Masih
seputar William Yang Xuwen dan adaptasi terbaru dari serial wuxia TERFAVORITE
penulis yaitu “Legend Of The Condor Heroes 2017”. Di antara trilogi Pendekar
Rajawali, di antara semua karakter wuxia ciptaan Jin Yong (Louis Cha) dan
bahkan di antara semua tokoh wuxia yang pernah ada dan pernah kutonton
sebelumnya, karakter GUO JING dan HUANG RONG adalah karakter terfavoriteku
sepanjang masa.
Begitu
pula dengan “Legend Of The Condor Heroes” aka “Pendekar Pemanah Rajawali” yang adalah
serial wuxia favoritku sepanjang masa. Sejak awal, aku memang menyukai karakter
kedua pemeran utama yaitu Guo Jing (Kwee Cheng) dan Huang Rong (Oey Yong),
apalagi kalau aktor yang memerankan karakter Guo Jing adalah aktor muda yang
berwajah pretty boy alias ganteng seperti William Yang Xuwen dalam adaptasi terbaru "Legend Of The Condor Heroes 2017", makin suka aja
deh ^_^
Guo
Jing adalah sosok Pahlawan (ying siung) sejati di mataku. Dalam setiap buku
pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang kupelajari saat masih sekolah
dulu, aku selalu ingat tentang definisi seorang Pahlawan. Pahlawan adalah
seseorang yang rela mengorbankan jiwa dan raganya untuk bangsa dan negara,
seseorang yang lebih mementingkan kepentingan UMUM (BANGSA dan NEGARA) DI ATAS
KEPENTINGAN PRIBADI atau golongan. Dan definisi “Pahlawan” tersebut semuanya
dimiliki oleh karakter Guo Jing dalam “Legend Of The Condor Heroes” yang diangkat
dari novel terkenal karya Jin Yong (Louis Cha) yang baru saja meninggal dunia
pada tanggal 30 Oktober 2018 lalu. Terima kasih Kakek Jin Yong yang telah
menciptakan karakter Guo Jing dan Huang Rong. Rest In Peace.
Oh
ya, salah satu alasan yang membuatku suka banget dengan versi remake 2017 ini
juga adalah karena karakter Guo Jing yang tak hanya polos, lugu dan baik hati,
namun juga posesif dan romantis. Guo Jing-nya William Yang adalah Guo Jing
paling romantis dibandingkan dengan Guo Jing yang lain (sejauh yang kuingat). Dan
berikut ini adalah beberapa adegan dan dialog paling memorable yang
meninggalkan kesan mendalam hingga saking berkesannya, penulis bahkan mengingat
setiap kata yang diucapkan oleh para tokoh (khususnya Guo Jing dan Huang Rong)
dalam serial tersebut. Ingin tahu? Let’s check this out below...
Berikut
ini adalah beberapa “ADEGAN dan DIALOG PALING BERKESAN” yang terdapat dalam
“Legend Of The Condor Heroes 2017” :
1.
Guo Jing : “Ternyata kau sangat cantik.”
Huang
Rong : “Benarkah aku sangat cantik?”
Guo
Jing : “Tentu. Kau sangat cantik bagaikan Dewi di puncak gunung salju. Membuat
siapa pun yang melihatmu tak bisa mengalihkan pandangannya.”
Huang
Rong : “Kau tak pernah bertemu Dewi? Dari mana kau tahu kalau aku secantik
Dewi?”
Guo
Jing : “Kau memang secantik Dewi.”
(Ehem...Hati cewek mana yang gak meleleh kalau ada cowok pujaan hati yang
memujinya cantik? Kalimat tersebut SAMA PERSIS seperti yang diucapkan Guo Jing
dalam Novel Revisi Terbaru Gramedia 2014. Guo Jing walau lugu dan lamban, tapi
dia punya selera, dia tahu dan bisa melihat mana yang gadis cantik dan mana
yang tidak. Mendengar pujian “cantik” dari seorang Guo Jing yang dikenal sangat
jujur, tentu Huang Rong menjadi sangat bahagia dan berbunga-bunga, karena
pastinya itu jujur dan bukan rayuan gombal semata. Kalau Ou Yang Khe yang muji
baru deh curiga. Mau dong dipuji cantik sama William hihihi ^_^)
2. Huang Rong : “Kau adalah orang pertama yang sangat baik padaku,
selain ayahku. Ibuku meninggal setelah melahirkan aku. Sejak kecil, hanya ayah
yang sayang padaku.” Huang Rong mulai menceritakan hidupnya yang kesepian.
Guo Jing : “Rong’er, kau sangat cantik dan pintar, mana mungkin tak ada
orang yang baik padamu?” ujar Guo Jing dengan polosnya.
Huang Rong : “Aku berdandan seperti ini, tentu semua orang akan baik
padaku. Tapi saat aku berdandan menjadi seorang pengemis kecil, semua orang
menindasku, menghinaku, memperlakukanku dengan buruk. Hanya Kakak Jing yang
berbeda. Hanya Kakak Jing yang baik padaku. Itu barulah kebaikan yang
benar-benar tulus.” Ujar Huang Rong dengan tersenyum penuh haru saat menatap
Guo Jing.
3.
Guo Jing : “Rong’er, aku selamanya akan bersikap baik padamu.”
Huang
Rong : “Kalau begitu ijinkan aku menemanimu ke manapun. Kakak Jing mau ke mana,
Rong’er juga akan ikut ke sana.”
Guo
Jing : “Baik. Kita selamanya tidak akan pernah berpisah.”
Huang
Rong : “Selamanya tidak akan pernah berpisah.” Ulang
Huang Rong seraya menyandarkan kepalanya di bahu Guo Jing yang tampak canggung
dan malu-malu saat melihat seorang gadis cantik bersandar di bahunya.
4.
Guo Jing : “Rong’er, aku takut kau akan berada dalam bahaya.”
Huang
Rong : “Asalkan bersama Kakak Jing, Rong’er tidak takut pada apa pun.”
5. Guo Jing : “Rong’er, kau kenapa? Siapa yang membuatmu marah?”
Huang Rong : “Kau! Kau yang membuatku marah. Kau sama dengan kuda ini,
tidak mengerti apa-apa!” Guo Jing : “Aku kenapa?”
Huang Rong : “Kau pergi pagi-pagi sekali untuk membelikan kue untuk Nona
Mu. Apa kau menyukainya?”
Guo Jing : “Rong’er, aku tidak....Bukan seperti itu.”
Huang Rong : “Kau masih berani berbohong? Aku mendengarnya sendiri
dengan jelas. Keenam gurumu dan Pendeta Busuk ingin kau menikahi Nona Mu.”
Guo Jing : “Perjodohan itu adalah keinginan terakhir Paman Yang. Bukan
aku yang menginginkannya.” Huang Rong : “Kalau begitu kau menikah saja
dengannya.”
Melihat kekasih kecilnya marah, Guo Jing segera menggenggam sebelah
tangan Huang Rong (karena sebelah tangannya yang lain menggenggam kue) dan
berkata dengan tegas dan mantap, “Aku tidak akan menikahi Nona Mu, karena orang yang kusukai adalah...” tapi sayang, pengakuan cinta Guo Jing terputus karena Guru ke-7nya sudah lebih dulu memanggilnya.
6.
Guo Jing : “Aku tak mau menikah dengan Nona Mu. Aku juga tak mau menikah dengan
Hua Cheng.”
Guru
ke-7 : “Apa kau punya pilihan lain?”
Guru
ke-1 : “Siapa?”
Guo
Jing : “Rong’er.”
7.
Guru Ke-1 : “Apa kau masih ingin menemui Iblis Kecil itu lagi?”
Guo
Jing : “Rong’er bukan Iblis Kecil.”
Guru
Ke-1 : “Gadis itu adalah Putri Sesat Timur Huang Yao Shi, dia juga adik
seperguruan Mei Chao Feng. Mei Chao Feng telah membunuh guru kelimamu. Kita
punya setinggi langit dengannya. Dan sekarang kau malah ingin bersama adik
seperguruannya? Huang Yao Shi juga bukan orang baik. Dia bahkan memotong kaki
murid-muridnya. Ayahnya bukan orang baik, putrinya pun pasti bukan orang baik.”
Guo
Jing : “Rong’er sangat baik, jadi ayahnya juga pasti bukan orang jahat.”
Guru
Ke-1 : “Jadi kau tidak percaya lagi pada ucapan gurumu?”
Guo
Jing : “Murid tak berani. Tapi bisa saja muridnya yang bersalah.”
8. Guru ke-4 : Jing’er, Huang Rong itu siapa? Dia adalah putri Sesat Timur
Huang Yao Shi. Huang Yao Shi bukan orang baik. Kau bersama putrinya pasti akan
rugi.”
Guo
Jing : “Tapi...Aku tak bisa hidup tanpa Rong’er. Rong’er juga tak bisa hidup
tanpaku.”
9.
Guru ke-7 : “Nona Huang berjuang begini keras untuk bersama Jing’er,
membuktikan bahwa dia sangat tulus pada Jing’er. Jing’er bisa bersama gadis
seperti ini, bukankah sebuah keberuntungan? Perasaan yang paling indah di dunia
ini adalah cinta. Tidak peduli nanti mereka akan menemui masalah apa pun, walaupun mereka tidak bisa bersama hingga
tua, tapi setidaknya mereka pernah benar-benar saling mencintai.”
10.
Guo Jing : “Aku ingin menggenggam tanganmu dan mengatakan langsung pada semua
orang, Rong’er bukan Iblis Kecil. Dia adalah...Dia adalah gadis yang baik.
Sangat sangat baik. Sebenarnya saat itu ucapanku belum selesai. Aku tidak bisa
menikah dengan Nona Mu karena...karena orang yang kusukai adalah kau.”
11.
Guo Jing : “Mana mungkin aku tidak peduli padamu? Aku tidak ingin membuat
guruku marah, tapi aku lebih tidak ingin berpisah denganmu.
12.
Hong Chi Khong : “Dia istri kecilmu, kan?” Hong Chi Khong bertanya dengan
penasaran tentang hubungan Guo Jing dan Huang Rong.
Guo
Jing yang tak tahu harus menjawab apa, hanya tersenyum malu-malu. Dia dan Huang
Rong jelas belum menikah tapi dalam hatinya, Guo Jing sudah menganggap Huang
Rong sebagai istrinya.
“Anak
muda, kau sangat beruntung.” Puji Hong Chi Khong dengan nada iri dalam
suaranya.
“Terima
kasih.” Guo Jing menjawab dengan malu-malu, seolah-olah membenarkan ucapan Hong
Chi Khong jika mereka adalah sepasang suami istri.
“Saat
aku masih muda, jika saja aku bisa bertemu dengan gadis muda yang cantik dan
pandai memasak seperti dia, maka bagus sekali. Kalau saja aku lebih muda 20
tahun maka...” Hong Chi Khong tak sempat melanjutkan kalimatnya karena Guo Jing
telah memotongnya lebih dulu.
“Chi
Khong, kau jangan punya maksud tertentu pada Rong’er,” ujar Guo Jing dengan
wajah cemberut dan khawatir, dia mendadak merasa cemburu dan takut jika ada
seseorang yang merebut Rong’er-nya.
“Anak
bodoh, siapa yang mau berebut denganmu. Orang yang dia sukai adalah kau. Apa
kau takut aku merebutnya?” jawab Hong Chi Khong yang membuat Guo Jing hanya
tersenyum bodoh mendengarnya.
13.
Guo Jing : “Sebenarnya aku juga berharap kungfuku bisa lebih baik. Jadi jika
kau berada dalam bahaya, aku bisa melindungimu.”
Huang
Rong : “Jing Gege, jika suatu hari ada orang yang menindasku atau menculikku,
apa kau akan datang menyelamatkanku?”
Guo
Jing : “Tentu. Tentu saja. Walau ke ujung dunia sekalipun, aku pasti akan
menemukanmu.”
Huang
Rong : “Kenapa?”
Guo
Jing : “Karena di dunia ini, aku tidak akan bisa menemukan lagi orang yang
sangat baik padaku sepertimu.
14.
“Rong’er, aku sudah mencarimu ke mana-mana. Sejak bertemu denganmu di Istana
Chin, kau sudah menawan hatiku. Hari ini kita kembali bertemu, malam ini aku
pasti bermimpi indah” seru Ou Yang Khe seraya mendekati Huang Rong dengan senyuman genitnya.
Spontan
Guo Jing berjalan ke arah Huang Rong dan berdiri di depannya, menghalangi
langkah Ou Yang Khe mendekati kekasihnya. Guo Jing dengan kesal berkata dengan
nada kecemburuan, “Mimpi saja sendiri!”
Lagi-lagi ekspresi cemburu William terlihat sangat cute di mataku.
15.
Guo Jing : “Melihat matanya yang mata keranjang itu saat menatap Rong’er,
membuatku benar-benar ingin mencolok matanya."
16.
Guo Jing : “Rong’er, aku datang menyelamatkanmu.”
Huang
Rong : “Jing Gege, aku tahu. Walau sampai ke ujung dunia sekalipun, kau pasti
akan menemukan aku.”
17.
Guo Jing : “Rong’er, kau nanti menyamar menjadi pria saja.”
Huang
Rong : “Kenapa?”
Guo
Jing : “Karena...Karena kau sangat cantik. Aku takut terlalu menarik perhatian.
Bila kita bertemu pria brengesek seperti Ou Yang Khe lagi, aku akan khawatir.”
18.
Huang Rong : “Rong’er tidak peduli dengan apa pun. Asalkan Rong’er bisa bersama
Kakak Jing, Kakak Jing mau pergi ke mana, Rong’er akan ikut. Kakak Jing mau
melakukan apa, Rong’er juga akan ikut. Selamanya kita tidak akan berpisah.”
19.
Guo Jing : “Guru.”
Guru
Ke-1 : “Kau masih bersama Iblis Kecil itu? Kalau kau masih bersama Iblis Kecil
maka jangan panggil aku Guru. Mulai sekarang kau bukan muridku.”
Guo
Jing : “Guru, murid bersalah karena pergi tanpa pamit. Guru boleh menghukumku
apa saja, Jing’er akan menerimanya.”
Guru
ke-1 : “Cepat bersumpah! Bersumpahlah kau tidak akan bersama Iblis Kecil itu
lagi.”
Guo
Jing : “Guru, Guru boleh memukulku, aku takkan membalas. Tapi aku tak bisa
tinggalkan Rong’er.”
Guru
Ke-4 : “Jing’er, apa hatimu akan senang jika membuat Guru-gurumu marah dan
sedih? Cepat bersumpah kau takkan bersama Iblis Kecil itu lagi.”
(Tapi
ujung-ujungnya Guo Jing tetap tidak mau bersumpah...)
20. Guo Jing : "Rong'er, kau seharusnya akan datang, kan? Kita sudah lama tidak bertemu. Aku sangat merindukanmu." Dan tak lama kemudian, terdengar suara Huang Rong yang memesan kamar untuk Guo Jing dan Yang Kang. Mendengar suara Huang Rong, Guo Jing spontan tersenyum gembira dan diam-diam mengikuti kekasihnya.
Huang Rong : "Jing Gege, kau ada di mana sekarang? Rong'er sangat merindukanmu. Rong'er ingin memasak makanan yang enak untukmu."
Guo Jing : "Baik. Aku juga ingin makan masakan Rong'er."
21.
Huang Rong : “Jing Gege, Rong’er sangat merindukanmu.”
Guo
Jing : “Aku juga sangat merindukanmu.”
Huang
Rong : “Kenapa kau bisa ada di sini?”
Guo
Jing : “Aku mengikutimu sejak dari penginapan.”
Huang
Rong : “Dasar bodoh! Jika ayahku sampai tahu kita bersama, ayah pasti akan
membunuhmu.”
Guo
Jing : “Aku tahu.”
Huang
Rong : “Kau tahu tapi masih tetap mengikutiku?”
Guo
Jing : “Jika tak ada Rong’er di sisiku, hidup atau mati sama sekali tak ada
bedanya.”
22.
“Guo Jing : “Rong’er, dengarkan dulu penjelasanku.”
Huang
Rong : “Tidak perlu. Aku sudah melihatnya dengan jelas.”
Guo
Jing : “Ini tidak seperti yang kau lihat. Hua Cheng baru sadar dari pingsannya,
perasaannya masih kacau jadi...”
Huang
Rong : “Tapi dia memelukmu erat seperti itu. Sama sekali tidak bisa membedakan
antara pria dan wanita, sebenarnya kau dan dia ada hubungan apa?”
Hua
Cheng : “Aku adalah Putri Mongol. Guo Jing adalah Menantu Pisau Emas Mongol.
Menurutmu, kami ada hubungan apa?”
Huang
Rong : “Benarkah itu?” tanya Huang Rong dengan shock.
Guo
Jing : “Benar.” Jawab Guo Jing dengan tertunduk sedih dan tak berdaya.
Huang
Rong : “Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku? Kenapa kau tidak pernah
mengatakannya padaku?” seru Huang Rong sebelum akhirnya pergi dengan berlinang
air mata, dan Guo Jing segera mengejarnya dengan putus asa.
To
Be Continued in Part 2...
* Berikutnya adalah adegan melamar di Pulau Persik...
Written
by : Liliana Tan
Credits
Pict : WEIBO ON LOGO
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar