Setelah Guo Jing dan Ou Yang Feng
diduga tewas tenggelam bersama kapal besar yang meledak dan terbakar di tengah
lautan. Kini tinggal Huang Rong, Pengemis Tua Hong Chi Khong dan Ou Yang Khe
yang berada di perahu yang sama dan tak sengaja terdampar di pulau terpencil.
Bagaimanakah nasib Huang Rong saat harus bersama Ou Yang Khe, si pria hidung
belang dan berotak mesum tanpa Guo Jing di sisinya? Oh Ya, di episode ini juga
diperlihatkan bagaimana Huang Rong resmi diangkat menjadi Ketua Partai Pengemis
(Kaypang) generasi ke-19 dan diajari ilmu “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing”.
Lalu bagaimanakah nasib Guo Jing?
Benarkah dia tewas tenggelam di tengah lautan luas?
Dan kisahpun berlanjut...
Setelah dikisahkan terombang-ambing di
tengah lautan luas, akhirnya Huang Rong, Pengemis Tua Hong Chi Khong dan si
Racun Kecil, Ou Yang Khe terdampar di sebuah pulau terpencil. Ou Yang Khe
tampak sangat gembira karena akhirnya mereka dapat menemukan sebuah daratan. Huang
Rong yang tak punya pilihan (karena dia hanya seorang gadis kecil dan gurunya
pun sedang terluka) terpaksa bersikap baik pada Ou Yang Khe dan meminta
bantuannya untuk mencarikan gua untuk Huang Rong dan sang guru yang kini
terluka parah akibat gigitan ular beracun Ou Yang Feng.
Awalnya Ou Yang Khe terlihat enggan,
tapi karena yang menyuruhnya adalah seorang gadis muda yang cantik, seorang
gadis yang dia sukai, jadi pria brengsek seperti Ou Yang Khe akhirnya luluh
juga.
( Emang cowok di mana-mana sama ya, liat cewek cantik langsung bertekuk lutut deh. Kan Huang Rong diceritakan sangat cantik bagai Dewi di puncak Gunung Salju, walaupun Li Yi Tong kurang cantik, tapi ceritanya dia sangat cantik, hingga si playboy Ou Yang Khe pun jatuh hati beneran.)
( Emang cowok di mana-mana sama ya, liat cewek cantik langsung bertekuk lutut deh. Kan Huang Rong diceritakan sangat cantik bagai Dewi di puncak Gunung Salju, walaupun Li Yi Tong kurang cantik, tapi ceritanya dia sangat cantik, hingga si playboy Ou Yang Khe pun jatuh hati beneran.)
“Baiklah.” Jawab Ou Yang Khe menurut,
hingga akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah gua untuk Hong Chi Khong
beristirahat. Gua itu ditempati oleh guru dan murid tersebut, sementara Ou Yang
Khe tetap di luar gua.
Kemudian Ou Yang Khe datang ke dalam
gua untuk menyampaikan 2 buah kabar, kabar baik dan kabar buruk dengan wajah
liciknya yang menyebalkan. Kabar baiknya, dia baru saja berburu 2 ekor kelinci liar
untuk mereka masak, dan kabar buruknya adalah perahu kecil mereka hanyut ke
tengah lautan jadi mereka takkan bisa ke mana-mana dan selamanya terkurung di
pulau terpencil tersebut.
Ou Yang Khe menyampaikannya dengan
senyum gembira. Dia merasa gembira karena dialah yang sebenarnya menghanyutkan
perahu tersebut ke tengah lautan. Dengan harapan, setelah Hong Chi Khong mati
karena gigitan racun ular sang paman maka hanya tinggal dia dan Huang Rong
berdua di pulau terpencil.
Jika hanya tinggal mereka berdua di pulau tersebut,
maka dia akan dengan mudah memiliki Huang Rong. Huang Rong yang hanya seorang
gadis muda tentu tidak akan sanggup mengalahkan Ou Yang Khe, yang seorang pria
dengan kungfu yang lebih hebat dari dirinya. Dengan begitu, keinginannya untuk
menikahi Huang Rong dan menjadikan Huang Rong miliknya akan terlaksana, apalagi
saat itu mereka berpikir Guo Jing sudah meninggal.
Bahkan karena terlalu gembira, Ou Yang
Khe tidak peduli dan tidak marah walau Huang Rong tetap bersikap sinis dan
galak padanya.
“Adik Rong, sekarang walaupun kau
memukulku, memarahiku, aku tidak akan marah.” Ujar Ou Yang Khe dengan seringai
menyebalkan.
“Kenapa?” tanya Huang Rong curiga.
“Kau pikirkan saja, kita akan hidup
bersama di pulau terpencil ini. Memikirkannya saja sudah membuatku sangat
senang. Bagaimana aku bisa marah?” Jawab Ou Yang Khe dengan senyum
menyebalkannya.
“Tidak tahu malu.” Umpat Huang Rong
kesal.
“Di sini tidak ada orang lain. Untuk
apa aku malu padamu?” jawab Ou Yang Khe dengan nada tak tahu malu. ( Duh, nih
manusia mesum satu, pasti otaknya lagi mikir yang enggak-enggak deh >_<)
“Tapi di pulau ini hanya ada kita
bertiga, bukankah sangat kesepian?” ujar Huang Rong, mencoba mengubah strategi
dengan merayu si playboy mesum tersebut.
“Ada aku, bagaimana bisa kesepian?
Lagipula, jika kita melahirkan banyak anak, pasti tidak akan pernah kesepian.”
jawab Ou Yang Khe, otak mesumnya sudah memikirkan “indehoi” dengan Huang Rong
dan memiliki anak darinya. (Ngimpi aja loe sana!)
“Siapa yang mau melahirkan anak? Aku
tidak tahu caranya.” Jawab Huang Rong, kembali bersikap galak.
“Aku akan mengajarimu.” Jawab Ou Yang
Khe lagi. (Tuh, kan? Nih manusia satu, otaknya mesum mulu >__< Kagak doyan ma elu. Rong'er maunya sama Jing Gege! )
Setelah mengatakan kemesumannya, tangan
Ou Yang Khe tak sengaja memegang daging kelinci panas yang sedang
dipanggangnya. (ya sapa suruh loe bego? Uda tahu masih dibakar, malah dipegang.
Ya panaslah ckckck...)
Huang Rong memanfaatkan kesempatan ini
untuk mengerjai si racun kecil. Dia berpura-pura khawatir dan berkata ingin
memeriksa tangan Ou Yang Khe, tapi saat si mesum tersebut lengah, Huang Rong
memelintir tangan Ou Yang Khe dan memukulnya lalu lari ke dalam gua.
“Kau tidak apa-apa, kan? Sini, biar
kuperiksa. Cepat!” Huang Rong berakting seolah dia khawatir pada Ou Yang Khe,
membuat si mesum tersebut langsung terpesona dan jatuh dalam jebakan. (Ya kapan
lagi coba Rong’er perhatian?)
“Panas, tidak? Sakit, tidak?” tanya Huang
Rong dengan menggenggam tangan Ou Yang Khe yang sedang terpesona.
“Sakit.” Jawabnya dengan ekspresi
terpesona.
“Ah...Tidak sakit.” Ralatnya, masih
dengan wajah terpesona.
Note : Hahaha ^_^ Baru dipegang tangannya aja
uda salah tingkah gitu, apalagi kalau dipeluk kayak Guo Jing, ya? Langsung
klepek-klepek deh pastinya. Setidaknya walau Ou Yang Khe versi ini jelek dan
super mesum, dia terlihat benar-benar suka dengan Huang Rong. Lucu saat melihat
ekspresinya yang terpesona seperti itu. Lebih lucu lagi saat dia tahu dia sudah
ditipu berkali-kali oleh Huang Rong tapi masih saja lagi, lagi, dan lagi jatuh
dalam perangkap yang diciptakan oleh gadis itu. Ou Yang Khe versi ini memang
lebih fresh dari pada Ou Yang Khe yang dulu-dulu. Saking kesengsemnya dengan
kecantikan Huang Rong, sampai ditipu berkali-kalipun, dia tidak marah )
“Lain kali hati-hatilah.” Ujar Huang
Rong lembut tapi kemudian memelintir tangan pemuda mesum tersebut dan menusuknya dengan rompi landak. (makanya
punya otak jangan mesum mulu)
“Kau pakai rompi landak menusukku.” Ujar
Ou Yang Khe kesakitan saat Huang Rong menusuknya dengan rompi landak.
“Kuberitahu kau, jangan macam-macam
padaku lagi. Lain kali aku akan memukulmu jadi sarang tawon.” Ancam Huang Rong
galak.
“Aku tidak marah. Adik Rong, aku ada di
luar. Jika kau butuh sesuatu, panggil aku saja.” Seru Ou Yang Khe lantang. Dia
tampak tak mau menyerah.
Di dalam gua, Huang Rong hanya bisa
menangis dalam pelukan sang guru yang memeluknya seperti memeluk putrinya
sendiri.
“Guru, ini semua salah Rong’er yang
hanya tahu bermain, tidak berlatih dengan baik hingga tidak punya kemampuan
untuk membunuh penjahat itu.” Huang Rong tampak menyesal.
“Kungfu Ou Yang Khe di atas kungfumu,
kau hanya bisa bertarung dengan kepintaranmu. Tidak bisa pakai tenaga. Rong’er,
mulai sekarang, Guru hanyalah orang tua yang doyan makan dan minum, tidak bisa
melindungimu lagi.” ujar Hong Chi Khong cemas.
“Guru, jangan khawatir. Ada Rong’er,
Rong’er akan melindungimu.” Ujar Huang Rong dengan sayang.
“Anak baik. Kau dan Jing’er adalah anak
yang baik. Tidak tahu bagaimana nasib Jing’er sekarang. Guru sangat mengerti.
Jika bukan karena aku si tua bangka ini, melihat perasaanmu pada Jing’er, hari
itu kau pasti lebih memilih mati bersamanya.” Ujar Hong Chi Khong penuh
penyesalan.
“Guru, anda jangan bicara seperti itu.
Jika saja bukan karena aku dan Kakak Jing, guru takkan datang ke Pulau Persik.
Jika guru tak datang ke Pulau Persik, maka hal ini takkan terjadi.” Jawab Huang
Rong merasa bersalah.
“Anak bodoh, masalah ini di dunia ini
hanya Tuhan yang tahu. Hanya saja, Jing’er ini terlalu jujur. Aku merasa Tuhan
tidak seharusnya tidak berbelas kasih seperti ini. Tidak seharusnya. Tidak
akan. Tidak mungkin. Kakak Jing-mu pasti masih hidup.” Ujar Hong Chi Khong
memberi semangat.
Esoknya, Pengemis Tua itu teringat
tentang pertemuan pengemis yang akan diadakan tanggal 15 bulan depan, pertemuan
untuk membahas pemilihan Ketua baru. Awalnya Hong Chi Khong ingin memilih Guo
Jing sebagai penerusnya dan mewariskan ilmu “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing”
padanya serta mengangkatnya sebagai Ketua Baru Kaypang, tapi kini hidup Guo
Jing masih belum diketahui dengan jelas. Akhirnya karena hanya Huang Rong yang
ada di sampingnya sekarang, Hong Chi Khong pun memutuskan untuk menyerahkan
jabatan Ketua Kaypang pada gadis muda tersebut.
Huang Rong awalnya menolak karena dia
merasa dia masih terlalu muda untuk menjadi seorang Ketua, dia juga masih suka
bermain-main, ditambah lagi dia adalah seorang gadis.
“Guru, kau tidak mungkin bermaksud
ingin mengangkat Rong’er jadi Ketua Kaypang, kan?” tanya Huang Rong curiga.
“Aku memang ingin mengangkatmu jadi
ketua. Awalnya Guru ingin mengangkat Jing’er menjadi Ketua, tapi demi
menyelamatkan pengemis tua ini, sekarang Jing’er tak tahu di mana
keberadaannya. Guru tidak tahu berapa lama lagi akan hidup di dunia ini.
Sebelum guru mati, setidaknya harus menyerahkan jabatan ini pada seseorang yang
bisa dipercaya. Jika tidak begitu maka saat aku harus pergi ke neraka, aku juga tak punya
muka lagi bertemu dengan para ketua sebelumnya.” Ujar Hong Chi Khong.
“Tapi Rong’er sejak lahir suka membuat
masalah. Guru, bukan Rong’er tidak bersedia, hanya saja Rong’er takut
mengecewakanmu.” Huang Rong tetap menolak.
Namun karena Hong Chi Khong
berpura-pura sekarat, akhirnya Huang Rong pun terpaksa menurut pada sang guru. Di
dalam gua tersebut akhirnya Hong Chi Khong mengangkat Huang Rong menjadi ketua
baru Kaypang dan mengajarinya ilmu “36 Jurus Tongkal Pemukul Anjing”.
Setelah mengajari ilmu “36 Jurus
Tongkat Pemukul Anjing”, Hong Chi Khong mendadak pingsan. Ou Yang Khe yang melihat
Huang Rong sedang berusaha menyembuhkan sang guru, masuk ke dalam gua dan ingin
membunuh Hong Chi Khong agar kelak dia hanya berdua dengan Rong’er. Huang Rong
tentu tidak membiarkan hal ini terjadi, dia sempat bertarung dengan Ou Yang Khe
dan membuat si mesum tersebut kalah dengan arahan dari Hong Chi Khong.
Ou Yang Khe dengan licik berlari keluar
gua. Di luar gua, tanpa mendengar instruksi dari sang guru, Huang Rong akhirnya
kalah. Ou Yang Khe hampir saja berbuat macam-macam pada gadis itu andai saja
Hong Chi Khong tidak berpura-pura kuat dan memelintir tangan Ou Yang Khe,
memaksanya untuk membuka totokan Huang Rong.
Sejak itu, Ou Yang Khe tak berani
mendekati Huang Rong lagi. Tapi sayang, Hong Chi Khong hanya berpura-pura kuat.
Huang Rong yang cemas tidak tahu sampai berapa lama bisa membohongi Ou Yang
Khe, akhirnya menemukan sebuah cara untuk membunuh si racun kecil itu, yaitu
dengan menjatuhkan sebuah batu besar dari atas tebing.
Huang Rong merayu Ou Yang Khe sekali
lagi. Dan seperti biasa, Ou Yang Khe pasti jatuh dalam perangkap dengan mudah
bila Huang Rong bersikap manis padanya.
Note : Cowok kalau lagi jatuh cintrong ma
cewek, logika gak jalan ya. Kayak si mesum satu ini, dia sudah pengalaman
ditipu berkali-kali oleh Huang Rong, eh masih saja jatuh dalam perangkap
ckckck... Yang o’on sapa sih?)
“Sungguh tidak disangka, kita berdua
bisa terdampar di sini.” Huang Rong memulai siasatnya.
“Mungkin ini adalah takdir dari Tuhan,
juga jodoh kita berdua.” Jawab Ou Yang Khe, jatuh dalam perangkap.
“Kakak Jing sudah mati. Kelak mungkin
sudah tidak ada lagi yang baik padaku sepertinya.” Jawab Huang Rong, tetap
memainkan siasatnya.
“Tidak. Adik Rong, asalkan kau
memberiku kesempatan. Aku pasti bisa lebih baik dari Guo Jing. Jujur saja, saat
itu melamar ke Pulau Persik adalah ide dariku. Benar. Pamanku menginginkan
Kitab 9 Bulan, tapi aku juga tulus ingin menikah denganmu.” Jelas Ou Yang Khe
panjang lebar.
Dia tidak menyadari jika Huang Rong
perlahan-lahan sedang memancingnya ke tempat di mana batu besar itu akan
dijatuhkan.
“Apa kau ini sebenarnya serius suka
padaku? Apakah kau benar-benar tulus baik padaku?” lagi, Huang Rong merayu.
“Tentu saja. Adik Rong, sejak aku
bertemu denganmu di Istana Chao, aku sudah jatuh cinta padamu. Senyummu,
membuatku tergila-gila. Benar. Aku Ou Yang Khe, sebelumnya memang memiliki
banyak wanita, ini fakta. Tapi terhadapmu aku sangat tulus. Aku bersedia
memberikan segalanya untukmu. Walau sekarang aku tak bisa mendapatkanmu, tak
masalah. 5 tahun, 10 tahun, walaupun seumur hidup, aku tetap akan menunggu
hingga kau berpaling. Adik Rong, berikanlah aku satu kesempatan.” Ujar Ou Yang
Khe, mengoceh panjang lebar. Tanpa menyadari Huang Rong sedang menyiapkan
jebakan untuknya.
Saat Ou Yang Khe mengulurkan tangan ke
arah Huang Rong, gadis itu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melilitkan
ranting di tubuh Ou Yang Khe. Dan saat playboy mesum tersebut bergerak maka spontan
batu besar tersebut jatuh menimpa kakinya.
Tepat pada saat Ou Yang Khe jatuh
tertimpa batu besar, Guo Jing dan Ou Yang Feng muncul di sana.
(Welcome back to
the scene, William ^_^ Jie-jie miss you so much xixixi ^_^)
“Rong’er.” Panggil Guo Jing dengan
gembira saat melihat kekasihnya ada di pulau yang sama.
(Emang jodoh gak ke mana-mana, ya ^_^)
“Jing Gege.” Huang Rong juga berseru
girang saat melihat kekasih hatinya tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Guo
Jing segera berlari ke arah Huang Rong dan memeluknya erat penuh kerinduan.
( Kangen-kangenan dulu lah bentar, kan
uda lama gak pelukan nih.)
“Rong’er.” Panggil Guo Jing sekali
lagi. (Udah, jangan lama-lama peluknya. Jie-jie kan jadi iri ceritanya hahaha
^_^)
“Jing Gege, aku tidak bermimpi, kan?”
Huang Rong balas memeluk kekasihnya dengan erat. (tukeran tempat dong, Meme Li Yi Tong hahaha ^_^)
Sementara kedua pemeran utama kita
sedang asyik peluk-pelukan dan melepas kangen, Ou Yang Khe sedang kesakitan
karena kakinya tertimpa batu besar dan sang Paman tercinta sibuk berusaha
menolongnya.
( Loe kena karma batu, Ou Yang Khe! Siapa
suruh waktu di Pulau Persik pake cium-cium batu segala? Batunya merasa ternista tuh,
makanya sekarang kakimu tertimpa batu wkwkwk ^_^ Blogger gak benci Ou Yang Khe
kok, cuma sebel aja setiap ingat ada yang bilang kalau Ou Yang Khe lebih
ganteng dari Guo Jing. Ganteng pala loe peyang >__<)
“Rong’er, ini benar aku.” Ujar Guo Jing
dengan gembira.
“Jing Gege, Rong’er pikir seumur hidup
takkan bisa bertemu denganmu lagi.” Ujar Rong’er terharu dan gembira.
“Rong’er, aku juga.” Jawab Guo Jing.
Namun kemesraan mereka terganggu setelah mendengar jerit kesakitan Ou Yang Khe.
Akhirnya, Ou Yang Feng menyandera
Pengemis Tua agar mereka semua mau menolong sang keponakan.
Huang Rong bersedia menolong dengan
memberikan 3 syarat :
1. Di pulau ini, Ou Yang Feng tak boleh
membunuh mereka bertiga (Guo Jing, Huang Rong, Hong Chi Khong).
2. Pertandingan memilih menantu di
Pulau Persik, Ou Yang Khe sudah kalah jadi Ou Yang Feng kelak tak boleh lagi
kembali melamar pada Huang Yao Shi.
3. Jika tak berhasil menolong Racun
kecil dan dia tetap mati, Ou Yang Feng tak boleh menuntut balas pada mereka
karena ini adalah kehendak Tuhan.
Ou Yang Khe walau tahu bahwa ini semua
adalah jebakan Huang Rong tapi dia tetap tidak mengadukan gadis itu pada sang
Paman.
“Walau mati di tanganmu, aku rela.” Ujarnya,
terdengar tulus.
Di dalam gua, Hong Chi Khong bercerita
bahwa semua orang di dunia ini ditakdirkan untuk mengalami satu hal yang sudah
pasti akan terjadi, yaitu perpisahan. Setelah mendengar kata perpisahan, Guo
Jing spontan memandang Rong’er dan berpikir tentang bagaimana dia hampir saja
berpisah dengan sang kekasih dan ini membuatnya sangat bersyukur karena telah
diberi kesempatan untuk kembali bertemu dengan sang kekasih.
Keesokan harinya, Guo Jing dan Huang
Rong berjalan-jalan di pantai seraya bergandengan tangan dengan mesra. Huang Rong
mulai bercerita tentang masa kecilnya yang kesepian di Pulau Persik.
“Jing Gege, kau tahu tidak? Sejak kecil,
aku tumbuh di Pulau Persik. Walau ayah sangat menyayangiku tapi dia jarang menemaniku
bermain. Selain para pelayan bisu, tidak ada orang lain. Jadi saat masih kecil,
Rong’er sering mendatangi tepi laut. Tidak peduli ada masalah apa, besar atau
kecil, Rong’er selalu menceritakannya pada laut luas.” Huang Rong mulai
bercerita tentang masa kecilnya pada Guo Jing.
Guo Jing yang awalnya menatap Huang
Rong, sekilas memandang laut lepas, kemudian dia kembali menatap sang kekasih
dan berkata lembut, “Kelak ada aku, kau punya masalah apa, katakan saja padaku.”
Ujarnya dengan tersenyum penuh cinta.
( Kelak ada kamu ya, Jing Gege? Kok pede
amat? Uda lupa sama si Putri Mongol, ya? Gimana kabar tunanganmu yang satu
lagi? Di dalam hati Jing Gege hanya ada Rong’er, dia bahkan lupa sama sekali
bahwa dia juga memiliki tunangan yang lain yaitu Hua Cheng...)
“Jing Gege, apa kau mau menjadi Ketua
Kaypang?” tanya Huang Rong, ingin memberikan jabatan itu pada Guo Jing.
“Bukankah Guru sudah memilihmu sebagai
Ketua Kaypang yang baru?” Guo Jing balik bertanya dengan heran.
“Tapi aku seorang gadis, tak pantas
menjadi Ketua. Kau coba bayangkan, kelak jika kau jadi Ketua, ada pengemis
besar dan pengemis kecil yang semuanya memberi hormat padamu. Bukankah itu
sangat keren?” bujuk Huang Rong. Tapi Guo Jing bukanlah seseorang yang ambisius
yang gila jabatan.
“Aku tak bisa menjadi Ketua Kaypang.
Aku tak punya ide apa pun. Jangankan hal besar, hal kecil saja, tidak
terpikirkan olehku.” jawab Guo Jing dengan polosnya.
“Tapi jika kau tak mau menjadi Ketua,
kau tak bisa belajar “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing.” ujar Huang Rong.
“Kau atau aku yang belajar, tidak ada
bedanya.” Jawab Guo Jing bijaksana.
Kemudian angin bertiup kencang dan
mengacaukan rambut mereka. Huang Rong melihat rambut Guo Jing berantakan lalu
merapikan rambut kekasihnya.
“Jing Gege, lihat! Rambutmu berantakan.”
Ujarnya lembut seraya merapikan rambut Guo Jing.
Saat itulah tiba-tiba air laut mulai
pasang dan hampir membasahi kaki mereka. Huang Rong yang melihatnya segera
meraih tangan Guo Jing dan mengajaknya menjauhi pantai. Tapi dari sanalah Huang
Rong mendapat ide untuk mengangkat batu besar yang menimpa kaki Ou Yang Khe.
Episode berikutnya, Ou Yang Feng dan Ou
Yang Khe meninggalkan mereka bertiga di pulau tersebut. Kemudian di tengah laut
saat hampir tenggelam, mereka bertemu dengan kapal milik Wan Yen Hong Lieh.
Guo Jing dan rombongannya pun akhirnya naik ke atas kapal yang sama. Wah,
ketemu lagi dong, ya?
Karena episode di kapal Wan Yen Hong
Lieh hampir tak ada sweet moment alias adegan mesra atau adegan romantis antara
Guo Jing dan Huang Rong (karena mereka ditawan gimana bisa mesra-mesraan?) jadi
kemungkinan besar pasti akan dipersingkat dan diambil intinya saja. Atau mungkin akan langsung di skip di adegan di Desa Niu hihihi ^_^
Berikutnya : Episode 27-28
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar