Highlight For today episode :
Finally Hwang Tae Hee and Baek Ja Eun first kiss. We waited
for 36 episodes and finally it happened ^_^ Honestly, I really love this kiss
scene cause it’s so much feeling in it! They both did a great job. Ja Eun all
nervous and Tae Hee, he was trembling of excitement ^^ Joo Won, you are a awesome! I said it before and I will say it again, no other character can show just with a look how much he loves the person in front of him, like Joo Won did ^_^ He is a great actor!
Tae Hee who is also overwhelmed with love after Ja Eun's love confession, held Ja Eun's face cause he is being possessive & he wants Ja Eun very much. This is a guy wanting to do one thing and one thing only – Tae Hee is walking towards someone he has needed his entire life.
All those episodes when he had to keep his distance
from her, he used to look at her like “I wish you could like me back”, but now
that he knows she does, it doesn’t matter how far she backs up, he won’t ever
stop going after her. It was like all his feelings were to overwhelming to keep
them to himself, so he could not do anything else then just kiss her ^_^ . I want
a lot of cute scene of Tae Hee and Ja Eun in the future episodes.
The characters, they are both new at dating, plus it is
their first time kissing so it is meant to be not intense. It shows their
characters perfectly. I expected it and it was so much sweeter with the
beautiful scenery. They are so passionate about each other that you can totally
see the love burning in their eyes. Thank god they did not give us the kiss at
the farm.
Moreover I love to see Tae Phil and Tae Hee get along. All
the teasing of Tae Phil is just so adorable and funny! Loved the fact that Tae Hee
asked Tae Phil for advice!^^ Glad to see that they get along so well at the
moment! Please let them continue to be that way. I wonder how they are going to
be after that kiss. I am sure they are going to be all awkward and shy about
it! If Tae Phil figures what happened about them and will start teasing them, I
will literally roll on the floor while laughing.
The part where Kim Jae Ha asks, "What do you like so much about Hwang Tae Hee?" and Ja Eun responds, "I don't know, my body just reacts first," and Kim Jae Ha spits out his coffee, was soooo funny. and then Ja Eun just looked clueless and innocently and bashfully described how her heart beats fast.
------0000000-----
Episode 36 :
Setelah perkelahian kekanakan antara Tae Hee dan Kim Jae Ha di depan kebun binatang yang berakhir dengan Ja Eun meninggalkan kedua pria dewasa (namun bermental bocah) itu di sana, malam harinya, Tae Hee kembali ke Ojakgyo Farm dengan berharap-harap cemas.
Tae Hee menatap arlojinya yang menunjukkan waktu pukul 8.50
malam. Dia teringat ucapan Ja Eun yang mengatakan akan mengajaknya bertemu di
rumah jam 9 malam untuk bicara.
“Tidak peduli sesibuk apa pun aku, aku akan pulang sebelum jam 9 malam. Kita bertemu di rumah nanti malam,” kenang Tae Hee pada ucapan Ja Eun tadi siang.
Tanpa dia ketahui, Ja Eun sudah berada di dalam kamarnya dan duduk termenung. Ja Eun teringat bagaimana baik Tae Hee maupun Kim Jae Ha tak ada yang ingin mengalah satupun. Dia juga teringat ancamannya pada Tae Hee, “Ahjussi, cepat lepaskan! Jika tidak kau lepaskan, aku tak mau lagi bicara padamu!”
Ja Eun menghela napas kesal kemudian melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 9.15 malam lewat, “Lihat saja apa aku akan keluar untuk menemuimu! Walaupun aku berkata aku tidak akan bicara lagi padanya, dia tetap tidak mau melepaskan!” gumam Ja Eun yang kesal pada dirinya sendiri.
Waktu terus berjalan sementara Tae Hee masih menunggu Ja Eun di luar rumah dengan resah dan gelisah juga galau melanda. Tae Hee berjalan mondar-mandir di depan rumah dan bahkan duduk menunggu di teras rumah dengan gelisah, sesekali dia menatap pintu rumahnya seakan berharap Ja Eun berjalan keluar dari dalam sana.
Sementara itu, di dalam kamarnya, Ja Eun berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Ja Eun tampak khawatir karena udara di luar sangat dingin.
“Bila aku tidak keluar, apa dia akan tetap menungguku? Udara di luar sangat dingin,” gumam Ja Eun dan akhirnya dia memutuskan untuk keluar menemui Tae Hee. Namun saat Ja Eun keluar, dia sudah tidak menemukan Tae Hee di mana pun.
“Apa mungkin dia belum pulang?” Ja Eun bertanya bingung pada dirinya sendiri.
“Jadi, apa yang terjadi selanjutnya?” sahut Tae Phil pasrah.
“Seperti itulah. Dia kemudian marah dan pergi begitu saja dan bahkan beberapa saat yang lalu, dia juga tidak mau keluar menemuiku,” Tae Hee bercerita dengan wajah muram dan sedih, seperti anak kecil yang ngambek karena mainannya direbut orang.
“Jadi, yang ingin kau katakan adalah, di depan Ja Eun, kau melakukan ini?” ulang Tae Phil mengkonfirmasi, memperagakan gerakan tangan mencengkeram kerah.
“Ya,” sahut Tae Hee, masih cemberut dan pasrah.
Bahkan Tae Hee kali ini tidak meralat ucapan Tae Phil yang menyebut nama “Ja Eun” dengan jelas. Tae Hee sepertinya tidak ingin menyangkal lagi seperti semalam. Karena walau menyangkal pun, Tae Phil sudah mengetahuinya kalau Tae Hee menyukai Ja Eun, perasaannya terlihat sangat jelas dan tidak bisa ditutupi lagi.
Tae Phil kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah kasurnya seraya meminta ijin, “Tunggu sebentar. Biarkan aku tertawa,” kemudian menyembunyikan kepalanya di balik selimut dan tertawa terbahak-bahak. Menertawakan kekonyolan Tae Hee dan sikapnya yang kekanakan.
Tae Hee memukul pantat Tae Phil dengan kesal, “YYYAA! Bukankah aku bilang padamu jangan tertawa!” omel Tae Hee dengan wajah kesal. Tapi Tae Phil tidak peduli, dia tetap tertawa terbahak-bahak di balik selimutnya.
“YYYAA! Jika kau tetap tertawa, aku akan benar-benar
menendang pantatmu!” ancam Tae Hee kesal.
Tae Phil akhirnya mengeluarkan kepalanya dari balik selimut dan mencoba untuk menahan tawanya, “Aku tahu. Aku tahu. Oke. Oke,” sahut Tae Phil.
(Sekilas penonton bisa melihat Joo Won juga ikut tertawa saat adegan itu, namun ketika kamera berbalik menghadapnya, dia seketika memasang tampang kesal yang lucu. Emang dasar aktor hebat ya, dalam sekejap ekspresinya langsung berubah saat menyadari kalau kamera menyorotnya ^^)
“Aku sudah lebih tenang sekarang. Teruslah bicara,” ujar Tae Phil lagi, meminta Tae Hee melanjutkan ceritanya.
“Ja Eun pasti sangat marah, kan? Itu sebabnya dia tidak mau keluar menemuiku saat itu,” tanya Tae Hee dengan ekspresi seperti anak anjing yang terluka, sedih namun tampak menggemaskan di saat yang bersamaan.
(Nah kan? Tae Hee sendiri menyebut nama “Ja Eun” langsung dari mulutnya, secara gak langsung mengakui dan mengkonfirmasi kalau cerita yang dia ceritakan kemarin malam memang tentang dirinya dan Ja Eun, dan gadis yang memberikan jawaban “Ye, kayo” memang adalah Ja Eun. Tebakan Tae Phil sangat akurat, tajam dan terpercaya, karena walaupun awalnya menyangkal, hanya berselang sehari, Tae Hee langsung mengakui tentang perasaannya pada Ja Eun ^^)
Tae Phil menarik napas pasrah melihat Tae Hee sangat hopeless jika menyangkut masalah percintaan, “Haahh, aku tidak tahu bagaimana harus memulainya. Kau bahkan tidak mengerti dasar-dasarnya. Hyung, bukankah seharusnya kau juga marah, karena Ja Eun tidak keluar beberapa saat yang lalu?” tanya Tae Phil, dengan nada sok menggurui seolah dia yang paling berpengalaman dalam soal cinta dan wanita.
“Tentu saja aku marah. Dia hanya memberiku jawaban ambigu ‘Ye, kayo (Ya, ayo pergi)’ dan tidak mengatakan apa pun lagi setelah itu. Itu sebabnya aku bertingkah konyol seperti itu,” sahut Tae Hee dengan ekspresi pasrah dan tak berdaya.
“Benar sekali. Kau juga marah, jadi selama tiga hari ini, jangan menghubungi Ja Eun. Jangan menelpon atau mengiriminya pesan. Aku tidak berpikir ini akan terjadi tapi jika Ja Eun menelponmu besok, jangan mengangkatnya! Jika dia mengirimimu pesan, jangan membalasnya!” usul Tae Phil.
(Bener-bener kasih saran menyesatkan nih evil maknae! Mana tahanlah si Tae Hee kalau gak hubungin Ja Eun dalam tiga hari? Belum sehari aja dia pasti uda kelabakan, kangen mode on, dan mulai nge-stalking lagi. Tae Hee uda bucin mampus, mana bisa jauh-jauhan? Ujung-ujungnya ngejar lagi. Dulu dia janji pada Ja Eun akan melepaskan aja, tapi ujung-ujungnya dikejar lagi, kan? Udah, udah, gak bakal bisa saranmu itu!)
“Kenapa?” protes Tae Hee dengan ekspresi tak suka. Raut wajahnya jelas menunjukkan kalau dia sama sekali tidak menyukai usul dari Tae Phil itu.
“Karena Ja Eun tidak keluar hari ini. Juga saat kau mengungkapkan perasaanmu padanya, dia juga tidak bereaksi. Ja Eun setidaknya sudah dua langkah di depanmu, Hyung. Dia ingin memulai hubungan ini dengan menarikmu sepenuhnya ke arahnya. Dan jika kau dengan begitu mudah tertarik begitu saja ke arahnya, maka dia tidak akan bisa melihat pesonamu dan akan dengan mudah kehilangan rasa ketertarikannya padamu,” jawab Tae Phil, menjelaskan berbagai alasan kenapa Tae Hee harus menuruti sarannya.
(Intinya adalah jangan Tae Hee yang ngejar-ngejar Ja Eun,
Tae Hee disuruh pura-pura cuek jadi biar Ja Eun yang ngejar-ngejar Tae Hee.
Sorry ya, Baek Ja Eun bukanlah Lee Seung Mi yang gak tahu malu ngejar-ngejar
Tae Hee. Yang ada Tae Hee-nya yang kebakaran jenggot kalau dia diem-diem bae
lalu ujung-ujungnya Ja Eun-nya dirampas orang)
“Jika kau ingin mendapatkan Ja Eun, kau harus mendengarkan aku! Besok pagi saat sarapan, jangan menatap atau bicara padanya! Tinggalkan saja ponselmu di laci kamar selama tiga hari dan kuncilah di dalam sana. Tidak. Tidak. Tidak. Katakan saja kau sedang dalam misi pengintaian jadi tak bisa pulang. Mengerti?” lanjut Tae Phil, masih mengajari Tae Hee bagaimana cara mendapatkan wanita.
(Dia pikir semua wanita seperti Lee Seung Mi yang gak punya harga diri dan ngejar-ngejar pria, padahal ada wanita yang harga dirinya tinggi dan ogah ngejar-ngejar pria dan salah satunya adalah Baek Ja Eun. Kalau nurutin Tae Phil, yang ada Tae Hee malah kehilangan Ja Eun >_<)
Tae Hee hanya menunjukkan ekspresi cemberut yang menggemaskan yang mengisyaratkan bahwa dia tidak mau melakukan semua itu.
Keesokan paginya, ketika sarapan akan dimulai, Ja Eun yang sedang membawa minum berpapasan dengan Tae Hee yang baru saja datang. Ja Eun spontan tersenyum ke arah Tae Hee dengan malu-malu dan Tae Hee pun membalas senyuman Ja Eun dengan senyuman manis yang menunjukkan lesung pipinya. Pertengkaran kemarin seakan terlupakan begitu saja.
Namun tiba-tiba moment manis sepasang lovebird yang sedang
dimabuk kepayang itu harus hancur saat Tae Phil yang baru saja keluar dari
kamar mandi berdiri di tengah-tengah mereka dan memberi tanda pada Tae Hee agar
tidak tersenyum seperti itu.
Di meja makan, para tetua (Nenek, Ibu dan Ayah) mengeluh kepala mereka pusing karena terlalu banyak minum semalam. Lalu kemudian mereka tertawa terbahak-bahak saat membicarakan tentang besan mereka, orangtua Cha Su Young dan kelakuan ibu Su Young yang absurd dengan menggunakan sikat gigi suaminya untuk membersihkan kloset karena sang suami pernah ketahuan selingkuh. Para tetua tertawa terbahak-bahak saat membicarakan hal itu.
Tae Hee yang kaget spontan menatap Tae Phil dengan kesal dan menggumamkan kata, “Aku tahu. Aku tahu,” dengan raut wajah cemberut karena merasa momennya diganggu. Sialnya saat itu, Ja Eun spontan menoleh ke arah Tae Hee yang kebetulan baru saja memasang tampang cemberut.
(Cemberutnya bukan karena kamu, Ja Eun-ah. Tapi karena Tae Phil tuh. Tae Hee tuh cemberut karena kesal sama Tae Phil. Tahu gak sih, sejak tadi Tae Hee tersenyum ke arahmu dan menatapmu penuh cinta sebelum Tae Phil merusak suasana? *jitak Tae Phil si Eviil Maknae*)
Setelah sarapan, Ja Eun segera berangkat ke kantornya, namun ketika sedang mengadakan rapat dengan Kim Jae Ha dan Sutradara Yang di kantor Kim Jae Ha, mereka mendapatkan kejutan dengan kedatangan Kim Hong, CEO dan sekaligus Presdir Good Film.
“Kau benar. CEO sangat marah. Tidak usah kau pedulikan. Dan juga tidak perlu memasang wajah seperti itu. Ini adalah keputusanku sendiri dan kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri untuk itu. Kita istirahat sebentar. Setelah aku cukup tenang, aku akan turun dan pergi ke ruanganmu. Kau tunggu saja aku di ruanganmu,” ujar Kim Jae Ha akhirnya. Meminta waktu untuk menenangkan diri dan juga pikirannya untuk sesaat.
Setelah Ja Eun pergi, Kim Jae Ha yang seorang diri di ruangannya teringat kembali dengan ancaman sang ayah, “Karena ibumu sudah tidak ada lagi di dunia ini, aku tidak punya alasan untuk berurusan denganmu. Aku mengadopsimu dan membesarkanmu selama ini, inikah balasan yang kau berikan padaku?”
Beberapa waktu kemudian, Kim Jae Ha yang merasa sudah tenang, turun ke bawah dan menemui Ja Eun di ruangannya. Di sana, ternyata Ja Eun sudah menyiapkan layar monitor besar dan juga banyak makanan dan minuman. Ja Eun mengubah ruangannya menjadi sebuah bioskop mini dalam waktu sekejap.
“Ada banyak pilihan film komedi yang bisa kau pilih, aku jamin semuanya bisa membuatmu tertawa hingga perutmu kaku. Apa yang ingin kau tonton? Aku akan menyediakan layanan khusus untukmu hari ini, mulai dari memutar filmnya hingga menyediakan semua makanan dan minumannya,” ujar Ja Eun dengan ceria dan berakting imut agar Kim Jae Ha tertawa.
Di suatu tempat, di saat yang bersamaan, Hwang Tae Hee tampak berada di dalam mobil bersama Seo Dong Min. Kali ini, Dong Min-lah yang mengemudi. Tapi Tae Hee terlihat galau, wajahnya tampak muram sedari tadi, awan mendung seolah sedang menyelimuti Tae Hee saat ini.
Dia kemudian mengeluarkan ponselnya dari dalam saku dan
memeriksanya dengan raut wajah penuh harap, namun sayang tak ada panggilan
atau pesan apa pun untuknya. Sangat jelas sekali kalau Tae Hee berharap Ja Eun
akan menghubunginya dan bertanya bagaimana kabarnya, namun sayang itu tidak
terjadi. Tae Hee kembali muram, bahkan lebih muram daripada sebelumnya.
(Tae Hee tampaknya takkan sanggup menunggu hingga 3 hari seperti saran Tae Phil. Belum satu hari aja, Tae Hee uda galau mampus dan kangen Ja Eun serta ingin menghubungi gadis itu saat ini. Sanggupkah sok jual mahal dan nunggu hingga 3 hari seperti saran Tae Phil? I’m not sure xixixi ^^)
“Hyung, apa kau sedang menunggu telepon dari seseorang?” tanya Dong Min dengan senyuman menggoda.
“Tidak. Kenapa?” sangkal Tae Hee, namun ekspresinya yang terlihat muram seperti akan terjadi badai besar, menunjukkan sebaliknya.
“Bila aku bisa memberikan ini padanya, sudah kuberikan ini sedari tadi. Kami berdua sedang menonton film di bioskop. Apa kau sibuk, Inspektur Hwang?” tanya Kim Jae Ha, tampak sengaja memanasi Tae Hee yang tentu saja semakin kebakaran jenggot mendengar kabar bahwa Ja Eun dan Kim Jae Ha sedang nonton bioskop berdua.
“MWO (APA)?” seru Tae Hee dengan kecemburuan yang sudah ada di ubun-ubun.
“Ah, jadi kau sangat sibuk. Jadi kau tidak akan
menginterupsi lagi hari ini, kan? Kalau begitu, tetaplah sibuk,” sahut Kim Jae
Ha dengan santai kemudian memutus sambungan teleponnya. Dia seperti sengaja
menyiram bensin ke dalam api dan semakin membakar kecemburuan Tae Hee.
“Yoboseyo? Yoboseyo?” seru Tae Hee di ponselnya saat teleponnya terputus. Dia mencoba menelpon nomor Ja Eun sekali lagi, tapi kali ini Kim Jae Ha menolak panggilan itu dan membuat Tae Hee semakin kalang kabut. Dia berlari menuruni tangga dengan secepat kilat. (Hahaha ^^ Kalang kabut dan kebakaran jenggot ya karena teleponnya direject. But the jealous Tae Hee is so cute ^^)
Tak lama kemudian, Ja Eun kembali ke sana dengan membawa
minuman untuk mereka. Kim Jae Ha ingin berdiri untuk membantunya namun Ja Eun
berkata bahwa hari ini dia akan melakukan semuanya, jadi lebih baik Kim Jae Ha
duduk saja. (Maksud Ja Eun adalah beli tiket, beli minum, dll, semuanya Ja Eun
aja, Kim Jae Ha tinggal duduk dan nikmati aja)
“Terima kasih. Seharusnya kita memeriksa lebih dulu jadwal tayang filmnya sebelum kita datang kemari, jadi kita tidak perlu menunggu terlalu lama,” ujar Kim Jae Ha. Sepertinya film yang akan mereka tonton baru akan ditayangkan satu atau dua jam kemudian.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita lanjutkan meetingnya di sini?” tanya Ja Eun dengan antusias.
“Kau masih ingin bekerja di sana kita akhirnya pergi berkencan?” tanya Kim Jae Ha dengan kecewa.
“Maaf atas semua yang terjadi di kebun binatang. Aku menempatkanmu dalam posisi yang sulit, kan?” ujar Ja Eun dengan tidak enak hati.
“Tidak. Kenapa kau yang harus meminta maaf padaku?” tanya Kim Jae Ha heran.
“Karena dia adalah pria yang kusukai. Inspektur Hwang adalah pria yang kusukai,” jawab Ja Eun dengan tersenyum malu-malu. Itu sebabnya, dia meminta maaf atas nama Tae Hee karena Tae Hee melakukan semua kekonyolan di kebun binatang saat itu karena Tae Hee ingin bertemu dengannya.
“Kau tahu? Kupikir kau tidak tahu,” ujar Ja Eun dengan malu-malu karena seseorang mengetahui perasaannya. Orang lain bahkan bisa lihat tapi Tae Hee-nya sendiri malah gak bisa lihat ckckck...
“Bagaimana mungkin aku tidak tahu bila semua itu sudah terlihat dari ekspresi wajahmu? Terakhir kali saat di kebun binatang, saat Inspektur Hwang muncul, apakah kau tidak tahu bagaimana kau berubah menjadi seperti orang lain?” Kim Jae Ha balik bertanya.
“Aku? Benarkah? Kupikir aku tidak seperti itu,” sahut Ja Eun tak percaya.
“Kau pasti tidak menyadarinya,” sahut Kim Jae Ha seraya meminum kopinya.
Ja Eun menyentuh pipinya sendiri dan menepuk-nepuk pipinya dengan malu-malu seraya bertanya lagi, “Apa terlihat sangat jelas?” tanya Ja Eun dengan tersipu.
“Demi Tuhan, apa yang kau sukai darinya?” sahut Kim Jae Ha dengan tatapan tak percaya, seraya kembali meminum kopi di gelasnya.
Ja Eun menggeleng pelan, “Aku tidak tahu. Hanya saja, tubuhku bereaksi lebih dulu saat melihatnya,” jawab Ja Eun malu-malu. Jawaban ambigu yang membuat Kim Jae Ha menyemburkan kopinya dan tersedak saat mendengarnya.
“Tubuhmu bereaksi lebih dulu?” ulang Kim Jae Ha dengan shock. Dia memikirkan sesuatu yang mesum karena jawaban Ja Eun yang selalu absurd dan ngambang. Ja Eun nih ya, emang jago bikin orang bingung sama statementnya yang absurd dan ambigu >_< Bikin orang salah paham mulu.
“Ya. Jantungku berdebar kencang setiap kali aku melihatnya,” jelas Ja Eun dengan ekspresi wajah yang polos.
Mendengar ucapan Ja Eun, Kim Jae Ha memasang ekspresi seperti, “Oalah, jantung toh bagian tubuh yang kamu maksud? Ngomong yang jelas toh, Markonah! Bikin orang salah paham aja, kirain bagian tubuh yang mana?”
Tak lama kemudian, orang yang mereka bicarakan, Hwang Tae Hee tampak menelpon ponsel Ja Eun sekali lagi. Kali ini Ja Eun sendiri yang mengangkatnya.
“Maksudku adalah apa nama bioskopnya?” ujar Tae Hee, memperjelas pertanyaannya.
Begitu sampai di bioskop yang dimaksud, Tae Hee segera
berjalan dengan tergesa-gesa untuk mencari Ja Eun-nya. Dia mencari dengan
teliti satu demi satu hingga sudut matanya menemukan Ja Eun dan Kim Jae Ha
sedang berjalan berdampingan dan mengobrol sambil tersenyum.
Tanpa pikir panjang, Tae Hee segera menghampiri mereka berdua. Ja Eun tampak kaget saat melihat Tae Hee tiba-tiba berdiri di hadapannya.
“Ahjussi,” panggil Ja Eun dengan terkejut.
Tae Hee segera meraih tangan Ja Eun dan mencoba menariknya
pergi, “Ayo pergi,” ajak Tae Hee tanpa basa basi.
Tapi Ja Eun menarik kembali tangannya lepas, “Ahjussi, tunggu sebentar,” ujar Ja Eun, penolakannya membuat Tae Hee semakin geram.
“Aku bilang ayo kita pergi. Ayo pergi dan bicara,” ajak Tae Hee sekali lagi.
“Ahjussi,” ujar Ja Eun seraya menatap Kim Jae Ha dengan tak enak hati.
Menyadari Ja Eun menolak pergi karena Kim Jae Ha, Tae Hee menatap Kim Jae Ha sinis sekilas sebelum kembali menatap Ja Eun lagi dan berkata sekali lagi, “Kenapa kau tidak mendengarkan aku saat aku bilang ayo pergi?” ujar Tae Hee, menuntut jawaban, dengan nada memerintah.
“Jangan bicara seperti itu padanya. Karena akupun bahkan tidak pernah bicara seperti itu pada Ja Eun-ku,” ujar Kim Jae Ha, tampak membela Ja Eun namun kalimatnya justru malah memprovokasi Tae Hee.
Tae Hee menatap Ja Eun yang kini menatapnya kesal, kemudian melemparkan kembali tatapannya ke arah Kim Jae Ha, yang sudah berdiri dan tampak ingin menantangnya baku hantam.
Namun kali ini, Tae Hee tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Alih-alih meladeni tantangan Kim Jae Ha untuk baku hantam dan mengabaikan ucapan Ja Eun, kini Tae Hee memilih mengabaikan Kim Jae Ha dan mengejar Ja Eun yang berjalan pergi dengan kesal.
Secepat kilat Tae Hee berlari mengejar Ja Eun yang berjalan dengan cepat karena merasa marah dan kesal melihat sikap Tae Hee yang kekanakan. Tae Hee berjalan mengikuti Ja Eun dan mencoba mengejar langkahnya.
“Ayo kita bicara! Aku bilang kita harus bicara!” seru Tae Hee seraya mengikuti Ja Eun dari belakang, namun Ja Eun tak mau menghentikan langkahnya dan terus berjalan dengan acuh.
Tak punya pilihan, Tae Hee berlari menghampiri Ja Eun dan menarik lengannya, “Aku bilang ayo bicara!”
Ja Eun yang masih kesal dan marah, spontan menghempaskan genggaman Tae Hee di lengannya dan berkata dengan dingin, “Lepaskan aku!”
“Aku tidak tahu kau orang yang seperti ini,” lanjut Ja Eun dengan ekspresi kecewa.
“Aku? Orang seperti apa aku ini?” Tae Hee balik bertanya. Dia tampak ingin tahu seperti apa dia di mata Ja Eun.
“Kasar, pemarah, berpikiran sempit, menyedihkan, kekanakan dan egois. Aku sama sekali tidak tahu apa yang kau pikirkan,” sahut Ja Eun dengan kecewa.
“Kenapa aku seperti ini? Kau pikir karena siapa aku seperti ini?” Tae Hee balik bertanya dengan raut putus asa.
Tae Hee memalingkan wajahnya sejenak sebelum akhirnya kembali menatap Ja Eun dan mengatakan apa yang mengganggu pikirannya selama ini.
“Kau mengatakan kalimat itu, apa artinya? ‘Ya, ayo pergi’. Apa artinya itu?” tanya Tae Hee, akhirnya mengutarakan apa yang mengganggu pikirannya dan membuatnya bertingkah konyol seperti ini.
“Jika seseorang mengungkapkan perasaannya padamu, setidaknya kau harus menjawabnya dengan ‘Ya’ atau ‘tidak’ jadi aku bisa mengerti. Selain itu, aku tidak mengerti apa pun selain ‘Ya’ dan ‘Tidak’. Kau setidaknya harus membiarkan aku tahu apa maksudmu! Kenapa kau harus membuatku jadi gila?” ujar Tae Hee dengan putus asa.
“Katakan padaku secara langsung. Apakah kau menyukaiku atau
tidak? Dengan begitu aku akan mengerti. Aku hanya mengerti jawaban yang jelas
dan langsung. Jadi cepat jawab aku!” lanjut Tae Hee dengan ekspresi terluka,
seolah dia sudah mempersiapkan diri akan ditolak lagi untuk yang ketiga
kalinya.
“Aku sangat merindukanmu hingga rasanya aku juga hampir gila.
Dalam satu hari, apa kau tahu berapa kali aku ingin melihatmu, ingin mendengar
suaramu, ingin kau membelikan aku kopi. Tapi bila aku membenci Ahjumma, aku tidak
bisa melakukan itu, jadi...” lanjut Ja Eun, namun kalimatnya terpotong saat Tae
Hee berlari ke arahnya seraya memegang kedua lengannya dan menciumnya dengan tiba-tiba begitu saja alias Forced Kiss.
Ja Eun yang tampak terkejut dengan tindakan Tae Hee yang di luar prediksinya spontan mendorongnya mundur. Tae Hee tampak kecewa saat Ja Eun mendorongnya pergi. Namun bukan Tae Hee namanya kalau dia menyerah begitu saja. Dia tampak mengatur napasnya sejenak seraya menatap Ja Eun dengan penuh cinta sebelum mulai melangkah menghampiri Ja Eun sekali lagi.
Karena dia sudah mengetahui perasaan Ja Eun padanya, jadi kini Tae Hee sudah memutuskan bahwa tidak peduli apa pun yang terjadi, Tae Hee akan tetap berjalan maju ke arah Ja Eun dan takkan pernah melepaskannya lagi. Mulai saat ini, dia akan menggenggam Ja Eun erat-erat dan takkan pernah membiarkannya pergi. ‘I will never let you go! Not anymore! Not now! Not forever!’
Melihat Ja Eun mendengarkan ucapannya dan berhenti berjalan mundur, Tae Hee tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan segera berlari ke arah gadis itu dan menciumnya sekali lagi. Kali ini dengan lembut dan bukan dengan paksaan. Tae Hee menganggap bahwa diamnya Ja Eun adalah ijin baginya untuk mencium gadis itu sekali lagi dan sebagai tanda diresmikannya hubungan mereka.
Tae Hee meraih wajah Ja Eun dengan kedua tangannya dan menciumnya dengan lembut dan penuh perasaan, seolah Tae Hee ingin menunjukkan perasaannya yang mendalam melalui ciuman itu.
Ja Eun yang awalnya membuka matanya terkejut karena Tae Hee menciumnya untuk yang kedua kalinya, perlahan memejamkan matanya dan menerima ciuman itu. Tangannya yang awalnya terkepal dan ingin mendorong Tae Hee mundur pun perlahan terurai dan dia membiarkan Tae Hee melakukan apa yang pria itu inginkan.
Mereka berciuman cukup lama diiringi dengan latar belakang bunga-bunga musim gugur yang menjadi saksi bersatunya kisah cinta yang manis antara dua insan dengan kepribadian yang berbeda, yang ditakdirkan bersama agar bisa saling menyembuhkan luka di hati mereka.
Blogger Opinion :
Tae Hee langsung nyosor aja karena uda gak bisa menahan perasaannya lebih lama lagi. Dia sudah menunggu sangat lama agar bisa mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ja Eun. Jadi begitu Ja Eun mengungkapkan perasaannya, yang ada dalam pikiran Tae Hee hanya satu yaitu mencium gadis itu untuk melampiaskan kebahagiaannya karena perasaannya telah terbalas.
Dia merindukan Ja Eun, sangat, dan dia sangat ingin memiliki Ja Eun untuk dirinya sendiri sekarang. Dia hanya ingin Ja Eun hanya menatapnya, selalu bersamanya dan berada di sisinya sepanjang waktu. So, walaupun responnya dengan tiba-tiba nyosor kayak gini terkesan gak gentleman, tapi aku bisa memahami perasaan Tae Hee. Tae Hee yang selama ini selalu malu-malu dan tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri, tentu saja dia pun harus memiliki keberanian besar saat ingin mencium gadis yang dia cintai.
Jadi bagaimana bisa seorang pria polos, introvert, lajang sejak lahir, tak pernah jatuh cinta sebelumnya dan tak pernah berciuman, bisa mencium seorang gadis dengan begitu hot? Jelas gak mungkin dong ya logikanya! Jadi memang ciuman seperti ini sudah merupakan style Hwang Tae Hee. Sweet and pure kiss ^^ Just remember, he doesn’t know how to kiss and just follow his insting ^^
Begitu pun juga dengan Baek Ja Eun. Walau Baek Ja Eun adalah National Goddess Of Korea University yang sangat populer dan punya banyak fans, namun dia tak pernah pacaran sebelumnya. Tae Hee adalah cinta pertama, cinta terakhir dan cinta satu-satunya dalam hidup Baek Ja Eun. Lihat kan bagaimana terkejutnya dia saat Tae Hee tiba-tiba saja menciumnya tanpa aba-aba, langsung nyosor gitu aja? Ekspresi Ja Eun sangat terkejut, malu, gugup, salah tingkah dan sedikit takut. Dia adalah seorang gadis polos bila menyangkut hal-hal seperti ini. Jadi sudah pasti, Ja Eun tidak mungkin membalas ciuman Tae Hee dengan cara wanita binal berciuman yaitu Hot Kiss buka mulut, kokop-kokopan atau apalah namanya kayak di “What’s Wrong With Secretary Kim”, dll.
Mereka berdua sama-sama polos, sama-sama belum pernah pacaran,
sama-sama cinta pertama, jadi sudah tentu, ciuman yang mereka lakukan pun
adalah ciuman manis yang pure dan tak tampak gairah seksual di sana. Murni
ciuman polos dari kedua insan yang saling mencintai yang ingin menunjukkan perasaan
mereka kepada pasangannya. Secara karakter, ciuman ini memang pas untuk
karakternya Tae Hee dan Ja Eun. Sweet and pure kiss ^^
Alasan lainnya adalah karena ini drama keluarga, yang ditayangkan di TV nasional di jam tayang utama, jadi sudah pasti kissing scene pun dibatasi agar tidak terlalu hot dan menggairahkan karena semua usia bisa menontonnya di rumah.
Bersambung...
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/654 + https://gswww.tistory.com/659 + https://gswww.tistory.com/660 + https://gswww.tistory.com/661 + https://gswww.tistory.com/662)
Video Credit : Meyajw
Gif Credit : Cadence
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
Ja Eun is a girl who is backing away because she just
realized the effect her words had on him, she is just now getting there is no
turning back. Her declaration is out there. She is afraid about feeling so
vulnerable so she slowly backs up, but isn’t really scared enough to turn and
run. She was startled. You could tell how nervous she was when he was taking
steps towards her. That’s why when he says “freeze,” she doesn’t ignore him and
is probably glad to have an excuse to stay. Loved it when Ja Eun stepped back
and Tae Hee stepped towards her and said freeze. I mean who had the idea for
that cause? It´s brilliant ^^
The part where Kim Jae Ha asks, "What do you like so much about Hwang Tae Hee?" and Ja Eun responds, "I don't know, my body just reacts first," and Kim Jae Ha spits out his coffee, was soooo funny. and then Ja Eun just looked clueless and innocently and bashfully described how her heart beats fast.
------0000000-----
Episode 36 :
Setelah perkelahian kekanakan antara Tae Hee dan Kim Jae Ha di depan kebun binatang yang berakhir dengan Ja Eun meninggalkan kedua pria dewasa (namun bermental bocah) itu di sana, malam harinya, Tae Hee kembali ke Ojakgyo Farm dengan berharap-harap cemas.
“Tidak peduli sesibuk apa pun aku, aku akan pulang sebelum jam 9 malam. Kita bertemu di rumah nanti malam,” kenang Tae Hee pada ucapan Ja Eun tadi siang.
Tanpa dia ketahui, Ja Eun sudah berada di dalam kamarnya dan duduk termenung. Ja Eun teringat bagaimana baik Tae Hee maupun Kim Jae Ha tak ada yang ingin mengalah satupun. Dia juga teringat ancamannya pada Tae Hee, “Ahjussi, cepat lepaskan! Jika tidak kau lepaskan, aku tak mau lagi bicara padamu!”
Ja Eun menghela napas kesal kemudian melirik arlojinya yang sudah menunjukkan pukul 9.15 malam lewat, “Lihat saja apa aku akan keluar untuk menemuimu! Walaupun aku berkata aku tidak akan bicara lagi padanya, dia tetap tidak mau melepaskan!” gumam Ja Eun yang kesal pada dirinya sendiri.
Waktu terus berjalan sementara Tae Hee masih menunggu Ja Eun di luar rumah dengan resah dan gelisah juga galau melanda. Tae Hee berjalan mondar-mandir di depan rumah dan bahkan duduk menunggu di teras rumah dengan gelisah, sesekali dia menatap pintu rumahnya seakan berharap Ja Eun berjalan keluar dari dalam sana.
Menghela napas, Tae Hee kembali melirik arlojinya yang
sudah menunjukkan pukul 9.44 malam, Tae Hee berdiri dari duduknya dan kembali
mondar-mandir dengan semakin gelisah seraya mengerucutkan bibirnya kesal.
(Tae Hee cemberut lagi. Tuh bibir Tae Hee monyong sampai 5
senti karena ngambek Ja Eun gak keluar-keluar hahaha ^_^ Pak polisi, image-mu
sebagai polisi yang keren langsung ambyar dalam sekejap loh wkwkwk ^_^)
Tae Hee seketika teringat dengan ancaman Ja Eun tadi siang, “Ahjussi, cepat lepaskan! Jika tidak kau lepaskan, aku tak mau lagi bicara padamu!” kenang Tae Hee pada ucapan Ja Eun. Tae Hee mengacak-acak rambutnya frustasi saat teringat ancaman itu. Dia tampak menyesali kebodohannya karena tidak mendengarkan Ja Eun waktu itu. Ekspresi hopeless Tae Hee benar-benar sangat menggemaskan dan lucu, melihat bagaimana Tae Hee sangat frustasi karena diabaikan lagi oleh Ja Eun, benar-benar sangat menghibur. Cute Tae Hee hahaha ^_^
Tae Hee meraup wajahnya dengan kasar untuk melampiaskan penyesalannya, saat tiba-tiba saja Tae Phil muncul dan berdiri di sampingnya serta bertanya kepo, “Apa yang kau lakukan di depan rumah?” tanya Tae Phil penasaran, seraya bergantian melirik antara Tae Hee yang tampak kacau dan pintu rumah mereka.
Tae Hee seketika teringat dengan ancaman Ja Eun tadi siang, “Ahjussi, cepat lepaskan! Jika tidak kau lepaskan, aku tak mau lagi bicara padamu!” kenang Tae Hee pada ucapan Ja Eun. Tae Hee mengacak-acak rambutnya frustasi saat teringat ancaman itu. Dia tampak menyesali kebodohannya karena tidak mendengarkan Ja Eun waktu itu. Ekspresi hopeless Tae Hee benar-benar sangat menggemaskan dan lucu, melihat bagaimana Tae Hee sangat frustasi karena diabaikan lagi oleh Ja Eun, benar-benar sangat menghibur. Cute Tae Hee hahaha ^_^
Tae Hee meraup wajahnya dengan kasar untuk melampiaskan penyesalannya, saat tiba-tiba saja Tae Phil muncul dan berdiri di sampingnya serta bertanya kepo, “Apa yang kau lakukan di depan rumah?” tanya Tae Phil penasaran, seraya bergantian melirik antara Tae Hee yang tampak kacau dan pintu rumah mereka.
Wajah hopeless Tae Hee sungguh sangat menggemaskan, dia seperti
anak anjing yang belum diberi makan berbulan-bulan ^^
(Bwahaha ^_^ Tae Phil bakal punya bahan ledekan lagi nih ceritanya wkwkwk ^_^ Emang evil maknae nih si Tae Phil ckckck... Tae Hee uda frustasi, tapi masih digodain xixixi ^^)
(Bwahaha ^_^ Tae Phil bakal punya bahan ledekan lagi nih ceritanya wkwkwk ^_^ Emang evil maknae nih si Tae Phil ckckck... Tae Hee uda frustasi, tapi masih digodain xixixi ^^)
Sementara itu, di dalam kamarnya, Ja Eun berjalan mondar-mandir dengan gelisah. Ja Eun tampak khawatir karena udara di luar sangat dingin.
“Bila aku tidak keluar, apa dia akan tetap menungguku? Udara di luar sangat dingin,” gumam Ja Eun dan akhirnya dia memutuskan untuk keluar menemui Tae Hee. Namun saat Ja Eun keluar, dia sudah tidak menemukan Tae Hee di mana pun.
“Apa mungkin dia belum pulang?” Ja Eun bertanya bingung pada dirinya sendiri.
Ja Eun kemudian berjalan ke arah pintu gerbang dan menemukan
mobil Tae Hee terparkir di sana, tanda bahwa dia sudah berada di dalam rumah.
“Ini mobil Ahjussi. Apa dia sudah masuk ke dalam rumah?
Sekarang baru pukul 9.45 malam, ini belum satu jam, tapi dia bahkan tak mau
menunggu lagi?” ujar Ja Eun kecewa. Ja Eun kemudian mengambil ponselnya untuk
melihat apakah Tae Hee menelpon atau sekedar mengiriminya pesan, namun ternyata
tidak ada sama sekali.
“Dia bahkan tidak menelponku untuk bertanya kenapa aku tidak
keluar?” omel Ja Eun kesal pada Tae Hee, kemudian menendang ban mobil Tae Hee
sebagai pelampiasannya sebelum kembali masuk ke dalam rumah.
(Nih dua orang emang sukanya “playing games” dah. Tarik ulur secara gak langsung. Kalau Ja Eun mendekat, Tae Hee yang pura-pura jual mahal dan mengabaikan Ja Eun. Giliran Tae Hee yang mengejar, Tae Hee-nya bikin Ja Eun marah sampai Ja Eun gak mau menemui Tae Hee dan berakhir kucing-kucingan. Hadeh...hadeh...ribet pol nih manusia berdua. Bikin gemes yang nonton >_<)
(Nih dua orang emang sukanya “playing games” dah. Tarik ulur secara gak langsung. Kalau Ja Eun mendekat, Tae Hee yang pura-pura jual mahal dan mengabaikan Ja Eun. Giliran Tae Hee yang mengejar, Tae Hee-nya bikin Ja Eun marah sampai Ja Eun gak mau menemui Tae Hee dan berakhir kucing-kucingan. Hadeh...hadeh...ribet pol nih manusia berdua. Bikin gemes yang nonton >_<)
Di dalam kamar Tae Phil, Tae Phil hanya terbengong-bengong
saat mendengar cerita dari Tae Hee. Tae Phil pun sepertinya tampak speechless
dan kehabisan kata, saat mendengar apa yang terjadi di kebun binatang tentang
semua kekonyolan Tae Hee saat itu.
“Jangan melihatku dengan tatapan mata seperti itu karena
rasanya aku ingin mati sekarang,” ujar Tae Hee dengan cemberut. Tae Hee ingin
mati karena malu hahaha ^_^
“Seperti itulah. Dia kemudian marah dan pergi begitu saja dan bahkan beberapa saat yang lalu, dia juga tidak mau keluar menemuiku,” Tae Hee bercerita dengan wajah muram dan sedih, seperti anak kecil yang ngambek karena mainannya direbut orang.
“Jadi, yang ingin kau katakan adalah, di depan Ja Eun, kau melakukan ini?” ulang Tae Phil mengkonfirmasi, memperagakan gerakan tangan mencengkeram kerah.
“Ya,” sahut Tae Hee, masih cemberut dan pasrah.
Bahkan Tae Hee kali ini tidak meralat ucapan Tae Phil yang menyebut nama “Ja Eun” dengan jelas. Tae Hee sepertinya tidak ingin menyangkal lagi seperti semalam. Karena walau menyangkal pun, Tae Phil sudah mengetahuinya kalau Tae Hee menyukai Ja Eun, perasaannya terlihat sangat jelas dan tidak bisa ditutupi lagi.
Tae Phil kemudian berdiri dari kursinya dan berjalan ke arah kasurnya seraya meminta ijin, “Tunggu sebentar. Biarkan aku tertawa,” kemudian menyembunyikan kepalanya di balik selimut dan tertawa terbahak-bahak. Menertawakan kekonyolan Tae Hee dan sikapnya yang kekanakan.
Tae Hee memukul pantat Tae Phil dengan kesal, “YYYAA! Bukankah aku bilang padamu jangan tertawa!” omel Tae Hee dengan wajah kesal. Tapi Tae Phil tidak peduli, dia tetap tertawa terbahak-bahak di balik selimutnya.
Tae Phil akhirnya mengeluarkan kepalanya dari balik selimut dan mencoba untuk menahan tawanya, “Aku tahu. Aku tahu. Oke. Oke,” sahut Tae Phil.
(Sekilas penonton bisa melihat Joo Won juga ikut tertawa saat adegan itu, namun ketika kamera berbalik menghadapnya, dia seketika memasang tampang kesal yang lucu. Emang dasar aktor hebat ya, dalam sekejap ekspresinya langsung berubah saat menyadari kalau kamera menyorotnya ^^)
“Aku sudah lebih tenang sekarang. Teruslah bicara,” ujar Tae Phil lagi, meminta Tae Hee melanjutkan ceritanya.
“Ja Eun pasti sangat marah, kan? Itu sebabnya dia tidak mau keluar menemuiku saat itu,” tanya Tae Hee dengan ekspresi seperti anak anjing yang terluka, sedih namun tampak menggemaskan di saat yang bersamaan.
(Nah kan? Tae Hee sendiri menyebut nama “Ja Eun” langsung dari mulutnya, secara gak langsung mengakui dan mengkonfirmasi kalau cerita yang dia ceritakan kemarin malam memang tentang dirinya dan Ja Eun, dan gadis yang memberikan jawaban “Ye, kayo” memang adalah Ja Eun. Tebakan Tae Phil sangat akurat, tajam dan terpercaya, karena walaupun awalnya menyangkal, hanya berselang sehari, Tae Hee langsung mengakui tentang perasaannya pada Ja Eun ^^)
Tae Phil menarik napas pasrah melihat Tae Hee sangat hopeless jika menyangkut masalah percintaan, “Haahh, aku tidak tahu bagaimana harus memulainya. Kau bahkan tidak mengerti dasar-dasarnya. Hyung, bukankah seharusnya kau juga marah, karena Ja Eun tidak keluar beberapa saat yang lalu?” tanya Tae Phil, dengan nada sok menggurui seolah dia yang paling berpengalaman dalam soal cinta dan wanita.
“Tentu saja aku marah. Dia hanya memberiku jawaban ambigu ‘Ye, kayo (Ya, ayo pergi)’ dan tidak mengatakan apa pun lagi setelah itu. Itu sebabnya aku bertingkah konyol seperti itu,” sahut Tae Hee dengan ekspresi pasrah dan tak berdaya.
“Benar sekali. Kau juga marah, jadi selama tiga hari ini, jangan menghubungi Ja Eun. Jangan menelpon atau mengiriminya pesan. Aku tidak berpikir ini akan terjadi tapi jika Ja Eun menelponmu besok, jangan mengangkatnya! Jika dia mengirimimu pesan, jangan membalasnya!” usul Tae Phil.
(Bener-bener kasih saran menyesatkan nih evil maknae! Mana tahanlah si Tae Hee kalau gak hubungin Ja Eun dalam tiga hari? Belum sehari aja dia pasti uda kelabakan, kangen mode on, dan mulai nge-stalking lagi. Tae Hee uda bucin mampus, mana bisa jauh-jauhan? Ujung-ujungnya ngejar lagi. Dulu dia janji pada Ja Eun akan melepaskan aja, tapi ujung-ujungnya dikejar lagi, kan? Udah, udah, gak bakal bisa saranmu itu!)
“Kenapa?” protes Tae Hee dengan ekspresi tak suka. Raut wajahnya jelas menunjukkan kalau dia sama sekali tidak menyukai usul dari Tae Phil itu.
“Karena Ja Eun tidak keluar hari ini. Juga saat kau mengungkapkan perasaanmu padanya, dia juga tidak bereaksi. Ja Eun setidaknya sudah dua langkah di depanmu, Hyung. Dia ingin memulai hubungan ini dengan menarikmu sepenuhnya ke arahnya. Dan jika kau dengan begitu mudah tertarik begitu saja ke arahnya, maka dia tidak akan bisa melihat pesonamu dan akan dengan mudah kehilangan rasa ketertarikannya padamu,” jawab Tae Phil, menjelaskan berbagai alasan kenapa Tae Hee harus menuruti sarannya.
“Jika kau ingin mendapatkan Ja Eun, kau harus mendengarkan aku! Besok pagi saat sarapan, jangan menatap atau bicara padanya! Tinggalkan saja ponselmu di laci kamar selama tiga hari dan kuncilah di dalam sana. Tidak. Tidak. Tidak. Katakan saja kau sedang dalam misi pengintaian jadi tak bisa pulang. Mengerti?” lanjut Tae Phil, masih mengajari Tae Hee bagaimana cara mendapatkan wanita.
(Dia pikir semua wanita seperti Lee Seung Mi yang gak punya harga diri dan ngejar-ngejar pria, padahal ada wanita yang harga dirinya tinggi dan ogah ngejar-ngejar pria dan salah satunya adalah Baek Ja Eun. Kalau nurutin Tae Phil, yang ada Tae Hee malah kehilangan Ja Eun >_<)
Tae Hee hanya menunjukkan ekspresi cemberut yang menggemaskan yang mengisyaratkan bahwa dia tidak mau melakukan semua itu.
Di kamarnya, Ja Eun duduk di meja dan tampak kesal karena
Tae Hee tidak menelpon ataupun mengiriminya pesan. Dia tetap memandang
ponselnya dengan kesal sebelum membalik ponselnya dengan layar menghadap ke
bawah.
Di bawah tangga kamarnya, Tae Hee menatap kamar Ja Eun
dengan resah dan gelisah selama beberapa saat sebelum akhirnya berjalan pergi
dari sana dengan menarik napas berat.
Keesokan paginya, ketika sarapan akan dimulai, Ja Eun yang sedang membawa minum berpapasan dengan Tae Hee yang baru saja datang. Ja Eun spontan tersenyum ke arah Tae Hee dengan malu-malu dan Tae Hee pun membalas senyuman Ja Eun dengan senyuman manis yang menunjukkan lesung pipinya. Pertengkaran kemarin seakan terlupakan begitu saja.
Tae Hee yang melihat Tae Phil menegurnya seketika
mengubah ekspresinya menjadi serius dan berjalan menuju meja makan. Sikap Tae
Hee yang awalnya manis namun berubah dingin pun tampak membuat Ja Eun kecewa.
(Tae Phil nih ya, ngerusak momen aja ckckck.....)
Di meja makan, para tetua (Nenek, Ibu dan Ayah) mengeluh kepala mereka pusing karena terlalu banyak minum semalam. Lalu kemudian mereka tertawa terbahak-bahak saat membicarakan tentang besan mereka, orangtua Cha Su Young dan kelakuan ibu Su Young yang absurd dengan menggunakan sikat gigi suaminya untuk membersihkan kloset karena sang suami pernah ketahuan selingkuh. Para tetua tertawa terbahak-bahak saat membicarakan hal itu.
Tawa itu kemudian menjalar ke semua orang di meja makan, Ja
Eun pun tampak tertawa lucu mendengarnya. Tae Hee yang sedari tadi menatap Ja
Eun lekat, otomatis tersenyum manis dengan tatapan penuh cinta saat melihat
tawa di wajah gadis pujaannya. Tae Hee seakan terpanah melihat tawa di wajah Ja
Eun (Tae Hee kena lovestruck ceritanya ^^)
Namun lagi-lagi, Tae Phil merusak momen itu. Dia yang
melihat Tae Hee tersenyum penuh cinta ke arah Ja Eun, segera menendang kaki Tae
Hee dari bawah meja dan memberikan tanda dengan tatapan mata, “Jangan tersenyum
padanya!”
Tae Hee yang kaget spontan menatap Tae Phil dengan kesal dan menggumamkan kata, “Aku tahu. Aku tahu,” dengan raut wajah cemberut karena merasa momennya diganggu. Sialnya saat itu, Ja Eun spontan menoleh ke arah Tae Hee yang kebetulan baru saja memasang tampang cemberut.
(Cemberutnya bukan karena kamu, Ja Eun-ah. Tapi karena Tae Phil tuh. Tae Hee tuh cemberut karena kesal sama Tae Phil. Tahu gak sih, sejak tadi Tae Hee tersenyum ke arahmu dan menatapmu penuh cinta sebelum Tae Phil merusak suasana? *jitak Tae Phil si Eviil Maknae*)
Setelah sarapan, Ja Eun segera berangkat ke kantornya, namun ketika sedang mengadakan rapat dengan Kim Jae Ha dan Sutradara Yang di kantor Kim Jae Ha, mereka mendapatkan kejutan dengan kedatangan Kim Hong, CEO dan sekaligus Presdir Good Film.
Pria tua itu tampak sangat marah saat mengetahui kabar bahwa
Kim Jae Ha menangguhkan pembelian Ojakgyo Farm.
“Apa kau yang memerintahkan penghentian pembangunan taman hiburan?” tanya Kim Hong dengan emosi jiwa melanda. Dia memarahi Kim Jae Ha dengan keras di hadapan semua orang.
“Sebaiknya mereka keluar lebih dulu baru aku akan menjelaskannya pada Anda,” sahut Kim Jae Ha.
“Sutradara Yang, Baek Ja Eun-ssi...” belum sempat Kim Jae Ha melanjutkan kalimatnya dan menyuruh Ja Eun dan Sutradara Yang untuk keluar, Kim Hong sudah memotong kalimatnya begitu saja.
“Jawab aku! Apa kau yang memberikan perintah penghentiannya?” seru Kim Hong dengan kemarahan meledak-ledak.
“Ya,” sahut Kim Jae Ha yang membuatnya mendapatkan hadiah
sebuah tamparan. Ja Eun tampak kaget saat melihat Kim Hong menampar Kim Jae Ha
di hadapan semua orang, tanpa peduli harga dirinya.
“Sejak kapan kau mulai jadi pembangkang seperti ini? Apalagi aku sendiri yang memerintahkan hal ini, namun tanpa persetujuanku, kau menghentikannya begitu saja seenakmu!” seru Kim Hong dengan kemarahan yang meledak-ledak.
“Apa kau yang memerintahkan penghentian pembangunan taman hiburan?” tanya Kim Hong dengan emosi jiwa melanda. Dia memarahi Kim Jae Ha dengan keras di hadapan semua orang.
“Sebaiknya mereka keluar lebih dulu baru aku akan menjelaskannya pada Anda,” sahut Kim Jae Ha.
“Sutradara Yang, Baek Ja Eun-ssi...” belum sempat Kim Jae Ha melanjutkan kalimatnya dan menyuruh Ja Eun dan Sutradara Yang untuk keluar, Kim Hong sudah memotong kalimatnya begitu saja.
“Jawab aku! Apa kau yang memberikan perintah penghentiannya?” seru Kim Hong dengan kemarahan meledak-ledak.
“Sejak kapan kau mulai jadi pembangkang seperti ini? Apalagi aku sendiri yang memerintahkan hal ini, namun tanpa persetujuanku, kau menghentikannya begitu saja seenakmu!” seru Kim Hong dengan kemarahan yang meledak-ledak.
“Maafkan aku. Anda bisa bicara setelah aku meminta mereka
semua untuk keluar,” ujar Kim Jae Ha.
“Sutradara Yang, Penulis Baek, tolong keluarlah dulu,” pinta Kim Jae Ha dengan sopan.
Setelah semua orang keluar, Kim Hong kembali memarahi Kim Jae Ha habis-habisan, “Apa kau tidak tahu bagaimana perasaanku terhadap pertanian itu, hingga kau dengan seenaknya menangguhkan pembelian dan menghentikan Pembangunan konstruksi?” seru Kim Hong, masih dengan nada tinggi berapi-api.
“Itu sebabnya aku menangguhkan masalah pembelian ini. Aku tahu apa yang Anda rasakan pada pertanian itu, tapi apakah menurut Anda, Ibu ingin Anda melakukan ini? Ibu pasti tidak menginginkan Anda memperlakukan keluarga Hwang seperti ini,” sahut Kim Jae Ha dengan berani, membawa-bawa nama mendiang Ibunya.
Ucapannya membuat Kim Hong emosi dan menamparnya sekali lagi.
“Apa yang kau tahu hingga kau pikir kau berhak bicara seperti itu? Apa yang kau tahu hingga kau berani mengajariku seperti itu? Apa kau tahu bagaimana ibumu menjalani hari-harinya selama ini? Bagaimana ibumu selalu menderita dalam hati?” ujar Kim Hong, mengingatkan bagaimana mendiang ibunya sangat menderita karena selalu merindukan putra semata wayangnya yang tidak boleh dia temui.
(Kim Hong dan Nenek pasangan serasi nih, sama-sama pendendam mode on >_<)
“Abeoji,” ujar Kim Jae Ha, mencoba bernegosiasi.
“Jadi kau menghentikan pembangunan taman hiburan ini hanya karena perasaan murahan itu? Tidak peduli apa pun alasan aku membelinya, bisnis tetaplah bisnis. Tanggal dimulainya konstruksi akan segera tiba. Apa kau tahu berapa banyak kerugian yang akan dialami oleh Perusahaan kita? Wakil CEO (President) seperti apa yang membiarkan perusahaannya mengalami kerugian? Jika kau masih saja bertindak semaumu sendiri maka sebaiknya kau turun saja dari posisi itu dan kembalilah ke Amerika. Selesaikan masalah pembelian pertanian secepatnya! Aku akan memberimu waktu 15 hari. Dalam 15 hari jika kau masih belum menyelesaikannya dan pembangunan tak bisa dimulai maka aku tidak ingin melihatmu lagi,” ancam Kim Hong panjang lebar.
“Abeoji...” Kim Jae Ha ingin mengatakan sesuatu namun Kim Hong memotongnya sekali lagi.
“Aku tidak bercanda dengan apa yang kukatakan. Karena ibumu sudah tidak ada lagi di dunia ini, aku tidak punya alasan untuk berurusan denganmu. Waktumu hanya 15 hari. Lebih baik kau melakukan apa yang kuperintahkan. Aku mengadopsimu dan membesarkanmu selama ini, inikah balasan yang kau berikan padaku?” ujar Kim Hong sebelum melangkah keluar dari ruangan Kim Jae Ha. Dia mengancam sekaligus mengungkit jasanya yang telah mengadopsi Kim Jae Ha.
“Sutradara Yang, Penulis Baek, tolong keluarlah dulu,” pinta Kim Jae Ha dengan sopan.
Setelah semua orang keluar, Kim Hong kembali memarahi Kim Jae Ha habis-habisan, “Apa kau tidak tahu bagaimana perasaanku terhadap pertanian itu, hingga kau dengan seenaknya menangguhkan pembelian dan menghentikan Pembangunan konstruksi?” seru Kim Hong, masih dengan nada tinggi berapi-api.
“Itu sebabnya aku menangguhkan masalah pembelian ini. Aku tahu apa yang Anda rasakan pada pertanian itu, tapi apakah menurut Anda, Ibu ingin Anda melakukan ini? Ibu pasti tidak menginginkan Anda memperlakukan keluarga Hwang seperti ini,” sahut Kim Jae Ha dengan berani, membawa-bawa nama mendiang Ibunya.
Ucapannya membuat Kim Hong emosi dan menamparnya sekali lagi.
“Apa yang kau tahu hingga kau pikir kau berhak bicara seperti itu? Apa yang kau tahu hingga kau berani mengajariku seperti itu? Apa kau tahu bagaimana ibumu menjalani hari-harinya selama ini? Bagaimana ibumu selalu menderita dalam hati?” ujar Kim Hong, mengingatkan bagaimana mendiang ibunya sangat menderita karena selalu merindukan putra semata wayangnya yang tidak boleh dia temui.
(Kim Hong dan Nenek pasangan serasi nih, sama-sama pendendam mode on >_<)
“Abeoji,” ujar Kim Jae Ha, mencoba bernegosiasi.
“Jadi kau menghentikan pembangunan taman hiburan ini hanya karena perasaan murahan itu? Tidak peduli apa pun alasan aku membelinya, bisnis tetaplah bisnis. Tanggal dimulainya konstruksi akan segera tiba. Apa kau tahu berapa banyak kerugian yang akan dialami oleh Perusahaan kita? Wakil CEO (President) seperti apa yang membiarkan perusahaannya mengalami kerugian? Jika kau masih saja bertindak semaumu sendiri maka sebaiknya kau turun saja dari posisi itu dan kembalilah ke Amerika. Selesaikan masalah pembelian pertanian secepatnya! Aku akan memberimu waktu 15 hari. Dalam 15 hari jika kau masih belum menyelesaikannya dan pembangunan tak bisa dimulai maka aku tidak ingin melihatmu lagi,” ancam Kim Hong panjang lebar.
“Abeoji...” Kim Jae Ha ingin mengatakan sesuatu namun Kim Hong memotongnya sekali lagi.
“Aku tidak bercanda dengan apa yang kukatakan. Karena ibumu sudah tidak ada lagi di dunia ini, aku tidak punya alasan untuk berurusan denganmu. Waktumu hanya 15 hari. Lebih baik kau melakukan apa yang kuperintahkan. Aku mengadopsimu dan membesarkanmu selama ini, inikah balasan yang kau berikan padaku?” ujar Kim Hong sebelum melangkah keluar dari ruangan Kim Jae Ha. Dia mengancam sekaligus mengungkit jasanya yang telah mengadopsi Kim Jae Ha.
(Jadi Kim Jae Ha ini hanya anak angkat mendiang ibu kandung
Tae Hee dan suami barunya. Karena ibu kandung Tae Hee selalu merindukan anak
laki-lakinya, jadi demi melihat sang istri gembira, sang suami baru akhirnya
mencarikan solusi lain yaitu dengan mengadopsi anak laki-laki yang seumuran
dengan Tae Hee atau setidaknya setahun lebih tua darinya untuk dijadikan
pengganti Tae Hee. Jadi intinya di mata ibu kandung Tae Hee, Kim Jae Ha adalah
pengganti Tae Hee. Kasian juga kalau dilihat-lihat. Diangkat anak dan gak
disayang pula >_< Ini semua salah si Nenek biang keroknya, Cuma dia
biarin ibunya bawa Tae Hee nikah lagi, gak bakal ada dua anak yang tersakiti
seperti ini. Tae Hee gak pernah merasakan kasih sayang Ibu kandungnya hingga
ibu kandungnya meninggal dan selalu hidup dalam kepura-puraan : pura-pura bahagia,
pura-pura kuat; sementara Kim Jae Ha hanya menjalani hidup sebagai pengganti
seseorang, yang mana kasih sayang ibu angkatnya juga gak tulus padanya dan ayah
angkatnya gak sayang >_< Gara-gara keegoisan si Nenek, dua hati tersakiti
T_T)
Ja Eun menunggu dengan cemas di luar kantor Kim Jae Ha dan setelah melihat Kim Hong pergi meninggalkan ruangan Kim Jae Ha, dia pun kembali masuk ke dalam setelah mengetuk pintunya.
Ja Eun menunggu dengan cemas di luar kantor Kim Jae Ha dan setelah melihat Kim Hong pergi meninggalkan ruangan Kim Jae Ha, dia pun kembali masuk ke dalam setelah mengetuk pintunya.
Kim Jae Ha tampak berdiri di depan jendela seraya memandang
ke luar jendela kantornya saat Ja Eun melangkah masuk dengan ekspresi cemas dan
iba di wajahnya.
“Kau datang? Baiklah. Ayo kita lanjutkan meetingnya. Sampai di mana kita tadi?” tanya Kim Jae Ha, berpura-pura baik-baik saja. Dia kemudian duduk kembali di kursi tempat di mana mereka sebelumnya memulai meeting sebelumnya.
“Di mana Sutradara Yang?” tanya Kim Jae Ha pada Ja Eun.
“Sutradara Yang mengatakan kalau dia mendapat telepon dari rumah dan itu adalah sesuatu yang penting. Dia memintaku untuk menyampaikan permintaan maafnya,” sahut Ja Eun menjelaskan.
“Benarkah? Kalau begitu, kita lanjutkan meetingnya berdua saja,” ujar Kim Jae Ha. Ja Eun mengatakan “Ya” dan kemudian duduk di hadapannya.
Ja Eun hanya diam menunggu Kim Jae Ha membuka meetingnya, namun Kim Jae Ha yang sedang suntuk tampak tak fokus dan bahkan tidak mengingat apa hal yang terakhir kali mereka bicarakan.
“Tidak bisa. Ini tidak akan berhasil. Kita istirahat dulu. Aku tidak bisa konsentrasi,” pinta Kim Jae Ha yang masih hilang fokus seraya memegangi kepalanya.
“Aku minta maaf. Ini semua salahku. CEO Kim tampak sangat marah karena masalah pertanianku, kan?” tanya Ja Eun lirih, dengan raut wajah bersalah.
“Kau datang? Baiklah. Ayo kita lanjutkan meetingnya. Sampai di mana kita tadi?” tanya Kim Jae Ha, berpura-pura baik-baik saja. Dia kemudian duduk kembali di kursi tempat di mana mereka sebelumnya memulai meeting sebelumnya.
“Di mana Sutradara Yang?” tanya Kim Jae Ha pada Ja Eun.
“Sutradara Yang mengatakan kalau dia mendapat telepon dari rumah dan itu adalah sesuatu yang penting. Dia memintaku untuk menyampaikan permintaan maafnya,” sahut Ja Eun menjelaskan.
“Benarkah? Kalau begitu, kita lanjutkan meetingnya berdua saja,” ujar Kim Jae Ha. Ja Eun mengatakan “Ya” dan kemudian duduk di hadapannya.
Ja Eun hanya diam menunggu Kim Jae Ha membuka meetingnya, namun Kim Jae Ha yang sedang suntuk tampak tak fokus dan bahkan tidak mengingat apa hal yang terakhir kali mereka bicarakan.
“Tidak bisa. Ini tidak akan berhasil. Kita istirahat dulu. Aku tidak bisa konsentrasi,” pinta Kim Jae Ha yang masih hilang fokus seraya memegangi kepalanya.
“Aku minta maaf. Ini semua salahku. CEO Kim tampak sangat marah karena masalah pertanianku, kan?” tanya Ja Eun lirih, dengan raut wajah bersalah.
“Kau benar. CEO sangat marah. Tidak usah kau pedulikan. Dan juga tidak perlu memasang wajah seperti itu. Ini adalah keputusanku sendiri dan kau tidak perlu menyalahkan dirimu sendiri untuk itu. Kita istirahat sebentar. Setelah aku cukup tenang, aku akan turun dan pergi ke ruanganmu. Kau tunggu saja aku di ruanganmu,” ujar Kim Jae Ha akhirnya. Meminta waktu untuk menenangkan diri dan juga pikirannya untuk sesaat.
Setelah Ja Eun pergi, Kim Jae Ha yang seorang diri di ruangannya teringat kembali dengan ancaman sang ayah, “Karena ibumu sudah tidak ada lagi di dunia ini, aku tidak punya alasan untuk berurusan denganmu. Aku mengadopsimu dan membesarkanmu selama ini, inikah balasan yang kau berikan padaku?”
Beberapa waktu kemudian, Kim Jae Ha yang merasa sudah tenang, turun ke bawah dan menemui Ja Eun di ruangannya. Di sana, ternyata Ja Eun sudah menyiapkan layar monitor besar dan juga banyak makanan dan minuman. Ja Eun mengubah ruangannya menjadi sebuah bioskop mini dalam waktu sekejap.
Sama seperti saat Kim Jae Ha mencoba menghiburnya saat dia
menangisi Tae Hee yang terluka di EP 29, sekarang giliran Ja Eun yang membalas
budi dengan menghibur Kim Jae Ha dengan cara yang sama. Nonton film untuk
melampiaskan kegundahan dan kesedihannya.
“Ada banyak pilihan film komedi yang bisa kau pilih, aku jamin semuanya bisa membuatmu tertawa hingga perutmu kaku. Apa yang ingin kau tonton? Aku akan menyediakan layanan khusus untukmu hari ini, mulai dari memutar filmnya hingga menyediakan semua makanan dan minumannya,” ujar Ja Eun dengan ceria dan berakting imut agar Kim Jae Ha tertawa.
Kim Jae Ha tersenyum melihat semua usaha yang dilakukan Ja
Eun untuk menghiburnya, dia bisa melihat ketulusan yang terpancar di mata gadis
itu. Dia memilih satu kaleng minuman sebagai tanda terima kasihnya.
“Oh, kau tersenyum? Apa aku berhasil menghiburmu?” tanya Ja Eun antusias, terlihat gembira karena usahanya berhasil membuat Kim Jae Ha tersenyum.
“Ya, kau berhasil,” sahut Kim Jae Ha tulus dengan tatapan berterima kasih.
“Aku lega mendengarnya. Tapi kau tidak seharusnya langsung bekerja saat ini juga. Istirahatlah sebentar. Paling tidak tontonlah satu film dulu untuk menyegarkan pikiranmu. Pilihlah satu. Kau juga bisa pilih dua jika kau mau, aku akan menemanimu menontonnya,” ujar Ja Eun dengan ceria.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi nonton bioskop saja? Anggap saja ini adalah kencan pertama kita. Kau tidak bisa menolakku kali ini. Kau lihat sendiri bagaimana aku sangat frustasi, kan?” ajak Kim Jae Ha, mengajak Ja Eun berkencan dan menggunakan alasan dia frustasi agar gadis itu tak bisa menolak. (Waduh, kalau Tae Hee tahu, bisa-bisa baku hantam lagi dah >_<)
“Oh, kau tersenyum? Apa aku berhasil menghiburmu?” tanya Ja Eun antusias, terlihat gembira karena usahanya berhasil membuat Kim Jae Ha tersenyum.
“Ya, kau berhasil,” sahut Kim Jae Ha tulus dengan tatapan berterima kasih.
“Aku lega mendengarnya. Tapi kau tidak seharusnya langsung bekerja saat ini juga. Istirahatlah sebentar. Paling tidak tontonlah satu film dulu untuk menyegarkan pikiranmu. Pilihlah satu. Kau juga bisa pilih dua jika kau mau, aku akan menemanimu menontonnya,” ujar Ja Eun dengan ceria.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita pergi nonton bioskop saja? Anggap saja ini adalah kencan pertama kita. Kau tidak bisa menolakku kali ini. Kau lihat sendiri bagaimana aku sangat frustasi, kan?” ajak Kim Jae Ha, mengajak Ja Eun berkencan dan menggunakan alasan dia frustasi agar gadis itu tak bisa menolak. (Waduh, kalau Tae Hee tahu, bisa-bisa baku hantam lagi dah >_<)
Di suatu tempat, di saat yang bersamaan, Hwang Tae Hee tampak berada di dalam mobil bersama Seo Dong Min. Kali ini, Dong Min-lah yang mengemudi. Tapi Tae Hee terlihat galau, wajahnya tampak muram sedari tadi, awan mendung seolah sedang menyelimuti Tae Hee saat ini.
(Tae Hee tampaknya takkan sanggup menunggu hingga 3 hari seperti saran Tae Phil. Belum satu hari aja, Tae Hee uda galau mampus dan kangen Ja Eun serta ingin menghubungi gadis itu saat ini. Sanggupkah sok jual mahal dan nunggu hingga 3 hari seperti saran Tae Phil? I’m not sure xixixi ^^)
“Hyung, apa kau sedang menunggu telepon dari seseorang?” tanya Dong Min dengan senyuman menggoda.
“Tidak. Kenapa?” sangkal Tae Hee, namun ekspresinya yang terlihat muram seperti akan terjadi badai besar, menunjukkan sebaliknya.
(Hadeh, pak polisi satu ini sukanya denial ckckck... Ngaku aja napa! Wajahmu uda keliatan banget, ditekuk mulu dari tadi, keliatan lesu, lunglai, gak semangat, galau to the max >_< Untuk yang pertama kalinya, Tae Hee yang selama 20 tahun hidupnya selalu sukses berpura-pura dan menyembunyikan perasaannya dari semua orang, kini gagal menyembunyikan perasaan cintanya pada Ja Eun. Semuanya terbaca dengan jelas dari raut wajahnya bagaikan sebuah buku ^^)
“Karena kau memeriksa ponselmu setiap beberapa menit. Apa kau sadar kau sudah melakukan itu sejak tadi?” ujar Dong Min, sambil tersenyum menggodanya, mungkin lucu bagi Dong Min melihat Tae Hee yang biasanya tegas dan garang mendadak jadi galau to the max.
“Fokuslah saat sedang menyetir!” tegur Tae Hee tegas, mengalihkan pembicaraan.
“Ya,” sahut Dong Min singkat namun tersenyum mengerti.
Di dalam gedung bioskop, Kim Jae Ha tampak duduk menunggu Ja Eun yang sedang pergi membeli tiket dan makanan untuk mereka, saat tiba-tiba saja ponsel Ja Eun berdering. Nama “Tae Hee Ahjussi” diikuti dengan tiga symbol “love” muncul di layar.
(Nah, kan? Tae Hee udah gak kuat hahaha ^_^ Dia uda keburu
kangen pengen dengar suara Ja Eun, padahal baru setengah hari berjalan. Gak
bakal bisalah nunggu 3 hari jaga jarak dan pura-pura jual mahal biar Ja Eun
ngejar. Ja Eun bukan Lee Seung Mi si cewek ganjen, ya! Dia anti mengejar pria.
See? Pada akhirnya Tae Hee-lah yang telepon Ja Eun duluan xixixi ^^)
Kim Jae Ha yang mendengar ponsel Ja Eun terus berdering, berinisiatif untuk mengangkatnya, “Yoboseyo? Yoboseyo? Yoboseyo? Bicaralah Hwang Gyeonghwi-nim,” ujar Kim Jae Ha dari Seberang saluran.
Alih-alih mendengar suara Ja Eun, Tae Hee justru mendengar suara Kim Jae Ha yang menjawab telepon darinya. Tae Hee yang saat itu berada di tengah tangga, seketika menghentikan langkahnya dan ekspresi kecemburuan dan kekesalan tampak lagi di sana.
“Kenapa kau yang mengangkat teleponnya?” tanya Tae Hee dengan dingin dan kesal, menggunakan bahasa informal (banmal) seolah Kim Jae Ha lebih muda darinya.
“Kenapa kau bicara seperti itu padaku? Aku adalah Hyungmu,” sahut Kim Jae Ha di ponsel Ja Eun, membuat Tae Hee semakin kesal mendengarnya.
“Kenapa kau yang mengangkat teleponnya? Cepat berikan pada Ja Eun!” seru Tae Hee dengan cemburu dan marah, dia menaikkan nada suaranya setengah oktaf.
“Karena kau memeriksa ponselmu setiap beberapa menit. Apa kau sadar kau sudah melakukan itu sejak tadi?” ujar Dong Min, sambil tersenyum menggodanya, mungkin lucu bagi Dong Min melihat Tae Hee yang biasanya tegas dan garang mendadak jadi galau to the max.
“Fokuslah saat sedang menyetir!” tegur Tae Hee tegas, mengalihkan pembicaraan.
“Ya,” sahut Dong Min singkat namun tersenyum mengerti.
Di dalam gedung bioskop, Kim Jae Ha tampak duduk menunggu Ja Eun yang sedang pergi membeli tiket dan makanan untuk mereka, saat tiba-tiba saja ponsel Ja Eun berdering. Nama “Tae Hee Ahjussi” diikuti dengan tiga symbol “love” muncul di layar.
Kim Jae Ha yang mendengar ponsel Ja Eun terus berdering, berinisiatif untuk mengangkatnya, “Yoboseyo? Yoboseyo? Yoboseyo? Bicaralah Hwang Gyeonghwi-nim,” ujar Kim Jae Ha dari Seberang saluran.
Alih-alih mendengar suara Ja Eun, Tae Hee justru mendengar suara Kim Jae Ha yang menjawab telepon darinya. Tae Hee yang saat itu berada di tengah tangga, seketika menghentikan langkahnya dan ekspresi kecemburuan dan kekesalan tampak lagi di sana.
“Kenapa kau yang mengangkat teleponnya?” tanya Tae Hee dengan dingin dan kesal, menggunakan bahasa informal (banmal) seolah Kim Jae Ha lebih muda darinya.
“Kenapa kau bicara seperti itu padaku? Aku adalah Hyungmu,” sahut Kim Jae Ha di ponsel Ja Eun, membuat Tae Hee semakin kesal mendengarnya.
“Kenapa kau yang mengangkat teleponnya? Cepat berikan pada Ja Eun!” seru Tae Hee dengan cemburu dan marah, dia menaikkan nada suaranya setengah oktaf.
“Bila aku bisa memberikan ini padanya, sudah kuberikan ini sedari tadi. Kami berdua sedang menonton film di bioskop. Apa kau sibuk, Inspektur Hwang?” tanya Kim Jae Ha, tampak sengaja memanasi Tae Hee yang tentu saja semakin kebakaran jenggot mendengar kabar bahwa Ja Eun dan Kim Jae Ha sedang nonton bioskop berdua.
“MWO (APA)?” seru Tae Hee dengan kecemburuan yang sudah ada di ubun-ubun.
“Yoboseyo? Yoboseyo?” seru Tae Hee di ponselnya saat teleponnya terputus. Dia mencoba menelpon nomor Ja Eun sekali lagi, tapi kali ini Kim Jae Ha menolak panggilan itu dan membuat Tae Hee semakin kalang kabut. Dia berlari menuruni tangga dengan secepat kilat. (Hahaha ^^ Kalang kabut dan kebakaran jenggot ya karena teleponnya direject. But the jealous Tae Hee is so cute ^^)
“Terima kasih. Seharusnya kita memeriksa lebih dulu jadwal tayang filmnya sebelum kita datang kemari, jadi kita tidak perlu menunggu terlalu lama,” ujar Kim Jae Ha. Sepertinya film yang akan mereka tonton baru akan ditayangkan satu atau dua jam kemudian.
“Kalau begitu, bagaimana kalau kita lanjutkan meetingnya di sini?” tanya Ja Eun dengan antusias.
“Kau masih ingin bekerja di sana kita akhirnya pergi berkencan?” tanya Kim Jae Ha dengan kecewa.
“Maaf atas semua yang terjadi di kebun binatang. Aku menempatkanmu dalam posisi yang sulit, kan?” ujar Ja Eun dengan tidak enak hati.
“Tidak. Kenapa kau yang harus meminta maaf padaku?” tanya Kim Jae Ha heran.
“Karena dia adalah pria yang kusukai. Inspektur Hwang adalah pria yang kusukai,” jawab Ja Eun dengan tersenyum malu-malu. Itu sebabnya, dia meminta maaf atas nama Tae Hee karena Tae Hee melakukan semua kekonyolan di kebun binatang saat itu karena Tae Hee ingin bertemu dengannya.
“Aku tahu,” sahut Kim Jae Ha dengan kecewa.
“Kau tahu? Kupikir kau tidak tahu,” ujar Ja Eun dengan malu-malu karena seseorang mengetahui perasaannya. Orang lain bahkan bisa lihat tapi Tae Hee-nya sendiri malah gak bisa lihat ckckck...
“Bagaimana mungkin aku tidak tahu bila semua itu sudah terlihat dari ekspresi wajahmu? Terakhir kali saat di kebun binatang, saat Inspektur Hwang muncul, apakah kau tidak tahu bagaimana kau berubah menjadi seperti orang lain?” Kim Jae Ha balik bertanya.
“Aku? Benarkah? Kupikir aku tidak seperti itu,” sahut Ja Eun tak percaya.
“Kau pasti tidak menyadarinya,” sahut Kim Jae Ha seraya meminum kopinya.
Ja Eun menyentuh pipinya sendiri dan menepuk-nepuk pipinya dengan malu-malu seraya bertanya lagi, “Apa terlihat sangat jelas?” tanya Ja Eun dengan tersipu.
“Demi Tuhan, apa yang kau sukai darinya?” sahut Kim Jae Ha dengan tatapan tak percaya, seraya kembali meminum kopi di gelasnya.
Ja Eun menggeleng pelan, “Aku tidak tahu. Hanya saja, tubuhku bereaksi lebih dulu saat melihatnya,” jawab Ja Eun malu-malu. Jawaban ambigu yang membuat Kim Jae Ha menyemburkan kopinya dan tersedak saat mendengarnya.
“Tubuhmu bereaksi lebih dulu?” ulang Kim Jae Ha dengan shock. Dia memikirkan sesuatu yang mesum karena jawaban Ja Eun yang selalu absurd dan ngambang. Ja Eun nih ya, emang jago bikin orang bingung sama statementnya yang absurd dan ambigu >_< Bikin orang salah paham mulu.
“Ya. Jantungku berdebar kencang setiap kali aku melihatnya,” jelas Ja Eun dengan ekspresi wajah yang polos.
Mendengar ucapan Ja Eun, Kim Jae Ha memasang ekspresi seperti, “Oalah, jantung toh bagian tubuh yang kamu maksud? Ngomong yang jelas toh, Markonah! Bikin orang salah paham aja, kirain bagian tubuh yang mana?”
Tak lama kemudian, orang yang mereka bicarakan, Hwang Tae Hee tampak menelpon ponsel Ja Eun sekali lagi. Kali ini Ja Eun sendiri yang mengangkatnya.
“Kau di mana sekarang?” tanya Tae Hee dengan nada tak sabar.
“Di sini. Di bioskop,” sahut Ja Eun dengan polos.
“Maksudku adalah apa nama bioskopnya?” ujar Tae Hee, memperjelas pertanyaannya.
“Di sini, Poodle Cinema,” sahut Ja Eun seraya membaca nama bioskop di depannya.
“Aku tahu,” sahut Tae Hee yang langsung memutus sambungan
teleponnya dan segera meluncur ke sana. (Sudah pasti dengan sifatnya Tae Hee
yang cemburuan, dia pasti akan segera meluncur ke sana dan menghalangi “kencan”
Ja Eun dan Kim Jae Ha ^^)
Tanpa pikir panjang, Tae Hee segera menghampiri mereka berdua. Ja Eun tampak kaget saat melihat Tae Hee tiba-tiba berdiri di hadapannya.
“Ahjussi,” panggil Ja Eun dengan terkejut.
Tapi Ja Eun menarik kembali tangannya lepas, “Ahjussi, tunggu sebentar,” ujar Ja Eun, penolakannya membuat Tae Hee semakin geram.
“Aku bilang ayo kita pergi. Ayo pergi dan bicara,” ajak Tae Hee sekali lagi.
“Ahjussi,” ujar Ja Eun seraya menatap Kim Jae Ha dengan tak enak hati.
Menyadari Ja Eun menolak pergi karena Kim Jae Ha, Tae Hee menatap Kim Jae Ha sinis sekilas sebelum kembali menatap Ja Eun lagi dan berkata sekali lagi, “Kenapa kau tidak mendengarkan aku saat aku bilang ayo pergi?” ujar Tae Hee, menuntut jawaban, dengan nada memerintah.
“Jangan bicara seperti itu padanya. Karena akupun bahkan tidak pernah bicara seperti itu pada Ja Eun-ku,” ujar Kim Jae Ha, tampak membela Ja Eun namun kalimatnya justru malah memprovokasi Tae Hee.
(Maksud Kim Jae Ha adalah jangan bicara pada Ja Eun dengan nada memerintah, karena dia yang bosnya Ja Eun aja gak pernah gitu. Tapi fokus Tae Hee justru pada kata "Ja Eun-ku" yang Kim Jae Ha ucapkan ^^)
Mendengar kata “Ja Eun-ku” diucapkan oleh Kim Jae Ha, membuat Tae Hee yang sudah dilanda kecemburuan menjadi semakin marah dan kesal.
“MWO (APA)?” seru Tae Hee dengan tatapan membunuh dan kesabarannya yang sudah
terkikis habis. Tae Hee be like : "Siapa yang Ja Eun-mu? Sejak kapan dia jadi Ja Eun-mu?"
“Pergilah jika kau ingin pergi, Ja Eun-ssi. Aku bisa melihat Inspektur Hwang sudah siap memukulku sekarang jika aku terus memprovokasinya. Kencan hari ini berakhir di sini. Terima kasih untuk hari ini,” ujar Kim Jae Ha dengan sopan pada Ja Eun.
Lain di mulut, lain di hati. Kim Jae Ha jelas-jelas mengatakan kalau Hwang Tae Hee sudah siap memukulnya jika dia terus memprovokasi, tapi Kim Jae Ha justru mencoba memprovokasi Tae Hee sekali lagi dan menguji batas kesabarannya yang terakhir dengan mencoba memeluk Ja Eun tepat di depan mata Tae Hee.
(Katanya gak mau memprovokasi, mas bro, lah kok malah sengaja pengen peluk Ja Eun di depan Tae Hee sih? Uda tahu kalau menyangkut Ja Eun, kesabarannya Tae Hee setipis tissue dibagi dua. Nah ini malah kayak sengaja menyiram bensin ke dalam api. Kalau dihajar, jangan salahkan Tae Hee, ya. Kamu yang sengaja memprovokasi soalnya *jitak Kim Jae Ha*)
Tae Hee yang melihat Kim Jae Ha hampir memeluk gadis yang dia cintai, spontan menarik tubuh Kim Jae Ha sebelum dia sempat memeluk gadis itu dan menghajar Kim Jae Ha dengan penuh emosi hingga membuatnya jatuh ke lantai dengan keras.
(Nah kan dihajar Tae Hee! Siapa suruh sengaja memprovokasi? Kamu sih yang cari gara-gara, Kim Jae Ha >_< Uda tahu kalau Tae Hee cinta sama Ja Eun, eh malah ayangnya mau dipeluk -__-)
Melihat Kim Jae Ha tersungkur, Ja Eun spontan menahan Tae Hee dan menghentikan terjadinya baku hantam untuk yang ke sekian kalinya.
“Ahjussi!” seru Ja Eun melerai, seraya memegangi tubuh Tae Hee.
Mendengar kata “Ja Eun-ku” diucapkan oleh Kim Jae Ha, membuat Tae Hee yang sudah dilanda kecemburuan menjadi semakin marah dan kesal.
“Pergilah jika kau ingin pergi, Ja Eun-ssi. Aku bisa melihat Inspektur Hwang sudah siap memukulku sekarang jika aku terus memprovokasinya. Kencan hari ini berakhir di sini. Terima kasih untuk hari ini,” ujar Kim Jae Ha dengan sopan pada Ja Eun.
Lain di mulut, lain di hati. Kim Jae Ha jelas-jelas mengatakan kalau Hwang Tae Hee sudah siap memukulnya jika dia terus memprovokasi, tapi Kim Jae Ha justru mencoba memprovokasi Tae Hee sekali lagi dan menguji batas kesabarannya yang terakhir dengan mencoba memeluk Ja Eun tepat di depan mata Tae Hee.
(Katanya gak mau memprovokasi, mas bro, lah kok malah sengaja pengen peluk Ja Eun di depan Tae Hee sih? Uda tahu kalau menyangkut Ja Eun, kesabarannya Tae Hee setipis tissue dibagi dua. Nah ini malah kayak sengaja menyiram bensin ke dalam api. Kalau dihajar, jangan salahkan Tae Hee, ya. Kamu yang sengaja memprovokasi soalnya *jitak Kim Jae Ha*)
Tae Hee yang melihat Kim Jae Ha hampir memeluk gadis yang dia cintai, spontan menarik tubuh Kim Jae Ha sebelum dia sempat memeluk gadis itu dan menghajar Kim Jae Ha dengan penuh emosi hingga membuatnya jatuh ke lantai dengan keras.
(Nah kan dihajar Tae Hee! Siapa suruh sengaja memprovokasi? Kamu sih yang cari gara-gara, Kim Jae Ha >_< Uda tahu kalau Tae Hee cinta sama Ja Eun, eh malah ayangnya mau dipeluk -__-)
Melihat Kim Jae Ha tersungkur, Ja Eun spontan menahan Tae Hee dan menghentikan terjadinya baku hantam untuk yang ke sekian kalinya.
“Ahjussi!” seru Ja Eun melerai, seraya memegangi tubuh Tae Hee.
Tae Hee menatap Ja Eun yang kini menatapnya kesal, kemudian melemparkan kembali tatapannya ke arah Kim Jae Ha, yang sudah berdiri dan tampak ingin menantangnya baku hantam.
“Ahjussi!” panggil Ja Eun sekali lagi, mencoba mengembalikan
perhatian Tae Hee padanya. Mereka bertatapan selama beberapa saat sebelum
akhirnya Ja Eun berjalan pergi melewati Tae Hee seraya menyenggol lengannya
dengan sengaja. Tae Hee tampak termangu sesaat ketika Ja Eun pergi
meninggalkannya sekali lagi seperti kemarin siang.
Namun kali ini, Tae Hee tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. Alih-alih meladeni tantangan Kim Jae Ha untuk baku hantam dan mengabaikan ucapan Ja Eun, kini Tae Hee memilih mengabaikan Kim Jae Ha dan mengejar Ja Eun yang berjalan pergi dengan kesal.
Secepat kilat Tae Hee berlari mengejar Ja Eun yang berjalan dengan cepat karena merasa marah dan kesal melihat sikap Tae Hee yang kekanakan. Tae Hee berjalan mengikuti Ja Eun dan mencoba mengejar langkahnya.
“Ayo kita bicara! Aku bilang kita harus bicara!” seru Tae Hee seraya mengikuti Ja Eun dari belakang, namun Ja Eun tak mau menghentikan langkahnya dan terus berjalan dengan acuh.
Tak punya pilihan, Tae Hee berlari menghampiri Ja Eun dan menarik lengannya, “Aku bilang ayo bicara!”
Ja Eun yang masih kesal dan marah, spontan menghempaskan genggaman Tae Hee di lengannya dan berkata dengan dingin, “Lepaskan aku!”
“Aku tidak tahu kau orang yang seperti ini,” lanjut Ja Eun dengan ekspresi kecewa.
“Aku? Orang seperti apa aku ini?” Tae Hee balik bertanya. Dia tampak ingin tahu seperti apa dia di mata Ja Eun.
“Kasar, pemarah, berpikiran sempit, menyedihkan, kekanakan dan egois. Aku sama sekali tidak tahu apa yang kau pikirkan,” sahut Ja Eun dengan kecewa.
“Kenapa aku seperti ini? Kau pikir karena siapa aku seperti ini?” Tae Hee balik bertanya dengan raut putus asa.
Tae Hee memalingkan wajahnya sejenak sebelum akhirnya kembali menatap Ja Eun dan mengatakan apa yang mengganggu pikirannya selama ini.
“Kau mengatakan kalimat itu, apa artinya? ‘Ya, ayo pergi’. Apa artinya itu?” tanya Tae Hee, akhirnya mengutarakan apa yang mengganggu pikirannya dan membuatnya bertingkah konyol seperti ini.
“Jika seseorang mengungkapkan perasaannya padamu, setidaknya kau harus menjawabnya dengan ‘Ya’ atau ‘tidak’ jadi aku bisa mengerti. Selain itu, aku tidak mengerti apa pun selain ‘Ya’ dan ‘Tidak’. Kau setidaknya harus membiarkan aku tahu apa maksudmu! Kenapa kau harus membuatku jadi gila?” ujar Tae Hee dengan putus asa.
“Aku tidak ingin menjadi gila lagi dan aku juga sudah
mempersiapkan diri. Jadi cepat jawab aku! Aku bilang aku sudah siap. Cepat
jawab aku! Jawab aku!” ujar Tae Hee, menuntut jawaban dari pengakuan cintanya
malam itu. (Tae Hee be like : “Jangan kau gantung hatiku ini dengan harapan
yang tak pasti. Quit playing games with my heart! I should’ve known from the
start....”)
Setelah mendengarkan kalimat panjang dari Tae Hee, Ja Eun akhirnya mulai menanggapi, “Ahjussi, apa kau bodoh? Kenapa menurutmu aku ingin kembali ke pertanian? Walaupun aku mati, aku tidak akan memaafkan Ahjumma. Kenapa aku harus memaafkan Ahjumma? Aku harus memaafkan Ahjumma agar aku bisa bertemu denganmu lagi. Aku kembali ke pertanian agar aku bisa melihatmu lagi. Bagaimana bisa aku mengatakan itu dengan ‘Ya’ atau ‘Tidak’ agar kau bisa mengerti?” sahut Ja Eun, mengungkapkan perasaannya dan alasan kenapa dia kembali ke pertanian dan menolak menjual Ojakgyo Farm.
Setelah mendengarkan kalimat panjang dari Tae Hee, Ja Eun akhirnya mulai menanggapi, “Ahjussi, apa kau bodoh? Kenapa menurutmu aku ingin kembali ke pertanian? Walaupun aku mati, aku tidak akan memaafkan Ahjumma. Kenapa aku harus memaafkan Ahjumma? Aku harus memaafkan Ahjumma agar aku bisa bertemu denganmu lagi. Aku kembali ke pertanian agar aku bisa melihatmu lagi. Bagaimana bisa aku mengatakan itu dengan ‘Ya’ atau ‘Tidak’ agar kau bisa mengerti?” sahut Ja Eun, mengungkapkan perasaannya dan alasan kenapa dia kembali ke pertanian dan menolak menjual Ojakgyo Farm.
Ja Eun yang tampak terkejut dengan tindakan Tae Hee yang di luar prediksinya spontan mendorongnya mundur. Tae Hee tampak kecewa saat Ja Eun mendorongnya pergi. Namun bukan Tae Hee namanya kalau dia menyerah begitu saja. Dia tampak mengatur napasnya sejenak seraya menatap Ja Eun dengan penuh cinta sebelum mulai melangkah menghampiri Ja Eun sekali lagi.
Karena dia sudah mengetahui perasaan Ja Eun padanya, jadi kini Tae Hee sudah memutuskan bahwa tidak peduli apa pun yang terjadi, Tae Hee akan tetap berjalan maju ke arah Ja Eun dan takkan pernah melepaskannya lagi. Mulai saat ini, dia akan menggenggam Ja Eun erat-erat dan takkan pernah membiarkannya pergi. ‘I will never let you go! Not anymore! Not now! Not forever!’
Dan memang itulah yang dilakukan Tae Hee saat ini. Tak
peduli walau Ja Eun telah mendorongnya pergi, Tae Hee tetap melangkah menghampiri
gadis itu, tatapan matanya saat mencoba menghampiri Ja Eun menyiratkan kesan, “Aku
akan mengejarmu walau sampai ke ujung dunia sekali pun! Jangan pikir kau bisa
lari dariku.”
Setiap kali Tae Hee berjalan maju satu langkah ke arahnya,
Ja Eun yang masih shock berjalan mundur satu langkah. Namun tidak peduli sejauh
apa Ja Eun ingin pergi, Tae Hee tetap akan mengejarnya dan tidak akan
melepaskannya lagi kali ini. Tae Hee tetap berjalan ke arah Ja Eun dengan
langkah yang mantap dan tidak goyah sedikitpun, seolah-olah Ja Eun adalah
tujuan utama hidup Tae Hee mulai saat ini.
Mereka terus berjalan maju dan mundur seperti itu hingga Tae
Hee akhirnya berkata, “FREEZE!” untuk menghentikan langkah Ja Eun. Dan ajaibnya
Ja Eun benar-benar mendengarkan ucapan Tae Hee dan menghentikan langkahnya
seraya menatap Tae Hee dengan hati berdebar kencang.
Melihat Ja Eun mendengarkan ucapannya dan berhenti berjalan mundur, Tae Hee tidak menyia-nyiakan kesempatan ini dan segera berlari ke arah gadis itu dan menciumnya sekali lagi. Kali ini dengan lembut dan bukan dengan paksaan. Tae Hee menganggap bahwa diamnya Ja Eun adalah ijin baginya untuk mencium gadis itu sekali lagi dan sebagai tanda diresmikannya hubungan mereka.
Tae Hee meraih wajah Ja Eun dengan kedua tangannya dan menciumnya dengan lembut dan penuh perasaan, seolah Tae Hee ingin menunjukkan perasaannya yang mendalam melalui ciuman itu.
Ja Eun yang awalnya membuka matanya terkejut karena Tae Hee menciumnya untuk yang kedua kalinya, perlahan memejamkan matanya dan menerima ciuman itu. Tangannya yang awalnya terkepal dan ingin mendorong Tae Hee mundur pun perlahan terurai dan dia membiarkan Tae Hee melakukan apa yang pria itu inginkan.
Mereka berciuman cukup lama diiringi dengan latar belakang bunga-bunga musim gugur yang menjadi saksi bersatunya kisah cinta yang manis antara dua insan dengan kepribadian yang berbeda, yang ditakdirkan bersama agar bisa saling menyembuhkan luka di hati mereka.
Cut Scene :
1. Hwang Tae Hee and Hwang Tae Phil Scene :
1. Hwang Tae Hee and Hwang Tae Phil Scene :
2. Cinema Scene :
3. Hwang Tae Hee and Baek Ja Eun's First Kissing Scene :
Tae Hee langsung nyosor aja karena uda gak bisa menahan perasaannya lebih lama lagi. Dia sudah menunggu sangat lama agar bisa mendengar kalimat itu keluar dari mulut Ja Eun. Jadi begitu Ja Eun mengungkapkan perasaannya, yang ada dalam pikiran Tae Hee hanya satu yaitu mencium gadis itu untuk melampiaskan kebahagiaannya karena perasaannya telah terbalas.
Pria yang jatuh cinta sepenuhnya dikendalikan oleh perasaan.
Tae Hee tidak berpikir bahwa responnya yang di luar dugaan membuat Ja Eun
terkejut. Nih babang polisi udah menahan kerinduan selama 10 episode saat Ja
Eun marah dan memintanya menjauhi gadis itu. Tae Hee udah sangat desperate, dia
hampir gila karena cinta, dia hampir gila karena merasa hatinya digantung dan
dipermainkan oleh Ja Eun selama ini, ditarik ulur seperti layangan, jadi tentu
saja respon Tae Hee pun bisa dibilang sangat wajar.
Dia merindukan Ja Eun, sangat, dan dia sangat ingin memiliki Ja Eun untuk dirinya sendiri sekarang. Dia hanya ingin Ja Eun hanya menatapnya, selalu bersamanya dan berada di sisinya sepanjang waktu. So, walaupun responnya dengan tiba-tiba nyosor kayak gini terkesan gak gentleman, tapi aku bisa memahami perasaan Tae Hee. Tae Hee yang selama ini selalu malu-malu dan tidak bisa mengekspresikan perasaannya sendiri, tentu saja dia pun harus memiliki keberanian besar saat ingin mencium gadis yang dia cintai.
Bagiku ini adalah adegan ciuman yang romantis, walau tidak
ada adegan kokop-mengkokop alias Hot Kiss Scene seperti dalam serial drama
korea belakangan ini (walaupun Joo Won adalah ahlinya untuk itu), namun adegan ciuman ini sangat pas dan sesuai dengan karakter
mereka masing-masing.
Jangan lupa, Hwang Tae Hee tak pernah pacaran sebelumnya, Baek Ja Eun adalah cinta pertama, cinta terakhir dan sekaligus satu-satunya cinta dalam hidup Tae Hee, jadi sudah tentu dia tak pernah berciuman sebelumnya. Sebagai seorang pria lajang yang sudah membujang selama 30 tahun sejak dia lahir, sudah jelas tidak mungkin dia tahu bagaimana cara berciuman dengan menggairahkan (French Kiss atau apalah itu namanya). Ini adalah ciuman pertamanya dengan seorang gadis, terlebih lagi gadis yang dia cintai.
Ditambah lagi Tae Hee adalah seorang introvert, dia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya dengan benar. Dan ciuman inipun terjadi semata-mata karena instingnya mengambil alih, sebagai respon karena dia terlalu merindukan Baek Ja Eun, terlalu menginginkannya dan terlalu bahagia karena mengetahui perasaannya terbalas. Tak ada lagi reaksi lain yang terpikirkan oleh Tae Hee selain mencium Baek Ja Eun untuk menunjukkan betapa dia sangat mencintai dan menginginkan gadis itu.
Jangan lupa, Hwang Tae Hee tak pernah pacaran sebelumnya, Baek Ja Eun adalah cinta pertama, cinta terakhir dan sekaligus satu-satunya cinta dalam hidup Tae Hee, jadi sudah tentu dia tak pernah berciuman sebelumnya. Sebagai seorang pria lajang yang sudah membujang selama 30 tahun sejak dia lahir, sudah jelas tidak mungkin dia tahu bagaimana cara berciuman dengan menggairahkan (French Kiss atau apalah itu namanya). Ini adalah ciuman pertamanya dengan seorang gadis, terlebih lagi gadis yang dia cintai.
Ditambah lagi Tae Hee adalah seorang introvert, dia tidak tahu bagaimana cara mengekspresikan perasaannya dengan benar. Dan ciuman inipun terjadi semata-mata karena instingnya mengambil alih, sebagai respon karena dia terlalu merindukan Baek Ja Eun, terlalu menginginkannya dan terlalu bahagia karena mengetahui perasaannya terbalas. Tak ada lagi reaksi lain yang terpikirkan oleh Tae Hee selain mencium Baek Ja Eun untuk menunjukkan betapa dia sangat mencintai dan menginginkan gadis itu.
Jadi bagaimana bisa seorang pria polos, introvert, lajang sejak lahir, tak pernah jatuh cinta sebelumnya dan tak pernah berciuman, bisa mencium seorang gadis dengan begitu hot? Jelas gak mungkin dong ya logikanya! Jadi memang ciuman seperti ini sudah merupakan style Hwang Tae Hee. Sweet and pure kiss ^^ Just remember, he doesn’t know how to kiss and just follow his insting ^^
Begitu pun juga dengan Baek Ja Eun. Walau Baek Ja Eun adalah National Goddess Of Korea University yang sangat populer dan punya banyak fans, namun dia tak pernah pacaran sebelumnya. Tae Hee adalah cinta pertama, cinta terakhir dan cinta satu-satunya dalam hidup Baek Ja Eun. Lihat kan bagaimana terkejutnya dia saat Tae Hee tiba-tiba saja menciumnya tanpa aba-aba, langsung nyosor gitu aja? Ekspresi Ja Eun sangat terkejut, malu, gugup, salah tingkah dan sedikit takut. Dia adalah seorang gadis polos bila menyangkut hal-hal seperti ini. Jadi sudah pasti, Ja Eun tidak mungkin membalas ciuman Tae Hee dengan cara wanita binal berciuman yaitu Hot Kiss buka mulut, kokop-kokopan atau apalah namanya kayak di “What’s Wrong With Secretary Kim”, dll.
Alasan lainnya adalah karena ini drama keluarga, yang ditayangkan di TV nasional di jam tayang utama, jadi sudah pasti kissing scene pun dibatasi agar tidak terlalu hot dan menggairahkan karena semua usia bisa menontonnya di rumah.
Bersambung...
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/654 + https://gswww.tistory.com/659 + https://gswww.tistory.com/660 + https://gswww.tistory.com/661 + https://gswww.tistory.com/662)
Video Credit : Meyajw
Gif Credit : Cadence
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah
murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa
menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar