Minggu, 25 November 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 23)

Masih dengan tema yang sama yaitu “Melamar Ke Pulau Persik”. Akhirnya Guo Jing mendapatkan dukungan dari sang guru yaitu Pengemis Utara, Hong Chi Khong yang sengaja datang ke Pulau Persik untuk memenuhi panggilang sang murid tersayang. Masih ingat dong ya saat episode 20 di mana Guo Jing diajari cara melamar yang benar oleh Bocah Tua Nakal? Saat itu Bocah Tua Nakal mengajari Guo Jing jika ingin menikahi anak gadis orang maka dia harus melamar secara sopan kepada orang tua si gadis dengan membawa orang tua atau wali untuk melamar secara pantas. Karena ayah Guo Jing sudah meninggal dan sang Ibu berada di Gurun yang sangat jauh dari Pulau Persik, jadi sang guru adalah satu-satunya yang tersisa sekarang.

Guo Jing yang tidak sebodoh yang dipikirkan orang  lain akhirnya lebih memilih memanggil gurunya Hong Chi Khong daripada 7 Pendekar Jiang Nan, mengingat Pengemis Utara Hong Chi Khong dan Sesat Timur Huang Yao Shi berada di level yang sama, jadi besar kemungkinan bahwa dengan memandang sang guru, Huang Yao Shi akan memberi Guo Jing kesempatan untuk melamar dan memberinya ijin untuk berpacaran dengan Huang Rong. Dan ternyata prediksinya benar. 

Namun walau begitu, jalan Guo Jing untuk meminang Huang Rong tidaklah mudah karena mendapat tantangan dari Ou Yang Khe yang juga berniat untuk melamar. Episode kali ini, tibalah saat bagi Huang Yao Shi untuk memilih menantu yang kelak akan dijodohkan dengan putrinya. Guo Jing vs Ou Yang Khe Part 3. Walau tahu bahwa pemenangnya adalah Guo Jing tapi tidak ada salahnya kita simak kisahnya berikut ini...






Dan kisahpun berlanjut... 
Bocah Tua Nakal tak sengaja mendengar obrolan antara Ou Yang Feng dan Ou Yang Khe yang datang ke Pulau Persik dengan tujuan sebenarnya adalah merebut Kitab 9 Bulan yang ada pada Huang Yao Shi, jadi bukan murni ingin melamar Huang Rong, tapi adalah misi terselubung di balik agenda lamaran tersebut.

Ou Yang Khe berkata bahwa satu-satunya cara agar dapat merebut Kitab 9 Bulan tanpa perlu menghabiskan tenaga untuk bertarung dengan si Sesat Timur adalah dengan menjadi menantunya. Jika Ou Yang Khe menjadi menantu Sesat Timur maka secara otomatis Huang Yao Shi pasti akan bersedia berbagi Kitab 9 Bulan tersebut dan mengajarkannya pada menantunya kelak.

Note : Kitab 9 Bulan yang ada di tangan Huang Yao Shi adalah jilid Kedua yang dicuri oleh Mei Chao Feng dan Chen Xuan Feng. Karena kitab tersebut telah dicuri oleh Mei Chao Feng dan suaminya jadi Feng Heng (Ibu Huang Rong) kembali menyalin kitab yang dicuri tersebut demi agar suaminya tidak marah. Dan karena kelelahan akibat menyalin kitab tersebutlah, Ibu Huang Rong akhirnya meninggal setelah melahirkan putri semata wayangnya. Sementara Kitab 9 Bulan Jilid 1 ada di tangan Bocah Tua Nakal yang disimpan di dalam gua Hutan Persik. Namun kini baik Kitab 9 Bulan Jilid 1 maupun Jilid 2 telah dipelajari oleh Guo Jing secara lengkap. Kitab 9 Bulan Jilid 2 tersebut ditulis di atas kulit dada Chen Xuan Feng yang dijadikan pembungkus belati Guo Jing dan dicuri kembali oleh Guru Kedua Guo Jing, si Pelajar Bertangan Cepat saat di Wisma Awan.

Bocah Tua Nakal yang mendengar tentang konspirasi tersebut segera melaporkannya pada Guo Jing dan Huang Rong. Saat itu, sepasang kekasih yang saling merindukan itu sedang asyik-asyiknya berpelukan dan kangen-kangenan saat tiba-tiba Bocah Tua Nakal menerobos masuk ke kamar Guo Jing dan menangkap basah Guo Jing dan Huang Rong sedang bermesraan.


“Rong’er, kau tenang saja. Walau ayahmu memukulku sampai mati, aku tidak akan membiarkanmu menikah dengan Ou Yang Khe.” Ujar Guo Jing penuh tekad, seraya menarik Huang Rong ke dalam pelukannya dan memeluknya erat. Seolah takut gadis itu akan hilang dan direbut orang bila lepas dari pelukannya.


Saat sedang asyik berpelukan itulah, Bocah Tua Nakal menerobos masuk ke kamar Guo Jing dan meledek adik angkatnya. Guo Jing dan Huang Rong spontan menjauhkan diri mereka dengan malu-malu, karena tertangkap basah sedang bermesraan.


Note : Nih Bocah Tua Nakal gangguin orang pacaran aja deh *jitak Bocah Tua Nakal* Tapi nih anak gadis masuk ke kamar seorang pria dan peluk-pelukan, walau sama pacarnya sendiri, tapi kalau tertangkap basah oleh Huang Yao Shi gimana? Bisa-bisa Huang Yao Shi makin gak suka sama Guo Jing karena mikir kalau Guo Jing uda berani pegang-pegang alias peluk-peluk anak gadisnya, di dalam kamarnya Guo Jing pula. Untung aja yang menangkap basah mereka pelukan si Bocah Tua Nakal.

“Kakak Chou.” Ujar Guo Jing terkejut. Huang Rong hanya mengerucutkan bibirnya malu dan kesal karena moment kangen-kangenannya diganggu orang. 


“Otak Kayu, kau seperti memungut harta saja. Peluk begitu erat.” Sindir Bocah Tua Nakal pada Guo Jing, mengomentari kemesraan sepasang kekasih kecil itu.

Lalu kemudian Bocah Tua Nakal menceritakan apa yang didengarnya dari Ou Yang Feng dan Ou Yang Khe tentang rencana menikahi Huang Rong yang hanya kedok semata karena tujuan utama mereka adalah merebut Kitab 9 Bulan Jilid Kedua yang ada di tangan Huang Yao Shi.

Bocah Tua Nakal kemudian menyuruh Guo Jing dan Huang Rong melarikan diri bersama. Huang Rong curiga kenapa Bocah Tua Nakal membantu mereka padahal yang dia tahu, Bocah Tua Nakal tidak menyukai ayahnya. 

Bocah Tua Nakal menjawab bahwa dia hanya menentang Huang Yao Shi bukan Huang Rong, dia tak punya alasan untuk membenci Huang Rong karena Huang Rong hanyalah seorang gadis kecil yang tidak tahu apa-apa. 

Bocah Tua Nakal juga menjawab bahwa jika adik angkatnya yang bodoh ini, Guo Jing kawin lari bersama putri kesayangannya, Huang Yao Shi pasti akan marah hingga gila dan membayangkannya saja dia sudah sangat gembira.


Guo Jing yang baik menolak untuk pergi dan mengusulkan agar mereka memberitahu ayah Huang Rong tentang motif terselubung si Racun Barat datang melamar. Huang Rong pun setuju bahwa mereka tidak perlu takut pada si Racun Barat karena sudah ada Guru mereka yaitu Pengemis Utara yang datang untuk membantu. (Ya jelas Guo Jing menolak pergi lah, dia kan pengen melamar baik-baik bukan kawin lari sama anak gadis orang)

Bocah Tua Nakal akhirnya kabur melalui jendela kayu kamar Guo Jing saat mendengar suara Ou Yang Feng memanggilnya. Guo Jing yang tahu bahwa Bocah Tua Nakal akan bertarung dengan Racun Barat segera berlari keluar untuk melihat. Huang Rong pun ikut serta.


Terjadi duel antara Racun Barat dan Bocah Tua Nakal, dan Bocah Tua Nakal tak sengaja menggunakan ilmu 9 Bulan. Sadar bahwa dia telah tak sengaja melanggar sumpahnya pada kakak seperguruannya, Bocah Tua Nakal melarikan diri dan tak mau bertarung lagi. Racun Barat ingin mengejar tapi Pengemis Utara menghalangi.

“Sepertinya ada yang ingin membunuh untuk menutup mulut.” Sindir Huang Rong pada Ou Yang Khe. Mereka semua kini sudah ada di beranda Rumah persik.


“Rong’er, kau jangan dengarkan apa katanya. Aku sangat tulus ingin menikah denganmu. Kau harus percaya padaku.” Ou Yang Khe membela diri.

Note : Dia memang aslinya suka kok, hanya saja Ou Yang Khe terlaiu serakah, karena selain ingin menikahi Huang Rong, dia juga ingin mendapatkan Kitab 9 Bulan untuk pamannya. Jadi si Ou Yang Khe ini pengennya “Sekali Mendayung Dua Pulau Terlampaui” atau “Sambil Menyelam Minum Air”. Coba niatnya hanya ingin menikahi Huang Rong dengan tulus tanpa misi terselubung ingin mendapatkan Kitab 9 Bulan juga, mungkin penonton sepertiku bisa sedikit simpati pada Ou Yang Khe. Sayangnya, dia punya misi terselubung jadi agenda melamar terkesan hanya kedok semata. Kalau Guo Jing kan tulus cinta, tanpa agenda terselubung apa pun, dia hanya ingin menikahi Huang Rong dan bersama gadis itu selamanya, sebodo amat sama Kitab 9 Bulan.

“Apa kau pantas memanggilku Rong’er?” sindir Huang Rong sinis.

“Saudara Yao, kau lihatlah mereka. Keponakanku dan putrimu memang serasi. Setiap bertemu pasti bertengkar, itu adalah tanda sayang. Kelak setelah mereka menikah, kau harus memberikan lebih banyak perhatian.” Ujar Racun Barat, seolah-olah Huang Yao Shi telah memberikan restunya.

“Setelah menikah? Apanya yang setelah menikah? Tak lihat Pengemis Tua ada di sini?” Pengemis Tua spontan menyuarakan keberatannya.

“Saudara Chi, ini adalah masalah pribadiku dengan Saudara Yao. Kau tidak usah ikut campur.” Ujar Racun Barat mengingatkan. 

“Kau ada masalah pribadi, aku juga punya masalah pribadi. Kau tak mau aku ikut campur, aku juga tak mau kau ikut campur. Siapa yang tidak boleh ikut campur, masih belum jelas saat ini.” jawab Pengemis Tua tak peduli.

“Saudara Yao, aku punya satu permintaan padamu.” Lanjut Hong Chi Khong pada Huang Yao Shi. 
“Saudara Chi ada perintah apa, katakan saja. Hubungan persaudaraan puluhan tahun, Kakak ada permintaan, adik tak berani menolak.” Jawab Huang Yao Shi merendah.

“Jangan cepat menyetujui, hal ini tidak sederhana.” Jawab Pengemis Tua mengingatkan dulu. 
“Jika itu hal yang mudah, Saudara Chi takkan jauh-jauh datang ke Pulau Persik mencariku.” Jawab Huang Yao Shi. 

“Baik. Ini baru saudara yang baik. Jadi kau sudah setuju?” pancing Hong Chi Khong. 
“Aku janji.” Jawab Huang Yao Shi berjanji akan mengabulkan permintaan Hong Chi Khong.

Guo Jing dan Huang Rong saling pandang dengan tersenyum gembira karena tahu maksud sang Guru. Tapi Racun Barat juga tidak bodoh, dia bisa mencium ada sesuatu yang tidak beres di sini.

“Saudara Yao, tunggu! Jangan buru-buru menyetujui. Lebih baik dengarkan dulu apa yang akan dikatakan Saudara Chi.” Ujar Racun Barat tampak waspada.

“Racun Tua, kau tak perlu repot-repot memikirkannya. Kau cukup siap-siap menghadiri undangan.” Jawab Pengemis Tua dengan percaya diri. 
“Undangan apa?” tanya Racun Barat tak mengerti.

“Undangan apa? Kau lihat! Mereka berdua adalah muridku. Hari ini aku ingin meminta Saudara Yao ijinkan mereka berdua untuk menikah. Saudara Yao tadi sudah setuju, benarkan? Semua sudah mendengarnya.” ujar Pengemis Tua seraya melirik kedua muridnya yang mengangguk dengan gembira.

“Saudara Chi, itu tidak mungkin. Saudara Yao sudah jodohkan Putrinya dengan keponakanku. Hari ini kami datang kemari ingin menyerahkan mas kawin.” Jawab Racun Barat dengan kepercayaan dirinya.

“Saudara Chi, kau tidak sedang bercanda, kan?” tanya Huang Yao Shi mengkonfirmasi. 
“Siapa yang bercanda denganmu?” jawab Pengemis Tua tak mau kalah.

“Satu Putri dipinang oleh dua pria, semuanya ada ijin dari orang tua. Hari ini aku adalah wali dari Guo Jing untuk melamar.” Lanjut Pengemis Tua, menjelaskan maksud kedatanganya ke Pulau Persik yaitu melamar Huang Rong untuk Guo Jing. 

“Saudara Yao sudah setuju untuk menjodohkan putrinya pada keponakanku. Masih butuh apalagi?” jawab Racun Barat dengan penuh percaya diri. 

“Saudara Yao setuju, tapi aku Pengemis Tua tidak setuju.” Jawab Pengemis Tua, tak mau menyerah.
“Jadi kau sengaja ingin menentangku, Ou Yang Feng?” tantang Si Racun Barat, Ou Yang Feng. 
“Kalau iya memangnya kenapa?” Pengemis Utara menjawab tantangan tersebut. 
“Jing’er, Rong’er tutup telinga kalian.” Perintah Hong Chi Khong pada kedua muridnya.

Dan terjadilah pertarungan yang hebat adu tenaga dalam antara Hong Chi Khong vs Ou Yang Feng, ditambah dengan Huang Yao Shi yang ingin menengahi. Tenaga dalam Guo Jing sangat kuat (sejak dia meminum darah ular di Istana Chao) jadi dia tidak terpengaruh oleh alunan suara musik dari ketiga pendekar tersebut. Tapi Ou Yang Khe tidak.


Ou Yang Khe berpikir Guo Jing ingin mencari perhatian dari Huang Rong dan ayahnya agar tampak hebat. Itu sebabnya dia berniat menyerang Guo Jing diam-diam untuk melampiaskan kekesalannya. Guo Jing yang menyadari hal tersebut, lebih dulu memukul Ou Yang Khe dan membuatnya terluka dalam (untunglah tidak parah). Melihat Ou Yang Khe terluka, Ou Yang Feng menarik diri dari pertarungan.


Huang Yao Shi yang melihat bahwa kedua Pendekar Hebat tersebut sama-sama tak mau mengalah dan pasti akan menghabiskan beribu-ribu jurus serta pertarungan berhari-hari lamanya untuk menentukan pemenangnya, jadi dia memutuskan untuk mengadakan Pertandingan 3 Babak Memilih Menantu.

“Hari ini kalian berdua sudah memandangku, sama-sama datang kemari untuk melamar. Aku sangat tersanjung. Jika kalian beradu jurus, aku lihat setidaknya ribuan jurus baru bisa bedakan pemenangnya. Di samping itu, Pertandingan di Gunung Hua juga tak lama lagi. Adik punya usul, entah kalian mau menerimanya atau tidak.” Ujar Huang Yao Shi mencoba mencari jalan keluar.

“Aku akan mengadakan Pertandingan 3 Babak untuk memilih menantu. Siapa yang lebih unggul, aku akan jodohkan putriku padanya.” Lanjut Huang Yao Shi.

Akhirnya diadakanlah pertandingan 3 Babak untuk memilih menantu antara Guo Jing vs Ou Yang Khe. Siapapun pemenangnya, dialah yang akan dijadikan menantu oleh Huang Yao Shi dan berhak menikahi Huang Rong.
 
“Besok Kakak Jing akan bertanding dengan Ou Yang Khe. Ayah tak suka Kakak Jing. Ayah pasti akan mencari cara untuk menyusahkannya. Jika Kakak Jing kalah, kami takkan bisa bersama lagi. Bagaimana ini? Alangkah baiknya jika Ibu masih hidup, Ibu pasti akan pikirkan cara yang baik untukku.” Ujar Huang Rong dalam hati.

Huang Rong yang tahu bahwa ayahnya tidak menyukai Guo Jing takut ayahnya akan mencari cara untuk mempersulit sang kekasih. Semalaman dia tidak bisa tidur dan diam-diam mengunjungi makam sang Ibu. Di sana dia melihat ayahnya bicara pada mendiang Ibunya.


“Ah Heng, besok aku akan pilihkan suami untuk Rong’er kita. Kau di sana harus membantuku memilih yang terbaik untuknya. Aku tahu kau sangat menyayangi putri kita, aku juga demikian. Aku ingin Rong’er mendapatkan suami yang sempurna, tapi takdir tidak bisa sesuka keinginan kita. Kita hanya bisa berusaha semaksimal mungkin.” Ujar Huang Yao Shi pada mendiang sang istri, tanpa tahu Huang Rong diam-diam menguping.

“Ibu, kau harus memberkati Kakak Jing.” Doa Huang Rong dalam hati.

Akhirnya pagi tiba, pertandinganpun dimulai. Tapi sebelum memulai pertandingannya, Huang Yao Shi memberikan beberapa peraturan terlebih dahulu.

“Hari ini aku akan pertandingan 3 babak memilih menantu. Siapapun yang menang, aku akan mengakuinya sebagai menantu dan menjodohkan Rong’er dengannya. Tapi bagi yang kalah, aku akan mengajarinya ilmu apa pun agar kedatangannya kemari tidak sia-sia.” Ujar Huang Yao Shi.

“Saudara Yao, alangkah baiknya jika kau memiliki 2 orang Putri. Jadi dengan begitu mereka tidak perlu berebut lagi, masing-masing dapat 1.” Ujar Pengemis Utara dengan nada bercanda. 
“Saudara Chi, kau ini bisa saja.” Jawab Huang Yao Shi dengan tertawa.

Babak Pertama adalah adu silat di atas pohon persik. Guo Jing melawan Ou Yang Feng sementara Ou Yang Khe melawan Hong Chi Khong. Peraturannya adalah Senior tidak boleh melukai junior dan tidak boleh memakai tenaga dalam, dan siapa yang jatuh lebih dulu ke tanah maka dia yang kalah. Yang bisa bertahan paling lama di atas pohon, dialah pemenangnya.


Ou Yang Feng bertindak curang dengan menggunakan tenaga dalam hingga membuat Guo Jing hampir terjatuh dari atas pohon persik, untunglah dia hanya tersangkut di antara ranting-ranting pohon persik.
 
Huang Rong yang melihat hal itu, spontan memberi semangat pada sang kekasih, “Racun Tua memakai tenaga dalam. Kakak Jing, hati-hati.” Teriaknya panik saat melihat Guo Jing hampir terjatuh.

 

Ou Yang Khe memanfaatkan kesempatan ini untuk menginjak perut Guo Jing agar Guo Jing terjatuh ke tanah. Tapi Hong Chi Khong yang melihat sang murid hampir jatuh segera menarik Guo Jing ke atas dengan tenaga dalamnya.


Huang Rong yang melihat tim Ou Yang Feng curang, merasa tak terima. 
“Ou Yang Khe, kau Racun Kecil brengsek.” Huang Rong mengumpat kesal lalu segera mengeluarkan jarum dan melemparkan jarum-jarum tersebut ke arah Ou Yang Khe dengan ilmu “Langit Penuh Hujan Jarum Emas” yang diajarkan Hong Chi Khong padanya.



Note : Di Forum International yang kubaca, semua komentator di sana sangat menyukai adegan Huang Rong melempar jarum karena terlihat sangat elegan dan berkelas. Very classy, begitu mereka menyebutnya. Adegan yang tak ada di versi-versi sebelumnya. Sebenarnya adegan ini ada di novel Revisi terbaru Gramedia 2014 walau urutan adegannya berubah, namun yang pasti juga ada adegan Huang Rong melempar jarum dan adegan Guo Jing melindungi Huang Rong saat gadis itu diserang balik oleh Ou Yang Feng yang berusaha menyelamatkan keponakannya. Adegan seperti di bawah ini.


Ou Yang Feng yang melihat keponakannya hampir diserang, balik menyerang Huang Rong dengan menggunakan tenaga dalamnya. Guo Jing yang melihat itu segera berlari ke arah sang kekasih dan melindunginya.



Dia tidak ingin melihat gadis yang dicintainya terluka akibat pukulan Ou Yang Feng. Guo Jing sama sekali tidak peduli bila dia pasti akan terluka atau semacamnya, karena dalam pikirannya yang sederhana, biar dia saja yang terluka, asalkan jangan gadis yang dicintainya.



Huang Yao Shi yang melihat kejadian tersebut spontan menggunakan tenaga dalamnya dan membantu Guo Jing dari belakang. Setidaknya dengan bantuan Huang Yao Shi, tenaga yang dikerahkan Ou Yang Feng untuk menyerang Guo Jing terpental setengahnya. Jika tidak, Guo Jing pasti sudah mati terkena pukulan Ou Yang Feng saat melindungi kekasihnya, Huang Rong. Sebenarnya, nilai Guo Jing di mata Huang Yao Shi sudah bertambah.

 


“Ini salahku. Aku lepas kendali dan tak sengaja mengerahkan tenaga. Nona Huang, apa aku melukaimu?” ujar Racun Barat sok perhatian. Huang Rong tak menjawab tapi dia terlihat kesal.

Huang Rong mengabaikan pertanyaan Ou Yang Feng dan lebih memilih memberikan perhatian pada Guo Jing. 
“Jing Gege, apa kau tidak apa-apa?” tanya Huang Rong cemas.


Guo Jing menggeleng pelan dan berpaling pada Huang Yao Shi. 
“Terima kasih Ketua Huang sudah menyelamatkanku.” Ujar Guo Jing dengan sopan.

Walau sebenarnya Huang Yao Shi-lah yang seharusnya berterima kasih pada Guo Jing karena telah menyelamatkan nyawa putri semata wayangnya. 

“Aku bukan menyelamatkanmu. Aku hanya tidak ingin putriku terluka.” Jawab Huang Yao Shi angkuh.


Namun dalam hati, dia merasa kagum dan berterima kasih pada Guo Jing karena bertindak cepat menyelamatkan putri kesayangannya tanpa mempedulikan nyawanya sendiri. Guo Jing rela mengorbankan nyawanya untuk Rong’er, sebenarnya itu adalah bukti yang cukup untuk menunjukkan bahwa Guo Jing tulus mencintai Rong’er. Tapi karena Guo Jing bodoh dan tidak memiliki latar belakang yang baik, Huang Yao Shi tetap tidak bisa menerima Guo Jing sebagai menantunya.

Dan justru inilah yang membuat Guo Jing akhirnya memenangkan babak pertama, karena Ou Yang Feng telah lebih dulu mengerahkan tenaga dalam dan melukai Guo Jing, yang mana ini melanggar peraturan.

Guo Jing dan Huang Rong tersenyum lega karena Guo Jing telah unggul 1-0 atas Ou Yang Khe. Hong Chi Khong pun turut senang dan bangga untuk kedua muridnya.

Babak kedua dimulai. Kali ini adu kemampuan musik. Huang Rong yang sempat gembira karena Guo Jing telah memenangkan babak pertama kembali merasa sedih dan kesal. Dia merasa sang ayah sengaja mempersulit Guo Jing dengan memilih musik sebagai pertandingan kedua.

“Ayah, ayah sengaja ingin mempersulit Kakak Jing, kan? Ayah ingin Kakak Jing kalah. Kakak Jing tumbuh besar di Gurun, dia mana mungkin mengerti musik?” protes Huang Rong, membela sang kekasih.

“Ayah dan ibumu menyukai musik. Menantu masa depan, mana boleh tak mengerti sama sekali tentang musik? Kecuali salah satu mengaku kalah. Kalau tidak, pertandingan ini tetap berjalan.” Ujar Huang Yao Shi. Ini kalau lomba seperti “Keputusan Juri Tidak bisa diganggu gugat."

“Sesat Tua, tidak boleh seperti ini. Kau ini jelas ingin Jing’er kalah. Sudahlah. Kami tak ingin bertanding lagi. Jing’er, ayo pergi!” ujar Sang Guru tak terima.

Tapi Guo Jing menolak untuk menyerah. Dia sudah unggul 1 babak, mana mungkin dia menyerah begitu saja dan membiarkan gadis yang dicintainya menjadi milik pria lain? Hati Guo Jing tentu tak bisa menerimanya. Berjuang hingga akhir, itu baru benar.


“Guru, kita ikuti saja apa kata Ketua Huang. Karena Ayah dan Ibu Rong’er menyukai musik, jadi sudah tentu ada soal seperti ini. Babak ini, walaupun aku kalah juga tidak masalah. Masih ada 1 babak lagi. Babak ketiga, aku akan berusaha menang kembali.” Ujar Guo Jing dengan tegas dan mantap, menolak untuk menyerah sebelum bertanding. Semangat, Jing Gege ^_^ Gak boleh nyerah sebelum bertanding, ya.


Walau Guo Jing tak mengerti sama sekali tentang musik, dan buta terhadap nada. Tapi justru karena kebutaannya tentang musik inilah yang membuatnya sembarangan mengetuk hingga akhirnya memecah konsentrasi Huang Yao Shi. 

Karena nada yang diketuk Guo Jing bertolak belakang dengan irama musik, jadi alunan suara musik terdengar amburadul dan membuat Huang Yao Shi kebingungan sendiri. Guo Jing kan cuma asal ngetuk aja, yang penting ada bunyi yang dihasilkan.


Akhirnya membuat Huang Yao Shi tanpa sadar menggunakan sedikit tenaga dalamnya demi untuk “melawan” Guo Jing. Dan tahulah kalau sudah memakai tenaga dalam, pastilah orang-orang yang punya pikiran jorok/kotor/mesum pasti akan terpengaruh dan kehilangan akal sehat.

Mereka seolah melihat halusinasi dan akan dibawa ke sebuah tempat yang tidak seharusnya. Sama seperti Ou Yang Khe si playboy mesum yang hobi bermain wanita dan entah berapa banyak wanita yang sudah dia tiduri. Tentu Ou Yang Khe dengan mudah masuk dalam fase halusinasi dan membayangkan dirinya dikelilingi oleh para wanita (YANG GAK) cantik.

Note : Harusnya digambarkan wanita cantik ya, tapi ternyata figurannya malah jelek-jelek dan gendut. Pemeran wanita penghibur yang akan dicium Ou Yang Khe jelek dan gendut loh. Masak sama cewek gendut dan jelek gitu terpesona dan bikin nepsong sampai pengen nyium sih? Seleramu Ou Yang Khe ckckck...Gpp deh, toh loe juga jelek kan? Sesama orang jelek serasi deh hahaha ^_^


Di saat Ou Yang Khe masuk dalam fase halusinasi yang membuatnya menari-nari tidak jelas dan mencium batu, sebaliknya Guo Jing hanya duduk manis dan tenang seraya memejamkan matanya dan mencoba melawan rasa panas dan dingin yang menjalari seluruh tubuhnya. 

Huang Rong dan Hong Chi Khong tertawa geli melihat Ou Yang Khe yang menari-nari tidak jelas.


Sementara Huang Yao Shi lagi-lagi dibuat terkejut oleh Guo Jing, “Bocah ini masih muda tapi memiliki pendirian yang sangat kuat.” ujar Huang Yao Shi dalam hati.

Ini membuktikan bahwa sampai detik inipun, pemuda lugu ini masih tak mengerti tentang hubungan antara pria dan wanita. Ini juga membuktikan bahwa cinta Guo Jing pada Rong’er adalah cinta yang polos dan suci (Innocent Love) yang bukan hanya mengejar fisik (alias hubungan badan semata) melainkan benar-benar dari dalam hati.


Ou Yang Feng yang melihat sang keponakan semakin “menggila” karena mencium batu dan mengira mencium wanita meminta Huang Yao Shi menghentikan babak kedua ini daripada semakin malu sendiri akibat ulah sang keponakan. Guo Jing pun tampak bingung melihat Ou Yang Khe mencium batu.

Huang Rong yang mengira bahwa Guo Jing yang menang segera menghampiri sang kekasih dengan gembira.


Note : Aslinya sih memang Guo Jing yang menang, tapi karena Guo Jing “bodoh” jadi akhirnya kemenangannya dibatalkan oleh Huang Yao Shi. Guo Jing “bodoh” karena tidak mengerti maksud Huang Rong menyuruhnya memberi hormat. Ini namanya kemenangan yang tertunda. Gpp deh, formula semua film apa pun genrenya, "lakon menang keri" (pemeran utama menang belakangan)

“Tak disangka keponakan Guo mampu membendung alunan suara serulingku.” Huang Yao Shi berseru kagum.


“Terima kasih Ketua Huang sudah berbaik hati. Jika Ketua Huang tidak segera menarik diri, mungkin junior sudah tidak bisa selamat.” Ujar Guo Jing berterima kasih dengan tulus, sekali lagi menunjukkan kerendahan hatinya.

“Masih memanggilku Ketua Huang?” ujar Huang Yao Shi. 


Sebenarnya dari kata-kata ini, Huang Yao Shi sudah berniat memenangkan Guo Jing dan memilih Guo Jing sebagai menantunya. Buktinya dia menyuruh Guo Jing agar jangan memanggilnya Ketua Huang lagi, melainkan Ayah Mertua. Huang Yao Shi sudah melihat cinta Guo Jing yang tulus dan baginya itu sudah cukup.


Huang Rong yang mengerti maksud kalimat ayahnya, segera menyuruh sang kekasih berlutut dan memberi hormat sebagai menantu. Tapi karena Guo Jing “bodoh” jadi tidak mengerti arti di balik kalimat tersebut.

“Mengapa memberi hormat padaku?” tanya Huang Yao Shi, menguji sang calon menantu. 
“Tidak tahu. Rong’er yang menyuruhku.” Jawab Guo Jing dengan jujur dan lugunya. 

 

Huang Rong dan Hong Chi Khong langsung kecewa dan kesal mendengar jawaban polos Guo Jing dan hanya bisa mengelus dada *geregetan kale, ya wkwkwk ^_^ *

“Anak bodoh tetap saja anak bodoh.” Gumam Huang Yao Shi pasrah.

Note : Duh, langsung ilfil lagi deh Huang Yao Shi ma Guo Jing kalau gini ceritanya. Uda direstuin tapi karena Guo Jing gak tahu kenapa Rong’er menyuruhnya berlutut, jadi batal menang deh. Duh, please deh Guo Jing. Loe ganteng tapi kok o’on??? 0__0 Huang Yao Shi pasti ngebatin deh “Nih anak gadis gue kok milih cowok o’on sih? Apa gak ada cowok lain?” Gak ada, gak ada! Udah, kalau Om Miu gak mau menerima Guo Jing jadi menantu, kasih ke gue aja sini. Gak papa walau o’on dikit hihihi ^_^


“Babak kedua ini dimenangkan oleh Keponakan Ou Yang. Jadi karena sama-sama memenangkan satu babak, maka babak ketiga akan diadakan.” Lanjut Huang Yao Shi, membatalkan kemenangan Guo Jing dan memberikan kemenangan itu pada Ou Yang Khe.

Walau Hong Chi Khong dan Huang Rong memprotes keras, tapi mereka tak berdaya untuk mengubah keputusan.

Babak ketiga adalah menghapal Kitab 9 Bulan Jilid Kedua yang sudah ditulis ulang oleh Ibu Rong’er sebelum meninggal. Dengan menggunakan alasan bahwa buku ini adalah buku yang terakhir kali ditulis oleh mendiang sang istri, Huang Yao Shi berharap sang Istri bisa membantunya memilih menantu untuk saat ini.

Ou Yang Khe yang mengetahui bahwa tulisan di sampul tersebut bertuliskan Kitab 9 Bulan namun ditulis dalam bahasa kuno terlihat senang. Namun Guo Jing yang tidak mengerti tulisan kuno, sama sekali tidak tahu bahwa itu adalah Kitab 9 Bulan.

Tapi Guo Jing merasa isi kitab ini sama dengan ilmu yang diajarkan oleh Bocah Tua Nakal padanya saat di dalam gua. Saat itu Bocah Tua Nakal berkata bahwa ilmu tersebut bernama “Pukulan Pho Tong (Pho Tong Sen Jing)”. Tak perlu membacanya untuk kedua kalinya, Guo Jing bahkan sudah hapal isi kitab tersebut dari awal hingga akhir.

Huang Rong dan Hong Chi Khong yang melihat wajah kebingungan Guo Jing mengira bahwa Guo Jing bodoh sehingga tak mungkin mampu menghapal banyak dalam waktu singkat. 


Huang Rong yang takut sang kekasih akan kalah mencoba mengacaukan konsentrasi Ou Yang Khe. Konsentrasi Ou Yang Khe sempat teralihkan, namun Ou Yang Feng mengingatkan sang keponakan agar serius menghapal.

Saat waktu untuk menghapal telah habis, Ou Yang Khe memilih untuk membaca lebih dulu mumpung masih segar dalam ingatan. Ou Yang Khe mampu menghapal dengan lancar namun hanya beberapa bagian saja.

Akhirnya tiba giliran Guo Jing untuk menghapal. Sebenarnya Guo Jing sudah hapal semuanya, tapi saat Guo Jing ingin menghapal, semua orang seperti mengacaukan konsentrasinya. 

“Saudara Guo, apa satu huruf pun tak ada yang kau hapal? Jika kau tak mampu menghapalnya, maka Rong’er akan jadi milikku” ejek Ou Yang Khe seraya menatap Huang Rong penuh nafsu.

Huang Rong yang mengira Guo Jing tak bisa menghapal mulai membuat “drama” dan “keributan”. Dia berencana saat semuanya kacau, dia akan kabur bersama Guo Jing. 

“Ayah, jika kau biarkan dia membawaku ke Gunung Unta Putih bersamanya. Maka putrimu ini akan mati di hadapanmu sekarang juga!” ancam Huang Rong dengan mengarahkan sebilah belati di lehernya.


“Rong’er!” seru Guo Jing tak kalah panik saat melihat kekasih kecilnya mencoba bunuh diri lagi.  Untunglah ada Racun Barat yang menjatuhkan belati itu dengan tenaga dalamnya.

“Rong’er, jika kau tak mau menikah. Apakah seumur hidup mau di Pulau Persik menemani Ayah?” Huang Yao Shi memarahi putrinya yang manja. 

“Ayah, ayah tak sayang Rong’er lagi.” Huang Rong merajuk dan mencoba merayu ayahnya.

“Rong’er, jika kau mengacau lagi, hati keponakan Guo akan kacau karenamu.” Jawab Huang Yao Shi agar sang putri berhenti membuat ulah.


“Cepat, Jing’er hapallah!” perintah Sang Guru. 

Akhirnya Guo Jing pun menghapalnya dengan sangat lancar jaya, selancar jalan tol yang dibangun Bapak Jokowi, tanpa halangan, tanpa rintangan, meluncur mulus tanpa hambatan. Bahkan Ou Yang Feng dan Ou Yang Khe pun tampak terkejut karena Guo Jing bisa menghapalnya dengan lancar.

Huang Rong dan Hong Chi Khong yang mendengarnya sangat senang. Bahkan Huang Yao Shi pun berpikir bahwa mungkin istrinya di Surga telah memberkati Guo Jing dan memilihnya sebagai menantu. Dia menatap bangga dan kagum pada Guo Jing.

“Bagus. Bagus. Kalian lihat, kan? Muridku ini memang cerdas. Dia sudah hapal semuanya.” Puji Hong Chi Khong dengan bangga pada muridnya, seraya bertepuk tangan dengan gembira. 

“Ayah, Kakak Jing sudah menghapal semuanya.” Ujar Huang Rong gembira dan segera menghampiri sang kekasih.


Huang Yao Shi sempat bertanya apa dia tahu Kitab 9 Bulan Jilid Kedua yang telah hilang dari Mei Chao Feng. Guo Jing menjawab jujur bahwa dia tidak tahu Kitab 9 Bulan Tersebut jatuh di mana, dan jika dia melihatnya pasti akan dikembalikan pada Huang Yao Shi.

“Apa kau mengatakan yang sebenarnya?” tanya Huang Yao Shi menginterogasi sang calon menantu. 
“Junior tak berani berbohong.” Jawab Guo Jing dengan hormat.


Huang Yao Shi tampak puas dengan jawaban Guo Jing. 
"Baik. Sangat baik. Saudara Feng, Saudara Chi, ini adalah berkat dari istriku yang sudah membantuku memilih menantu. Adik juga tidak bisa mengatakan apa pun lagi.” Ujar Huang Yao Shi, mengindikasikan bahwa pemenangnya sudah diputuskan.


“Guo Jing, sekarang aku jodohkan putri kesayanganku padamu. Kau harus menjaganya baik-baik.” Huang Yao Shi memberikan restunya dan mengakui Guo Jing sebagai menantu. Guo Jing spontan menatap Huang Rong yang tersenyum malu-malu.


Jadi dengan kata lain, harusnya sekarang Guo Jing memiliki 2 orang tunangan yaitu Huang Rong yang dia perjuangkan dengan usahanya sendiri karena benar-benar ingin dia nikahi dan Putri Mongol yang sama sekali tidak dia cintai namun “dipaksa” untuk bertunangan karena merasa berhutang budi.

Di Mongol, Guo Jing sudah dijodohkan dengan Hua Cheng (yang masih belum dibatalkan hingga sekarang) namun di Pulau Persik, Guo Jing juga datang melamar Huang Rong dan ingin menjadikannya istri, dan akhirnya berhasil dia menangkan. Jadi seharusnya, Huang Rong juga adalah tunangan Guo Jing karena Guo Jing sendiri yang datang melamar.

“Ayah Mertua.” Ujar Guo Jing dengan gembira. Guo Jing kali ini segera berlutut dan memberi hormat tanpa perlu disuruh lagi.


“Tunggu!” seru Ou Yang Khe yang tidak terima kalah dari Guo Jing.

Ou Yang Khe berkata bahwa yang dihapal Guo Jing lebih banyak dari yang dia baca. Dia menuduh Guo Jing telah membaca dan mempelajari lebih dulu Kitab 9 Bulan di tangan Mei Chao Feng.

Mendengar Kitab 9 Bulan disebutkan, Guo Jing spontan terkejut. 
“Ini Kitab 9 Bulan?” tanyanya seraya mengambil buku itu. 
“Tentu saja. Bukankah sudah tertulis di sampulnya?” cibir Ou Yang Khe. 
“Aku tak mengerti bahasa China Kuno.” Guo Jing berkata jujur, dia tampak bingung.
“Baik. Kalau begitu aku tanya, kitab yang kau hapal itu kau pelajari dari mana?” tantang Ou Yang Khe. 

“Aku tak pernah belajar Kitab 9 Bulan. Yang aku pelajari itu adalah ilmu yang diajarkan oleh Kakak Chou. Namanya “Pukulan Pho Tong (Pho Tong Sen Jing).” Jawab Guo Jing dengan jujur yang lagi-lagi tak ada yang percaya, kecuali Huang Rong dan gurunya.

“Guo Jing, kau berkata kau tak pernah melihat Kitab 9 Bulan. Apa kau punya bukti?” tanya Huang Yao Shi menginterogasi.

Saat itulah tiba-tiba Chou Pho Tong muncul dan menambah runyam masalah. Hanya demi membuat Huang Yao Shi marah, dia membuat sepasang kekasih harus berpisah.

Note : Sayang sekali kebahagiaan Guo Jing karena berhasil meminang Huang Rong sebagai calon istrinya tak bertahan lama karena ulah Chou Pho Tong. Duh, lama-lama gue sebel sama si Bocah Tua Nakal. Dengan sangat mudahnya, dia menghancurkan impian sepasang kekasih yang susah payah ingin bersama. Dengan mudahnya dia memisahkan sepasang kekasih yang saling mencintai. Resek amat -__-

“Apa kau tak tahu jika ilmu yang kuajarkan padamu di dalam gua adalah Kitab 9 Bulan? Kau jelas-jelas tahu. Kau yang mohon aku untuk mengajarimu.” Ujar Bocah Tua Nakal sembarangan dan memfitnah Guo Jing yang lugu.

“Kapan aku pernah memohon padamu di dalam gua? Aku tak pernah bicara seperti itu!” Guo Jing membela diri. 

“Guo Jing, bukankah kau bilang kau tak pernah belajar Kitab 9 Bulan?” tanya Huang Yao Shi dengan galak. 
“Aku memang tak pernah mempelajarinya.” Jawab Guo Jing jujur, dia sendiri merasa tak pernah belajar karena dia telah ditipu.

“Kakak Chou, kenapa kau berkata seperti itu?” Guo Jing menuntut penjelasan. Tak terima pertunangannya dengan Huang Rong hancur begitu saja.

“Bocah Tua Nakal, ini mengenai masa depan Jing’er! Cepat jelaskan!” Pengemis Tua jelas-jelas tahu muridnya yang lugu tidak bersalah.

“Ingin aku menjelaskan? Baiklah. Tangkap aku!” ujar Chou Pho Tong yang memang hanya suka bermain-main.

“Kakak Chou, jangan main-main lagi. Bantu aku jelaskan pada Ketua Huang bahwa aku sama sekali tak tahu bahwa yang kau ajarkan padaku adalah Kitab 9 Bulan.” Pinta Guo Jing memohon. Dia takut selamanya tak bisa bertemu lagi dengan kekasih hatinya.


“Bocah Tua Nakal, aku tanya untuk yang terakhir kalinya. Apakah Bocah ini tahu kalau yang dia hapal adalah Kitab 9 Bulan?” tanya Huang Yao Shi sekali lagi. 
“Tahu. Dia jelas-jelas tahu.” Bocah Tua Nakal kembali berbohong.


“Bocah brengsek, kau berani membohongiku!” ujar Huang Yao Shi marah. 
“Kakak Chou, aku tidak tahu. Aku sama sekali tidak tahu.” Guo Jing masih membela diri karena dia memang benar-benar tidak tahu.
 

“Bocah Tua Nakal, Jilid Pertama ada padamu. Lalu dari mana kau dapatkan Jilid Keduanya?” tanya Huang Yao Shi lagi.

“Dia yang memberikannya padaku. Dia bilang dia mencurinya dari muridmu, Mei Chao Feng.” Ujar Bocah Tua Nakal, kembali menyudutkan Guo Jing.

“Bagus sekali, Guo Jing! Kitab yang terus dicari Chao Feng ternyata sudah kau curi.” Ujar Huang Yao Shi marah, salah paham terhadap Guo Jing.


Episode selanjutnya, Chou Pho Tong menghancurkan kedua Jilid Kitab 9 menjadi serpihan-serpihan kecil. Huang Yao Shi yang terlanjur salah paham pun mengusir Guo Jing pergi dari Pulau Persik dan menarik kembali restu yang sudah dia berikan. Guo Jing, Hong Chi Khong dan Chou Pho Tong naik ke kapal yang sudah disiapkan Huang Yao Shi untuk bunuh diri hingga akhirnya kapal tersebut tenggelam ke lautan dan ketiga orang tersebut terpaksa menumpang kapal Ou Yang Feng.

So, see you next episode...

Berikutnya : Episode 24-25

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads