Highlight for today episode :
Tae Hee and Ja Eun kiss scene in the car. Actually more like
makeout in his car. Compare and contrast this episode with EP 19. It’s hilarious
^_^ I just can’t imagine Tae Hee become like that. It’s like Tae Hee is trying
to make up for 30 years of not having a girlfriend, in one day. No wonder Tae
Phil said their lips are swollen ^_^
(Woi, loe cowok, bukan? Cowok itu harus mengambil inisiatif,
Tae Hee! Baek Ja Eun itu bukan Lee Seung Mi yang gak tahu malu ngejar-ngejar
cowok. Good girl ya jelas-jelas malu-malu lah habis kissing. Kamu sebagai
pacarnya dan cowok ya harus mencairkan ketegangan dong. Kamu yang nyosor duluan
lagi. Hadeh, Tae Hee-yaa *tepok jidat* Uda resmi pacaran, perasaanmu uda
diterima, kalian uda berciuman dua kali, kok sekarang malah diem-dieman dalam
mobil dan cuma pandang-pandangan sih? Gemes sama Tae Hee yang selalu mati kutu di depan gadis yang dia
cintai >_< Berguru sama Tae Phil sana biar tahu gimana caranya bersikap
di depan cewek, khususnya pacarmu sendiri ckckck... Penonton ikutan gemas 0_0
Bener-bener nih Tae Hee dan Ja Eun seperti anak remaja yang baru pacaran,
padahal uda dewasa hahaha ^^)
Karena Tae Hee tampak canggung dan gugup, Ja Eun pun ikut merasakan hal yang sama. Untuk mengalihkan kecanggungannya, Ja Eun menatap keluar jendela lalu menaik turunkan jendela itu sebagai bentuk pengalihan, sementara Tae Hee hanya menatapnya malu-malu. Tae Hee yang menyadari kecanggungan itu mencoba mencairkan suasana dengan bertanya apakah Ja Eun ingin mendengarkan radio.
Dengan panik, Tae Hee mengganti gelombang radionya namun sialnya, si penyiar radio justru sedang membacakan request dari seseorang dan berkata, “Han Chae Young-nim, kudengar kau mendapatkan ciuman pertamamu hari ini. Wow! Selamat untukmu,” kalimat yang membuat sepasang sejoli yang baru resmi berpacaran siang tadi semakin salah tingkah dan gugup.
Ja Eun spontan memegangi bibirnya, sementara Tae Hee menatap Ja Eun dengan salah tingkah dan ekspresi yang menggemaskan. Alisnya tertarik ke atas membuatnya semakin terlihat menggemaskan. (Tae Hee lagi salting brutal hahaha ^^)
Bukannya meredakan ketegangan dan mencairkan suasana canggung, yang dilakukan Tae Hee justru malah membuat suasana makin runyam bwahaha ^^ Jadilah akhirnya Tae Hee (yang tampak menggemaskan saat sedang mode panik, gugup, dan salah tingkah itu) memilih untuk mematikan lagi radionya wkwkwk ^^ Bahkan alam pun tidak mendukungnya, malah diledekin terus sedari tadi.
(Ngakak liat pasangan yang sama-sama polos soal pacaran. First love, first dating, first kissing, are new for both of them. Gara-gara sama-sama gak pengalaman dalam urusan pacaran, jadilah malu dan canggung gak kelar-kelar ckckck... Tapi ekspresi Joo Won kalau lagi salting dan gugup gini keliatan gemes banget sumpah. Keren banget akting salah tingkah dan gugupnya Joo Won, seolah-olah dia benar-benar belum pernah berpacaran sebelumnya, padahal menurut pengakuannya, dia pernah berpacaran saat tahun 2006 sebelum dia debut. Tapi akting polos, salah tingkah dan gugupnya benar-benar terlihat natural, seolah bukan akting, melainkan dia benar-benar gugup dan salting. What a great actor he is ^^)
Walaupun harus menghadapi kecanggungan dalam mobil, perjalanan harus tetap dilanjutkan. Sayangnya mobil sempat terhenti saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Sambil menunggu lampu merah berganti hijau, Tae Hee mengedarkan pandangannya ke tepi jalan. Dan sialnya dia justru melihat sepasang kekasih saling berciuman mesra di tepi jalan seperti yang dia lakukan tadi bersama Ja Eun.
Tae Hee menatap sepasang kekasih yang berciuman mesra di tepi jalan itu dengan wajah shock dan bengong. Ja Eun yang menyadari keanehan sikap Tae Hee yang mendadak bengong dengan wajah mupeng, seketika melihat ke arah pandangan Tae Hee. Ja Eun spontan memelototkan matanya terkejut ketika menyadari bahwa ternyata Tae Hee sedang memandang ke arah sepasang kekasih yang sedang berciuman mesra di tepi jalan.
Malu dan gugup, Ja Eun menutup kedua matanya dengan satu tangannya, seolah adegan itu adalah sesuatu yang tabu yang tak boleh dia lihat. Berbeda dengan Tae Hee, yang seketika justru teringat kenangan saat dia mencium Ja Eun di tepi jalan tadi siang. Mendadak ekspresi Tae Hee berubah menjadi mupeng alias muka pengen. (Babang polisi mendadak jadi mesum ckckck... Manis ya bibirnya Ja Eun? Pengen nyobain lagi? Hahaha ^^)
Akhirnya untuk yang pertama kalinya, sepasang sejoli itu berkencan di restoran. Makan malam bersama bisa dihitung sebagai kencan, kan? Yah, walaupun masih dalam keadaan canggung dan malu-malu meong sih.
Mereka duduk berhadapan di sebuah restoran yang tampak
seperti restoran lama. Dan Tae Hee mencoba membuka percakapan, “Apa kau suka
sup Loach?” tanyanya pada Ja Eun sebelum mereka memesan.
(Entah apa itu sup loach. Tapi sepertinya itu adalah makanan
yang biasanya disukai para generasi tua, anak muda jarang menyukai makanan yang
seperti itu. Itu sebabnya Tae Hee bertanya lebih dulu sebelum mereka memesan
makanannya)
“Ayahku sangat menyukai itu, jadi aku juga sering memakannya di masa lalu,” sahut Ja Eun. Sepertinya benar jika biasanya generasi tua yang lebih menyukai makanan yang seperti itu. Setelah itu, suasana kembali canggung. Mereka berdua tampak bingung ingin bicara apa.
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang untuk membawakan dua gelas air lebih dulu dan Tae Hee menyampaikan pesanannya.
“Kami ingin memesan dua porsi sup loach,” ujar Tae Hee pada si pelayan restoran kemudian meminum air di gelasnya.
Sambil menunggu makanan tiba, Ja Eun mulai menata peralatan makan di meja untuk mereka. Kemudian untuk mencairkan kecanggungan di antara mereka, Ja Eun mulai membuka percakapan.
“Tempat ini sepertinya lumayan tua,” ujar Ja Eun mengomentari desain restoran itu seraya menatap Tae Hee yang hanya mengangguk saja tanpa kata, membuat Ja Eun jadi mati langkah.
Tae Hee hanya menatap Ja Eun lekat tanpa kata, membuat Ja Eun malu sendiri. Akhirnya Ja Eun mencoba mencari cara lain untuk membuat Tae Hee menanggapi.
“Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu,” ujar Ja Eun pada akhirnya. Senjata terakhirnya untuk menyelamatkannya dari kecanggungan ini. Dan syukurlah topik gantungan kunci bebek ini berhasil menarik perhatian Tae Hee dan membuatnya bicara cukup banyak.
Ja Eun segera merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah gantung kunci bebek (The Duck Pendant) untuk diberikan pada Tae Hee.
“Ini. Jimat keberuntungan,” ujar Ja Eun dengan tersenyum manis, sementara Tae Hee hanya menatap gantungan kunci bebek di hadapannya dengan bingung.
Tae Hee kemudian melemparkan tatapan bingung ke arah Ja Eun
lalu Ja Eun mulai menjelaskan maksudnya, “Terakhir kali aku menghancurkannya.
Aku selalu merasa bersalah karena itu. Aku juga merasa bersalah saat melihatmu
terluka di depan penginapanku. Jadi hal pertama yang kulakukan adalah membuat
ini,” ujar Ja Eun dengan tulus, mengungkapkan apa yang dia rasakan saat itu.
Dengan kata lain Ja Eun meminta maaf dan juga berterima kasih karena Tae Hee
menolongnya saat itu (EP 29)
Tae Hee tersenyum manis mendengarnya dan berkata, “Tidak” seraya mengeluarkan gantungan kunci bebeknya dari dalam saku jaketnya. Seperti yang diminta oleh Ja Eun saat itu, Tae Hee selalu membawa gantungan kunci bebek itu ke mana pun.
Tae Hee menunjukkan gantungan kunci bebeknya dengan bangga, “Ini tidak rusak,” sahutnya dengan tersenyum manis. Ja Eun tampak kaget melihatnya, dia pikir gantungan kunci itu sudah rusak karena terlindas roda mobil (EP 26).
Tae Hee tersenyum, kemudian mengambil gantungan kunci bebek di atas meja dan menyandingkannya dengan miliknya. Dia mengamati keduanya dan menyadari jika keduanya berbeda.
“Ah, ini adalah karakter Ahjussi. Dan ini adalah karakter Ojak In. Itu karakterku,” ujar Ja Eun malu-malu saat menunjuk gantungan kunci bebek yang baru saja dia berikan pada Tae Hee. Ternyata yang baru saja dia berikan adalah gantungan kunci yang berbentuk karakter miliknya.
Tae Hee tersenyum manis mendengarnya, “Kalau begitu berikan yang ini padaku,” ujar Tae Hee, meminta gantungan kunci bebek berbentuk karakter Ja Eun. Sudah pasti Tae Hee akan meminta karakternya Ja Eun lah, jadi dengan begitu, dia akan merasa Ja Eun akan bersamanya setiap saat, dibawa ke mana-mana dalam saku jaketnya.
“Baiklah. Kalau begitu berikan yang itu padaku. Aku akan menyimpannya,” ujar Ja Eun seraya meminta gantungan kunci bebek dengan karakter Hwang Tae Hee.
“Baiklah,” ujar Tae Hee seraya memberikan gantungan kunci karakter Tae Hee yang awalnya miliknya. Jadi pada akhirnya mereka bertukar karakter, Tae Hee membawa karakter bebek Ja Eun dan Ja Eun membawa karakter bebek Tae Hee. Tae Hee tampak mengelus-elus gantungan kunci bebek Ja Eun itu dengan senyum manis di wajahnya.
(Joo Won kalau senyum manis banget, lesung pipinya yang
bikin manis. Nah gitu dong, senyum. Jangan cemberut mulu, mas bro. Perasaan
sejak EP 25 saat Ja Eun pergi, nih Tae Hee jarang banget senyum gini,
ekspresinya muram mulu karena sedih, depresi dan frustasi cintanya ditolak,
beberapa episode belakangan, cemberut karena cemburu brutal hahaha ^^ Udah ya
sekarang? Uda dapetin Ja Eun, kan? Smile, Tae Hee-yaa ^^)
“Apa kau menyukainya?” tanya Ja Eun dengan tersenyum penuh harap.
Tae Hee mengangguk sambil tersenyum dan berkata lembut, “Aku akan mencoba menyukainya,” ujarnya ambigu dan membuat Ja Eun bingung. Bertepatan dengan itu, ponsel Tae Hee berdering, dari Seo Dong Min.
“Ya, Seo Dong Min? Benarkah?” tanya Tae Hee seraya meletakkan gantungan kunci bebek Ja Eun di meja dan beranjak keluar. Sebelum keluar, Tae Hee memberi tanda pada Ja Eun, “Tunggu sebentar,” ujarnya sebelum keluar agar bisa bicara lebih bebas.
“Bagaimana bisa kau melepaskannya? Kau harus menahannya sampai akhir hingga dia memberikan pernyataannya,” omel Tae Hee seraya membuka pintu restoran.
Sepeninggal Tae Hee, Ja Eun bergumam sendiri dengan nada kesal, “Aku akan mencoba menyukainya? Apa maksudnya itu? Apa itu artinya dia tidak menyukai gantungan kunci bebek ini?” gumam Ja Eun pada dirinya sendiri dengan ekspresi kecewa.
Kemudian dia mengambil gantungan kunci bebek Ja Eun itu dan mengomentarinya dengan raut wajah tak terima, “Ini sangat cantik. Ini cantik dan menarik (dibandingkan dengan bebek Tae Hee). Ini benar-benar sangat mirip denganku,” ujar Ja Eun bergumam sendiri dan memuji gantungan kunci bebek yang berbentuk karakternya.
Lalu dia tiba-tiba dia mendapat ide absurd untuk membuat kedua gantungan kunci bebek itu saling berciuman seperti dia dan Tae Hee yang berciuman beberapa saat yang lalu.
Sialnya saat itu Tae Hee tiba-tiba kembali dan menangkap basah apa yang dilakukan oleh gadis itu dan bertanya dengan bingung, “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Tae Hee seraya menatap aneh Ja Eun yang seketika menjadi malu dan salah tingkah.
(Tae Hee be like : “Kalau mau aku sosor lagi bilang aja, ayang. Ngapain bebeknya yang dibuat ciuman? Yuk sama aku aja,” bwahaha ^^)
Dalam kegugupannya, Ja Eun meraih gelas Tae Hee dan meminumnya dengan terburu-buru.
“Itu adalah gelasku. Dan itu adalah tempat di mana bibirku menempel sebelumnya,” ujar Tae Hee dengan santai seraya duduk kembali ke kursinya. (Maksud Tae Hee adalah ciuman secara tidak langsung xixixi ^^)
Akhirnya setelah cukup lama menunggu, makanan yang mereka
pesan pun tiba. Tae Hee yang memang sudah lapar pun segera menuang nasi ke
dalam mangkok supnya dan berkata antusias, “Selamat makan.”
Namun baru saja dia akan menyendok makanannya, Ja Eun menghentikannya, “Tunggu sebentar!” seru Ja Eun sambil tersenyum.
Tae Hee menurut dan menghentikan aktivitasnya, dia menatap Ja Eun dengan bingung dan diam menunggu apa yang akan dilakukan Ja Eun berikutnya. Ja Eun ternyata memasukkan bumbu-bumbu lain lebih dulu ke dalam mangkok sup tersebut.
“Makanlah,” ujar Ja Eun lembut seraya mendorong mangkok Tae Hee lebih maju ke arahnya, seperti seorang istri yang melayani suaminya.
Tae Hee tersenyum berterima kasih seraya mendorong makanan pendampingnya ke arah Ja Eun, “Kau juga makanlah,” ujar Tae Hee sebelum menyantap makanannya.
(Babang polisi menebar senyum mulu nih dari tadi. Happy banget ya habis jadian? Padahal tadi pagi masih awan mendung tuh, ditambah cemburu menguras hati pula. Begitu dapet ciuman manis, langsung deh senyum-senyum mulu cengengesan hihihi ^^ That’s okay, Tae Hee. You deserved all happiness In the world ^^ keep smile like that, boy ^^)
Sepasang kekasih yang baru resmi berpacaran itu akhirnya tak lagi canggung dan tampak menikmati kencan pertama mereka dengan gembira, makan bersama dengan diselingi obrolan dan senyum ceria.
Setelah makan malam pertama yang manis, Tae Hee dan Ja Eun akhirnya pulang bersama ke pertanian. Saat akan turun, Tae Hee lagi-lagi mendapat telepon dari Seo Dong Min yang melaporkan masalah perkembangan penyelidikan mereka.
“Ya, Seo Dong Min, apa kau sudah bisa menghubunginya? Apa yang dia katakan? Cepat katakan padaku!” ujar Tae Hee di ponselnya.
Sambil menunggu Tae Hee selesai menelpon, Ja Eun yang merasa bibirnya kering tampak mencari lipbalm di dalam tasnya. Dia pun segera mengaplikasikan lipbalm itu di bibirnya yang kering. Namun siapa sangka, tindakan sederhana Ja Eun saat memakai lipbalm tersebut tampak begitu menggoda di mata Tae Hee?
Tae Hee yang tak sengaja melihat Ja Eun memakai lipbalm,
seketika tak bisa lagi berkonsentrasi pada teleponnya karena fokusnya kini
tertuju pada bibir Ja Eun yang menggoda imannya sebagai lelaki. Tae Hee menatap
Ja Eun dengan tatapan mupeng (muka pengen), tatapannya menyiratkan gairah dan hasrat
membara, seolah-olah dia tidak bisa menahan diri untuk merasakan kembali bibir
lembut Ja Eun yang sempat dicicipinya siang tadi.
(Ekspresi wajahnya Joo Won bener-bener kayak orang mupeng, mesum-mesum gimana gitu hahaha ^^ Nih aktor keren banget, benar-benar berbakat. Dia punya berbagai macam ekspresi di wajahnya. He is a man with thousand mask. Kalau marah nyeremin, kalau lagi cemburu ngegemesin, kalau lagi mupeng rasanya pengen nyadarin, kalau lagi happy keliatan ganteng dan cute abiz. Dahlah, Joo Won satu-satunya aktor Korea yang kuakui memang jago akting. Sayangnya dia kalah ganteng di mata publik dibandingkan Lee Min Ho, Cha Eun Woo dan Nam Ji Hyuk yang gak bisa akting, kayak kanebo kering dan ekspresinya gitu-gitu aja. Terkenal cuma modal tampang >_< Beda sama Joo Won yang punya ribuan “wajah” ^^)
Tak bisa lagi menahan diri, Tae Hee memutus begitu saja pembicaraannya dengan Seo Dong Min. Kebetulan saat itu, Ja Eun menatap ke arahnya dengan tatapan polosnya, sama sekali tidak menyadari perubahan wajah Tae Hee yang mendadak mupeng alias penuh gairah dan hasrat yang membara saat melihat bibirnya. Melihat Ja Eun menoleh padanya, Tae Hee menganggap ini sebagai sebuah kesempatan.
Dia meletakkan ponselnya di gagang pintu lalu langsung saja menerjang Ja Eun tanpa aba-aba. Tae Hee mencium Ja Eun dengan penuh gairah membara, bahkan mendorongnya hingga ke arah pintu mobilnya. Ja Eun tampak kaget untuk sesaat dan berusaha mendorong Tae Hee menjauh.
(Dan fakta membahagiakan lainnya adalah Joo Won dan UEE
benar-benar melakukan adegan ciuman panas di mobil itu dan mereka melakukannya
berkali-kali. Jika dilihat dari banyaknya angle yang diambil dan fakta bahwa
adegan di drama dan adegan di preview sangat berbeda, bisa dipastikan mereka
berdua harus syuting adegan ciuman itu lebih dari satu kali. Jadi tidak salah
bila Tae Phil berkata bahwa bibir mereka berdua terlihat bengkak. Kalau
syutingnya dilakukan berkali-kali, bukankah bibir mereka pasti akan bengkak?)
Sebenarnya, Tae Hee masih terdiam tanpa kata seraya menatap Ja Eun dengan wajah mupengnya. Dia mengedip-ngedipkan matanya polos bagaikan anak anjing yang haus belaian. Ja Eun yang menyadari Tae Hee menatapnya intens sejak tadi akhirnya bertanya padanya, “Ada apa? Apa bibirmu juga perlu lipbalm? Apa kau ingin aku membantumu untuk memakaikannya di bibirmu?” tanya Ja Eun dengan tatapan polosnya.
Menyadari jika dia akan mulai gila jika terlalu lama berduaan di dalam mobil bersama Ja Eun, Tae Hee segera menggeleng cepat dengan tampangnya yang masih mupeng, “Tidak. Tidak perlu. Ayo keluar,” ajak Tae Hee dengan ekspresi yang masih blank.
Ja Eun mengangguk sambil tersenyum manis kemudian mengikuti Tae Hee keluar dari dalam mobil. Setelah keluar dari dalam mobilnya, Tae Hee tampak menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik napas berkali-kali seolah-olah berusaha mengusir hasrat dan gairah aneh dalam hatinya. (Tae Hee be like : “Tahan, Tae Hee, tahan! Ja Eun belum jadi istrimu! Sabar bentar ya, masbro.”)
Sialnya saat mereka berniat masuk ke dalam rumah bersama-sama, Tae Phil tiba-tiba datang di saat yang bersamaan dan menangkap basah sepasang kekasih itu. Suasana pun seketika kembali canggung.
“Oh, Maknae Oppa.” ujar Ja Eun yang menyapa Tae Phil dengan ramah, sementara Tae Hee hanya menatap Tae Phil dengan tatapan was-was. Tae Hee seolah tahu bahwa Tae Phil akan menjadi "bencana" baginya.
“Ya, Ja Eun-ah. Bagaimana kalian berdua bisa datang bersama-sama?” tanya Evil Maknae, Hwang Tae Phil dengan tatapan curiga ke arah Tae Hee dan Ja Eun secara bergantian. Tae Hee seketika menatap Tae Phil dengan waspada dan melemparkan tatapan mautnya, mengancam Tae Phil melalui tatapan matanya agar tidak bicara macam-macam di depan Ja Eun-nya.
Ja Eun yang tidak tahu harus menjawab apa hanya menatap Tae Hee meminta bantuan. Tae Hee yang mengerti arti tatapan Ja Eun seketika mengalihkan pembicaraan, “Kau pulang sangat malam,” ujar Tae Hee.
“Benarkah sekarang sudah sangat malam?” Tae Phil melemparkan pertanyaan itu pada Tae Hee, kalimatnya mengandung kesan seperti, “Lalu apa yang kalian berdua lakukan bersama-sama hingga malam begini baru pulang?”
Tae Phil tersenyum “iblis” seraya menatap Tae Hee yang memberi tanda melalui tatapan matanya agar jangan sampai salah bicara di depan Ja Eun. Tae Hee melirik Ja Eun sekilas kemudian mengembalikan tatapan mautnya ke arah Tae Phil, tatapan mata yang seolah mengatakan, “Tutup mulutmu dan jangan bicara macam-macam! Ja Eun ada di sini!”
Tae Phil yang mengerti arti tatapan Tae Hee seketika melirik Ja Eun yang saat itu hanya memandang tanah dengan gugup seraya menggigit bibir bawahnya.
“Ayo kita masuk,” ajak Tae Hee pada Ja Eun.
Namun belum sempat mereka melangkah pergi, Tae Phil merentangkan tangannya dan menghadang Tae Hee, “Tunggu sebentar. Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada Hyung. Ja Eun-ah, kau masuklah lebih dulu,” pinta Tae Phil pada Ja Eun.
Ja Eun mengangguk mengerti dengan menggigit bibir bawahnya sekali lagi, “Baik,” ujarnya pada Tae Phil.
Kemudian Ja Eun menoleh pada Tae Hee seolah meminta ijin padanya dan berpamitan, “Aku akan masuk lebih dulu,” ujar Ja Eun lembut dengan tersipu malu.
“Ya, masuklah.” Sahut Tae Hee singkat sambil mengangguk pelan. Tae Hee kemudian kembali menatap Tae Phil dengan waspada, saat melihat Tae Phil memandang Ja Eun dengan aneh.
“Maknae Oppa, aku akan masuk lebih dulu,” ujar Ja Eun, kini berpamitan pada Hwang Tae Phil yang hanya mengangguk sambil tersenyum geli. Dan akhirnya Ja Eun pun melangkah masuk seraya memegangi bibir bawahnya dengan tersenyum malu-malu.
Setelah Ja Eun pergi, Tae Hee bertanya dengan nada ketus pada Hwang Tae Phil, “Ada apa?”
“Bukankah seharusnya dalam waktu tiga hari ini, kau tidak melakukan kontak apa pun dengannya?” tanya Tae Phil dengan kepo.
“Semua ini terjadi begitu saja,” sahut Tae Hee, mengakui dengan malu-malu. (Mana bisalah suruh nyuekin tiga hari? Setengah hari aja udah gak tahan dan nyamperin di gedung bioskop >_<)
“Apa kalian berdua sudah berbaikan?” tanya Tae Phil lagi, dengan nada ingin tahu.
Tae Hee melirik Tae Phil sekilas sebelum menganggukkan kepalanya malu-malu dan menjawab, “Ya.”
Tae Phil mengangguk singkat seraya mengamati bibir Tae Hee dan kembali berkomentar, “Sepertinya kau terlalu bersemangat saat melakukannya. Bibirmu terlihat bengkak. Kalian berciuman, benarkan?” ujar Tae Phil dengan senyuman reseknya, sengaja menggoda Tae Hee.
Ucapan Tae Phil membuat Tae Hee kesal dan spontan memukul lengannya, “YYYAAA! Sudah kubilang jangan bicara omong kosong!” seru Tae Hee dengan bibir cemberut kesal dan berjalan pergi meninggalkan adiknya yang resek di sana. Tae Hee menyangkal dengan kuat, namun justru semakin kuat penyangkalannya, semakin membuktikan bahwa dugaan Tae Phil adalah benar.
Tae Phil mengejar Tae Hee dan kembali mencecarnya dengan pertanyaan, “Kalian benar-benar berciuman? Wah, sukses! Selamat. Selamat,” seru Tae Phil dengan gembira seraya melingkarkan lengannya di lengan Tae Hee dan melompat-lompat girang sambil tertawa. (Yang resmi pacaran si Tae Hee, tapi yang heboh banget malah si Tae Phil hahaha ^^)
Di kamarnya, Ja Eun berbaring di kasurnya dan mengingat kembali tentang ciuman pertama mereka. Ja Eun tampak bahagia karena akhirnya Tae Hee menciumnya dan mereka resmi pacaran sekarang. Nampak jelas bahwa hati Ja Eun sedang berbunga-bunga saat ini. Dia kemudian mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Tae Hee.
Tae Hee tersenyum manis yang memperlihatkan lesung pipinya dan membalas pesan Ja Eun, “Kau juga.”
Namun jawaban singkat dari Tae Hee tidak membuat Ja Eun puas, Ja Eun kembali membalas pesan itu, “Aku ingin kau menulis lebih dari tiga kata,” tuntut Ja Eun di ponselnya.
Tae Hee tampak berpikir sejenak sebelum membalas, “Kau juga---aaaaaaaa,” tulisnya di pesan itu. Mati kutu sama Introvert modelan Tae Hee. Namun walau Tae Hee hanya menjawab singkat seperti itu, Ja Eun sudah tampak sangat puas dan tersenyum gembira.
(Padahal aku juga introvert tapi aku suka menulis pesan dan komentar yang panjang, karena aku merasa, aku gak bisa mengekspresikan perasaan dengan ucapan, jadi ya aku ekspresikan dengan tulisan aja. Itu sebabnya aku benci dan sebel banget kalau ada orang yang komen di postinganku, terus aku berbaik hati menanggapi dengan balasan yang panjang untuk menghargai orang itu, eh tapi orang itu MALAH NGILANG GITU AJA setelah menulis komentar di postinganku. Balasanku dari komentar yang dia tulis malah gak direspon sama sekali. Keliatan banget SAMA SEKALI GAK BISA MENGHARGAI USAHA ORANG LAIN >_< Misal : tuh orang nanya “pembaca kakak ada yang dari luar negeri, ya?” terus aku bales, “Iya, emangnya kenapa kamu tanya? Kan sudah keliatan tuh di widget ‘Visitors’ dan ‘Flag Counters’. Kenapa kok tanya? Apa karena aku nulis Highlight pakai bahasa inggris jadi membuatmu gak nyaman karena kamu gak bisa inggris ta? Atau gimana?”
Uda reply panjang lebar, pengen tahu kendalanya di mana, biar aku bisa memperbaiki blogku agar bisa membuat pengunjung betah, Eh si komentator sialan malah ngilang abis tanya, gak menghargai pemilik status sama sekali. Padahal aku uda nulis reply panjang. Begitu kutegur, baru jawab dan ngeles, “Kirain kakak gak suka dijawab panjang?” Ciihhh, alasan aja. Selama ini aku selalu nulis komentar panjang buat menghargaimu yang sudah meninggalkan komentar di postinganku, gak bisa liat atau uda buta? Bilang aja gak bisa menghargai orang lain! Aku gak suka cari gara-gara, tapi aku paling benci kalau effort-ku selama ini gak dihargai orang. Uda berusaha jadi orang baik, ramah, mencoba menghargai orang lain, komen pun dengan bahasa sopan karena takut menyinggung orang, eh, responnya malah cuek bebek kayak gitu. Waktu, tenaga dan kuotaku seakan terbuang percuma kalau ngadepin orang kayak gitu.
Jangan merasa dirimu yang paling sibuk di dunia ini, karena uda menikah dan punya anak, lajang sepertiku juga punya banyak urusan di dunia nyata asal kamu tahu, aku membalas komentarmu dengan panjang juga menghabiskan waktu, kuota dan tenagaku, kamu pikir aku pengangguran? Aku ngantor, menulis blog, jadi konten creator youtube juga, belum lagi bersih-bersih rumah bantuin mama, dll. Cuma jadi pembaca aja gak bisa menghargai, padahal bukan bloggernya, gak pake nonton ulang dramanya, gak pake ngetik, tapi berasa sok paling sibuk sedunia >_< Aku yakin kamu juga membaca artikel ini jadi biar kamu sadar, sikapmu sangat menjengkelkan!)
Setelah membalas pesan Ja
Eun, Tae Hee pun berbaring di kasurnya dengan tersenyum gembira. Sepertinya ini
adalah pertama kalinya Tae Hee pergi tidur dengan senyuman di wajahnya.
Keesokan harinya, Keluarga Hwang menikmati sarapan bersama
seperti biasanya. Pagi ini adalah sarapan pertama untuk Tae Hee dan Ja Eun
sebagai pasangan kekasih.
Saat akan memulai sarapan, Nenek bertanya kenapa ada tempat
yang kosong dan Park Bok Ja menjawab karena Tae Shik pergi bekerja pagi-pagi
sekali jadi dia tidak sempat sarapan. Park Bok Ja mengomeli suaminya agar tidak
terlalu keras pada Tae Shik, Hwang Chang Sik menyangkal dan mengatakan kalau
selama beberapa hari ini, dia justru tak pernah bicara pada Tae Phil.
“Sekarang setelah kuteliti baik-baik, Hyung, bibirmu juga terlihat bengkak. Kau pasti sangat kelelahan bekerja,” sindir Evil Maknae Tae Phil sambil tersenyum iblis menggoda Tae Hee yang segera menatapnya dengan kesal.
Park Bok Ja segera melihat ke arah Ja Eun dengan penasaran, “Benarkah? Kenapa aku tidak menyadarinya?” tanya Park Bok Ja dengan khawatir. Ja Eun hanya tersenyum canggung pada Park Bok Ja tanpa kata seraya menggigit bibir bawahnya lagi.
Hwang Chang Sik pun tampak bergantian mengamati bibir Ja Eun dan Tae Hee dan ikut berkomentar, “Itu benar. Bibir Tae Hee dan Ja Eun sama-sama bengkak,” ujar Hwang Chang Sik dengan nada khawatir setelah mengamati Tae Hee dan Ja Eun.
“Thanks. Hahaha...” ujar Tae Phil dengan wajah sumringah dan senyum kemenangan. B4ngsat nih emang Maknae ^^
“Jangan khawatir. Aku tidak akan memberitahu Ja Eun tentang semua hal yang aku tahu,” janji Tae Phil dengan tersenyum gembira.
Tae Hee memasang tampang masam dan tampak kesal melihat bagaimana dia harus “tunduk” pada Tae Phil kali ini, “YYYAA! Kau tidak boleh memakainya lebih dari dua kali!” seru Tae Hee yang masih tampak kesal pada Tae Phil yang berjalan keluar pintu.
Tae Phil pun tampak tidak menyia-nyiakan kartu kredit Tae Hee. Gak pake lama, siang harinya Tae Phil segera memakai kartu kredit Tae Hee untuk membeli satu setel jas dan mantel baru seharga 873 ribu won.
Tae Hee yang saat itu ada di kantornya, tampak kaget saat melihat notifikasi di ponselnya yang menunjukkan bahwa ada pemakaian kartu kredit sebesar 873 ribu won untuk membeli satu setel jas dan mantel. Tae Hee menarik napas dalam-dalam dengan ekspresi kesal.
“Tidak. Kami baru saja memulainya jadi kami masih bisa mencoba lagi,” ujar Ja Eun membela diri, masih berpikir positif.
“Hanya dengan bicara? Dengan rasa daging seperti ini?” sindir Kim Jae Ha dingin. Sepertinya dia masih kesal karena Hwang Tae Hee selalu merusak hari-harinya.
“Belum banyak waktu berlalu. Ini bahkan masih belum sebulan,” protes Ja Eun. Benar, belum sebulan woi!
“Apa kau tidak melihat bagaimana CEO sangat marah kemarin? Aku tidak mau dipukul lagi olehnya! Cukup selesaikan saja kontraknya! Juallah pada orang lain jika kau tidak rela menyerahkannya padaku, kemudian bayar kembali denda pembatalan kontrak sebanyak dua kali lipat, atau jika kau tidak bisa, satu-satunya jalan adalah serahkan pada Good Film!” ujar Kim Jae Ha dengan dingin dan kejam.
“Kenapa kau mengingkari kesepakatan yang sudah kita setujui? Aku bilang aku akan melakukannya. Kau sudah berjanji padaku,” protes Ja Eun tidak terima.
“Siapa yang akan membeli daging bebek yang keras dan amis ini? Bahkan walaupun kau memberikannya secara gratis, tidak akan ada yang mau memakannya!” ejek Kim Jae Ha dengan kejam.
“Siapa yang memaksamu untuk memakannya? Juga bagaimana bisa seorang pria menjilat perkataannya sendiri? Jika kau sudah berjanji pada seseorang maka kau harus menepati janji itu!” seru Park Bok Ja yang juga tampak tersinggung dengan ucapan Kim Jae Ha.
“Benar. Itu benar,” sahut Ja Eun setuju dengan Park Bok Ja.
“Kau juga melanggar kesepakatanmu padaku! Kau bilang kau akan berusaha keras mengembangkan pakan bebek agar bisa menjual daging yang berkualitas, tapi apa yang kau lakukan? Kau hanya sibuk pacaran! Benarkan?” sindir Kim Jae Ha yang membuat Park Bok Ja spontan menatap Ja Eun penuh tanya dan Ja Eun menatap kesal ke arahnya.
Blogger Opinion :
Hilang sudah tatapan mata polos Tae Hee yang malu-malu menatap Ja Eun seperti di EP 18 ketika Tae Hee mencuri-curi pandang ke arah Ja Eun saat Ja Eun memasangkan dasi untuknya, atau ketika Tae Hee menatap Ja Eun dengan tatapan haru penuh tanya seperti di EP 21 saat mereka tak sengaja bertemu di penginapan Jung Yeon Suk ketika Ja Eun bertanya kenapa Tae Hee marah, atau di EP 22 saat Tae Hee menatap Ja Eun yang tertidur di dalam mobilnya.
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/666 + https://gswww.tistory.com/667 + https://gswww.tistory.com/668)
Video Credit : Meyamjw
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
Tae Hee and Ja Eun are like two teenagers from school. Totally
new in the world of dating, kissing and dealing with emotions. It´s a first
love for both of them. Can’t blame him or his raging hormones. The first love
always feel more overwhelming, it burns hotter and cuts deeper. Those emotions
are simply raw. I was dying from cute this episode. I find it hilarious that Tae
Hee is basically a hormonal teenager around Ja Eun.
I really love the kiss scene in the car and restaurant. But
the cutest past is “kiss in the car”. Actually It’s just his imagination hehehe ^_^ That’s
seriously a passionate & wild imagination but then that is one delicious
looking lips. That was the funniest thing ever. Even if it wasn’t real though,
the fact that Tae Hee’s is thinking like
that is so cute ^^ Don’t just imagine, Tae-hee. DO IT!!!
Although it was just Tae Hee’s imagination, in behind the scene, Joo Won and UEE definitely did kiss. And to choosing the best screen angle, they must have shot the scene at least 3 times ^^ (one is rehearsal, another is for close-up scene and the last is zoom out). If you watch carefully the kiss scene in ep 36, you’ll find out that the editor mixed 5 different shooting takes together. Maybe that is the reason why their lips are all swollen ^^ Cause in the behind the scene, Joo Won and UEE did it many times kekeke ^^
And for the scene in restaurant, those duck pendants are
adorable. When she gave him the little Ja Eun duck, it’s like Ja Eun actually
gave Tae Hee herself. It was sweet. How long has she had that in her purse or
pocket waiting to give it to him? How vulnerable could she have been at that
moment? Here she is giving Tae Hee HERSELF, asking him what he thinks of her,
and what does he reply? “I’ll try to get attached to it!” OMG! Poor girl. Tae Hee
is so mean but so funny ^^
When Tae Hee said “I’ll try to get attached to it”, I think he was copying what Ja Eun had said to him that made him confuse, remember when she said to him before “Ye...Kayo”? It’s kinda like that. I think he was throwing that line to her, so she would realize how it made him go crazy when she makes him confuse with her words! Revenge? Hahaha ^^
----0000-----
Episode 37 :
Episode 37 dimulai dengan adegan naik mobil yang paling canggung dan menggemaskan sepanjang sejarah perdrakor-an. Gimana gak gemes coba? Tae Hee yang sebelumnya tampak begitu agresif dan manly saat dia dengan berani mengambil langkah lebih dulu dengan mencium Ja Eun sebanyak dua kali, yang mana salah satunya adalah Forced Kiss, kini setelah ciuman itu berakhir, Tae Hee kembali ke mode malu-malu meong dan malah gugup, canggung dan salah tingkah saat duduk berdua dengan pacarnya di dalam mobil saat perjalanan pulang. Dia hanya berani mencuri-curi pandang ke arah pacarnya.
Although it was just Tae Hee’s imagination, in behind the scene, Joo Won and UEE definitely did kiss. And to choosing the best screen angle, they must have shot the scene at least 3 times ^^ (one is rehearsal, another is for close-up scene and the last is zoom out). If you watch carefully the kiss scene in ep 36, you’ll find out that the editor mixed 5 different shooting takes together. Maybe that is the reason why their lips are all swollen ^^ Cause in the behind the scene, Joo Won and UEE did it many times kekeke ^^
When Tae Hee said “I’ll try to get attached to it”, I think he was copying what Ja Eun had said to him that made him confuse, remember when she said to him before “Ye...Kayo”? It’s kinda like that. I think he was throwing that line to her, so she would realize how it made him go crazy when she makes him confuse with her words! Revenge? Hahaha ^^
----0000-----
Episode 37 :
Episode 37 dimulai dengan adegan naik mobil yang paling canggung dan menggemaskan sepanjang sejarah perdrakor-an. Gimana gak gemes coba? Tae Hee yang sebelumnya tampak begitu agresif dan manly saat dia dengan berani mengambil langkah lebih dulu dengan mencium Ja Eun sebanyak dua kali, yang mana salah satunya adalah Forced Kiss, kini setelah ciuman itu berakhir, Tae Hee kembali ke mode malu-malu meong dan malah gugup, canggung dan salah tingkah saat duduk berdua dengan pacarnya di dalam mobil saat perjalanan pulang. Dia hanya berani mencuri-curi pandang ke arah pacarnya.
Karena Tae Hee tampak canggung dan gugup, Ja Eun pun ikut merasakan hal yang sama. Untuk mengalihkan kecanggungannya, Ja Eun menatap keluar jendela lalu menaik turunkan jendela itu sebagai bentuk pengalihan, sementara Tae Hee hanya menatapnya malu-malu. Tae Hee yang menyadari kecanggungan itu mencoba mencairkan suasana dengan bertanya apakah Ja Eun ingin mendengarkan radio.
Ja Eun hanya menjawab, “Ya”.
Tae Hee tersenyum manis dan mulai menyalakan radio di mobilnya, namun sayangnya yang muncul malah sebuah lagu entah dari siapa yang ada liriknya, “Kiss me darling, kiss me, kiss me tonight”. Lagu itu spontan membuat Tae Hee dan Ja Eun sama-sama langsung salah tingkah mendengarnya bwahaha ^^
Tae Hee tersenyum manis dan mulai menyalakan radio di mobilnya, namun sayangnya yang muncul malah sebuah lagu entah dari siapa yang ada liriknya, “Kiss me darling, kiss me, kiss me tonight”. Lagu itu spontan membuat Tae Hee dan Ja Eun sama-sama langsung salah tingkah mendengarnya bwahaha ^^
Dengan panik, Tae Hee mengganti gelombang radionya namun sialnya, si penyiar radio justru sedang membacakan request dari seseorang dan berkata, “Han Chae Young-nim, kudengar kau mendapatkan ciuman pertamamu hari ini. Wow! Selamat untukmu,” kalimat yang membuat sepasang sejoli yang baru resmi berpacaran siang tadi semakin salah tingkah dan gugup.
Ja Eun spontan memegangi bibirnya, sementara Tae Hee menatap Ja Eun dengan salah tingkah dan ekspresi yang menggemaskan. Alisnya tertarik ke atas membuatnya semakin terlihat menggemaskan. (Tae Hee lagi salting brutal hahaha ^^)
Bukannya meredakan ketegangan dan mencairkan suasana canggung, yang dilakukan Tae Hee justru malah membuat suasana makin runyam bwahaha ^^ Jadilah akhirnya Tae Hee (yang tampak menggemaskan saat sedang mode panik, gugup, dan salah tingkah itu) memilih untuk mematikan lagi radionya wkwkwk ^^ Bahkan alam pun tidak mendukungnya, malah diledekin terus sedari tadi.
(Ngakak liat pasangan yang sama-sama polos soal pacaran. First love, first dating, first kissing, are new for both of them. Gara-gara sama-sama gak pengalaman dalam urusan pacaran, jadilah malu dan canggung gak kelar-kelar ckckck... Tapi ekspresi Joo Won kalau lagi salting dan gugup gini keliatan gemes banget sumpah. Keren banget akting salah tingkah dan gugupnya Joo Won, seolah-olah dia benar-benar belum pernah berpacaran sebelumnya, padahal menurut pengakuannya, dia pernah berpacaran saat tahun 2006 sebelum dia debut. Tapi akting polos, salah tingkah dan gugupnya benar-benar terlihat natural, seolah bukan akting, melainkan dia benar-benar gugup dan salting. What a great actor he is ^^)
Walaupun harus menghadapi kecanggungan dalam mobil, perjalanan harus tetap dilanjutkan. Sayangnya mobil sempat terhenti saat lampu lalu lintas menunjukkan warna merah. Sambil menunggu lampu merah berganti hijau, Tae Hee mengedarkan pandangannya ke tepi jalan. Dan sialnya dia justru melihat sepasang kekasih saling berciuman mesra di tepi jalan seperti yang dia lakukan tadi bersama Ja Eun.
Tae Hee menatap sepasang kekasih yang berciuman mesra di tepi jalan itu dengan wajah shock dan bengong. Ja Eun yang menyadari keanehan sikap Tae Hee yang mendadak bengong dengan wajah mupeng, seketika melihat ke arah pandangan Tae Hee. Ja Eun spontan memelototkan matanya terkejut ketika menyadari bahwa ternyata Tae Hee sedang memandang ke arah sepasang kekasih yang sedang berciuman mesra di tepi jalan.
Malu dan gugup, Ja Eun menutup kedua matanya dengan satu tangannya, seolah adegan itu adalah sesuatu yang tabu yang tak boleh dia lihat. Berbeda dengan Tae Hee, yang seketika justru teringat kenangan saat dia mencium Ja Eun di tepi jalan tadi siang. Mendadak ekspresi Tae Hee berubah menjadi mupeng alias muka pengen. (Babang polisi mendadak jadi mesum ckckck... Manis ya bibirnya Ja Eun? Pengen nyobain lagi? Hahaha ^^)
Ja Eun membuka matanya lagi dan melirik Tae Hee yang masih
terbengong, kemudian menuliskan sesuatu di jendela mobil yang berembun, dia
menuliskan sesuatu yang terlihat seperti “Tae Hee bodoh (Tae Hee babo)”.
(Jangan bengong mulu, Pak Polisi! Tar kesambet loh wkwkwk ^^ Baru ciuman sekali aja, uda salting brutal kayak gitu reaksinya. After effectnya gede banget ya? Hahaha ^^ Gimana kalau mau malam pertama? Hadeh, parah nih Tae Hee ^^)
Selama beberapa saat, baik Tae Hee maupun Ja Eun tampak tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing hingga tidak menyadari jika lampu merah sudah berganti hijau, hingga membuat mobil di belakang mereka, mengklakson dengan suara keras. Barulah kemudian Tae Hee tersadar dari lamunan dan segera menjalankan mobilnya.
Di tengah jalan, perut Ja Eun berbunyi nyaring, tanda bahwa dia sedang kelaparan. Sepasang kekasih yang menggemaskan itu saling menatap dengan malu-malu, namun Ja Eun adalah pihak yang lebih malu karena itu adalah bunyi perutnya sendiri. Ja Eun tampak malu sementara Tae Hee hanya tersenyum geli.
(Jangan bengong mulu, Pak Polisi! Tar kesambet loh wkwkwk ^^ Baru ciuman sekali aja, uda salting brutal kayak gitu reaksinya. After effectnya gede banget ya? Hahaha ^^ Gimana kalau mau malam pertama? Hadeh, parah nih Tae Hee ^^)
Selama beberapa saat, baik Tae Hee maupun Ja Eun tampak tenggelam dalam pikiran mereka masing-masing hingga tidak menyadari jika lampu merah sudah berganti hijau, hingga membuat mobil di belakang mereka, mengklakson dengan suara keras. Barulah kemudian Tae Hee tersadar dari lamunan dan segera menjalankan mobilnya.
Di tengah jalan, perut Ja Eun berbunyi nyaring, tanda bahwa dia sedang kelaparan. Sepasang kekasih yang menggemaskan itu saling menatap dengan malu-malu, namun Ja Eun adalah pihak yang lebih malu karena itu adalah bunyi perutnya sendiri. Ja Eun tampak malu sementara Tae Hee hanya tersenyum geli.
Akhirnya untuk yang pertama kalinya, sepasang sejoli itu berkencan di restoran. Makan malam bersama bisa dihitung sebagai kencan, kan? Yah, walaupun masih dalam keadaan canggung dan malu-malu meong sih.
“Ayahku sangat menyukai itu, jadi aku juga sering memakannya di masa lalu,” sahut Ja Eun. Sepertinya benar jika biasanya generasi tua yang lebih menyukai makanan yang seperti itu. Setelah itu, suasana kembali canggung. Mereka berdua tampak bingung ingin bicara apa.
Tak lama kemudian, seorang pelayan datang untuk membawakan dua gelas air lebih dulu dan Tae Hee menyampaikan pesanannya.
“Kami ingin memesan dua porsi sup loach,” ujar Tae Hee pada si pelayan restoran kemudian meminum air di gelasnya.
Sambil menunggu makanan tiba, Ja Eun mulai menata peralatan makan di meja untuk mereka. Kemudian untuk mencairkan kecanggungan di antara mereka, Ja Eun mulai membuka percakapan.
“Tempat ini sepertinya lumayan tua,” ujar Ja Eun mengomentari desain restoran itu seraya menatap Tae Hee yang hanya mengangguk saja tanpa kata, membuat Ja Eun jadi mati langkah.
Bukan ini yang Ja Eun harapkan, harusnya Tae Hee menanggapi
dengan lebih banyak kata, tapi Tae Hee yang introvert memang tidak suka banyak
bicara, bukan?
“Oh, jendelanya berembun semua. Tampaknya di luar sangat dingin,” Ja Eun mengalihkan pembicaraan seraya melihat ke luar jendela. Namun lagi-lagi Tae Hee hanya mengangguk membenarkan. (Pusing juga punya pacar kayak Tae Hee, bingung mau ngomong apa biar ditanggepin >_< Ja Eun yang notabene cerewet aja sampai mati kutu ^^)
“Oh, jendelanya berembun semua. Tampaknya di luar sangat dingin,” Ja Eun mengalihkan pembicaraan seraya melihat ke luar jendela. Namun lagi-lagi Tae Hee hanya mengangguk membenarkan. (Pusing juga punya pacar kayak Tae Hee, bingung mau ngomong apa biar ditanggepin >_< Ja Eun yang notabene cerewet aja sampai mati kutu ^^)
Tae Hee hanya menatap Ja Eun lekat tanpa kata, membuat Ja Eun malu sendiri. Akhirnya Ja Eun mencoba mencari cara lain untuk membuat Tae Hee menanggapi.
“Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu,” ujar Ja Eun pada akhirnya. Senjata terakhirnya untuk menyelamatkannya dari kecanggungan ini. Dan syukurlah topik gantungan kunci bebek ini berhasil menarik perhatian Tae Hee dan membuatnya bicara cukup banyak.
Ja Eun segera merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan sebuah gantung kunci bebek (The Duck Pendant) untuk diberikan pada Tae Hee.
“Ini. Jimat keberuntungan,” ujar Ja Eun dengan tersenyum manis, sementara Tae Hee hanya menatap gantungan kunci bebek di hadapannya dengan bingung.
Tae Hee tersenyum manis mendengarnya dan berkata, “Tidak” seraya mengeluarkan gantungan kunci bebeknya dari dalam saku jaketnya. Seperti yang diminta oleh Ja Eun saat itu, Tae Hee selalu membawa gantungan kunci bebek itu ke mana pun.
Tae Hee menunjukkan gantungan kunci bebeknya dengan bangga, “Ini tidak rusak,” sahutnya dengan tersenyum manis. Ja Eun tampak kaget melihatnya, dia pikir gantungan kunci itu sudah rusak karena terlindas roda mobil (EP 26).
“Kupikir itu sudah rusak atau hilang,” ujar Ja Eun dengan
tersenyum lega.
Tae Hee tersenyum, kemudian mengambil gantungan kunci bebek di atas meja dan menyandingkannya dengan miliknya. Dia mengamati keduanya dan menyadari jika keduanya berbeda.
“Ah, ini adalah karakter Ahjussi. Dan ini adalah karakter Ojak In. Itu karakterku,” ujar Ja Eun malu-malu saat menunjuk gantungan kunci bebek yang baru saja dia berikan pada Tae Hee. Ternyata yang baru saja dia berikan adalah gantungan kunci yang berbentuk karakter miliknya.
Tae Hee tersenyum manis mendengarnya, “Kalau begitu berikan yang ini padaku,” ujar Tae Hee, meminta gantungan kunci bebek berbentuk karakter Ja Eun. Sudah pasti Tae Hee akan meminta karakternya Ja Eun lah, jadi dengan begitu, dia akan merasa Ja Eun akan bersamanya setiap saat, dibawa ke mana-mana dalam saku jaketnya.
“Baiklah. Kalau begitu berikan yang itu padaku. Aku akan menyimpannya,” ujar Ja Eun seraya meminta gantungan kunci bebek dengan karakter Hwang Tae Hee.
“Baiklah,” ujar Tae Hee seraya memberikan gantungan kunci karakter Tae Hee yang awalnya miliknya. Jadi pada akhirnya mereka bertukar karakter, Tae Hee membawa karakter bebek Ja Eun dan Ja Eun membawa karakter bebek Tae Hee. Tae Hee tampak mengelus-elus gantungan kunci bebek Ja Eun itu dengan senyum manis di wajahnya.
“Apa kau menyukainya?” tanya Ja Eun dengan tersenyum penuh harap.
Tae Hee mengangguk sambil tersenyum dan berkata lembut, “Aku akan mencoba menyukainya,” ujarnya ambigu dan membuat Ja Eun bingung. Bertepatan dengan itu, ponsel Tae Hee berdering, dari Seo Dong Min.
“Ya, Seo Dong Min? Benarkah?” tanya Tae Hee seraya meletakkan gantungan kunci bebek Ja Eun di meja dan beranjak keluar. Sebelum keluar, Tae Hee memberi tanda pada Ja Eun, “Tunggu sebentar,” ujarnya sebelum keluar agar bisa bicara lebih bebas.
“Bagaimana bisa kau melepaskannya? Kau harus menahannya sampai akhir hingga dia memberikan pernyataannya,” omel Tae Hee seraya membuka pintu restoran.
Sepeninggal Tae Hee, Ja Eun bergumam sendiri dengan nada kesal, “Aku akan mencoba menyukainya? Apa maksudnya itu? Apa itu artinya dia tidak menyukai gantungan kunci bebek ini?” gumam Ja Eun pada dirinya sendiri dengan ekspresi kecewa.
Kemudian dia mengambil gantungan kunci bebek Ja Eun itu dan mengomentarinya dengan raut wajah tak terima, “Ini sangat cantik. Ini cantik dan menarik (dibandingkan dengan bebek Tae Hee). Ini benar-benar sangat mirip denganku,” ujar Ja Eun bergumam sendiri dan memuji gantungan kunci bebek yang berbentuk karakternya.
Lalu dia tiba-tiba dia mendapat ide absurd untuk membuat kedua gantungan kunci bebek itu saling berciuman seperti dia dan Tae Hee yang berciuman beberapa saat yang lalu.
Ja Eun tampak tersipu malu saat dia membuat
kedua gantungan bebek itu berciuman, seolah dia dan Tae Hee-lah yang sedang
berciuman saat itu. Lalu Ja Eun memperagakan kembali adegan dua gantungan bebek
berciuman itu, namun kali ini dengan memonyongkan bibirnya sendiri seolah
dialah yang sedang berciuman.
Sialnya saat itu Tae Hee tiba-tiba kembali dan menangkap basah apa yang dilakukan oleh gadis itu dan bertanya dengan bingung, “Apa yang sedang kau lakukan?” tanya Tae Hee seraya menatap aneh Ja Eun yang seketika menjadi malu dan salah tingkah.
(Tae Hee be like : “Kalau mau aku sosor lagi bilang aja, ayang. Ngapain bebeknya yang dibuat ciuman? Yuk sama aku aja,” bwahaha ^^)
Dalam kegugupannya, Ja Eun meraih gelas Tae Hee dan meminumnya dengan terburu-buru.
“Itu adalah gelasku. Dan itu adalah tempat di mana bibirku menempel sebelumnya,” ujar Tae Hee dengan santai seraya duduk kembali ke kursinya. (Maksud Tae Hee adalah ciuman secara tidak langsung xixixi ^^)
Tae Hee tersenyum manis seraya menatap Ja Eun yang salah
tingkah ketika gadis itu buru-buru meletakkan gelasnya, sepertinya dia sengaja
mengatakan itu untuk menggoda Ja Eun sekarang.
“Tidak apa-apa. Minumlah. Aku bisa mengerti. Aku bukan anak
kecil,” lanjut Tae Hee dengan senyuman menggoda.
(Maksud Tae Hee adalah “Gak papa, aku bukan anak kecil. Toh kita sudah pernah berciuman sebelumnya, jadi tak masalah jika kita minum dari gelas yang sama atau bahkan makan dari sendok yang sama. Untuk apa malu karena minum dari gelas yang terdapat bekas bibirku? Toh kau pernah merasakan bibirku secara langsung, kan?” Gitu maksudnya Tae Hee ^^ Dia sengaja ngegodain Ja Eun yang tampak malu-malu saat minum dari gelasnya.
Ja Eun menghela napas kesal mendengar Tae Hee menggodanya, namun dengan cerdas, dia segera memutar keadaan dengan mengungkit kembali kekonyolan Tae Hee saat di kebun binatang.
“Ahjussi, ada satu hal yang membuatku sangat penasaran. Hari itu di kebun binatang, apa yang sebenarnya kau lakukan pada mobil Kim PD-nim?” Tanya Ja Eun dengan tatapan penasaran.
Senyum Tae Hee langsung musnah, Tae Hee seketika salah tingkah dan mengubah topik pembicaraan karena tidak ingin kekonyolannya diungkit kembali. (Nah, kan? Makanya jangan macem-macem sama Baek Ja Eun, dibales kan kamu hahaha ^^)
“Mengapa sup loach kami masih belum diantar juga?” Tae Hee berseru ke arah pelayan untuk mengalihkan perhatian.
“Pelayanannya sangat lambat,” lanjut Tae Hee dengan lebih pelan kali ini, seraya menatap Ja Eun dengan gugup dengan tatapan penuh harap agar kekonyolannya di kebun binatang tidak diungkit lagi di kemudian hari.
(Maksud Tae Hee adalah “Gak papa, aku bukan anak kecil. Toh kita sudah pernah berciuman sebelumnya, jadi tak masalah jika kita minum dari gelas yang sama atau bahkan makan dari sendok yang sama. Untuk apa malu karena minum dari gelas yang terdapat bekas bibirku? Toh kau pernah merasakan bibirku secara langsung, kan?” Gitu maksudnya Tae Hee ^^ Dia sengaja ngegodain Ja Eun yang tampak malu-malu saat minum dari gelasnya.
Ja Eun menghela napas kesal mendengar Tae Hee menggodanya, namun dengan cerdas, dia segera memutar keadaan dengan mengungkit kembali kekonyolan Tae Hee saat di kebun binatang.
“Ahjussi, ada satu hal yang membuatku sangat penasaran. Hari itu di kebun binatang, apa yang sebenarnya kau lakukan pada mobil Kim PD-nim?” Tanya Ja Eun dengan tatapan penasaran.
Senyum Tae Hee langsung musnah, Tae Hee seketika salah tingkah dan mengubah topik pembicaraan karena tidak ingin kekonyolannya diungkit kembali. (Nah, kan? Makanya jangan macem-macem sama Baek Ja Eun, dibales kan kamu hahaha ^^)
“Mengapa sup loach kami masih belum diantar juga?” Tae Hee berseru ke arah pelayan untuk mengalihkan perhatian.
“Pelayanannya sangat lambat,” lanjut Tae Hee dengan lebih pelan kali ini, seraya menatap Ja Eun dengan gugup dengan tatapan penuh harap agar kekonyolannya di kebun binatang tidak diungkit lagi di kemudian hari.
Namun baru saja dia akan menyendok makanannya, Ja Eun menghentikannya, “Tunggu sebentar!” seru Ja Eun sambil tersenyum.
Tae Hee menurut dan menghentikan aktivitasnya, dia menatap Ja Eun dengan bingung dan diam menunggu apa yang akan dilakukan Ja Eun berikutnya. Ja Eun ternyata memasukkan bumbu-bumbu lain lebih dulu ke dalam mangkok sup tersebut.
Tae Hee menatap Ja
Eun dengan lembut penuh cinta saat Ja Eun menyiapkan makanan itu untuknya,
tatapan yang seolah mengatakan, “Wah, jadi gini ya rasanya punya pacar dan
diperhati’in pacar”.
“Masukkan semua ini maka rasanya akan semakin enak,” ujar Ja Eun lembut sambil tersenyum manis penuh perhatian.
Tae Hee tersenyum hangat ke arah Ja Eun lalu melihat ke arah makanannya dan menunggu dengan patuh, kemudian setelah Ja Eun mencicipinya sedikit, dia segera menyodorkannya ke arah pria itu.
“Masukkan semua ini maka rasanya akan semakin enak,” ujar Ja Eun lembut sambil tersenyum manis penuh perhatian.
Tae Hee tersenyum hangat ke arah Ja Eun lalu melihat ke arah makanannya dan menunggu dengan patuh, kemudian setelah Ja Eun mencicipinya sedikit, dia segera menyodorkannya ke arah pria itu.
“Makanlah,” ujar Ja Eun lembut seraya mendorong mangkok Tae Hee lebih maju ke arahnya, seperti seorang istri yang melayani suaminya.
Tae Hee tersenyum berterima kasih seraya mendorong makanan pendampingnya ke arah Ja Eun, “Kau juga makanlah,” ujar Tae Hee sebelum menyantap makanannya.
(Babang polisi menebar senyum mulu nih dari tadi. Happy banget ya habis jadian? Padahal tadi pagi masih awan mendung tuh, ditambah cemburu menguras hati pula. Begitu dapet ciuman manis, langsung deh senyum-senyum mulu cengengesan hihihi ^^ That’s okay, Tae Hee. You deserved all happiness In the world ^^ keep smile like that, boy ^^)
Sepasang kekasih yang baru resmi berpacaran itu akhirnya tak lagi canggung dan tampak menikmati kencan pertama mereka dengan gembira, makan bersama dengan diselingi obrolan dan senyum ceria.
Setelah makan malam pertama yang manis, Tae Hee dan Ja Eun akhirnya pulang bersama ke pertanian. Saat akan turun, Tae Hee lagi-lagi mendapat telepon dari Seo Dong Min yang melaporkan masalah perkembangan penyelidikan mereka.
“Ya, Seo Dong Min, apa kau sudah bisa menghubunginya? Apa yang dia katakan? Cepat katakan padaku!” ujar Tae Hee di ponselnya.
Sambil menunggu Tae Hee selesai menelpon, Ja Eun yang merasa bibirnya kering tampak mencari lipbalm di dalam tasnya. Dia pun segera mengaplikasikan lipbalm itu di bibirnya yang kering. Namun siapa sangka, tindakan sederhana Ja Eun saat memakai lipbalm tersebut tampak begitu menggoda di mata Tae Hee?
(Ekspresi wajahnya Joo Won bener-bener kayak orang mupeng, mesum-mesum gimana gitu hahaha ^^ Nih aktor keren banget, benar-benar berbakat. Dia punya berbagai macam ekspresi di wajahnya. He is a man with thousand mask. Kalau marah nyeremin, kalau lagi cemburu ngegemesin, kalau lagi mupeng rasanya pengen nyadarin, kalau lagi happy keliatan ganteng dan cute abiz. Dahlah, Joo Won satu-satunya aktor Korea yang kuakui memang jago akting. Sayangnya dia kalah ganteng di mata publik dibandingkan Lee Min Ho, Cha Eun Woo dan Nam Ji Hyuk yang gak bisa akting, kayak kanebo kering dan ekspresinya gitu-gitu aja. Terkenal cuma modal tampang >_< Beda sama Joo Won yang punya ribuan “wajah” ^^)
Tak bisa lagi menahan diri, Tae Hee memutus begitu saja pembicaraannya dengan Seo Dong Min. Kebetulan saat itu, Ja Eun menatap ke arahnya dengan tatapan polosnya, sama sekali tidak menyadari perubahan wajah Tae Hee yang mendadak mupeng alias penuh gairah dan hasrat yang membara saat melihat bibirnya. Melihat Ja Eun menoleh padanya, Tae Hee menganggap ini sebagai sebuah kesempatan.
Dia meletakkan ponselnya di gagang pintu lalu langsung saja menerjang Ja Eun tanpa aba-aba. Tae Hee mencium Ja Eun dengan penuh gairah membara, bahkan mendorongnya hingga ke arah pintu mobilnya. Ja Eun tampak kaget untuk sesaat dan berusaha mendorong Tae Hee menjauh.
Namun beberapa menit kemudian,
Ja Eun mulai menikmati ciuman itu dan pasrah saja saat Tae Hee menciumnya dan Ja
Eun bahkan membalas ciuman panas itu. Sepasang kekasih itu terlibat ciuman
panas di dalam mobil Tae Hee selama beberapa saat.
Hingga akhirnya Tae Hee yang kehabisan napas, mulai menarik
diri dari Ja Eun dan Ja Eun tampak kembali melanjutkan aktivitasnya memakai lipbalm
seolah tak terjadi apa-apa.
Namun sialnya, ternyata semua itu hanyalah khayalan Tae Hee semata wkwkwk ^^ Nyatanya nyali Tae Hee tidaklah sebesar itu untuk melakukan hal semacam itu pada Ja Eun, jadi dia hanya berani membayangkannya saja. “Tae Hee’s Wild Fantasy” ya judulnya ^^
Namun walaupun hanya sekedar khayalan Tae Hee semata, tetap
saja ini adalah sebuah hal yang membahagiakan karena faktanya hanya Ja Eun
seorang yang bisa membangkitkan gairah lelaki Tae Hee yang selama ini tertidur
lama, hanya Ja Eun seorang yang bisa membuat Tae Hee bernafsu walau hanya
melihat bibir Ja Eun semata, hanya Ja Eun yang bisa membuat Tae Hee hilang
kendali dan bahkan nekat mencium paksa Ja Eun saat pertama kali mereka
berciuman di tepi jalan siang tadi.
Namun sialnya, ternyata semua itu hanyalah khayalan Tae Hee semata wkwkwk ^^ Nyatanya nyali Tae Hee tidaklah sebesar itu untuk melakukan hal semacam itu pada Ja Eun, jadi dia hanya berani membayangkannya saja. “Tae Hee’s Wild Fantasy” ya judulnya ^^
Sebenarnya, Tae Hee masih terdiam tanpa kata seraya menatap Ja Eun dengan wajah mupengnya. Dia mengedip-ngedipkan matanya polos bagaikan anak anjing yang haus belaian. Ja Eun yang menyadari Tae Hee menatapnya intens sejak tadi akhirnya bertanya padanya, “Ada apa? Apa bibirmu juga perlu lipbalm? Apa kau ingin aku membantumu untuk memakaikannya di bibirmu?” tanya Ja Eun dengan tatapan polosnya.
Ja Eun menatap polos, sementara Tae Hee menatap penuh gairah
dan nafsu yang membara. Sungguh sangat kontras hahaha ^^ Tae Hee yang masih
blank dan mencoba mengumpulkan kesadarannya kembali hanya mampu menatap
bergantian antara bibir Ja Eun dan lipbalm di tangan gadis itu.
Menyadari jika dia akan mulai gila jika terlalu lama berduaan di dalam mobil bersama Ja Eun, Tae Hee segera menggeleng cepat dengan tampangnya yang masih mupeng, “Tidak. Tidak perlu. Ayo keluar,” ajak Tae Hee dengan ekspresi yang masih blank.
Ja Eun mengangguk sambil tersenyum manis kemudian mengikuti Tae Hee keluar dari dalam mobil. Setelah keluar dari dalam mobilnya, Tae Hee tampak menggeleng-gelengkan kepalanya dan menarik napas berkali-kali seolah-olah berusaha mengusir hasrat dan gairah aneh dalam hatinya. (Tae Hee be like : “Tahan, Tae Hee, tahan! Ja Eun belum jadi istrimu! Sabar bentar ya, masbro.”)
Sialnya saat mereka berniat masuk ke dalam rumah bersama-sama, Tae Phil tiba-tiba datang di saat yang bersamaan dan menangkap basah sepasang kekasih itu. Suasana pun seketika kembali canggung.
“Oh, Maknae Oppa.” ujar Ja Eun yang menyapa Tae Phil dengan ramah, sementara Tae Hee hanya menatap Tae Phil dengan tatapan was-was. Tae Hee seolah tahu bahwa Tae Phil akan menjadi "bencana" baginya.
“Ya, Ja Eun-ah. Bagaimana kalian berdua bisa datang bersama-sama?” tanya Evil Maknae, Hwang Tae Phil dengan tatapan curiga ke arah Tae Hee dan Ja Eun secara bergantian. Tae Hee seketika menatap Tae Phil dengan waspada dan melemparkan tatapan mautnya, mengancam Tae Phil melalui tatapan matanya agar tidak bicara macam-macam di depan Ja Eun-nya.
Ja Eun yang tidak tahu harus menjawab apa hanya menatap Tae Hee meminta bantuan. Tae Hee yang mengerti arti tatapan Ja Eun seketika mengalihkan pembicaraan, “Kau pulang sangat malam,” ujar Tae Hee.
“Benarkah sekarang sudah sangat malam?” Tae Phil melemparkan pertanyaan itu pada Tae Hee, kalimatnya mengandung kesan seperti, “Lalu apa yang kalian berdua lakukan bersama-sama hingga malam begini baru pulang?”
Tae Phil tersenyum “iblis” seraya menatap Tae Hee yang memberi tanda melalui tatapan matanya agar jangan sampai salah bicara di depan Ja Eun. Tae Hee melirik Ja Eun sekilas kemudian mengembalikan tatapan mautnya ke arah Tae Phil, tatapan mata yang seolah mengatakan, “Tutup mulutmu dan jangan bicara macam-macam! Ja Eun ada di sini!”
Tae Phil yang mengerti arti tatapan Tae Hee seketika melirik Ja Eun yang saat itu hanya memandang tanah dengan gugup seraya menggigit bibir bawahnya.
“Ayo kita masuk,” ajak Tae Hee pada Ja Eun.
Namun belum sempat mereka melangkah pergi, Tae Phil merentangkan tangannya dan menghadang Tae Hee, “Tunggu sebentar. Ada sesuatu yang ingin kukatakan pada Hyung. Ja Eun-ah, kau masuklah lebih dulu,” pinta Tae Phil pada Ja Eun.
Ja Eun mengangguk mengerti dengan menggigit bibir bawahnya sekali lagi, “Baik,” ujarnya pada Tae Phil.
Kemudian Ja Eun menoleh pada Tae Hee seolah meminta ijin padanya dan berpamitan, “Aku akan masuk lebih dulu,” ujar Ja Eun lembut dengan tersipu malu.
“Ya, masuklah.” Sahut Tae Hee singkat sambil mengangguk pelan. Tae Hee kemudian kembali menatap Tae Phil dengan waspada, saat melihat Tae Phil memandang Ja Eun dengan aneh.
“Maknae Oppa, aku akan masuk lebih dulu,” ujar Ja Eun, kini berpamitan pada Hwang Tae Phil yang hanya mengangguk sambil tersenyum geli. Dan akhirnya Ja Eun pun melangkah masuk seraya memegangi bibir bawahnya dengan tersenyum malu-malu.
Setelah Ja Eun pergi, Tae Hee bertanya dengan nada ketus pada Hwang Tae Phil, “Ada apa?”
“Bukankah seharusnya dalam waktu tiga hari ini, kau tidak melakukan kontak apa pun dengannya?” tanya Tae Phil dengan kepo.
“Semua ini terjadi begitu saja,” sahut Tae Hee, mengakui dengan malu-malu. (Mana bisalah suruh nyuekin tiga hari? Setengah hari aja udah gak tahan dan nyamperin di gedung bioskop >_<)
“Apa kalian berdua sudah berbaikan?” tanya Tae Phil lagi, dengan nada ingin tahu.
Tae Hee melirik Tae Phil sekilas sebelum menganggukkan kepalanya malu-malu dan menjawab, “Ya.”
Tae Phil mengangguk singkat seraya mengamati bibir Tae Hee dan kembali berkomentar, “Sepertinya kau terlalu bersemangat saat melakukannya. Bibirmu terlihat bengkak. Kalian berciuman, benarkan?” ujar Tae Phil dengan senyuman reseknya, sengaja menggoda Tae Hee.
Ucapan Tae Phil membuat Tae Hee kesal dan spontan memukul lengannya, “YYYAAA! Sudah kubilang jangan bicara omong kosong!” seru Tae Hee dengan bibir cemberut kesal dan berjalan pergi meninggalkan adiknya yang resek di sana. Tae Hee menyangkal dengan kuat, namun justru semakin kuat penyangkalannya, semakin membuktikan bahwa dugaan Tae Phil adalah benar.
Tae Phil mengejar Tae Hee dan kembali mencecarnya dengan pertanyaan, “Kalian benar-benar berciuman? Wah, sukses! Selamat. Selamat,” seru Tae Phil dengan gembira seraya melingkarkan lengannya di lengan Tae Hee dan melompat-lompat girang sambil tertawa. (Yang resmi pacaran si Tae Hee, tapi yang heboh banget malah si Tae Phil hahaha ^^)
Di kamarnya, Ja Eun berbaring di kasurnya dan mengingat kembali tentang ciuman pertama mereka. Ja Eun tampak bahagia karena akhirnya Tae Hee menciumnya dan mereka resmi pacaran sekarang. Nampak jelas bahwa hati Ja Eun sedang berbunga-bunga saat ini. Dia kemudian mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Tae Hee.
Tae Hee di kamarnya juga sedang berbaring dengan senyuman di
wajahnya, saat tiba-tiba dia mendengar suara notifikasi dari ponselnya. Seolah mendapat
firasat kalau itu dari Ja Eun, Tae Hee segera bangkit dari tidurnya dan
berjalan menuju mejanya dengan tersenyum gembira.
Tae Hee membaca pesan di ponselnya yang memang berasal dari Ja Eun dengan senyuman ceria, “Ahjussi, selamat malam,” dengan symbol “love” sebanyak tiga kali dituliskan di belakangnya.
Tae Hee membaca pesan di ponselnya yang memang berasal dari Ja Eun dengan senyuman ceria, “Ahjussi, selamat malam,” dengan symbol “love” sebanyak tiga kali dituliskan di belakangnya.
Tae Hee tersenyum manis yang memperlihatkan lesung pipinya dan membalas pesan Ja Eun, “Kau juga.”
Namun jawaban singkat dari Tae Hee tidak membuat Ja Eun puas, Ja Eun kembali membalas pesan itu, “Aku ingin kau menulis lebih dari tiga kata,” tuntut Ja Eun di ponselnya.
Tae Hee tampak berpikir sejenak sebelum membalas, “Kau juga---aaaaaaaa,” tulisnya di pesan itu. Mati kutu sama Introvert modelan Tae Hee. Namun walau Tae Hee hanya menjawab singkat seperti itu, Ja Eun sudah tampak sangat puas dan tersenyum gembira.
(Padahal aku juga introvert tapi aku suka menulis pesan dan komentar yang panjang, karena aku merasa, aku gak bisa mengekspresikan perasaan dengan ucapan, jadi ya aku ekspresikan dengan tulisan aja. Itu sebabnya aku benci dan sebel banget kalau ada orang yang komen di postinganku, terus aku berbaik hati menanggapi dengan balasan yang panjang untuk menghargai orang itu, eh tapi orang itu MALAH NGILANG GITU AJA setelah menulis komentar di postinganku. Balasanku dari komentar yang dia tulis malah gak direspon sama sekali. Keliatan banget SAMA SEKALI GAK BISA MENGHARGAI USAHA ORANG LAIN >_< Misal : tuh orang nanya “pembaca kakak ada yang dari luar negeri, ya?” terus aku bales, “Iya, emangnya kenapa kamu tanya? Kan sudah keliatan tuh di widget ‘Visitors’ dan ‘Flag Counters’. Kenapa kok tanya? Apa karena aku nulis Highlight pakai bahasa inggris jadi membuatmu gak nyaman karena kamu gak bisa inggris ta? Atau gimana?”
Uda reply panjang lebar, pengen tahu kendalanya di mana, biar aku bisa memperbaiki blogku agar bisa membuat pengunjung betah, Eh si komentator sialan malah ngilang abis tanya, gak menghargai pemilik status sama sekali. Padahal aku uda nulis reply panjang. Begitu kutegur, baru jawab dan ngeles, “Kirain kakak gak suka dijawab panjang?” Ciihhh, alasan aja. Selama ini aku selalu nulis komentar panjang buat menghargaimu yang sudah meninggalkan komentar di postinganku, gak bisa liat atau uda buta? Bilang aja gak bisa menghargai orang lain! Aku gak suka cari gara-gara, tapi aku paling benci kalau effort-ku selama ini gak dihargai orang. Uda berusaha jadi orang baik, ramah, mencoba menghargai orang lain, komen pun dengan bahasa sopan karena takut menyinggung orang, eh, responnya malah cuek bebek kayak gitu. Waktu, tenaga dan kuotaku seakan terbuang percuma kalau ngadepin orang kayak gitu.
Jangan merasa dirimu yang paling sibuk di dunia ini, karena uda menikah dan punya anak, lajang sepertiku juga punya banyak urusan di dunia nyata asal kamu tahu, aku membalas komentarmu dengan panjang juga menghabiskan waktu, kuota dan tenagaku, kamu pikir aku pengangguran? Aku ngantor, menulis blog, jadi konten creator youtube juga, belum lagi bersih-bersih rumah bantuin mama, dll. Cuma jadi pembaca aja gak bisa menghargai, padahal bukan bloggernya, gak pake nonton ulang dramanya, gak pake ngetik, tapi berasa sok paling sibuk sedunia >_< Aku yakin kamu juga membaca artikel ini jadi biar kamu sadar, sikapmu sangat menjengkelkan!)
Dan Park
Bok Ja kembali mengomel kalau itulah masalahnya, sebagai ayah, seharusnya Hwang
Chang Sik bisa bicara baik-baik dengan kepala dingin, bukan dengan membentak
ataupun malah mendiamkannya selama berhari-hari. Tae Phil mendukung sang ibu.
Guksu yang melihat seluruh keluarga membicarakan ayahnya menatap mereka dengan takut, Tae Hee yang melihatnya segera menghibur Guksu, “Tidak apa-apa. Tidak perlu terlalu memikirkan pembicaraan orang dewasa,” ujar Tae Hee dengan tersenyum sayang.
Ja Eun yang melihat Tae Hee begitu lembut dan perhatian pada anak kecil, tersenyum melihatnya. Tae Phil yang melihat Ja Eun tersenyum malu-malu pada Tae Hee segera mencuri kesempatan ini untuk menggoda sepasang kekasih itu.
“Ja Eun-ah, bibirmu bengkak. Apa kau kelelahan?” tanya Tae Phil dengan senyuman iseng pada Ja Eun, yang spontan menutup bibirnya dengan tangan, dan tampak gugup.
“Tidak. Aku baik-baik saja,” sahut Ja Eun dengan gugup, seraya menggigit bibir bawahnya.
“Jangan seperti itu. Bibirmu akan semakin bengkak jika kau menggigitnya seperti itu,” ujar Tae Phil, masih menggoda Ja Eun. Tae Hee tampak tegang mendengarnya, apalagi saat Tae Phil sengaja menoleh ke arahnya.
Guksu yang melihat seluruh keluarga membicarakan ayahnya menatap mereka dengan takut, Tae Hee yang melihatnya segera menghibur Guksu, “Tidak apa-apa. Tidak perlu terlalu memikirkan pembicaraan orang dewasa,” ujar Tae Hee dengan tersenyum sayang.
Ja Eun yang melihat Tae Hee begitu lembut dan perhatian pada anak kecil, tersenyum melihatnya. Tae Phil yang melihat Ja Eun tersenyum malu-malu pada Tae Hee segera mencuri kesempatan ini untuk menggoda sepasang kekasih itu.
“Ja Eun-ah, bibirmu bengkak. Apa kau kelelahan?” tanya Tae Phil dengan senyuman iseng pada Ja Eun, yang spontan menutup bibirnya dengan tangan, dan tampak gugup.
“Tidak. Aku baik-baik saja,” sahut Ja Eun dengan gugup, seraya menggigit bibir bawahnya.
“Jangan seperti itu. Bibirmu akan semakin bengkak jika kau menggigitnya seperti itu,” ujar Tae Phil, masih menggoda Ja Eun. Tae Hee tampak tegang mendengarnya, apalagi saat Tae Phil sengaja menoleh ke arahnya.
“Sekarang setelah kuteliti baik-baik, Hyung, bibirmu juga terlihat bengkak. Kau pasti sangat kelelahan bekerja,” sindir Evil Maknae Tae Phil sambil tersenyum iblis menggoda Tae Hee yang segera menatapnya dengan kesal.
Park Bok Ja segera melihat ke arah Ja Eun dengan penasaran, “Benarkah? Kenapa aku tidak menyadarinya?” tanya Park Bok Ja dengan khawatir. Ja Eun hanya tersenyum canggung pada Park Bok Ja tanpa kata seraya menggigit bibir bawahnya lagi.
Hwang Chang Sik pun tampak bergantian mengamati bibir Ja Eun dan Tae Hee dan ikut berkomentar, “Itu benar. Bibir Tae Hee dan Ja Eun sama-sama bengkak,” ujar Hwang Chang Sik dengan nada khawatir setelah mengamati Tae Hee dan Ja Eun.
“Benar, bibirmu juga terlihat bengkak. Tae Hee-yaa, apa kau
bekerja lembur lagi semalam?” tanya Nenek dengan khawatir, sementara Tae Phil
hanya tersenyum iblis melihat Tae Hee kebingungan.
Ja Eun menatap Tae Hee dalam diam seraya menggigit bibir bawahnya, tampak berdebar menunggu jawaban Tae Hee.
“Tidak, Nenek. Kemarin aku pulang lebih awal. Aku baik-baik saja,” sahut Tae Hee dengan gugup, berusaha meyakinkan semua orang, seraya menatap Ja Eun yang masih menggigit bibir bawahnya dengan gugup.
Ja Eun mencoba mengalihkan perhatian dengan mengubah topik pembicaraan dengan cepat, “Hari ini kami ada acara mencicipi daging bebek, Nenek.” Seru Ja Eun dengan antusias, secepat kilat mengubah topik agar tak lagi membicarakan bibir.
“Kalian sudah akan melakukannya? Bukankah itu terlalu cepat?” tanya Nenek khawatir. Akhirnya Ja Eun sukses mengalihkan perhatian semua orang.
“Benar, Eomma. Tidakkah terlalu cepat? Apa mungkin akan berhasil?” tanya Tae Phil skeptis.
“Kita tidak akan tahu sebelum kita mencobanya, kan? Jujur saja, ibu sangat gugup sekarang,” sahut Park Bok Ja.
“Aku juga. Aku tidak membantu banyak tapi aku juga ikut khawatir memikirkannya. Jika kita berhasil dengan rasa dagingnya, maka berikutnya, kita hanya perlu fokus pada penjualan,” ujar Ja Eun menimpali.
“Jangan terlalu berharap banyak. Bila mengembangkan pakan bebek semudah itu, akankah dia (Park Bok Ja) menjadi putus asa selama ini? Daripada mengharapkan sesuatu yang tidak akan berhasil, lebih baik lakukan sesuatu yang lain,” ujar Nenek pesimis.
“Halmoni!” Seru Ja Eun tak terima, membuat Nenek terdiam karena diprotes.
“Masalahnya adalah daging bebek yang berkualitas pasti diberi makan bahan-bahan yang juga mahal, sedangkan kita memberi mereka makan dengan bahan yang seadanya,” ujar Hwang Chang Sik, lebih masuk akal.
“Walaupun begitu, bukankah lebih baik berharap hari ini kita akan sukses?” ujar Park Bok Ja dengan sedih.
“Aku juga,” sahut Ja Eun, memberikan dukungan pada Park Bok Ja.
Setelah sarapan berakhir, Tae Hee memberi tanda pada Tae Phil agar mengikutinya ke kamarnya. Walaupun tak rela, Tae Hee tampak menyodorkan sebuah kartu kredit sebagai ganti agar Tae Phil menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak menceritakan pada siapa pun tentang hubungannya dengan Ja Eun, termasuk soal ciuman itu. Tae Phil juga dilarang mengatakan pada Ja Eun bahwa dia tahu mengenai hubungan mereka. Intinya, Tae Hee menyuruh Tae Phil berpura-pura tidak tahu apa-apa.
(Dengan memberikan Tae Phil kartu kredit itu, Tae Hee secara tidak langsung mengakui kalau dia dan Ja Eun memang berciuman hahaha ^^ Diperas kan sama Tae Phil? Resek nih Evil Maknae ckckck… Uda tahu gaji polisi jujur itu rendah, eh malah diperas ckckck...)
Tae Phil menatap Tae Hee dengan seringai kemenangan, karena mengetahui kalau ternyata kelemahan Tae Hee adalah Ja Eun. Tae Hee bahkan rela memberikan kartu kreditnya pada Tae Phil sebagai uang tutup mulut agar Ja Eun tidak mengetahui bahwa Tae Phil tahu soal hubungan mereka, sekaligus menutup mulutnya dari anggota keluarga mereka yang lain.
Dengan tersenyum menang, Tae Phil tampak berusaha mengambil kartu kredit itu dengan susah payah, karena Tae Hee benar-benar terlihat tidak rela saat memberikannya.
Ja Eun menatap Tae Hee dalam diam seraya menggigit bibir bawahnya, tampak berdebar menunggu jawaban Tae Hee.
“Tidak, Nenek. Kemarin aku pulang lebih awal. Aku baik-baik saja,” sahut Tae Hee dengan gugup, berusaha meyakinkan semua orang, seraya menatap Ja Eun yang masih menggigit bibir bawahnya dengan gugup.
Ja Eun mencoba mengalihkan perhatian dengan mengubah topik pembicaraan dengan cepat, “Hari ini kami ada acara mencicipi daging bebek, Nenek.” Seru Ja Eun dengan antusias, secepat kilat mengubah topik agar tak lagi membicarakan bibir.
“Kalian sudah akan melakukannya? Bukankah itu terlalu cepat?” tanya Nenek khawatir. Akhirnya Ja Eun sukses mengalihkan perhatian semua orang.
“Benar, Eomma. Tidakkah terlalu cepat? Apa mungkin akan berhasil?” tanya Tae Phil skeptis.
“Kita tidak akan tahu sebelum kita mencobanya, kan? Jujur saja, ibu sangat gugup sekarang,” sahut Park Bok Ja.
“Aku juga. Aku tidak membantu banyak tapi aku juga ikut khawatir memikirkannya. Jika kita berhasil dengan rasa dagingnya, maka berikutnya, kita hanya perlu fokus pada penjualan,” ujar Ja Eun menimpali.
“Jangan terlalu berharap banyak. Bila mengembangkan pakan bebek semudah itu, akankah dia (Park Bok Ja) menjadi putus asa selama ini? Daripada mengharapkan sesuatu yang tidak akan berhasil, lebih baik lakukan sesuatu yang lain,” ujar Nenek pesimis.
“Halmoni!” Seru Ja Eun tak terima, membuat Nenek terdiam karena diprotes.
“Masalahnya adalah daging bebek yang berkualitas pasti diberi makan bahan-bahan yang juga mahal, sedangkan kita memberi mereka makan dengan bahan yang seadanya,” ujar Hwang Chang Sik, lebih masuk akal.
“Walaupun begitu, bukankah lebih baik berharap hari ini kita akan sukses?” ujar Park Bok Ja dengan sedih.
“Aku juga,” sahut Ja Eun, memberikan dukungan pada Park Bok Ja.
Setelah sarapan berakhir, Tae Hee memberi tanda pada Tae Phil agar mengikutinya ke kamarnya. Walaupun tak rela, Tae Hee tampak menyodorkan sebuah kartu kredit sebagai ganti agar Tae Phil menutup mulutnya rapat-rapat dan tidak menceritakan pada siapa pun tentang hubungannya dengan Ja Eun, termasuk soal ciuman itu. Tae Phil juga dilarang mengatakan pada Ja Eun bahwa dia tahu mengenai hubungan mereka. Intinya, Tae Hee menyuruh Tae Phil berpura-pura tidak tahu apa-apa.
(Dengan memberikan Tae Phil kartu kredit itu, Tae Hee secara tidak langsung mengakui kalau dia dan Ja Eun memang berciuman hahaha ^^ Diperas kan sama Tae Phil? Resek nih Evil Maknae ckckck… Uda tahu gaji polisi jujur itu rendah, eh malah diperas ckckck...)
Tae Phil menatap Tae Hee dengan seringai kemenangan, karena mengetahui kalau ternyata kelemahan Tae Hee adalah Ja Eun. Tae Hee bahkan rela memberikan kartu kreditnya pada Tae Phil sebagai uang tutup mulut agar Ja Eun tidak mengetahui bahwa Tae Phil tahu soal hubungan mereka, sekaligus menutup mulutnya dari anggota keluarga mereka yang lain.
Dengan tersenyum menang, Tae Phil tampak berusaha mengambil kartu kredit itu dengan susah payah, karena Tae Hee benar-benar terlihat tidak rela saat memberikannya.
“Thanks. Hahaha...” ujar Tae Phil dengan wajah sumringah dan senyum kemenangan. B4ngsat nih emang Maknae ^^
“Jangan khawatir. Aku tidak akan memberitahu Ja Eun tentang semua hal yang aku tahu,” janji Tae Phil dengan tersenyum gembira.
Tae Hee memasang tampang masam dan tampak kesal melihat bagaimana dia harus “tunduk” pada Tae Phil kali ini, “YYYAA! Kau tidak boleh memakainya lebih dari dua kali!” seru Tae Hee yang masih tampak kesal pada Tae Phil yang berjalan keluar pintu.
Tae Phil pun tampak tidak menyia-nyiakan kartu kredit Tae Hee. Gak pake lama, siang harinya Tae Phil segera memakai kartu kredit Tae Hee untuk membeli satu setel jas dan mantel baru seharga 873 ribu won.
Tae Hee yang saat itu ada di kantornya, tampak kaget saat melihat notifikasi di ponselnya yang menunjukkan bahwa ada pemakaian kartu kredit sebesar 873 ribu won untuk membeli satu setel jas dan mantel. Tae Hee menarik napas dalam-dalam dengan ekspresi kesal.
Tak hanya itu, Tae Phil juga menyewa sebuah mobil mewah
seharga 240 ribu won yang akan digunakannya untuk berpura-pura menjadi pacar
Yeo Wool, wanita setengah baya, janda kaya raya, bibi Cha Su Young, bos Hwang Tae
Phil sekaligus wanita yang dia cintai. Gila emang Maknae, seleranya yang tante-tante,
kayak gadis perawan ting-ting uda gak ada lagi aja ckckck...
Tae Hee yang melihat notifikasi di ponselnya seketika
terlonjak kaget dari kursinya. Dia menendang kursi Seo Dong Min yang saat itu
sedang tertidur di kursinya dengan keras untuk melampiaskan kekesalannya pada
Hwang Tae Phil.
“Apa yang kau lakukan? Cepat bangun dan bekerja!” omelnya pada Seo Dong Min yang malang.
Tae Hee kembali menatap ponselnya yang membaca kembali tagihan kartu kredit yang tertulis di sana. Baru satu hari berpacaran, Tae Hee sudah berhutang pada bank sebanyak 1,113,000 won hanya untuk menutup mulut Hwang Tae Phil. Ekspresi Tae Hee sangat muram, seolah-olah dia akan membunuh Tae Phil saat mereka bertemu di rumah nantinya.
(Mungkin jika uang itu dia habiskan untuk Ja Eun, Tae Hee takkan keberatan, tapi ini malah pacarnya cuma dibeli’in makan di restoran kuno sementara adiknya dapat 1 juta won lebih. Kasian amat Ja Eun. Bisa-bisa Ja Eun gak bakal diajakin kencan di tempat yang mahal karena belum apa-apa, Tae Hee uda diperas oleh Tae Phil dan berhutang pada bank. Punya adek resek emang nyebelin, ya ckckck...)
Tak hanya Tae Hee yang mengalami hari yang buruk, namun juga
Ja Eun dan Park Bok Ja. Seperti yang dikatakan Nenek, kalau acara mencicipi daging
bebek itu mengalami kegagalan. Semua tetangga yang mereka undang kompak
mengatakan kalau dagingnya sangat keras dan amis.
Kim Jae Ha yang datang untuk ikut menilai pun bahkan melepeh kembali daging bebek yang baru saja dikunyahnya. Kim Jae Ha tampak sangat kecewa dan bahkan melontarkan kalimat pedas pada Ja Eun.
“Apa saja yang kau lakukan selama ini? Jika terus seperti ini, jangankan selama 6 bulan, bahkan walau setahun pun kalian mencoba, ini tidak akan berhasil,” ujar Kim Jae Ha dengan menyakitkan.
“Apa yang kau lakukan? Cepat bangun dan bekerja!” omelnya pada Seo Dong Min yang malang.
Tae Hee kembali menatap ponselnya yang membaca kembali tagihan kartu kredit yang tertulis di sana. Baru satu hari berpacaran, Tae Hee sudah berhutang pada bank sebanyak 1,113,000 won hanya untuk menutup mulut Hwang Tae Phil. Ekspresi Tae Hee sangat muram, seolah-olah dia akan membunuh Tae Phil saat mereka bertemu di rumah nantinya.
(Mungkin jika uang itu dia habiskan untuk Ja Eun, Tae Hee takkan keberatan, tapi ini malah pacarnya cuma dibeli’in makan di restoran kuno sementara adiknya dapat 1 juta won lebih. Kasian amat Ja Eun. Bisa-bisa Ja Eun gak bakal diajakin kencan di tempat yang mahal karena belum apa-apa, Tae Hee uda diperas oleh Tae Phil dan berhutang pada bank. Punya adek resek emang nyebelin, ya ckckck...)
Kim Jae Ha yang datang untuk ikut menilai pun bahkan melepeh kembali daging bebek yang baru saja dikunyahnya. Kim Jae Ha tampak sangat kecewa dan bahkan melontarkan kalimat pedas pada Ja Eun.
“Apa saja yang kau lakukan selama ini? Jika terus seperti ini, jangankan selama 6 bulan, bahkan walau setahun pun kalian mencoba, ini tidak akan berhasil,” ujar Kim Jae Ha dengan menyakitkan.
“Tidak. Kami baru saja memulainya jadi kami masih bisa mencoba lagi,” ujar Ja Eun membela diri, masih berpikir positif.
“Hanya dengan bicara? Dengan rasa daging seperti ini?” sindir Kim Jae Ha dingin. Sepertinya dia masih kesal karena Hwang Tae Hee selalu merusak hari-harinya.
“Belum banyak waktu berlalu. Ini bahkan masih belum sebulan,” protes Ja Eun. Benar, belum sebulan woi!
“Apa kau tidak melihat bagaimana CEO sangat marah kemarin? Aku tidak mau dipukul lagi olehnya! Cukup selesaikan saja kontraknya! Juallah pada orang lain jika kau tidak rela menyerahkannya padaku, kemudian bayar kembali denda pembatalan kontrak sebanyak dua kali lipat, atau jika kau tidak bisa, satu-satunya jalan adalah serahkan pada Good Film!” ujar Kim Jae Ha dengan dingin dan kejam.
“Kenapa kau mengingkari kesepakatan yang sudah kita setujui? Aku bilang aku akan melakukannya. Kau sudah berjanji padaku,” protes Ja Eun tidak terima.
“Siapa yang akan membeli daging bebek yang keras dan amis ini? Bahkan walaupun kau memberikannya secara gratis, tidak akan ada yang mau memakannya!” ejek Kim Jae Ha dengan kejam.
“Siapa yang memaksamu untuk memakannya? Juga bagaimana bisa seorang pria menjilat perkataannya sendiri? Jika kau sudah berjanji pada seseorang maka kau harus menepati janji itu!” seru Park Bok Ja yang juga tampak tersinggung dengan ucapan Kim Jae Ha.
“Benar. Itu benar,” sahut Ja Eun setuju dengan Park Bok Ja.
“Kau juga melanggar kesepakatanmu padaku! Kau bilang kau akan berusaha keras mengembangkan pakan bebek agar bisa menjual daging yang berkualitas, tapi apa yang kau lakukan? Kau hanya sibuk pacaran! Benarkan?” sindir Kim Jae Ha yang membuat Park Bok Ja spontan menatap Ja Eun penuh tanya dan Ja Eun menatap kesal ke arahnya.
(Ja Eun melanggar kesepakatan apa? Ja Eun gak pernah bilang kan selama mengembangkan pakan bebek dia gak akan pacaran? Gak pernah janji bakal jomblo selama jangka waktu pelunasan hutang, kan? Jadi gak usah bawa-bawa soal pacaran. Iri bilang, bos! Ngapain
melarang orang pacaran? Ja Eun bukan orang Islam yang ‘katanya’ pacaran itu dilarang.
Jadi apa hakmu untuk melarang orang pacaran? Sirik aja deh.
Sejak kapan ada bos
yang melarang pegawainya pacaran atau menikah? Nggak ada! Itu hak asasi setiap
orang dong! Apa hubungannya pacaran dengan mengembangkan pakan bebek? Mereka
gagal karena masih belum menemukan formula pakan yang tepat. Lagian ini terlalu
awal, satu bulan aja belum, uda langsung main judge kerja keras orang lain
>_< Sempat kasihan sama Kim Jae Ha saat liat di EP 36, sekarang gak lagi
deh, dia emang layak ditampar bapaknya dan dihajar Tae Hee. Usil soalnya. Gak suka.
Ngapain juga ngurusin privasinya orang lain? Terserah orang lah ya mau pacaran
kek, mau menikah kek, mau bercerai kek, mau single seumur hidup kek, juga terserah orang
lain, bukan urusan kalian! Lagian jodoh di tangan Tuhan, jodohnya Ja Eun adalah Tae Hee, punya hak apa kamu menghalanginya? Pakai maksa orang gak boleh pacaran! Fixed! Batal kasihan sama Kim Jae Ha!)
Cut Scenes :
1. Adegan naik mobil paling canggung dalam dunia perdrakor-an :
2. Baek Ja Eun memberikan Tae Hee gantungan kunci bebek (duck pendant) berkarakter dirinya.
3. Tae Hee's Wild Fantasy (Imaginary kiss scene in the car) :
Hilang sudah tatapan mata polos Tae Hee yang malu-malu menatap Ja Eun seperti di EP 18 ketika Tae Hee mencuri-curi pandang ke arah Ja Eun saat Ja Eun memasangkan dasi untuknya, atau ketika Tae Hee menatap Ja Eun dengan tatapan haru penuh tanya seperti di EP 21 saat mereka tak sengaja bertemu di penginapan Jung Yeon Suk ketika Ja Eun bertanya kenapa Tae Hee marah, atau di EP 22 saat Tae Hee menatap Ja Eun yang tertidur di dalam mobilnya.
Tatapan Tae Hee yang saat itu menatap Ja Eun dengan polos
namun penuh tanda tanya dan tampak malu-malu seolah dia sedang berpikir, “Kenapa
gadis ini membuat jantungku berdebar? Perasaan aneh apa yang kurasakan ini?”
kini tatapan itu hilang dan digantikan oleh tatapan penuh obsesi, gairah dan
hasrah yang membara.
Tatapan mata penuh cinta dan rasa ingin memiliki Ja Eun untuk dirinya sendiri terlihat jelas dari sorot mata Tae Hee, sejak di mana Ja Eun mengungkapkan bahwa dia juga hampir gila karena merindukan Tae Hee dan ingin mendengar suaranya. Itulah sebabnya Tae Hee langsung mencium paksa Ja Eun tanpa berpikir panjang lagi walaupun mereka sedang ada di tepi jalan. Hanya satu tujuan hidup Tae Hee mulai saat itu yaitu menjadikan Ja Eun miliknya.
Tatapan penuh cinta dan rasa ingin memiliki ditambah dengan tatapan penuh gairah itu bahkan terlihat jelas dari tatapan Tae Hee pada Ja Eun saat Ja Eun sedang memakai lipbalm di dalam mobil. Tiba-tiba saja gairah “masa remajanya” yang seharusnya sudah lewat, menjadi tersulut dan tanpa pikir panjang, Tae Hee segera menyerang Ja Eun dan menciumnya dengan penuh gairah di dalam mobil. Tae Hee seolah ingin melampiaskan seluruh gairah dalam dirinya yang seharusnya sudah dia rasakan sepuluh tahun yang lalu.
Sangat menyenangkan melihat Tae Hee yang haus akan cinta mulai kehilangan kendali atas dirinya dan bertindak mengikuti instingnya. Dia yang biasanya selalu memegang teguh aturan tiba-tiba saja bisa membayangkan hal-hal mesum seperti itu dan harus menyerah pada hormonnya. When he's in love, all his logic goes out the window!
Sejujurnya ini yang ingin kulihat saat di EP 19, di mana
saat itu Tae Hee hanya sekedar mendekatkan wajahnya pada Ja Eun namun tidak
menciumnya. Rasanya greget banget saat adegan itu dan rasanya pengen ngejedotin
Tae Hee ke arah Ja Eun agar bibir mereka bertemu. Dan akhirnya kesampaian juga
di ppisode ini walaupun hanya sekedar khayalan Tae Hee semata.
Gpp, yang penting kan real-nya mereka beneran ciuman hot di dalam mobil. Tuh ada gif previewnya, kan? Walau di drama hanya dijadikan “Tae Hee’s Wild Fantasy” juga gak masalah ^^
Bersambung...
Tatapan mata penuh cinta dan rasa ingin memiliki Ja Eun untuk dirinya sendiri terlihat jelas dari sorot mata Tae Hee, sejak di mana Ja Eun mengungkapkan bahwa dia juga hampir gila karena merindukan Tae Hee dan ingin mendengar suaranya. Itulah sebabnya Tae Hee langsung mencium paksa Ja Eun tanpa berpikir panjang lagi walaupun mereka sedang ada di tepi jalan. Hanya satu tujuan hidup Tae Hee mulai saat itu yaitu menjadikan Ja Eun miliknya.
Tatapan penuh cinta dan rasa ingin memiliki ditambah dengan tatapan penuh gairah itu bahkan terlihat jelas dari tatapan Tae Hee pada Ja Eun saat Ja Eun sedang memakai lipbalm di dalam mobil. Tiba-tiba saja gairah “masa remajanya” yang seharusnya sudah lewat, menjadi tersulut dan tanpa pikir panjang, Tae Hee segera menyerang Ja Eun dan menciumnya dengan penuh gairah di dalam mobil. Tae Hee seolah ingin melampiaskan seluruh gairah dalam dirinya yang seharusnya sudah dia rasakan sepuluh tahun yang lalu.
Sangat menyenangkan melihat Tae Hee yang haus akan cinta mulai kehilangan kendali atas dirinya dan bertindak mengikuti instingnya. Dia yang biasanya selalu memegang teguh aturan tiba-tiba saja bisa membayangkan hal-hal mesum seperti itu dan harus menyerah pada hormonnya. When he's in love, all his logic goes out the window!
Gpp, yang penting kan real-nya mereka beneran ciuman hot di dalam mobil. Tuh ada gif previewnya, kan? Walau di drama hanya dijadikan “Tae Hee’s Wild Fantasy” juga gak masalah ^^
Bersambung...
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/666 + https://gswww.tistory.com/667 + https://gswww.tistory.com/668)
Video Credit : Meyamjw
Gif Credit : Cadence
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah
murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa
menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar