Highlight for today episode :
Lovely episode. Tae Hee
and Ja Eun are getting cuter and cuter. I
screamed so loud when he held her hands, their reaction is so cute. The way Tae
Hee grab Ja Eun’s hand was so funny. This boy definitely virgin in relationship
and his character so cute. I want more Tae Hee & Ja Eun cute scenes
together. I love this couple. Sometimes I wonder if Joo Won and UEE really
playing Tae Hee and Ja Eun or themselves. Their movement, their interactions, so
natural. They must be very close and comfortable with each other even outside
OB now. Can
I just say that Tae Hee and Ja Eun’s dating style are so comfortable? I'm thrilled that they're dating like normal
couples : taking walks, holding hands, talking about their life, asking each
other about their day, eating ramen on the beach, etc. You know, real stuff that couples actually do in
real life. it's refreshing.
And for Ja Eun’s question “When did you started liking me?” I
think he knows and remember when he started liking her, but he was just teasing
her because he was smiling when he was looking at her, while she was shyly
asking him. So he wanted to tease her by not answer her question and not to
asking her about when she started loving him. But I know the question will be
asked again later. But for now, he is still paying her back for the “Ye...Kayo.”
He has refused to answer two of her questions so far, and he
will keep doing it until she gets mad and he will laugh and laugh at her! But I
love when Tae Hee ask Ja Eun “When you were young, were you this cute?” It was
a cuuuutee question from Tae Hee ^^ And I love they keep walking holding hands.
OMG! It’s so romantic, even it was a short scene but for me, it was a precious
scene. Honestly speaking, I am a bit disappointed that we have just a little Tae
Hee - Ja Eun moment in this episode >_<
I hope on EP 40 (I can’t believe we already reached EP 40 ),
there is much more scenes about OUR lovely OTP. Been spoiled lately with all
their cute interactions that I am always thirsty for more. Blame it on Tae Hee
dimples and Ja Eun’s big eyes ^^
-----------0000000000------------
Episode 39 :
Setelah pelukan mesra dan sesi curhat di kantor kepolisian, malam harinya, Tae Hee dan Ja Eun tampak berjalan-jalan di sekitar Myeong Dong. Ternyata sepasang kekasih yang langsung baikan setelah sebelumnya sempat bertengkar itu, menghabiskan waktu sepanjang siang untuk bersama-sama. Entah apa yang mereka berdua lakukan di kantor polisi Tae Hee karena nyatanya mereka masih bersama hingga malam.
Dan entah apa juga yang terjadi pada mobil Tae Hee hingga sepasang kekasih itu berjalan kaki di area Myeong Dong, mungkin Tae Hee memarkirkan mobilnya di suatu tempat agar mereka berdua bisa pergi berjalan-jalan dengan lebih nyaman. Karena ajakan kencan makan siang bersama telah gagal, sepertinya Tae Hee menggantinya dengan makan malam bersama dan juga berjalan-jalan di sekitar Myeong Dong. Kencan kedua Tae Hee dan Ja Eun setelah resmi berpacaran.
Udara di bulan Desember terasa begitu dingin mencekam, tak hanya itu, angin pun tampak berhembus kencang menerbangkan mantel dan rambut Ja Eun saat mereka berjalan. Tae Hee menatap gadisnya dengan khawatir, takut Ja Eun akan kedinginan.
“Kau kedinginan, bukan?” tanya Tae Hee dengan penuh perhatian.
“Aku kedinginan,” sahut Ja Eun dengan jujur seraya memeluk tubuhnya sendiri dengan kedua tangannya.
Mendengar jawaban itu, Tae Hee berniat melepaskan jaketnya untuk Ja Eun agar kekasihnya tidak kedinginan, namun Ja Eun segera menghentikannya.
“Tidak perlu. Aku tidak begitu kedinginan. Aku hanya bicara asal. Aku benar-benar tidak merasa dingin,” tolak Ja Eun pengertian. Dia juga tidak ingin melihat Tae Hee kedinginan karena dirinya jadi dia berpura-pura tidak merasa dingin.
Tae Hee tak jadi melepas jaketnya, namun dia tampak memikirkan cara lain untuk sedikit menghangatkan Ja Eun agar tidak dingin lagi. Saat Ja Eun tak lagi memeluk dirinya sendiri dan kedua lengannya tampak bebas di kedua tubuhnya, Tae Hee tiba-tiba meraih tangan Ja Eun dan menggenggamnya.
Ja Eun yang merasa tangannya digenggam oleh Tae Hee seketika menghentikan langkahnya dan menatap Tae Hee dengan gugup dan malu-malu.
Begitupun dengan Tae Hee yang menatap Ja Eun dengan gugup dan malu-malu, namun
tatapan matanya seolah meminta ijin pada gadis itu, “Bolehkah aku menggenggam
tanganmu seperti ini?”
Alih-alih memberikan reaksi atau kalimat penolakan, Ja Eun hanya terdiam membisu seraya melemparkan tatapannya ke tanah dengan gugup. Bagi Tae Hee, keterdiaman Ja Eun adalah sebuah konfirmasi bahwa dia telah diberi ijin untuk menggenggam tangan gadis itu. Diam berarti iya.
Dan karena Ja Eun tidak memprotes atau melarangnya, Tae Hee dengan tersenyum malu-malu semakin mengeratkan genggamannya di tangan sang kekasih. Ja Eun pun tersenyum malu-malu saat merasakan Tae Hee menggenggam tangannya dengan erat. Sepasang kekasih itupun kembali berjalan di sekitar Myeong Dong seraya bergandengan tangan dengan mesra dan senyuman bahagia di wajah mereka.
(Ini adalah pertama kalinya Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun bergandengan/berpegangan tangan dengan erat. Di EP 38, Tae Hee bukan menggenggam tangan Ja Eun melainkan lengannya. Pacaran versi Tae Hee dan Ja Eun ini prosesnya berbeda dari pasangan normal pada umumnya. Kalau pasangan normal pada umumnya, memulai ritual pacaran dari bergandengan tangan, lalu pelukan kemudian baru berciuman. Namun proses itu tidak berlaku untuk Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun. Tae Hee mengawali hubungan mereka dengan sebuah ciuman paksa/forced kiss lebih dulu, baru kemudian pelukan dan justru bergandengan tangan adalah hal intim paling akhir yang mereka lakukan. Prosesnya kebalik karena Hwang Tae Hee uda kebelet pengen nyosor ayangnya hahaha ^^ Uda gak tahan dia karena digantung 10 episode drama wkwkwk ^^ Makanya begitu diterima langsung disosor aja. Gak afdol kalau cuma pegangan/gandengan tangan aja xixixi ^^)
Mereka sedang merasakan manisnya berpacaran. Hati Tae Hee sedang berbunga-bunga karena bahagia dan itu tergambar dari senyuman di wajahnya. Bagi Ja Eun, sebenarnya mudah sekali membuat mood Tae Hee berubah, cukup berikan Tae Hee satu pelukan hangat maka semua kemarahan Tae Hee langsung menguap bagai asap. Semua pertengkaran mereka sebelumnya langsung terlupakan begitu saja. He just want Ja Eun and only Ja Eun. Only Ja Eun can heal his bloody heart.
Tae Hee dan Ja Eun berjalan sambil bergandengan tangan dengan mesra hingga mereka berdiri di depan sebuah hiasan Natal yang sangat indah.
“Wah, dekorasinya sangat indah. Benar-benar indah,” puji Ja Eun dengan kagum seraya memandang kelap-kelip lampu di hadapannya.
Alih-alih memberikan reaksi atau kalimat penolakan, Ja Eun hanya terdiam membisu seraya melemparkan tatapannya ke tanah dengan gugup. Bagi Tae Hee, keterdiaman Ja Eun adalah sebuah konfirmasi bahwa dia telah diberi ijin untuk menggenggam tangan gadis itu. Diam berarti iya.
Dan karena Ja Eun tidak memprotes atau melarangnya, Tae Hee dengan tersenyum malu-malu semakin mengeratkan genggamannya di tangan sang kekasih. Ja Eun pun tersenyum malu-malu saat merasakan Tae Hee menggenggam tangannya dengan erat. Sepasang kekasih itupun kembali berjalan di sekitar Myeong Dong seraya bergandengan tangan dengan mesra dan senyuman bahagia di wajah mereka.
(Ini adalah pertama kalinya Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun bergandengan/berpegangan tangan dengan erat. Di EP 38, Tae Hee bukan menggenggam tangan Ja Eun melainkan lengannya. Pacaran versi Tae Hee dan Ja Eun ini prosesnya berbeda dari pasangan normal pada umumnya. Kalau pasangan normal pada umumnya, memulai ritual pacaran dari bergandengan tangan, lalu pelukan kemudian baru berciuman. Namun proses itu tidak berlaku untuk Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun. Tae Hee mengawali hubungan mereka dengan sebuah ciuman paksa/forced kiss lebih dulu, baru kemudian pelukan dan justru bergandengan tangan adalah hal intim paling akhir yang mereka lakukan. Prosesnya kebalik karena Hwang Tae Hee uda kebelet pengen nyosor ayangnya hahaha ^^ Uda gak tahan dia karena digantung 10 episode drama wkwkwk ^^ Makanya begitu diterima langsung disosor aja. Gak afdol kalau cuma pegangan/gandengan tangan aja xixixi ^^)
Mereka sedang merasakan manisnya berpacaran. Hati Tae Hee sedang berbunga-bunga karena bahagia dan itu tergambar dari senyuman di wajahnya. Bagi Ja Eun, sebenarnya mudah sekali membuat mood Tae Hee berubah, cukup berikan Tae Hee satu pelukan hangat maka semua kemarahan Tae Hee langsung menguap bagai asap. Semua pertengkaran mereka sebelumnya langsung terlupakan begitu saja. He just want Ja Eun and only Ja Eun. Only Ja Eun can heal his bloody heart.
Tae Hee dan Ja Eun berjalan sambil bergandengan tangan dengan mesra hingga mereka berdiri di depan sebuah hiasan Natal yang sangat indah.
“Wah, dekorasinya sangat indah. Benar-benar indah,” puji Ja Eun dengan kagum seraya memandang kelap-kelip lampu di hadapannya.
Ja Eun kemudian membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah
jalan raya, untuk sementara genggaman tangan mereka terlepas. Tae Hee ikut
membalikkan tubuhnya dan melihat ke arah yang sama dengan Ja Eun. Tiba-tiba
saja Ja Eun merasa penasaran dengan satu hal dan dia pun memutuskan untuk
menanyakannya pada Tae Hee.
“Ada satu hal yang ingin kutanyakan,” ujar Ja Eun, memecah keheningan di antara mereka. Tae Hee spontan menatap ke arah pacar cantiknya dengan penasaran.
“Kapan kau mulai menyukaiku?” tanya Ja Eun dengan tersenyum malu-malu.
Tae Hee tersenyum manis ketika mendengar pertanyaan itu, “Aku tidak tahu. Aku tidak mengingatnya,” sahut Tae Hee dengan senyuman usil di wajahnya.
(Dia bohong! Dia bohong, Ja Eun-ah! Tae Hee jelas-jelas tahu kapan dia mulai ada rasa sama kamu, tapi sepertinya Tae Hee ingin menggodamu, sekaligus “membalas dendam” padamu karena dulu kamu pernah “menyiksa” hati dan mentalnya seperti itu, khususnya dengan jawaban “Ye…Kayo”-mu yang sangat-sangat gak jelas dan bikin Tae Hee penasaran setengah mampus. Jadi ya wajar kalau Tae Hee pengen “bales” dengan membuatmu penasaran juga hahaha ^^ Tar kamu juga dikasih tahu kok kalau timingnya uda tepat ^^)
Ja Eun tampak kecewa mendengar jawaban Tae Hee, dia tampak tak terima dan menuntut penjelasan yang masuk akal, “Kau tidak ingat hal-hal seperti itu?” tanya Ja Eun dengan nada menuntut.
“Kalau begitu, apa kau mengingatnya?” Tae Hee balik bertanya dengan santai dan wajah polos minta dijitak.
“Tentu saja aku ingat,” ujar Ja Eun dengan antusias. Namun Tae Hee hanya mengangguk dengan ekspresi yang datar-datar saja, membuat Ja Eun jadi heran. (Tuh kan bener? Tae Hee pengen “balas dendam” sama Ja Eun hahaha ^^)
“Apa kau tidak ingin menanyakannya padaku?” tanya Ja Eun dengan tampang kecewa karena Tae Hee tampak tak penasaran sama sekali tentang hal itu, beda dengannya yang tampak begitu penasaran.
Tae Hee lagi-lagi menatap Ja Eun dengan wajah polosnya dan
menjawab santai, “Aku tidak ingin tahu,” ujarnya lirih.
“Kenapa kau tidak penasaran dengan hal itu?” tanya Ja Eun, masih tidak puas dengan jawaban Tae Hee.
“Aku hanya tidak ingin tahu tentang hal itu,” jawab Tae Hee dengan santai, jawaban Ja Eun sangat kecewa. Namun detik berikutnya Tae Hee kembali menambahkan jawaban yang membuat Ja Eun menjadi berbunga-bunga.
“Hanya seperti ini sekarang, dengan kau ada di sisiku, bagiku ini sudah cukup,” lanjut Tae Hee dengan tersenyum malu-malu dan tatapan penuh cinta, jawaban yang membuat Ja Eun tersipu mendengarnya.
(Tae Hee be like : “With you by my side, it’s already enough for me” ^^ Bagi Tae Hee tidak penting kapan, di mana dan bagaimana Ja Eun mulai menyukainya, selama Ja Eun ada di sisinya seperti saat ini, itu sudah cukup baginya. Tae Hee tidak peduli pada apa pun lagi asalkan Ja Eun ada di sisinya setiap saat. It’s enough for him ^^
“Ah, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu,” sambung Tae Hee dengan tersenyum manis.
“Kenapa kau tidak penasaran dengan hal itu?” tanya Ja Eun, masih tidak puas dengan jawaban Tae Hee.
“Aku hanya tidak ingin tahu tentang hal itu,” jawab Tae Hee dengan santai, jawaban Ja Eun sangat kecewa. Namun detik berikutnya Tae Hee kembali menambahkan jawaban yang membuat Ja Eun menjadi berbunga-bunga.
“Hanya seperti ini sekarang, dengan kau ada di sisiku, bagiku ini sudah cukup,” lanjut Tae Hee dengan tersenyum malu-malu dan tatapan penuh cinta, jawaban yang membuat Ja Eun tersipu mendengarnya.
(Tae Hee be like : “With you by my side, it’s already enough for me” ^^ Bagi Tae Hee tidak penting kapan, di mana dan bagaimana Ja Eun mulai menyukainya, selama Ja Eun ada di sisinya seperti saat ini, itu sudah cukup baginya. Tae Hee tidak peduli pada apa pun lagi asalkan Ja Eun ada di sisinya setiap saat. It’s enough for him ^^
“Ah, ada satu hal yang ingin kutanyakan padamu,” sambung Tae Hee dengan tersenyum manis.
“Apa itu?” tanya Ja Eun, tampak bersemangat saat mendengarnya. Akhirnya ada yang membuat Tae Hee penasaran dengan dirinya.
Tae Hee bertanya dengan wajah penuh senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya, “Apa kau juga seimut ini saat kau masih kecil?” tanya Tae Hee malu-malu. Dia pun tampak malu setelah mengatakannya, karena ini pertama kalinya dia memuji Ja Eun “imut”.
Ja Eun tersenyum malu seraya mengeluarkan ponselnya, dia tampak mengutak-atik ponselnya sebentar sebelum menunjukkan ponsel itu pada Tae Hee. Tae Hee menatap foto seorang gadis kecil dengan teliti dan penuh minat kemudian tersenyum lebar dan berbunga-bunga saat melihat foto Ja Eun kecil yang terlihat imut dan menggemaskan di matanya.
Foto Ja Eun kecil adalah foto asli UEE After School saat masih kecil
Ja Eun yang malu mendengar pujian itu kemudian merebut ponselnya dan memasukkannya kembali ke saku mantelnya. Tae Hee menatap Ja Eun dengan lembut dan penuh cinta kemudian meraih lengan Ja Eun dan memutar tubuhnya ke depan.
Tanpa canggung lagi, Tae Hee secara insting meraih tangan Ja Eun sekali lagi dan menggenggamnya erat seperti sebelumnya. Sepasang kekasih itu kembali berjalan bersama menikmati dekorasi Natal yang indah di sekitar Myeong Dong sambil saling bergandengan tangan dengan mesra. Tak hanya itu, Tae Hee dan Ja Eun berjalan sambil sesekali menatap ke arah satu sama lain, Tae Hee bahkan terlihat mengusap lembut tangan Ja Eun yang digenggamnya seolah ingin membuat tangan kekasihnya lebih hangat lagi.
Kencan yang sederhana namun sangat romantis. Bergandengan tangan menikmati indahnya hiasan Natal di jalan-jalan. Sekarang Tae Hee dan Ja Eun mulai terlihat seperti pasangan kekasih normal yang tak lagi malu-malu dalam mengekspresikan perasaan mereka terhadap satu sama lain.
Keesokan harinya, Ja Eun sudah duduk menunggu Park Bok Ja di dalam gudang dengan berbagai macam jenis pakan yang akan mereka coba. Tak lama kemudian, Park Bok Ja datang dan duduk di samping gadis itu.
“Kenapa Anda sangat lama?” tanya Ja Eun ingin tahu.
“Aku bukan sengaja terlambat. Kau seharusnya sudah memulainya lebih dulu. Apa kau menungguku?” tanya Park Bok Ja.
“Apa terjadi sesuatu yang buruk?” tanya Ja Eun dengan perhatian saat melihat Park Bok Ja tampak suram. (Ja Eun nih emang ahli membaca eskspresi wajah. Dia tahu aja kalau orang lagi bete)
“Sesuatu yang buruk memang terjadi,” sahut Park Bok Ja tanpa menceritakan detilnya.
“Kenapa kau pulang sangat terlambat kemarin malam? Apa kau punya pacar?” tanya Park Bok Ja pada Ja Eun dengan nada khawatir. Pertanyaan yang membuat Ja Eun gelagapan.
(Iya emak, iya. Tuh Ja Eun emang pacaran sama putra ketigamu, Hwang Tae Hee. Mereka kemarin kencan sampai malam ^^)
“Tidak,” sahut Ja Eun penuh penyangkalan. Namun Park Bok Ja seolah bisa menebak bahwa Ja Eun berbohong.
“Jangan pacaran! Jangan pacaran dengan sembarang pria! Dan jangan menikah juga! Tetaplah seperti sekarang! Terus kembangkan potensi dirimu dan hiduplah mandiri tanpa seorang pria! Ahjumma tidak hanya asal mengatakan ini karena jika kau memilih pria yang sama, kau akan menderita seumur hidup,” ujar Park Bok Ja, menasehati Ja Eun seperti seorang Ibu.
(Aku mengikuti saranmu, Ahjumma! Anda benar! Jika seorang wanita salah memilih pria, maka dia akan menderita seumur hidup : diselingkuhi, dijadikan babunya mertua dan ipar, belum lagi kalau suaminya kasar dan suka mukul, lalu ada juga yang males kerja dan gak mau kasih nafkah ke istri. Bener. Bener. Salah pilih suami bisa berakibat fatal >_<)
“Anak-anak adalah penghalang dan suami adalah musuh sejati. Mereka benar-benar “bau”. Benar-benar bau,” lanjut Park Bok Ja lagi, berkeluh kesah dan curhat pada Ja Eun. Seperti tengah bercerita pada putri kandungnya. Seneng banget ada “Mother and Daughter Moment” lagi seperti ini.
(Btw, “bau” di sini bukanlah bau beneran kayak bau wangi atau bau basin, bukan seperti itu ya. Tapi lebih ke ungkapan konotatif yang maksudnya adalah “membuat masalah”. Jadi dengan kata lain maksud Park Bok Ja adalah “suami dan anak-anak benar-benar suka membuat masalah”. Tapi Ahjumma, kalau pacarnya Ja Eun adalah Tae Hee gimana? Apa Tae Hee “bau” juga? Masih gak boleh pacaran? Gimana kalau Tae Hee ingin menikahi Ja Eun? Gak boleh jugakah? Waduh >_<)
“Omong-omong, kita sebaiknya mulai dari mana?” sambung Park
Bok Ja, teringat kembali tujuan awal dia ada di sini.
“Ada apa, Ahjumma? Apa Anda bertengkar dengan Ahjussi?” tanya Ja Eun dengan penuh perhatian.
“Kau tidak perlu tahu. Kau masih terlalu muda, apa yang bisa kau lakukan walaupun kau tahu apa yang membuatku kesal?” sahut Park Bok Ja, terdengar masuk akal.
“Apa seharusnya kita mulai dengan ‘charcoal’ powder?” tanya Park Bok Ja, kembali ke bisnis. Btw, aku gak tahu apa Bahasa Indonesianya “Charcoal Powder”.
“Aku sudah memikirkannya. Bagaimana jika kita membagi bebek-bebeknya dalam berbagai kelompok dan memberikan mereka bahan pakan yang berbeda-beda? Jadi dengan begitu kita bisa melihat kelompok mana yang akan memberikan hasil terbaik,” usul Ja Eun dengan antusias.
“Itu usul yang bagus. Kita punya lima bahan yang berbeda ; Charcoal powder, mugwort, red clay, green tea dan garlic, bagaimana jika kita campurkan saja semuanya?” usul Park Bok Ja.
“Mencampurkan semuanya?” tanya Ja Eun dengan ragu.
Park Bok Ja lalu menjelaskan bahwa itupun belum tentu memberikan hasil yang memuaskan, namun walau begitu mereka tetap harus mencobanya. Dia menambahkan bahwa dia sudah bertanya kepada para tetangga mereka dan beberapa menjawab bahwa mereka menambahkan ginseng ke dalam pakannya. Masalahnya harga ginseng sangat mahal, mereka tidak akan sanggup menggunakan ginseng juga karena itu akan membuat mereka merugi karena tidak sebanding dengan hasil jualnya. Tapi kalau ingin sukses maka mereka harus memberikan pakan terbaik untuk bebek-bebek itu jadi dengan begitu mereka bisa menaikkan harga jualnya juga.
“Jadi intinya kita harus berhasil mengembangkan pakan bebek dengan bahan yang terbaik jadi dengan begitu kita bisa menaikkan harga jualnya juga, kan?” ujar Ja Eun dengan penuh semangat.
“Ada apa, Ahjumma? Apa Anda bertengkar dengan Ahjussi?” tanya Ja Eun dengan penuh perhatian.
“Kau tidak perlu tahu. Kau masih terlalu muda, apa yang bisa kau lakukan walaupun kau tahu apa yang membuatku kesal?” sahut Park Bok Ja, terdengar masuk akal.
“Apa seharusnya kita mulai dengan ‘charcoal’ powder?” tanya Park Bok Ja, kembali ke bisnis. Btw, aku gak tahu apa Bahasa Indonesianya “Charcoal Powder”.
“Aku sudah memikirkannya. Bagaimana jika kita membagi bebek-bebeknya dalam berbagai kelompok dan memberikan mereka bahan pakan yang berbeda-beda? Jadi dengan begitu kita bisa melihat kelompok mana yang akan memberikan hasil terbaik,” usul Ja Eun dengan antusias.
“Itu usul yang bagus. Kita punya lima bahan yang berbeda ; Charcoal powder, mugwort, red clay, green tea dan garlic, bagaimana jika kita campurkan saja semuanya?” usul Park Bok Ja.
“Mencampurkan semuanya?” tanya Ja Eun dengan ragu.
Park Bok Ja lalu menjelaskan bahwa itupun belum tentu memberikan hasil yang memuaskan, namun walau begitu mereka tetap harus mencobanya. Dia menambahkan bahwa dia sudah bertanya kepada para tetangga mereka dan beberapa menjawab bahwa mereka menambahkan ginseng ke dalam pakannya. Masalahnya harga ginseng sangat mahal, mereka tidak akan sanggup menggunakan ginseng juga karena itu akan membuat mereka merugi karena tidak sebanding dengan hasil jualnya. Tapi kalau ingin sukses maka mereka harus memberikan pakan terbaik untuk bebek-bebek itu jadi dengan begitu mereka bisa menaikkan harga jualnya juga.
“Jadi intinya kita harus berhasil mengembangkan pakan bebek dengan bahan yang terbaik jadi dengan begitu kita bisa menaikkan harga jualnya juga, kan?” ujar Ja Eun dengan penuh semangat.
Setelah selesai mengurus masalah pertanian, Ja Eun segera berangkat bekerja. Begitu sampai di kantornya, Ja Eun segera menuju ke kantor Kim Jae Ha, namun Kim Jae Ha saat itu sedang bersama CEO Good Film sedang membicarakan sesuatu. Ja Eun akhirnya menitip pesan pada asisten Kim Jae Ha bahwa dia akan pergi dan menunggu di ruangannya.
Sebelum pergi, asisten Kim Jae Ha bertanya dengan nada tak suka, “Tidak bisakah kau menjual pertanianmu saja? Karena masalah pertanian ini, wakil CEO kita berada dalam posisi yang sulit,” ujar si asisten sementara Ja Eun hanya terdiam dan berjalan pergi tanpa menjawab.
(Enak aja loe, Bambang! Gak semudah itu keles. Ja Eun gak mau kehilangan keluarganya begitu saja, apalagi sekarang dia baru saja mulai merasakan kebahagiaan. Gak usah ngerusak kebahagiaan orang napa!)
Ja Eun menuju ke ruangannya dan teringat saat CEO Good Film menampar Kim Jae Ha karena menghentikan proyek pembangunan Taman Hiburan itu. Lalu dia teringat saat Tae Hee mengatakan padanya bahwa orang yang melahirkan Tae Hee menikah lagi dengan ayah Kim Jae Ha.
Tak lama kemudian, Kim Jae Ha datang ke ruangan Ja Eun, “Aku sedikit terlambat, ya? Tiba-tiba saja ada tamu yang datang menemuiku. Ayo kita mulai meetingnya,” ujar Kim Jae Ha seraya duduk dan berniat memulai meetingnya.
“Kim PD-nim, bolehkah aku menanyakan satu hal padamu?” tanya Ja Eun dengan hati-hati, takut menyinggung.
“Sejak awal, aku sangat ingin tahu kenapa kau menerima permohonanku untuk tidak menjual pertanian itu? Aku dengar karena masalah pertanian itu, kau berada dalam posisi yang sangat sulit. Walaupun aku sangat berterima kasih, namun aku merasa bersalah karena telah membuatmu berada dalam posisi yang sangat sulit,” lanjut Ja Eun dengan tak enak hati.
“Karena aku menyukaimu, Ja Eun-ssi. Aku menyukai gadis cantik. Dan kita masih punya janji kencan 19 kali, bukan?” ujar Kim Jae Ha dengan santai, jawaban yang membuat Ja Eun terlihat bingung.
“Aku akan membawa naskah ini dan membacanya di kantorku,” lanjut Kim Jae Ha, tidak peduli walau Ja Eun terlihat bingung.
Setelah Kim Jae Ha pergi, dia baru menyadari jika ponsel Kim Jae Ha tertinggal di kantornya saat mendengar ponsel itu berdering. Ja Eun segera meraih ponsel itu dan pergi menuju ke ruang kerja Kim Jae Ha untuk mengembalikannya.
Tapi di dalam kantor itu, Kim Jae Ha ternyata tidak sendiri melainkan bersama asistennya, mereka tampak cukup dekat bila melihat bagaimana asisten tersebut memanggil Kim Jae Ha dengan “Hyung”.
“Hyung, kenapa kau harus memprovokasi CEO? Kenapa kau membantu Baek Ja Eun? Aku benar-benar tidak mengerti,” seru asisten Kim Jae Ha, memprotes keputusan Kim Jae Ha yang membantu Baek Ja Eun.
“Kenapa? Kau juga ingin mengatakan padaku kalau aku adalah anak yang tidak tahu berterima kasih pada orangtua angkat yang telah mengadopsiku?” tanya Kim Jae Ha dengan santai, tampak tak peduli sama sekali.
Ja Eun yang saat itu sedang menguping dari balik pintu ruangan yang setengah terbuka tampak terkejut mendengarnya. Dia tidak berniat untuk menguping namun pintunya memang terbuka setengah.
“Hyung, kenapa kau seperti inI? Sangat sinis. Ini tidak seperti dirimu yang dulu,” protes si asisten sekali lagi.
“Apa masalahnya dengan itu? Aku adalah anak adopsi, bukankah bersikap sinis sangat cocok untukku?” sahut Kim Jae Ha, masih dengan nada santai.
Saat itulah ponsel Kim Jae Ha kembali berdering, secara otomatis membuat Kim Jae Ha dan asistennya menyadari bahwa ada seseorang di luar ruangan yang menguping pembicaraan mereka.
Walaupun tertangkap basah, Ja Eun tetap berdiri di sana seraya menatap Kim Jae Ha dengan tatapan simpati.
(Jadi intinya baik Baek Ja Eun, Hwang Tae Hee maupun Kim Jae Ha, mereka bertiga adalah yatim piatu >_< Bedanya, Baek Ja Eun masih dibesarkan dan disayang oleh ayahnya hingga dia berusia 24 tahun hingga ayahnya menghilang dalam kecelakaan, sementara Hwang Tae Hee dan Kim Jae Ha diadopsi sejak mereka masih kecil T_T)
Setelah Kim Jae Ha menyuruh asistennya pergi, Ja Eun masuk ke dalam ruangan dan mengembalikan ponsel milik Kim Jae Ha. Ja Eun meletakkan ponsel Kim Jae Ha di atas meja kerjanya dan meminta maaf karena tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menguping pembicaraan kalian. Aku hanya datang karena ingin mengembalikan ponsel Anda yang tertinggal. Aku benar-benar minta maaf. Maafkan aku,” ujar Ja Eun dengan raut wajah bersalah, setulus hati meminta maaf.
“Jika kau memasang wajah menyesal seperti itu, bagaimana aku bisa marah padamu? Kau sengaja memasang ekspresi seperti itu agar aku tak marah, kan? Apa yang bisa kulakukan sekarang? Karena kau sudah mengetahuinya, maka sebaiknya aku mengatakan padamu semuanya,” ujar Kim Jae Ha pasrah. Ditutupi pun percuma karena Ja Eun sudah terlanjur mendengarnya sendiri dari mulutnya.
“Beberapa saat yang lalu, kau bertanya padaku kenapa aku memenuhi permintaanmu untuk tidak menjual pertanian itu, kan? Alasan terbesarku sebenarnya adalah karena ibu angkatku. Ibu angkatku pasti tidak akan menyukai rencana pembelian pertanian itu dan pasti akan berusaha menghentikannya. Itu sebabnya aku juga berencana untuk menghalanginya. Alasan keduaku adalah kau,” lanjut Kim Jae Ha menjelaskan alasannya.
“Aku?” tanya Ja Eun dengan raut tak percaya.
“Aku merasa aku harus mengembalikan keluargamu padamu. Keluarga yang ramai dan berisik yang membuatmu bahagia dan sangat kau rindukan. Meja makan yang dipenuhi tawa dan obrolan dari semua orang namun terasa hangat. Untuk orang lain, mungkin itu adalah hal yang biasa yang takkan mereka sadari artinya. Tapi bagi seeorang yang tak pernah memiliki keluarga, aku tahu betapa berharganya hal itu. Betapa berharganya itu bagimu, Ja Eun-ssi,” sambung Kim Jae Ha dengan tulus.
Kemudian dia menjeda kalimatnya sejenak sebelum kembali melanjutkan, “Alasan terakhir adalah aku harus menyelesaikan masalahku dengan Inspektur Hwang. Aku akan bicara terus terang padamu, jika kau bisa, aku harap kau bisa membantuku. Inspektur Hwang tidak mau bicara padaku sama sekali. Aku memiliki peninggalan dari Ibu angkatku yang harus kuberikan padanya. Bisakah kau membantuku?” pinta Kim Jae Ha, dengan penuh permohonan.
Malam harinya, Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min sedang berada di
dalam mobil Tae Hee setelah misi pengintaian. Tae Hee yang baru saja datang
dari suatu tempat, masuk ke dalam mobilnya dan Dong Min menyuruhnya untuk cepat
makan.
“Cepatlah makan, sebelum jadi dingin,” ujar Dong Min seraya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Mereka menggunakan selembar koran untuk melapisi dashboard mobil Tae Hee agar tidak kotor terkena makanan saat tiba-tiba Dong Min membaca berita yang tertulis di dalam koran.
“Oh, pelaku tabrak lari itu akhirnya tertangkap juga? Bagaimana dia bisa tertangkap? Bukankah petunjuk dan bukti yang dimiliki kepolisian sangat sedikit? Ini sangat aneh,” ujar Seo Dong Min seraya membaca berita di koran. Sepertinya kasus ini ditangani oleh kantor polisi wilayah lain dan bukan ditangani oleh kantor polisi wilayah Timur tempat di mana Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min saat ini bertugas.
Kalimat “tabrak lari” seketika membuat Tae Hee yang akan mulai makan mendadak terdiam sesaat. Dia teringat ucapan Hwang Chang Sik yang pernah mengatakan padanya bahwa ayah kandung Tae Hee meninggal karena insiden tabrak lari dan bukan kecelakaan biasa (EP 32).
Di Ojakgyo Farm, Ja Eun tampak masuk ke dalam gudang dengan wajah ceria. Dia tak lupa menutup pintunya dan berjalan menuju tangga untuk duduk di sana. Ja Eun mengeluarkan dua buah minuman kaleng dari saku jaketnya dan menempelkan sebuah kaleng ke wajahnya dengan gembira. Ada dua buah kaleng minuman, sepertinya Ja Eun tampak menunggu seseorang di sana. Siapa lagi kalau bukan ayang pacar polisi? *wink* (Pacaran diam-diam di dalam gudang ceritanya ^^)
Ja Eun kemudian memasukkannya kembali dua kaleng minuman itu
ke dalam saku jaketnya dan berganti mengeluarkan ponselnya. Ja Eun membaca
pesan dari Hwang Tae Hee yang berbunyi, “Temui aku di gudang jam 9.”
Ja Eun tersenyum gembira saat membaca pesan dari Tae Hee. Tak butuh waktu lama, pintu gudang terbuka dari luar dan Tae Hee melangkah masuk ke dalam sana seraya bergumam, “Dingin sekali di luar.”
Tae Hee tersenyum senang saat melihat Ja Eun sudah duduk di sana menunggunya. Ja Eun spontan berdiri menyambut sang kekasih tercinta. Tae Hee pun segera menghampiri kekasihnya dengan wajah penuh senyuman hangat.
“Ahjussi,” panggil Ja Eun dengan senyuman ceria.
Setelah Kim Jae Ha menyuruh asistennya pergi, Ja Eun masuk ke dalam ruangan dan mengembalikan ponsel milik Kim Jae Ha. Ja Eun meletakkan ponsel Kim Jae Ha di atas meja kerjanya dan meminta maaf karena tak sengaja mendengar pembicaraan mereka.
“Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud menguping pembicaraan kalian. Aku hanya datang karena ingin mengembalikan ponsel Anda yang tertinggal. Aku benar-benar minta maaf. Maafkan aku,” ujar Ja Eun dengan raut wajah bersalah, setulus hati meminta maaf.
“Jika kau memasang wajah menyesal seperti itu, bagaimana aku bisa marah padamu? Kau sengaja memasang ekspresi seperti itu agar aku tak marah, kan? Apa yang bisa kulakukan sekarang? Karena kau sudah mengetahuinya, maka sebaiknya aku mengatakan padamu semuanya,” ujar Kim Jae Ha pasrah. Ditutupi pun percuma karena Ja Eun sudah terlanjur mendengarnya sendiri dari mulutnya.
“Beberapa saat yang lalu, kau bertanya padaku kenapa aku memenuhi permintaanmu untuk tidak menjual pertanian itu, kan? Alasan terbesarku sebenarnya adalah karena ibu angkatku. Ibu angkatku pasti tidak akan menyukai rencana pembelian pertanian itu dan pasti akan berusaha menghentikannya. Itu sebabnya aku juga berencana untuk menghalanginya. Alasan keduaku adalah kau,” lanjut Kim Jae Ha menjelaskan alasannya.
“Aku?” tanya Ja Eun dengan raut tak percaya.
“Aku merasa aku harus mengembalikan keluargamu padamu. Keluarga yang ramai dan berisik yang membuatmu bahagia dan sangat kau rindukan. Meja makan yang dipenuhi tawa dan obrolan dari semua orang namun terasa hangat. Untuk orang lain, mungkin itu adalah hal yang biasa yang takkan mereka sadari artinya. Tapi bagi seeorang yang tak pernah memiliki keluarga, aku tahu betapa berharganya hal itu. Betapa berharganya itu bagimu, Ja Eun-ssi,” sambung Kim Jae Ha dengan tulus.
Kemudian dia menjeda kalimatnya sejenak sebelum kembali melanjutkan, “Alasan terakhir adalah aku harus menyelesaikan masalahku dengan Inspektur Hwang. Aku akan bicara terus terang padamu, jika kau bisa, aku harap kau bisa membantuku. Inspektur Hwang tidak mau bicara padaku sama sekali. Aku memiliki peninggalan dari Ibu angkatku yang harus kuberikan padanya. Bisakah kau membantuku?” pinta Kim Jae Ha, dengan penuh permohonan.
“Cepatlah makan, sebelum jadi dingin,” ujar Dong Min seraya menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Mereka menggunakan selembar koran untuk melapisi dashboard mobil Tae Hee agar tidak kotor terkena makanan saat tiba-tiba Dong Min membaca berita yang tertulis di dalam koran.
“Oh, pelaku tabrak lari itu akhirnya tertangkap juga? Bagaimana dia bisa tertangkap? Bukankah petunjuk dan bukti yang dimiliki kepolisian sangat sedikit? Ini sangat aneh,” ujar Seo Dong Min seraya membaca berita di koran. Sepertinya kasus ini ditangani oleh kantor polisi wilayah lain dan bukan ditangani oleh kantor polisi wilayah Timur tempat di mana Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min saat ini bertugas.
Kalimat “tabrak lari” seketika membuat Tae Hee yang akan mulai makan mendadak terdiam sesaat. Dia teringat ucapan Hwang Chang Sik yang pernah mengatakan padanya bahwa ayah kandung Tae Hee meninggal karena insiden tabrak lari dan bukan kecelakaan biasa (EP 32).
Di Ojakgyo Farm, Ja Eun tampak masuk ke dalam gudang dengan wajah ceria. Dia tak lupa menutup pintunya dan berjalan menuju tangga untuk duduk di sana. Ja Eun mengeluarkan dua buah minuman kaleng dari saku jaketnya dan menempelkan sebuah kaleng ke wajahnya dengan gembira. Ada dua buah kaleng minuman, sepertinya Ja Eun tampak menunggu seseorang di sana. Siapa lagi kalau bukan ayang pacar polisi? *wink* (Pacaran diam-diam di dalam gudang ceritanya ^^)
Ja Eun tersenyum gembira saat membaca pesan dari Tae Hee. Tak butuh waktu lama, pintu gudang terbuka dari luar dan Tae Hee melangkah masuk ke dalam sana seraya bergumam, “Dingin sekali di luar.”
Tae Hee tersenyum senang saat melihat Ja Eun sudah duduk di sana menunggunya. Ja Eun spontan berdiri menyambut sang kekasih tercinta. Tae Hee pun segera menghampiri kekasihnya dengan wajah penuh senyuman hangat.
“Ahjussi,” panggil Ja Eun dengan senyuman ceria.
“Oh, kau sudah lama datang?” tanya Tae Hee dengan lembut.
“Duduklah,” ujar Tae Hee pada Ja Eun, seraya mengambil sebuah keranjang buah dan menempatkannya terbalik agar bisa dia gunakan sebagai tempat duduk sementara Ja Eun duduk di anak tangga. Sepasang kekasih yang menggemaskan ini pun duduk berdampingan dengan saling memandang malu-malu.
(Busyet dah, malu-malu lagi *tepok jidat*
Padahal ciuman udah, pelukan udah, gandengan tangan juga udah, masa masih malu-malu
sih? Kalau duduk bersebelahan gini aja malu-malu, gimana nanti kalau malam
pertama? Hadeh, Tae Hee...Tae Hee. Make your move dong! Babang polisi ini selalu mati kutu kalau di depan ayang sendiri, padahal di depan penjahat, garangnya minta ampun >_< Tapi di depan Ja Eun malah cosplay jadi patung pancoran >_<)
Alih-alih mengatakan sesuatu, sepasang kekasih itu justru hanya saling menatap dengan tersenyum malu-malu. Tapi ekspresi wajah Tae Hee yang full senyuman menunjukkan kesan walaupun mereka tidak melakukan apa-apa dan hanya duduk berduaan saja seperti ini, dia sudah sangat bahagia.
(Hopeless sama Tae Hee, dahlah >_< Introvert level tinggi. Kayaknya untuk mencium Ja Eun di EP 36 aja, dia harus mengumpulkan keberanian setinggi gunung Everest ckckck...)
Ja Eun akhirnya membuka keheningan itu dengan memberikan sekaleng minuman hangat untuk Tae Hee diiringi dengan senyuman hangatnya, “Ini untukmu. Masih cukup hangat,” ujar Ja Eun dengan ceria.
“Kasus apa yang kau selidiki hari ini?” tanya Ja Eun ingin tahu. Mencoba membuka obrolan. Ja Eun tahu kalau bukan dia yang mulai ngomong, mereka pasti akan diem-dieman sepanjang malam. Yang Ekxtrovert harus ngalah ngomong duluan dan membuka percakapan.
“Penyelundupan Narkoba,” sahut Tae Hee singkat, namun dengan ekspresi bangga.
“Ahjussi, apa menjadi seorang polisi adalah impianmu sejak awal?” tanya Ja Eun, ingin tahu lebih banyak soal Tae Hee.
“Aku sebenarnya ingin kuliah di jurusan hukum agar bisa menjadi seorang Jaksa,” sahut Tae Hee, mulai membuka dirinya dan menceritakan tentang masa lalunya pada Ja Eun.
“Lalu kenapa akhirnya kau jadi seorang polisi?” tanya Ja Eun lagi dengan penasaran.
Ja Eun tampak kagum saat mendengar Tae Hee adalah lulusan dari Police Academy, “Wah, jadi kau lulus dari Police Academy? Kau pasti belajar dengan sangat keras,” puji Ja Eun dengan kagum dan tulus.
“Belajar itu adalah hal yang paling mudah,” sahut Tae Hee sedikit menyombongkan dirinya dan kepintarannya, seraya tersenyum manis penuh kebanggaan.
(Oke deh, oke, Intelligent Criminal Investigation Hwang Tae Hee yang cerdas dalam berbagai hal tapi bodoh dalam cinta dan perasaan, terserah elo dah. Kalau belajar adalah hal yang paling mudah, maka mulai sekarang kamu harus mulai belajar memahami perasaan pacarmu, mas bro ^^)
“Seharusnya aku tak perlu bertanya,” gumam Ja Eun lirih namun Tae Hee masih bisa mendengarnya. Ja Eun tampak "menyesal" telah memuji Tae Hee karena itu membuat Tae Hee jadi besar kepala, namun dia tetap tersenyum melihat tingkah Tae Hee yang seperti anak kecil yang sedang menyombongkan prestasinya.
“Aku masih bisa mendengarnya,” goda Tae Hee sambil tersenyum lebar penuh kebanggaan. Dia bangga bisa show off pada sang pacar.
“Kau pasti sangat sedih ketika kau terpaksa harus melepaskan impianmu,” ujar Ja Eun dengan ekspresi sedih.
Tae Hee menggeleng sambil tersenyum, “Aku tak punya penyesalan. Daripada berkata aku melepaskan impianku, mungkin lebih cocok jika dikatakan aku hanya memodifikasi tujuan hidupku,” sahut Tae Hee dengan bijaksana.
(Kalau gak jadi polisi, kalian gak akan bertemu, kan? Jangan lupa kalau pertemuan kalian berdua kan diawali dari “Insiden Salah Tangkap” alias “Mistakenly Arrested” di EP 4? It started with Mistakenly Arrested ^^ Kurasa Tae Hee menyadari hal itu, itu sebabnya dia tidak menyesalinya. Kalau gak jadi polisi, dia gak akan menangkap Baek Ja Eun secara keliru dan kisah mereka takkan pernah dimulai. Tae Hee takkan pernah menemukan cinta dalam hidupnya. Jadi tentu saja dia tidak akan pernah menyesali apa pun. Never ever ^^)
Ja Eun tersenyum mendengar jawaban Tae Hee yang bijaksana, kemudian Tae Hee mengalihkan topik pembicaraan dan berganti menanyai Ja Eun tentang apa yang dilakukan oleh Ja Eun hari ini.
“Bagaimana denganmu? Apa semuanya berjalan lancar hari ini?” tanya Tae Hee ingin tahu seraya menoleh pada Ja Eun.
“Ya. Berdasarkan hasil meeting kemarin siang, aku bekerja keras memodifikasi naskah Ojak Family. Itu sebabnya aku begadang sepanjang malam. Tapi semua itu terbayar karena mereka menyukai ceritaku, karakter antagonisnya juga sangat pas dan secara keseluruhan, perkembangan karakter yang lain juga mengalami peningkatan. Sutradara Yang memujiku dan aku merasa sangat senang. Semua kerja kerasku terbayar impas,” ujar Ja Eun dengan tersenyum ceria.
“Tentu saja. Kau pasti sangat gembira,” ujar Tae Hee dengan tersenyum manis dan tampak bangga dengan kekasihnya.
"Lalu apalagi?" Tae Hee kembali bertanya, ingin tahu lebih banyak lagi tentang kegiatan Ja Eun hari ini. Dia juga tampaknya ingin lebih mengenal Baek Ja Eun lebih dari sebelumnya.
“Juga...” Ja Eun terdiam sejenak seraya mengenang permintaan Kim Jae Ha, “Aku ingin menyelesaikan masalah dengan Inspektur Hwang. Jika kau bisa, aku harap kau bisa membantuku,” kenang Ja Eun pada ucapan Kim Jae Ha dan dia tampak bingung bagaimana harus mulai membantunya.
Tae Hee menyadari perubahan raut wajah kekasihnya yang tampak gelisah dan tiba-tiba saja terdiam, dia bertanya dengan cemas, “Apa terjadi sesuatu?” tanya Tae Hee dengan ekspresi khawatir.
“Tidak. Tidak ada apa-apa. Hariku berakhir begitu saja seperti itu,” sahut Ja Eun dengan gugup, berbohong, dia segera tersadar dari lamunannya saat mendengar Tae Hee bertanya. Untung saja Tae Hee percaya dan tersenyum kecil mendengarnya.
“Juga...” Ja Eun terdiam sejenak seraya mengenang permintaan Kim Jae Ha, “Aku ingin menyelesaikan masalah dengan Inspektur Hwang. Jika kau bisa, aku harap kau bisa membantuku,” kenang Ja Eun pada ucapan Kim Jae Ha dan dia tampak bingung bagaimana harus mulai membantunya.
Tae Hee menyadari perubahan raut wajah kekasihnya yang tampak gelisah dan tiba-tiba saja terdiam, dia bertanya dengan cemas, “Apa terjadi sesuatu?” tanya Tae Hee dengan ekspresi khawatir.
“Tidak. Tidak ada apa-apa. Hariku berakhir begitu saja seperti itu,” sahut Ja Eun dengan gugup, berbohong, dia segera tersadar dari lamunannya saat mendengar Tae Hee bertanya. Untung saja Tae Hee percaya dan tersenyum kecil mendengarnya.
Tak lama kemudian, terdengar suara Park Bok Ja dari luar gudang, “Hati-hatilah sedikit. Pakannya akan tercecer nanti,” omel Park Bok Ja pada suaminya. Tae Hee seketika terkejut mendengar suara sang ibu di depan pintu.
Tae Hee dan Ja Eun spontan saling menoleh dengan panik dan gugup. Mereka tampak panik mencari tempat untuk bersembunyi.
“Bantu aku membuka pintunya,” seru Hwang Chang Sik, membuat sepasang kekasih yang pacaran diam-diam di dalam gudang itu semakin panik dan ketakutan.
Tae Hee berlari ke arah tumpukan keranjang yang berisi pakan dan berniat bersembunyi di belakangnya, namun dia menyadari kekasihnya tak ada bersamanya. Tae Hee segera berlari lagi ke arah Ja Eun dan menariknya bersembunyi bersamanya. Karena panik, Ja Eun tak sengaja menyenggol salah satu keranjang berisi pakan dan membuat tampah yang ada di atasnya terjatuh ke lantai dengan suara keras dan membuat semua isinya berserakan.
(Pacaran terang-terangan aja kale, Tae Hee. Daripada pacaran diam-diam bikin jantungan >_< Keluargamu pasti dukung kok. Apa kalian takut bakal disuruh tinggal terpisah kalau keluarga Hwang tahu kalian berpacaran dan saling mencintai? Biasanya kan sepasang kekasih harus pisah rumah biar gak kebablasan gitu xixixi ^^)
Tepat pada saat itu, Park Bok Ja dan Hwang Chang Sik berjalan masuk ke dalam gudang. Tae Hee dan Ja Eun saling menatap dengan gugup dan panik dari tempat persembunyian mereka. Tae Hee terlihat masih memegangi pergelangan tangan Ja Eun, karena Ja Eun memegang minuman jadi yang dipegang Tae Hee adalah pergelangan tangannya.
“Kenapa ini berat sekali?” keluh Hwang Chang Sik seraya meletakkan sebuah karung di sudut ruangan.
Sialnya Park Bok Ja melihat keranjang yang terjatuh ke tanah
dan menghampirinya, “Kenapa ini bisa jatuh ke lantai?” omel Park Bok Ja seraya
menghampiri arah tampah itu terjatuh dan mulai merapikannya.
“Biarkan saja. Lakukan saja itu besok. Di luar dingin sekali,” ujar Hwang Chang Sik mengeluh. Namun Park Bok Ja tetap bersikeras mengambilnya dan meletakkannya ke atas tampah.
“Biarkan saja. Lakukan saja itu besok. Di luar dingin sekali,” ujar Hwang Chang Sik mengeluh. Namun Park Bok Ja tetap bersikeras mengambilnya dan meletakkannya ke atas tampah.
Saat Park Bok Ja meletakkan tampah (benda bulat kayak nampan rotan yang berisi pakan) itu di atas kepala mereka, sepasang kekasih itu tampak tegang dan panik
seraya merapatkan diri mereka ke arah keranjang yang lain.
“Tidak. Bagaimana jika kita menyebarkan serbuk gergaji dulu sebelum pergi?” usul Park Bok Ja karena takut bebek-bebeknya akan kedinginan. Membuat Tae Hee dan Ja Eun semakin tegang mendengarnya. Si emak gak pergi-pergi sih? Hadeh >_<
“Lakukan saja besok! Besok! Ayo kita pergi sekarang!” seru Hwang Chang Sik menolak.
Park Bok Ja awalnya setuju, “Baiklah. Besok saja,” sahutnya, namun kemudian berubah pikiran lagi, “Tidak! Sekarang saja!” ujar Park Bok Ja keras kepala.
(Ya ampun si emak! >_< Duh, gangguin orang pacaran aja deh ckckck... Pergi sono, buruan! Repot mungsuh emak-emak! Gak peduli usia muda atau tua, kalau uda jadi emak, uda punya anak, pasti rempong urusannya! Mamah muda malah lebih nyebelin lagi, berasa di atas awan dan keren mentang-mentang masih muda uda punya anak ckckck...)
Jawaban Park Bok Ja membuat Ja Eun semakin merapatkan tubuhnya ke arah Tae Hee yang tampak semakin gugup dan salah tingkah, namun bukan karena akan tertangkap basah melainkan karena tubuh mereka yang berdekatan.
(Duh, mana Tae Hee selalu ngeres pula kalau di dekat Ja Eun, liat bibir Ja Eun pake lipbalm aja uda pikirannya ngeres, kebelet pengen nyosor, untungnya dia introvert yang masih bisa menahan diri karena rasa malunya lebih gede. Coba Tae Hee extrovert, uda diperawanin di gudang tuh si Ja Eun hahaha ^^)
“Lakukan itu besok! Aku sangat capek sekarang!” protes Hwang Chang Sik kesal. Untung si bapak gak mau nurutin emak *fiuh, lega*
“Baiklah, kita lakukan besok saja.” Sahut Park Bok Ja akhirnya. Dan mereka pun akhirnya pergi dari sana.
“Tidak. Bagaimana jika kita menyebarkan serbuk gergaji dulu sebelum pergi?” usul Park Bok Ja karena takut bebek-bebeknya akan kedinginan. Membuat Tae Hee dan Ja Eun semakin tegang mendengarnya. Si emak gak pergi-pergi sih? Hadeh >_<
“Lakukan saja besok! Besok! Ayo kita pergi sekarang!” seru Hwang Chang Sik menolak.
Park Bok Ja awalnya setuju, “Baiklah. Besok saja,” sahutnya, namun kemudian berubah pikiran lagi, “Tidak! Sekarang saja!” ujar Park Bok Ja keras kepala.
(Ya ampun si emak! >_< Duh, gangguin orang pacaran aja deh ckckck... Pergi sono, buruan! Repot mungsuh emak-emak! Gak peduli usia muda atau tua, kalau uda jadi emak, uda punya anak, pasti rempong urusannya! Mamah muda malah lebih nyebelin lagi, berasa di atas awan dan keren mentang-mentang masih muda uda punya anak ckckck...)
Jawaban Park Bok Ja membuat Ja Eun semakin merapatkan tubuhnya ke arah Tae Hee yang tampak semakin gugup dan salah tingkah, namun bukan karena akan tertangkap basah melainkan karena tubuh mereka yang berdekatan.
(Duh, mana Tae Hee selalu ngeres pula kalau di dekat Ja Eun, liat bibir Ja Eun pake lipbalm aja uda pikirannya ngeres, kebelet pengen nyosor, untungnya dia introvert yang masih bisa menahan diri karena rasa malunya lebih gede. Coba Tae Hee extrovert, uda diperawanin di gudang tuh si Ja Eun hahaha ^^)
“Lakukan itu besok! Aku sangat capek sekarang!” protes Hwang Chang Sik kesal. Untung si bapak gak mau nurutin emak *fiuh, lega*
“Baiklah, kita lakukan besok saja.” Sahut Park Bok Ja akhirnya. Dan mereka pun akhirnya pergi dari sana.
Tae Hee dan Ja Eun menghela napas lega dan saling menatap
satu sama lain dengan gugup dan salah tingkah karena menyadari tubuh mereka
yang saling berdempetan. Ja Eun pun menarik pergelangan tangannya yang sedari
tadi digenggam erat oleh Tae Hee dan berniat untuk berdiri. Tae Hee pun perlahan ikut
berdiri.
“Eomma! Eomma! Apa Eomma tidak di sini?” ujar Tae Phil
dengan gesture mencari. Tae Hee dan Ja Eun harus lagi-lagi bersembunyi dalam ketegangan
dan berusaha tidak membuat suara apa pun.
(Joo Won ganteng banget kalau lagi senyum atau ketawa karena lesung pipinya keliatan. Dan untunglah saat bersama Ja Eun, Tae Hee sering tertawa jadi seneng banget bisa melihat lesung pipinya yang membuatnya semakin terlihat tampan ^^)
“Apa Ayah sedang mencari sesuatu?” tanya Tae Hee.
“Hari ini kau pulang lebih awal. Apa kau punya spon pembersih telinga?” tanya Hwang Chang Sik.
(Iya, Tae Hee pulang lebih cepet
karena mau pacaran dulu sebelum bobok. Uda pulang sedari tadi, cuma ngumpet
dulu di dalam gudang ama ayangnya xixixi ^^)
“Ah, spon pembersih telinga?” ulang Tae Hee dan segera
mengambilnya dari kotak yang ada di samping meja belajarnya dan memberikannya
pada Hwang Chang Sik.
“Ah, kau menyimpannya di sana?” ujar Hwang Chang Sik dengan lega.
Hwang Chang Sik kemudian menatap wajah Tae Hee yang terlihat berseri-seri dan tampak bahagia, siapapun bisa melihat wajah Tae Hee yang tampak lebih ceria akhir-akhir ini.
“Wah, wajahmu terlihat ceria dan berseri-seri. Apa pekerjaanmu akhir-akhir ini berjalan dengan lancar?” ujar Hwang Chang Sik dengan tersenyum lega, seraya menepuk-nepuk pipi Tae Hee. Hwang Chang Sik tampak gembira melihat Tae Hee tampak bahagia.
“Ya,” sahut Tae Hee dengan tersenyum malu-malu.
(Ya gimana gak ceria, kan dia uda berhasil mengejar cintanya. Lagi anget-angetnya dan lagi manis-manisnya pacaran. Jelas wajahnya tampak lebih ceria dan berseri-seri bahagia lah ^^ Ja Eun is Tae Hee’s source of happiness ^^ Awan mendung di hati Tae Hee, uda berganti pelangi saat ini ^^ Semua tergambar jelas di wajahnya yang semakin tampan, apalagi dia baru aja balik dari pacaran ^^)
Kemudian, Tae Hee tiba-tiba teringat soal berita mengenai ditangkapnya pelaku kasus tabrak lari yang dibahas Seo Dong Min di mobil beberapa saat yang lalu.
“Kecelakaan ayah kandungmu?” tanya Hwang Chang Sik memperjelas.
“Ya. Ayah bilang kalau itu bukanlah kecelakaan lalu lintas biasa, melainkan tabrak lari. Kenapa kalian tidak menangkap pelakunya?” tanya Tae Hee ingin tahu.
“Peristiwa itu terjadi di tengah malam dan tidak ada saksi mata saatt itu. Beruntung masih ada bekas pecahan kaca spion dan barang bukti lain yang tertinggal dari mobil tersangka. Jadi polisi yang bertugas menyelidiki masalah ini berusaha mencari pelakunya. Tapi tiba-tiba saja, polisi tersebut dipindahtugaskan dan penyelidikan kasusnya dihentikan,” ujar Hwang Chang Sik dengan kecewa.
“Ya. Setelah kupikirkan lagi sekarang, masih ada penyesalan yang tertinggal. Bila pihak kepolisian bisa menangani masalah ini dengan baik, maka mereka pasti bisa menangkap pelakunya. Ibu kandungmu bahkan pergi ke kantor polisi dan bertekad akan mencari tahu sendiri siapa pelakunya dan akhirnya dia mendapatkan daftar nama para tersangka. Dia bahkan menulis surat dan mengirimkannya ke mereka semua dan meminta mereka untuk mengaku. Tapi tentu saja, tak ada seorangpun yang mau mengakuinya dan pelakunya tak pernah tertangkap,” ujar Hwang Chang Sik menjelaskan.
(Ya iyalah, Om. Penjahat ngaku, penjara penuh. Tae Hee gak usah susah payah menyelidiki, lalu mengintai berhari-hari, berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan untuk menangkap para penjahat itu. Polisi ongkang-ongkang kaki karena penjahatnya ngaku sendiri dan menyerahkan diri ke kantor polisi >_< Dunia aman tentram kalau gitu mah. Jika penjahat ngaku sendiri, lalu untuk apa ada polisi? Tae Hee nganggur dong hahaha ^^)
Tae Hee tampak mendengarkan sambil berpikir. Jelas ada yang aneh dan janggal dalam masalah ini. Kenapa polisi yang bertugas menyelidiki masalah ini tiba-tiba dipindahtugaskan begitu saja?
“Di mana kantor polisi yang bertugas menyelidiki kasus itu?”
tanya Tae Hee ingin tahu, karena tiba-tiba dia ingin menyelidiki sendiri kasus
ini. Wajar sih ya. Tae Hee uda dewasa, dia seorang polisi, dia punya kedudukan
dan ini juga bisa dibilang bagian dari pekerjaannya, kan?
Blogger Opinion :
Rintangan terbesar mereka akhirnya mulai muncul : tuduhan tabrak lari yang menewaskan ayah kandung Tae Hee. Bersiaplah untuk “kisah sedih di hari minggu” Part 2. Kali ini penderitaan Tae Hee akan jauh lebih dalam dan menyakitkan dibandingkan saat Ja Eun pergi meninggalkan Ojakgyo Farm karena masalah kontrak.
Setidaknya saat itu, Tae Hee masih baru saja menyadari perasaannya dan mereka belum resmi berpacaran, jadi sakitnya masih tidak seberapa. Tapi rintangan terakhir ini jauh lebih menyakitkan karena Tae Hee dan Ja Eun sudah resmi berpacaran, hati mereka sudah bersatu, mereka sudah merasakan suka dan duka bersama, mereka bagaikan belahan jiwa yang sulit dipisahkan, jadi tentu saja bagi mereka berdua, damage-nya akan jauh lebih menyakitkan dibandingkan “rintangan” pertama.
Tapi dari sinilah, penonton akan lebih bisa melihat cinta Tae Hee yang sangat besar pada Ja Eun, melihat bagaimana Tae Hee berjuang untuk mempertahankan cinta mereka, untuk mempertahankan Ja Eun di sisinya. Membuktikan pada kita semua bahwa Hwang Tae Hee bukanlah sekedar cowok mokondo seperti umumnya para pria di Indonesia hahaha ^^ Cintanya sangat tulus dan besar terhadap Ja Eun dan Tae Hee adalah pria langka yang sangat jarang ada di Indonesia tercinta ini. Sejak awal Tae Hee menyadari perasaannya pada Ja Eun, perjuangannya untuk mendapatkan Ja Eun benar-benar gak main-main. Jadi ngarep ada satu aja Hwang Tae Hee di Indonesia ini untukku *sigh* He is too good to be true >_<
Blogger Opinion :
Rintangan terbesar mereka akhirnya mulai muncul : tuduhan tabrak lari yang menewaskan ayah kandung Tae Hee. Bersiaplah untuk “kisah sedih di hari minggu” Part 2. Kali ini penderitaan Tae Hee akan jauh lebih dalam dan menyakitkan dibandingkan saat Ja Eun pergi meninggalkan Ojakgyo Farm karena masalah kontrak.
Setidaknya saat itu, Tae Hee masih baru saja menyadari perasaannya dan mereka belum resmi berpacaran, jadi sakitnya masih tidak seberapa. Tapi rintangan terakhir ini jauh lebih menyakitkan karena Tae Hee dan Ja Eun sudah resmi berpacaran, hati mereka sudah bersatu, mereka sudah merasakan suka dan duka bersama, mereka bagaikan belahan jiwa yang sulit dipisahkan, jadi tentu saja bagi mereka berdua, damage-nya akan jauh lebih menyakitkan dibandingkan “rintangan” pertama.
Tapi dari sinilah, penonton akan lebih bisa melihat cinta Tae Hee yang sangat besar pada Ja Eun, melihat bagaimana Tae Hee berjuang untuk mempertahankan cinta mereka, untuk mempertahankan Ja Eun di sisinya. Membuktikan pada kita semua bahwa Hwang Tae Hee bukanlah sekedar cowok mokondo seperti umumnya para pria di Indonesia hahaha ^^ Cintanya sangat tulus dan besar terhadap Ja Eun dan Tae Hee adalah pria langka yang sangat jarang ada di Indonesia tercinta ini. Sejak awal Tae Hee menyadari perasaannya pada Ja Eun, perjuangannya untuk mendapatkan Ja Eun benar-benar gak main-main. Jadi ngarep ada satu aja Hwang Tae Hee di Indonesia ini untukku *sigh* He is too good to be true >_<
We can see that Tae Hee loves Ja Eun so much. I love how Tae
Hee’s attitude change when it comes to Ja Eun. He always listen to her. He is
the one making the moves : stalking, kissing, 3rd love confession, asking her
for dates, asking her hands for marriage, save her from danger, protecting her,
etc. Show me that he loves her so much. He even can’t get mad at her for long
time. In EP 31, when he found out his mom was dead, Tae Hee found his-self
going to Ja Eun’s house, that the only place he thought of going when he was
sad. I know that she’s the only one that can heal Tae Hee’s heart.
When Ja
Eun leave him for the second time, Tae Hee almost die, die for suffered, die
for missing his true love, his beloved one. But I love to see the story when a
man loves the girl more ^^ That’s why I loves Ojakgyo Brothers, because Tae Hee
loves Ja Eun more and always be the one making the moves, always chase after her
and do anything for her ^^ I really want a man like Tae Hee >_<
Dan mengenai mengapa Tae Hee dan Ja Eun harus bersembunyi, aku rasa itu bisa jadi karena beberapa hal :
1. Karena Tae Hee tidak ingin image Ja Eun rusak jika mereka tertangkap basah pacaran diam-diam di dalam gudang.
1. Karena Tae Hee tidak ingin image Ja Eun rusak jika mereka tertangkap basah pacaran diam-diam di dalam gudang.
Coba pikirkan apa yang akan dipikirkan oleh Keluarga Hwang bila melihat Tae Hee dan Ja Eun berduaan di dalam gudang yang gelap? Sepasang pria dan wanita muda, berduaan di dalam gudang yang gelap, walau tidak terjadi apa-apa, tetap saja orang-orang akan berpikiran yang bukan-bukan.
Keluarga Hwang tidak mungkin menuduh Tae Hee macam-macam karena sepengetahuan mereka, Tae Hee tidak pernah tertarik pada wanita mana pun sebelumnya. Jadi sudah pasti tuduhan akan jatuh pada Baek Ja Eun. Mereka pasti akan menuduh Ja Eun yang bukan-bukan seperti menggoda Tae Hee, menjebaknya dan semacamnya dan memandangnya seolah Ja Eun adalah gadis "nakal", wanita penggoda. Mengingat image Ja Eun yang adalah gadis populer di kampusnya, cantik, seksi, pintar dan selalu berpakaian terbuka di awal kemunculannya. Pakaian Ja Eun menjadi lebih tertutup karena sekarang adalah musim dingin. Iya kale di musim dingin malah pamer body? hahaha ^^
Tapi di episode awal, Ja Eun memang suka berpakaian terbuka dan minim bahan, itu sebabnya Nenek pun pernah mengkritik cara berpakaian Ja Eun secara terang-terangan. Jadi sudah pasti image Ja Eun bakal rusak di mata keluarga Hwang kalau mereka tertangkap basah malam itu. Tae Hee sudah tentu tidak ingin Ja Eun ditentang oleh keluarganya. Jadi otomatis, pilihan yang tersisa adalah bersembunyi agar tidak tertangkap basah.
2. Karena Tae Hee merasa hubungan mereka masih di tahap awal dan baru saja dimulai.
Faktanya memang Tae Hee dan Ja Eun baru pacaran selama beberapa hari, jadi memang terlalu cepat rasanya bila mengungkap hubungan mereka ke hadapan seluruh keluarga. Tae Hee dan Ja Eun butuh lebih banyak waktu untuk bersama tanpa perlu dibumbui oleh drama keluarga, apalagi belum apa-apa, Park Bok Ja sudah melarang Ja Eun berpacaran, bukan? Karena dia merasa Ja Eun terlalu muda dan masih harus fokus mengejar karirnya.
Faktanya memang Tae Hee dan Ja Eun baru pacaran selama beberapa hari, jadi memang terlalu cepat rasanya bila mengungkap hubungan mereka ke hadapan seluruh keluarga. Tae Hee dan Ja Eun butuh lebih banyak waktu untuk bersama tanpa perlu dibumbui oleh drama keluarga, apalagi belum apa-apa, Park Bok Ja sudah melarang Ja Eun berpacaran, bukan? Karena dia merasa Ja Eun terlalu muda dan masih harus fokus mengejar karirnya.
Masuk akal sih sebenarnya. Park Bok Ja seperti seorang Ibu yang mengkhawatirkan putri kandungnya, takut putrinya salah jalan, takut putrinya dimanfaatkan dan ditipu oleh pria dan segala kekhawatiran lainnya. Jadi intinya Tae Hee dan Ja Eun memang butuh waktu untuk penjajakan lebih dalam agar mereka yakin bila ingin melangkah ke jenjang berikutnya. Jika Tae Hee merasa Ja Eun adalah orang yang tepat, dia pasti akan mengatakan pada keluarganya bahwa Baek Ja Eun adalah pacarnya. Hanya masalah waktu sebenarnya dan sekarang bukanlah waktu yang tepat. Jadi memang sudah benar untuk sembunyi lebih dulu. Great things takes time ^^
Bersambung...
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/678 + https://gswww.tistory.com/679 + https://gswww.tistory.com/680)
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (https://gswww.tistory.com/678 + https://gswww.tistory.com/679 + https://gswww.tistory.com/680)
Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia
---------000000---------
Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS!
Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!
Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah
murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa
menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian
mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya,
aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan
setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia
Per-Youtube-an!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar