Senin, 05 November 2018

Favorite Scene & Favorite Quote from Legend Of The Condor Heroes 2017 (Part 1)

Masih seputar William Yang Xuwen dan adaptasi terbaru dari serial wuxia TERFAVORITE penulis yaitu “Legend Of The Condor Heroes 2017”. Di antara trilogi Pendekar Rajawali, di antara semua karakter wuxia ciptaan Jin Yong (Louis Cha) dan bahkan di antara semua tokoh wuxia yang pernah ada dan pernah kutonton sebelumnya, karakter GUO JING dan HUANG RONG adalah karakter terfavoriteku sepanjang masa.

Begitu pula dengan “Legend Of The Condor Heroes” aka “Pendekar Pemanah Rajawali” yang adalah serial wuxia favoritku sepanjang masa. Sejak awal, aku memang menyukai karakter kedua pemeran utama yaitu Guo Jing (Kwee Cheng) dan Huang Rong (Oey Yong), apalagi kalau aktor yang memerankan karakter Guo Jing adalah aktor muda yang berwajah pretty boy alias ganteng seperti William Yang Xuwen dalam adaptasi terbaru "Legend Of The Condor Heroes 2017", makin suka aja deh ^_^

Guo Jing adalah sosok Pahlawan (ying siung) sejati di mataku. Dalam setiap buku pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang kupelajari saat masih sekolah dulu, aku selalu ingat tentang definisi seorang Pahlawan. Pahlawan adalah seseorang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk bangsa dan negara, seseorang yang lebih mementingkan kepentingan UMUM (BANGSA dan NEGARA) DI ATAS KEPENTINGAN PRIBADI atau golongan. Dan definisi “Pahlawan” tersebut semuanya dimiliki oleh karakter Guo Jing dalam “Legend Of The Condor Heroes” yang diangkat dari novel terkenal karya Jin Yong (Louis Cha) yang baru saja meninggal dunia pada tanggal 30 Oktober 2018 lalu. Terima kasih Kakek Jin Yong yang telah menciptakan karakter Guo Jing dan Huang Rong. Rest In Peace.

Oh ya, salah satu alasan yang membuatku suka banget dengan versi remake 2017 ini juga adalah karena karakter Guo Jing yang tak hanya polos, lugu dan baik hati, namun juga posesif dan romantis. Guo Jing-nya William Yang adalah Guo Jing paling romantis dibandingkan dengan Guo Jing yang lain (sejauh yang kuingat). Dan berikut ini adalah beberapa adegan dan dialog paling memorable yang meninggalkan kesan mendalam hingga saking berkesannya, penulis bahkan mengingat setiap kata yang diucapkan oleh para tokoh (khususnya Guo Jing dan Huang Rong) dalam serial tersebut. Ingin tahu? Let’s check this out below...

 

 




Berikut ini adalah beberapa “ADEGAN dan DIALOG PALING BERKESAN” yang terdapat dalam “Legend Of The Condor Heroes 2017” : 
1. Guo Jing : “Ternyata kau sangat cantik.” 
Huang Rong : “Benarkah aku sangat cantik?” 
Guo Jing : “Tentu. Kau sangat cantik bagaikan Dewi di puncak gunung salju. Membuat siapa pun yang melihatmu tak bisa mengalihkan pandangannya.” 
Huang Rong : “Kau tak pernah bertemu Dewi? Dari mana kau tahu kalau aku secantik Dewi?” 
Guo Jing : “Kau memang secantik Dewi.”


(Ehem...Hati cewek mana yang gak meleleh kalau ada cowok pujaan hati yang memujinya cantik? Kalimat tersebut SAMA PERSIS seperti yang diucapkan Guo Jing dalam Novel Revisi Terbaru Gramedia 2014. Guo Jing walau lugu dan lamban, tapi dia punya selera, dia tahu dan bisa melihat mana yang gadis cantik dan mana yang tidak. Mendengar pujian “cantik” dari seorang Guo Jing yang dikenal sangat jujur, tentu Huang Rong menjadi sangat bahagia dan berbunga-bunga, karena pastinya itu jujur dan bukan rayuan gombal semata. Kalau Ou Yang Khe yang muji baru deh curiga. Mau dong dipuji cantik sama William hihihi ^_^)


2. Huang Rong : “Kau adalah orang pertama yang sangat baik padaku, selain ayahku. Ibuku meninggal setelah melahirkan aku. Sejak kecil, hanya ayah yang sayang padaku.” Huang Rong mulai menceritakan hidupnya yang kesepian.

Guo Jing : “Rong’er, kau sangat cantik dan pintar, mana mungkin tak ada orang yang baik padamu?” ujar Guo Jing dengan polosnya. 

 

Huang Rong : “Aku berdandan seperti ini, tentu semua orang akan baik padaku. Tapi saat aku berdandan menjadi seorang pengemis kecil, semua orang menindasku, menghinaku, memperlakukanku dengan buruk. Hanya Kakak Jing yang berbeda. Hanya Kakak Jing yang baik padaku. Itu barulah kebaikan yang benar-benar tulus.” Ujar Huang Rong dengan tersenyum penuh haru saat menatap Guo Jing.


3. Guo Jing : “Rong’er, aku selamanya akan bersikap baik padamu.” 
Huang Rong : “Kalau begitu ijinkan aku menemanimu ke manapun. Kakak Jing mau ke mana, Rong’er juga akan ikut ke sana.” 
Guo Jing : “Baik. Kita selamanya tidak akan pernah berpisah.” 


Huang Rong : “Selamanya tidak akan pernah berpisah.” Ulang Huang Rong seraya menyandarkan kepalanya di bahu Guo Jing yang tampak canggung dan malu-malu saat melihat seorang gadis cantik bersandar di bahunya.


4. Guo Jing : “Rong’er, aku takut kau akan berada dalam bahaya.” 
Huang Rong : “Asalkan bersama Kakak Jing, Rong’er tidak takut pada apa pun.”



5. Guo Jing : “Rong’er, kau kenapa? Siapa yang membuatmu marah?” 
Huang Rong : “Kau! Kau yang membuatku marah. Kau sama dengan kuda ini, tidak mengerti apa-apa!” Guo Jing : “Aku kenapa?” 
Huang Rong : “Kau pergi pagi-pagi sekali untuk membelikan kue untuk Nona Mu. Apa kau menyukainya?” 
Guo Jing : “Rong’er, aku tidak....Bukan seperti itu.” 
Huang Rong : “Kau masih berani berbohong? Aku mendengarnya sendiri dengan jelas. Keenam gurumu dan Pendeta Busuk ingin kau menikahi Nona Mu.” 
Guo Jing : “Perjodohan itu adalah keinginan terakhir Paman Yang. Bukan aku yang menginginkannya.” Huang Rong : “Kalau begitu kau menikah saja dengannya.” 

Melihat kekasih kecilnya marah, Guo Jing segera menggenggam sebelah tangan Huang Rong (karena sebelah tangannya yang lain menggenggam kue) dan berkata dengan tegas dan mantap, “Aku tidak akan menikahi Nona Mu, karena orang yang kusukai adalah...” tapi sayang, pengakuan cinta Guo Jing terputus karena Guru ke-7nya sudah lebih dulu memanggilnya.


6. Guo Jing : “Aku tak mau menikah dengan Nona Mu. Aku juga tak mau menikah dengan Hua Cheng.” 
Guru ke-7 : “Apa kau punya pilihan lain?” 
Guru ke-1 : “Siapa?” 
Guo Jing : “Rong’er.”


7. Guru Ke-1 : “Apa kau masih ingin menemui Iblis Kecil itu lagi?” 
Guo Jing : “Rong’er bukan Iblis Kecil.” 
Guru Ke-1 : “Gadis itu adalah Putri Sesat Timur Huang Yao Shi, dia juga adik seperguruan Mei Chao Feng. Mei Chao Feng telah membunuh guru kelimamu. Kita punya setinggi langit dengannya. Dan sekarang kau malah ingin bersama adik seperguruannya? Huang Yao Shi juga bukan orang baik. Dia bahkan memotong kaki murid-muridnya. Ayahnya bukan orang baik, putrinya pun pasti bukan orang baik.” 
Guo Jing : “Rong’er sangat baik, jadi ayahnya juga pasti bukan orang jahat.” 
Guru Ke-1 : “Jadi kau tidak percaya lagi pada ucapan gurumu?” 
Guo Jing : “Murid tak berani. Tapi bisa saja muridnya yang bersalah.” 


8. Guru ke-4 : Jing’er, Huang Rong itu siapa? Dia adalah putri Sesat Timur Huang Yao Shi. Huang Yao Shi bukan orang baik. Kau bersama putrinya pasti akan rugi.” 
Guo Jing : “Tapi...Aku tak bisa hidup tanpa Rong’er. Rong’er juga tak bisa hidup tanpaku.”


9. Guru ke-7 : “Nona Huang berjuang begini keras untuk bersama Jing’er, membuktikan bahwa dia sangat tulus pada Jing’er. Jing’er bisa bersama gadis seperti ini, bukankah sebuah keberuntungan? Perasaan yang paling indah di dunia ini adalah cinta. Tidak peduli nanti mereka akan menemui masalah apa pun,  walaupun mereka tidak bisa bersama hingga tua, tapi setidaknya mereka pernah benar-benar saling mencintai.”

 

10. Guo Jing : “Aku ingin menggenggam tanganmu dan mengatakan langsung pada semua orang, Rong’er bukan Iblis Kecil. Dia adalah...Dia adalah gadis yang baik. Sangat sangat baik. Sebenarnya saat itu ucapanku belum selesai. Aku tidak bisa menikah dengan Nona Mu karena...karena orang yang kusukai adalah kau.”


11. Guo Jing : “Mana mungkin aku tidak peduli padamu? Aku tidak ingin membuat guruku marah, tapi aku lebih tidak ingin berpisah denganmu.

12. Hong Chi Khong : “Dia istri kecilmu, kan?” Hong Chi Khong bertanya dengan penasaran tentang hubungan Guo Jing dan Huang Rong. 
Guo Jing yang tak tahu harus menjawab apa, hanya tersenyum malu-malu. Dia dan Huang Rong jelas belum menikah tapi dalam hatinya, Guo Jing sudah menganggap Huang Rong sebagai istrinya.


“Anak muda, kau sangat beruntung.” Puji Hong Chi Khong dengan nada iri dalam suaranya. 
“Terima kasih.” Guo Jing menjawab dengan malu-malu, seolah-olah membenarkan ucapan Hong Chi Khong jika mereka adalah sepasang suami istri.

“Saat aku masih muda, jika saja aku bisa bertemu dengan gadis muda yang cantik dan pandai memasak seperti dia, maka bagus sekali. Kalau saja aku lebih muda 20 tahun maka...” Hong Chi Khong tak sempat melanjutkan kalimatnya karena Guo Jing telah memotongnya lebih dulu.


“Chi Khong, kau jangan punya maksud tertentu pada Rong’er,” ujar Guo Jing dengan wajah cemberut dan khawatir, dia mendadak merasa cemburu dan takut jika ada seseorang yang merebut Rong’er-nya.

“Anak bodoh, siapa yang mau berebut denganmu. Orang yang dia sukai adalah kau. Apa kau takut aku merebutnya?” jawab Hong Chi Khong yang membuat Guo Jing hanya tersenyum bodoh mendengarnya.


13. Guo Jing : “Sebenarnya aku juga berharap kungfuku bisa lebih baik. Jadi jika kau berada dalam bahaya, aku bisa melindungimu.” 
Huang Rong : “Jing Gege, jika suatu hari ada orang yang menindasku atau menculikku, apa kau akan datang menyelamatkanku?” 
 


Guo Jing : “Tentu. Tentu saja. Walau ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan menemukanmu.” 
Huang Rong : “Kenapa?” 
Guo Jing : “Karena di dunia ini, aku tidak akan bisa menemukan lagi orang yang sangat baik padaku sepertimu.




14. “Rong’er, aku sudah mencarimu ke mana-mana. Sejak bertemu denganmu di Istana Chin, kau sudah menawan hatiku. Hari ini kita kembali bertemu, malam ini aku pasti bermimpi indah” seru Ou Yang Khe seraya mendekati Huang Rong dengan senyuman genitnya.


Spontan Guo Jing berjalan ke arah Huang Rong dan berdiri di depannya, menghalangi langkah Ou Yang Khe mendekati kekasihnya. Guo Jing dengan kesal berkata dengan nada kecemburuan, “Mimpi saja sendiri!” Lagi-lagi ekspresi cemburu William terlihat sangat cute di mataku.


15. Guo Jing : “Melihat matanya yang mata keranjang itu saat menatap Rong’er, membuatku benar-benar ingin mencolok matanya."


16. Guo Jing : “Rong’er, aku datang menyelamatkanmu.” 
Huang Rong : “Jing Gege, aku tahu. Walau sampai ke ujung dunia sekalipun, kau pasti akan menemukan aku.”



17. Guo Jing : “Rong’er, kau nanti menyamar menjadi pria saja.” 
Huang Rong : “Kenapa?” 
Guo Jing : “Karena...Karena kau sangat cantik. Aku takut terlalu menarik perhatian. Bila kita bertemu pria brengesek seperti Ou Yang Khe lagi, aku akan khawatir.”



18. Huang Rong : “Rong’er tidak peduli dengan apa pun. Asalkan Rong’er bisa bersama Kakak Jing, Kakak Jing mau pergi ke mana, Rong’er akan ikut. Kakak Jing mau melakukan apa, Rong’er juga akan ikut. Selamanya kita tidak akan berpisah.”


19. Guo Jing : “Guru.” 
Guru Ke-1 : “Kau masih bersama Iblis Kecil itu? Kalau kau masih bersama Iblis Kecil maka jangan panggil aku Guru. Mulai sekarang kau bukan muridku.” 


Guo Jing : “Guru, murid bersalah karena pergi tanpa pamit. Guru boleh menghukumku apa saja, Jing’er akan menerimanya.” 
Guru ke-1 : “Cepat bersumpah! Bersumpahlah kau tidak akan bersama Iblis Kecil itu lagi.”
Guo Jing : “Guru, Guru boleh memukulku, aku takkan membalas. Tapi aku tak bisa tinggalkan Rong’er.” 
Guru Ke-4 : “Jing’er, apa hatimu akan senang jika membuat Guru-gurumu marah dan sedih? Cepat bersumpah kau takkan bersama Iblis Kecil itu lagi.” 
(Tapi ujung-ujungnya Guo Jing tetap tidak mau bersumpah...)


20. Guo Jing : "Rong'er, kau seharusnya akan datang, kan? Kita sudah lama tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu." Dan tak lama kemudian, terdengar suara Huang Rong yang memesan kamar untuk Guo Jing dan Yang Kang. Mendengar suara Huang Rong, Guo Jing spontan tersenyum gembira dan diam-diam mengikuti kekasihnya.


Huang Rong : "Jing Gege, kau ada di mana sekarang? Rong'er sangat merindukanmu. Rong'er ingin memasak makanan yang enak untukmu."
Guo Jing : "Baik. Aku juga ingin makan masakan Rong'er." 


21. Huang Rong : “Jing Gege, Rong’er sangat merindukanmu.” 
Guo Jing : “Aku juga sangat merindukanmu.” 
 

Huang Rong : “Kenapa kau bisa ada di sini?” 
Guo Jing : “Aku mengikutimu sejak dari penginapan.” 
Huang Rong : “Dasar bodoh! Jika ayahku sampai tahu kita bersama, ayah pasti akan membunuhmu.” 
Guo Jing : “Aku tahu.” 
Huang Rong : “Kau tahu tapi masih tetap mengikutiku?” 
Guo Jing : “Jika tak ada Rong’er di sisiku, hidup atau mati sama sekali tak ada bedanya.”


22. “Guo Jing : “Rong’er, dengarkan dulu penjelasanku.” 
Huang Rong : “Tidak perlu. Aku sudah melihatnya dengan jelas.” 



Guo Jing : “Ini tidak seperti yang kau lihat. Hua Cheng baru sadar dari pingsannya, perasaannya masih kacau jadi...” 
Huang Rong : “Tapi dia memelukmu erat seperti itu. Sama sekali tidak bisa membedakan antara pria dan wanita, sebenarnya kau dan dia ada hubungan apa?” 


Hua Cheng : “Aku adalah Putri Mongol. Guo Jing adalah Menantu Pisau Emas Mongol. Menurutmu, kami ada hubungan apa?” 
Huang Rong : “Benarkah itu?” tanya Huang Rong dengan shock. 
Guo Jing : “Benar.” Jawab Guo Jing dengan tertunduk sedih dan tak berdaya. 


 

Huang Rong : “Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku? Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku?” seru Huang Rong sebelum akhirnya pergi dengan berlinang air mata, dan Guo Jing segera mengejarnya dengan putus asa.


To Be Continued in Part 2...

* Berikutnya adalah adegan melamar di Pulau Persik...

Written by : Liliana Tan 
Credits Pict : WEIBO ON LOGO 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads