Sabtu, 22 Maret 2014

You Are My Endless Love 2 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction



Author : LIANA WIJAYA

Starring  
Joo Won as Hwang Tae Hee 
Uee’s After School as Hwang (Baek) Ja Eun 
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step Brother)

Foreword : Hwang Tae Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life.... 

“You Are My Endless Love 2 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”


“CHAPTER 2 : Going Home”

New York Hospital..
    Baek Ja Eun sedang duduk di atas tempat tidurnya di RS, menunggu Tae Hee datang menjemputnya. Saat ini Tae Hee sedang membereskan administrasinya dan meminta Ja Eun menunggu di kamar. Dia duduk sambil tersenyum sendiri seraya memegang perutnya. 

     “Anakku, Ibu tidak sabar ingin segera melihatmu. Haahhh..Tapi kami harus menunggu 6 bulan lagi untuk menyambut kehadiranmu di dunia ini. Kau tau tidak, Nenek dan Nenek buyutmu pasti senang sekali saat tau berita ini”, ujar Ja Eun pada bayi dalam perutnya.

    Saat sedang asyik bicara pada bayinya, tiba-tiba seorang pria muda bertubuh tinggi masuk ke dalam kamarnya.
     “Kudengar kau sedang hamil. Chukkae, Ja Eun-ssi”, ujar pria muda itu. Spontan Ja Eun menoleh ke arahnya.
     “Kim PD-nim.. Kau datang”, jawab Ja Eun sambil tersenyum manis.

   “Officer Hwang pasti bahagia sekali mendengarnya. Tadi pagi dia menelponku dan mengatakan bahwa hari ini kau sakit dan butuh istirahat. Kau tau, dia dengan sombongnya mengatakan “Aku akan segera jadi Ayah, jadi jangan bermimpi akan merebut Ja Eun dariku”. Benar-benar menyebalkan !! Aiggoo jinja..Sebenarnya apa yang kau sukai darinya ??”, gerutu Kim Jae Ha, spontan membuat Ja Eun tertawa.

    “Tae Hee Oppa memang seperti itu kan ?? Kau tidak perlu mengambil pusing”, ujar Ja Eun pengertian. Suaminya itu memang posesif setengah hidup padanya. Tae Hee selalu cemburu bila ada pria manapun yang mendekatinya. Awalnya terasa menyebalkan, tapi makin lama Ja Eun sudah biasa dan mulai  mengerti bahwa Tae Hee seperti itu karena terlalu mencintainya.

   “Apa keluarga Hwang sudah tau berita ini ??”, tanya Kim Jae Ha penasaran. Ja Eun menggeleng pelan.
     “Aniyo.. Aku khawatir kalau mereka tau mereka pasti menyuruh kami pulang”, jawab Ja Eun polos.
     “Dan apa kau tidak ingin pulang ??”, selidik Kim Jae Ha.
     “Tentu saja aku ingin pulang. Tapi bagaimana dengan proyek animasiku ?? Tae Hee Oppa juga sedang ditengah ujian Jaksa, kami tidak bisa pulang begitu saja”, jawab Ja Eun terlihat sedih.

     “Kontrak magangmu hanya 1 tahun, dan di tahun berikutnya jika kau ingin melanjutkan kontrak itu, perusahaan bisa menambah 1 tahun lagi, tapi itu tidak berarti bahwa kau tidak bisa pergi jika kau ingin pergi. Kau sudah melewati tahun ke 2 mu, bulan depan kontrakmu akan habis. Jika kau ingin pulang ke Korea, perusahaan tidak akan menahanmu”, jawab Kim Jae Ha.

      “Benarkah ?? tapi bagaimana dengan proyek animasinya ?? Aku juga masih ingin bekerja dengan kalian”, ujar Ja Eun sedih.

      “Proyek animasimu hampir selesai kan ?? Hanya tinggal bagian akhir maka semua beres. Jika kau bisa selesaikan dalam waktu kurang dari 1 bulan, kau bisa pulang ke Korea. Lagipula, kau masih bisa bergabung kembali di perusahaan kami di Korea. Good Film, akan selalu menyambutmu”, usul Kim Jae Ha. Ja Eun terlihat berseri-seri bahagia.

       “Tapi Tae Hee Oppa sedang ujian”, Ja Eun cemberut lagi.
       “Bukankah bulan depan sudah selesai ??”, tanya Kim Jae Ha ingin tau.

     “Benar. Ujianku hanya tinggal besok saja. Bulan depan aku sudah bisa menyelesaikan semuanya dan kembali ke Korea, itupun jika Ja Eun menginginkannya”, jawab Tae Hee tiba-tiba masuk. Dia segera berjalan masuk dan berdiri di belakang Ja Eun. 


     “Sejak kapan kau sangat perhatian pada kami ??”, tanya Tae Hee sinis, cemburu lagi melihat Kim Jae Ha berduaan dengan istrinya.
      “Bukankah dari dulu aku sangat perhatian ?? Terutama jika itu menyangkut Ja Eun-ssi”, ujar Kim Jae Ha lembut pada Ja Eun. 

       “Oh ya, Kim PD-nim, kami akan mengunjungi makam Ibu setelah ini, apa kau mau ikut ?? Kami akan memberitau Ibu tentang bayi kami”, ujar Ja Eun mencoba mencairkan suasana. Tae Hee spontan menoleh padanya.

       “Kenapa dia harus ikut ??”, protes Tae Hee tak suka.
      “Karena dia adalah anak angkat Ibu, berarti dia adalah kakakmu, Oppa. Apa salahnya dia ikut bersama kita ??”, bujuk Ja Eun merayu. Akhirnya setelah ditatap memelas oleh istrinya, Tae Hee tak punya pilihan selain berkata “Baiklah. Terserah kau saja”, ujarnya setengah hati, sementara Ja Eun bersorak girang.

      “Kim PD-nim, ikutlah dengan kami”, pinta Ja Eun lagi. Jae Ha memandang Tae Hee lekat lalu kemudian menggelengkan kepalanya menolak.
      “Tidak perlu. Lain kali saja, kalian pergilah berdua, aku masih ada rapat”, tolak Kim Jae Ha sopan. Ja Eun terlihat kecewa dan dia menoleh tajam pada Tae Hee.
       “Ini semua gara-gara kau”, omelnya cemberut lalu beranjak berdiri dan mengambil tas tangannya sebelum berjalan kearah pintu.

      “Kim PD-nim, kalau begitu kami pulang dulu”, ujar Ja Eun berpamitan, lalu segera keluar dari kamar itu. Tae Hee yang terkejut melihat Ja Eun marah, hanya memasang wajah tanpa dosa dan buru-buru mengejarnya.


“Ja Eun-ah, memang apa yang sudah ku lakukan ?? Ja Eun-ah, berhentilah !! Dengarkan aku dulu !! Aku bilang dengarkan aku !!”,ujar Tae Hee seraya menarik tangan Ja Eun yang masih marah.


       “Untuk ukuran wanita hamil, jalanmu cepat sekali. Tidak bisakah kau jalan pelan-pelan saja ?? Itu bisa membahayakan kandunganmu”, Tae Hee memarahi Ja Eun lembut.

        "Untuk apa kau peduli ??”, Ja Eun masih marah.
     “Tentu saja aku peduli. Aku suamimu dan ayah dari anakmu. Aku punya hak untuk peduli. Kau ini sebenarnya kenapa ?? Aku kan sudah bilang boleh, tapi dia yang tidak mau. Salahku dimana ?? Baek Ja Eun..Ah salah, Hwang Ja Eun, kau benar-benar membuatku gila”, ujar Tae Hee frustasi, dia benar-benar tak mengerti wanita.

     Ja Eun terdiam sambil menundukkan wajahnya.
     “Aku tidak tau. Tiba-tiba saja aku ingin marah. Apa aku tidak boleh marah ??”, tanyanya polos sambil menatap Tae Hee jenaka.

    “Wanita hamil memang membingungkan.. Baiklah !! Kau boleh marah. Marahlah sesukamu bila itu membuatmu senang”, jawab Tae Hee pasrah. Ja Eun justru tersenyum melihat suaminya sudah hilang  akal.

     “Jadi lain kali, Kim PD-nim boleh ikut kan ??”, tanyanya lagi. Tae Hee mengangguk. 
     “Jika itu yang kau inginkan”, jawabnya mengalah.
     “Oppa, aku ingin pulang”, ujar Ja Eun tiba-tiba.
     “Bukankah baru kemarin malam kau bilang kau tidak ingin pulang dan melepas impianmu ??”, tanya Tae Hee bingung.

    “Benar.Tapi sekarang aku sudah berubah pikiran. Apalagi setelah Kim PD-nim mengatakan kalau aku masih bisa bekerja di kantor cabang di Korea. Proyek animasiku juga hampir selesai. Ditambah kau juga mengatakan kalau ujianmu hanya tinggal besok dan bulan depan kita bisa kembali ke Korea. Apa aku salah ??”, jawab Ja Eun berharap.  Menatap mata bening istri yang di cintainya, mana bisa Tae Hee menolak.

       “Arraseo..Akan ku selesaikan semuanya agar kita bisa kembali ke Korea”, jawab Tae Hee berjanji. 
       “Yeeeyyy.. Kita pulang.. Aku rindu Ahjumma, aku rindu Halmoni, aku rindu Ayah. Aku rindu Ojakgyo Farm”, seru Ja Eun bahagia saat mereka berdua bergandengan tangan disepanjang  koridor RS menuju tempat parkir.

“Ahjumma ?? Bukankah sekarang kau tidak seharusnya memanggil Ibuku dengan Ahjumma lagi ??”, protes Tae Hee mengingatkan.

    “Ah iya.. Maksudku, Bok Ja Eomoni hehehe =)”, jawab Ja Eun mengkoreksi sambil tersenyum manis. 


     Tae Hee yang tak kuasa memandang senyum di wajah Ja Eun spontan menarik wajahnya dan menciumnya penuh hasrat, tidak peduli walau mereka ada di pinggir jalan. Sejenak Ja Eun ragu-ragu saat mengingat mereka ada dimana, tapi tak lama kemudian, diapun membalas ciuman Tae Hee dan mereka berciuman di pinggir jalan tanpa mempedulikan orang yang lalu lalang di sekitar mereka.

1 bulan Kemudian, Incheon Airport...
     “KOREA, I’M COMING !!!”, teriak Ja Eun bahagia saat mereka baru saja tiba di Incheon Airport. Tae Hee hanya tersenyum melihat istrinya berteriak sambil berlari berputar-putar di sekitar Bandara.

     “YAAA !!! Hwang Ja Eun, ingatlah kau sedang hamil. Jangan berputar-putar seperti itu”, Tae Hee melarang seraya menarik tangan Ja Eun dan memeluknya agar dia berhenti berputar.


     “Semua orang melihatmu. Apa kau tau kau sangat memalukan ??”, goda Hwang Tae Hee sambil membenamkan wajahnya di rambut Ja Eun yang wangi. 
    “Rambutmu wangi sekali. Aku suka menghirupnya”, bisik Tae Hee pelan di telinga Ja Eun, spontan membuat Ja Eun bergidik.

   “Oppa, ayo kita pulang”, ujar Ja Eun mendorong Tae Hee dengan malu-malu, lalu menggandeng tangan suaminya dan berjalan dengan riang menuju pintu keluar airport.

Ojakgyo Farm...
     “Bok Ja, apa masih belum ada kabar dari Tae Hee dan Ja Eun ??”, tanya Nenek pada Ibu saat Ibu berada di dalam kamarnya untuk membantunya melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam lemari.

     “Kabar soal apa maksud Ibu ??”, tanya Ibu menggoda Nenek.
    “Bukankah ini sudah 2 tahun berlalu sejak Tae Hee dan Ja Eun pergi ke Amerika ?? Apa kau tak tau kapan mereka pulang ?? Apa mereka sudah punya anak ?? Terakhir kali Tae Hee menelpon, dia tidak mengatakan apa-apa, baik soal pulang atau soal cucuku”, Nenek terlihat kesal. Ibu hanya tertawa mendengar omelan Nenek.

     “Ibu, bukankah dulu Ibu mengatakan bahwa Ibu tidak berharap Tae Hee akan memberi Ibu cucu dalam waktu cepat, asalkan bisa melihat Tae Hee menikah, Ibu sudah puas. Benarkan ??”, jawab Ibu menggoda Nenek.

    “Aku tau. Tapi itu kan dulu. Sekarang aku ingin Tae Hee dan Ja Eun bisa memberiku seorang cucu. Aku ingin cucu perempuan yang manis seperti Ja Eun. Aku bosan selalu melihat para pria di keluarga Hwang. Anak Tae Bum dan Soo Young pun laki-laki. Ini sangat membosankan”, jawab Nenek memprotes.

     “Tapi bukankah kita sudah punya Ha Na sebagai cucu perempuan kita ??”, ujar Ibu.
    “Aiiggoo, tapi Ha Na bukanlah anak kandung Tae Shik, Ha Na hanyalah anak angkat. Itu tidak bisa dibandingkan. Aku ingin cucu perempuan dari garis keturunan keluarga Hwang sendiri”, Nenek tetap bersikeras.

   “Arraseo, arraseo.. Tapi Ja Eun masih terlalu muda untuk punya anak. Biarlah dia mengejar impiannya lebih dulu, Ibu”, ujar Ibu sabar.
     “Tapi Tae Hee sudah tidak muda lagi”, Nenek membantah. 
     “Tae Hee baru 32 tahun, Ibu”, ujar Ibu Hwang sabar.

     Saat baru akan membalas ucapan menantunya, mereka mendengar seorang gadis berseru riang dari arah ruang tamu.
     "Halmoni, Eomoni, Abeonim.. Apa ada orang di rumah ?? Kami pulang..”, teriak seorang gadis dengan ceria.

    “Aiiggoo, karena terlalu merindukan Ja Eun, aku sampai bisa mendengar suaranya memanggil namaku”, ujar Nenek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
      “Halmoni, Eomoni.. Kami pulang. Apa tidak ada orang  di rumah ??”, ujar suara itu lagi.

      “omo.. Ibu, aku juga bisa mendengar suara gadis nakal itu. Apa kita berdua sedang bermimpi ??”, tanya Ibu pada Ibu.
        “Halmoni, Abeoji, Eomma.. Kami pulang”, kali ini suara Tae Hee yang memanggil.
    “Aku bahkan mendengar suara Tae Hee memanggil kita.. Ini benar-benar mimpi atau....”, Ibu tak melanjutkan kalimatnya tapi segera buru-buru keluar seraya memapah Nenek keluar.

     Mereka berdua hanya bisa bengong tak percaya saat melihat Tae Hee dan Ja Eun benar-benar ada di ruang tamu dan tersenyum pada mereka.
      “Kami pulang.. Halmoni, Eomoni.. Apa kabar ?? Kami rindu pada kalian”, ujar Ja Eun manis seraya berjalan kearah Ibu dan memeluknya hangat.

      “Eomoni, saat di Amerika, aku sangat merindukan bubur Abalone buatanmu”, bisik Ja Eun sambil menangis bahagia. Tersadar bahwa ini bukan mimpi, Ibu Hwang segera membalas pelukan menantu kesayangannya sambil menangis terharu.

     “Ja Eun-ah, kenapa tidak memberitau kami kalau kalian akan pulang ?? Dasar gadis nakal. Ibu pikir ini hanya mimpi”, Ibu Hwang mengomeli menantunya, tapi yang di omeli hanya tertawa manja.

     “Eomoni juga sangat merindukanmu.. Kau dan Tae Hee, selalu Ibu rindukan setiap hari”, lanjut Ibu Hwang sayang lalu melepas pelukannya dan merapikan rambut Ja Eun dan menghapus airmatanya.

      “Kau terlihat sangat pucat. Apa kau sakit ??”, tanya Ibu Hwang khawatir, saat melihat wajah Ja Eun sangat pucat.
    “Aniyo.. Mungkin aku terlalu lelah”, jawab Ja Eun menenangkan. Lalu dia berjalan kearah Nenek dan gantian memeluknya.

      “Nenek, apa Nenek merindukan aku ?? Kami sudah pulang sekarang”, ujar Ja Eun sambil memeluk Nenek manja.
      “Aiiggoo.. You are really a big baby. Kau sudah jadi seorang Istri dan mungkin tak lama lagi akan jadi seorang Ibu, mana boleh kau cengeng begini ??”, ujar Nenek sayang sambil memeluk hangat Ja Eun.

    Tae Hee yang baru saja memeluk Ibunya penuh kerinduan, spontan melepaskan pelukannya dan menoleh pada Nenek saat mendengar Nenek berkata tentang “menjadi seorang Ibu”.

     ”Halmoni, Eomma.. Sebenarnya, itu juga adalah alasan kami memutuskan untuk pulang”, ujar Tae Hee sambil tersenyum malu-malu dan mengulurkan tangannya pada Ja Eun. Ja Eun melepaskan pelukannya dari Nenek dan berdiri di samping Tae Hee.

      “Alasan apa ??”, tanya Ibu bingung.
     “Sebelum kami mengatakannya, bolehkah kami duduk dulu ?? Ja Eun tak boleh terlalu lelah”, ujar Tae Hee pada Ibu dan neneknya. Spontan kedua wanita tua itu langsung menyuruh mereka berdua untuk duduk.


       “Katakan, ada apa sebenarnya Tae Hee-ah ??”, tanya Nenek penasaran.
     “Halmoni, Eomma.. Alasan kami pulang sekarang adalah karena Ja Eun sedang hamil. Kami tak lagi berdua, dengan kondisi Ja Eun sekarang, tidak mudah bagi kami hidup di negara asing sendirian. Jadi kami putuskan untuk pulang. Sebelum menemukan rumah untuk kami, kami ingin tinggal di sini untuk sementara, itupun jika kalian tak keberatan”, ujar Tae Hee sambil meremas mesra tangan istrinya.

   Nenek dan Ibu hanya bengong mendengarnya. Lalu sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak karena bahagia.
      “Ibu, kau dengar.. Tae Hee bilang Ja Eun hamil. Ja Eun hamil. Keinginan kita terkabul. Akan ada bayi di rumah ini. Hahahaha..”, ujar Ibu Hwang tertawa sambil menangis bahagia.

       Kedua wanita itu berpelukan bahagia.
      “Nenek baru saja membicarakan kalian, tak disangka kalian pulang dengan membawa kabar gembira ini. Selamat Tae Hee-ah.. Ja Eun-ah, kau memang hebat. Kau pantas menjadi cucu menantu kesayanganku”, ujar Nenek bahagia.

      “Tae Hee-ah, kau harus menjaga istrimu baik-baik. Nenek tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada cucu kesayangan Nenek..

         “Ye, Halmoni..”, jawab Tae Hee mantap, sambil tersenyum malu-malu. 
“Bok Ja, apa yang kau tunggu ?? Siapkan kamar mereka sekarang, Ja Eun pasti sangat lelah setelah perjalanan jauh. Biarkan mereka istirahat dulu”, perintah Nenek pada Ibu.

“Ye, arraseyo Eomoni.. Tapi sebaiknya mereka tidur di kamar Tae Hee dan bukan kamar Ja Eun di loteng. Sangat berbahaya bagi wanita hamil untuk naik turun tangga setiap hari. Tae Hee-ah, ibu akan siapkan kamarmu”, ujar Ibu pada Tae Hee dan Ja Eun.

     “Ne, Eomoni.. Komapsumnida”, seru Ja Eun sopan. Dan setelah kamar Tae Hee sudah selesai dipersiapkan, Tae Hee dan Ja Eun masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sejenak.

    “Istirahatlah dulu. Kalian pasti sangat lelah. Jika makan malam sudah siap, Ibu akan memanggil kalian”, ujar Ibu Hwang dengan sayang, sesaat sebelum Tae Hee dan Ja Eun masuk ke kamar.

   “Ahhh..aku rindu rumah ini”, ujar Ja Eun tiba-tiba. Tae Hee hanya tersenyum mendengarnya.
     “Tidurlah..Kau pasti sangat lelah kan ?? Ingatlah, dokter bilang kau tak boleh lelah”, ujar Tae Hee seraya mendorong istrinya ke ranjang dan mencium bibirnya sekilas.

   Ja Eun yang memang sudah lelah dan mengantuk, langsung tertidur saat Tae Hee mendorongnya dengan lembut ke ranjang. Bahkan karena terlalu lelahnya, Ja Eun tak terbangun saat makan malam tiba, tak peduli walau Ibu sudah memanggilnya berkali-kali,
Dan Tae Hee pun sudah mengguncang-guncang pelan tubuhnya. Akhirnya karena tak tega membangunkannya, Ja Eun pun tak ikut makan malam.

    “Aku sangat terkejut saat mendengar kalian pulang. Tae Hee Hyung, kudengar dari Nenek kalau Ja Eun sedang hamil. Chukkanda Hyung.. Mana Ja Eun ?? Aku ingin mengucapkan selamat padanya”, tanya Tae Phil saat menyadari kalau Tae Hee hanya sendiri.

    “Gomawo Tae Phil-ah.. Ja Eun terlalu lelah. Aku tak tega membangunkannya”, jawab Tae Hee meminta maaf pada yang lain.
   “Kwenchanaseyo.. Tidak apa-apa. Biarkan Ja Eun tidur lebih banyak. Itu sangat baik untuk perkembangan janinnya. Wanita hamil memang butuh lebih banyak istirahat. Kita makan saja”, ujar Nenek pengertian.

     “Tapi dia harus tetap makan, Ibu”, ujar Ibu khawatir. Tae Hee hanya tersenyum melihat seluruh keluarganya sangat perhatian pada istrinya.
     “Tae Hee-ah, nanti Ibu akan tinggalkan makanan di meja makan. Jika istrimu terbangun ditengah malam dan merasa lapar, kalian tinggal memanaskannya saja”, tambah Ibu lagi dengan sayang.

     “Ne Eomma.. Gomawo”, jawab Tae Hee sambil tersenyum. Akhirnya makan malam itu pun berlangsung tanpa Ja Eun.

    Sesuai dengan prediksi Ibu Hwang, malamnya, Ja Eun terbangun. Dia terbangun saat menyadari perutnya lapar dan betapa terkejutnya dia saat melihat jam dinding yang menunjukkan waktu saat itu.

    “Pukul 23.35 ?? Astaga.. Aku melewatkan makan malam. Ibu dan Nenek pasti marah padaku”, gumam Ja Eun menyesal, lalu spontan menoleh ke arah Tae Hee yang tidur di sampingnya, dan mengguncang-guncangkan tubuhnya pelan.

     “Oppa.. Oppa.. Aku lapar. Aku ingin makan sesuatu”, bisik Ja Eun ditelinga suaminya, tapi Tae Hee tetap tertidur pulas. Akhirnya Ja Eun menyerah dan memutuskan keluar sendiri untuk mencari makanan.

     “Iya, iya, Ibu tau kau lapar sayang”, ujar Ja Eun pada bayi di perutnya. Dia pun menuju ke dapur untuk menengok apa saja yang sekiranya ada disana. Dan akhirnya Ja Eun menemukan makanan yang ditinggalkan Ibu saat makan malam. Tapi saat Ja Eun berniat untuk memanaskan makanan tersebut di microwave, mendadak rasa sakit menyerang perutnya.

      “Ahhhh..”, Ja Eun mengerang pelan saat rasa sakit itu menyerang. Dengan berpegangan pada pinggiran meja dapur, Ja Eun berusaha berdiri dan kembali ke kamar memanggil Tae Hee. Tapi sayang, karena terlalu sakit, Ja Eun pun tak sanggup kembali ke kamar. Dia jatuh pingsan di dapur setelah sebelumnya menarik taplak mejanya dan membuat makanan yang diletakkan di atas meja itu ikut terjatuh ke lantai dan menimbulkan suara piring pecah yang lumayan keras.

         PRAAANGGGGGGGG...
       Suara piring dan mangkuk yang terjatuh ke lantai di malam yang sunyi senyap sukses membangunkan seisi rumah. Ibu dan Ayah Hwang yang pertama mendengarnya. Tae Hee, seolah mendapat firasat buruk spontan terbangun dan menyadari istrinya tak ada disampingnya.

       “Ja Eun-ah...”, panggilnya panik. Jantungnya spontan berdetak kencang dan dia pun segera berlari keluar kamar mencari istrinya yang mendadak tak ada disampingnya. Tae Hee berlari ke arah dapur karena melihat ada secercah cahaya disana dan betapa terkejutnya dia  saat melihat Ja Eun terkapar ditanah dengan darah meluncur turun dari pahanya.

“TIDAK !!! JA EUN-ah...”, teriak Tae Hee histeris sambil memeluk tubuh Ja Eun dan menggendongnya panik. Ibu, Ayah dan Nenek yang tiba berikutnya juga menjerit kaget saat melihat Tae Hee menggendong Ja Eun yang mengalami pendarahan.

“Omo..Tae Hee-ah, cepat bawa istrimu ke Rumah Sakit sekarang”, perintah Ibu Hwang panik.
“Ye, arraseo Eomma..Tae Phil-ah, tolong bawakan mantelku”, jawab Tae Hee lalu menoleh pada Tae Phil yang baru saja terbangun karena mendengar keributan. Akhirnya setelah membawakan mantel Tae Hee, Tae Phil pun ikut menemani kakaknya ke RS.

      “Ja Eun-ah, kau harus kuat.. Bertahanlah !! Aku tidak akan biarkan sesuatu yang buruk menimpamu”, janji Tae Hee dalam hati sambil memeluk tubuh Ja Eun yang pingsan.
    “Tae Phil-ah, cepat sedikit!” teriak Tae Hee frustasi pada Tae Phil yang sedang menyetir dengan gugup. 

To Be Continued...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads