus pergi lebih dulu,” pamit Ja Eun pada Tae Hee seraya memasukkan ponselnya ke saku jaket.
Tae Hee tampak membeku sesaat ketika mendengarnya,
ekspresinya tampak terluka, namun dia bertekad tidak akan membiarkan Ja Eun
pergi lagi kali ini. Saat Ja Eun melangkah pergi, Tae Hee menahan lengan Ja
Eun, mencoba menghentikannya.
“Jangan pergi. Jangan pergi temui Kim Jae Ha. Aku tidak suka
melihatmu menemuinya!” ujar Tae Hee dengan cemburu, tampak berusaha mengontrol
emosi dan kecemburuannya.
Tae Hee menoleh pada Ja Eun sekilas, kemudian menarik Ja Eun agar berdiri berhadapan dengannya, “Aku tidak suka melihatmu bertemu dengan Kim Jae Ha. Aku tidak suka melihatmu bicara dengannya di telepon, bahkan aku tidak suka melihatmu tersenyum padanya,” ujar Tae Hee dengan nada kecemburuan yang terlihat sangat jelas.
Towards Tae Hee's confession, I think Ja Eun felt confused yet excited. Ja Eun gave some ambigus answer due to her shock. Ja Eun did not know what to say, and ended up blurting out one line. I found it funny that even in love, he tries to analyze it by doing brainstorming because he’s inexperience in the field. Tae Hee could not sleep for the whole night due to Ja Eun's reply, in the end he seeked Tae Phil, the relationship expert for advice. The funniest tonight has got to be Tae Phil and Tae Hee talking in the bedroom. Naughty Maknae was just rubbing it in. I was literally ROFL and being really noisy watching Tae Hee struggle with his jealousy ^_^ My poor baby always clueless when it comes to emotions. I love Tae Hee’s attitude! Because this is his first love, so he get really jealous over something small! Hahaha ^_^ Soooo cute!!
------00000-----
Episode 35 :
“Aku harus pergi. Ada tamu yang menungguku di depan jadi aku harus pergi lebih dulu,” pamit Ja Eun pada Tae Hee seraya memasukkan ponselnya ke saku jaket.
Tae Hee menoleh pada Ja Eun sekilas, kemudian menarik Ja Eun agar berdiri berhadapan dengannya, “Aku tidak suka melihatmu bertemu dengan Kim Jae Ha. Aku tidak suka melihatmu bicara dengannya di telepon, bahkan aku tidak suka melihatmu tersenyum padanya,” ujar Tae Hee dengan nada kecemburuan yang terlihat sangat jelas.
Ja Eun yang sedari tadi memandang lantai di bawahnya seketika mengangkat kepalanya dan menatap Tae Hee tanpa kata, Ja Eun tampak sedikit terkejut mendengarnya. Mungkin karena dia berpikir kalau perasaan Tae Hee padanya hanyalah main-main dan Tae Hee sudah melupakan perasaan itu saat dia berkata akan mencoba melupakannya di EP 28. Apalagi melihat sikap Tae Hee yang dingin kemarin malam dan pagi tadi. Jadi wajar jika Ja Eun terkejut mendengar pengakuan cinta Tae Hee yang ketiga kalinya.
Ja Eun yang tampak terkejut mendengar pengakuan cinta Tae Hee yang ketiga kalinya yang tidak dia duga sama sekali, hanya mampu memandang ke arah lengannya yang digenggam oleh Tae Hee.
Tae Hee yang mengetahui arah
pandangan Ja Eun, segera melepaskan genggamannya tanpa kata. Saat itulah Ja Eun
mengangguk pelan seraya berkata, “Ye, kayo (Ya, ayo pergi),” seraya pergi
begitu saja dan meninggalkan Tae Hee dalam kebingungan.
Tae Hee tampak bingung dan tak mengerti mendengar jawaban Ja Eun yang terdengar ambigu di telinganya. Akhirnya dia hanya mampu mengikuti Ja Eun keluar dan berjalan pelan di belakang gadis itu dengan bibir cemberut dan tampang memelas. Tae Hee tampak ngambek karena Ja Eun tetap pergi menemui Kim Jae Ha walaupun dia sudah melarangnya. Jadi dia hanya bisa mengikuti Ja Eun seolah-olah ingin menjaga pacarnya agar tidak berselingkuh dengan pria lain.
Tae Hee tampak bingung dan tak mengerti mendengar jawaban Ja Eun yang terdengar ambigu di telinganya. Akhirnya dia hanya mampu mengikuti Ja Eun keluar dan berjalan pelan di belakang gadis itu dengan bibir cemberut dan tampang memelas. Tae Hee tampak ngambek karena Ja Eun tetap pergi menemui Kim Jae Ha walaupun dia sudah melarangnya. Jadi dia hanya bisa mengikuti Ja Eun seolah-olah ingin menjaga pacarnya agar tidak berselingkuh dengan pria lain.
Setelah sampai di depan gerbang, Ja Eun sedikit berlari menghampiri Kim Jae Ha dan berseru meminta maaf, “Kau sudah di sini? Kau sudah menunggu lama, ya?” seru Ja Eun, tampak tak enak hati seraya berjalan mendekat.
“Jangan lupa kita ada meeting dengan Sutradara Yang pukul 1 siang besok. Kau harus selesai membaca dokumen ini sebelum meeting dimulai,” ujar Kim Jae Ha seraya menyerahkan sebuah amplop berwarna putih berisi berkas-berkas bahan meeting besok siang.
Kim Jae Ha lalu menoleh pada Tae Hee yang sedari tadi menatapnya dengan cemberut, ekspresi tak suka terlihat jelas di matanya.
“Lama tidak bertemu, Hwang Gyeonghwi-nim (Inspektur Hwang),” sapa Kim Jae Ha pada Tae Hee yang hanya mengangguk singkat tanpa kata dengan ekspresi yang tak berubah sedari tadi.
Dan ternyata Ja Eun menerima ajakan itu dengan mudahnya.
“Baik,” sahut Ja Eun, membuat Tae Hee seketika kalang kabut dan semakin
terbakar saat mendengar jawaban Ja Eun saat itu. Tidak rela melihat Kim Jae Ha
dan Ja Eun bicara berdua di dalam mobil malam-malam begini, Tae Hee bergerak
cepat melarang.
“Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kau pulang sekarang!” usir Tae Hee dengan dingin, menghentikan Ja Eun yang tadinya ingin melangkah menuju mobil Kim Jae Ha.
Kim Jae Ha menatap Tae Hee dengan kesal sejenak sebelum kembali menatap Ja Eun dan meminta konfirmasi dari gadis itu, “Apakah sekarang sudah sangat malam?” tanya Kim Jae Ha dengan tersenyum manis pada Ja Eun.
Ja Eun menoleh pada Tae Hee yang juga menatapnya dengan cemberut dan wajah memelas menggemaskan seperti seorang anak kecil yang memohon pada ibunya agar jangan pergi meninggalkannya.
(Tae Hee manjanya kumat kalau di depan Ja Eun, dia berubah jadi childish dan aura polisi garangnya seketika ilang xixixi ^_^ Padahal si Nenek yang minta Tae Hee agar bersikap seperti anak kecil di depannya, silakan bermanja-manja dan jangan selalu berpura-pura tegar dan kuat kalau di depan sang Nenek, eh tapi Tae Hee malah bersikap seperti anak kecil yang manja di depan Ja Eun dan bukan di depan Neneknya hahaha ^_^)
“Ya, sedikit terlalu malam,” sahut Ja Eun dengan lirih. Tak punya pilihan selain setuju dengan Tae Hee. Ja Eun tampak ingin menjaga hati Tae Hee bagaimana pun juga, apalagi setelah mendengar Tae Hee terang-terangan melarangnya.
“Aku akan datang lebih awal besok sebelum meeting dimulai. Katakan saja besok,” sahut Ja Eun dengan tersenyum canggung dan tampak tak enak hati karena mengusir Kim Jae Ha.
“Baiklah kalau begitu. Karena sekarang sudah malam,” ujar Kim Jae Ha pada Ja Eun dengan ramah. Tae Hee hanya tersenyum tipis mengejek karena berhasil mengusir Kim Jae Ha malam itu.
“Masuklah. Aku akan pergi,” pamit Kim Jae Ha lagi.
Ja Eun membungkuk dengan hormat pada bosnya, “Baik.
Pergilah. Aku akan menyiapkan bahan untuk meetingnya dan tiba di ruang
pertemuan sebelum jam 1 siang,” ujar Ja Eun dengan sopan. Sementara Tae Hee
hanya berdiri menatap Ja Eun tanpa kata, seperti sedang mengawasi
tindak-tanduknya.
Kemudian dia kembali melemparkan tatapan dingin ke arah Kim Jae Ha yang terkesan seperti, “Pergilah sekarang! Apalagi yang kau tunggu! Get lost!” Andai mata bisa bicara, itulah yang sekiranya akan dikatakan Tae Hee.
Kim Jae Ha yang mengerti arti tatapan itu segera berjalan masuk ke dalam mobilnya tanpa bicara lagi.
“Ini sudah sangat malam. Sebaiknya kau pulang sekarang!” usir Tae Hee dengan dingin, menghentikan Ja Eun yang tadinya ingin melangkah menuju mobil Kim Jae Ha.
Kim Jae Ha menatap Tae Hee dengan kesal sejenak sebelum kembali menatap Ja Eun dan meminta konfirmasi dari gadis itu, “Apakah sekarang sudah sangat malam?” tanya Kim Jae Ha dengan tersenyum manis pada Ja Eun.
Ja Eun menoleh pada Tae Hee yang juga menatapnya dengan cemberut dan wajah memelas menggemaskan seperti seorang anak kecil yang memohon pada ibunya agar jangan pergi meninggalkannya.
(Tae Hee manjanya kumat kalau di depan Ja Eun, dia berubah jadi childish dan aura polisi garangnya seketika ilang xixixi ^_^ Padahal si Nenek yang minta Tae Hee agar bersikap seperti anak kecil di depannya, silakan bermanja-manja dan jangan selalu berpura-pura tegar dan kuat kalau di depan sang Nenek, eh tapi Tae Hee malah bersikap seperti anak kecil yang manja di depan Ja Eun dan bukan di depan Neneknya hahaha ^_^)
“Ya, sedikit terlalu malam,” sahut Ja Eun dengan lirih. Tak punya pilihan selain setuju dengan Tae Hee. Ja Eun tampak ingin menjaga hati Tae Hee bagaimana pun juga, apalagi setelah mendengar Tae Hee terang-terangan melarangnya.
“Aku akan datang lebih awal besok sebelum meeting dimulai. Katakan saja besok,” sahut Ja Eun dengan tersenyum canggung dan tampak tak enak hati karena mengusir Kim Jae Ha.
“Baiklah kalau begitu. Karena sekarang sudah malam,” ujar Kim Jae Ha pada Ja Eun dengan ramah. Tae Hee hanya tersenyum tipis mengejek karena berhasil mengusir Kim Jae Ha malam itu.
“Masuklah. Aku akan pergi,” pamit Kim Jae Ha lagi.
Kemudian dia kembali melemparkan tatapan dingin ke arah Kim Jae Ha yang terkesan seperti, “Pergilah sekarang! Apalagi yang kau tunggu! Get lost!” Andai mata bisa bicara, itulah yang sekiranya akan dikatakan Tae Hee.
Kim Jae Ha yang mengerti arti tatapan itu segera berjalan masuk ke dalam mobilnya tanpa bicara lagi.
Sebelum pergi, Kim Jae Ha sempat melambaikan tangannya pada Ja Eun dengan tersenyum manis, “Aku pergi dulu,” ujarnya berpamitan sekali lagi. Ja Eun tersenyum sopan dan membungkuk sekali lagi sebelum mobil Kim Jae Ha melaju pergi.
Setelah Kim Jae Ha pergi, Ja Eun menoleh pada Tae Hee dan berkata lembut, “Ayo kita masuk,” ajaknya yang hanya dijawab gumaman pelan oleh Tae Hee, “Hhhmmm”.
Ja Eun berjalan lebih dulu dan Tae Hee kembali mengekorinya seperti anak anjing yang patuh. Ja Eun kembali tersenyum saat melihat betapa menggemaskannya Tae Hee saat ini, namun dia mengubah wajahnya menjadi serius saat menyadari Tae Hee mengejarnya dan berjalan di sampingnya seraya mencuri-curi pandang padanya.
Setelah mereka masuk ke dalam rumah dan kembali ke kamar masing-masing, Tae Hee yang merasa resah dan gelisah serta galau melanda karena mendengar jawaban Ja Eun yang terdengar “Ngambang” alias ambigu di telinganya, mulai mengambil sebuah buku dan melakukan analisanya.
Dia mulai duduk dan menulis di atas selembar kertas, “Ya...Ayo pergi” adalah point utamanya.
Tae Hee memulainya dengan, “Ya, aku juga menyukaimu. Ayo pergi,” dia tampak berpikir sejenak sebelum mencoretnya.
Lalu yang terakhir, Tae Hee menuliskan, “Ya, lalu apa yang kau ingin aku untuk lakukan? Ayo pergi,” yang dia rasa gak cocok juga dan kembali dicoret dengan kesal.
Menyerah. Tae Hee akhirnya bangkit berdiri dan pergi ke
kamar Tae Phil untuk mendengar pendapatnya. Tae Phil yang sedang duduk di depan
laptopnya tampak kaget saat melihat Tae Hee tiba-tiba mendatangi kamarnya.
“Apa yang kau lakukan di kamarku?” tanya Tae Phil seraya memutar kursinya dan menatap Tae Hee bingung.
Tae Hee mengambil salah satu koleksi dasi Tae Phil dan mulai bertanya malu-malu, “Apa kau sibuk?” tanya Tae Hee, basa-basi lebih dulu.
“Tidak. Kenapa? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?” tanya Tae Phil, mendadak penasaran.
“Tidak ada. Itu...Aku punya seorang junior (Hoobae) yang bekerja denganku. Dia punya masalah yang cukup rumit dan aku benar-benar tidak tahan melihatnya sangat terganggu dengan masalah itu. Kau memiliki banyak pengalaman dariku dalam aspek itu,” ujar Tae Hee dengan malu-malu.
Dia menggunakan cerita yang sama “Ada seorang teman yang bla bla bla...” padahal dia sedang menceritakan dirinya sendiri.
“Masalah wanita?” tebak Tae Phil dengan akurat.
“Ya,” sahut Tae Hee, masih dengan ekspresi malu-malu. Tae Hee pertama kalinya curhat sama Tae Phil, padahal biasanya selalu tengkar. Kalau bukan karena Ja Eun, gak bakal kayaknya si Tae Hee nyari Tae Phil. Thanks to Ja Eun yang telah membuat hubungan kedua bersaudara ini mulai menghangat.
“Katakan saja,” ujar Tae Phil, tampak siap mendengarkan dan juga siap meledeknya. Senyum geli segera muncul di wajah Tae Phil namun berusaha ditahannya.
“Juniorku menyukai seorang gadis. Dia bahkan sudah menyatakan perasaannya pada gadis itu. Namun setelah mendengar pengakuannya, gadis itu hanya mengucapkan tiga kata, 'Ye, Kayo (Ya, ayo pergi)'. Apa maksudnya itu?” tanya Tae Hee dengan wajah memelas penasaran yang sudah putus asa ingin mengetahui apa maksudnya.
“Jadi Ja Eun hanya mengatakan itu? “Ya, ayo pergi”? Hanya tiga kata itu?” tanya Tae Phil, tepat sasaran. Dia sudah bisa menebak bahwa Tae Hee sedang membicarakan dirinya sendiri dan gadis yang dia sukai adalah Ja Eun.
(Ingat kan waktu di EP 25 saat Ja Eun pergi dari rumah setelah masalah pencurian kontrak terungkap? Tae Hee marah-marah sambil menangis dan membentak Park Bok Ja, sesuatu yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. Hanya Tae Phil dan Tae Bum saat itu yang sepertinya sudah bisa menebak kenapa Tae Hee yang biasanya introvert dan jarang bicara, meledak seperti itu. Lalu saat di EP 28, saat Tae Hee curhat dan mengatakan kepada ketiga saudaranya, “Saat gadis yang benar-benar kusukai muncul, aku bahkan tidak menyadarinya”, Tae Phil tampak menatap Tae Hee dengan terkejut mendengar pengakuan dari mulutnya. Dan itu semakin mengkonfirmasi alasan dibalik kemarahan Tae Hee di Ep 25. Dan sekarang sepertinya Tae Phil ingin mengkonfirmasi dugaannya sekali lagi ^_^)
“Aku bicara tentang juniorku, kenapa tiba-tiba kau membawa nama Baek Ja Eun di sini?” ujar Tae Hee, menyangkal keras dengan ekspresi wajah yang lucu. Dia tampak shock saat Tae Phil dapat menebak dengan tepat gadis yang dia bicarakan. Namun penyangkalannya yang terlalu kuat justru tampak mencurigakan.
“Apa yang kau lakukan di kamarku?” tanya Tae Phil seraya memutar kursinya dan menatap Tae Hee bingung.
Tae Hee mengambil salah satu koleksi dasi Tae Phil dan mulai bertanya malu-malu, “Apa kau sibuk?” tanya Tae Hee, basa-basi lebih dulu.
“Tidak. Kenapa? Apa ada sesuatu yang ingin kau katakan?” tanya Tae Phil, mendadak penasaran.
“Tidak ada. Itu...Aku punya seorang junior (Hoobae) yang bekerja denganku. Dia punya masalah yang cukup rumit dan aku benar-benar tidak tahan melihatnya sangat terganggu dengan masalah itu. Kau memiliki banyak pengalaman dariku dalam aspek itu,” ujar Tae Hee dengan malu-malu.
Dia menggunakan cerita yang sama “Ada seorang teman yang bla bla bla...” padahal dia sedang menceritakan dirinya sendiri.
“Masalah wanita?” tebak Tae Phil dengan akurat.
“Ya,” sahut Tae Hee, masih dengan ekspresi malu-malu. Tae Hee pertama kalinya curhat sama Tae Phil, padahal biasanya selalu tengkar. Kalau bukan karena Ja Eun, gak bakal kayaknya si Tae Hee nyari Tae Phil. Thanks to Ja Eun yang telah membuat hubungan kedua bersaudara ini mulai menghangat.
“Katakan saja,” ujar Tae Phil, tampak siap mendengarkan dan juga siap meledeknya. Senyum geli segera muncul di wajah Tae Phil namun berusaha ditahannya.
“Juniorku menyukai seorang gadis. Dia bahkan sudah menyatakan perasaannya pada gadis itu. Namun setelah mendengar pengakuannya, gadis itu hanya mengucapkan tiga kata, 'Ye, Kayo (Ya, ayo pergi)'. Apa maksudnya itu?” tanya Tae Hee dengan wajah memelas penasaran yang sudah putus asa ingin mengetahui apa maksudnya.
“Jadi Ja Eun hanya mengatakan itu? “Ya, ayo pergi”? Hanya tiga kata itu?” tanya Tae Phil, tepat sasaran. Dia sudah bisa menebak bahwa Tae Hee sedang membicarakan dirinya sendiri dan gadis yang dia sukai adalah Ja Eun.
(Ingat kan waktu di EP 25 saat Ja Eun pergi dari rumah setelah masalah pencurian kontrak terungkap? Tae Hee marah-marah sambil menangis dan membentak Park Bok Ja, sesuatu yang tak pernah dia lakukan sebelumnya. Hanya Tae Phil dan Tae Bum saat itu yang sepertinya sudah bisa menebak kenapa Tae Hee yang biasanya introvert dan jarang bicara, meledak seperti itu. Lalu saat di EP 28, saat Tae Hee curhat dan mengatakan kepada ketiga saudaranya, “Saat gadis yang benar-benar kusukai muncul, aku bahkan tidak menyadarinya”, Tae Phil tampak menatap Tae Hee dengan terkejut mendengar pengakuan dari mulutnya. Dan itu semakin mengkonfirmasi alasan dibalik kemarahan Tae Hee di Ep 25. Dan sekarang sepertinya Tae Phil ingin mengkonfirmasi dugaannya sekali lagi ^_^)
“Aku bicara tentang juniorku, kenapa tiba-tiba kau membawa nama Baek Ja Eun di sini?” ujar Tae Hee, menyangkal keras dengan ekspresi wajah yang lucu. Dia tampak shock saat Tae Phil dapat menebak dengan tepat gadis yang dia bicarakan. Namun penyangkalannya yang terlalu kuat justru tampak mencurigakan.
Tae Phil hanya mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti namun
dengan ekspresi meledek, dia kemudian bertanya, “Oh. 'Ya, ayo pergi'. Jadi Ja
Eun hanya mengatakan tiga kata itu?” ulang Tae Phil dengan senyuman nakalnya,
sengaja menggoda Tae Hee, yang membuat Tae Hee semakin kesal.
“YYYYAAA! Sudahlah. Sudahlah. Lupakan. Apa yang kupikirkan hingga aku membicarakan hal ini denganmu?” ujar Tae Hee dengan kesal dan bibir cemberut. Dia membanting dasi Tae Phil dengan kesal dan berniat ingin meninggalkan kamar itu saat Tae Phil kembali bicara.
“Haruskah aku memberimu saran tentang apa yang boleh kau lakukan dan apa yang tidak boleh kau lakukan?” seru Tae Phil, spontan membuat Tae Hee terpaku di tempatnya dan tampak mendengarkan dengan serius. Dia menoleh sedikit ke arah belakang, masih dengan ekspresi cemberut kesal.
“Apa maksudnya itu? Kau tidak boleh bertanya lebih dulu padanya! Mengerti?” lanjut Tae Phil lagi. Saran yang tentunya membuat Tae Hee semakin “gila”. Dia sangat penasaran tapi gak boleh tanya.
Merasa tidak masuk akal, Tae Hee segera menarik gagang pintu dan pergi dari sana.
“Tidak peduli walaupun kau sangat penasaran dengan hal itu, kau harus tetap bertahan. Cinta adalah tarik ulur,” seru Tae Phil, walaupun Tae Hee sudah membanting pintunya dan keluar.
(Ajaran sesat nih Tae Phil, gak ngerti apa dia kalau Tae Hee hampir aja mati penasaran? Hahaha ^_^ Eh, malah disuruh gak boleh tanya sama orangnya wkwkwk ^_^)
Setelah mengatakan itu, Tae Phil tertawa terbahak-bahak seorang diri di kamarnya, “Aku hanya asal menebak tapi ternyata dia langsung tertangkap. Dia bahkan tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri dengan benar, tapi kini dia malah jatuh cinta?” ujar Tae Phil sambil tersenyum lucu.
(Sepertinya nih bocah punya bahan ledekan untuk membully Tae Hee setelah ini. Tae Phil sudah mengetahui kelemahan Tae Hee hahaha ^_^ Poor Tae Hee... Uda stress mikirin jawabannya Ja Eun, eh malah diusilin mulu lagi sama adeknya hahaha ^_^)
“YYYYAAA! Sudahlah. Sudahlah. Lupakan. Apa yang kupikirkan hingga aku membicarakan hal ini denganmu?” ujar Tae Hee dengan kesal dan bibir cemberut. Dia membanting dasi Tae Phil dengan kesal dan berniat ingin meninggalkan kamar itu saat Tae Phil kembali bicara.
“Haruskah aku memberimu saran tentang apa yang boleh kau lakukan dan apa yang tidak boleh kau lakukan?” seru Tae Phil, spontan membuat Tae Hee terpaku di tempatnya dan tampak mendengarkan dengan serius. Dia menoleh sedikit ke arah belakang, masih dengan ekspresi cemberut kesal.
“Apa maksudnya itu? Kau tidak boleh bertanya lebih dulu padanya! Mengerti?” lanjut Tae Phil lagi. Saran yang tentunya membuat Tae Hee semakin “gila”. Dia sangat penasaran tapi gak boleh tanya.
Merasa tidak masuk akal, Tae Hee segera menarik gagang pintu dan pergi dari sana.
“Tidak peduli walaupun kau sangat penasaran dengan hal itu, kau harus tetap bertahan. Cinta adalah tarik ulur,” seru Tae Phil, walaupun Tae Hee sudah membanting pintunya dan keluar.
(Ajaran sesat nih Tae Phil, gak ngerti apa dia kalau Tae Hee hampir aja mati penasaran? Hahaha ^_^ Eh, malah disuruh gak boleh tanya sama orangnya wkwkwk ^_^)
Setelah mengatakan itu, Tae Phil tertawa terbahak-bahak seorang diri di kamarnya, “Aku hanya asal menebak tapi ternyata dia langsung tertangkap. Dia bahkan tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri dengan benar, tapi kini dia malah jatuh cinta?” ujar Tae Phil sambil tersenyum lucu.
(Sepertinya nih bocah punya bahan ledekan untuk membully Tae Hee setelah ini. Tae Phil sudah mengetahui kelemahan Tae Hee hahaha ^_^ Poor Tae Hee... Uda stress mikirin jawabannya Ja Eun, eh malah diusilin mulu lagi sama adeknya hahaha ^_^)
Sementara itu Tae Hee kembali ke kamarnya dengan ekspresi
wajah yang galau, resah dan gelisah. Pertama kalinya dia merasa memiliki
masalah yang tak sanggup dia pecahkan.
Di kamarnya, Ja Eun teringat tentang pengakuan cinta Tae Hee di gudang beberapa saat yang lalu, “Baek Ja Eun, aku masih menyukaimu,” dan itu membuatnya tersenyum gembira seorang diri dengan wajah berbunga-bunga. Ja Eun seolah sudah memenangkan jakpot. Dia bahagia tapi Tae Hee menderita, menderita karena penasaran.
Kemudian Ja Eu teringat saat pagi harinya, Tae Hee mengabaikan sapaannya dan bersikap dingin padanya, senyumannya seketika luntur dan Ja Eun kembali kesal. Namun untunglah beberapa detik kemudian, dia kembali tersenyum gembira sekali lagi.
Tak lama kemudian, pintu kamar Ja Eun diketuk dari luar.
Park Bok Ja meminta ijin masuk dengan membawakan Ja Eun makanan ringan. Park
Bok Ja mengatakan walau dia tidak tahu alasan kenapa Ja Eun berubah pikiran dan
tak mau menjual pertanian ini, namun dia sangat berterima kasih mendengarnya.
Park Bok Ja juga mengomeli Ja Eun yang tampak lebih kurus
karena tidak makan dengan baik dan menyuruhnya untuk makan lebih banyak mulai
besok. Kemudian mereka mulai membahas tentang bagaimana menghasilkan 50 juta
won dalam 6 bulan. Berdua, mereka mengobrol dengan asyik bagaikan sepasang ibu
dan anak.
(Kalau jadi istrinya Tae Hee, Ja Eun gak usah menghadapi drama dijahati Ibu mertua, karena ibu mertuanya uda sayang sama dia, juga gak bakal ada drama ipar resek cari masalah, karena ketiga saudaranya Tae Hee juga menyayangi Ja Eun seperti adik Perempuan mereka sendiri ^_^ Ja Eun uda merebut hati keluarga Tae Hee di awal soalnya xixixi ^_^)
(Kalau jadi istrinya Tae Hee, Ja Eun gak usah menghadapi drama dijahati Ibu mertua, karena ibu mertuanya uda sayang sama dia, juga gak bakal ada drama ipar resek cari masalah, karena ketiga saudaranya Tae Hee juga menyayangi Ja Eun seperti adik Perempuan mereka sendiri ^_^ Ja Eun uda merebut hati keluarga Tae Hee di awal soalnya xixixi ^_^)
Keesokan paginya, saat Ja Eun sedang membantu Park Bok Ja di
dapur untuk menyiapkan sarapan. Tae Hee yang ingin berdekatan dengan Ja Eun,
mendatanginya dengan tersenyum manis dan malu-malu.
Park Bok Ja menoleh saat menyadari seseorang datang ke dapur
dan tersenyum melihat Tae Hee ada di sana, “Oh, putra ketigaku sudah bangun?”
tanya Park Bok Ja dengan lembut.
“Ya, Eomma. Apakah Ibu tidur dengan nyenyak?” ujar Tae Hee dengan tersenyum manis seraya menuang air ke dalam gelas.
Park Bok Ja hanya tersenyum sayang dan menjawab singkat, “Ya.”
“Ya, Eomma. Apakah Ibu tidur dengan nyenyak?” ujar Tae Hee dengan tersenyum manis seraya menuang air ke dalam gelas.
Park Bok Ja hanya tersenyum sayang dan menjawab singkat, “Ya.”
“Kau bangun pagi sekali,” ujar Tae Hee pada Ja Eun dengan tersenyum lembut penuh cinta, mencari bahan obrolan untuk mencairkan kecanggungan.
“Ya,” sahut Ja Eun singkat.
“Apa kau mau minum?” ujar Tae Hee mati kutu, seraya menawarkan segelas air yang tadi dia tuang. Tae Hee ingin mengajak Ja Eun mengobrol tapi dia tidak tahu bagaimana caranya membuka obrolan. (Duh, si mas polisi ini bener-bener bikin gemes ckckck... Ngajak ngobrol cewek aja bingung >_<)
“Tidak perlu,” sahut Ja Eun menggeleng pelan seraya melanjutkan aktivitasnya menyiapkan sarapan.
Saat itulah si usil Hwang Tae Phil masuk ke dalam dapur dan melihat sepasang calon kekasih saling berdiri dengan canggung dan sama-sama malu-malu kucing. Mulailah ide untuk meledek dan mengusili Hwang Tae Hee di pagi hari.
“Ja Eun-ah, apa kau tidur dengan nyenyak?” tanya Hwang Tae Phil, menyapa Ja Eun dengan ramah.
“Maknae Oppa, apa kau juga tidur dengan nyenyak?” tanya Ja Eun, balik bertanya dengan ramah,
Tae Phil menjawabnya dengan mengangguk
singkat sambil tersenyum. Mendadak Tae Hee menjadi seperti obat nyamuk karena
Tae Phil seperti “mencuri” momennya hahaha ^_^
Tiba-tiba saja suara Nenek memecahkan keheningan di pagi hari, “Tidak ada tissue toilet di sini,” seru Nenek dari arah kamar mandi.
Tae Phil tiba-tiba mendapat ide untuk mengusili dan meledek Tae Hee, sekaligus membuktikan kecurigaannya. Jika Tae Hee memberikan reaksi yang mencurigakan, berarti dugaannya benar.
“Ye. Kayo (Ya. Aku akan pergi),” seru Tae Phil, menyahut sambil tersenyum meledek ke arah Tae Hee yang seketika tampak panik, takut Ja Eun menyadarinya.
Tiba-tiba saja suara Nenek memecahkan keheningan di pagi hari, “Tidak ada tissue toilet di sini,” seru Nenek dari arah kamar mandi.
Tae Phil tiba-tiba mendapat ide untuk mengusili dan meledek Tae Hee, sekaligus membuktikan kecurigaannya. Jika Tae Hee memberikan reaksi yang mencurigakan, berarti dugaannya benar.
“Ye. Kayo (Ya. Aku akan pergi),” seru Tae Phil, menyahut sambil tersenyum meledek ke arah Tae Hee yang seketika tampak panik, takut Ja Eun menyadarinya.
Tae Hee menatap Tae Phil dengan kesal seraya mengerucutkan bibirnya cemberut, melemparkan tatapan maut ke arah Tae Phil yang tampak
tidak peduli karena tahu Tae Hee tidak akan melakukan apa-apa padanya karena Ja
Eun ada di sana.
“Ambilkan aku tissue toilet,” seru Nenek lagi, dengan tak sabar.
“Ambilkan aku tissue toilet,” seru Nenek lagi, dengan tak sabar.
“Ye, kayo (Ya, aku akan pergi),” seru Tae Phil sekali lagi, seraya meledek Tae Hee sambil tertawa geli. (Resek emang nih Tae Phil. Sengaja ngerjain Tae Hee hahaha ^_^)
Melihat Tae Hee yang tampak panik, Tae Phil sudah bisa mengkonfirmasi bahwa kemarin malam Tae Hee memang menceritakan tentang dirinya sendiri dan gadis yang memberikan jawaban “Ye, Kayo” itu adalah Ja Eun. (Percuma menyangkal. Tae Hee terlalu jelas menunjukkan perasaannya pada Ja Eun. Tae Bum dan Tae Phil aja langsung tahu sekali lihat ^^)
Tae Hee menatap Tae Phil dengan kesal seraya mengerucutkan bibirnya lucu tapi Tae Phil tetap menjawab seperti itu lagi, hingga akhirnya Tae Phil harus pergi karena Nenek sudah menunggu tissue-nya.
Tae Hee menatap Ja Eun dengan was-was, namun untunglah Ja Eun masih asyik menyiapkan sarapan dan tidak terlalu memberikan perhatian atas apa yang terjadi di sana. Ja Eun pun tampak menatap Tae Hee dengan tatapan polos yang tak tahu apa-apa.
Setelah Tae Phil pergi, Tae Hee tersenyum malu-malu pada Ja Eun seraya meletakkan gelasnya dengan gugup di atas meja dan cepat-cepat pergi meninggalkan dapur sebelum Ja Eun menyadari apa yang baru saja terjadi di sana. Untunglah sampai akhir, Ja Eun tetap tidak menyadari apa yang terjadi karena terlalu fokus menyiapkan sarapan.
Di meja makan, seluruh keluarga tampak berkumpul untuk
menikmati sarapan bersama. Seperti biasa, Nenek meminta semua orang untuk makan
barulah semua orang mulai memakan makanannya.
Ja Eun yang duduk di sebelah Guksu mengelus rambutnya dengan sayang dan berkata lembut, “Guksu, makanlah yang banyak,” dengan senyum yang ceria.
Guksu tersenyum manis dan menatap Ja Eun dengan ceria, “Ya, Noona. Noona juga makanlah yang banyak,” ujar Guksu dengan sopan dan tersenyum ceria. Guksu tampak menyukai Ja Eun yang tak hanya cantik namun juga baik hati dan ceria. Karena sebelumnya, anak itu mendapatkan penolakan dari keluarga ayahnya dan juga ayahnya sendiri, jadi dia merasa sangat gembira saat ada orang yang langsung menerima kehadirannya dan memperlakukannya dengan baik.
“Gomawo...Gomawo,” sahut Ja Eun dengan hangat.
Tae Phil tersenyum melihat itu dan menggoda keponakannya, “Aiggooo… Guksu kami sepertinya sangat menyukai Ja Eun Noona,” ujar Tae Phil dengan tersenyum pada Guksu.
Nenek kemudian berkomentar kalau rasa supnya sangat manis, karena mereka sudah lama tidak makan sup ini, Park Bok Ja berkata kalau itu karena bahan dasarnya juga manis.
Ja Eun memandang semua orang di meja sebelum mengatakan sesuatu pada semua orang, “Ahjussi (Hwang Chang Sik), First Ahjussi (Tae Shik), Maknae Oppa (Tae Phil), dan Third Ahjussi (Tae Hee), ada sesuatu yang ingin kukatakan,” ujar Ja Eun di sela-sela sarapan dengan tersenyum manis pada semua orang.
Ja Eun yang duduk di sebelah Guksu mengelus rambutnya dengan sayang dan berkata lembut, “Guksu, makanlah yang banyak,” dengan senyum yang ceria.
Guksu tersenyum manis dan menatap Ja Eun dengan ceria, “Ya, Noona. Noona juga makanlah yang banyak,” ujar Guksu dengan sopan dan tersenyum ceria. Guksu tampak menyukai Ja Eun yang tak hanya cantik namun juga baik hati dan ceria. Karena sebelumnya, anak itu mendapatkan penolakan dari keluarga ayahnya dan juga ayahnya sendiri, jadi dia merasa sangat gembira saat ada orang yang langsung menerima kehadirannya dan memperlakukannya dengan baik.
“Gomawo...Gomawo,” sahut Ja Eun dengan hangat.
Tae Phil tersenyum melihat itu dan menggoda keponakannya, “Aiggooo… Guksu kami sepertinya sangat menyukai Ja Eun Noona,” ujar Tae Phil dengan tersenyum pada Guksu.
Nenek kemudian berkomentar kalau rasa supnya sangat manis, karena mereka sudah lama tidak makan sup ini, Park Bok Ja berkata kalau itu karena bahan dasarnya juga manis.
Ja Eun memandang semua orang di meja sebelum mengatakan sesuatu pada semua orang, “Ahjussi (Hwang Chang Sik), First Ahjussi (Tae Shik), Maknae Oppa (Tae Phil), dan Third Ahjussi (Tae Hee), ada sesuatu yang ingin kukatakan,” ujar Ja Eun di sela-sela sarapan dengan tersenyum manis pada semua orang.
Semua orang menatapnya dengan hati berdebar-debar. Karena setiap kali Ja Eun ingin mengatakan sesuatu, itu kebanyakan adalah masalah besar hahaha ^_^
(Seperti saat di EP 5, Ja Eun minta 5 juta won untuk biaya kuliah, lalu di EP 7, dia minta 30 juta won untuk menyewa regu penyelamat untuk mencari ayahnya yang hilang. Makanya setiap kali Ja Eun bilang ingin bicara, otomatis semua orang langsung deg-deg’an, termasuk Tae Hee juga xixixi ^_^ Tae Hee be like : “Duh, nih ayang mau apalagi dah? Jadi deg-deg’an bawaannya kalau dia mulai minta sesuatu xixixi ^^)
“Katakan saja. Ada apa?” tanya Hwang Chang Sik.
“Mulai sekarang, akan lebih baik jika kita membagi tugas untuk membersihkan rumah, mencuci piring dan mencuci baju,” ujar Ja Eun mengusulkan.
“Apa yang kau katakan? Siapa yang menyuruhmu bicara seperti ini?” tegur Park Bok Ja dengan lembut, seperti seorang Ibu yang memarahi putrinya.
Sementara Tae Hee memberikan Ja Eun tatapan polos yang seolah berkata, "Haruskah aku mencuci piring sekarang?"
“Ahjumma, Anda hanya perlu memasak saja. Tapi untuk mencuci
piring, biarkan kami berlima : Aku, Ahjussi, Paman Pertama (Tae Shik), Paman
Ketiga (Tae Hee) dan Maknae Oppa (Tae Phil) yang bergantian melakukannya setiap
hari. Karena ada lima orang di rumah ini, maka setiap hari senin, selasa, rabu,
kamis dan jumat, kami semua akan bergantian mencuci piring. Lalu di akhir
pekan, setiap sabtu dan minggu, kami akan mengundinya dengan cara bermain game
“bokbulbok” (yang ada dalam 1N2D) dan pihak yang kalah harus mencuci piring.
Bukankah ini adil?” ujar Ja Eun dengan percaya diri memberi usul.
“Halmoni, karena Anda sudah tua, jadi Anda tidak perlu ikut serta,” tambah Ja Eun tanpa dosa.
Tak ada seorangpun dari mereka yang membuka suara, mereka tak berani menentang namun juga tidak mendukung. Tae Shik hanya tersenyum kecil mendengarnya, sementara Tae Hee hanya menatapnya serius.
“Siapa yang menyuruhmu untuk mengurusi hal itu?” tegur Park
Bok Ja lagi namun dengan nada rendah, merasa tak enak pada ibu mertuanya. Tapi
tatapan matanya terlihat bahagia karena ada seseorang yang memberikannya
perhatian. Beginilah enaknya memiliki anak perempuan.
“Aku mengusulkan ini bukan karena aku khawatir denganmu, Ahjumma.” Sangkal Ja Eun, tak ingin Park Bok Ja disalahkan oleh Nenek.
“Kenapa kalian semua diam saja?” tanya Ja Eun seraya mengedarkan pandangannya ke semua orang di meja makan.
“Halmoni, karena Anda sudah tua, jadi Anda tidak perlu ikut serta,” tambah Ja Eun tanpa dosa.
Tak ada seorangpun dari mereka yang membuka suara, mereka tak berani menentang namun juga tidak mendukung. Tae Shik hanya tersenyum kecil mendengarnya, sementara Tae Hee hanya menatapnya serius.
“Aku mengusulkan ini bukan karena aku khawatir denganmu, Ahjumma.” Sangkal Ja Eun, tak ingin Park Bok Ja disalahkan oleh Nenek.
“Kenapa kalian semua diam saja?” tanya Ja Eun seraya mengedarkan pandangannya ke semua orang di meja makan.
“Ahjussi, apa Anda tidak menyukai usulku?” tanya Ja Eun pada
Hwang Chang Sik dengan tatapan polos tanpa dosa.
“Tidak. Aku bukan tidak menyukainya. Itu usul yang bagus.
Sejujurnya, Ahjuma memang telah bekerja sangat keras selama ini. Dia melakukan
semuanya sendiri,” sahut Hwang Chang Sik, memberikan dukungan.
“Pekerjaan Ahjumma sangat banyak. Apa yang dikerjakan Ahjuma setiap hari terlalu banyak hingga rasanya sulit untuk dipercaya tapi aku mengatakan ini bukan untuk kebaikan Ahjumma,” sangkal Ja Eun. Dia tak mau memberikan kesulitan pada Park Bok Ja dan takut Nenek berpikir bahwa Park Bok Ja yang menyuruhnya.
“Ini karena mulai sekarang, aku dan Ahjumma akan fokus mengembangkan pakan bebek dan melakukan pekerjaan pertanian. Kalian semua tidak menentang, kan? Dan juga, untuk mencuci baju dan membersihkan rumah...” lanjut Ja Eun dengan antusias namun Nenek menginterupsinya dengan deheman keras.
“Ehem...Ehem...” Nenek berdehem sebagai tanda “Hentikan omong kosong ini”, namun dia juga enggan mengatakannya secara langsung dan cuma memberikan isyarat agar Ja Eun mengerti sendiri. Nenek merasa sungkan karena ini rumahnya Ja Eun, secara gak langsung, Ja Eun-lah bos di rumah ini dan keluarga Hwang hanya menumpang tinggal hahaha ^_^
Mendengar Nenek hanya berdehem namun tak berani membantah, Tae Shik sekali lagi tersenyum kecil dan merasa geli, karena tak ada seorangpun di rumah itu yang berani menentang Ja Eun.
“Kenapa kau juga menyuruh mereka mencuci baju dan membersihkan rumah juga? Apa semua putra kami hanya bermain? Setelah sarapan, mereka semua harus pergi bekerja, jadi kenapa mereka harus mencuci piring juga?” tegur Park Bok Ja sekali lagi. Karena ibu mertua sudah “ehem ehem”, dia takut akan dijadikan pelampiasan kekesalan Nenek yang tidak berani menentang Ja Eun.
“Ahjumma, karena Anda terlalu memanjakan semua putra Anda, jadi mereka sama sekali tidak tahu berapa banyak Anda menderita selama ini, mereka juga tidak tahu bagaimana dunia ini bekerja. Bila mereka tetap hidup seperti ini, tidak mau membantu pekerjaan rumah sama sekali, maka setelah mereka menikah nanti, hanya tinggal masalah waktu sebelum mereka ditendang oleh istri mereka sendiri,” ujar Ja Eun dengan antusias dan semangat menggebu-gebu, mengobarkan pesan feminismenya.
Mendengar kata “ditendang oleh istri mereka”, Tae Hee
seketika berhenti makan dan menatap Ja Eun dengan ekspresi serius, dia terlihat
memberikan perhatian penuh saat ini. Sepertinya Tae Hee berpikir, jika ingin
menjadi suami idaman Ja Eun maka dia harus mulai belajar mengerjakan pekerjaan
rumah mulai saat ini agar suatu saat nanti Ja Eun tidak menendangnya dan
menceraikannya hanya karena masalah sepele seperti ini.
“Pekerjaan Ahjumma sangat banyak. Apa yang dikerjakan Ahjuma setiap hari terlalu banyak hingga rasanya sulit untuk dipercaya tapi aku mengatakan ini bukan untuk kebaikan Ahjumma,” sangkal Ja Eun. Dia tak mau memberikan kesulitan pada Park Bok Ja dan takut Nenek berpikir bahwa Park Bok Ja yang menyuruhnya.
“Ini karena mulai sekarang, aku dan Ahjumma akan fokus mengembangkan pakan bebek dan melakukan pekerjaan pertanian. Kalian semua tidak menentang, kan? Dan juga, untuk mencuci baju dan membersihkan rumah...” lanjut Ja Eun dengan antusias namun Nenek menginterupsinya dengan deheman keras.
“Ehem...Ehem...” Nenek berdehem sebagai tanda “Hentikan omong kosong ini”, namun dia juga enggan mengatakannya secara langsung dan cuma memberikan isyarat agar Ja Eun mengerti sendiri. Nenek merasa sungkan karena ini rumahnya Ja Eun, secara gak langsung, Ja Eun-lah bos di rumah ini dan keluarga Hwang hanya menumpang tinggal hahaha ^_^
Mendengar Nenek hanya berdehem namun tak berani membantah, Tae Shik sekali lagi tersenyum kecil dan merasa geli, karena tak ada seorangpun di rumah itu yang berani menentang Ja Eun.
“Kenapa kau juga menyuruh mereka mencuci baju dan membersihkan rumah juga? Apa semua putra kami hanya bermain? Setelah sarapan, mereka semua harus pergi bekerja, jadi kenapa mereka harus mencuci piring juga?” tegur Park Bok Ja sekali lagi. Karena ibu mertua sudah “ehem ehem”, dia takut akan dijadikan pelampiasan kekesalan Nenek yang tidak berani menentang Ja Eun.
“Ahjumma, karena Anda terlalu memanjakan semua putra Anda, jadi mereka sama sekali tidak tahu berapa banyak Anda menderita selama ini, mereka juga tidak tahu bagaimana dunia ini bekerja. Bila mereka tetap hidup seperti ini, tidak mau membantu pekerjaan rumah sama sekali, maka setelah mereka menikah nanti, hanya tinggal masalah waktu sebelum mereka ditendang oleh istri mereka sendiri,” ujar Ja Eun dengan antusias dan semangat menggebu-gebu, mengobarkan pesan feminismenya.
(Jadian aja belum, tapi dia uda mikirin jadi suami Ja Eun
hahaha ^_^ Siapkan mentalmu ya, Tae Hee. Calon istri yang kau inginkan adalah
wanita feminist, dia kuat dan mandiri, bukan type cewek manja dan menye-menye,
juga bukan type wanita yang mau dijadikan babunya suami dan mertua. Semua
pekerjaan harus dibagi rata dan dikerjakan bersama-sama xixixi ^^ Ingat, istri bukan babu!)
“Jangan khawatir, Ja Eun-ah. Setelah aku menikah, aku tidak akan melakukan ini. Aku pasti akan membantu istriku,” ujar Tae Phil enteng dengan tersenyum meremehkan, namun ketika dia melihat Park Bok Ja melotot padanya, dia segera mengunci mulutnya lagi.
“Itulah masalahnya, Maknae Oppa. Bahwa kau akan membantu. Pekerjaan rumah bukanlah masalah yang bisa kau selesaikan dengan sekedar membantu, melainkan harus dikerjakan bersama-sama. Maknae Oppa, apa kau tamu di rumah ini? Seorang tamu hanya datang untuk membantu, tapi pemilik rumah harus ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam rumah,” ujar Ja Eun pada Tae Phil yang hanya mengangguk-angguk saja tanpa kata, tak berani membantah lagi.
“Jangan khawatir, Ja Eun-ah. Setelah aku menikah, aku tidak akan melakukan ini. Aku pasti akan membantu istriku,” ujar Tae Phil enteng dengan tersenyum meremehkan, namun ketika dia melihat Park Bok Ja melotot padanya, dia segera mengunci mulutnya lagi.
“Itulah masalahnya, Maknae Oppa. Bahwa kau akan membantu. Pekerjaan rumah bukanlah masalah yang bisa kau selesaikan dengan sekedar membantu, melainkan harus dikerjakan bersama-sama. Maknae Oppa, apa kau tamu di rumah ini? Seorang tamu hanya datang untuk membantu, tapi pemilik rumah harus ikut bertanggung jawab atas apa yang terjadi di dalam rumah,” ujar Ja Eun pada Tae Phil yang hanya mengangguk-angguk saja tanpa kata, tak berani membantah lagi.
“Ahjussi, jika sekarang kau sedikit saja berpikir bahwa kau
akan membantu, mulai sekarang kau harus menghapus pikiran itu dari kepalamu.
Karena ini bukan masalah membantu, melainkan melakukan pekerjaan rumah
bersama-sama yang adalah bagian dari tanggung jawabmu,” lanjut Ja Eun seraya menatap Tae Hee yang hanya mengangguk-angguk tanpa kata kemudian menundukkan wajahnya seolah sedang memikirkan dengan serius masalah ini.
Nenek kembali berdehem, namun lagi-lagi tak berani membantah, apalagi yang dikatakan oleh Ja Eun memang benar. Kasian para istri yang hanya dijadikan babunya suami, mertua dan anak-anaknya.
“Itu ide yang bagus,” sahut Hwang Chang Sik seraya mengangguk-angguk. Tae Phil juga mengangguk-anggukkan kepalanya setuju (biar gak diomelin emak dianya), Tae Shik tersenyum kecil sedari tadi (karena tahu tidak akan menang berdebat melawan Ja Eun) dan Tae Hee tampak memikirkan dengan serius semua ucapan Ja Eun pagi.
Setelah sarapan, semua orang berangkat kerja. Saat itu
kebetulan sedang hujan. Tae Hee baru saja ingin membuka mobilnya saat tiba-tiba
saja dia teringat pada Ja Eun.
Tapi belum sempat dia mengirimkannya, Tae Phil dan Tae Shik telah mendatanginya karena ingin menumpang mobilnya. (Yah, gagal deh pedekate-nya >_<)
“Ayo, Tae Hee. Kita berangkat sekarang. Hyung sudah terlambat,” seru Tae Shik seraya masuk ke dalam mobil Tae Hee.
Tae Hee hanya menatap kedua saudaranya dengan lesu dan suntuk karena niatnya ingin pedekate jadi gagal sekarang, apalagi ditambah dengan Tae Phil yang tersenyum licik ke arahnya.
Setelah Tae Hee masuk ke dalam mobil dan bersiap untuk menyalakan mesin mobilnya, Tae Phil dengan “senyuman iblisnya” memajukan kepalanya ke tengah-tengah ruang kosong antara Tae Hee dan Tae Shik dan berkata usil ke arah Tae Shik, “Ye, kayo,” kemudian tertawa terbahak-bahak.
“YYYAAA! Tae Hee-yaa! Lepaskan! Ini masih pagi. Jangan bertengkar!” lerai Tae Shik yang tak tahu apa-apa, mengira mereka benar-benar berkelahi padahal Tae Phil hanya bercanda.
“Apa kau tak mau melepaskan aku?” tanya Tae Phil pada Tae Hee.
“Cobalah melakukannya lagi!” Ancam Tae Hee kesal.
“Kau pikir aku tidak berani? Ye, kayo,” ujar Tae Phil, masih mengerjai Tae Hee, yang segera mencekiknya lehernya lebih kuat.
Tae Shik akhirnya memukul-mukul lengan Tae Hee agar dia melepaskan Tae Phil, “Tae Hee-yaa! Lepaskan!” seru Tae Shik.
Tae Hee akhirnya terpaksa melepaskan Tae Phil walau dengan ekspresi kesal dan cemberut karena diusili sedari tadi.
“Oke, oke.” Ujar Tae Phil akhirnya, karena mereka semua harus berangkat kerja.
Karena pendekatan di pagi hari berujung kegagalan (gara-gara Tae Shik dan Tae Phil menumpang di mobilnya), Tae Hee berniat mencobanya lagi siang ini. Dia berencana mengajak Ja Eun makan siang berdua sekaligus sebagai kencan pertama mereka.
(Tae Hee adalah pejantan tangguh, dia gigih dalam mengejar cintanya. Dia tidak peduli walau pernah ditolak sebelumnya, selama masih ada kesempatan, kejar terus sampai dapat ^_^ Definisi "Menyerah tak ada dalam kamusku! Tidak ada seorangpun yang bisa mengajariku untuk menyerah!")
Namun belum sempat dia mengirimkannya, dia sudah melihat Ja Eun dan Kim Jae Ha berjalan keluar dari dalam Perusahaan sambil mengobrol dengan asyik dan tidak menyadari keberadaannya. (Tae Hee be like : "Gagal maning, gagal maning!" Poor Tae Hee ^^)
“Seperti yang diusulkan Sutradara Yang, sepertinya kita memang perlu menghadirkan karakter antagonis untuk memperkuat ceritanya,” ujar Kim Jae Ha sambil berjalan di samping Ja Eun.
“Benar. Aku juga berpikir seperti itu. Setelah sampai di pertengahan cerita, konfliknya semakin lemah, jadi kita membutuhkan karakter antagonis untuk memperkuat cerita,” sahut Ja Eun setuju.
“Baiklah,” sahut Ja Eun menyetujui. Mereka berdua berjalan
ke arah mobil Kim Jae Ha dan Tae Hee melihat bagaimana Kim Jae Ha membukakan
pintu mobil untuk Ja Eun dan itu membuatnya semakin meradang.
Tae Hee
menghembuskan napas kesal saat melihat rencananya mendekati Ja Eun lagi-lagi
gagal. Tatapan kecemburuan seketika tampak di matanya. (Waduh, babang polisi
ketikung mulu nih hahaha ^_^ Yang sabar ya, Tae Hee xixixi ^^)
Setelah mobil Kim Jae Ha meluncur pergi, Tae Hee secepat kilat mengikuti. Dia tidak akan pernah membiarkan Ja Eun pergi berdua dengan Kim Jae Ha, jadi sebisa mungkin dia akan mengamati mereka, untuk sekedar berjaga-jaga dari kemungkinan terburuk. (Cemburu bilang, pak polisi ^^)
(Btw, kebun Binatang yang dimaksud Kim Jae Ha adalah EVERLAND. Everland adalah taman hiburan yang sekaligus merangkap kebun binatang, jadi ada 2 lokasi dalam satu area taman. Satu wilayah untuk taman hiburan macem Disneyland dan Universal Studio, satu lagi kebun binatang. Kalau ingin tahu tentang Everland, ada videonya di channel Youtube-ku “Lily Travelling”, judulnya “Everland – Winter Wonderland 2018”)
Setelah mobil Kim Jae Ha meluncur pergi, Tae Hee secepat kilat mengikuti. Dia tidak akan pernah membiarkan Ja Eun pergi berdua dengan Kim Jae Ha, jadi sebisa mungkin dia akan mengamati mereka, untuk sekedar berjaga-jaga dari kemungkinan terburuk. (Cemburu bilang, pak polisi ^^)
(Btw, kebun Binatang yang dimaksud Kim Jae Ha adalah EVERLAND. Everland adalah taman hiburan yang sekaligus merangkap kebun binatang, jadi ada 2 lokasi dalam satu area taman. Satu wilayah untuk taman hiburan macem Disneyland dan Universal Studio, satu lagi kebun binatang. Kalau ingin tahu tentang Everland, ada videonya di channel Youtube-ku “Lily Travelling”, judulnya “Everland – Winter Wonderland 2018”)
Ja Eun dan Kim Jae Ha tampak mengamati kandang burung
pelikan, saat Kim Jae Ha berkomentar kalau dia paling menyukai ular sebagai
antagonis dalam cerita. Ja Eun sibuk mencatat dengan note-nya sementara Kim Jae
Ha sibuk dengan kameranya.
“Aku tetap paling suka dengan ular. Bagaimana denganmu?” ujar Kim Jae Ha mengatakan pendapatnya.
“Sejujurnya aku juga paling menyukai ular. Bagaimana dengan ular yang bisa menyemburkan api? Kurasa iitu akan sedikit menarik, bukan?” sahut Ja Eun setuju, seraya mengusulkan ide lain agar tampak lebih menarik.
“Ah, ular yang bisa menyemburkan api jika berada dalam situasi genting atau berbahaya. Kalau begitu, bagaimana jika kita menamainya ‘Vamp-Fire’?” usul Kim Jae Ha, membuat Ja Eun menatapnya dengan aneh.
(Dalam Bahasa Korea, ular adalah “Baem”, yang cara pengucapannya sekilas terdengar seperti “Vam” jadi kalau digabung dengan kata “Fire” jadinya seperti “Vampire”. Padahal aslinya adalah Baem-Fire, alias ular yang menyemburkan api. Makanya Ja Eun menatap Kim Jae Ha dengan tatapan aneh karena kedengarannya jadi seperti vampire dan kesannya horror. Paham, kan?)
Menyadari tatapan aneh Ja Eun, Kim Jae Ha segera meralat usulnya, “Itu terdengar menggelikan, benarkan?” tanyanya canggung.
Saat mereka berdua berbalik dan ingin pergi, Kim Jae Ha
menyadari Tae Hee yang berdiri tak jauh dari mereka. Ja Eun yang masih sibuk
dengan buku catatannya, tidak menyadari kehadiran Tae Hee di sana. Tae Hee
tampak menatap Kim Jae Ha dengan tatapan kecemburuan dan terlihat sangat kesal.
Namun Tae Hee sadar diri kalau Ja Eun dan Kim Jae Ha sedang bekerja, itu sebabnya Tae Hee hanya mengintai dari kejauhan dan mengekori mereka ke mana-mana, tanpa berniat untuk mendekat atau mengganggu. Bagi Tae Hee, yang penting adalah Ja Eun berada dalam radarnya, berada dalam jangkauan pandangnya, dia hanya akan mengikuti dalam diam tanpa mengganggu sedikitpun.
Ja Eun yang tak sengaja menabrak Kim Jae Ha yang mendadak berhenti berjalan karena menyadari kehadiran Tae Hee, spontan melihat ke arah tatapan mata Kim Jae Ha. Dan akhirnya Ja Eun pun melihat Tae Hee yang berdiri tak jauh dari mereka.
Melihat Ja Eun menatapnya heran, Tae Hee yang malu karena
tertangkap basah segera melemparkan tatapannya ke tanah. Sedangkan Ja Eun
tampak berpikir sejenak, tatapan matanya tampak seolah mengatakan, “Apa dia
kemari mencariku?”
Kim Jae Ha menggertakkan giginya kesal dan berkata pada Ja Eun, “Ayo kita pergi, Ja Eun-ssi.” Ajak Kim Jae Ha.
“Aku tetap paling suka dengan ular. Bagaimana denganmu?” ujar Kim Jae Ha mengatakan pendapatnya.
“Sejujurnya aku juga paling menyukai ular. Bagaimana dengan ular yang bisa menyemburkan api? Kurasa iitu akan sedikit menarik, bukan?” sahut Ja Eun setuju, seraya mengusulkan ide lain agar tampak lebih menarik.
“Ah, ular yang bisa menyemburkan api jika berada dalam situasi genting atau berbahaya. Kalau begitu, bagaimana jika kita menamainya ‘Vamp-Fire’?” usul Kim Jae Ha, membuat Ja Eun menatapnya dengan aneh.
(Dalam Bahasa Korea, ular adalah “Baem”, yang cara pengucapannya sekilas terdengar seperti “Vam” jadi kalau digabung dengan kata “Fire” jadinya seperti “Vampire”. Padahal aslinya adalah Baem-Fire, alias ular yang menyemburkan api. Makanya Ja Eun menatap Kim Jae Ha dengan tatapan aneh karena kedengarannya jadi seperti vampire dan kesannya horror. Paham, kan?)
Menyadari tatapan aneh Ja Eun, Kim Jae Ha segera meralat usulnya, “Itu terdengar menggelikan, benarkan?” tanyanya canggung.
Namun Tae Hee sadar diri kalau Ja Eun dan Kim Jae Ha sedang bekerja, itu sebabnya Tae Hee hanya mengintai dari kejauhan dan mengekori mereka ke mana-mana, tanpa berniat untuk mendekat atau mengganggu. Bagi Tae Hee, yang penting adalah Ja Eun berada dalam radarnya, berada dalam jangkauan pandangnya, dia hanya akan mengikuti dalam diam tanpa mengganggu sedikitpun.
Ja Eun yang tak sengaja menabrak Kim Jae Ha yang mendadak berhenti berjalan karena menyadari kehadiran Tae Hee, spontan melihat ke arah tatapan mata Kim Jae Ha. Dan akhirnya Ja Eun pun melihat Tae Hee yang berdiri tak jauh dari mereka.
Kim Jae Ha menggertakkan giginya kesal dan berkata pada Ja Eun, “Ayo kita pergi, Ja Eun-ssi.” Ajak Kim Jae Ha.
“Baik,” sahut Ja Eun, seraya kembali menoleh ke arah Tae Hee.
Ja Eun membalikkan badannya dan berniat pergi menyusul Kim Jae Ha, namun sebelum pergi, dia tampak tersenyum geli pada dirinya sendiri karena menyadari bahwa Tae Hee sudah kembali pada mode penguntit seperti saat pertama kali Tae Hee mengejarnya (EP 25-28). Ja Eun be like : The Stalker Tae Hee is back ^_^
Setelah Ja Eun pergi mengikuti Kim Jae Ha, Tae Hee pun
berjalan mengikutinya. Ke mana pun Ja Eun melangkah, Tae Hee mengikutinya ke
mana-mana sambil tetap menjaga jarak. Tae Hee tidak mau mengganggu, namun juga
tak mau kehilangan jejak gadisnya.
Kim Jae Ha sibuk mengambil foto dengan kameranya, sementara Ja Eun justru sibuk menatap Tae Hee yang berdiri tak jauh dari sana.
Ja Eun tampak tersenyum geli karena melihat Tae Hee yang begitu menyukainya sampai bertingkah konyol seperti ini. Dia merasa lucu namun juga berbunga-bunga karena dia bisa membuat seorang pria seperti Tae Hee yang tak pernah jatuh cinta sebelumnya, bertekuk lutut padanya seperti ini.
“Ayo kita ke sana, Ja Eun-ssi,” ajak Kim Jae Ha seraya meletakkan sebelah tangannya di pundak Ja Eun dan menggiringnya pergi.
Kini Kim Jae Ha dan Ja Eun ada di kandang harimau, Kim Jae Ha berkata, “Bagaimana dengan harimau?” tanyanya.
“Entahlah. Aku tak terlalu yakin,” sahut Ja Eun, tampak kurang setuju. Lalu kemudian Kim Jae Ha mengagetkan Ja Eun dengan menirukan suara dan gerakan harimau menerkam, yang membuat Ja Eun tertawa geli.
Tae Hee menatap Ja Eun yang tertawa ke arah Kim Jae Ha dengan tatapan kecemburuan, hatinya sangat marah, cemburu dan kesal melihat gadis yang dia sukai tertawa bersama pria lain.
Ja Eun menoleh ke belakang, dan menyadari bahwa Tae Hee masih mengikuti mereka hingga saat ini dan dia menarik napas pasrah melihat itu.
(Maaf, pak polisi, apa Anda tidak kembali bekerja? Aku yakin jam makan
siang sudah habis, benarkan? Apa kantor polisi wilayah timur tidak memiliki
kasus untuk ditangani?)
Kim Jae Ha menatap Tae Hee dengan kesal, namun Tae Hee tidak peduli dengan hal itu dan tetap mengikuti Ja Eun dan Kim Jae Ha ke mana pun. Setelah berputar-putar dan mendatangi beberapa kandang hewan, Ja Eun dan Kim Jae Ha tiba di wilayah permainan anak-anak. Dan sudah tentu Tae Hee ada di sana, menunggu dengan sabar.
Melihat Tae Hee masih ada di sana, Kim Jae Ha tampak seperti
ingin lebih memanasi Tae Hee dengan menawari Ja Eun boneka.
“Ja Eun-ssi, apa kau suka boneka?” tanya Kim Jae Ha pada Ja Eun.
Kim Jae Ha menatap Tae Hee dengan kesal, namun Tae Hee tidak peduli dengan hal itu dan tetap mengikuti Ja Eun dan Kim Jae Ha ke mana pun. Setelah berputar-putar dan mendatangi beberapa kandang hewan, Ja Eun dan Kim Jae Ha tiba di wilayah permainan anak-anak. Dan sudah tentu Tae Hee ada di sana, menunggu dengan sabar.
“Ja Eun-ssi, apa kau suka boneka?” tanya Kim Jae Ha pada Ja Eun.
“Boneka?” ulang Ja Eun, seolah mengkonfirmasi
pendengarannya.
“Ya. Aku ingin menghadiahkan padamu sebuah boneka. Apa kau mau menerimanya?” tanya Kim Jae Ha.
Ja Eun yang mendengar itu, memasang ekspresi bimbang dan ragu, dia tampak merasa sangat bersalah dan secara refleks menoleh ke arah Tae Hee seolah meminta ijinnya. Kim Jae Ha juga ikut menoleh ke arah Tae Hee dan seolah ingin menantangnya, Kim Jae Ha tetap pergi walau tanpa mendengar jawaban dari Ja Eun.
Dia dengan percaya diri melangkah ke arah salah satu wahana permainan lempar panah, di mana pengunjung harus melempar panah hingga mengenai semua balon yang ada di baris yang sama jika ingin mendapatkan hadiah boneka.
“Ya. Aku ingin menghadiahkan padamu sebuah boneka. Apa kau mau menerimanya?” tanya Kim Jae Ha.
Ja Eun yang mendengar itu, memasang ekspresi bimbang dan ragu, dia tampak merasa sangat bersalah dan secara refleks menoleh ke arah Tae Hee seolah meminta ijinnya. Kim Jae Ha juga ikut menoleh ke arah Tae Hee dan seolah ingin menantangnya, Kim Jae Ha tetap pergi walau tanpa mendengar jawaban dari Ja Eun.
Dia dengan percaya diri melangkah ke arah salah satu wahana permainan lempar panah, di mana pengunjung harus melempar panah hingga mengenai semua balon yang ada di baris yang sama jika ingin mendapatkan hadiah boneka.
Tae Hee yang penasaran ke mana mereka pergi, segera mengikuti
dan mengintip dari balik pilar pembatas setiap wahana. Dia tampak tersenyum
mengejek saat melihat Kim Jae Ha gagal menembak dua balon dan hanya memenangkan
hadiah sebuah boneka kecil.
“Wah, Anda hebat sekali,” puji si pemilik wahana seraya menyerahkan sebuah hadiah boneka berwarna pink pada Kim Jae Ha yang segera memberikannya pada Ja Eun.
“Wah, Anda hebat sekali,” puji si pemilik wahana seraya menyerahkan sebuah hadiah boneka berwarna pink pada Kim Jae Ha yang segera memberikannya pada Ja Eun.
“Ini untukmu,” ujar Kim Jae Ha pada Ja Eun yang menerimanya dengan sungkan.
“Ya,” sahut Ja Eun dengan gelisah. (Secara Tae Hee ada di sana mengikuti mereka, tentu saja Ja Eun merasa sangat bersalah karena menerima hadiah dari pria lain)
Melihat Ja Eun mengaguminya, Tae Hee segera
memasang wajah cool dan bangga karena berhasil pamer di depan gadis yang dia
sukai.
(Karena Tae Hee adalah penembak jitu, sudah pasti permainan ini sangat mudah baginya, bukan? Tae Hee be like : “Akhirnya bisa pamer depan ayang” ^_^)
“Wah, Anda sangat luar biasa,” puji si pemilik wahana permainan seraya menyerahkan pada Tae Hee, sebuah boneka yang lebih besar dari yang dimenangkan oleh Kim Jae Ha.
Tapi jangan pikir semua ini telah berakhir, Kim Jae Ha yang tidak terima dikalahkan oleh Tae Hee, segera mengambil kumpulan panah yang lain dan mulai melempar lagi, namun kali ini, Kim Jae Ha mundur satu langkah lebih jauh. Tae Hee dan Ja Eun spontan melihat ke arah kaki Kim Jae Ha dengan bingung. Dan sialnya, kali ini Kim Jae Ha berhasil menembak semua balon itu, dan dia memandang Tae Hee dengan tatapan mengejek.
Tae Hee yang tidak terima diejek dan dikalahkan oleh
rivalnya, tentu saja segera mengambil kumpulan panah yang lain dan melangkah
mundur cukup jauh, bahkan hingga keluar dari wilayah wahana itu. Mereka berdua
tampak seperti ingin bersaing satu sama lain dan membuktikan siapa yang terbaik
di antara mereka. Ja Eun menarik napas lelah melihat tingkah kekanakan dua pria
dewasa di sampingnya.
Dan seperti telah diduga, tentu saja Tae Hee bisa melakukannya dengan mudah, dia melempar semua balon tanpa tersisa satupun walaupun dari jarak yang sangat jauh. Tapi kemenangan Tae Hee justru membuat Ja Eun merasa tidak enak pada paman pemilik wahana permainan itu.
“Apa yang kalian berdua lakukan sekarang?” tanya Ja Eun dengan raut wajah tak enak pada si paman pemilik wahana.
“Itu...Maafkan aku, tapi bisakah kalian berhenti? Kami harus mencari nafkah,” pinta si paman pemilik wahana dengan sungkan.
Dan seperti telah diduga, tentu saja Tae Hee bisa melakukannya dengan mudah, dia melempar semua balon tanpa tersisa satupun walaupun dari jarak yang sangat jauh. Tapi kemenangan Tae Hee justru membuat Ja Eun merasa tidak enak pada paman pemilik wahana permainan itu.
“Apa yang kalian berdua lakukan sekarang?” tanya Ja Eun dengan raut wajah tak enak pada si paman pemilik wahana.
“Itu...Maafkan aku, tapi bisakah kalian berhenti? Kami harus mencari nafkah,” pinta si paman pemilik wahana dengan sungkan.
Namun baik Tae Hee
maupun Kim Jae Ha tampak tidak peduli semua itu, mereka tetap mengambil panah
yang lain dan memulai lagi persaingan konyol itu.
Hingga akhirnya Ja Eun dan Kim Jae Ha berdiri di lapanan parkir seraya memeluk banyak sekali boneka yang telah mereka menangkan. Tentu saja, Tae Hee pun ada di sana, berdiri di samping Ja Eun dengan wajah tanpa dosa. Ja Eun berdiri di tengah-tengah mereka dengan raut wajah terlihat dilemma.
“Kim PD-nim, ada sesuatu yang harus kukatakan pada Hwang Gyeonghwi-nim,” ujar Ja Eun pada Kim Jae Ha, kalimat yang spontan membuat Tae Hee menoleh pada Ja Eun penuh harap.
“Benarkah? Baiklah. Berikan bonekanya padaku. Aku akan meletakkannya di dalam mobil,” ujar Kim Jae Ha. Ja Eun tersenyum sungkan seraya memberikan semua boneka yang tadi dipeluknya ke tangan Kim Jae Ha.
Hingga akhirnya Ja Eun dan Kim Jae Ha berdiri di lapanan parkir seraya memeluk banyak sekali boneka yang telah mereka menangkan. Tentu saja, Tae Hee pun ada di sana, berdiri di samping Ja Eun dengan wajah tanpa dosa. Ja Eun berdiri di tengah-tengah mereka dengan raut wajah terlihat dilemma.
“Kim PD-nim, ada sesuatu yang harus kukatakan pada Hwang Gyeonghwi-nim,” ujar Ja Eun pada Kim Jae Ha, kalimat yang spontan membuat Tae Hee menoleh pada Ja Eun penuh harap.
“Benarkah? Baiklah. Berikan bonekanya padaku. Aku akan meletakkannya di dalam mobil,” ujar Kim Jae Ha. Ja Eun tersenyum sungkan seraya memberikan semua boneka yang tadi dipeluknya ke tangan Kim Jae Ha.
Setelah Kim Jae Ha berjalan pergi, Ja Eun menoleh pada Tae Hee dan menatapnya dengan curiga, lalu menanyainya dengan nada seperti menginterogasi.
“Ahjussi,” panggil Ja Eun, seketika membuat Tae Hee menoleh padanya.
“Ya,” sahut Tae Hee singkat.
“Apa mungkin kau datang kemari karena ingin bertemu denganku?” tanya Ja Eun pada Tae Hee.
Tae Hee menggeleng dan menyangkal kuat, namun tentu saja kata-kata dan tindak tanduknya sama sekali tidak sejalan, “Tidak. Bukan. Aku datang kemari karena ingin menyelidiki sesuatu,” sahut Tae Hee menyangkal, namun ekspresi wajahnya tidak menunjukkan keyakinan.
(Apa yang kau selidiki di kebun binatang, pak polisi? Apa ada kasus penyelundupan satwa? Atau mungkin ada kasus korupsi yang melibatkan pihak kebun binatang?”)
Ja Eun hanya mengangguk mengerti dan tersenyum geli melihat penyangkalan Tae Hee yang terlihat tidak meyakinkan sama sekali.
“Ah, jadi seperti itu? Menyelidiki sesuatu? Kalau begitu penyelidikanmu sudah selesai, bukan? Melihat bagaimana tadi kau bermain melempar panah. Benarkan?” tanya Ja Eun dengan tersenyum geli, sementara Tae Hee hanya menatapnya dengan wajah tanpa dosa, bingung harus menjawab apa.
Alih-alih menjawab, Tae Hee hanya menganggukkan kepalanya seraya bergumam, “Hhhmmm.”
“Tapi aku masih memiliki pekerjaan yang harus kulakukan, jadi pergilah sekarang,” ujar Ja Eun, mengusir Tae Hee dengan lembut.
Ja Eun sudah bisa menebak bahwa Tae Hee memang sengaja datang ke sana untuk mengikutinya, namun Tae Hee enggan untuk mengakuinya. Terlihat jelas dari ekspresi Tae Hee yang menatapnya tak rela saat gadis itu mengusirnya.
Tanpa mengatakan apa-apa, Tae Hee mengerucutkan bibirnya cemberut seolah menolak untuk pergi dari sana. Raut wajahnya terlihat jelas kalau dia masih ingin mengikuti Ja Eun ke mana pun gadis itu melangkah.
Tae Hee menatap Ja Eun dengan tatapan memelas yang seolah mengandung arti, “Tolong jangan minta aku pergi. Aku masih ingin bersamamu saat ini.”
Melihat Tae Hee tidak menjawabnya, Ja Eun menjadi gemas sendiri. Tae Hee seperti anak kecil yang keras kepala. Dia hanya berdiri menatap Ja Eun dengan wajah memelas dan cemberut, membuat Ja Eun menjadi tidak tega.
“Sampai kapan kau akan terus mengikutiku?” tanya Ja Eun lagi.
Masih menolak untuk menjawab, Tae Hee hanya memalingkan wajahnya dan menarik napas berat, ekspresinya menunjukkan raut tidak rela. Dia masih seperti anak kecil yang ngambek karena keinginannya tidak dituruti.
Mengerti bahwa Tae Hee tidak akan pergi begitu saja, bila tidak diberi penawaran lain, Ja Eun akhirnya memberikan solusi lain, “Tidak peduli sesibuk apa pun aku, aku akan pulang sebelum jam 9 malam. Kita akan bertemu di rumah nanti malam,” ujar Ja Eun dengan tersenyum malu-malu, mengajak Tae Hee untuk bertemu.
Mendengar Ja Eun mengajaknya bertemu nanti malam, seketika Tae Hee memberikan reaksi positif, dia tampak lebih ceria dan menjawab, “Baiklah. Aku mengerti,” sahutnya lembut dan tak lagi cemberut. Sebaliknya Tae Hee menatap Ja Eun dengan penuh cinta sepanjang waktu.
(Tae Hee be like : “Akhirnya
kami punya waktu berduaan. Apa nanti malam aku akan punya kesempatan untuk
bertanya?”)
“Ja Eun-ssi, ayo kita pergi,” seru Kim Jae Ha dari jauh. Dia tampak sudah selesai memasukkan semua boneka itu ke dalam bagasi mobilnya.
“Baik. Aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa nanti,” pamit Ja Eun dengan ceria. Tae Hee mengangguk seraya tersenyum manis dan menatap Ja Eun penuh cinta.
Tapi saat pandangannya bertemu dengan Kim Jae Ha, seketika tatapan matanya berubah menjadi sorot mata kecemburuan. Kim Jae Ha pun tampak tersenyum lembut pada Ja Eun, namun ketika pandangannya bertemu dengan Tae Hee, seketika tatapannya berubah menjadi dingin.
Tae Hee menarik napas dalam dan mencoba menetralkan kecemburuannya saat melihat gadis yang dia sukai pergi bersama pria yang tidak disukainya. Namun saat melihat mobil Kim Jae Ha, entah kenapa tiba-tiba saja sebuah ide nakal terlintas dalam pikiran Tae Hee.
Dengan usil, Tae Hee menuliskan sesuatu di velg ban mobil
Kim Jae Ha. Tulisan itu berbunyi, “Kim PD, babo (Kim PD, bodoh)”.
“Ja Eun-ssi, ayo kita pergi,” seru Kim Jae Ha dari jauh. Dia tampak sudah selesai memasukkan semua boneka itu ke dalam bagasi mobilnya.
“Baik. Aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa nanti,” pamit Ja Eun dengan ceria. Tae Hee mengangguk seraya tersenyum manis dan menatap Ja Eun penuh cinta.
Tapi saat pandangannya bertemu dengan Kim Jae Ha, seketika tatapan matanya berubah menjadi sorot mata kecemburuan. Kim Jae Ha pun tampak tersenyum lembut pada Ja Eun, namun ketika pandangannya bertemu dengan Tae Hee, seketika tatapannya berubah menjadi dingin.
Tae Hee menarik napas dalam dan mencoba menetralkan kecemburuannya saat melihat gadis yang dia sukai pergi bersama pria yang tidak disukainya. Namun saat melihat mobil Kim Jae Ha, entah kenapa tiba-tiba saja sebuah ide nakal terlintas dalam pikiran Tae Hee.
Setelah selesai menulis itu, Tae Hee kemudian berdiri dan terlihat tersenyum puas seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, karena telah berhasil melampiaskan kekesalannya pada Kim Jae Ha hari ini.
Namun sialnya, Ja Eun dan Kim Jae Ha menangkap basah perbuatan Tae Hee, “Ahjussi!” panggil Ja Eun yang membuat Tae Hee terkejut dan spontan menjatuhkan obeng di tangannya ke tanah.
Terlalu malu karena tertangkap basah, Tae Hee segera berjalan pergi dari sana seolah-olah tidak melihat mereka.
Tapi kalimat sindiran Kim Jae Ha spontan menghentikan langkahnya, “Haahh, ini terlalu memalukan. Terlalu memalukan,” sindir Kim Jae Ha dengan suara keras, sengaja membuat Tae Hee semakin emosi.
Dia sudah menahan emosi sedari tadi saat melihat Ja Eun dan Kim Jae Ha pergi berdua ke kebun binatang dan dia membiarkannya karena tahu mereka masih bekerja, tapi sekarang, sepertinya Tae Hee tidak bisa lagi menahan emosi dan kecemburuannya.
Tanpa pikir panjang, Tae Hee berbalik dan segera meraih
kerah Kim Jae Ha, ingin menghajarnya. Kim Jae Ha yang tak mau kalah pun, balik
mencengkeram kerah Tae Hee. Kedua pria muda itu saling menatap dengan sinis dan
bersiap untuk baku hantam kapan saja.
Ja Eun yang melihat hal itu, segera berusaha untuk
memisahkan mereka, “Apa yang kalian lakukan? Cepat lepaskan! Kenapa kalian
berdua seperti ini? Ada apa dengan kalian berdua?” teriak Ja Eun dengan panik
saat melihat Hwang Tae Hee dan Kim Jae Ha tampak ingin baku hantam.
“Ahjussi, cepat lepaskan! Jika tidak kau lepaskan, aku tak mau lagi bicara padamu!” ancam Ja Eun pada Tae Hee, namun Tae Hee tetap tidak peduli. Dia tetap mencengkeram kerah Kim Jae Ha dengan tatapan kemarahan.
“Kim PD-nim, bila kau tidak segera melepaskannya, aku tidak
mau bekerja lagi! Lepaskan sekarang juga!” teriak Ja Eun, kali ini pada Kim Jae
Ha. Namun sama seperti Tae Hee, Kim Jae Ha pun tidak peduli ancaman Ja Eun.
“Apa kalian tidak mendengarku? Ahjussi! Kim PD-nim!” seru Ja Eun dengan kesal. Para pengunjung Kebun Binatang itu mulai berdatangan dan melihat ke arah mereka dan itu membuat Ja Eun semakin malu karena mereka menjadi tontonan orang-orang.
“Ahjussi, cepat lepaskan! Jika tidak kau lepaskan, aku tak mau lagi bicara padamu!” ancam Ja Eun pada Tae Hee, namun Tae Hee tetap tidak peduli. Dia tetap mencengkeram kerah Kim Jae Ha dengan tatapan kemarahan.
“Apa kalian tidak mendengarku? Ahjussi! Kim PD-nim!” seru Ja Eun dengan kesal. Para pengunjung Kebun Binatang itu mulai berdatangan dan melihat ke arah mereka dan itu membuat Ja Eun semakin malu karena mereka menjadi tontonan orang-orang.
“Kalau begitu, aku akan hitung sampai tiga. Pada hitungan
ketiga, kalian harus sama-sama saling melepaskannya, oke? Mari kita bermain
jujur dan adil, mengerti?” ujar Ja Eun mencoba menengahi dua pria dewasa yang
sedang berkelahi di depannya.
“Satu...dua...tiga!” Ja Eun mulai menghitung, namun tak ada seorangpun
dari mereka yang bersedia melepaskan cengkeramannya. sebaliknya Tae Hee justru
mencengkeram semakin erat kerah Kim Jae Ha begitu pun juga dengan Kim Jae Ha
yang mencengkeram kerah baju Tae Hee semakin kuat.
“Aiissh, jinja! Lakukan apa yang ingin kalian lakukan! Tetaplah di sini sampai malam. Aku tidak akan peduli lagi!” seru Ja Eun dengan kesal dan segera berbalik pergi dari sana daripada terus menjadi tontonan para pengunjung.
“Aiissh, jinja! Lakukan apa yang ingin kalian lakukan! Tetaplah di sini sampai malam. Aku tidak akan peduli lagi!” seru Ja Eun dengan kesal dan segera berbalik pergi dari sana daripada terus menjadi tontonan para pengunjung.
Setelah Ja Eun pergi, Tae Hee dan Kim Jae Ha sama-sama menoleh ke arah Ja Eun dengan tatapan menyesal dan merasa bersalah pada gadis itu.
Cut Scene :
1. Hwang Tae Hee 3'rd Love Confession :
2. Hwang Tae Hee mencoba memecahkan arti jawaban Ja Eun :
3. Hwang Tae Phil teasing Hwang Tae Hee :
4. The Cute Stalker Tae Hee :
Ya, ya, ya... Pria bisa menjadi sangat bodoh bila sudah jatuh cinta. Lihatlah contohnya Intelligent Criminal Investigation kita, Hwang Tae Hee. Siapa yang menyangka bila sosok pria yang di awal episode sangat garang, galak, tegas, dingin dan kasar di depan orang lain, dan seorang anak yang penurut, mandiri, sangat dewasa dan bisa diandalkan di depan orangtua dan Neneknya, ternyata bisa berubah menjadi seperti anak kecil yang manja dan haus perhatian di depan gadis yang dia sukai?
Gak salah Tae Hee juga sih, habisnya si Ja Eun hobi menggantung perasaan Tae Hee sih. Siapa suruh Ja Eun memberikan jawaban nggantung, "Ya, ayo pergi"? Penontonnya aja bingung maksudnya apa, apalagi Tae Hee? Ya jelas dia galau abiz lah. Apalagi Tae Hee pernah punya sejarah dua kali ditolak sebelumnya, jadi wajar kalau dia takut ditolak lagi >_< Itu sebabnya semua logikanya seolah mati bila menyangkut Ja Eun, seketika perasaan sepenuhnya mengambil alih ^_^
Tae Hee yang di depan orang lain bagaikan singa jantan yang gagah perkasa, mendadak berubah menjadi anak anjing kecil yang menggemaskan bila di hadapan sang pujaan hati. Lihat bagaimana Tae Hee langsung cemberut dan ngambek saat Ja Eun menyuruhnya untuk pergi! Tak ada aura polisi garang yang ditakuti penjahat, mendadak dalam sekejap, polisi garang itu berubah menjadi Hello Kitty hahaha ^_^ Thanks to Ja Eun hingga penonton bisa melihat sisi lain dari Hwang Tae Hee yang menggemaskan. Ternyata di hadapan cinta, seorang polisi garang pun bisa berubah 180 derajat. Lovesick Tae Hee is so cute ^_^
Padahal Neneknya berharap, Tae Hee bisa bersikap seperti anak kecil yang manja bila di depan sang Nenek, tidak perlu berpura-pura kuat, tidak perlu berpura-pura tegar, namun faktanya, Tae Hee justru bersikap seperti anak kecil yang manja hanya di depan Ja Eun seorang. Omongan Neneknya gak dianggap sekarang, bukti bahwa Tae Hee lebih mempercayai Ja Eun dari siapapun di keluarganya, termasuk sang Nenek sendiri.
Di depan Ja Eun, Tae Hee seolah bebas menjadi dirinya sendiri. Tak perlu berpura-pura kuat, berpura-pura tegar, bersikap mandiri dan dipaksa dewasa sebelum waktunya karena keadaan. Hanya di depan Ja Eun, inner child Tae Hee tiba-tiba saja keluar dengan mudahnya.
Itu karena Ja Eun bisa membuat Tae Hee merasa nyaman dan tidak pernah merasa Ja Eun akan menghakiminya. Dia mempercayai Ja Eun sepenuhnya, itu sebabnya di depan Ja Eun, Tae Hee tidak berpura-pura dan bersikap apa adanya. Tae Hee yang ditinggalkan oleh ibu kandungnya sejak kecil, memang sudah dipaksa dewasa oleh keadaan, dia sendiri mengakui di EP 28 kalau dia menjadi lebih dewasa karena dipaksa oleh keadaan.
Tae Hee yang di depan orang lain bagaikan singa jantan yang gagah perkasa, mendadak berubah menjadi anak anjing kecil yang menggemaskan bila di hadapan sang pujaan hati. Lihat bagaimana Tae Hee langsung cemberut dan ngambek saat Ja Eun menyuruhnya untuk pergi! Tak ada aura polisi garang yang ditakuti penjahat, mendadak dalam sekejap, polisi garang itu berubah menjadi Hello Kitty hahaha ^_^ Thanks to Ja Eun hingga penonton bisa melihat sisi lain dari Hwang Tae Hee yang menggemaskan. Ternyata di hadapan cinta, seorang polisi garang pun bisa berubah 180 derajat. Lovesick Tae Hee is so cute ^_^
Padahal Neneknya berharap, Tae Hee bisa bersikap seperti anak kecil yang manja bila di depan sang Nenek, tidak perlu berpura-pura kuat, tidak perlu berpura-pura tegar, namun faktanya, Tae Hee justru bersikap seperti anak kecil yang manja hanya di depan Ja Eun seorang. Omongan Neneknya gak dianggap sekarang, bukti bahwa Tae Hee lebih mempercayai Ja Eun dari siapapun di keluarganya, termasuk sang Nenek sendiri.
Di depan Ja Eun, Tae Hee seolah bebas menjadi dirinya sendiri. Tak perlu berpura-pura kuat, berpura-pura tegar, bersikap mandiri dan dipaksa dewasa sebelum waktunya karena keadaan. Hanya di depan Ja Eun, inner child Tae Hee tiba-tiba saja keluar dengan mudahnya.
Itu karena Ja Eun bisa membuat Tae Hee merasa nyaman dan tidak pernah merasa Ja Eun akan menghakiminya. Dia mempercayai Ja Eun sepenuhnya, itu sebabnya di depan Ja Eun, Tae Hee tidak berpura-pura dan bersikap apa adanya. Tae Hee yang ditinggalkan oleh ibu kandungnya sejak kecil, memang sudah dipaksa dewasa oleh keadaan, dia sendiri mengakui di EP 28 kalau dia menjadi lebih dewasa karena dipaksa oleh keadaan.
Tae Hee kehilangan masa kecilnya, namun “Inner child” itu masih
ada di dalam dirinya, itu sebabnya saat dia merasa dia sudah menemukan seseorang
yang membuatnya merasa nyaman, secara alami “Inner Child” Tae Hee yang selama
ini bersembunyi dan tertutup oleh topeng “dewasa” tiba-tiba saja keluar secara
alamiah, mungkin dia sendiri pun tidak menyadarinya.
Masih inget kan saat Tae Hee dan Ja Eun main “batu, gunting, kertas” di Minimarket di EP 22? Di situ terlihat untuk yang pertama kalinya, Tae Hee tertawa gembira seperti anak kecil karena berhasil menjitak jidat Ja Eun berkali-kali. Padahal itu hanyalah permainan sepele, tapi Tae Hee tampak segitu bahagianya saat menang berkali-kali melawan Ja Eun ^_^ Senyumannya terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru, tak pernah sebelumnya Tae Hee tersenyum seperti itu. Hanya di depan Ja Eun-lah, Tae Hee bebas menjadi dirinya sendiri tanpa tekanan.
Masih inget kan saat Tae Hee dan Ja Eun main “batu, gunting, kertas” di Minimarket di EP 22? Di situ terlihat untuk yang pertama kalinya, Tae Hee tertawa gembira seperti anak kecil karena berhasil menjitak jidat Ja Eun berkali-kali. Padahal itu hanyalah permainan sepele, tapi Tae Hee tampak segitu bahagianya saat menang berkali-kali melawan Ja Eun ^_^ Senyumannya terlihat seperti anak kecil yang baru saja mendapatkan mainan baru, tak pernah sebelumnya Tae Hee tersenyum seperti itu. Hanya di depan Ja Eun-lah, Tae Hee bebas menjadi dirinya sendiri tanpa tekanan.
Thanks Ja Eun, kamu memang obatnya Hwang Tae Hee. Hanya kamu satu-satunya yang bisa menyembuhkan luka di hati Tae Hee. Lihat bagaimana dia menjadi begitu manja saat sedang bersamamu. So, please be nice to him. Love him back, because he cannot live without you, Ja Eun-ah.
Bersambung....
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/655 + https://gswww.tistory.com/656 + https://gswww.tistory.com/657)
Credit Videos : Meyajw
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah
murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa
menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar