Author : LIANA WIJAYA
Starring :
Joo Won as Hwang Tae Hee
Uee’s After School as Hwang (Baek) Ja Eun
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step Brother)
Foreword : Hwang Tae
Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life....
“You Are My Endless Love 2 – Ojakgyo Brothers
Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”
“CHAPTER
2 : Going Home”
New York Hospital..
Baek Ja Eun sedang duduk di
atas tempat tidurnya di RS, menunggu Tae Hee datang menjemputnya. Saat ini Tae
Hee sedang membereskan administrasinya dan meminta Ja Eun menunggu di kamar.
Dia duduk sambil tersenyum sendiri seraya memegang perutnya.
“Anakku, Ibu tidak sabar
ingin segera melihatmu. Haahhh..Tapi kami harus menunggu 6 bulan lagi untuk
menyambut kehadiranmu di dunia ini. Kau tau tidak, Nenek dan Nenek buyutmu pasti
senang sekali saat tau berita ini”, ujar Ja Eun pada bayi dalam perutnya.
Saat sedang asyik bicara
pada bayinya, tiba-tiba seorang pria muda bertubuh tinggi masuk ke dalam
kamarnya.
“Kudengar kau sedang hamil.
Chukkae, Ja Eun-ssi”, ujar pria muda itu. Spontan Ja Eun menoleh ke arahnya.
“Kim PD-nim.. Kau datang”,
jawab Ja Eun sambil tersenyum manis.
“Officer Hwang pasti bahagia
sekali mendengarnya. Tadi pagi dia menelponku dan mengatakan bahwa hari ini kau
sakit dan butuh istirahat. Kau tau, dia dengan sombongnya mengatakan “Aku akan
segera jadi Ayah, jadi jangan bermimpi akan merebut Ja Eun dariku”. Benar-benar
menyebalkan !! Aiggoo jinja..Sebenarnya apa yang kau sukai darinya ??”, gerutu
Kim Jae Ha, spontan membuat Ja Eun tertawa.
“Tae Hee Oppa memang seperti
itu kan ?? Kau tidak perlu mengambil pusing”, ujar Ja Eun pengertian. Suaminya
itu memang posesif setengah hidup padanya. Tae Hee selalu cemburu bila ada pria
manapun yang mendekatinya. Awalnya terasa menyebalkan, tapi makin lama Ja Eun
sudah biasa dan mulai mengerti bahwa Tae
Hee seperti itu karena terlalu mencintainya.
“Apa keluarga Hwang sudah
tau berita ini ??”, tanya Kim Jae Ha penasaran. Ja Eun menggeleng pelan.
“Aniyo.. Aku khawatir kalau
mereka tau mereka pasti menyuruh kami pulang”, jawab Ja Eun polos.
“Dan apa kau tidak ingin
pulang ??”, selidik Kim Jae Ha.
“Tentu saja aku ingin
pulang. Tapi bagaimana dengan proyek animasiku ?? Tae Hee Oppa juga sedang
ditengah ujian Jaksa, kami tidak bisa pulang begitu saja”, jawab Ja Eun
terlihat sedih.
“Kontrak magangmu hanya 1
tahun, dan di tahun berikutnya jika kau ingin melanjutkan kontrak itu,
perusahaan bisa menambah 1 tahun lagi, tapi itu tidak berarti bahwa kau tidak
bisa pergi jika kau ingin pergi. Kau sudah melewati tahun ke 2 mu, bulan depan kontrakmu
akan habis. Jika kau ingin pulang ke Korea, perusahaan tidak akan menahanmu”,
jawab Kim Jae Ha.
“Benarkah ?? tapi bagaimana
dengan proyek animasinya ?? Aku juga masih ingin bekerja dengan kalian”, ujar
Ja Eun sedih.
“Proyek animasimu hampir
selesai kan ?? Hanya tinggal bagian akhir maka semua beres. Jika kau bisa
selesaikan dalam waktu kurang dari 1 bulan, kau bisa pulang ke Korea. Lagipula,
kau masih bisa bergabung kembali di perusahaan kami di Korea. Good Film, akan
selalu menyambutmu”, usul Kim Jae Ha. Ja Eun terlihat berseri-seri bahagia.
“Tapi Tae Hee Oppa sedang
ujian”, Ja Eun cemberut lagi.
“Bukankah bulan depan sudah
selesai ??”, tanya Kim Jae Ha ingin tau.
“Benar. Ujianku hanya
tinggal besok saja. Bulan depan aku sudah bisa menyelesaikan semuanya dan
kembali ke Korea, itupun jika Ja Eun menginginkannya”, jawab Tae Hee tiba-tiba
masuk. Dia segera berjalan masuk dan berdiri di belakang Ja Eun.
“Sejak kapan kau sangat
perhatian pada kami ??”, tanya Tae Hee sinis, cemburu lagi melihat Kim Jae Ha
berduaan dengan istrinya.
“Bukankah dari dulu aku
sangat perhatian ?? Terutama jika itu menyangkut Ja Eun-ssi”, ujar Kim Jae Ha
lembut pada Ja Eun.
“Oh ya, Kim PD-nim, kami
akan mengunjungi makam Ibu setelah ini, apa kau mau ikut ?? Kami akan
memberitau Ibu tentang bayi kami”, ujar Ja Eun mencoba mencairkan suasana. Tae
Hee spontan menoleh padanya.
“Kenapa dia harus ikut ??”,
protes Tae Hee tak suka.
“Karena dia adalah anak
angkat Ibu, berarti dia adalah kakakmu, Oppa. Apa salahnya dia ikut bersama
kita ??”, bujuk Ja Eun merayu. Akhirnya setelah ditatap memelas oleh istrinya,
Tae Hee tak punya pilihan selain berkata “Baiklah. Terserah kau saja”, ujarnya
setengah hati, sementara Ja Eun bersorak girang.
“Kim PD-nim, ikutlah dengan
kami”, pinta Ja Eun lagi. Jae Ha memandang Tae Hee lekat lalu kemudian
menggelengkan kepalanya menolak.
“Tidak perlu. Lain kali
saja, kalian pergilah berdua, aku masih ada rapat”, tolak Kim Jae Ha sopan. Ja
Eun terlihat kecewa dan dia menoleh tajam pada Tae Hee.
“Ini semua gara-gara kau”,
omelnya cemberut lalu beranjak berdiri dan mengambil tas tangannya sebelum
berjalan kearah pintu.
“Kim PD-nim, kalau begitu kami pulang dulu”, ujar Ja Eun berpamitan, lalu
segera keluar dari kamar itu. Tae Hee yang terkejut melihat Ja Eun marah, hanya
memasang wajah tanpa dosa dan buru-buru mengejarnya.
“Ja Eun-ah, memang apa yang
sudah ku lakukan ?? Ja Eun-ah, berhentilah !! Dengarkan aku dulu !! Aku bilang
dengarkan aku !!”,ujar Tae Hee seraya menarik tangan Ja Eun yang masih marah.
“Untuk ukuran wanita hamil,
jalanmu cepat sekali. Tidak bisakah kau jalan pelan-pelan saja ?? Itu bisa
membahayakan kandunganmu”, Tae Hee memarahi Ja Eun lembut.
"Untuk apa kau peduli ??”,
Ja Eun masih marah.
“Tentu saja aku peduli. Aku
suamimu dan ayah dari anakmu. Aku punya hak untuk peduli. Kau ini sebenarnya
kenapa ?? Aku kan sudah bilang boleh, tapi dia yang tidak mau. Salahku dimana
?? Baek Ja Eun..Ah salah, Hwang Ja Eun, kau benar-benar membuatku gila”, ujar
Tae Hee frustasi, dia benar-benar tak mengerti wanita.
Ja Eun terdiam sambil
menundukkan wajahnya.
“Aku tidak tau. Tiba-tiba
saja aku ingin marah. Apa aku tidak boleh marah ??”, tanyanya polos sambil
menatap Tae Hee jenaka.
“Wanita hamil memang
membingungkan.. Baiklah !! Kau boleh marah. Marahlah sesukamu bila itu
membuatmu senang”, jawab Tae Hee pasrah. Ja Eun justru tersenyum melihat
suaminya sudah hilang akal.
“Jadi lain kali, Kim PD-nim
boleh ikut kan ??”, tanyanya lagi. Tae Hee mengangguk.
“Jika itu yang kau
inginkan”, jawabnya mengalah.
“Oppa, aku ingin pulang”,
ujar Ja Eun tiba-tiba.
“Bukankah baru kemarin malam
kau bilang kau tidak ingin pulang dan melepas impianmu ??”, tanya Tae Hee
bingung.
“Benar.Tapi sekarang aku
sudah berubah pikiran. Apalagi setelah Kim PD-nim mengatakan kalau aku masih
bisa bekerja di kantor cabang di Korea. Proyek animasiku juga hampir selesai.
Ditambah kau juga mengatakan kalau ujianmu hanya tinggal besok dan bulan depan
kita bisa kembali ke Korea. Apa aku salah ??”, jawab Ja Eun berharap. Menatap mata bening istri yang di cintainya,
mana bisa Tae Hee menolak.
“Arraseo..Akan ku selesaikan
semuanya agar kita bisa kembali ke Korea”, jawab Tae Hee berjanji.
“Yeeeyyy.. Kita pulang.. Aku rindu Ahjumma, aku rindu Halmoni, aku rindu
Ayah. Aku rindu Ojakgyo Farm”, seru Ja Eun bahagia saat mereka berdua
bergandengan tangan disepanjang koridor
RS menuju tempat parkir.
“Ahjumma ?? Bukankah
sekarang kau tidak seharusnya memanggil Ibuku dengan Ahjumma lagi ??”, protes
Tae Hee mengingatkan.
“Ah iya.. Maksudku, Bok Ja
Eomoni hehehe =)”, jawab Ja Eun mengkoreksi sambil tersenyum manis.
Tae Hee
yang tak kuasa memandang senyum di wajah Ja Eun spontan menarik wajahnya dan
menciumnya penuh hasrat, tidak peduli walau mereka ada di pinggir jalan.
Sejenak Ja Eun ragu-ragu saat mengingat mereka ada dimana, tapi tak lama
kemudian, diapun membalas ciuman Tae Hee dan mereka berciuman di pinggir jalan
tanpa mempedulikan orang yang lalu lalang di sekitar mereka.
1 bulan Kemudian, Incheon Airport...
“KOREA, I’M COMING !!!”,
teriak Ja Eun bahagia saat mereka baru saja tiba di Incheon Airport. Tae Hee
hanya tersenyum melihat istrinya berteriak sambil berlari berputar-putar di
sekitar Bandara.
“YAAA !!! Hwang Ja Eun,
ingatlah kau sedang hamil. Jangan berputar-putar seperti itu”, Tae Hee melarang
seraya menarik tangan Ja Eun dan memeluknya agar dia berhenti berputar.
“Semua orang melihatmu. Apa
kau tau kau sangat memalukan ??”, goda Hwang Tae Hee sambil membenamkan
wajahnya di rambut Ja Eun yang wangi.
“Rambutmu wangi sekali. Aku
suka menghirupnya”, bisik Tae Hee pelan di telinga Ja Eun, spontan membuat Ja
Eun bergidik.
“Oppa, ayo kita pulang”,
ujar Ja Eun mendorong Tae Hee dengan malu-malu, lalu menggandeng tangan
suaminya dan berjalan dengan riang menuju pintu keluar airport.
Ojakgyo Farm...
“Bok Ja, apa masih belum ada
kabar dari Tae Hee dan Ja Eun ??”, tanya Nenek pada Ibu saat Ibu berada di
dalam kamarnya untuk membantunya melipat pakaian dan memasukkannya ke dalam
lemari.
“Kabar soal apa maksud Ibu
??”, tanya Ibu menggoda Nenek.
“Bukankah ini sudah 2 tahun
berlalu sejak Tae Hee dan Ja Eun pergi ke Amerika ?? Apa kau tak tau kapan
mereka pulang ?? Apa mereka sudah punya anak ?? Terakhir kali Tae Hee menelpon,
dia tidak mengatakan apa-apa, baik soal pulang atau soal cucuku”, Nenek
terlihat kesal. Ibu hanya tertawa mendengar omelan Nenek.
“Ibu, bukankah dulu Ibu
mengatakan bahwa Ibu tidak berharap Tae Hee akan memberi Ibu cucu dalam waktu
cepat, asalkan bisa melihat Tae Hee menikah, Ibu sudah puas. Benarkan ??”,
jawab Ibu menggoda Nenek.
“Aku tau. Tapi itu kan dulu.
Sekarang aku ingin Tae Hee dan Ja Eun bisa memberiku seorang cucu. Aku ingin cucu
perempuan yang manis seperti Ja Eun. Aku bosan selalu melihat para pria di
keluarga Hwang. Anak Tae Bum dan Soo Young pun laki-laki. Ini sangat
membosankan”, jawab Nenek memprotes.
“Tapi bukankah kita sudah
punya Ha Na sebagai cucu perempuan kita ??”, ujar Ibu.
“Aiiggoo, tapi Ha Na
bukanlah anak kandung Tae Shik, Ha Na hanyalah anak angkat. Itu tidak bisa
dibandingkan. Aku ingin cucu perempuan dari garis keturunan keluarga Hwang
sendiri”, Nenek tetap bersikeras.
“Arraseo, arraseo.. Tapi Ja
Eun masih terlalu muda untuk punya anak. Biarlah dia mengejar impiannya lebih
dulu, Ibu”, ujar Ibu sabar.
“Tapi Tae Hee sudah tidak
muda lagi”, Nenek membantah.
“Tae Hee baru 32 tahun,
Ibu”, ujar Ibu Hwang sabar.
Saat baru akan membalas
ucapan menantunya, mereka mendengar seorang gadis berseru riang dari arah ruang
tamu.
"Halmoni, Eomoni, Abeonim..
Apa ada orang di rumah ?? Kami pulang..”, teriak seorang gadis dengan ceria.
“Aiiggoo, karena terlalu
merindukan Ja Eun, aku sampai bisa mendengar suaranya memanggil namaku”, ujar
Nenek sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Halmoni, Eomoni.. Kami
pulang. Apa tidak ada orang di rumah
??”, ujar suara itu lagi.
“omo.. Ibu, aku juga bisa
mendengar suara gadis nakal itu. Apa kita berdua sedang bermimpi ??”, tanya Ibu
pada Ibu.
“Halmoni, Abeoji, Eomma..
Kami pulang”, kali ini suara Tae Hee yang memanggil.
“Aku bahkan mendengar suara
Tae Hee memanggil kita.. Ini benar-benar mimpi atau....”, Ibu tak melanjutkan
kalimatnya tapi segera buru-buru keluar seraya memapah Nenek keluar.
Mereka berdua hanya bisa
bengong tak percaya saat melihat Tae Hee dan Ja Eun benar-benar ada di ruang
tamu dan tersenyum pada mereka.
“Kami pulang.. Halmoni,
Eomoni.. Apa kabar ?? Kami rindu pada kalian”, ujar Ja Eun manis seraya
berjalan kearah Ibu dan memeluknya hangat.
“Eomoni, saat di Amerika,
aku sangat merindukan bubur Abalone buatanmu”, bisik Ja Eun sambil menangis
bahagia. Tersadar bahwa ini bukan mimpi, Ibu Hwang segera membalas pelukan
menantu kesayangannya sambil menangis terharu.
“Ja Eun-ah, kenapa tidak
memberitau kami kalau kalian akan pulang ?? Dasar gadis nakal. Ibu pikir ini
hanya mimpi”, Ibu Hwang mengomeli menantunya, tapi yang di omeli hanya tertawa
manja.
“Eomoni juga sangat
merindukanmu.. Kau dan Tae Hee, selalu Ibu rindukan setiap hari”, lanjut Ibu
Hwang sayang lalu melepas pelukannya dan merapikan rambut Ja Eun dan menghapus
airmatanya.
“Kau terlihat sangat pucat.
Apa kau sakit ??”, tanya Ibu Hwang khawatir, saat melihat wajah Ja Eun sangat
pucat.
“Aniyo.. Mungkin aku terlalu
lelah”, jawab Ja Eun menenangkan. Lalu dia berjalan kearah Nenek dan gantian
memeluknya.
“Nenek, apa Nenek merindukan
aku ?? Kami sudah pulang sekarang”, ujar Ja Eun sambil memeluk Nenek manja.
“Aiiggoo.. You are really a
big baby. Kau sudah jadi seorang Istri dan mungkin tak lama lagi akan jadi
seorang Ibu, mana boleh kau cengeng begini ??”, ujar Nenek sayang sambil
memeluk hangat Ja Eun.
Tae Hee yang baru saja
memeluk Ibunya penuh kerinduan, spontan melepaskan pelukannya dan menoleh pada
Nenek saat mendengar Nenek berkata tentang “menjadi seorang Ibu”.
”Halmoni, Eomma..
Sebenarnya, itu juga adalah alasan kami memutuskan untuk pulang”, ujar Tae Hee
sambil tersenyum malu-malu dan mengulurkan tangannya pada Ja Eun. Ja Eun
melepaskan pelukannya dari Nenek dan berdiri di samping Tae Hee.
“Alasan apa ??”, tanya Ibu
bingung.
“Sebelum kami mengatakannya,
bolehkah kami duduk dulu ?? Ja Eun tak boleh terlalu lelah”, ujar Tae Hee pada
Ibu dan neneknya. Spontan kedua wanita tua itu langsung menyuruh mereka berdua
untuk duduk.
“Katakan, ada apa sebenarnya
Tae Hee-ah ??”, tanya Nenek penasaran.
“Halmoni, Eomma.. Alasan
kami pulang sekarang adalah karena Ja Eun sedang hamil. Kami tak lagi berdua,
dengan kondisi Ja Eun sekarang, tidak mudah bagi kami hidup di negara asing
sendirian. Jadi kami putuskan untuk pulang. Sebelum menemukan rumah untuk kami,
kami ingin tinggal di sini untuk sementara, itupun jika kalian tak keberatan”,
ujar Tae Hee sambil meremas mesra tangan istrinya.
Nenek dan Ibu hanya bengong
mendengarnya. Lalu sedetik kemudian tertawa terbahak-bahak karena bahagia.
“Ibu, kau dengar.. Tae Hee
bilang Ja Eun hamil. Ja Eun hamil. Keinginan kita terkabul. Akan ada bayi di
rumah ini. Hahahaha..”, ujar Ibu Hwang tertawa sambil menangis bahagia.
Kedua wanita itu berpelukan
bahagia.
“Nenek baru saja
membicarakan kalian, tak disangka kalian pulang dengan membawa kabar gembira
ini. Selamat Tae Hee-ah.. Ja Eun-ah, kau memang hebat. Kau pantas menjadi cucu
menantu kesayanganku”, ujar Nenek bahagia.
“Tae Hee-ah, kau harus
menjaga istrimu baik-baik. Nenek tidak mau terjadi sesuatu yang buruk pada cucu
kesayangan Nenek..
“Ye, Halmoni..”, jawab Tae Hee mantap, sambil tersenyum malu-malu.
“Bok Ja, apa yang kau tunggu ?? Siapkan kamar mereka sekarang, Ja Eun pasti
sangat lelah setelah perjalanan jauh. Biarkan mereka istirahat dulu”, perintah
Nenek pada Ibu.
“Ye, arraseyo Eomoni.. Tapi
sebaiknya mereka tidur di kamar Tae Hee dan bukan kamar Ja Eun di loteng.
Sangat berbahaya bagi wanita hamil untuk naik turun tangga setiap hari. Tae
Hee-ah, ibu akan siapkan kamarmu”, ujar Ibu pada Tae Hee dan Ja Eun.
“Ne, Eomoni.. Komapsumnida”,
seru Ja Eun sopan. Dan setelah kamar Tae Hee sudah selesai dipersiapkan, Tae
Hee dan Ja Eun masuk ke dalam kamar untuk beristirahat sejenak.
“Istirahatlah dulu. Kalian
pasti sangat lelah. Jika makan malam sudah siap, Ibu akan memanggil kalian”,
ujar Ibu Hwang dengan sayang, sesaat sebelum Tae Hee dan Ja Eun masuk ke kamar.
“Ahhh..aku rindu rumah ini”,
ujar Ja Eun tiba-tiba. Tae Hee hanya tersenyum mendengarnya.
“Tidurlah..Kau pasti sangat
lelah kan ?? Ingatlah, dokter bilang kau tak boleh lelah”, ujar Tae Hee seraya
mendorong istrinya ke ranjang dan mencium bibirnya sekilas.
Ja Eun yang memang sudah
lelah dan mengantuk, langsung tertidur saat Tae Hee mendorongnya dengan lembut
ke ranjang. Bahkan karena terlalu lelahnya, Ja Eun tak terbangun saat makan
malam tiba, tak peduli walau Ibu sudah memanggilnya berkali-kali,
Dan Tae Hee pun sudah mengguncang-guncang pelan tubuhnya. Akhirnya karena
tak tega membangunkannya, Ja Eun pun tak ikut makan malam.
“Aku sangat terkejut saat
mendengar kalian pulang. Tae Hee Hyung, kudengar dari Nenek kalau Ja Eun sedang
hamil. Chukkanda Hyung.. Mana Ja Eun ?? Aku ingin mengucapkan selamat padanya”,
tanya Tae Phil saat menyadari kalau Tae Hee hanya sendiri.
“Gomawo Tae Phil-ah.. Ja Eun
terlalu lelah. Aku tak tega membangunkannya”, jawab Tae Hee meminta maaf pada
yang lain.
“Kwenchanaseyo.. Tidak
apa-apa. Biarkan Ja Eun tidur lebih banyak. Itu sangat baik untuk perkembangan
janinnya. Wanita hamil memang butuh lebih banyak istirahat. Kita makan saja”,
ujar Nenek pengertian.
“Tapi dia harus tetap makan,
Ibu”, ujar Ibu khawatir. Tae Hee hanya tersenyum melihat seluruh keluarganya
sangat perhatian pada istrinya.
“Tae Hee-ah, nanti Ibu akan
tinggalkan makanan di meja makan. Jika istrimu terbangun ditengah malam dan
merasa lapar, kalian tinggal memanaskannya saja”, tambah Ibu lagi dengan
sayang.
“Ne Eomma.. Gomawo”, jawab
Tae Hee sambil tersenyum. Akhirnya makan malam itu pun berlangsung tanpa Ja
Eun.
Sesuai dengan prediksi Ibu
Hwang, malamnya, Ja Eun terbangun. Dia terbangun saat menyadari perutnya lapar
dan betapa terkejutnya dia saat melihat jam dinding yang menunjukkan waktu saat
itu.
“Pukul 23.35 ?? Astaga.. Aku
melewatkan makan malam. Ibu dan Nenek pasti marah padaku”, gumam Ja Eun
menyesal, lalu spontan menoleh ke arah Tae Hee yang tidur di sampingnya, dan
mengguncang-guncangkan tubuhnya pelan.
“Oppa.. Oppa.. Aku lapar.
Aku ingin makan sesuatu”, bisik Ja Eun ditelinga suaminya, tapi Tae Hee tetap
tertidur pulas. Akhirnya Ja Eun menyerah dan memutuskan keluar sendiri untuk
mencari makanan.
“Iya, iya, Ibu tau kau lapar
sayang”, ujar Ja Eun pada bayi di perutnya. Dia pun menuju ke dapur untuk
menengok apa saja yang sekiranya ada disana. Dan akhirnya Ja Eun menemukan
makanan yang ditinggalkan Ibu saat makan malam. Tapi saat Ja Eun berniat untuk
memanaskan makanan tersebut di microwave, mendadak rasa sakit menyerang
perutnya.
“Ahhhh..”, Ja Eun mengerang
pelan saat rasa sakit itu menyerang. Dengan berpegangan pada pinggiran meja
dapur, Ja Eun berusaha berdiri dan kembali ke kamar memanggil Tae Hee. Tapi
sayang, karena terlalu sakit, Ja Eun pun tak sanggup kembali ke kamar. Dia
jatuh pingsan di dapur setelah sebelumnya menarik taplak mejanya dan membuat
makanan yang diletakkan di atas meja itu ikut terjatuh ke lantai dan menimbulkan
suara piring pecah yang lumayan keras.
PRAAANGGGGGGGG...
Suara piring dan mangkuk
yang terjatuh ke lantai di malam yang sunyi senyap sukses membangunkan seisi
rumah. Ibu dan Ayah Hwang yang pertama mendengarnya. Tae Hee, seolah mendapat
firasat buruk spontan terbangun dan menyadari istrinya tak ada disampingnya.
“Ja Eun-ah...”, panggilnya panik. Jantungnya spontan berdetak kencang dan
dia pun segera berlari keluar kamar mencari istrinya yang mendadak tak ada
disampingnya. Tae Hee berlari ke arah dapur karena melihat ada secercah cahaya
disana dan betapa terkejutnya dia saat
melihat Ja Eun terkapar ditanah dengan darah meluncur turun dari pahanya.
“TIDAK !!! JA EUN-ah...”, teriak Tae Hee histeris sambil memeluk tubuh Ja
Eun dan menggendongnya panik. Ibu, Ayah dan Nenek yang tiba berikutnya juga
menjerit kaget saat melihat Tae Hee menggendong Ja Eun yang mengalami
pendarahan.
“Omo..Tae Hee-ah, cepat bawa istrimu ke Rumah Sakit sekarang”, perintah Ibu
Hwang panik.
“Ye, arraseo Eomma..Tae
Phil-ah, tolong bawakan mantelku”, jawab Tae Hee lalu menoleh pada Tae Phil
yang baru saja terbangun karena mendengar keributan. Akhirnya setelah
membawakan mantel Tae Hee, Tae Phil pun ikut menemani kakaknya ke RS.
“Ja Eun-ah, kau harus kuat..
Bertahanlah !! Aku tidak akan biarkan sesuatu yang buruk menimpamu”, janji Tae
Hee dalam hati sambil memeluk tubuh Ja Eun yang pingsan.
“Tae Phil-ah, cepat sedikit!” teriak Tae Hee frustasi pada Tae Phil yang sedang menyetir dengan gugup.
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar