Author : LIANA WIJAYA
Starring :
Joo Won as Hwang Tae Hee
Uee’s After School as Hwang (Baek) Ja Eun
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step
Brother)
Foreword : Hwang Tae Hee
& Baek Ja Eun’s Mariage Life....
“You Are My Endless Love 1 – Ojakgyo Brothers
Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”
CHAPTER
1 : The Confession
New York, 2 tahun kemudian...
2 tahun
sudah berlalu sejak pasangan pengantin baru, Hwang Tae Hee dan Baek Ja Eun pergi
ke Amerika tak lama setelah pernikahan mereka. Tae Hee tak ingin istrinya melepaskan
kesempatan magang di Perusahaan Animasi terkenal di Amerika dan karena dia tak
sanggup berpisah dengan istrinya, dia pun ikut pergi dengan Ja Eun ke sana.
Sambil menemani Ja Eun, Tae Hee memutuskan untuk melanjutkan kuliah hukumnya agar bisa menjadi Jaksa. Sekarang 2 tahun sudah berlalu, Tae Hee sudah berada di semester akhirnya dan sedang sibuk-sibuknya menghadapi ujian menjadi Jaksa.
Sambil menemani Ja Eun, Tae Hee memutuskan untuk melanjutkan kuliah hukumnya agar bisa menjadi Jaksa. Sekarang 2 tahun sudah berlalu, Tae Hee sudah berada di semester akhirnya dan sedang sibuk-sibuknya menghadapi ujian menjadi Jaksa.
Beberapa
bulan belakangan ini, Ja Eun merasa ada yang aneh dengan dirinya. Dia selalu
mual setiap pagi dan akan muntah bila menghirup aroma makanan tertentu, dia
juga sering pusing tanpa sebab.
Tapi dia tidak ingin mengatakan ini pada suaminya karena tidak ingin mengganggu Tae Hee yang sedang berkonsentrasi dalam belajar. Akhirnya diapun diam-diam pergi ke RS untuk memeriksakan dirinya.
Tapi dia tidak ingin mengatakan ini pada suaminya karena tidak ingin mengganggu Tae Hee yang sedang berkonsentrasi dalam belajar. Akhirnya diapun diam-diam pergi ke RS untuk memeriksakan dirinya.
Ja Eun
terkejut saat mengetahui bahwa kini dia sedang hamil. Dia sangat ingin
memberitahu Tae Hee, tapi sekali lagi dia berpikir bahwa ini hanya akan menambah
beban Tae Hee, Ja Eun bahkan mencoba menyembunyikan kenyataan bahwa dia sedang
hamil selama 3 bulan ini.
Ja Eun berpikir bahwa kehamilannya hanya akan menjadi masalah untuk Tae Hee karena dia sibuk dengan ujian akhirnya untuk menjadi seorang Jaksa. Ja Eun juga sedang sibuk dengan proyek animasinya saat itu. Apalagi mereka hanya berdua di Amerika, jauh dari keluarga Hwang juga dari ayah Ja Eun.
Ja Eun berpikir bahwa kehamilannya hanya akan menjadi masalah untuk Tae Hee karena dia sibuk dengan ujian akhirnya untuk menjadi seorang Jaksa. Ja Eun juga sedang sibuk dengan proyek animasinya saat itu. Apalagi mereka hanya berdua di Amerika, jauh dari keluarga Hwang juga dari ayah Ja Eun.
Tae Hee
pun sama sekali tidak menyadari kondisi Ja Eun walaupun kakak tiri Tae Hee, Kim
Jae Ha sudah mulai curiga dengan perubahan penampilan Ja Eun. Walau Tae Hee
menyadari ada sesuatu yang salah dengan Ja Eun melihat dari penampilannya, Ja
Eun juga selalu mual dan muntah setiap pagi, hanya saja Tae Hee yang memang
tidak mengerti wanita, tidak tau kenapa.
“Officer
Hwang, apa kau tidak sebaiknya membawa istrimu memeriksakan diri ke dokter? Kulihat
beberapa hari ini dia tidak sehat, aku sering melihatnya mual dan muntah,
wajahnya juga sangat pucat. Jika kau tidak tahu cara menjaga istrimu, lebih baik
ceraikan saja dia dan berikan padaku.” kenang Tae Hee pada ucapan Kim Jae Ha
saat itu.
“Apa kau
bilang? Jangan mimpi kau akan mendapatkannya. Itu karena kau selalu
memberinya banyak pekerjaan. Kau sengaja, kan? Kau sengaja memberinya
pekerjaan yang banyak agar dia bisa menemanimu lebih lama di kantor.” sergah
Hwang Tae Hee tak terima.
Tae Hee
sudah cemburu pada Kim Jae Ha bahkan sejak saat dia dan Ja Eun belum resmi
pacaran, jadi walaupun sekarang mereka sudah menikah, Tae Hee tetap tak bisa
berhenti cemburu pada Kim Jae Ha, kakak tirinya itu.
Terlebih lagi, Ja Eun bekerja padanya dan mereka bertemu setiap hari, baginya itu benar-benar menyiksa. Tapi Tae Hee tak tega meminta Ja Eun meninggalkan impiannya, itu sebabnya mereka pergi ke Amerika bersama.
Dia ingin Ja Eun mengejar impiannya menjadi seorang Animator terkenal dan diapun ingin kuliah lagi agar bisa menjadi Jaksa.
Terlebih lagi, Ja Eun bekerja padanya dan mereka bertemu setiap hari, baginya itu benar-benar menyiksa. Tapi Tae Hee tak tega meminta Ja Eun meninggalkan impiannya, itu sebabnya mereka pergi ke Amerika bersama.
Dia ingin Ja Eun mengejar impiannya menjadi seorang Animator terkenal dan diapun ingin kuliah lagi agar bisa menjadi Jaksa.
Awalnya
semua mudah tapi kenyataan bahwa mereka jauh dari keluarga dan hanya hidup
berdua di negeri orang memang hal yang tak semudah dibayangkan. Tae Hee selalu
gelisah setiap kali Ja Eun pulang malam, walau Ja Eun selalu memberi kabar bila
dia ingin pulang malam dan harus lembur menyelesaikan pekerjaannya.
Ja Eun
adalah The National Goddess, begitu mereka menyebutnya dulu saat di kampus, dia
gadis yang cantik, pintar, seksi dan populer di kalangan mahasiswa. Di sini
pun, Ja Eun juga menjadi idola di kantornya.
Banyak pria yang gencar mendekati Ja Eun karena Ja Eun cantik dan punya tubuh seksi dan tinggi bagaikan model, walau Ja Eun mengatakan bahwa dia sudah menikah, tapi tetap saja para pria itu tetap tak menyerah mengejarnya, membuat Tae Hee kesal sendiri.
Banyak pria yang gencar mendekati Ja Eun karena Ja Eun cantik dan punya tubuh seksi dan tinggi bagaikan model, walau Ja Eun mengatakan bahwa dia sudah menikah, tapi tetap saja para pria itu tetap tak menyerah mengejarnya, membuat Tae Hee kesal sendiri.
“SHE IS
MY WIFE! SO, BACK OFF!” seru Tae Hee kesal setiap kali ada pria yang
mendekati istri cantiknya. Sementara Ja Eun hanya tersenyum kecil melihat
betapa posesifnya Tae Hee padanya.
“Kau
suamiku, apa yang harus kau takutkan? Aku milikmu sekarang, jadi kau tak
perlu marah-marah seperti itu setiap kali ada pria yang mendekatiku.” omel Ja
Eun, pura-pura marah.
“Aku
tidak suka melihat caranya memandangmu. Kau terus pakai cincinnya, kan?
Haahh...kurasa ini adalah resikoku menikahi seorang Beauty Queen.” Tae Hee
balas mengomel.
“I’M
NOT A BEAUTY QUEEN! I’M A NATIONAL GODDESS!”, ujar Hwang (Baek) Ja Eun
bangga, sambil mengibaskan rambut panjangnya. Saat itu Tae Hee sedang menjemput
Ja Eun di kantornya, mereka berdua berencana untuk makan malam.
Dan
saat itu, Tae Hee baru mengetahui perihal kehamilannya saat tiba-tiba Ja Eun
pingsan dalam pelukannya saat mereka sedang berjalan menuju mobil.
“Ja
Eun-ah...Ja Eun-ah.,.” Tae Hee berseru panik saat istrinya mendadak pingsan
dalam pelukannya, serta merta Tae Hee menggendong istrinya dan masuk ke dalam
mobil dan langsung menuju Rumah Sakit.
"Selama
Tuan Hwang, istri Anda sedang hamil. Saat ini usia kehamilannya sudah 3 bulan.
Selamat, Anda akan segera menjadi seorang Ayah. Jaga istri Anda baik-baik agar
jangan sampai kelelahan.” ujar Dokter Park Shi On padanya.
Tae Hee
merasa seperti ada yang memukul kepalanya. Dia kehilangan kata-kata. Bayi?
Apa yang dia bicarakan? Apa ini berarti bahwa Ja Eun hamil?
Tae Hee
tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Tentu dia tahu kalau dia akan menjadi ayah
suatu hari nanti karena dia sudah menikah, tapi dia tidak pernah membayangkan
ini akan terjadi begitu cepat.
Lagipula, bagaimana bisa dia tidak mengetahui kehamilan Ja Eun mengingat dia adalah suaminya dan mereka bersama setiap saat. Dan kenapa Ja Eun tidak mengatakan apapun soal kehamilannya? Beribu pertanyaan campur aduk dalam hatinya.
Lagipula, bagaimana bisa dia tidak mengetahui kehamilan Ja Eun mengingat dia adalah suaminya dan mereka bersama setiap saat. Dan kenapa Ja Eun tidak mengatakan apapun soal kehamilannya? Beribu pertanyaan campur aduk dalam hatinya.
Tae Hee
memandang istrinya yang sedang terbaring di tempat tidur pasien seraya
menggenggam erat tangannya, dia melihat sebelah tangan Ja Eun diletakkan di atas
perutnya seolah ingin melindungi bayi mereka.
Tae Hee meletakkan tangannya yang bebas di atas perut Ja Eun dan menggenggam erat tangannya yang ada di atas perut itu. Hatinya mendadak menjadi hangat. Dia menjaga Ja Eun di sana hingga akhirnya gadis itu sadar.
Tae Hee meletakkan tangannya yang bebas di atas perut Ja Eun dan menggenggam erat tangannya yang ada di atas perut itu. Hatinya mendadak menjadi hangat. Dia menjaga Ja Eun di sana hingga akhirnya gadis itu sadar.
"Tae
Hee Ahjussi...” bisik Ja Eun lemah saat menyadari Tae Hee duduk di kursi di
samping ranjangnya dan menggenggam tangannya erat.
“I Told
you dont call me Ahjussi anymore. Call me Oppa, okay?" Tae Hee mengomel.
“Nde,
arraseo. Aku masih belum terbiasa.” jawab Ja Eun sambil tersenyum polos. Tae
Hee terdiam menatap istrinya, dia tak tau harus mulai darimana.
“Ja
Eun-ah, apa tidak ada yang ingin kau katakan padaku?” pancing Tae Hee lirih.
Ja Eun terdiam sesaat, sebelum akhirnya menarik napas panjang dan berkata
pelan.
“Tae
Hee Ahjussi...Ah, maksudku, Tae Hee Oppa. Jadi kau sudah tahu, kan?” ujarnya
lirih. Tae Hee hanya memandangnya tanpa berkata apa-apa.
“Tahu
soal apa?” pancing Tae Hee lagi.
“Tahu
kalau aku sedang hamil. I’m pregnant with your child.” jawab Ja Eun, membuat
pengakuan.
“Sejak
kapan kau tahu?” tanya Tae Hee akhirnya.
“3
bulan yang lalu.” jawab Ja Eun pelan, melihat Tae Hee menatapnya dengan
ekspresi yang tak terbaca.
"Oppa...katakan sesuatu. Aku mohon." Ja Eun benar-benar gugup sekarang. Tae Hee
bisa melihat itu dimatanya.
"Kenapa
kau tidak memberitahuku? Kau menderita seorang diri dan aku bahkan tidak tahu! Kenapa kau menyembunyikan semua ini dariku?" Tae Hee tidak tau kenapa
dia begitu marah.
"Kupikir
bayi ini akan menjadi beban untukmu. Kupikir kau tidak mengharapkan seorang
bayi saat ini. Kau sangat sibuk dengan ujian akhir menjadi Jaksa. Oppa,
aku..." Ja Eun tidak sempat melanjutkan kata-katanya, Tae Hee sudah lebih
dulu memotongnya.
"Lalu
apa kau berencana untuk menggugurkan bayi itu? Ja Eun-ah, kenapa kau tidak
percaya padaku? Kenapa kau membuatku merasa seperti orang jahat? Bayi itu
bukan hanya anakmu, dia anakku juga. Aku ayahnya, aku berhak tahu yang
sebenarnya. Tapi kenapa kau menyembunyikan semuanya dariku?" Untuk pertama
kalinya selama pernikahan mereka Tae Hee berteriak pada Ja Eun.
Tae Hee
melihat Ja Eun sangat kaget, dia mulai menangis. Matanya dipenuhi penyesalan,
rasa bersalah dan kesedihan. Tae Hee sendiri terkejut dengan apa yang
dilakukannya.
Mereka
terdiam selama beberapa saat lalu kemudian Ja Eun mulai berkata, "Bukan
seperti itu! Tentu bukan seperti itu. Tapi bila ibu dan nenek tahu, mereka
pasti menyuruh kita untuk pulang. Aku tidak ingin berhenti sekarang. Aku sudah
jauh melangkah, aku ingin menjadi istri yang baik untukmu, istri yang bisa kau
banggakan, tapi menjadi Animator terkenal juga adalah impianku. Lagipula, kau
sedang sibuk ujian sekarang, aku tak mau menjadi bebanmu." Ja Eun berusaha
menghentikan tangisannya saat mngucapkan kata-kata itu, tapi airmata tetap
mengalir turun dari matanya.
Tae Hee
sekarang tenggelam dalam rasa bersalah. Dia sudah mengucapkan kata-kata yang
kasar pada Ja Eun dan bahkan sekarang Ja Eun tidak berani menatapnya.
"Aku
sudah bersumpah pada diriku sendiri tidak akan membuatmu menangis lagi. Tapi
apa yang sudah ku lakukan? Sekali lagi aku membuatmu menangis. Andai saja kau
bertemu pria lain yang tidak sedingin aku, sekarang pasti kalian akan melompat
dengan bahagia mendengar berita yang hebat ini." pikir Tae Hee.
"Sejujurnya,
saat aku tahu aku hamil, aku sangat takut aku tidak bisa menjaga anakku seperti
yang terjadi pada ibuku, kau tahu bahwa Ibuku meninggal saat usiaku 2 tahun, kan? Aku tumbuh tanpa sosok seorang Ibu. Bagaimana jika...bagaimana jika aku
tidak bisa menjaga dan melindungi anakku seperti ibuku?" Ja Eun menangis
pelan.
Tae Hee
langsung memeluknya erat. Dia tidak bisa mengatakan betapa dia sangat mencintai
Ja Eun dan betapa bahagianya dia mendengar berita hebat ini, karena Tae Hee
tidak bisa mengekspresikan perasaannya dalam kata-kata tapi pelukan ini
mengekspresikan semua perasaannya.
"Ja Eun-ah, aku disini. Aku akan melindungimu dan bayi kita. Kau dengar aku ?
Aku akan selalu disini, aku tidak akan membiarkanmu pergi lebih dulu
meninggalkan aku. Jadi berhentilah menangis. Kau punya aku." Tae Hee
berkata lembut sambil memeluknya erat. Mereka berpelukan di atas ranjang dengan
Tae Hee yang perlahan mengusap airmatanya.
Beberapa
saat kemudian Tae Hee melepaskan pelukannya dari Ja Eun dan menciumnya lembut.
Tae Hee merasakan Ja Eun membalas ciumannya dan ini membuatnya lega. Walaupun
dia tidak sering mengatakannya tapi Tae Hee sangat mencintai Ja Eun, Ja Eun
membuat hidupnya menjadi lebih berarti, Ja Eun yang berhasil mengisi lubang
kosong di hatinya selama ini.
"Jangan
pernah berpikir kau akan menjadi beban untukku. Jangan pernah berpikir bayi ini
akan merepotkanku. Ja Eun-ah, ini bayi kita." Tae Hee meyakinkannya.
Ja Eun
kembali memeluk Tae Hee erat. "Tidak apa-apa. aku juga masih ingin
memelukmu." seru Tae Hee dalam hatinya.
Tae Hee memeluk Ja Eun semakin erat, merasakan panas di tubuhnya yang langsing yang sekarang mulai membuncit. Tangisan Ja Eun perlahan berhenti. Pelukan ini berlangsung selama beberapa menit.
Tae Hee memeluk Ja Eun semakin erat, merasakan panas di tubuhnya yang langsing yang sekarang mulai membuncit. Tangisan Ja Eun perlahan berhenti. Pelukan ini berlangsung selama beberapa menit.
"Tae
Hee Ahjussi, aku mengandung anakmu." suara Ja Eun sekarang dipenuhi
kegembiraan. Tae Hee tersenyum, tetap tidak melepaskan pelukannya.
“Ahjussi? YAAA! I told you...” kata-kata Tae Hee terhenti.
“Arraseo. Arraseo. Tae Hee Oppa, kan? Aku terbiasa memanggilmu Tae Hee Ahjussi, tidak
mudah mengubahnya.” Ja Eun memotong kalimat Tae Hee sambil cemberut. Tae Hee
tersenyum mendengarnya.
"Kau
sudah kembali menjadi Ja Eun-ku yang dulu." batin Tae Hee.
"Oppa,
anakmu ada dalam perutku. Apa kau yakin kau sungguh-sungguh bahagia?', Ja Eun
bertanya lagi.
Tae Hee
melepaskan pelukannya. Dia menarik napas dan menatap Ja Eun.
"Idiot.
Apalagi yang kau pikirkan? Tentu saja aku bahagia. Ini bayi kita. Bayiku dari
Baek Ja Eun, the National Goddess. Tentu saja aku bahagia!" jawab Tae Hee
bangga.
“Aku
berharap dia akan secantik dirimu." lanjut Tae Hee lagi.
Ja Eun
tersenyum bahagia. “Dari mana kau tahu kalau anak kita perempuan?" tanya Ja
Eun manja.
“Entahlah. Aku
hanya merasa sudah terlalu banyak pria di Keluarga Hwang. Jadi aku sangat
berharap anakku perempuan. Nenek dan Ibu juga pasti sangat senang bila mendapat
cucu perempuan.” jawab Tae Hee dengan senyum manisnya.
Ja Eun
tersenyum bahagia, Tae Hee hanya memandangnya tanpa suara.
"Ja
Eun-ah, kau sangat cantik bila tersenyum." pikir Tae Hee.
“Aku
mungkin sudah pernah mengatakan ini, tapi aku ingin mengucapkannya sekali lagi. Ja Eun-ah, terima kasih kau sudah hadir dalam hidupku. Terima kasih karena kau
mau menikah denganku. Saranghae, Hwang Ja Eun.” ujar Tae Hee lirih lalu kembali
mencium Ja Eun mesra.
"Apa kau ingin makan sesuatu?" tanya Tae Hee setelah mereka selesai
berciuman. Dia tahu wanita hamil pasti menginginkan sesuatu.
"
Apa kau akan membelikannya untukku?" tanya Ja Eun bersemangat..
Tae Hee
mengangguk mantap. "Pasti. Apa pun untukmu, istriku." jawabnya
sambil tersenyum.
"Strawberri. Aku suka Strawberi yang kita makan di Peternakan." jawab Ja
Eun gembira.
“Mwo?
Malam-malam begini?” kali ini Tae Hee yang cemberut mendengar permintaan
istrinya.
“Kau
bilang kau akan membelikannya untukku.” protes Ja Eun memelas. Melihat
tatapan memelas Ja Eun, Tae Hee akhirnya menyerah.
“Arraseo. tidurlah dulu. Aku akan membangunkanmu setelah aku dapatkan Strawberrinya.”
jawab Tae Hee lalu mendorong tubuh Ja Eun ke ranjang dan mengecup keningnya.
To Be Continued ……
Tidak ada komentar:
Posting Komentar