Sabtu, 01 Juni 2024

Sinopsis EP 5 Ojakgyo Brothers “Tae Hee – Ja Eun” Moment

Highlight on today episode :
Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun mulai tinggal serumah. Yah, walaupun hanya sementara sebelum Park Bok Ja mencuri surat kontrak Ja Eun dan menendangnya keluar dengan kejam. Tapi jangan khawatir, tar juga Baek Ja Eun balik lagi, karena itu adalah rumahnya.


--------0000--------

Episode 5 :
Setelah insiden di dalam gudang, Tae Hee dan Ja Eun akhirnya masuk ke dalam rumah. Sementara Ja Eun sedang mandi, Hwang Chang Sik mengumpulkan ketiga putranya : Hwang Tae Shik, Hwang Tae Hee dan Hwang Tae Phil di kamar Tae Shik untuk membicarakan masalah ini.

Hwang Chang Sik berkata bahwa dia berencana untuk mengijinkan Ja Eun tinggal di sana bersama mereka. Tentu saja keinginan tersebut mendapat reaksi yang beragam.


“Tinggal bersama di sini?” tanya Tae Shik, si putra sulung tampak tak yakin.
Walau dia menyukai Ja Eun karena Ja Eun cantik, namun dia tahu kalau Nenek dan Ibunya tidak menyukai Ja Eun jadi sangat aneh rasanya bila tiba-tiba mereka meminta Ja Eun tinggal bersama di sini.

“Ya, aku berencana memberitahunya saat makan malam nanti, aku akan membujuknya agar dia mau tinggal bersama kita. Jadi harap persiapkan mental kalian. Jangan kasar padanya, perlakukan dia dengan baik, khususnya Tae Phil.” Jawab Hwang Chang Sik menginformasikan ketiga putranya.

Tae Shik bertanya apakah ayah mereka sudah mendiskusikan hal ini pada ibu, Hwang Chang Sik menjawab, “Tentu saja. Bagaimana Ayah bisa memutuskan sendiri tanpa mendiskusikannya dengan ibumu?"

Tae Hee tetap pada pendiriannya untuk mencari rumah baru dan pindah dari tempat ini karena pada akhirnya yang akan terluka adalah ibu mereka, bila sang Ibu harus terpaksa menerima orang asing tinggal bersama mereka.


“Pada akhirnya, kita tetap harus mengembalikan pertanian ini padanya, bukan? Karena kita sudah membicarakan hal ini, jadi mari kita pindah, Ayah. Dengan adanya orang asing di rumah, orang yang paling menderita adalah Ibu. Sekarang kita tidak ingin melihat ibu menderita, bukan?” ujar Tae Hee mengusulkan.

(Bagaimana pun juga, Tae Hee seorang polisi yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, dia tahu dengan jelas bahwa apa yang dilakukan keluarganya adalah salah. Tanah pertanian ini bukan milik keluarga Hwang, mereka hanya menumpang tinggal di sana, jadi sudah seharusnya jika pemilik sebenarnya muncul, mereka harus mengembalikannya. Tapi tentu saja Tae Hee tidak bisa memaksa keluarganya karena bagaimana pun juga dia kalah suara dan lagi, keputusan ada di tangan orang tuanya. Apalah artinya Tae Hee yang hanya seorang anak angkat?)

“Ayah mengerti. Tapi semua ini Ibumu yang mengusulkan,” jawab Hwang Chang Sik.


“Ayah, tolong jangan selalu bersembunyi di balik punggung Ibu dan menghindari kenyataan. Sekarang, karena tanah pertanian ini, Ibu tidak bisa berpikir logis,” Tae Hee tetap bersikeras bahwa merekalah yang seharusnya pindah.

(Harus diakui, walau sikap Tae Hee kasar karena main fisik, walaupun tidak sengaja, tapi dibandingkan dengan semua orang di rumah itu, Tae Hee-lah yang paling masuk akal, dia yang berpikir paling logis dan mengetahui bahwa mereka di pihak yang salah. Tidak seharusnya mereka mempertahankan sesuatu yang bukan milik mereka. Good job, pak polisi. Setidaknya logika, hati dan Sense Of Justice-mu masih berjalan ^_^)

“Ini bukan karena pertanian itu kita memintanya untuk tinggal di sini. Tapi agar kita tetap bisa bekerja di pertanian,” ujar Hwang Chang Sik.


“Tapi bahkan kita tidak tahu Presdir Baek In Ho itu orang yang seperti apa. Kita juga tidak tahu putrinya seperti apa. Bisa saja dia adalah seorang anak yang bermasalah,” ujar Tae Hee, masih tidak setuju dengan ide mereka tinggal bersama.

(Hei, Hwang Tae Hee, gak lama lagi kamu akan menjilat ludahmu sendiri. “Anak yang bermasalah?” Kalau Baek Ja Eun adalah anak yang bermasalah, kamu gak akan jatuh cinta dan bucin setengah mampus sampe mengejar mati-matian, gak peduli walaupun ditolak 2 kali, tetep dikejar sampe dapet >_<)

“Apa maksudmu?” tanya Tae Shik bingung.
“Mungkin saja mereka adalah orang-orang yang tak punya moral dan suka mencuri,” jawab Tae Hee lirih dan tampak ragu.


(Woi, Inspektur Hwang Tae Hee, apa kau sedang membicarakan keluargamu sendiri? Siapa yang gak punya moral di sini? Siapa yang ingin menguasai tanah milik orang lain dan mati-matian menolak pergi walau sudah diusir dan bahkan mencuri surat kontrak? Your Mom, Not Baek Ja Eun! Nih polisi memang bikin geregetan di awal episode >_<)

“Kau pasti bercanda, kan? Ini tidak lucu,” ujar Hwang Tae Shik tak percaya, dia memang sejak awal tidak menolak kedatangan Baek Ja Eun sama sekali dan menerimanya dengan tangan terbuka.

“Apa anak ini terlihat seperti sedang bercanda?” ujar Hwang Tae Phil, si putra bungsu dengan tidak sopan, dia memanggil Tae Hee dengan sebutan “Anak ini” dan bukan “Hyung”.

Hwang Chang Sik langsung bereaksi keras mendengarnya, “Hei, anak nakal, kenapa kau memanggil kakakmu dengan sebutan ‘anak ini’? Sekali lagi kau bersikap kurang ajar lagi pada kakakmu, ayah tidak akan menegur dengan kata-kata!” tegur sang ayah, Hwang Chang Sik, mengomeli putra bungsunya, Hwang Tae Phil yang kurang ajar. Emang kurang ajar nih rambut sarang burung!


Saat itulah Nenek datang dan menginformasikan bahwa makan malam sudah siap. Akhirnya pertemuan keluarga itupun berakhir dengan semua orang berjalan menuju meja makan.

Di meja makan, semua orang tampak terkejut dengan hidangan malam ini, masalahnya hidangan ini tampak terlalu mewah untuk sebuah makan malam biasa.

Park Bok Ja segera memanggil Baek Ja Eun dan menginformasikan bahwa makan malam telah siap, “Ja Eun-ah, apa yang kau lakukan? Kau pasti lapar. Cepatlah keluar! Makan malam sudah siap,” seru Park Bok Ja dengan kebaikan palsunya.

(Nih Ahjumma satu di awal episode, emang palsu banget. Pura-pura baik biar gak diusir oleh Ja Eun dan biar punya kesempatan untuk mencuri surat kontrak itu saat Baek Ja Eun lengah >_<)


Di saat yang lain tampak mengagumi hidangan makan malam yang berkesan mewah, Nenek bergumam menyindir, “Orang yang paling jago berakting adalah Ibumu. Tak lama lagi mereka pasti akan memanggil Ibu kalian untuk memberikannya penghargaan Grammy Awards untuk kategori The Best Acting,” sindir Nenek seraya menggeleng-gelengkan kepalanya dan berdecak kagum melihat akting menantunya yang mampu berpura-pura baik di depan seseorang yang tidak dia sukai.

“Ja Eun-ah, apa kami masih harus menunggu lama?” seru Park Bok Ja sekali lagi.

“Tidak, aku datang.” Seru Ja Eun dari dalam kamar mandi. Lalu beberapa saat kemudian, Baek Ja Eun datang dengan rambut panjangnya yang terurai dan tampak basah, kaos ketat berwarna pink dan hot mini pants yang membuatnya tampak cantik dan seksi.

(Jujur, UEE memang cantik banget kalau rambutnya terurai dan dibuat lurus kayak gini, daripada dibuat bergelombang)

“Ah, rasanya begitu menyenangkan. Aku seperti hidup kembali,” ujar Baek Ja Eun dengan ceria dan gembira.
“Aigoo, Ja Eun kami setelah mandi tampak semakin cantik dan mempesona,” puji Park Bok Ja dengan senyum palsu di wajahnya.

“Tentu saja. Jika tidak, bagaimana aku bisa menjadi The National Goddess di Korea University dan menjadi maskot Universitas?” jawab Baek Ja Eun dengan bangga dan kepercayaan diri yang sangat tinggi.


Keluarga Hwang menatapnya dengan reaksi beragam. Nenek menatapnya dengan heran melihat kepercayaan dirinya yang begitu tinggi, Hwang Chang Sik menatapnya dengan tatapan seorang ayah yang khawatir karena melihat pakaian Ja Eun yang kurang bahan, Hwang Tae Shik dengan tatapan memuja (well, dia kan suka wanita cantik), Hwang Tae Phil dengan tatapan tidak suka dan Hwang Tae Hee dengan tatapan malas.

(Gak usah sok deh Hwang Tae Hee, nantinya kamu sendiri yang akan tergila-gila dan terpesona padanya, dan melihat Ja Eun dengan rambut basahnya langsung membuatmu berpikiran mesum. Tapi itu nanti setelah jatuh cinta, ya ^_^ Sekarang mah, Tae Hee masih cuek bebek, gak terpesona)

“Tapi Ahjumma, shampoo ini memiliki banyak sekali antibiotik yang tidak baik untuk rambut dan kulit kepala. Sabun mandi dan sabun cuci muka juga seperti itu. Semua ini akan membuat kulit kering dan berjerawat. Anda harus segera menggantinya dengan produk yang lebih mahal,” lanjut Baek Ja Eun seraya menunjukkan sebuah botol shampoo di tangannya dengan wajah polosnya.


Hwang Tae Hee yang sedari tadi menatapnya malas segera menurunkan pandangannya dan menghela napas lelah. Belum sehari, gadis ini sudah membuat banyak permintaan.

“Baiklah, baiklah. Ahjumma tahu. Nanti kita akan membeli yang baru yang sesuai dengan jenis kulitmu. Cepatlah duduk dan makan,” sahut Park Bok Ja, masih berakting manis.

Ja Eun akhirnya duduk bersama mereka, namun dia menatap sebal kepada Hwang Tae Hee yang duduk di depannya. Sepertinya dia masih kesal karena Hwang Tae Hee pernah memperlakukannya dengan kasar.

Akhirnya makan malam dimulai dan Park Bok Ja menyuruh Ja Eun untuk mencicipi makanan, lalu Ja Eun mencoba sebuah menu makanan yang tampak seperti daging panggang, namun tak ada daging di dalamnya, dan Park Bok Ja mengatakan itu hanya namanya saja, namun walau begitu rasanya sangat lezat. Ja Eun mencobanya dan kebetulan sesuai dengan seleranya. Gadis itu tampak menyukainya.

Park Bok Ja menggunakan kesempatan ini untuk mengajak Ja Eun tinggal di sana bersama mereka, “Ja Eun-ah, apa kau ingin merasakan masakan Ahjumma setiap hari? Bagaimana jika kau tinggal di sini bersama kami? Bagaimana menurutmu?” tawar Park Bok Ja dengan senyuman manis palsunya.

(Yah daripada diusir oleh si pemilik rumah, lebih baik mengajaknya tinggal bersama, bukan?)


Ja Eun tampak kaget mendengar tawaran itu, “Tinggal bersama di sini?” ulangnya mengkonfirmasi.

“Ya, jadi dengan begitu, kami juga tidak harus segera pindah di musim panas ini. Dan karena kau juga mengalami musibah besar dan tidak memiliki siapa pun di dunia ini, jadi kita bisa tinggal bersama dan saling membantu. Ja Eun, kau bisa bergantung pada kami,” ujar Hwang Chang Sik, sang ayah.

(Hwang Chang Sik sih beneran tulus karena dia adalah teman baik Ayah Ja Eun, tapi Park Bok Ja yang modus. Dan sayangnya, Hwang Chang Sik adalah type suami takut istri. Jadi kasian Ja Eun cuma diberi harapan kosong. Setelah disuruh bergantung kepada mereka, ujung-ujungnya surat kontraknya dicuri dan Ja Eun diusir dengan kejam >_<)

“Kau sudah kami anggap seperti putri kami sendiri. Lagipula di usiamu yang begitu muda, kau sudah mengalami banyak hal mengerikan, dan tak ada tempat untuk bergantung, betapa menyedihkannya itu. Perasaan itu pasti sangat menyedihkan. Ahjumma juga dibesarkan oleh orang tua tunggal, sebelum akhirnya Ibu Ahjumma meninggal dan Ahjumma sendirian di dunia ini. Jadi Ahjumma tahu bagaimana rasanya, bagaimana menakutkannya itu,” sahut Park Bok Ja dengan aktingnya yang sempurna, dia tampak berusaha keras mengambil hati Ja Eun agar tidak diusir.

(Nih Ahjumma aktingnya bener-bener keren. Omongannya bener-bener manis, padahal aslinya punya niat pengen nyuri surat kontraknya Ja Eun >_<)

Seluruh keluarga Hwang hanya diam dan menatap kagum akting sang Ibu yang sangat sempurna, khususnya Sang Nenek dan Hwang Tae Hee. Neneknya hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak percaya, sementara Tae Hee hanya menundukkan kepalanya melihat sikap palsu sang ibu.


“Apakah itu tulus? Ataukah hanya demi surat kontrak itu?” telak Baek Ja Eun, walau sebenarnya dia sedikit tersentuh.

(Baek Ja Eun ini sebenarnya gak jahat sama sekali, dia hanya seorang Nona besar manja yang kesepian. Selama ini dia selalu hidup mewah dimanjakan oleh sang Ayah. Tak pernah kekurangan uang, namun tiba-tiba semua kekayaan yang dimilikinya musnah dalam sekejap bersamaan dengan hilangnya sang ayah dalam kecelakaan. Baek Ja Eun mungkin berusia 24 tahun, namun jiwanya masih gadis remaja labil yang tak tahu kerasnya dunia)

“Aku tak pernah memikirkan hal ini, tapi memang aku tidak ingin hidup sendiri. Aku juga tidak suka hidup sendiri. Tapi aku masih punya satu semester terakhir. Jika aku harus pergi ke kampus dari sini, itu agak sedikit merepotkan,” lanjut Ja Eun dengan tak yakin.

“Tidak perlu mengkhawatirkan hal itu. Maknae Oppa (Hwang Tae Phil) di sana dan juga Ahjussi (Hwang Chang Sik) bisa mengantarmu ke kampus kapan saja. Mereka siap setiap saat. Mereka juga bisa menjemputmu pulang dari kampus,” sahut Park Bok Ja dengan rayuan pulau kelapa-nya.

Setelah makan malam, Park Bok Ja mengantarkan Ja Eun ke loteng dan membantu mengatur kasur lipatnya. Yup, Ja Eun tidur di lantai, seperti orang Jepang dan Korea jaman dulu. Ja Eun mengucapkan terima kasih dan mengatakan akan memikirkan tawaran mereka untuk tinggal di sini.


Setelah Park Bok Ja pergi, Ja Eun meraih fotonya bersama sang ayah dan memeluknya erat dengan perasaan sedih, dia mengecheck emailnya yang masih belum mendapatkan balasan. Ja Eun berbicara sendiri seraya memeluk foto sang ayah dan mengatakan bahwa sekarang dia ada di Ojakgyo Farm dan bercerita bahwa semua orang sangat baik padanya, mereka sangat ramah dan menyambutnya dengan hangat.

“Jika aku tinggal di sini bersama mereka, maka Ahjussi dan yang lainnya juga tak perlu pindah. Bagaimana menurutmu, ayah? Apa aku harus menunggu ayah di sini?” gumam Ja Eun dengan mata berkaca-kaca.


(Lihat, kan? Bahkan setelah Ja Eun dimaki-maki oleh Nenek dan Ibu pada siang harinya, dia bahkan masih memuji mereka dan berbohong pada ayahnya dengan mengatakan bahwa keluarga Hwang sangat baik padanya, padahal faktanya adalah kebalikannya. Ja Eun is a nice girl...)

Pagi harinya, Ja Eun mengatakan pada mereka bahwa dia menerima tawaran untuk tinggal bersama keluarga Hwang di Ojakgyo Farm, karena fakta bahwa dia tidak suka tinggal sendiri. Ja Eun juga bilang bahwa Keluarga Hwang juga tidak perlu pindah bila dia diijinkan tinggal di sana bersama mereka. Hwang Chang Sik berterima kasih pada Ja Eun atas Keputusan Ja Eun yang menguntungkan semua orang.

(Memang win-win solution-nya sih gitu aja. Kalau gak mau rumah dan pertanian itu dijual dan keluarga Hwang diusir keluar, ya lebih baik tinggal bersama aja. Toh, keluarga Hwang hanya perlu memberi makan satu orang lagi. Daripada diusir, kan? Uda bagus Ja Eun gak minta uang kontrak ke mereka selama 10 tahun. Anggap aja uang kontraknya untuk membiayai hidup Ja Eun di sana…)

Lalu Ja Eun juga bilang kalau dia memiliki permintaan, jika tidak mendesak, dia tidak akan meminta pada mereka. Hwang Chang Sik bertanya apa itu. Dan Ja Eun mengatakan, dia ingin mereka membayar uang SPP kuliahnya sebesar 4.975.000 won hari ini, karena hari ini adalah batas waktu terakhir.

Tapi karena ini adalah semester terakhir dan Ja Eun pun sudah mengajukan skripsi jadi mereka hanya perlu membayar sekali ini saja.

Mendengar jumlah yang begitu besar apalagi harus dibayar hari ini juga, Park Bok Ja spontan menolak dan menyuruh Ja Eun membayar dengan uangnya sendiri.

“Jika aku memiliki uang, tentu aku sudah membayarnya sendiri. Tapi karena aku tidak punya uang karena pihak bank sudah membokir seluruh Tabungan dan kartu kreditku jadi aku tak punya pilihan selain meminta tolong pada kalian. Bila kalian tidak bisa memberikannya, maka aku tidak punya pilihan selain menjual pertanian ini untuk membayar biaya kuliahku dan membeli sebuah rumah kecil untukku,” jawab Ja Eun tegas.

(Ja Eun bener sih. Kalau dia punya uang mah, sudah dibayar sejak kemarin-kemarin, emak. Justru karena dia gak punya uang itulah makanya pengen menjual tanah pertanian ini karena hanya inilah satu-satunya harta peninggalan Baek In Ho yang tersisa. Anggap ajalah itu sebagai ganti uang kontrak selama 10 tahun. Uda tinggal gratis selama 10 tahun, masih untung Ja Eun gak nagih uang kontrak ke mereka. Emang gak tahu bersyukur nih keluarga Hwang! Khususnya si emak!)

Mendengar Ja Eun mengatakan soal menjual tanah pertanian, Park Bok Ja segera meraih surat tagihan SPP itu dan berjanji akan memberikan uang itu padanya secepatnya.

Hwang Chang Sik bertanya, “Apa permintaan keduamu?”

Ja Eun berkata kalau dia membutuhkan biaya hidup untuk membeli keperluan kuliah, alat menggambar, buku sketsa, canvas, cat air, lalu kemudian kebutuhan pribadinya sendiri seperti sabun muka, shampoo, conditioner dll, juga alat make up.

(Tahu sendiri kan kalau anak perempuan itu modalnya banyak, keperluannya banyak seperti make up, pembalut, sabun cuci muka, shampoo, dll. Anggap ajalah sebagai ganti uang kontrak 10 tahun. Itupun masih kurang aslinya)

Park Bok Ja setuju dan bertanya berapa banyak yang dia habiskan biasanya? Ja Eun menjawab tidak tahu, karena biasanya dia hanya menggesek kartu kredit tanpa melihat nominalnya dan ayahnya yang mengurus pembayarannya. Ja Eun akhirnya meminta kartu kredit agar dia bisa pergi belanja setelah pulang sekolah.

(Mendengar permintaan Baek Ja Eun, seluruh keluarga Hwang (minus Tae Hee dan Tae Bum) hanya mampu terbengong mendengarnya. Keluarga Hwang tidak memiliki anak perempuan, jadi sudah tentu mereka tidak tahu bahwa kebutuhan anak perempuan dan anak laki-laki itu berbeda. Ibu dan Nenek pun, sudah tak lagi muda, sudah tentu tak lagi memikirkan make up dan sejenisnya.

Apalagi jaman sudah berubah, jaman waktu sang Nenek dan Ibu masih muda, mungkin gadis tidak berdandan pun bukan masalah besar. Tapi anak muda jaman sekarang, apalagi Baek Ja Eun adalah National Goddess of Korea University, sudah tentu dia harus berpenampilan menarik karena dia adalah Maskot Universitas)

Setelah Ja Eun pergi, Hwang Chang Sik menelpon Tae Hee untuk meminta uang 1 juta won agar bisa digunakan membayar biaya uang SPP Ja Eun dan Park Bok Ja menelpon Tae Bum untuk meminta 1 juta won lagi, sementara sisanya akan diambil dari tabungan mereka.


Di saat yang bersamaan, Hwang Tae Hee masih menyelidiki kasus penyuapan Rektor Universitas dengan Baek Ja Eun sebagai calon tersangka yang dicurigai. Tae Hee bertanya apakah Seo Dong Min sudah menemukan Profesor yang menangani masalah ujian masuk penerimaan mahasiswa di tahun 2007 dan Dong Min menjawab sudah.


Lalu Seo Dong Min melanjutkan kalau Baek Ja Eun belum membayar uang kuliahnya hingga hari ini. Dong Min juga telah menelpon rumahnya berkali-kali namun tak ada yang mengangkatnya. (Ya jelaslah, Baek Ja Eun-nya ada di rumah temenmu, tuh. Itu tuh yang lagi nyetir *lirik Tae Hee*)



“Oh ya, aku mendengar kalau Baek Ja Eun belum membayar uang SPP kuliahnya hingga hari ini. Rumahnya telah disita oleh bank, sehingga rasanya tidak mungkin dia bisa membayarnya. Aku bahkan mencoba menelpon rumahnya berkali-kali tapi tak ada seorang pun yang mengangkatnya. Baek Ja Eun bagaikan menghilang ditelan bumi. Ah sial, padahal mungkin kita membutuhkannya untuk dimintai keterangan sebagai saksi. Apa mungkin dia akan menghilang seperti Baek In Ho? Mengetahui lebih dulu kemudian melarikan diri?” ujar Seo Dong Min, mengoceh dan mengatakan kekhawatirannya tentang menghilangnya Baek Ja Eun, sementara Tae Hee hanya terdiam mendengarkan.


(Yah, Tae Hee gak perlu khawatir, bukan? Karena orang yang mereka cari ada di rumahnya hahaha ^_^)

“Mengapa Baek In Ho mengubah jadwal kepergiannya dan berangkat lebih cepat dari yang seharusnya? Mungkinkah karena Profesor Seo yang memberitahunya?” tanya Hwang Tae Hee, dia masih penasaran dengan hal ini.

“Bagaimana Profesor Seo tahu kapan kita akan menangkapnya? Bukankah hanya pihak penyelidik kepolisian yang mengetahui rencana penangkapan inii?” ujar Seo Dong Min, masuk akal.


“Tapi bagaimana dia bisa tahu tanggal dan waktu pastinya? Selain kau dan aku, tidak ada orang lain yang tahu, bukan?” ujar Tae Hee, setuju dengan ucapan Seo Dong Min.

“Benar. Itu berarti ada seseorang di kantor yang membocorkan informasi ini keluar,” jawab Seo Dong Min.

Mendengar ini, Hwang Tae Hee segera membanting setir dan memutar haluan mobilnya untuk menuju ke suatu tempat, ke mana lagi kalau bukan menuju Korea University, tempat Baek Ja Eun menuntut ilmu saat ini.


“Apa yang terjadi? Apa yang salah? Ke mana kita akan pergi?” tanya Seo Dong Min kaget. Melihat cara menyetir Tae Hee yang ugal-ugalan, membuat Seo Dong Min menjadi ketar-ketir.

“Mari kita bertanya langsung pada orangnya,” jawab Tae Hee dengan dingin.
“Professor Seo?” tanya Dong Min.
“Benar. Toh kita sedang menghadapi jalan buntu saat ini, kenapa tidak mencobanya? jawab Tae Hee tegas.

“Apa kau gila? Dia pasti akan langsung menelpon pimpinan kita dan kita akan mati,” omel Seo Dong Min sedikit takut.
“Makan saja rotimu!” ujar Hwang Tae Hee tak peduli dengan omelan Seo Dong Min.


Begitu sampai di Korea University, Profesor Seo segera menyangkal jika dia mengenal Baek In Ho. Dalam hal ini, Profesor Seo memang berkata jujur, karena memang dia tidak mengenal Baek In Ho. Yang dia kenal dan yang menyuapnya adalah Lee Khi Chul.

“Aku tidak mengenal Baek In Ho dan tidak tahu apa pun tentang jam tangan mewah itu. Apa kalian akan tetap menggangguku seperti ini?” sangkal Profesor Seo.
“Jadi kenapa Presdir Baek In Ho mengirimi Anda jam tangan mewah?” Tanya Seo Dong Min.


Selama Seo Dong Min melakukan interogasi, Hwang Tae Hee melihat-lihat isi ruangan Profesor Seo untuk mencari sesuatu yang mencurigakan, hingga matanya menangkap foto sekelompok orang di mana di foto itu terdapat foto Lee Khi Chul dan Profesor Seo dalam satu frame yang sama. Foto itu tercetak tanggal 31 Juli 2003.


“Bagaimana aku tahu itu? Istriku hanya menerima semua hadiah yang datang ke rumah kami tanpa mengingat apa hadiahnya dan siapa pengirimnya,” sangkal Profesor Seo.

“Itu tidak masuk akal! Tak mungkin kau tidak membuka hadiahnya sama sekali dan melihat pengirimnya!” seru Tae Hee tak percaya.

“Aku sangat sibuk tahun itu dan aku tidak peduli sama sekali dengan hadiah-hadiah itu. Aku juga sudah mengatakan pada istriku untuk mengembalikan semua hadiah barang mewah kepada pengirimnya,” ujar Profesor Seo.

“Mari kita lupakan tentang waktu pengiriman jam tangan tersebut. Tapi sangat tidak mungkin jika kau selalu sibuk sepanjang tahun, kan?” Tae Hee masih mendesaknya.

“Aku sudah menyuruh istriku untuk mengembalikannya, jadi kupikir semua hadiah itu sudah dikembalikan,” Profesor Seo tetap bersikeras dengan pernyataannya.

“Tapi Presdir Baek In Ho tidak mungkin memberimu 3 buah jam tangan tanpa maksud apa-apa, bukan? Apakah dia menerima jawaban test soal ujian masuk Universitas dari Anda?” tanya Hwang Tae Hee dengan nada mengintimidasi.

(Dengan kata lain, kunci jawaban soal Ujian masuk Universitas. Dia mencurigai Baek Ja Eun diterima masuk dengan nilai yang tinggi karena sudah memiliki kunci jawaban soal ujian masuk yang didapatnya dari Profesor Seo, padahal Baek Ja Eun asli pintar dan berbakat)

“Jika kau terus memfitnahku seperti itu, aku akan menuntutmu karena sudah menghalangi pekerjaanku dan mencemarkan nama baikku!” ujar Profesor Seo, balik mengancam.

“Silakan tuntut aku! Aku berharap ada banyak orang yang akan mengetahui hal ini,” tantang Hwang Tae Hee tanpa takut.

“Aku tanya sekali lagi, apakah Anda pernah mendengar kabar kalau kasus Baek In Ho tentang dugaan penyuapan terhadap Anda telah dibuka kembali?” sindir Hwang Tae Hee mengintimidasi.

Profesor Seo yang marah segera mengusir Tae Hee pergi.


“Presdir Baek In Ho kembali dalam keadaan hidup!” ujar Hwang Tae Hee dengan nada mengintimidasi, membuat Seo Dong Min pun ikut kaget mendengarnya.

Namun kemudian dia menambahkan, “Itu adalah berita yang kami tunggu-tunggu setiap hari,” lanjut Hwang Tae Hee dengan senyuman mengejek.


“Seperti yang kau bilang, untuk sekarang kami memang tidak punya cukup bukti. Tapi Anda tampaknya cukup terkejut,” sindir Hwang Tae Hee dengan senyuman yang menyebalkan.

(Wah, nih Joo Won emang jago akting. Dia bisa bikin orang sebel, kasihan, sedih, gemes, pengen ngakak dan kadang pengen marah dan getok kepalanya juga, karakternya kompleks banget nih Hwang Tae Hee dan Joo Won membawakannya dengan sangat sempurna. Di episode dia patah hati karena ditolak dua kali oleh Baek Ja Eun dan saat dia dipaksa putus, bener-bener bikin orang sedih dan pengen nangis. Namun di episode awal, dia membuat orang seakan pengen nyekik ngeliat dia segitu kasarnya pada Baek Ja Eun dan diam aja melihat Baek Ja Eun ditindas keluarganya padahal dia adalah seorang polisi yang seharusnya melindungi masyarakat)


“Sampai jumpa di waktu berikutnya. Jika saatnya sudah tiba, aku pasti akan datang membawa bukti-bukti tersebut untuk menemui Anda!” ujar Hwang Tae Hee dengan nada mengancam.

Seo Dong Min segera mendorong rekannya pergi seraya meminta maaf, “Maafkan kami. Kami akan segera keluar.”


Sebelum Tae Hee pergi, dia sekali lagi menatap bingkai foto di mana dalam foto tersebut terdapat beberapa orang sedang berpose bersama dengan Lee Khi Chul dan Profesor Seo ada di tengah-tengah mereka. Foto itu bertanggal 31 Juli 2003.

“Aissh jinja! Hyung, hidup kita bisa pendek bila terus seperti ini. Mengapa kau begitu kasar?” omel Seo Dong Min setelah keluar dari kantor Profesor Seo.


Tae Hee lalu teringat dengan pembicaraan dengan Lee Khi Chul beberapa saat yang lalu.
“Apa ini Profesor Seo? Dia lebih muda dari yang aku bayangkan,” ujar Lee Khi Chul berpura-pura tidak mengenal Profesor Seo.

“Apa Anda tidak tahu? Profesor Seo adalah Rektor di kampus Seung Mi belajar,” jawab Tae Hee waktu itu.

“Aku hanya melihatnya dari jauh saat Orientasi Mahasiswa Baru saat itu tapi aku tak pernah bertemu dengannya secara pribadi,” ujar Lee Khi Chul, yang tentu saja adalah sebuah kebohongan.


Tae Hee teringat tanggal foto itu tertulis 2003 dan bergumam sendiri, “Kenapa dia merahasiakannya padaku kalau mereka sudah saling mengenal sejak lama?”

“Siapa?” tanya Seo Dong Min yang mendengar gumaman Tae Hee.
“Bukan apa-apa! Ayo pergi!” sahut Tae Hee. Sebelum ada bukti yang jelas, dia tidak boleh sembarangan menuduh orang.

Di rumah, Ja Eun berpamitan pada Park Bok Ja saat akan pergi ke supermarket. Di Supermarket, Ja Eun tak sengaja bertemu dengan ibu tirinya. Ja Eun masih berharap bisa kembali tinggal bersama ibu tirinya, mencoba mendekatinya, namun yang dia dapatkan hanyalah kekecewaan.


Ibu tirinya tak hanya membentaknya dan menolak mengakuinya, dia juga menyiram wajah Ja Eun dengan air dan mencoba menamparnya, namun sempat ditahan oleh Ja Eun sebelum wanita itu berhasil menamparnya. Bahkan Ja Eun melihat sang ibu tiri bergandengan mesra dengan asisten sang ayah.

“Kau adalah wanita yang paling memalukan. Bisa-bisanya kau berselingkuh dengan asisten ayah? Aku tahu yang kau pikirkan hanyalah uang. Kau menikahi ayahku bukan karena cinta melainkan karena uangnya, benar kan? Selama ini aku selalu bersabar demi kebahagiaan ayahku. Aku diam saat kau selalu memarahiku bahkan memukulku, karena aku memikirkan ayahku. Tapi aku tidak akan memaafkanmu kali ini. Seorang wanita yang mengkhianati ayahku seperti ini. Aku tidak akan pernah memaafkanmu bahkan walau aku mati!” seru Ja Eun dengan penuh emosi.

“Tentu! Jangan maafkan aku! Aku juga tidak butuh pengampunan darimu! Jadi jangan pernah maafkan aku! Bahkan sampai mati, jangan pernah maafkan aku! Sudah puas?” jawab sang Ibu tiri dengan kejam seraya mendorong Ja Eun dengan kasar.


(Cuih, giliran dia ditinggalin selingkuhannya setelah hartanya dikurasi habis, dia datang nyari Ja Eun lagi dan pengen merampas pertanian milik Ja Eun. Emang dasar Ahjumma-Ahjumma di drama ini pada gak tahu malu semua, menindas gadis muda yang gak punya siapa-siapa)

Ja Eun yang tidak terima dengan perlakuan itu menjadi gelap mata, dia mengambil troli dan mengarahkannya kepada ibu tirinya, ingin menabraknya. Namun pada akhirnya dia menghancurkan banyak barang di supermarket itu dan harus mengganti banyak kerugian karenanya. 

Namun anehnya gak diliatin adegan saat Ja Eun menghancurkan barangnya, di DVD hanya berhenti di adegan saat troli Ja Eun berhenti tepat di hadapan sang ibu tiri, tapi barang-barangnya gak ada yang jatuh kok. Apa jangan-jangan adegannya dipotong ya?

(Baek Ja Eun ini hanya naif dan labil sebenarnya. Dia adalah Nona Besar yang selalu dimanja, usianya 24 tahun namun jiwanya masih seperti remaja, begitu dia kehilangan sang ayah yang menjadi sandarannya dan kehilangan semua harta kekayaannya dalam sekejap, dia gak tahu harus bagaimana, dia merasa sendirian dan gak punya siapa-siapa. Apalagi setelah dia diusir sana, diusir sini, ya siapa yang mentalnya gak down, kan? Jadilah dia seperti bocah tantrum yang ingin melampiaskan kekesalan dan juga amarahnya kepada semua orang.

Tapi karakter Baek Ja Eun ini sangat manusiawi sebenarnya. Bayangkan jika kalian di posisinya! Lahir coprot jadi orang kaya, tiba-tiba mendadak jadi misqueen dan ayah kalian menghilang dalam kecelakaan, diusir dari rumah, ditinggalin ibu tiri, gak punya uang, difitnah masuk melalui jalan belakang jadi dihujat satu kampus, plus nanti surat kontraknya dicuri pula. Masih untung Baek Ja Eun gak bunuh diri >_<)


“Apa Anda tahu? Ibu kandungku meninggal saat usiaku dua tahun. Ibu tiriku yang pertama hanya bertahan selama satu bulan dan ibu tiri keduaku hanya bertahan selama enam bulan. Hanya kau satu-satunya yang bertahan selama  5 tahun lamanya. Walaupun aku tak terlalu menyukaimu, namun kadang aku merasa kau adalah ibu yang baik. Kadang kau khawatir padaku, itu sebabnya aku salah paham dan mengira kau juga menyukaiku. Kau bukan hanya mengkhianati ayah, namun juga aku. Mari tidak bertemu lagi di masa depan, Nyonya Jung Yeon Suk!” ujar Ja Eun dengan hati hancur dan mata berkaca-kaca sebelum pergi dari sana.

Begitu sampai di rumah, Park Bok Ja langsung bertanya apa yang dia beli dengan uang sebanyak itu? Karena sebelumnya ponsel Hwang Chang Sik berbunyi dan menunjukkan jumlah 400 ribu won sekian. Park Bok Ja juga bertanya di mana barang-barang itu? Kenapa dia datang dengan tangan kosong?

Dan Ja Eun berkata kalau barang-barangnya sudah hancur.
Hwang Chang Sik tampak bingung, “Barang apa yang begitu dibeli langsung hancur?”
Dan lagi-lagi Ja Eun menjawab, “Tidak tahu,” dengan ekspresi lemas dan tak bertenaga seraya kembali ke kamarnya yang ada di loteng dan meninggalkan semua orang di ruang keluarga begitu saja.

Jadi dari percakapan ini bisa diasumsikan kalau dia memang menghancurkan barang-barang di Supermarket saat Ja Eun mengejar ibu tirinya, tapi anehnya di DVD gak diliatin. Jadi ya kita hanya bisa berasumsi.

Cut Scenes :





Bersambung...

Written by : Liana Hwie
Credit Pictures : All Pictures belong to owners (King)

Artikel terkait :
Episode Guide “Ojakgyo Brothers” Tae Hee – Ja Eun Moment
Sinopsis drama Korea “Ojakgyo Brothers”, cinta di tengah perebutan rumah warisan.
Kumpulan Soundtrack Drama Korea "Ojakgyo Brothers" beserta terjemahan Indonesia

---------000000---------

Warning :
Dilarang MENG-COPY PASTE TANPA IJIN TERTULIS DARI PENULIS! Siapa yang berani melakukannya, aku akan menyumpahi kalian SIAL 7 TURUNAN!

Semua artikel dan terjemahan lagu dalam blog ini adalah murni hasil pikiranku sendiri, kalau ada yang berani meng-copy paste tanpa menyertakan credit dan link blog ini sebagai sumber aslinya dan kemudian mempostingnya ulang di mana pun, apalagi di Youtube, kalau aku mengetahuinya, aku gak akan ragu untuk mengajukan "Strike" ke channel kalian. Dan setelah 3 kali Strike, bersiaplah channel kalian menghilang dari dunia Per-Youtube-an!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads