Senin, 01 Juli 2024

Sinopsis EP 29 Ojakgyo Brothers “Tae Hee – Ja Eun” Moment

Highlight For today episode :
When actions speak louder than words. Last episode he said “Goodbye. I let you go, I let you fly” aka “I won’t come to find you again,” but now what? He runs like a crazy to save her! I super love the scene when Tae Hee rescued Ja Eun the most! I am sure everyone does. Seriously. when Tae Hee got off the car to rescue Ja Eun, he ran like the speed of light. She hurt his heart and yet he runs like a crazy to save her! He is bleeding because of her and yet he asks if she’s okay and go in rush to clear her name, and he says that he LIKES her? Are you kidding me, Tae Hee? This isn’t “I like you” anymore! This is “I LOVE YOU so much”, you know! Why do I get the feeling that these two have a lot of self-torture (and torture of us viewers) ahead of them? I can’t remember the last time I watched an OTP where the longing for each other was this tangible and heartbreaking.


And for the last scene, Tae Hee staring at Ja Eun the whole time, it’s really melt my heart. Those INTENSE gazing is so addictive. Please hug each other already! I wish they would just hug each other. Our babies are having a hard time already, they at least need a hug T_T We are only asking for a HUG not getting greedy for a KISS yet cuz we know we’ll get THAT soon enough, but the scriptwriter didn’t give us what we wanted.


But more than the ending scene, what really got to me was right before it when Ja Eun is watching Tae Hee bite back the pain and try to wrap his wound on his own, the wound he got fighting for her. And yet as always, he goes it alone, he never asks for help. He was so alone in that moment, and her face was so unguarded as she watched him that you could see her true feelings. So glad that Ja Eun’s anger has at least subsided and also welcomed the fact that she cried remembering what Tae Hee said and it means she is regret it and that’s always good. I think those words of Tae Hee touched Ja Eun’s heart and her anger towards him had already subsided by now.


And finally Ja Eun have something to say. See, she still have feelings for Tae Hee. And the last scene where she helped him to wrap his injured hand is super love. And I have to say that I love the way Tae Hee stared at her the whole time when she helped him to wrapped his hand. She is more daring now, maybe because they both know they like each other, so unlike the tie scene where she had to ask, now she just grabs his hand instead without saying a word. I LOVE IT! Now she’s not cold to him anymore! Aigoo... I wanted to see the hug and Ja Eun to apologize Tae Hee. She felt worried much when she saw he  got beaten up by those baddy thugs in front of her eyes.



Tae Hee isn’t really that good at talking, but his fist sure does. Joo won (Tae Hee) looks so HOT when he is running to rescue Ja Eun. I think I’m the one who´s falling for him, not Baek Ja Eun ^^ And UEE did a pretty good job in her crying scenes, when she´s crying, you can really feel her pain that you even want to hug her to ease the pain she´s having. I was crying a lot when Ja Eun cry because of Tae Hee T_T

------00000-------

Episode 29:
Setelah mendengar kebenaran yang menyakitkan tentang Ibu kandungnya dari Kim Jae Ha, Tae Hee berjalan keluar dari ruangan itu dengan penuh kemarahan. Tae Hee bahkan tampak tidak menyadari saat Ja Eun berjalan ke arahnya.



Ja Eun yang tidak mengetahui apa-apa, sempat ragu sesaat ketika dia melihat Tae Hee berjalan keluar dari ruangan Kim Jae Ha, Ja Eun berpikir Tae Hee akan selalu menghentikan dan menghadang langkahnya seperti yang selalu pria itu lakukan selama ini.


Namun Ja Eun salah besar kali ini, Tae Hee tak hanya tidak menghadang dan menghentikannya seperti sebelumnya, dia bahkan tak menyadari saat Ja Eun berjalan di sampingnya. Kemarahannya telah membuatnya hilang fokus dan tidak memperhatikan lingkungan sekitarnya. Tae Hee berjalan melewati Ja Eun begitu saja seolah mereka adalah orang asing yang tidak saling mengenal sebelumnya, seolah Ja Eun adalah makhluk tak kasat mata.


Ja Eun tampak shock untuk sesaat, ketika menyadari bahwa Tae Hee berjalan melewatinya begitu saja bahkan tanpa memandangnya, Ja Eun seketika menghentikan langkahnya dan ekspresi wajahnya terlihat sedih, kecewa dan tampak menyesal. Ja Eun terlihat sangat terluka, kini dia tahu bagaimana rasanya diabaikan oleh orang yang dia sayang. How do you feel now, Ja Eun-ah? It’s hurt so much, right? T_T


Padahal Tae Hee gak sengaja melakukan itu, Tae Hee mengabaikan Ja Eun murni karena dia sedang diliputi kemarahan dan tidak menyadari kalau Ja Eun ada di sana, berjalan ke arahnya dan bahkan berpapasan dengannya. Tae Hee bukan sengaja ingin mengabaikan namun dia hanya sedang dalam keadaan shock dan dipenuhi kemarahan.


Tae Hee berjalan masuk ke dalam lift dan kembali teringat ucapan Kim Jae Ha beberapa saat yang lalu, “Apa kau mengenalinya? Wanita dalam foto itu, Ibu, adalah wanita yang telah melahirkanmu, Hwang Gyeonghwi-nim,” kenang Tae Hee pada ucapan Kim Jae Ha.

“Itu berarti aku adalah Hyungmu,” lanjut Kim Jae Ha saat itu, membuat Tae Hee semakin marah dan mengepalkan tangannya kuat.


Di kantornya, Kim Jae Ha mengambil kembali bingkai foto yang diletakkan dalam posisi terbalik (bagian yang memperlihatkan foto ada di bagian bawah) dan mengembalikannya ke posisi awal.

Sementara di ruang kerjanya, Ja Eun tampak duduk melamun seperti mayat hidup saat mengingat bagaimana Tae Hee berjalan melewatinya begitu saja seolah dia adalah makhluk tak kasat mata. Entah kenapa, hatinya terasa sakit dan terluka, Ja Eun tampak tak rela ketika Tae Hee mengabaikannya. Tapi bukankah ini yang dia inginkan? Tae Hee hanya melakukan apa yang gadis itu inginkan, namun kenapa rasanya begitu menyakitkan?


Saat itulah Kim Jae Ha berjalan masuk ke ruangan itu dan menyapanya, membuyarkan semua lamunan Ja Eun begitu saja. Ja Eun segera berdiri saat melihat Kim Jae Ha berjalan masuk.

“Bagaimana? Apa kau menyukai ruang kerjanya?” tanya Kim Jae Ha dengan sopan dan ramah, dan Ja Eun hanya mengangguk sambil tersenyum kecil.

Kim Jae Ha menjelaskan hingga semua tim produksi animasi selesai direkrut, sementara hanya akan ada mereka berdua yang akan bekerja sama. Nantinya dia akan perlahan-lahan merekrut staff produksi animasi untuk membantu mereka bekerja. Intinya anggota timnya masih dalam tahap perekrutan, harap bersabar untuk menunggu semua staff animasi berkumpul.

“Ah, di sana juga ada sofa. Bila kau merasa lelah bekerja, kau bisa berbaring di sana dan tidur sejenak. Dan hingga semua tim produksi animasi selesai direkrut, sementara ini hanya akan ada kita berdua yang akan bekerja sama. Sekarang aku sedang menyeleksi kandidat yang tepat untuk bergabung bersama, proses perekrutan mungkin akan memakan waktu sekitar 2-3 minggu. Jadi selama menunggu staf lain bergabung, kita berdua akan fokus pada proses pre-produksi seperti mengembangkan karakter, membuat synopsis yang menarik dan alur cerita secara keseluruhan,” lanjut Kim Jae Ha menjelaskan detil pekerjaan mereka sementara ini.

“Jadi bagaimana jika sekarang kita mulai berkenalan secara formal?” ujar Kim Jae Ha, mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman.


“Sebuah kehormatan bagiku. Aku telah begitu lama menunggu pemilik ruangan ini muncul,” lanjut Kim Jae Ha dengan ramah. Ja Eun menatap uluran tangan Kim Jae Ha sekilas dan kemudian meraih uluran tangan itu dan menjabatnya.

(Berhubung tidak ada Tae Hee di sana yang melihat dengan mata kepalanya langsung, Ja Eun baru berani menerima uluran tangan itu. Kalau ada Tae Hee yang melihat, dia masih menjaga hati Tae Hee)

“Aku akan bekerja keras,” ujar Baek Ja Eun dengan sopan dan professional.

Sementara itu, untuk meredakan amarah dan rasa frustasinya, Tae Hee memilih lari mengelilingi lapangan kali ini. (Ya baguslah daripada harus menghajar orang atau memukul figura hingga pecah)

Ternyata saat ini adalah waktu Latihan Dong Min, jadi Tae Hee berlari mengelilingi lapangan untuk menemani Dong Min yang sedang Latihan sekaligus mencari pelampiasan untuk meredakan emosi dalam hatinya.

“Hyung, aku akan berlatih sendiri. Bila aku tidak lolos ujian fisik kali ini, aku sangat tahu apa yang akan terjadi. Jadi aku bilang, aku akan berlari sendiri. Jika aku harus menyesuaikan diri dengan kecepatan berlarimu saat ini, jantungku rasanya mau meledak. Apa kau tidak kehabisan napas, Hyung?” protes Dong Min dengan napas tersengal-sengal.


“Tutup mulutmu dan larilah! Itu sebabnya kau kehabisan napas, karena kau terlalu banyak bicara!” seru Tae Hee tidak peduli dan berlari semakin kencang.

“Hyung, kita istirahat sebentar. Ayo kita istirahat sebentar,” pinta Dong Min yang mulai kehabisan napas tapi Tae Hee tetap berlari.

Dong Min akhirnya berhenti berlari dan jatuh ke tanah karena terlalu lelah tapi Tae Hee berlari semakin kencang, seolah berharap dia bisa lari dari semua masalah hidupnya dan melupakan semua kesedihan dan rasa frustasi dalam hatinya.

Saat dia berlari, Tae Hee teringat pada ucapan Ja Eun yang mengatakan dengan kejam, “Aku bilang jangan mencariku lagi. Walaupun kita tidak sengaja bertemu di jalan, berpura-puralah tidak mengenalku!”

Tae Hee memejamkan matanya sambil berlari seolah-olah ingin melupakan semua kenangan menyakitkan itu. Bagi Tae Hee, mungkin ini adalah salah satu caranya untuk melupakan Ja Eun, dengan membuat dirinya sendiri merasa lelah hingga tak ada waktu memikirkan cintanya yang layu sebelum berkembang.

(Tae Hee-yyaa, tidak ada seorangpun yang bisa lari dari takdirnya. Ja Eun adalah takdirmu, jadi sekencang dan sejauh apa pun kau berlari, kau pasti akan kembali ke sisinya, pasti akan kembali mencarinya dan pasti akan kembali merindukan dan berjuang untuknya T_T She fell first, but he fell harder >_<)


Sesampainya di rumah, Tae Hee yang baru saja selesai mandi pergi menuju ke dapur untuk mengambil soju yang disimpan dalam kulkas. Tae Hee menuangkan soju tersebut ke dalam gelas dan meminumnya dengan sekali teguk seolah sedang meminum air putih saja.


Tae Phil yang tak sengaja masuk ke dalam dapur dan melihatnya, terlihat cemas, “Apa ada sesuatu yang terjadi padamu?” tanya Tae Phil ingin tahu, namun Tae Hee hanya menatapnya tajam tanpa kata. Maklum sih karena biasanya mereka gak akur.


“Kau...” Tae Phil terdiam sejenak, kemudian mengubah kalimatnya, “Hyung, jika kau punya masalah, kau harus mengatakannya. Apa yang terjadi? Katakan padaku!” tanya Tae Phil lagi dengan ekspresi cemas di wajahnya.

Tae Phil uda mulai mengubah sikapnya terhadap Tae Hee setelah mendengar apa yang dikatakan Tae Hee di EP 28, dia merasa bersalah karena selama ini telah bersikap buruk dan selalu memusuhi Tae Hee yang notabene-nya sangat malang.

Tae Hee hanya meliriknya sekilas, dan tanpa mengatakan apa pun, Tae Hee segera meninggalkan dapur dan kembali ke kamarnya, meninggalkan begitu saja Tae Phil yang kebingungan.


“Hei, katakan padaku ada apa? Bukankah kau bilang kalau kau benci berpura-pura selama dua puluh tahun terakhir ini?” ujar Tae Phil dengan cemas, namun begitu melihat Tae Hee membanting pintu kamarnya, dia berseru kesal, “Baiklah. Teruslah tutup mulutmu dan hidup seperti itu selama sisa hidupmu,” seru Tae Phil kesal.

“Ada apa dengan Hyung?” gumamnya lagi pada dirinya sendiri dengan nada rendah dan cemas.
“Baiklah. Mari kita hidup seperti sebelumnya, kau dan aku!” lanjut Tae Phil, berseru kesal.

Kemudian Tae Phil kembali melihat ke arah dapur dengan cemas dan teringat saat Tae Hee meminum soju hanya dengan sekali teguk seperti meminum air mineral.

“Apa yang terjadi dengannya? Kenapa dia meminum soju dalam sekali teguk seperti meminum air saja?” gumam Tae Phil lagi dengan ekspresi cemas.



Di kamarnya, Tae Hee membaringkan dirinya dalam kegelapan dengan ekspresi wajah yang terlihat lelah, bukan lelah karena berlari mengelilingi lapangan namun lebih ke lelah karena masalah hidupnya.

Keesokan harinya, seperti biasa, Keluarga Hwang sarapan bersama. Mereka semua berkata, “Kami akan menikmati makanannya,” termasuk Guksu.


Tae Hee tersenyum manis dan memuji Guksu, “Guksu kami lebih banyak bicara sekarang. Makanlah yang banyak,” ujar Tae Hee dengan sayang. Bagaimana pun juga, Guksu sama sepertinya, ditinggalkan oleh ibunya begitu saja.


Tae Phil mengelus kepala Guksu dengan sayang juga. Park Bok Ja juga berkata “Benar. Makanlah yang banyak,” yang mana Guksu menjawab, “Baik.”

Nenek bertanya apa yang akan dilakukan Tae Phil sekarang dan Hwang Chang Sik menjawab sinis, “Apa itu perlu ditanyakan, Ibu? Sudah jelas dia harus mengatakan kepada wanita itu kalau dia sudah memiliki seorang anak,” sahut Hwang Chang Sik masuk akal.

“Benar apa yang dikatakan oleh ayahmu. Yejin harus mengetahui kebenarannya cepat atau lambat,” sahut Park Bok Ja mendukung sang suami.

“Benar, kakak pertama. Dia harus mengetahui hal ini apa pun yang terjadi,” Tae Hee pun mendukung kedua orangtua angkatnya.

“Tentu saja kakak pertama tahu itu,” sahut Tae Phil, berusaha membela Tae Shik yang tampak ragu.
“Kenapa kau tidak menjawabnya?” tanya Hwang Chang Sik saat Tae Shik hanya terdiam galau.
“Aku juga tahu hal itu. Hanya saja semua orang mengatakan hal yang sudah sangat jelas dan itu membuatku lelah,” sahut Tae Shik dengan nada kesal.

“Temui dia hari ini juga dan katakan padanya,” perintah Hwang Chang Sik tanpa bisa dibantah.
“Baik,” sahut Tae Shik enggan.
“Kau benar-benar harus mengatakannya hari ini,” tegas Hwang Chang Sik.
“Tapi Yejin pergi untuk perjalanan bisnis hari ini,” sahut Tae Shik, entah berbohong atau tidak.

“APA?” Hwang Chang Sik tampak marah, seluruh keluarga menatap Tae Shik tak percaya, seolah-olah Tae Shik hanya mengarang kebohongan untuk mengulur-ulur waktu mengatakan kebenarannya.

“Saat dia kembali besok, aku pasti akan memberitahunya,” ujar Tae Shik buru-buru karena mengetahui semua mata menatapnya tak percaya.
“Kalau begitu, pastikan besok kau mengatakan hal ini padanya,” perintah Park Bok Ja.




Setelah sarapan, Tae Hee segera berangkat ke kantor polisi. Namun ternyata di sana, Kim Jae Ha sudah menunggunya di depan pintu. Tae Hee mencoba mengabaikannya, namun Kim Jae Ha menghadangnya dan berkata, “Ada sesuatu yang harus kukatakan...” ujar Kim Jae Ha dengan wajah serius.


Tae Hee yang kesabarannya setipis kertas tissue dibagi dua dan masih dipenuhi kemarahan, memukul Kim Jae He sebelum pria itu menyelesaikan kalimatnya. Setelah memukul Kim Jae Ha, Tae Hee berjalan masuk ke dalam.


Tapi Kim Jae Ha tidak menyerah, dia tetap mengikuti Tae Hee masuk ke dalam kantor polisi.

Dong Min yang melihat Tae Hee segera menyapanya ramah, “Oh, Hyung, kau sudah datang. Aku sedang membuat secangkir kopi, apa kau mau juga?” tawar Dong Min pada Tae Hee. (Tae Hee cuma mau kalau yang bikinin kopinya Baek Ja Eun ^^)


Kim Jae Ha berjalan di belakang Tae Hee dan Dong Min menyapanya ramah, “Oh, Kim PD-nim,” ujar Dong Min. Ucapan Dong Min membuat Tae Hee menoleh dan menyadari kalau Kim Jae Ha mengikutinya.

“Ada sesuatu yang harus kukatakan, ini tentang Ibu...” belum selesai Kim Jae Ha bicara, Tae Hee kembali menghajarnya hingga membuatnya jatuh tersungkur ke arah sofa.


Dong Min segera maju untuk menghentikan Tae Hee, “Ada apa, Hyung? Ada apa?” tanya Dong Min tak mengerti.
“Bukankah aku sudah memperingatkanmu?” seru Tae Hee dengan marah.

“Seo Dong Min, singkirkan benda ini!” ujar Tae Hee pada Dong Min, kemudian melangkah pergi entah ke mana.


(Tae Hee berkata, “Get rid of this thing/object!” Dia menggunakan kata “benda” bukan “orang”, seolah-olah Tae Hee bahkan tidak menganggap Kim Jae Ha sebagai manusia, tapi benda)

Dong Min bertanya dengan khawatir pada Kim Jae Ha, “Kim PD-nim, apa kau baik-baik saja?” tanyanya seraya mengamatinya dengan seksama.


“Kurasa tidak. Rasanya bibirku berdarah,” sahut Kim Jae Ha seraya perlahan berdiri seraya menjilat sudut bibirnya sendiri.

Dong Min memperhatikan bibir Kim Jae Ha dan menyadari memang sudut bibir pria itu berdarah, “Sepertinya sudut bibirmu memang berdarah,” ujar Dong Min, membuat Kim Jae Ha menyentuh sudut bibirnya dan menghapus darah di sudut bibirnya.

“Sampai jumpa lagi,” ujar Kim Jae Ha kemudian pergi keluar untuk mencari Tae Hee namun Tae Hee tak ada di mana pun juga.

Di penginapan kecil Ja Eun, tampak gadis muda itu akan pergi bekerja, namun tiba-tiba saja ada suara ketukan di pintu kamarnya. Dia bertanya siapa yang datang dan membuka pintunya, saat itulah para penagih hutang itu muncul dari balik pintu dan mulai mengintimidasinya.

“Lihatlah siapa ini? Bukankah ini Baek Ja Eun? Kau bilang kau tidak tahu di mana Jung Yeon Suk lalu apa yang kau lakukan di sini? Di mana Jung Yeon Suk sekarang?” tanya si botak penagih hutang.


“Dia pergi keluar,” sahut Ja Eun dengan takut.
“Kapan dia akan kembali? Aku bertanya kapan dia akan kembali?” tanya si botak lagi.
“Aku tidak tahu,” jawab Ja Eun dengan lirih.

“Apa kau pikir jawaban ‘aku tidak tahu’ itu akan berguna saat ini? Itu tidak akan berhasil lagi kali ini,” ujar si botak menakuti. Salah Ja Eun sendiri nih, siapa suruh sok-sok’an melindungi emak tiri yang bahkan gak peduli dan gak sayang sama dia.

“Telepon Jung Yeon Suk! Ah, tidak! Berikan aku ponselmu!” ujar si pria yang satu lagi seraya merampas ponsel Ja Eun, tapi Ja Eun menolak memberikannya.
“Kubilang berikan ponselmu!” seru si pria satu lagi yang tampak lebih muda seraya berusaha merebut ponsel Ja Eun.
“Tidak! Kau tidak bisa melakukan itu!” ujar Ja Eun ketakutan.

Jung Yeon Suk tiba di sana dan mendengar apa yang terjadi di dalam kamarnya, “Kembalikan ponselku sekarang!” seru Ja Eun ketakutan.

Jung Yeon Suk yang mendengarnya, segera berlari ketakutan dan bersembunyi di salah satu tempat di depan gedung penginapan kecilnya. Tak lama kemudian, dia mendapat telepon dari Ja Eun namun dia tidak mau mengangkatnya. Sepertinya Jung Yeon Suk tahu kalau telepon itu bukan dari Ja Eun, melainkan dari para penagih hutang yang tadi merampas ponsel Ja Eun.

Panik dan tak punya pilihan, setelah telepon dari ponsel Ja Eun berhenti, Jung Yeon Suk segera menelpon kantor polisi darurat dan meminta untuk disambungkan ke kantor polisi wilayah timur bagian Penyelidikan Kriminal.

Dong Min yang mengangkat telepon itu dan kebetulan Tae Hee baru saja kembali entah dari mana, “Ya, ini adalah kantor polisi wilayah Timur bagian penyelidikan Kriminal,” sahut Dong Min di teleponnya.

“Hwang Tae Hee Gyeonghwi-nim? Boleh aku tahu siapa yang menelpon? Tunggu sebentar,” lanjutnya bingung seraya memandang Tae Hee yang baru saja kembali dan akan duduk di kursinya, Tae Hee pun tampak bingung saat namanya disebut.

“Hyung, ini adalah telepon dari Ibu tiri Baek Ja Eun. Dia bilang ini sangat penting,” ujar Seo Dong Min seraya menoleh ke arah Tae Hee yang tampak semakin bingung.

“Siapa?” sahut Tae Hee seperti tak mempercayai pendengarannya. Dia tampak berpikir sejenak sebelum menerima teleponnya.


“Yoboseyo (Hallo)!” sahut Tae Hee di teleponnya.

“Aku adalah Ibu tiri Ja Eun. Ja Eun ditangkap oleh para penagih hutang,” ujar Jung Yeon Suk dari Seberang saluran.




Seketika wajah Tae Hee tampak cemas, “Di mana? Aku tanya, di mana dia sekarang?” teriak Tae Hee dengan panik.

Setelah mendengar lokasinya, Tae Hee segera berlari secepat kilat menuju mobilnya, namun sialnya karena terlalu panik, Tae Hee lupa membawa kunci mobilnya.

Untung saja Dong Min berlari mengejarnya dan bertanya apa yang terjadi seraya membawa kunci mobilnya, “Hyung, hyung, apa yang terjadi?” tanya Seo Dong Min dengan khawatir melihat betapa kacaunya Tae Hee saat ini.


“Ja Eun... Ja Eun. Dia...” karena terlalu panik, kalut dan cemas, Tae Hee bahkan kehilangan kata-kata untuk menjelaskan.


“Aku mengerti. Aku mengerti. Walau aku tak tahu apa yang terjadi sebenarnya, tapi aku tahu kalau kau tak bisa menyetir saat ini, biar aku saja yang menyetir. Masuklah! Cepat!” ujar Dong Min, berusaha menenangkan Tae Hee yang sedang dalam mode panik dan mengambil alih kemudi.


(Dong Min tahu dengan pasti, sesuatu yang buruk pasti sedang menimpa Baek Ja Eun hingga membuat Tae Hee tampak kacau seperti ini. Dan sepertinya Dong Min juga sudah bisa menebak dengan pasti, kalau memang terjadi sesuatu di antara Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun, jika tidak, Hwang Tae Hee tidak akan begitu khawatir dan panik setengah mati seperti ini. Melihat cara Tae Hee bersikap, Dong Min yakin 100 persen bila rekannya ini sudah jatuh cinta pada Baek Ja Eun, hanya saja terjadi sesuatu di antara mereka hingga membuat kedua sejoli ini tampak bagaikan musuh, lebih tepatnya musuh yang saling merindukan satu sama lain T_T)

Kembali ke penginapan, Ja Eun bertanya pada kedua penagih hutang itu berapa banyak hutang Jung Yeon Suk pada mereka.

“Berapa banyak tepatnya hutang itu?” tanya Ja Eun ingin tahu.

“80 juta won. Itu sudah termasuk bunganya. Karena Jung Yeon Suk tidak segera membayarnya jadi hutangnya menjadi berkali-kali lipat dan harus dibayar hari ini juga. Kenapa?” tantang si botak penagih hutang.

“Oke, aku akan membayarnya segera jadi pergilah untuk saat ini,” sahut Ja Eun, mencoba bersikap lebih berani. Tapi kedua penagih hutang itu hanya menertawakannya.

“Dia benar-benar sangat lucu. Aku tidak peduli siapa yang akan membayarnya, selama uang tersebut dikembalikan. Jadi kapan? Kapan kau akan membayarnya?” tanya si botak ingin tahu.

“Aku belum memiliki uang itu sekarang, tapi aku pasti akan segera membayarnya bila aku sudah punya uang,” jawab Ja Eun, mencoba bernegosiasi.

“Sepertinya Jung Yeon Suk melarikan diri, Hyung. Aku sudah menelponnya selama hampir satu jam namun dia tidak juga mengangkatnya,” lapor pria yang satu lagi.

“Hei, Sung Bong. Kau bawa dia bersama kita!” ujar si botak penagih hutang seraya berjalan keluar lebih dulu.
“Ayo kita pergi!” ujar si penagih hutang yang satu lagi, yang tampak lebih muda dari si botak.


“Kenapa kalian melakukan ini? Aku bilang aku akan membayar kalian. Lepaskan aku!” seru Ja Eun ketakutan, saat mereka akan menjadikannya sebagai jaminan agar Jung Yeon Suk membayar hutang. Namun pria itu tidak peduli dan tetap menyeretnya pergi bersama mereka.

(Waduh, Ja Eun dijual ke rumah bordil kan gak lucu tuh. Bisa-bisa Tae Hee malah tambah depresi dan menggila kalau gadis yang dia cintai dijual jadi pelacur. Where are you, Tae Hee-yaa???)

Di tengah jalan, Tae Hee berteriak frustasi karena Dong Min menyetir dengan sangat lambat (baginya) dan salah mengambil jalur.

“YYYAAA! CEPATLAH! APA KAU TIDAK BISA MENYETIR LEBIH CEPAT LAGI? AMBILLAH LAJUR KIRI! APA YANG SEDANG KAU LAKUKAN SEKARANG?” teriak Tae Hee yang tampak panik dan frustasi pada Seo Dong Min yang segera mengubah arah mobil itu ke lajur kiri. Tae Hee sedang dalam mode senggol bacok kalau sedang panik dan khawatir seperti ini.

Tak punya pilihan, Seo Dong Min akhirnya mengeluarkan sirine polisi dan memasangnya di mobil mereka untuk mempermudah perjalanan mereka.

Namun sial, lagi-lagi perjalanan mereka terhalang oleh sebuah truk pengangkat barang yang sedang sibuk memindahkan barang dan memblokir jalanan.

“Ahjussi, cepatlah! Singkirkan mobilmu, kami harus pergi secepatnya!” teriak Seo Dong Min dari dalam mobil, sementara Tae Hee hanya menatap panik dari dalam mobilnya.


Merasa tak bisa menunggu lagi, Tae Hee segera berlari turun dari mobilnya dan berlari secepat kilat untuk menyelamatkan cinta dalam hidupnya. Hwang Tae Hee
  berlari bagaikan orang kesetanan. Karena jika terlambat sedikit saja, mereka bisa membawa Ja Eun pergi entah ke mana. Go Tae Hee, Go!


(Untung aja semalam Tae Hee sudah berlatih berlari mengelilingi lapangan untuk meredakan amarah dan emosi dalam hatinya. Tapi Joo Won kalau lagi lari begini, entah kenapa terlihat sangat keren di mataku xixixi ^^)


Sementara itu di penginapan, Ja Eun hampir saja dibawa pergi oleh para penagih hutang itu dan dipaksa masuk ke dalam Van, untung saja Tae Hee tiba di sana tepat pada waktunya.

“Lepaskan aku! Ahjussi, kalian melanggar hukum! Biarkan aku pergi!” Baek Ja Eun tampak berteriak ketakutan, namun kedua penagih hutang itu tidak peduli dan tetap menyeretnya pergi.

“Selamatkan aku! Tolong aku! Seseorang tolong aku!” teriak Ja Eun ketakutan, suaranya bahkan terdengar hingga ke ujung gang.

Untunglah Tae Hee tiba di sana tepat pada waktunya sebelum mereka membawa Ja Eun masuk ke dalam mobil dan membawanya pergi.



“YYYAAA!” Tae Hee berteriak marah dan serta merta menghajar kedua pria yang hampir saja menculik calon pacarnya. (Tae Hee lagi emosi, baguslah sekarang dia punya pelampiasan. Hajar aja para penjahat itu untuk melampiaskan kemarahanmu. Akhirnya ada gunanya juga kamu jadi polisi, Tae Hee-ya ^^)



“Apa kau baik-baik saja?” tanya Tae Hee pada Ja Eun dengan nada khawatir. Tapi pada saat dia lengah, salah satu penjahat itu (yang lebih muda) memukul punggungnya dengan kayu yang dia dapatkan entah dari mana.

Tae Hee terhuyung ke depan dan menabrak pagar di depannya, Jung Yeon Suk yang bersembunyi di baliknya spontan keluar dan menghampiri Ja Eun yang ketakutan.

“Kau tidak apa-apa? Apa kau terluka?” tanya Jung Yeon Suk, namun Ja Eun hanya terdiam dengan cemas. Fokusnya sekarang pada Tae Hee yang sedang terlibat baku hantam dengan kedua penagih hutang itu. Pasalnya Tae Hee melawan ketiga penagih hutang itu sendirian. Mereka yang awalnya berdua, tiba-tiba menjadi tiga orang. Mungkin saja satu dari mereka, menunggu di dalam mobil dan bertindak sebagai sopir pada awalnya.


Saat Tae Hee berhasil mengalahkan si pria muda, si botak menendangnya dari arah belakang dan membuatnya kembali tersungkur. Ja Eun melihat bagaimana para pria itu memukul Tae Hee dengan sebuah kayu berkali-kali sementara Tae Hee hanya bertahan dikeroyok oleh tiga orang sekaligus.

Saat pada akhirnya Tae Hee memiliki kesempatan untuk membalas, dia meraih kepala salah satu si penyerang dan memukulkannya ke pintu mobil dengan keras, penagih hutang lain (si pria muda yang dipanggil Sung Dong saat di penginapan tadi) datang dari arah belakang dan berniat memukulnya sekali lagi dengan menggunakan kayu yang lebih besar.


Ja Eun yang melihat itu, berteriak memperingatkannya, “AHJUSSI!” dengan kepanikan dan kecemasan tergambar di wajahnya.

Tae Hee menoleh ke arah Ja Eun, hingga membuat kayu yang tadinya akan dihantamkan Sung Dong ke kepala Tae Hee menjadi meleset hingga hanya melukai tangannya, karena Tae Hee melindungi kepalanya dengan tangan.


Tae Hee yang sudah berada di puncak amarahnya, segera menghampiri pria yang tadi memukulnya dengan kayu besar (Sung Dong) dan menghajarnya bertubi-tubi bagaikan orang kesetanan. Saat penagih hutang yang lain berniat memukulnya, Dong Min akhirnya tiba di sana dan menendangnya dan menggagalkan usahanya untuk menyerang Tae Hee.


Dong Min berhasil mengalahkan si sopir dan memborgolnya, namun si botak yang sepertinya bos mereka melarikan diri dari tempat itu. Sementara itu Tae Hee masih sibuk menghajar Sung Dong (penagih hutang yang lebih muda) seperti orang kesetanan. Tae Hee tampak lepas kendali. Dia tampak sangat marah karena orang-orang brengsek itu berani menyentuh gadis yang dia cintai.


(Tae Hee gak main-main kalau uda bucin, berani nyentuh ceweknya, langsung dihajar sampai babak belur seperti itu. No one can touch my girl or hurt her! Kayak gitulah kira-kira cara Tae Hee mencintai ^^)


Tae Hee baru berhenti menghajar pria itu (Sung Dong) saat Dong Min menariknya berdiri dan menyuruhnya memeriksa keadaan Ja Eun yang masih tampak shock dan ketakutan.

“Hyung! Hyung, berhenti menghajarnya! Pergilah melihat keadaan Ja Eun-ssi,” ujar Dong Min seraya menarik paksa Tae Hee berdiri.


Saat mendengar nama Ja Eun disebut, barulah Tae Hee seolah mendapatkan kesadarannya kembali. Tae Hee spontan melirik Ja Eun dan Ja Eun segera berjalan menghampiri Tae Hee dengan tatapan cemas.





“Kenapa kau masih bersama wanita itu? Apakah kau bodoh? Cepat pergi dari penginapan itu sekarang! Cepat keluar dari sana sekarang! Bila kau tak punya tempat yang bisa kau tuju...” ujar Tae Hee dengan sedikit emosi dan kekhawatiran di wajahnya, namun seketika terdiam saat menyadari dia telah salah bicara. Ja Eun juga menatapnya tanpa kata dengan cemas.


Tae Hee spontan memalingkan wajahnya dengan gugup dan salah tingkah, tatapan matanya berkelana ke sana kemari untuk meredakan kegugupan dan kepanikannya, sebelum akhirnya dia berkata dengan lembut dan nada yang terdengar pasrah.




“Maafkan aku. Aku bilang aku tidak akan peduli lagi,” ujar Tae Hee pelan dan nampak tidak berdaya, namun tak mampu menatap mata Ja Eun saat mengatakan kalimat itu. Seolah-olah dia mengatakan itu dengan terpaksa dan bukan dari lubuk hatinya yang paling dalam.




Setelah mengatakannya, barulah dia mengangkat wajahnya dan menatap Jung Yeon Suk dengan tajam sekilas, kemudian menatap Ja Eun dengan lembut, penuh cinta, kerinduan, penyesalan dan rasa bersalah.

Merasa tugasnya melindungi Ja Eun telah selesai, Tae Hee segera berbalik pergi karena tahu dia tidak memiliki alasan untuk tetap berada di sana, walaupun secara jujur, dalam hatinya, Tae Hee terlihat tidak rela pergi dari sana dan berharap bisa berada di sisi Ja Eun selamanya.


Namun saat Tae Hee akan melangkah pergi, Ja Eun melihat tangan Tae Hee yang terluka dan berdarah, “Ahjussi, tanganmu...” ujar Ja Eun tercekat. Dia tampak sangat cemas saat ini.





Tae Hee tetap tidak berbalik menghadap Ja Eun dan tetap berdiri membelakanginya, namun dia melirik tangannya yang terluka dengan ekspresi yang kacau dan sedih tergambar di sana.

“Apa kau terluka parah? Kau berdarah,” ujar Ja Eun dengan nada dan tatapan khawatir.






“Aku baik-baik saja. Kau juga seharusnya tidak usah peduli padaku,” ujar Tae Hee dengan pelan, namun terlihat jelas kalau hatinya hancur berkeping-keping saat mengatakannya.



Dari tatapan Tae Hee yang tampak sedih, frustasi dan depresi, tersirat pesan seperti, “Aku tidak baik-baik saja. Aku membutuhkanmu saat ini, aku butuh kau memelukku dan menenangkan hatiku yang gelisah. I miss so much, Baek Ja Eun! Please forgive me,” namun tentu saja, Tae Hee tidak mengucapkan kalimat itu dan hanya berjalan pergi.


Ja Eun akhirnya hanya mampu berdiri mematung saat melihat Tae Hee dan Dong Min pergi dari sana seraya menyeret dua dari tiga penagih hutang itu bersama mereka untuk ditangkap dan diinterogasi.

(Nah gitu dong, pak polisi. Jangan salah tangkap mulu >_< Keinget Ja Eun jadi korban salah tangkap saat pertama kali kalian bertemu. Kali ini Anda menangkap orang yang tepat, Hwang Tae Hee Gyeonghwi-nim ^^)

Setelah kejadian itu, Ja Eun di kantornya tampak tak fokus dan hanya duduk diam sambil melamun dan teringat ucapan Tae Hee padanya beberapa waktu yang lalu, “Maafkan aku. Aku bilang aku takkan peduli lagi.”


Lalu juga, “Aku baik-baik saja. Kau juga seharusnya tidak usah peduli padaku,” kenang Ja Eun pada ucapan Tae Hee padanya sebelum dia berjalan pergi. Ja Eun merasa hatinya sangat berat, dia tidak hanya merasa bersalah pada Tae Hee namun juga cemas dan khawatir tentang keadaannya saat ini. Ja Eun bahkan tidak mendengarkan apa pun yang Kim Jae Ha katakan padanya saat ini. Dia hanya duduk diam sambil melamun dan tidak memberikan respon “Ya” tanpa berpikir karena pikirannya tidak di sini.


Kim Jae Ha menyadari jika Ja Eun tidak mendengarkan apa pun yang dia katakan, itu sebabnya dia mengujinya, “Apa kau mau pacaran denganku?” tanyanya iseng.
“Ya,” jawab Ja Eun yang masih linglung, namun kemudian segera sadar, “Apa?” tanya Ja Eun dengan shock.
“Akhirnya kau mendengarku?” sindir Kim Jae Ha.
“Aku minta maaf. Aku sedang memikirkan hal lain saat ini,” jawab Ja Eun dengan jujur.
“Apa terjadi sesuatu? Ekspresimu seolah-olah kau baru saja kena pukul,” ujar Kim Jae He penasaran.
“Tidak. Bukan seperti itu. Aku minta maaf,” sahut Ja Eun lirih, menolak menjelaskan apa yang terjadi.

“Yah, bicara soal kena pukul. Akulah yang kena pukul di sini,” gumam Kim Jae Ha seraya menyentuh sudut bibirnya yang tadi dihajar Tae Hee.

Akhirnya karena Ja Eun tampak tak bisa berkonsentrasi, Kim Jae Ha pun menyuruhnya untuk duduk di sofa sementara dia tampak memutar sebuah dvd film kartun dan menyuruh Ja Eun untuk menonton itu hingga tamat. Sebelum pergi, Kim Jae Ha meletakkan sekotak tissue di samping Ja Eun dan menyalakan proyektornya.

(Film kartun/animasi yang diputar oleh Kim Jae Ha berjudul “Grave of Fireflies”. Cari aja di google kalau penasaran ^^)


Saat menonton film kartun itu, Ja Eun mulai menangis sedih. Dia meraih sekotak tissue itu dan mulai menangis terisak, apalagi saat kenangannya bersama Tae Hee melintas dalam otaknya bagaikan penggalan film yang dipercepat.




Ja Eun menangis ketika teringat senyuman Tae Hee saat pertama kali pria itu melihat tenda yang dia dirikan di halaman, lalu saat Tae Hee yang mabuk menerobos masuk ke dalam tendanya dan tertidur di sana, saat Tae Hee pertama kali Tae Hee membelikannya kopi, saat Tae Hee terluka karena melindunginya hingga saat Tae Hee berkata, “Tidak melakukan apa-apa, itu yang akan kulakukan mulai sekarang. Aku mengerti sekarang. Aku ingin mengucapkan selamat tinggal dengan memandang wajahmu. Aku mengerti. Jaga dirimu,” mengenang ucapan Tae Hee membuat Ja Eun semakin menangis tersedu-sedu. Dia tampak menyesali sikapnya yang dingin pada Tae Hee, namun semua telah terjadi.




(Akting nangisnya UEE keren banget. Sampe ikutan merasa sedih dan sakit ngeliat dia menangis T_T Berhentilah saling menyakiti. Pacaran aja sana, sayang-sayangan! Penontonnya jadi nyesek sendiri nih ngeliat kalian saling menyakiti seperti ini >_<)


Setelah kejadian itu, Tae Hee dan Dong Min kembali ke kantor polisi. Saat ini, Tae Hee sedang berada di toilet dan tampak ingin membersihkan luka-lukanya.




Dia memandang ke arah cermin dan menyentuh luka di wajahnya, namun ketika dia baru saja menyalakan wastafel dan berniat membersihkan tangannya yang berdarah, Dong Min tiba-tiba masuk ke dalam toilet dan menginformasikan padanya bahwa Hong Man Shik (sopir Baek In Ho dan satu-satunya saksi mata) telah kembali ke Korea.





“Hyung,
 aku dengar Hong Man Shik pulang ke Korea hari ini,” ujar Dong Min, memberikan informasi penting pada Tae Hee.

“Ayo pergi! Jam berapa penerbangannya?” tanya Tae Hee bersemangat.


Tae Hee dan Dong Min segera pergi ke bandara untuk mencari Hong Man Shik, kali ini Tae Hee-lah yang menyetir. Saat mereka sampai di bandara dan berniat untuk masuk ke dalam, Tae Hee justru tak sengaja melihat Hong Man Shik berdiri di depan area penjemputan seolah sedang menunggu seseorang datang menjemputnya.






Tae Hee memberi tanda pada Dong Min untuk berjalan mendekati pria itu, namun baru beberapa langkah mereka berjalan, mereka melihat sebuah mobil berhenti tepat di depan Hong Man Shik dan dengan santainya, Hong Man Shik masuk ke dalam itu.




Tak ingin kehilangan target mereka sekali lagi, Tae Hee segera menyuruh Dong Min masuk ke dalam mobil agar bisa mengejar mobil itu, “Masuk! Masuk! Kita kejar mereka!” seru Tae Hee seraya berlari masuk ke dalam mobilnya dan memulai misi pengejaran.


Walau tangannya masih berdarah, namun Tae Hee tampak tak peduli dengan luka tersebut dan fokus pada pengejaran. Selama misi pengejaran berlangsung, Tae Hee mencoba menjaga jarak aman agar tidak ketahuan namun tetap bisa membaca plat nomor yang tertera di bagian belakang mobil itu.


“34 Bu 2246,” Tae Hee membaca dengan keras plat nomor mobil tersebut.
“34 Bu 2246. Biar aku check mobil itu milik siapa,” ujar Dong Min segera paham tugasnya, dia segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon seseorang.

“Ini aku. Bantu aku memeriksa nomor plat mobil seseorang. 34 Bu 2246,” ujar Dong Min, meminta bantuan seseorang di kantor polisi untuk memeriksa pemilik plat nomor itu.

“Apa?” sahut Dong Min tampak tak percaya.


Tapi Tae Hee seolah sudah bisa menebak hal itu, “Lee Khi Chul, benarkan?” tebak Tae Hee, bahkan sebelum Dong Min mengatakannya.

“Benar. Itu mobil Pimpinan Department kita,” sahut Dong Min masih tampak sulit percaya.


Di dalam mobilnya, Lee Khi Chul memperingatkan Hong Man Shik agar menutup mulutnya rapat-rapat, “Tanpa perlu aku memberitahumu, kau pasti sudah tahu, bukan? Hari itu di Restaurant Hongkong, tidak terjadi apa pun. Aku tak pernah menerima jam tangan mewah ataupun pena dari Baek In Ho. Yang perlu kau lakukan hanyalah menutup mulutmu. In Ho sudah mati sekarang. Karena In Ho sudah tidak ada lagi di dunia ini, apakah kau ingin seluruh keluargamu mengetahui masa lalumu?” ancam Lee Khi Chul pada Hong Man Shik.

“Aku punya janji dengan Ja Eun. Turunkan aku di sini,” sahut Hong Man Shik. Dan selama jangka waktu itu, Tae Hee tetap mengikuti.

Setelah Lee Khi Chul menurunkan Hong Man Shik di depan sebuah restaurant dan pergi begitu saja, Tae Hee berjalan masuk ke restaurant tersebut dan duduk di depan Hong Man Shik tanpa diundang.


“Aku Intelligent Criminal Investigation, Hwang Tae Hee. Apakah kau baru saja bertemu dengan Pimpinan Department kami, Lee Khi Chul?” ujar Tae Hee tanpa basa-basi. Pernyataan Tae Hee membuat Hong Man Shik tampak terkejut mendengarnya.




Tae Hee kemudian duduk di hadapan Hong Man Shik dan mulai mengatakan tujuan kedatangannya, “Tolong katakan yang sebenarnya. Pada tahun 2007 di Restaurant Hongkong, Presdir Baek In Ho memberikan Lee Khi Chul beberapa jam tangan mewah, benarkan? Hanya kaulah satu-satunya saksi mata yang bisa membersihkan tuduhan Baek Ja Eun diterima melalui jalan belakang (penyuapan), Hong Man Shik-ssi,” ujar Tae Hee dengan memohon.



Walaupun proses penyelidikan telah ditutup karena kurangnya bukti dan tidak ada tersangka yang ditetapkan, namun di media sosial, di internet, semua orang telah terlanjur menuduh Baek Ja Eun sebagai mahasiswa yang masuk melalui jalan belakang dengan menyuap rektor Universitas. Jika aku tidak berhasil mengungkapkan siapa yang sebenarnya memberikan jam tangan itu pada Profesor Seo, maka seumur hidupnya, Baek Ja Eun akan dicurigai sebagai mahasiswa yang diterima masuk melalui penyuapan dan dia akan selamanya dihujat di media sosial,” lanjut Tae Hee, memohon.


“Aku mohon padamu. Tolong bersihkan namanya dari semua kecurigaan ini,” pinta Tae Hee memohon dengan tulus.

(Jika dulu, Tae Hee berjanji akan menyelidiki kasus ini hingga tuntas dan mencari kebenaran karena merasa bersalah dan sebatas tanggung jawab moralnya sebagai polisi, namun sekarang, alasan utama Tae Hee adalah ingin melindungi gadis yang dia cintai dan tidak ingin melihatnya terluka lagi, dia tidak ingin melihat gadis yang dia cintai terus difitnah dan dijadikan bahan hujatan publik. Apalagi jika karena dialah yang membuat Ja Eun dihujat publik)

Mendengar ucapan Tae Hee, Hong Man Shik tidak mengatakan apa pun, namun pria itu terlihat berada dalam dilema.


Entah berhasil atau tidak meyakinkan Hong Man Shik, namun Tae Hee tampak keluar dari dalam restaurant itu dengan ekspresi sedih dan kecewa. Dia baru saja akan membuka pintu mobilnya saat menyadari bahwa tangannya masih berdarah dan belum sempat dibersihkan atau diobati sebelumnya.



(Ke mana Dong Min? Entahlah. Mungkin Dong Min diturunkan di tengah jalan karena Tae Hee ingin menemui Hong Man Shik seorang diri)

Tae Hee spontan melihat keadaan di sekitarnya dan menemukan sebuah apotek tak jauh dari sana. Dia akhirnya masuk ke dalam apotek itu untuk membeli perban, kassa dan alkohol untuk membersihkan lukanya.

Setelah Tae Hee masuk ke dalam apotek itu, Ja Eun yang sebelumnya ada janji pertemuan dengan Hong Man Shik, berjalan ke arah yang sama dengannya. (Memang yang namanya jodoh di mana saja pasti akan bertemu ^^)


“Maafkan aku terlambat, Ahjussi. Aku hampir sampai sekarang,” ujar Ja Eun di ponselnya, tampak menelpon Hong Man Shik.

Setelah sambungan telepon terputus, Ja Eun melihat Tae Hee yang baru saja keluar dari dalam apotek seraya membawa plastik putih berisi obat-obatan yang baru saja dibelinya.



Tae Hee tampak mengangkat tangannya yang berdarah untuk melihat seberapa dalam luka itu, sebelum mengambil alkohol dari dalam plastik putih itu dan menyiramkannya ke tangannya yang terluka. Tae Hee tampak mengernyit menahan sakit saat alkohol itu mengenai lukanya. (Ya iyalah, luka dibersihkan pakai alkohol ya sudah tentu perih T.T)




Ja Eun berdiri mematung dan menatap Tae Hee dari kejauhan dengan tatapan iba dan merasa bersalah. Bagaimanapun juga, Tae Hee terluka demi melindunginya.

Setelah selesai membersihkan lukanya dengan alkohol, Tae Hee kemudian memasukkan kembali alkohol itu ke dalam plastik putihnya dan kini mengambil kapas untuk ditempelkan di luka tersebut.



Namun ketika dia akan membalut lukanya dengan kassa, karena dia bukan kidal dan lukanya ada di tangan kanan, Tae Hee tampak kesulitan saat harus membalut lukanya menggunakan tangan kirinya. Tanpa diduga, kain kassa itu jatuh dan menggelinding di tanah.



Tae Hee spontan melihat ke mana arah jatuhnya kassa tersebut, saat tiba-tiba saja dia melihat sepasang kaki berdiri tepat di depan kassa tersebut. Pemilik sepasang kaki tersebut membungkuk dan mengambil kassa itu dari tanah. 
Tatapan mata Tae Hee spontan mengikuti si pemilik kaki itu dan menyadari bahwa dia adalah Ja Eun.



 Tae Hee seketika mengalihkan tatapannya ke tanah setelah melihat Ja Eun di sana. Hatinya mendadak merasa berat. Tanpa ada kata yang terucap, Ja Eun melangkah mendekati Tae Hee dan berdiri di hadapannya. Dengan lembut, Ja Eun menarik tangan Tae Hee yang berdarah dan membantunya membalut luka itu. 


Tatapan mata Tae Hee yang tadinya menatap tanah seketika terangkat dan beralih menatap wajah Ja Eun yang kini berdiri di hadapannya. 
Tae Hee menatap Ja Eun lekat dengan tatapan penuh cinta dan kerinduan, dia seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan langka yang ada di depannya sekarang. 


Tae Hee menatap Ja Eun seolah-olah hari ini adalah hari terakhir di mana dia bisa menatap gadis itu sebaiknya.

Namun tatapannya seketika terhenti dan dia spontan memejamkan matanya menahan sakit, saat Ja Eun tak sengaja menekan lukanya yang terbuka. Tae Hee juga tampak sedikit gemetar. Tindakannya membuat Ja Eun yang tadinya fokus membalut luka itu seketika mengangkat wajahnya dan menatap Tae Hee dengan ekspresi penuh kekhawatiran.


“Maafkan aku. Kau harus menahannya sebentar,” ujar Ja Eun dengan lembut meminta maaf, dengan tatapan mata khawatir dan merasa bersalah.


(Apa ini bisa disebut sebagai “Hikmah di balik musibah”? Karena ini yang pertama kalinya Ja Eun berbicara lembut pada Tae Hee, setelah sebelumnya dia selalu berbicara dingin dan kejam. Aku yakin Tae Hee dalam hati pasti berharap dia bisa terluka setiap hari, asalkan dia bisa mendapatkan perhatian Ja Eun dan membuat Ja Eun bersikap lembut seperti ini xixixi ^^)


“Ya. Aku baik-baik saja,” sahut Tae Hee dengan lirih, kembali menatap tanah saat Ja Eun menatapnya. Namun ketika Ja Eun kembali fokus membalut lukanya, Tae Hee perlahan mengangkat wajahnya dan kembali menatap wajah cantik di hadapannya.


Berbeda dengan di EP 18, di mana Tae Hee menatap Ja Eun dengan malu-malu dan mencuri-curi pandang, kali ini Tae Hee menatap Ja Eun lekat secara terang-terangan. Tae Hee terus menatap Ja Eun tanpa sedikitpun memalingkan wajahnya.


Tatapan Tae Hee memberikan kesan seolah-olah berkata, “Jika aku tidak menatapnya sepuasnya hari ini, maka aku takut aku tidak akan bisa lagi menatapnya di masa depan. Ini adalah kesempatan langka jadi aku tidak akan menyia-nyiakannya.” Stare her as if today is my last day >_< Poor Tae Hee T_T


Blogger Opinion :
Di episode sebelumnya, Tae Hee berkata tidak akan datang mencari Ja Eun lagi, berkata akan melepaskannya, tapi saat melihat Ja Eun dalam bahaya, instingnya sebagai pria yang jatuh cinta, yang tidak rela membiarkan gadis yang dia cintai terluka, membuat Tae Hee sekali lagi menjilat ludahnya sendiri. Baru 1 episode, Tae Hee sudah berlari mendatangi Ja Eun lagi.

Feelingnya Tae Hee sama seperti lirik lagu jadul, “Telah kucoba menghapuskan namamu dari hatiku, tapi siapa dapat mengingkari perasaan sendiri?” See? Ujung-ujungnya logika dikalahkan oleh perasaan. Mencoba untuk tidak peduli, mencoba untuk menghapus rasa di dalam hati, namun semuanya sia-sia karena Tae Hee sudah terlanjur jatuh hati. She fell first, but he fell harder!


Ja Eun juga sudah mulai berani dan tidak malu-malu lagi melakukan skinship ke Tae Hee. Berbeda dengan EP 18, di mana Ja Eun harus bertanya lebih dulu saat akan memasangkan dasi di leher Tae Hee, kali ini, tanpa perlu meminta ijin lagi, Ja Eun secara spontan meraih tangan Tae Hee dan dengan lembut membantunya membalut luka itu. Entah karena itu adalah situasi mendesak, atau alam bawah sadarnya yang membuatnya melakukan itu karena mengetahui bahwa mereka saling menyukai, jadi sudah wajar jika dua orang yang saling menyukai terlibat kontak fisik, walaupun untuk sementara ini hanya berupa sentuhan tangan.


Tapi ini kemajuan, bukan? Yang cewek sudah berani menyentuh, dan yang cowok sudah berani menatap secara terang-terangan dan tidak malu-malu kucing lagi seperti sebelumnya. Amarah Ja Eun sepertinya sudah mulai mereda setelah adegan penyelamatan, setelah melihat Tae Hee terluka di depan matanya demi melindunginya. Bagus, Tae Hee. Tidak sia-sia kau terluka ^^ Tapi kenapa gak sekalian luka sampai koma aja dah? Biar Ja Eun makin nangis-nangis nyesel dan langsung memaafkan? Hahaha ^^ Drama banget jadinya ya, ya walaupun ini memang drama sih. Kenapa gak sekalian dibikin dramatis sih? Dan aku senang akhirnya jabatanmu berguna juga, aku senang akhirnya kau tidak salah menangkap orang lagi, kali ini kau menangkap penjahat yang tepat. Well done, Inspector!


Tatapannya Tae Hee bikin meleleh. Aktingnya Joo Won bener-bener keren banget. Walau tanpa dialog terucap dan hanya melalui tatapan mata, namun dia bisa membawa keluar semua perasaan Tae Hee dan membuat penonton ikut merasakannya. Bagaimana sedihnya Tae Hee, bagaimana terlukanya dia, bagaimana dia sangat merindukan Ja Eun dan betapa kesepiannya dia saat ini. Semuanya tersampaikan hanya dengan satu tatapan mata. And their chemistry is really amazing. Tae Hee terlihat benar-benar sangat mencintai Baek Ja Eun dan itu semua terlihat di matanya.

Bersambung...

Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/625 + https://gswww.tistory.com/626 + https://gswww.tistory.com/627 + https://gswww.tistory.com/628 )

Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia

---------000000---------

Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS! Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!

Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya, aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia Per-Youtube-an!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads