Selasa, 25 Februari 2014

When Spring Comes (Sekuel Of “Valentine’s Snow”) – SS501, Uee & Ojakgyo Brothers Fanfiction One Shot



Author : Liana Wijaya

Starring : 
Uee’s After School as Kim Yui (Double Casting) 
Kim Hyun Joong as Yoon Ji Hoo 
Uee’s After School as  Baek Ja Eun / Kim Yoo Jin (Double Casting) 
Joo Won as Hwang Tae Hee ( Baek Ja Eun’s Husband)

Cameo : 
Kim Kyu Jong as Himself 
Kim Hyung Jun as Himself 
Lee Min Hoo as Gu Jun Pyo 
Kim Joon as Song Woo Bin 
Kim Bum as So Yi Jung


“When Spring Comes (Sekuel Of “Valentine’s Snow”) – SS501, Uee & Ojakgyo Brothers Fanfiction One Shot”







3 tahun kemudian, Yoon Ji Hoo Mansion..
   “Sayang, aku pulang”, seru Ji Hoo pada seorang gadis muda yang duduk sambil melamun seraya memegang setangkai Mawar Ungu di tangannya. Ji Hoo tersenyum melihat tunangannya yang seringkali melamun akhir-akhir ini.
     “Kau kenapa ?? Apa yang kau pikirkan ??”, tanya Ji Hoo ditelinga gadis itu, membuat gadis itu terperanjat. 

      “Ohh, kau sudah pulang ?? Guru Kang baru saja pergi beberapa menit yang lalu. Oppa, Guru Kang mengatakan besok hasil sidangku akan diumumkan, aku takut sekali jika ternyata aku tidak lulus. Kau tau kan aku koma selama 3 tahun, dan tidak mudah mengejar ketertinggalanku selama 3 tahun ini. Aku terlambat lulus sekolah, otomatis aku juga terlambat masuk kuliah. Apalagi aku hanya menjalani Home Schooling, walau ada guru pribadi yang mengajariku dengan materi yang sama seperti di sekolah umumnya tapi tetap saja rasanya tidak sama. Bagaimana jika aku gagal ?? Anak-anak yang lain seusiaku sudah lulus kuliah, tapi aku masih saja sidang”, Yui merengut, tapi Ji Hoo hanya tertawa melihat tunangannya.

      “Siapa suruh waktu itu kau tidur lama sekali ?? Dasar Putri Tidur !! Andai kau tidak tidur selama itu, kau tidak mungkin ketinggalan pelajaran dan kau juga tidak akan terlambat masuk kuliah. Jangan khawatir, kau gadis yang pintar Yui-ah. Trust me !! Kau pasti lulus ujian dengan memuaskan”, Ji Hoo memberi harapan. Mata Yui berbinar lega mendengarnya.

     “Jadi itu yang kau pikirkan ??”, tanya Ji Hoo lagi. Yui mengangguk pelan lalu meletakkan tangkai mawar ungunya ke dalam vas yang ada di atas meja. Lalu kembali duduk di atas sofa, disamping Ji Hoo.

“Apa kau suka tinggal di sini ??”, tanya Ji Hoo lagi. 
“Rumahmu besar dan hebat, kakek Yoon sangat baik padaku, juga semua pelayan silih berganti menemaniku, tapi kita belum menikah, tidak apakah tinggal bersama ?? Aku tak mau orang bicara yang tidak-tidak tentang kita”, ujar Yui lagi.

    “Lalu, apa kau pikir aku akan membiarkan tunanganku yang baru saja bangun dari koma tinggal sendirian di apartment kecil dan kumuh itu ?? TIDAK AKAN !! Tempatmu adalah disini, di sisiku. Aku tak peduli apa kata orang, cepat atau lambat kau akan jadi Istriku, lalu apa bedanya ?? lagipula kita kan tidak melakukan apa-apa diluar batas”, jawab Ji Hoo dengan santainya. Yui hanya tersenyum lembut padanya, tatapan yang membuat jantung Ji Hoo berdetak tak karuan, Spontan dia mendekat dan langsung mencium bibirnya penuh nafsu seraya mendorong tubuh Yui terbaring ke sofa.

    “Oppa..Hentikan !!”, desah Yui di sela ciumannya, seraya mencoba mendorong Ji Hoo. “Be..lum..sa..atnya”, ujarnya lagi dengan terbata saat ciuman Ji Hoo turun ke pundak gadis itu.

     “Ehem...”, suara berdehem di belakang mereka spontan membuat sepasang kekasih itu langsung menjauhkan tubuh mereka dengan salah tingkah. Kakek Yoon sedang berdiri memandang mereka dengan senyuman nakal.

    “Ji Hoo-ah, jika kau memang tidak sabar segera saja nikahi gadis itu”, goda Kakeknya yang tersenyum melihat cucunya salah tingkah.
      “Aku juga ingin lakukan itu, tapi aku juga harus pikirkan masa depan Yui.Dia harus menyelesaikan pendidikannya dulu setelah itu kami akan menikah. AKu ingin dia kuliah dan mengejar cita-citanya”, jawab Ji Hoo merengut.

    “Kalau begitu kau harus tahan dirimu. Jangan mentang-mentang kau berteman dengan So Yi Jung lalu sekarang kau tertular virus mesumnya”, goda Kakeknya lagi.
    Yui yang salah tingkah segera menundukkan wajahnya malu-malu “Maafkan aku, kakek !! Lebih baik aku masuk ke kamar dulu”, ujarnya malu-malu lalu segera berlari pergi ke kamarnya tanpa menunggu jawaban mereka.

      Di kamarnya, Yui mengutuk dirinya sendiri. Dulu dia sangat dingin, dia tidak tertarik dengan pria apalagi sampai bersentuhan dengan mereka, tapi sekarang dia malah terkesan seperti wanita murahan yang sangat merindukan setiap sentuhan dan ciuman Ji Hoo padanya.

     “TIDAK !! TIDAK !! TIDAK !! Kim Yui, kuasai dirimu. Kau tidak boleh lakukan itu !! Sebelum menikah, kalian tidak boleh melakukan hal itu. TIDAK BOLEH !!!”, Yui mengutuk dirinya sendiri, seraya menutup wajahnya dengan kedua tangannya dengan malu-malu. Dengan lemas dia merebahkan dirinya di atas ranjangnya yang besar dan empuk. Dia masih tidak bisa percaya jika hidupnya berubah sedrastis ini.

       Dulu dia miskin dan tak punya siapapun, untuk makan sehari-hari dia harus mencari uang sendiri, menjadi loper koran, pengantar susu, bekerja di klub malam bahkan sampai mengamen di jalanan. Tak pernah sekalipun dia meminta uang pada ayah kandungnya, padahal jika di ingat lagi dia adalah Putri kandung dari Presiden Korea, tapi hidupnya bahkan lebih mirip gelandangan daripada Putri Presiden. Selain uang sekolah SMU-nya, Yui tak mau menerima apapun dari ayah kandungnya, orang yang sudah mencampakkan dia dan ibunya, melempar mereka keluar di tengah badai salju yang dingin mencekam. Sejak malam itu, bagi Yui dan Ibunya, ayahnya sudah meninggal.

“Aku tak punya ayah lagi. Ayahku sudah mati”, selama ini Yui hidup dengan prinsip seperti itu, hingga takdir mempertemukannya dengan Ji Hoo. Takdir yang mengubah segalanya. Mereka bertemu di malam Valentine, pertemuan yang tak sengaja di tengah badai salju yang dingin mencekam, awal dari segala kebahagiaan hidup Yui. Perlahan tapi pasti, salju di hatinya mulai mencair. Walau awalnya ini bagaikan mimpi, tapi Ji Hoo berhasil membuktikan padanya bahwa ini  bukanlah mimpi dan di sinilah dia saat ini. Di kediaman keluarga Yoon, bertunangan dengan Yoon Ji Hoo, satu dari 4 pria paling kaya, tampan dan populer di Korea Selatan, F4. Menjadi calon cucu menantu mantan Presiden Korea.

     Tapi walau begitu, sampai saat ini pun dia belum bisa memaafkan ayah kandungnya, dan mungkin takkan pernah. Dia bisa memaafkan dan menerima kedua kakak tirinya, Kim Kyu Jong dan Kim Hyung Jun karena mereka berdua tidak terlibat secara langsung dalam kehancuran hidupnya, tapi beda dengan ayahnya. Bagi Yui, kecuali Ibunya bangkit kembali dari kematian, dia tidak akan pernah mungkin memaafkan ayahnya. PENGKHIANATAN, PERSELINGKUHAN, dan POLIGAMI yang pernah dilakukan ayahnya pada Ibunya adalah sebuah dosa yang takkan pernah bisa terhapus.

    “Aku bukan Tuhan, aku tak mampu memaafkan. Hatiku yang terluka terasa begitu sakit. Dan bagiku, gelas yang sudah pecah tak mungkin bisa disatukan lagi”, itulah jawaban yang selalu diberikannya pada kedua kakak tirinya jika mereka bertanya soal ayahnya.

     Yui menarik napas panjang saat tiba-tiba dia teringat apa yang dilihatnya tadi siang. Entah dia bermimpi atau tidak, dia sempat melihat seseorang yang sangat mirip dengannya sedang berlari ketakutan saat beberapa orang polisi datang dan mencoba merebut barang dagangannya karena gadis itu berjualan secara ilegal. Yui berpikir bahwa dia sedang bermimpi melihat dirinya sendiri di masa lalu, saat dia masih miskin dia juga pernah mengalami semua itu. Tapi suara teriakan para polisi itu seperti nyata, dan dia terus saja memikirkan hal ini.

      “Apa benar itu hanya bayanganku ?? Mungkin lebih baik aku datangi lagi tempat itu besok pagi”, Yui akhirnya memutuskan.

Kantor Polisi...
     Seorang pria muda terlihat sangat suntuk, dia membenamkan kepalanya diantara tumpukan kertas dan foto-foto yang berserakan di atas mejanya. Dia terlihat sedih dan frustasi. Saat tiba-tiba seorang temannya masuk ke dalam ruangan itu dan mengagetkannya seraya menyodorkan sebuah foto.

      “Hyung, lihat ini !! Akhirnya kita menemukannya. Ini foto Ja Eun-ssi kan ?? Foto ini diambil dari kawasan timur Seoul saat polisi patroli menggrebek para pedagang asongan liar. Ada apa dengan Ja Eun-ssi, kenapa dia menghilang begitu saja dan malah menjadi pedagang asongan seperti ini ??”, seru seorang polisi bertubuh pendek dan agak gemuk itu pada temannya.

     Mendengar nama Ja Eun disebut, spontan pria muda yang dipanggil Hyung segera bangkit dengan semangat membara.
      “Berikan padaku fotonya !!”, serunya lalu merebut foto itu dengan cepat.

     “JA EUN-ah.. Kau dimana ?? Aku merindukanmu. Jika tau aku akan kehilanganmu, saat itu aku tidak akan memilih melepaskanmu. Tidak peduli aku harus menentang keluargaku, aku takkan melepaskanmu”, gumam pria muda itu, tanpa sadar airmata menetes pelan di pipinya.

     “Tae Hee Hyung, sebenarnya apa yang terjadi pada kalian ?? Itukah sebabnya kalian memutuskan untuk membuat foto wisuda waktu itu ??”, tanya temannya bingung.

     “kau tau dimana tepatnya lokasi foto ini diambil kan Seo Dong Min ??”, Hwang Tae Hee, Inteligen Criminal Investigation itu bertanya pada temannya.
      “Ye, arrasso”, jawab Dong Min mantap.
   “Antarkan aku kesana sekarang”, ujar Tae Hee seraya menarik mantelnya dari sandaran kursinya dan berniat pergi.

    “Tunggu, Hyung !! Sekarang sudah malam, apa kau pikir Ja Eun-ssi masih ada disana. Dia pasti sudah pulang ke rumahnya”, jawab Dong Min mengingatkan.

     “Kalau begitu kita akan menunggunya sampai besok pagi”, putus Tae Hee, kerinduan dan rasa cinta pada kekasihnya telah membuatnya tak mampu berpikir logis. Hwang Tae Hee sangat mencintai Baek Ja Eun, tapi karena sebuah kesalahanpahaman bodoh membuat dia dan Ja Eun harus putus karena desakan keluarganya.

     “Ja Eun-ah, tetaplah disana !! Tunggu aku !! Aku akan datang menjemputmu dan membawamu kembali padaku. Jangan pergi lagi !! Aku tak bisa hidup tanpamu”, batin Tae Hee seraya menyetir bagaikan orang gila ditengah malam buta.

     “Hyung, kalau kau ngebut seperti ini, kita bisa ditangkap polisi”, seru Seo Dong Min. 
      “Siapa yang berani menangkap Badan Inteligen Hwang Tae Hee ??”, jawab Tae Hee dengan angkuhnya, yang dia pikirkan adalah dia ingin bertemu Ja Eun secepatnya.

The Next Morning..
     “Kemarin aku melihat gadis itu ada disini. Aku tak tau ini mimpi atau nyata, tapi jika ini benar-benar nyata, aku ingin tau kenapa kami bisa punya wajah yang sama ?? Siapa gadis itu sebenarnya ??”, batin Yui saat sopir Ji Hoo mengantarnya ke tempat dimana sebelumnya dia melihat seorang gadis muda dengan wajah yang sama dengannya berlari menghindari polisi pamong praja yang ingin menangkapnya.

      “Nona, saya akan menunggu di sini”, ujar sopir itu sopan.
   “Baiklah. Aku akan segera kembali. Terima kasih”, ujarnya sopan lalu mulai menjelajahi wilayah Namdaemun Market tempat para penjual asongan berjejer disepanjang jalan. Matanya mengamati satu per satu sosok para penjual itu dengan penasaran saat tiba-tiba seorang pria menarik tangannya dan memeluknya erat.

     “Ja Eun-ah, akhirnya aku menemukanmu. Pulanglah bersamaku !! Baek Ja Eun, Aku merindukanmu”, ujar pria muda itu dengan lembut dan penuh cinta. Yui terkejut dibuatnya.
     “Ja Eun-ah ?? Dia pasti salah orang”, batin Yui mengerti.
    “Tuan, aku tidak mengenalmu. Kau salah orang”, ujar Yui dengan sopan tapi dingin seraya mendorong pria ini menjauh. Pria itu menatapnya dengan tak percaya.

    “Ini aku, Hwang Tae Hee.. Aku tau keluargaku banyak bersalah padamu, aku tau kau tak ingin bertemu lagi denganku, tapi semua kesalahpahaman itu sudah terselesaikan. Aku sudah berhasil membuktikan ayahmu tak bersalah. Tak ada lagi alasan bagi kita untuk berpisah, kembalilah padaku Ja Eun-ah !! Kami semua ingin kau kembali. Nenek, Ibu, Ayah, semua saudaraku dan khususnya aku”, ujar pria itu bersungguh-sungguh.

    “Maafkan aku, Tuan. Tapi aku sungguh bukan dia”, ujar Yui berusaha meyakinkannya.
    “Ja Eun-ssi, kenapa kau bicara seperti itu ??”, tanya teman pria itu.
    “Kurasa ini hanya salah paham. Aku bukan orang yang kalian cari. Namaku Yui, bukan Baek Ja Eun”, ujar Yui lagi.

      “Kau Ja Eun, Ja Eun-ku dan ini buktinya”,ujar pria muda berparas tampan itu seraya mengeluarkan dompetnya dan menunjukkan foto yang ada di dalam dompet itu. Foto sepasang pria dan wanita yang tampak bahagia. Pria muda itu dan kekasihnya. Yui tersentak. Gadis dalam foto itu, Baek Ja Eun memang sangat mirip dengan Yui, bagaikan pinang di belah dua. Lama dia memandangi foto itu dan akhirnya dia tersadar bahwa yang dilihatnya kemari bukan mimpi.

     “Jadi itu bukan mimpi !! Dia memang mirip denganku. Tapi kenapa ini bisa begini ??”, gumam Yui bingung.
      “LIHATKAN !! Kau Ja Eun-ku”, pria itu terus mendesak.
      “Aku memang mirip dia dan aku tak tau kenapa, tapi yang pasti aku bukan dia. Dan aku bisa buktikan padamu kalau kau tak percaya”, ujar Yui seraya mengambil ponselnya dari dalam tas.

      “Siapa yang akan kau telpon ??”,tanya Tae Hee, masih tak percaya.
     “Tunanganku, Yoon Ji Hoo !! Dia bisa buktikan padamu kalau aku bukan Nona Baek Ja Eun. Aku adalah murid sekolah Shinhwa. Aku pernah koma selama 3 tahun lamanya. Kalau kau tak percaya kau bisa ikut denganku ke sekolah Shinhwa atau mungkin kau bisa bertemu dengan dokter yang merawatku selama 3 tahun ini”, jawab Yui. Tae Hee terdiam, kesedihan tampak jelas di matanya. Dia tak percaya kalau gadis yang ada di hadapannya ini bukan Baek Ja Eun, kekasihnya.

      Saat hampir putus asa itulah temannya, Seo Dong Min tak sengaja melihat seorang gadis cantik bertubuh tinggi dan berambut panjang diseret masuk ke dalam mobil patroli polisi dan gadis itu tampak meronta ketakutan.

    “Lepaskan aku !! Aku tak bersalah. Kalian para polisi kenapa suka sekali salah menangkap orang ??”, teriak gadis itu kesal. Seo Dong Min terbelalak, 2 orang gadis berwajah sama berdiri di hadapannya.

    “HYUNG, bukankah itu Ja Eun-ssi ??”, ujarnya terkejut dan hanya diam menatap mereka berusaha membawa pergi gadis itu.
    “Dia bilang bukan”, jawab Tae Hee lesu, mengira bahwa Seo Dong Min menunjuk pada gadis di depannya, Yui. 
     “Bukan !! Bukan Nona itu !! Tapi gadis itu. Gadis yang dibawa polisi itu”, ujar Dong Min menunjuk ke arah mobil patroli.

    Seketika Tae Hee tersadar bahwa rekannya menunjuk arah yang lain. Spontan Yui juga menoleh ke arah yang di tunjuk Dong Min dan mereka melihat Baek Ja Eun yang asli telah di bawa pergi mobil patroli. Gadis itu menggedor-gedor pintu meminta dilepaskan. Tae Hee spontan berlari mengejar mobil patroli yang membawa kekasihnya itu sambil berteriak putus asa.

     “JA EUN-ah !! Lepaskan Ja Eun-ku !!”, teriaknya sambil berlari. Tae Hee benar-benar lupa dia sendiri membawa mobil, lalu kenapa dia berlari ?? Dia terus saja berlari mengejar mobil patroli itu hingga hilang di tikungan jalan.

      “Hyung, cepat naik !!”, Dong Min tiba-tiba muncul di sampingnya dengan mobilnya. Tae Hee menatap nanar. Hampir saja dia menemukan kekasihnya. Tanpa bicara dia naik ke dalam mobil itu dan berusaha mengejar, tapi sayang mereka sudah menghilang.

     “Jangan khawatir Hyung, aku sudah mencatat plat nomernya. Tidak lama lagi kita pasti dapat kabar mereka dari kantor polisi mana”, hibur Dong Min sabar.
     “Sekarang kau percaya kan ?? Aku bukan dia !! Tapi, bisakah kau beritau aku siapa dia ?? Aku ingin tau kenapa kami bisa punya wajah yang sama”, Tae Hee spontan tersadar bahwa Yui juga ada dalam mobilnya. Tapi Tae Hee yang memang pendiam dan tertutup tidak mengatakan apa-apa.

     “Kau ingin tau siapa dia ?? Satu-satunya cara adalah dengan kembali ke peternakan”, jawab Tae Hee lirih.
   “Apa dia tinggal disana ?? Kalian punya hubungan istimewa ?? Karena kulihat sepertinya kau sangat mencintainya”,ujar Yui menebak. Tae Hee terdiam, diam berarti iya.

     “Aku akan pulang sekarang.Dong Min-ah, beritau aku jika kau sudah mendapat informasinya”, pinta Tae Hee dingin.
       “Ne, Hyung. Arraseo..”, jawab Dong Min mengerti.

 Ojakgyo Farm..
      Setelah mengantar Dong Min ke kantor polisi, Tae Hee mengajak Yui ke peternakan Ojak rumahnya. Yui mengatakan pada Ji Hoo bahwa dia ada urusan ke suatu tempat, tapi Ji Hoo yang khawatir memaksa menemaninya, akhirnya diputuskan bahwa mereka akan bertemu di peternakan Ojak.

   Ji Hoo yang tiba lebih dulu terkejut dan sempat cemburu saat melihat Yui, tunangannya turun dari mobil bersama pria lain yang tidak dikenalnya.
     “Ini Officer Hwang Tae Hee. Dia adalah kekasih dari gadis yang mirip denganku”, ujar Yui mengenalkan Tae Hee pada Ji Hoo.
      “Officer Hwang Tae Hee, ini tunanganku, Yoon Ji Hoo”, Yui memperkenalkan Ji Hoo pada teman barunya.Kedua pria muda tampan itu saling menjabat tangan dengan canggung.

      “Sebenarnya apa yang terjadi ?? Tempat apa ini ??”,tanya Ji Hoo bingung.
     “Disini adalah tempat gadis yang mirip denganku tinggal. Aku ingin tau siapa gadis itu sebenarnya dan kenapa dia sangat mirip denganku”, jawab Yui menjelaskan pada Ji Hoo.
       “Jangan bilang kau punya saudara kembar”, tebak Ji Hoo asal.
     “Entahlah. Tapi kalau memang aku punya, bukankah itu menyenangkan ?? Jika dia memang saudaraku, berarti aku tidak sendirian lagi di dunia ini. Itu sebabnya aku ingin mencari tau. Tidak apa-apa kan ??”, pinta Yui merayu. Ji Hoo terdiam lalu dia mengangguk pelan. Tae Hee terdiam mengamati mereka, dalam hati dia cemburu pada mereka karena kekasihnya sendiri sudah hilang entah kemana selama beberapa bulan ini.

       “Silakan masuk”, ujar Tae Hee dingin tapi sopan, lalu berjalan mendahului mereka. Tapi sebelum pintu dibuka, Tae Hee terlebih dahulu memperingatkan Yui tentang reaksi keluarganya jika mereka melihatnya.

      “Keluargaku sangat menyayangi Ja Eun, jangan kaget jika seandainya tiba-tiba mereka memelukmu”, ujar Tae Hee mengingatkan.
     Dan benar saja, saat mereka masuk dan melihat Yui, spontan Ibu dan Nenek langsung memeluknya hangat sambil menangis.
       “Ja Eun-ah, Ahjumma sangat merindukanmu. Gadis nakal, tidakkah kau lihat Tae Hee sangat menderita saat kau tak ada ?? Bibi rindu padamu, kau tau ??”, ujar seorang Bibi sambil memeluknya hangat dengan airmata berlinang.

    Hati Yui bergetar, dia tak pernah dipeluk dengan hangat sebelumnya. Apalagi oleh seorang wanita yang bagaikan seorang Ibu.
     “Ibu, jika Ibu masih hidup, apakah pelukan Ibu akan sehangat ini ??”,batin Yui sedih. Mendadak dia iri pada gadis itu, Baek Ja Eun.

    “Ini salah Nenek, neneklah yang menghalangi hubunganmu dan Tae Hee. Nenek sangat egois, Ja Eun-ah. Maafkan Nenek !! Kau mau memaafkan Nenek dan kembali kemari kan ??”, seorang wanita tua menariknya dari pelukan Ahjumma itu dan bergantian memeluknya dengan hangat.

     “Nenek, jika aku punya Nenek, apa seperti ini rasanya dipeluk oleh Nenekku ??’, kembali Yui berkata dalam hati. Tanpa sadar dia menangis terharu melihat kehangatan keluarga ini. Keluarga yang tak pernah dimilikinya.

    “Ja Eun pasti sangat beruntung. Dia dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya. Aku benar-benar iri padanya”, gumam Yui dengan jujur. Spontan Nenek menjauh dengan bingung.

     “Apa maksudmu, Ja Eun-ah ??’, tanya Nenek tak mengerti tapi Tae Hee dengan tenang menjelaskan pada mereka.
     “DIA BUKAN JA EUN, Nenek..Dia hanyalah seorang gadis yang mirip dengannya”, jawab Tae Hee dengan kesedihan di matanya.
       “TIDAK MUNGKIN !! Kenapa bisa begitu mirip ??”, ujar Ahjumma shock.
       “Awalnya juga kukira dia adalah Ja Eun, tapi ternyata bukan”, lanjut Tae Hee.

     Ahjumma yang lebih dulu sadar dari shocknya segera menyuruh tamunya duduk seraya menghidangkan 2 gelas teh di meja.
       “Lalu Tuan ini ??”, tanya Nenek penuh selidik.
       “Aku Yoon Ji Hoo, tunangannya”, jawab Ji Hoo sopan.

       “Dimana Ayah ??”, tanya Tae Hee pada Ibunya.
     “Ayahmu pergi mencari Ja Eun dengan Direktur Baek. Sebentar lagi mereka akan pulang”, jawab Ahjumma, Ibu Tae Hee menjelaskan.
      “Baek Ja Eun, benarkah dia sangat mirip denganku ?? Apa posisinya di rumah ini ?? Maaf jika aku lancang bertanya, tapi aku sungguh ingin tau yang sebenarnya. Apa dia menantu kalian ??”, tanya Yui sopan.

      “Baek Ja Eun adalah pacar Tae Hee, dengan kata lain memang calon istri Tae Hee. Mereka hampir saja menikah andai saja kebodohanku tidak menghalangi cinta mereka. Dan sejak mereka putus, kami tak tau Ja Eun ada dimana. Kabar terakhir dia mengalami kecelakaan dan menghilang begitu saja”, jelas Nenek dengan nada menyesal. Tak lama kemudian pintu terbuka dan 2 orang pria setengah baya masuk dengan terkejut saat melihat Ja Eun atau orang yang mereka kira Ja Eun ada disana.

      “JA EUN-ah, putriku, kau sudah pulang sayang”, seru Direktur Baek saat melihat Yui lalu spontan menariknya berdiri dan memeluknya hangat. Yui menangis sedih.
     “Orang ini pastilah ayah Baek Ja Eun. Pelukan seorang Ayah. Seumur hidupku ayah tak pernah memelukku seperti ini. Baek Ja Eun, kau beruntung sekali. DI kehidupan sebelumnya, kau pasti telah menyelamatkan sebuah negara itu sebabnya di kehidupan ini, Tuhan memberikanmu banyak sekali berkat”, batin Yui sedih.

     “Jika seandainya aku Baek Ja Eun, aku pasti bahagia sekali dikelilingi orang-orang yang sangat menyayangiku”, ujar Yui tulus. Spontan pelukan pria itu terlepas dan wajahnya memucat. Sebuah kenyataan pahit menghantamnya.

     “Jadi ayahmu sudah tau ?? Ayahmu sudah tau kalau aku sudah menukar salah satu Putri kembarnya ?? itu sebabnya dia mengutusmu kemari ?? Tidak akan kukembalikan !! Ja Eun Putriku !! Walau dia bukan Putri kandungku tapi akulah yang merawat dan membesarkannya selama ini. Tidak akan ku biarkan kalian membawanya pergi”, teriak Direktur Baek In Ho histeris.

      Spontan semua orang terkejut. “Putri kembar ?? Menukar ?? Apa maksudnya Paman Hwang ?? Jadi Ja Eun bukan putri kandungmu ??”, tanya Tae Hee shock. Nenek, Ayah dan Ahjumma juga adik Tae Hee, Hwang Tae Phil terkejut bukan kepalang. Ji Hoo dan Yui pun memandang dengan heran.

      “Jadi aku punya saudara kembar ?? Baek Ja Eun adalah kembaranku ?? benarkah itu ?? Kenapa ayah atau Ibu tak pernah mengatakan apapun padaku ?? Dimana dia ?? aku ingin bertemu saudaraku”, Yui ikut terbawa suasana, dia menjerit menuntut penjelasan.

    Baek In Ho jatuh berlutut sambil menangis, dia tau ini saatnya kebenaran diungkapkan.
       “22 tahun yang lalu. Istriku melahirkan seorang bayi perempuan yang cantik, tapi 2 jam setelah kelahirannya, bayi mungil itu meninggal. Istriku memiliki penyakit jantung, jika tau yang sebenarnya dia pasti sangat terkejut. Kebetulan saat itu, ada sepasang suami istri yang juga melahirkan sepasang bayi kembar perempuan yang tak kalah cantiknya. Karena takut istriku akan shock dan meninggal jadi aku memutuskan untuk menukar salah satunya dengan bayiku yang telah meninggal, lalu aku buru-buru membawa istriku pergi dari RS itu sebelum ketauan. Saat itu kupikir, mereka punya 2 jadi tidak masalah jika kuambil salah satunya. Aku bersalah, Sangat bersalah. Maafkan aku, nak !!”, ujar baek In Ho sambil menangis.

           “Baek Ja Eun, sungguh saudara kembarku ??”, ulang Yui sambil menangis shock.
       “Kupikir semuanya aman-aman saja, tapi saat usia Ja Eun 2 tahun, karena kecerobohan pelayan kami, Ja Eun kecil tak sengaja berlari ke jalanan dan sebuah mobil tak sengaja menabraknya. Ja Eun kecil terluka parah, dia kehilangan banyak darah, saat itulah kebenaran terungkap karena golongan darah Ja Eun tak sama dengan kami. Istriku shock, dia memutuskan untuk melakukan test DNA untuk membuktikan kebenarannya, dan saat kebenaran terungkap, dia tak sanggup menerimanya, penyakit jantungnya kambuh saat mengetahui bahwa putri kami yang sebenarnya telah meninggal 2 jam setelah dilahirkan dan Ja Eun bukanlah putri kandung kami. Istriku meninggal karena serangan jantung dan sejak saat itu hanya Ja Eun yang ku miliki. Aku merasa sangat bersalah pada Ja Eun, aku yang telah memisahkan dia dengan keluarga kandungnya, sekarang akupun membuatnya tak punya Ibu lagi. Untuk itulah aku menikah lagi, aku tak mau Ja Eun tumbuh tanpa seorang Ibu, tapi sekali lagi aku salah, tak ada satupun dari para istriku yang menyayangi Ja Eun seperti Putri mereka. Ja Eun tumbuh dalam kesepian dan tanpa keluarga yang hangat. Tapi Ja Eun tak pernah mengeluh, dia selalu tersenyum dan bersikap hangat kepada siapa saja. Ja Eun-ku, gadis yang berhati mulia dan hangat”, jelas pria setengah baya itu.

      Semua terpana, keluarga Hwang hanya bisa meneteskan airmata terharu mendengar kisah Baek In Ho.

     ”Saat pertama kali Ja Eun tiba di sini ketika ayahnya menghilang, aku selalu bersikap jahat padanya. Aku mencuri surat rumahnya dan menendangnya keluar dengan kejam. Aku menyiramnya dengan air untuk mengusirnya, aku bahkan menendang makanannya. Dia seorang gadis dan tidak punya apa-apa, dia juga tak memiliki siapapun yang bisa melindunginya, Ibu tirinya yang ketiga telah meninggalkannya begitu saja saat ayahnya bangkrut dan Bank menyita semuanya. Tapi aku dengan kejam mengusirnya, aku membuatnya tidur di jalanan. Jika di ingat lagi, aku memang sangat jahat saat itu. Tapi Ja Eun tak pernah mendendam padaku, dia justru datang kemari membantuku bekerja di peternakan, dia tinggal di dalam tenda di halaman rumah kami, setiap hari kepanasan dan kehujanan, tapi dia tak pernah mengeluh. Mesin pencuci piring di sana, Ja Eun-lah yang membelinya untukku. Aku yang telah mencuri surat rumahnya tapi dia tak pernah benci padaku, bahkan saat kebenaran terungkap pun, dia memaafkan aku. Kehangatan dan kebaikan hatinya telah membuat kami yang awalnya tak menyukainya menjadi sangat menyayanginya. Dia bagaikan putriku sendiri. Putraku Tae Hee, juga sangat mencintainya. Saudara kembarmu benar-benar bagaikan Malaikat, Dia bagaikan Dewi Musim Semi yang menebarkan kehangatan di manapun dia berada. Kami sungguh berharap Ja Eun bisa segera ditemukan dan kembali kemari. Kami sangat merindukan senyumannya disini”, ujar Bibi Hwang pada Yui sambil menyeka airmatanya.

     “Dewi Musim Semi ?? Menebarkan kehangatan dimana-mana ?? Membuat orang yang awalnya membenci jadi berubah menyukainya ?? Baek Ja Eun, kita sungguh amat berbeda. Kau hangat bagai Musim Semi dan aku dingin bagai Salju. Dimana kau saudaraku ?? Aku sungguh ingin kau bisa menghangatkan hatiku yang dingin ini ?? Aku ingin mengenalmu, satu-satunya keluarga yang kumiliki”, batin Yui dalam hati.

    Dia sedang dalam perjalanan pulang bersama Ji Hoo saat tiba-tiba sebuah ide terlintas. “Oppa, antarkan aku ke rumah Pak Presiden”, pintanya yang membuat Ji Hoo tak percaya.

Presiden Hong Mansion..
     “Kenapa Anda tega merahasiakan ini dariku ??”, protes Yui pada ayahnya dengan marah.
       “Kupikir kau tak perlu tau”, jawab Pak Presiden singkat.
     “Dan kenapa aku tak perlu tau ?? Apa Putrimu yang 1 lagi, HONG MO NAE lebih berarti bagi Anda daripada aku dan saudara kembarku ??”, tanya Yui dengan pahit. Kyu Jong dan Hyung Jun yang kebetulan baru saja pulang dan mendengar keributan di ruang tamu langsung shock mendengarnya.

      “Saudara kembar ?? Apa yang kau katakan Yui-ah ??”, tanya Kyu Jong bingung.
   “Apa kau tau bagaimana keadaannya sekarang, Tuan ??”, tanpa mempedulikan pertanyaan Kyu Jong, Yui tetap mendesak ayahnya.
     “Kakakmu Yoo Jin sudah meninggal, 2 jam setelah dilahirkan. Itu sebabnya kupikir kau tak perlu tau”, jawab Pak Presiden tanpa ekspresi.
   “Jadi nama kakakku adalah Yoo Jin ?? Bagaimana kalau seandainya dia belum meninggal ??”, tanya Yui, spontan Pak Presiden menatapnya dengan ekspresi ingin tau.

     “Apa yang kau katakan ??”, Pak Presiden mulai tampak penasaran.
     “Tidak apa-apa !! Anda Benar !! Kakakku Yoo Jin sudah meninggal !! malam itu Anda sudah kehilangan putri sulung Anda, dan sekarang pun Anda sudah kehilanganku. Kuharap ini yang terakhir kalinya aku bertemu dengan Anda. Kelak apapun yang terjadi, aku tak ingin melihat Anda lagi, karena sejak Anda mengusirku malam itu, bagiku Ayahku sudah mati. Selamat Malam. Maaf sudah mengganggu”, ujar Yui dengan dingin lalu segera berjalan meninggalkan rumah itu. Kyu Jong dan Hyung Jun mengikutinya dengan bingung.

    “Apa yang terjadi ?? Bisa kau beritau kami ??”, desak Kyu Jong penasaran.
   “Mulai sekarang aku takkan sendirian lagi. Aku punya seorang Kakak dan aku akan menemukannya bagaimanapun caranya. Duniaku tidak akan dingin lagi dengan kehadirannya”, ujar Yui dengan senyum bahagia diwajahnya.
    “Kau benar punya saudara kembar ??”, tanya Hyung Jun masih tak percaya.

   “Benar. Sebelumnya dia tinggal di Ojakgyo Farm, di rumah calon suaminya, tapi karena kecelakaan dia menghilang. Mereka sekarang juga sedang mencarinya, aku ingin dia segera ditemukan. Dengan begitu, aku takkan kesepian. Aku punya kakak. Kalian bisa bayangkan betapa bahagianya aku ?? Akhirnya aku tak sendirian lagi di dunia ini. Aku punya kakakku dan juga Ji Hoo”, jawab Yui dengan mata berbinar penuh harap.

    “Ojakgyo Farm ? Yui-ah, kau membuat kami penasaran”, ujar Kyu Jong seraya melirik Hyung Jun penuh makna. 

Somewhere Out There...
   Hwang Tae Hee berdiri menunggu disebuah rumah mungil dipinggiran kota. Dari informasi yang didapatnya semalam dari kantor polisi wilayah Seoul, dia mendapat informasi bahwa gadis yang mirip dengan Ja Eun bernama Spring, dia seorang pedagang asongan di daerah Namdaemun Market, yang berjualan lukisan tapi karena lukisannya terlalu indah, polisi mengira gadis itu menjual lukisan palsu. Gadis itu tidak memiliki kartu pengenal, dari pengakuan yang diberikan gadis itu dikantor polisi dia mengaku bahwa dia tidak ingat apapun, bahkan namanya sekalipun dan selama ini dia tinggal bersama seorang pria tua yang telah menyelamatkannya.

   Hwang Tae Hee akhirnya tau apa yang menyebabkan kekasihnya itu mendadak menghilang ditelan bumi. Semalaman dia menunggu di depan rumah mungil itu, walau kerinduan telah mencengkeramnya, tapi sama seperti dulu, dia tetap menunggu. Beberapa menit kemudian, pintu itu terbuka dan seorang gadis cantik bertubuh tinggi berjalan keluar dengan senyuman di wajahnya.

     “Ahjussi tenang saja, kalau tak bisa berjualan lukisan, aku bisa cari pekerjaan lain. Ahjussi sedang sakit, istirahatlah !! Tidak apa-apa. Ahjussi sudah menyelamatkan nyawaku, sudah seharusnya aku membalas budi”, Tae Hee mendengar gadisnya bicara dengan ramah pada seorang pria tua seusia ayahnya. Dia tersenyum getir melihatnya. Ja Eun tak berubah, dia masih tetap ramah dan baik hati, hanya satu yang berubah darinya sekarang, yaitu gadis itu tak mengingatnya lagi. Baek Ja Eun telah menghapus Hwang Tae Hee dari ingatan dan juga hidupnya.

   “Jika kau tidak bisa mengingatku, aku akan lakukan segala cara untuk mengembalikan ingatanmu. Ja Eun-ah, kali ini apapun yang terjadi aku takkan melepaskanmu”, ujar Tae Hee bertekad lalu turun dari dalam mobilnya dan mengikuti gadis itu kemanapun dia melangkah. Tae Hee mengikuti Ja Eun dalam diam, dia ingin mendekatinya tapi ada sesuatu yang menahannya untuk melakukannya. Sampai saat dia melihat segerombolan pria yang entah datang darimana tiba-tiba menghalangi langkah gadis itu.

     “Hei cantik, kau mau kemana ?? Boleh kami ikut ?? Terlalu berbahaya bagi seorang gadis cantik sepertimu berjalan sendirian. Ikutlah dengan Oppa”, seru salah satunya seraya mencoba melingkarkan lengannya di pundak gadis itu. Gadis itu meronta, dia mencoba melawan.

     “PERGI !! Aku tak kenal siapa kalian”, teriaknya ketakutan. Hwang Tae Hee marah mlihat pria-pria bajingan itu mencoba menyakiti kekasihnya. Spontan dia berlari mendekati mereka dan menghajar semua bajingan itu satu per satu. Sebagai seorang polisi, dia tentu jago berkelahi, tak butuh waktu lama baginya untuk menjatuhkan mereka semua.

     “Aku Officer Hwang Tae Hee. Aku akan menangkap kalian semua dengan tuduhan penyerangan”, seru Tae Hee dengan napas tersengal-sengal setelah berkelahi, dia lalu memborgol tangan mereka semua dan tak lama kemudian Seo Dong Min dan beberapa polisi lain tiba di sana.

      “Ahjussi, kau tidak apa-apa ?? Tanganmu berdarah”, tanya gadis itu khawatir seraya meraih tangan Tae Hee yang berdarah dan membersihkan lukanya dengan saputangannya. Bagaikan DEJAVU, Tae Hee merasa dirinya kembali ke masa lalu saat dia dulu pernah menyelamatkan Ja Eun dari para penagih hutang yang ingin menculiknya. Dia terdiam pilu, Ja Eun benar-benar tak mengenalinya. Dia masih baik dan hangat, tapi dia tak ingat padanya. Dong Min yang mengetahui kisah cinta mereka terbengong saat melihat ada sesuatu yang aneh pada pasangan itu.





    “Ja Eun-ssi, kau kemana saja selama ini ?? Apa kau tau kalau Hyung sangat menderita sejak kau menghilang ??”, ujar Dong Min. Tae Hee hanya menatapnya dalam diam, terlalu banyak hal yang ingin dia katakan tapi saat Ja Eun ada di hadapannya, lidahnya serasa kelu.

    “Hyung ?? Ja Eun-ssi ?? Apa itu namaku, Ahjussi ?? Kau mengenalku ??”, tanyanya polos pada Dong Min dengan tetap menggenggam tangan Tae Hee dan membersihkan lukanya.

     “Ja Eun-ssi, kau benar-benar tak ingat padaku ?? Aku Dong Min, aku teman Tae Hee Hyung. Tae Hee Hyung adalah pacarmu. Kau sungguh tak ingat lagi ??”, tanya Dong Min tak percaya.

     “Benarkah ?? Aku punya pacar ?? Apa dia tampan ??”, tanyanya polos.
     “Hyung, kenapa kau diam saja ?? Bukankah kau bilang ada banyak hal yang ingin kau katakan ?? Sekarang dia ada dihadapanmu, jangan hanya diam membisu. Katakan sesuatu !!”, ujar Dong Min frustasi. Dia melihat setetes air jatuh dari mata Tae Hee. Dia tau kalau temannya setengah mati merindukan gadis ini, tapi dia juga tau kalau Tae Hee adalah tipe orang pendiam yang tidak tau caranya mengungkapkan perasaannya.

      “Apa maksudnya ??”, tanya gadis itu kebingungan.
      “Ini aku.. Hwang Tae Hee. I’m your boyfriend. Apa kau sungguh tak ingat padaku ?? Ja Eun-ah..Ja Eun-ah..apa yang terjadi padamu ?? kenapa kau tak ingat padaku ?? Saranghae.. Saranghae”, Tae Hee akhirnya mulai bicara. Dia menarik tangannya dari genggaman gadis itu dan berbalik menggenggam pundaknya, airmata mulai menetes dari sudut matanya yang sendu.

     “BOGOSHIPDA !!”, ujarnya lalu menarik Ja Eun yang bingung kedalam pelukannya dan menciumnya penuh kerinduan. Gadis itu terdiam, sebuah kenangan melintas saat dia melihat dirinya sendiri berdiri disebuah taman yang indah dan pria ini spontan bergerak maju dan menciumnya dengan tiba-tiba. Terkejut pada awalnya tapi akhirnya Ja Eun yang tak ingat apapun langsung mendorong Tae Hee mundur.




    “Maaf Pak Polisi, tapi aku tak mengenalmu. Terima kasih sudah menolongku”, ujarnya takut lalu segera berlari pergi. Tapi Tae Hee tak rela gadisnya pergi begitu saja, dia kembali mengejarnya.

    “Dengarkan aku dulu. Kumohon !! Beri aku kesempatan untuk bicara. Ja Eun-ah, kumohon !!”, pinta Tae Hee seraya memegangi lengannya, mencegahnya untuk pergi. Gadis itu diam berpikir, dia merasa nama itu, Ja Eun, seperti tak asing lagi.

    Tapi sayangnya gadis itu seperti trauma dengan polisi dan Hwang Tae Hee adalah Polisi. “TIDAK !! AKU TAK MAU DENGAR APAPUN !! Kau pasti hanya ingin mencari cara untuk menangkapku kan ?? Sudah ku bilang aku tidak menjual lukisan palsu, kenapa kalian tak percaya ? LEPASKAN AKU !!!”, ujarnya lalu menendang kaki Tae Hee dan berlari pergi ketengah jalan, Tae Hee terus mengejarnya tak menyerah, hingga demi menghindari kejaran Tae Hee, diapun nekat menerobos lampu hijau dan membuat sebuah mobil tak sengaja menabraknya.

    “JA EUN-ah !!!”, teriak Tae Hee saat melihat kekasihnya tertabrak dan terkapar di tanah bersimbah darah.

Seoul Hospital...
     Yui dan Ji Hoo berlari masuk tergesa-gesa ke dalam RS itu setelah mendengar kabar bahwa Baek Ja Eun telah ditemukan, namun sayangnya dia terbaring di RS karena sebuah mobil tak sengaja menabraknya. Pelakunya melarikan diri, namun Tae Hee segera memerintahkan teman-teman polisinya segera mencari si pelaku tabrak lari. Seluruh Keluarga Hwang dan juga Baek In Ho sudah menunggu di RS itu dengan cemas saat Yui dan Ji Hoo tiba disana.

   Nenek dan Bibi Hwang terduduk lesu sambil menangis, sementara Baek In Hoo mondar-mandir di depan ruang operasi. Hwang Tae Hee berdiri menatap kosong ke dalam ruang operasi melalui jendela kaca yang ada disana, berdoa pada Tuhan memohon kekasihnya diselamatkan dalam setiap tarikan napasnya.

     “Ayah kandung Tae Hee Hyung meninggal karena tabrak lari, jangan sampai Ja Eun juga mengalami hal yang sama lagi. Tae Hee Hyung pasti takkan sanggup bertahan kali ini”, gumam Tae Phil, adik Tae Hee pada Ji Hoo.

    Yui shock mendengarnya, saudara kembar yang bahkan belum pernah ditemuinya sekarang sedang berjuang melawan maut di dalam sana.

    “JANGAN PERGI !! TOLONG JANGAN PERGI, Kakak !! Hanya kau satu-satunya yang kumiliki di dunia ini. Bertahanlah !! Aku tau kau mampu bertahan. Aku belum bertemu denganmu, kau masih tak tau kalau kau memiliki saudara kembar, benarkan ?? jangan pergi dulu sebelum menemuiku”, ujar Yui ditengah isakan tangisnya.

     “Ja Eun gadis yang kuat, Bibi yakin dia mampu bertahan”, hibur Bibi Hwang seraya memeluk Yui lembut sambil menangis bersama.
    “Yui-ah, ingatkah kau kalau dulu kau juga mengalami kecelakaan dan hampir saja meninggal ?? Bukankah dulu kau sanggup bertahan ?? Walau koma selama 3 tahun tapi pada akhirnya kau terbangun juga. Jadi aku yakin kalau Nona Ja Eun juga pasti bisa bertahan, karena kalian adalah saudara. Kalian sama-sama gadis yang kuat”, hibur Ji Hoo menenangkan kedua wanita itu.

     Tak berapa lama kemudian, pintu ruang operasi terbuka dan seorang Dokter berparas tampan keluar dari dalam sana sambil menyeka keringatnya.
     “Siapa keluarga gadis ini ??”, tanyanya pada beberapa orang yang menunggu dengan cemas di depan ruang operasi.

      Spontan Hwang Tae Hee, Paman Baek In Ho dan Yui berlari mendekat.
      “Aku calon suaminya”, ujar Tae Hee memperkenalkan diri.
      “Aku ayahnya”, ujar Paman Baek.
    “Aku saudara kembarnya. Bagaimana keadaan kakakku, Dokter ??”, Yui tak mau kalah, dia juga berhak tau keadaan kakaknya.

      “Ini operasi yang tak mudah. Tapi untunglah dia gadis yang kuat, jika dia sanggup melewati malam ini berarti tak ada masalah lagi. Sekarang kita hanya tinggal menunggu hasil terbaik. Apa sebelumnya dia pernah mengalami kecelakaan ?? Kami lihat ada gumpalan darah di otaknya, dan itulah yang jadi masalah sekarang. Kami tak tau apa yang ditimbulkan dari benturan di kepalanya dengan gumpalan darah di kepala itu. Tidak, sebelum sang pasien sadar”, jelas Dokter tampan itu.

    “Tapi dia selamat kan Dokter ??”, desak Hwang Tae Hee takut. Dokter itu mengangguk ragu. 
       “Dia bisa selamat bila sanggup melewati malam ini”, jawabnya ragu. Semua orang menarik napas berat.

      “Aku ingin melihatnya. Aku ingin melihat Ja Eun-ku. Bolehkan ??”, jerit Tae Hee tak rela. Saat seperti ini, dia sungguh ingin berada di samping kekasihnya.

     “Tentu. Mungkin kehadiran orang yang dicintainya bisa membantu kesembuhannya. Kalian boleh menjenguknya bila kami sudah memindahkannya ke ruang perawatan”, jawab Dokter itu lalu segera pergi dan memindahkan tubuh Ja Eun yang terbaring lemah. 

     Hwang Tae Hee duduk disamping tempat tidurnya seraya menggenggam tangannya erat sambil menangis pilu. Ji Hoo datang menepuk pundaknya dan berkata pelan “Aku tau perasaanmu, 3 tahun yang lalu, aku juga hampir gila dan putus asa saat Yui terbaring koma tak sadarkan diri. Tapi aku tak pernah sekalipun berhenti berharap, aku tau dia akan sadar, dan akhirnya dia benar-benar sadar. Officer Hwang, keajaiban itu ada. Percayalah !!”, hibur Ji Hoo yang di jawab dengan anggukan kepala oleh Tae Hee.

      Ji Hoo memandangi pria ini, teman barunya dan calon kakak iparnya, yang sekarang tampak sangat menyedihkan dan dia tau bagaimana perasaannya karena dia juga pernah mengalaminya.
  
    “Kurasa sebaiknya kita tinggalkan dia sendiri. Aku tau ini terdengar egois, tapi percayalah bahwa aku mengerti apa yang dirasakannya saat ini. 3 tahun yang lalu aku pernah berada di posisi yang sama seperti dirinya dan saat itu yang ku inginkan adalah ditinggalkan sendirian”, ujar Ji Hoo pada keluarga Hwang.

    “Memang kau siapa berani menggurui kami ?? Ja Eun sudah kami anggap seperti keluarga kami sendiri”, ujar Hwang Tae Phil tak terima di usir.
     “Apa kau tau bagaimana rasanya hampir di tinggal mati oleh orang yang kita cintai ?? Jika kau tak pernah mengalaminya, lebih baik tutup mulutmu dan turuti kata-kataku. Aku pernah merasakan apa yang Ofiicer Hwang sekarang rasakan”, jawab Ji Hoo dingin dan tajam.

    Akhirnya setelah memikirkan kata-kata Ji Hoo, keluarga Hwang memutuskan untuk pulang dan baru akan kembali keesokan harinya. Tapi Yui menolak untuk pulang, dia bersikeras untuk menunggu. Akhirnya Ji Hoo menyewakan kamar di RS untuknya agar tunangannya bisa tidur sambil menunggu.

    Lewat tengah malam, tiba-tiba Ja Eun membuka matanya. Dia melihat seseorang tertidur di samping tempat tidurnya seraya menggenggam tangannya erat.

     “Tae Hee Ahjussi ??”, batinnya, mengenali pria yang tertidur sambil menggenggam tangannya. Kecelakaan yang kedua membuat ingatan gadis itu pulih. Tapi justru itulah yang membuatnya ingin pergi sekali lagi.

     “Ayahmu telah membunuh adikku, ayah kandung Tae Hee..Jadi putuslah dengannya. Jodohmu dengannya sudah berakhir”, Ja Eun teringat ucapan Paman Hwang.

     “Melihatmu membuat hati kami sakit. Apa yang di pikirkan adikku di alam sana saat dia melihat Putri Pembunuhnya akan menikah dengan putranya ?? Jika kau tak ingin menyakiti Tae Hee, berpisahlah dengannya”, sekali lagi, ucapan Paman Hwang terngiang di kepala gadis itu. Sambil menangis pilu, Ja Eun melepaskan genggaman Tae Hee dengan perlahan lalu sepelan mungkin bangkit dari tempat tidurnya dan berniat untuk pergi.

      Saat sudah sepenuhnya tersadar, Ja Eun menyadari bahwa dia sedang ada di RS, yang diingatnya adalah kenangan saat dia pergi meninggalkan panti asuhan tempat dia menenangkan diri setelah putus dengan Tae Hee. Ja Eun diam-diam pergi meninggalkan panti asuhan itu karena ingin memulai hidup baru saat tiba-tiba bus yang ditumpanginya mengalami kecelakaan dan dia tak ingat apapun setelah itu.

       “Tae Hee Ahjussi, harusnya kau tak berada disini. Jodoh kita sudah berakhir. Maaf, aku tak bisa bersamamu lagi. Selamat tinggal”, batinnya pilu lalu segera mengganti baju pasien yang dikenakannya dengan bajunya sendiri. Walau masih merasa sangat lemah dan pusing, tapi dia nekat pergi dan tak ingin bertemu dengan Tae Hee ataupun keluarga Hwang.

     “Aku harus pergi sejauh mungkin, ke tempat dimana tak ada seorang pun yang mengenalku. Dengan begitu, Tae Hee Ahjussi takkan mencariku lagi”, tekadnya sambil berjalan meninggalkan RS ini, tapi saat dia sedang berdiri menunggu bus, sebuah mobil mewah mendekatinya dan memaksanya masuk ke dalam mobil.
  
 Seoul Hospital, The Next Morning..
     “JA EUN-ah..”, Tae Hee berteriak histeris saat menyadari tempat tidur itu telah kosong. Baek Ja Eun tak ada disana lagi. Hati Tae Hee menjerit pilu saat menyadari kemungkinan Ja Eun telah pergi ke Surga bersama ayah dan ibu kandungnya.

      “TIDAK !! SUSTER !! DOKTER !! DIMANA JA EUN-KU ??”, teriak Tae Hee memecah kesunyian di pagi hari. Mendengar jeritannya, spontan Yui dan Ji Hoo yang menunggu di RS berlari ke kamar itu. Dokter dan suster juga terkejut saat menyadari pasien mereka menghilang.

        “Aku akan menuntut RS ini kalau sampai Ja Eun tidak ditemukan”, ancam Tae Hee emosi. 
        “Tuan Hwang, bukankah Anda yang menjaganya semalaman ?? Jika Anda saja tidak tau lalu bagaimana dengan kami ??”, ujar dokter itu membela diri.

       Yui masih shock saat melihat kakaknya menghilang, dia masih sibuk memikirkan berbagai kemungkinan saat tiba-tiba ponselnya berbunyi. Sebuah nomer tak dikenal muncul di layar.

         “Yoboseyo”, jawab Yui ditelepon.
       “ternyata dia memang mirip denganmu. Putriku yang hilang sudah kembali, jika kau tak bisa kembali, Ayah tak keberatan, karena sekarang ada dia di sisi ayah”, ujar suara ditelepon itu, penuh intimidasi.

       “BAEK JA EUN DISANA ?? Benarkan Pak Presiden ?? Apa yang Anda inginkan ??”, tanya Yui sinis pada ayahnya.
     “Baek Ja Eun adalah Putri kandungku, aku tak butuh ijin dari siapapun untuk bertemu dengan Putri kandungku kan ?? Jika kau tak mau bertemu denganku lagi itu tak masalah, karena sekarang sudah ada dia disisiku”, jawab suara di telepon itu.

    “Anda yang menculiknya, benarkan ?? Tempat Baek Ja Eun adalah bersama keluarganya disini, bukan di tempat Anda”, sahut Yui dingin dan datar.
     Hwang Tae Hee berdiri terpaku mendengar percakapan itu. “Dimana dia ??”, tanyanya tak sabar.

       “Ayahku membawanya. Aku akan kesana untuk membawa kakak pergi”, jawab Yui seraya menjauhkan teleponnya.
    “Aku akan kesana menjemputnya. Jangan coba-coba menyembunyikannya dari kami”, ancam Yui.
        “Kau mengancam ayahmu, Nak ??”, sindir Pak Presiden.

     “Seorang ayah takkan mungkin membiarkan anaknya menderita. Tapi lihat apa yang kau lakukan ?? Kakak sedang sakit dan dia butuh perawatan, tapi Anda malah membawanya pergi dari RS ini. Pantaskah kau sebut dirimu Ayah ??”, ujar Yui dingin. Lalu segera memutuskan teleponnya dan pergi dari sana.

 Presiden Hong Mansion..
     “Aku datang ingin membawanya pulang. Katakan dimana Kakak ??”, tanya Yui tanpa basa-basi pada ayahnya. Ji Hoo, Tae Hee, Kyu Jong dan Hyung Jun juga berdiri disana mengamati.

     “Dia sudah pulang. Ini adalah rumahnya”, jawab Pak Presiden datar.
     “TIDAK !! INI BUKAN RUMAHNYA !! Rumah Kakak adalah bersama Keluarga Hwang dan juga Paman Baek In Ho yang menyayanginya. Bagi Kakak, Anda adalah orang asing”, jawab Yui tegas dan dingin.

     “Kau masih membenci Ayah kan ?? Kaulah yang membuat ayah tak punya pilihan. Ayah sudah kehilanganmu, jadi ayah tak mau kehilangan Yoo Jin juga. Ayah hanyalah orang tua yang membutuhkan kasih sayang dari anak-anaknya dan sikapmu yang dingin membuat segalanya lebih sulit dari yang ayah bayangkan”, jawab pak Presiden.

     “Dan salah siapa itu ?? Siapa yang tega mengkhianati istrinya sendiri dan lebih memilih wanita murahan dan anak haramnya daripada istri dan anaknya yang sah ?? Anda kesepian ?? Tentu saja. Setelah Hong Mo Nae, anak haram Anda meninggal dengan Tragis dan istri baru anda jadi gila, Anda tak memiliki siapapun lagi. Itu sebabnya Anda ingin aku kembali, benarkan ?? Dan karena aku tidak mau, Anda menculik Kakakku. Memaksanya untuk menemanimu di hari tua. Anda benar-benar manusia yang egois”, ujar Yui dingin.

          “Dia putriku. Tempatnya adalah disisiku”, Pak Presiden bersikeras.
    “Oh ya ?? Dan apakah Kakak yang mengatakannya langsung ?? Boleh aku mendengarnya sendiri ?? Aku ingin Anda bawa dia kemari dan biarkan kami mendengarnya dari mulutnya langsung. Jika tidak, kami akan anggap ini penculikan”, ujar Yui setengah mengancam.

      “Tidak ada seorang ayah yang menculik putrinya sendiri. Baek In Ho-lah penculik yang sebenarnya. Dia yang mencuri salah satu Putri kembarku dan menukarnya dengan bayinya yang telah meninggal. Kalau ayah mau, ayah bisa menyeretnya ke penjara”, Pak Presiden balik mengancam.

       “Lakukan saja dan Anda akan membuat Putri Anda yang 1 lagi membenci Anda. Dan aku yakin Anda takkan memiliki siapa-siapa lagi setelah ini. Anda akan hidup dalam kesendirian sepanjang sisa hidup Anda. Ada hak apa Anda menyebut diri Anda seorang Ayah ?? Apa Anda pernah merawatnya ?? Apa Anda pernah menyayanginya ?? Apa kualifikasi yang Anda miliki untuk menjadi seorang Ayah ?? Anda mungkin ayah biologis kami, tapi Anda tak punya hak apapun atas diri kami karena Anda telah membuang kami”, ujar Yui sambil menangis.

    “Bagaimana bisa aku merawat dan menyayanginya jika sejak kecil dia sudah dirampas dariku??”, protes Pak Presiden.

      “Oh ya ?? Jika seandainya dia hidup bersama kita. Apa Anda yakin Anda akan bisa menyayanginya ?? Aku tak yakin sama sekali. Jika pun Paman Baek tidak menukarnya sewaktu bayi dan kakak ada bersama kita saat ini, apa ada jaminan kau tidak akan membuang kami bertiga, aku, Ibu dan kakak ke jalanan dan lebih memilih kami daripada wanita murahan itu dan anak haramnya ?? Aku tidak yakin hal itu. Kakak Ada atau tidak bersama kita, itu tidak akan mengubah sejarah. Anda tetap akan memilih wanita murahan itu dan anak haramnya dan mencampakkan kami bertiga, benarkan ?? Jadi jangan salahkan Paman Baek yang sudah menukar Kakak. Harusnya Anda berterima kasih padanya karena sudah menyayangi kakak seperti putri kandungnya sendiri, sesuatu yang tidak pernah Anda lakukan padaku. Aku ada bersama Anda sejak lahir, tapi Anda tetap tega membuangku dan Ibu. Jika terhadap aku saja yang sejak lahir ada bersama Anda, Anda tak pernah menyayangiku, lalu bagaimana Anda bisa menyayangi kakak yang baru saja Anda temui. Sungguh lucu”, sindir Yui tajam dan dingin. Kata-kata yang menusuk bagai belati.

       “Sekarang dimana kakakku ?? Tunangannya ada disini untuk menjemputnya”, lanjut Yui. Pak Presiden hanya terdiam mendengar ucapan putrinya. Dia sama sekali tak menyangka jika kebencian Putrinya padanya sudah begitu besar. Dia tau dia salah, tapi itupun sudah terlambat. 

       Harusnya sejak awal dia setia pada istrinya dan tidak mencampakkan mereka demi wanita lain. Tapi nasi sudah menjadi bubur. Andai dia sanggup memutar kembali waktu, dia pasti lebih memilih untuk tidak masuk dalam rayuan wanita itu sehingga mengkhianati istrinya sendiri. Sekarang tak ada yang bisa dia lakukan lagi. Putrinya Yui sudah terlanjur membencinya, dia tidak ingin Putrinya yang 1 lagi, Yoo Jin juga ikut membencinya.

    “Dia di kamarmu”, sahutnya pilu.Tanpa banyak bicara, Yui segera berlari ke kamarnya yang dulu dengan Ji Hoo dan Tae Hee berlari di belakangnya. Begitu pintu di buka, mereka menemukan Ja Eun terkapar ditempat tidur dengan demam tinggi. Bagaimanapun juga dia baru sadar dari masa kritisnya, jadi wajar bila sekarang tubuhnya yang masih lemah menjadi demam karena dipaksa bergerak.





        “JA EUN-ah...”, ujar Tae Hee lalu segera menggendongnya dan membawanya pergi dengan tergesa-gesa.

3 Bulan Kemudian..
     “Terima kasih sudah membuktikan ayahku tak bersalah. Terima kasih kau tak pernah menyerah terhadapku, Tae Hee Ahjussi”, ujar Ja Eun dengan tulus dan tersenyum manis.
     “Ahjussi ?? Bukankah sekarang saatnya kau melepaskan panggilan Ahjussi dan mulai belajar memanggilku Oppa ?? Aneh sekali rasanya mendengar istriku memanggilku Ahjussi”, ujar Tae Hee cemberut. Ja Eun hanya tertawa geli melihat reaksi tunangannya.

     “Kita kan belum resmi menikah, Ahju.. Mianhe, maksudku, Oppa. Lagipula bukankah dulu kau yang memintaku melakukannya. Saat kita bertemu kedua kalinya, aku bertanya padamu “Bagaimana aku harus memanggilmu ?? Officer Hwang, Ahjussi, atau Oppa ??”, dan kau menjawab “Apapun boleh asal jangan Oppa !!”. Apa kau lupa ??”, jawab Ja Eun mengingatkan dengan ekspresi  wajah polosnya.

    “Apa bedanya ?? Beberapa jam lagi kau akan jadi istriku kan ?? Sekarang aku ingin kau memanggilku Oppa. Ja Eun-ah, terima kasih karena kau mau menikah denganku. Apa kau suka pernikahan ini ?? Kau pasti senang karena Ayahmu akan menemanimu berjalan ke altar, benarkan ??”, ujar Tae Hee mesra.




     “Nde.. Senang sekali. Aku sangat bahagia saat mengetahui bahwa aku punya 3 ayah, seorang Ibu dan Nenek, seorang saudara perempuan dan 3 orang saudara laki-laki. Akhirnya aku memiliki keluarga besar yang selama ini hanya bisa ku impikan”, jawabnya dengan senyum kebahagiaan di wajahnya.

      “3 ayah ?? Banyak sekali ?? Siapa saja mereka ??”, goda Tae Hee.
    “Ayah kandungku, ayah angkatku Baek In Hoo dan ayah mertuaku, Paman Hwang. Bukankah 3 ??”, Ja Eun mulai menghitung dengan ekspresi lucu di wajahnya, membuat Tae Hee tak tahan untuk tidak menciumnya.

       “Ehem..”, seru sebuah suara yang spontan membuat kedua calon Pengantin saling menjauh dengan salah tingkah. Ji Hoo dan Yui berjalan masuk dengan tertawa geli.





        “Kakak, kau cantik sekali”, puji Yui sambil memeluk Ja Eun.
    “Pada dasarnya kau ingin memuji dirimu sendiri kan ?? Karena kita kembar, memujiku sama seperti memuji dirimu sendiri”, goda Ja Eun pada adiknya sambil membalas pelukannya.

      “Haahh.. hangat sekali. Jadi ini rasanya pelukan seorang kakak ??”, ujar Yui manja.
    “Aku juga baru jadi ini rasanya pelukan seorang adik. Aku tak pernah punya adik, kau tau ?? Aku hanya punya ayah dan Ibu tiriku yang selalu menyiksaku”, ujar Ja Eun lembut dan hangat.

    “Kakak, apa kau tau kalau selama ini hidupku selalu dipenuhi dengan kesepian dan rasa dingin yang mencekam ?? Dan walau aku bertemu Ji Hoo yang berusaha menghangatkan hatiku yang dingin, tapi tetap saja ada lubang kosong dalam hatiku yang takkan pernah bisa terisi. Saat angin berhembus, hatiku mendadak kembali dingin, tak peduli sebanyak apapun Ji Hoo berusaha menghangatkanku. Tapi sejak aku bertemu denganmu, lubang kosong dalam hatiku perlahan mulai terisi. Sekarang aku merasa tak dingin lagi”, ujar Yui manja. Ja Eun tersenyum.

    “Apa kau tau kalau seseorang juga pernah mengatakan hal itu padaku ??”, jawab Ja Eun sambil membelai rambut adiknya seraya melirik Tae Hee yang tersenyum malu.
  “Apa itu kakak Ipar ?? Kakak, kurasa kau memang punya kemampuan untuk menebarkan kehangatan dimanapun kau berada”, jawab Yui sambil tersenyum bahagia.

    “Kurasa juga begitu. Apa kau tau kalau dulu Bok Ja Ahjumma sangat membenciku ?? Dia mencuri surat tanahku dan bahkan menendangku keluar dengan kejam. Tapi justru dialah yang membuatku merasakan kehangatan seorang Ibu yang tak pernah kumiliki. Keluarga Hwang membuatku merasakan kehangatan keluarga yang sebelumnya tak pernah kumiliki. Entah mereka yang menghangatkan aku atau aku yang menghangatkan mereka”, jawab Ja Eun merendah.

     “Setidaknya kau sempat mengenal Ibu, benarkan ?? Tapi aku tidak. Aku tak kenal Ibu kandungku ataupun Ibu angkatku. Ayah bilang Ibu meninggal saat usiaku baru 2 tahun, aku tak punya kenangan apapun tentangnya. Ke3 Ibu tiriku pun tak pernah menyayangiku. Sampai akhirnya aku bertemu Bibi Bok Ja, walau awalnya dia jahat padaku tapi justru dari dialah aku merasakan memiliki seorang Ibu”, ujar Ja Eun mengenang.

    “Kudengar selain mencuri surat tanahmu dan menendangmu keluar dengan kejam, Bibi Bok Ja juga menyirammu dengan air dan juga menendang makananmu, apa kau sama sekali tak benci padanya ?? Dia sudah keterlaluan, kudengar dari tetangga, dia bahkan membuatmu bekerja seperti budak”, tanya Yui ingin tau.

     Ja Eun tersenyum dan menggeleng mantap. “Aku tak pernah membencinya. Mungkin aku pernah marah padanya saat tau dia mencuri surat tanahku, tapi setiap aku mengingat kehangatan yang diberikan keluarga Hwang padaku, aku sama sekali tak bisa membencinya”, ujar Ja Eun tulus. Tae Hee tersenyum bahagia melihat ketulusan calon istrinya.

     “Kakak Ipar Tae Hee, berjanjilah kau akan selalu mencintai, menjaga dan melindungi kakakku sampai mati. Dia adalah gadis yang sangat baik, awas saja kalau kau berani menyia-nyiakannya sama seperti ayah menyia-nyiakan Ibu kami”, ancam Yui pada Tae Hee. Mendengar kata ayah disebut, Ja Eun kembali berkata.

   “Yui-ah, tidakkah sebaiknya kau maafkan ayah ?? Tidak peduli apapun yang dia lakukan di masa lalu, dia tetap ayah kandung kita. Tanpa dia, kita takkan ada di dunia. Di dunia ada yang namanya mantan pacar, mantan teman, ataupun mantan tunangan, tapi tak ada yang namanya mantan ayah, mantan ibu atau mantan saudara, benarkan ?? Maafkanlah ayah !! Bukankah Yesus mengajarkan pada kita untuk mengampuni orang yang bersalah pada kita ?? “Ampunilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena barangsiapa yang membenci orang lain, itu berarti dia tidak mengenal Allah karena Allah adalah KASIH. Kasihilah musuhmu sama seperti kau mengasihi dirimu sendiri”. Yui-ah. Kau tidak mungkin hidup selamanya dalam kebencian, benarkan ?? Lupakan masa lalu yang menyakitkan itu dan kita mulai dari awal lagi. Mulai sekarang kau tidak sendirian. Kau punya aku, kau punya Ji Hoo, kau boleh menganggap seluruh keluarga Hwang sebagai keluargamu, kau juga boleh menganggap ayahku Baek In Ho sebagai ayahmu. Kau juga punya Kakek Yoon, Kyu Jong Oppa dan Hyung Jun Oppa, benarkan ?? Maafkan ayah dan kita akan mulai hidup baru yang bahagia”, Ja Eun menasihati adiknya dengan lembut.

   “Adik, sudah saatnya musim dingin dalam hatimu di gantikan oleh Musim Semi”, lanjutnya lagi. Yui menatap kakaknya kagum, Ja Eun memang baik hati. Dia begitu hangat dan pemaaf, sangat berbeda dengan dirinya yang selalu bersikap dingin dan menyalahkan semua orang atas apa yang terjadi dalam hidupnya.

    “Dunia ini memvonismu dengan tidak adil, itu sebabnya kau juga memvonis dunia ini dengan tidak adil. Aku mengerti memaafkan memang tidak mudah, tapi aku percaya kau bisa melakukannya, karena kau adalah gadis yang baik. Maafkanlah ayah untuk dirimu sendiri, dengan begitu hatimu takkan merasa dingin lagi”, lanjut Ja Eun lembut.

   “Kakak, kau benar-benar baik. Kakak ipar sangat beruntung bisa mendapatkanmu. Kau memang bagaikan Dewi Musim Semi yang menebarkan kehangatan dimanapun”, jawab Yui terharu.

   “Aku memang beruntung. Itu sebabnya aku takkan melepaskannya sampai kapanpun”, ujar Tae Hee mesra seraya menatap Ja Eun.

   “Apa kau tau kalau aku adalah BAEK JA EUN, the NATIONAL GODDESS of  Seoul University ?? Kurasa sekarang aku tau kenapa orang-orang memberiku julukan ini”, jawab Ja Eun dengan narcis sambil bercanda. Mereka berempat tertawa bahagia.

    “Kedua pasang pengantin harap bersiap. Tae Hee Hyung, kau dan Ja Eun-ssi yang pertama”, ujar seorang polisi bertubuh pendek dan agak gemuk, Seo Dong Min pada mereka. Tae Hee menoleh dan mengangguk mengerti. Di belakangnya, melangkah 3 orang pria separuh baya ke dalam ruangan.

     “Ayah..”, ujar Ja Eun manja seraya mengamit lengan ayah angkatnya, Baek In Hoo.
     “Ayah, tolong jaga Ja Eun hingga Ayah mengantarnya padaku ke Altar. Aku tidak mau dia melarikan diri lagi”, ujar Tae Hee pada ayah mertuanya, sebelum akhirnya melangkah pergi.

      “Ji Hoo-ssi, kurasa sebaiknya kau juga bersiap”, ujar Dong Min dan kedua mempelai pria pun melangkah pergi dari ruangan itu.
      “Yui-ah, apa kau yakin kau akan meminta Paman Hwang yang menemanimu melangkah ke Altar ?? Bukankah itu adalah tugas Ayah ??”, tanya Ja Eun pada adiknya seraya melirik ayah mereka yang berdiri di sudut ruangan dengan canggung.

Beberapa Menit Kemudian..
   Pintu gereja perlahan terbuka dan seorang wanita cantik melangkah dengan anggunnya ke dalam gereja itu dengan di iringi seorang pria setengah baya. Hwang Tae Hee, sang mempelai pria memandang mempelainya dengan kagum. Jantungnya berdebar kencang, disana, perlahan tapi pasti Belahan Jiwanya sedang melangkah kearahnya. Senyum manis bahagia tersungging di bibir gadis itu mengiringi setiap langkahnya yang mulai mendekat. Semua tamu memuji betapa cantiknya sang mempelai wanita dan betapa tampannya sang mempelai pria.

     Sampai akhirnya Sang ayah menyerahkan putrinya pada peminangnya, Hwang Tae Hee tetap tidak melepaskan tatapan matanya pada calon istrinya. Ja Eun tersenyum malu saat Tae Hee meraih tangannya dan membimbingnya ke altar. Disana, seorang Pendeta sudah menunggu.





     “Hari ini, kita semua hadir disini untuk menyaksikan penyatuan suci antara kedua insan, Tuan Hwang Tae Hee dan Nona Baek Ja Eun. Jika ada yang keberatan dengan pernikahan ini katakan sekarang atau diam selamanya”, Pendeta itu memulai pidatonya. Semua tamu terdiam, tanda bahwa mereka semua menyetujui pernikahan ini.

     “Tuan Hwang Tae Hee, apa kau bersedia menerima Nona Baek Ja Eun sebagai istrimu dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kalian ??”, tanya pendeta itu pada mempelai pria yang tersenyum mesra pada gadis disampingnya.

     “Aku, Hwang Tae Hee bersedia menerima Baek Ja Eun sebagai istriku dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kami”, ujar Hwang Tae Hee tanpa ragu.Pendeta itu mengangguk lalu menoleh pada sang Pengantin Wanita dan menanyakan pertanyaan yang sama.





    “Nona Baek Ja Eun, apa kau bersedia menerima Tuan Hwang Tae Hee sebagai suamimu dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kalian ??”, tanya pendeta itu pada Ja Eun.

     “Nde.. Aku, Baek Ja Eun bersedia menerima Hwang Tae Hee sebagai suamiku dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kami”, jawab Ja Eun mantap dengan berseri-seri.

     “Sekarang cincinnya”, ujar Pendeta itu dan seorang wanita yang merupakan teman baik Ja Eun dikampus datang dan menyodorkan cincin pernikahan mereka. Sambil tetap tersenyum bahagia, mereka saling memasangkan cincin di jari masing-masing.

     “Sekarang kalian telah resmi sebagai suami istri dan apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan, tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Tuan Hwang Tae Hee, kau boleh mencium pengantinmu”, ujar sang pendeta. Hwang Tae Hee mengangguk sambil tersenyum malu saat secara perlahan dia mendekatkan wajahnya ke arah Ja Eun yang tersipu malu. Dengan sebelah tangannya dia mengangkat dagu Ja Eun dan mencium bibirnya lembut. Awalnya hanya ciuman ringan mengingat ada banyak orang disana, tapi makin lama ciuman itu menjadi semakin panas dan memabukkan, apalagi saat sang pengantin wanita juga terlihat menikmati ciuman itu dan membalas ciuman itu dengan gairah yang sama.

      “Tae Hee Oppa.. Su..dah”, ujar Ja Eun disela-sela ciuman panas itu.
     “Hyung, lanjutkan itu nanti malam saja”, celetuk Hwang Tae Phil iseng, menggoda sepasang pengantin baru itu. “Tae Hee-ah, apa kau berniat melakukan malam pertama disini ?? Sudah cukup”, goda Hwang Tae Bum, kakak Tae Hee. Dan semua orang pun mulai tertawa. 

     Ja Eun yang malu karena mendengar suara tawa itu spontan mendorong Tae Hee menjauh. Tae Hee yang menyadari kebodohannya mendadak salah tingkah dan hanya bisa tersenyum canggung.

      Akhirnya setelah adegan ciuman panas itu, kedua mempelai pertama diminta untuk menunggu di belakang altar seraya menunggu pasangan pengantin berikutnya, Yoon Ji Hoo dan Kim Yui. Yoon Ji Hoo lebih dulu memasuki gereja itu dengan diiringi F3, dan setelah dia tiba di altar, beberapa menit kemudian, muncul seorang gadis cantik yang lain masuk ke dalam gereja dengan di iringi seorang pria setengah baya yang perlahan mengantarkan sang gadis ke peminangnya.

      Baek Ja Eun tersenyum saat melihat siapa yang ada disamping Yui. Dia tau adiknya telah membuat keputusan yang tepat.

      “Aku senang adikmu telah membuat keputusan yang tepat”, bisik Tae Hee lembut ditelinga Ja Eun, seolah mengerti apa yang dipikirkannya. Ja Eun tersenyum manis dan melingkarkan lengannya dengan manja di lengan suaminya. Walau sepasang ayah dan anak itu terlihat sangat canggung, tapi setidaknya ini adalah awal yang baru bagi mereka.

       “Apa kau tau ?? Sepertinya musim salju tahun ini tidak akan begitu dingin”, ujar Ja Eun berperibahasa. Saat melihat dengan perlahan ayah kandung mereka mengantarkan Yui ke arah Ji Hoo yang sudah siap menunggunya di altar. Sumpah yang sama pun akhirnya di ucapkan.

      “Tuan Yoon Ji Hoo, apa kau bersedia menerima Nona Kim Yui sebagai istrimu dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kalian ??”, tanya pendeta itu pada mempelai pria yang tersenyum mesra pada gadis disampingnya.

      “Aku, Yoon Ji Hoo bersedia menerima Kim Yui sebagai istriku dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kami”, ujar Yoon Ji Hoo tanpa ragu.Pendeta itu mengangguk lalu menoleh pada sang Pengantin Wanita dan menanyakan pertanyaan yang sama.

        “Nona Kim Yui, apa kau bersedia menerima Tuan Yoon Ji Hoo sebagai suamimu dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kalian ??”, tanya pendeta itu pada Yui.

        “Aku, Kim Yui bersedia menerima Yoon Ji Hoo sebagai suamiku dan berjanji untuk selalu mencintainya, menjaganya dan melindunginya dalam suka ataupun duka dan selalu setia padanya hingga kematian memisahkan kami”, jawab Yui mantap dengan berseri-seri.

     “Sekarang cincinnya”, ujar Pendeta itu dan Song Woo Bin berjalan maju dan menyodorkan cincin pernikahan mereka. Sambil tetap tersenyum bahagia, mereka saling memasangkan cincin di jari masing-masing.

“Sekarang kalian telah resmi sebagai suami istri dan apa yang telah dipersatukan oleh Tuhan, tidak boleh dipisahkan oleh manusia. Tuan Yoon Ji Hoo, kau boleh mencium pengantinmu”, ujar sang pendeta. Dan sama seperti kedua pengantin sebelumnya, kali ini sepasang pengantin ini pun seolah terhanyut dalam ciuman mereka, tak mempedulikan walau ada puluhan pasang mata yang memandang mereka dengan malu.

       “YAAAA !! Ji Hoo-ah, simpan itu untuk nanti malam”, goda Yi Jung pada temannya. Yui yang mendengar ledekan itu spontan mendorong Ji Hoo menjauh dengan gurat merah muncul di pipinya. Akhirnya kedua pasang pengantin yang sudah melalui banyak rintangan dan halangan itupun bisa bersatu dengan bahagia di pelaminan.

Honeymoon Scene..
       Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun memutuskan untuk berlibur ke resort. Tapi karena mereka berdua sama-sama polos, malam pertama pun di lalui dengan lucu. Mereka awalnya duduk berjauhan di sofa sambil membicarakan kesepakatan setelah menikah.
    “Jika kita bertengkar harus segera diselesaikan dan tidak boleh lewat tengah malam”, usul Ja Eun. “Oke”, Tae Hee setuju.

     “Aku ingin setiap ulang tahun, masing-masing dari kita harus membuat surat tulisan tangan”, pinta Ja Eun lagi.
   “Panjangnya tak masalah kan ??”, tanya Tae Hee. “Nde..”, jawab Ja Eun sambil tersenyum setuju.




    “Aku juga ingin kau berhati-hati dalam bekerja. Aku tidak mau melihatmu terluka saat menangkap penjahat”, Ja Eun terlihat khawatir.
     “Arraseo..Aku akan hati-hati mulai sekarang”, Tae Hee berjanji.

     “Ja Eun-ah, kau ingin punya berapa anak ??”, kali ini Tae Hee yang bertanya dengan malu-malu. Ja Eun menoleh padanya dan menjawa ceria.
     “2 atau 3 anak.. Tidak masalah kan buatmu ?? Aku ingin punya keluarga besar yang hangat seperti keluarga Hwang”, jawab Ja Eun dengan senyum manisnya. Tae Hee mengangguk. “Aku setuju”, jawabnya.

     “Ahjussi... Ahh,, maaf, maksudku Oppa.. Apa adalagi yang kau inginkan ??”, tanya Ja Eun penasaran. Tae Hee mengangguk dengan canggung.
      “Bagaimana jika kita tidur sekarang ??”, pintanya malu-malu pada Istrinya.

    “Nde..”, jawab Ja Eun ceria, tapi saat menyadari bahwa suaminya menginginkan malam pertama, mendadak rasa malu dan canggung menyerangnya. Ja Eun menggeleng kuat seraya menunjuk kearah TV di ruang tamu.





      “Anio.. Aku ingin melihat 1 Night 2 Days. Kita tonton TV dulu”, jawab Ja Eun dengan hati berdebar kencang, sementara Tae Hee hanya memandangnya dengan kecewa. Dia tau istrinya belum siap, jadi dia terpaksa menunggu hingga Ja Eun sudah siap. Akhirnya mereka pun hanya saling bersulang hingga Ja Eun ketiduran di sofa.





      Melihat istrinya tertidur di sofa, Tae Hee hanya bisa tersenyum pasrah lalu perlahan menggendong istrinya dan membawanya ke kamar. Tapi sebenarnya Ja Eun tak benar-benar tertidur tapi karena terlalu gugup, dia berpura-pura tidur. 





    Saat Tae Hee membaringkannya dengan lembut ke tempat tidur dan mengecup keningnya, dan saat mendengar kalimat Tae Hee yang berkata “TERIMA KASIH SUDAH MENIKAH DENGANKU !!”, saat itulah Ja Eun terbangun.





      “Aku juga. Tidak. Aku yang lebih berterima kasih karena kau tak pernah menyerah terhadapku. Saranghaeyo Ahjussi.. Maksudku, oppa”, jawab Ja Eun tersentuh.







      “Nado Saranghae, Baek Ja Eun”, jawab Tae Hee sambil tersenyum lembut dan mulai mencium bibir istrinya. Ciuman yang awalnya lembut berubah menjadi penuh gairah dan entah sejak kapan dan tidak tau bagaimana caranya, piyama Ja Eun sudah terlepas saat ciuman Tae Hee mulai bergerak turun ke dadanya.

       “Oppa..”, desah Ja Eun saat ciuman Tae Hee benar-benar mengenai payudaranya.
    “Apa kau takut ??”, tanya Tae Hee lembut, mengetahui ini saat pertama bagi mereka. “Sedikit”, jawab Ja Eun malu.
       “Jangan takut. Percayalah padaku. Aku tidak akan menyakitimu, Ja Eun-ah”, janji Tae Hee dan seperti Tae Hee yang selalu menepati janji, malam ini pun dia tidak melanggarnya. Tae Hee hanya memberikan kenikmatan dan bukan rasa sakit pada istrinya, dia berhasil membawa Ja Eun terbang ke awan melalui setiap ciuman, sentuhan dan belaiannya.

    “Tae Hee oppa..Terima kasih”, ujar Ja Eun hangat setelah sesi percintaan panas mereka.
   “Untuk apa ?? akulah yang seharusnya berterima kasih. Sejak kau hadir dalam hidupku, aku tak pernah merasa kesepian lagi. Kau yang selalu menghangatkan hatiku yang dingin”, jawab Tae Hee seraya membelai pundak istrinya lembut saat Ja Eun berbaring di dadanya.

     “Terima kasih karena kau telah memberikan keluarga yang selalu ku impikan. Paman Hwang, Bibi Bok Ja, Nenek, juga saudara-saudaramu yang membuatku tidak kesepian walau saat itu ayahku menghilang. Kalau tak ada kalian, mungkin aku akan mati karena kesepian”, ujar Ja Eun tulus. Tae Hee tersenyum hangat.

   “Nanti tidak hanya ada mereka, tapi juga akan ada anak-anak kita yang akan meramaikan keluarga ini. Kau ingin 3 anak kan ?? Aku bersedia memberikan sebanyak yang kau inginkan”, goda Tae Hee sambil tersenyum nakal sambil memutar tubuh istrinya dan menindihnya seraya menciuminya dengan ganas.

   “BAEK JA EUN, SARANGHAE !!! JEONGMAL SARANGHAE !!”, ujar Tae Hee sambil menatap istrinya penuh nafsu.
    “Nado saranghae, Oppa”, jawab Ja Eun dengan desahan saat Tae Hee sekali lagi menyerangnya.

===================================

     Bila pasangan Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun mengawali malam pertama mereka dengan canggung dan mengakhirinya dengan ganas, pasangan Yoon Ji Hoo dan Kim Yui mengawali malam pertama mereka dengan sangat manis dan mesra. Yoon Ji Hoo mengajak istrinya bulan madu di atas kapal pesiar. Mereka berdua berdiri memandang lautan yang terhampar di hadapan mereka dengan bulan purnama sebagai Latar belakangnya.

    “Kau kedinginan ??”, tanya Ji Hoo lembut pada istrinya saat melihat gadis itu menggigil. Yui mengangguk pelan lalu sedetik berikutnya Ji Hoo memeluknya dengan mesra dari belakang, sambil sesekali mencium telinganya.

     “Ji Hoo Oppa, jangan disini”, desah Yui menahan sengatan listrik dari ciuman Ji Hoo. Ji Hoo tersenyum lalu sedetik kemudian dia memutar tubuh Yui dan melumat bibirnya penuh nafsu. Beberapa menit kemudian dia langsung menarik tangan Yui masuk ke dalam kamar untuk memulai percintaan panas mereka.

    “Yui-ah, SARANGHAE !! Terima kasih sudah hadir dalam hidupku. Ratu Saljuku, kuharap setelah ini aku bisa menghangatkanmu”, ujar Ji Hoo mesra.

    “Nado Saranghae, oppa. Terima kasih karena telah memilihku. My Snow Prince, akulah yang seharusnya berterima kasih karena kau tak pernah lelah menungguku”, jawab Yui tak kalah mesra. Ji Hoo tersenyum lalu kembali mengajak istrinya mengarungi bahtera cinta.

4 tahun kemudian..
   “Selamat Makan”, seru seluruh keluarga yang ada di meja makan dengan gembira.
  “Celamat makan cemua”, ujar seorang anak-anak laki berusia 3 tahun menirukan kalimat semua orang. Mendengar celotehan lucunya, semua orang tertawa.
   “Selamat makan sayang.. Makan pelan-pelan ya”, ujar seorang wanita cantik lembut pada putranya.
    “Ne, Eomma.. Appa, nanti setelah makan ayo main tembak-tembakan”, pintanya lucu yang disambut gelak tawa yang lain.

   “Aiggoo.. Tae Hee, ini akibat kau sering membawa anakmu ke kantor polisi”, omel Ibunya dan Tae Hee hanya tersenyum pasrah.
  “Aku tidak ingin mengajaknya tapi Tae Hwa yang selalu menangis agar aku mengajaknya, Ibu”, Tae Hee membela diri.

    “Ja Eun-ah, seharusnya kau tidak ijinkan Tae Hee membawa Tae Hwa bersamanya. Bagaimana jika anakmu terluka ??”, omel Ibu pada Ja Eun.
   “Arraseo, Eomoni.. Tapi Tae Hwa anak yang pintar, dia hanya duduk diam sambil mengamati ayahnya bekerja. Benarkan sayang ??”, ujar Ja Eun lembut pada putranya.
    “Tae Hwa ingin menangkap penjahat seperti ayah. Dor dor dor..”, serunya lucu seraya menirukan gaya Tae Hee menembak. Semua orang tertawa mendengarnya.

     Hari itu, meja makan keluarga Hwang sangat penuh dengan orang. Seluruh keluarga Hwang dan para menantu mereka, ditambah Baek In Ho, Kakek Yoon, Ji Hoo dan Yui, Kyu Jong dan Hyung Jun serta ayah mereka – Presiden Hong juga ikut makan malam bersama. Gelak tawa dan canda terdengar begitu ramai di meja makan, suasana menjadi sangat hangat dan meriah, apalagi ditambah cucu-cucu keluarga Hwang. Putra dan Putri Hwang Tae Shik, yaitu Ha Na dan Guk Su ditambah dengan putri Hwang Tae Bum, yaitu Hwang Cha Goom serta putra Hwang Tae Hee yaitu Hwang Tae Hwa, dan juga putri Ji Hoo dan Yui, yaitu Yoon Ji Hyun semakin menambah ramai suasana.

   Malam itu, baik Baek Ja Eun ataupun Kim Yui akhirnya sama-sama merasakan kehangatan keluarga yang mereka impikan selama ini, meja makan yang ramai, hangat dan penuh gelak tawa. Keluarga lengkap yang terdiri dari Ibu, Ayah, Nenek, Kakek, suami, keponakan, saudara ipar, saudara kandung dan anak-anak mereka adalah sesuatu yang terlihat sederhana tapi tak semua orang beruntung bisa mendapatkannya. Yui akhirnya bisa memaafkan ayahnya dan hatinya tak lagi merasakan rasa dingin yang mencekam.

     Musim Semi telah tiba, dan saljupun telah mencair, kini tak ada lagi rasa dingin yang mencekam dan hanya ada kehangatan yang mengelilingi mereka. Dan satu hal yang penting, tak ada seorangpun yang bisa menggantikan arti sebuah keluarga. Karena “KELUARGA  ADALAH HARTA YANG PALING BERHARGA”...

TAMAT..
         

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads