Rabu, 09 April 2014

You Are My Endless Love 4 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction



Author : LIANA WIJAYA

Starring : 
Joo Won as Hwang Tae Hee 
Uee’s After School as Hwang (Baek) Ja Eun 
Kim Hyun Joong as Dokter Yoon Ji Hoo 
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step Brother)

Foreword : Hwang Tae Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life.... 

“You Are My Endless Love 4 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”


“CHAPTER 4 : The Baby’s Gender”

6th Month Pregnancy.. 
       Hari ini adalah hari ulang tahun Ja Eun, itu sebabnya Tae Hee sengaja meminta libur untuk agar bisa merayakan ulang tahun Ja Eun sekaligus menemani Ja Eun berkunjung ke dokter mengingat usia kehamilan Ja Eun yang sudah menginjak 6 bulan, mereka berdua memutuskan untuk melakukan USG. Mereka berdua sangat menantikan hari ini, sehingga walau Tae Hee sudah berusaha menyembunyikannya, Ja Eun bisa melihat kalau suaminya sangat tegang hari ini.

Saat mereka sampai di RS, Tae Hee dan Ja Eun duduk dengan tenang di ruang tunggu menunggu nama mereka dipanggil. Tae Hee menoleh dan memandang Ja Eun lalu menggenggam tangannya, Ja Eun tersenyum sambil meletakkan kepalanya di bahu Tae Hee. Tiba-tiba Ja Eun merasakan bayinya bergerak dari dalam perutnya, dan itu terjadi berulang-ulang selama beberapa saat, jadi dia memutuskan untuk meletakkan tangan Tae Hee di atas perutnya.. Tae Hee memandang Ja Eun dengan heran.

“Oppa, Kau tidak merasakannya ?”, Tanya Ja Eun penuh harap. Bajunya tidak tebal jadi Ja Eun berpikir Tae Hee pasti bisa merasakannya juga. 
“Merasakan apa ?” , Tanya Tae Hee bingung. 
“Bayinya bergerak“, Ja Eun terlihat kecewa karena Tae Hee tidak bisa merasakan anaknya bergerak.

Tatapan mata Tae Hee melembut “Aku harap aku bisa merasakannya, tapi sayang sekali aku tidak bisa merasakan apa-apa”, Tae Hee terlihat menyesal. 
Sebelum Ja Eun sempat menjawab, perawat sudah memanggil mereka.

“Tuan dan Nyonya Hwang, silakan ikut saya”, seru perawat itu, mengantarkan mereka ke dalam ruangan dokter. Dokter itu menyerahkan sebuah baju pasien kearah Ja Eun. 

“Nyonya Hwang, tolong kenakan baju ini sebelum pemeriksaan”, setelah menyerahkan baju itu, dokter itu pun pergi meninggalkan ruangan.

“Baik”, Ja Eun menunduk berterima kasih lalu menoleh kearah Tae Hee dengan wajah memerah. 
“Tae Hee Oppa, bisakah kau berbalik sebentar ?”, Tanya Ja Eun malu-malu. 

“Ja Eun-ah, ini bukan pertama kalinya aku melihatmu tanpa busana, aku sudah berkali-kali melihatnya, jadi tidak perlu malu dan cepat ganti bajumu sebelum dokter itu kembali “, jawab Tae Hee santai sambil tersenyum nakal.

“Atau, kau ingin aku membantumu melepas bajumu ?”, goda Tae Hee lagi dengan tersenyum tipis. 

“YAAA !!! Hwang Tae He, sejak kapan kau suka sekali menggodaku ?”, Ja Eun cemberut, sementara Tae Hee hanya tertawa. 
“Siapa yang menggodamu ?? Aku benar-benar serius, aku bisa membantumu“, candanya lagi, lalu mulai duduk dan membaca buku sambil menunggu.

“Oppa..”, ujar Ja Eun malu-malu. 
“Apa ?”, Tanya Tae Hee. 
“Bisakah kau membantuku mengancingkan ini ?”, Tanya Ja Eun malu-malu. 
“Bukankah sudah ku bilang kau pasti butuh bantuanku..”, goda Tae Hee untuk yang kesekian kalinya seraya mendekat kearah Ja Eun.

“Lihatlah.. Istriku sudah terlihat seperti babi hahaha..”,canda Tae Hee setelah selesai mengancingkan baju Ja Eun. 
“Babi apanya ? Bagaimanapun juga aku adalah Nation Goddess, Baek Ja Eun”, ujar Ja Eun kesal. 
“Lagipula,salah siapa itu ?”, protes Ja Eun cemberut. 
“Salah kita berdua “, jawab Tae Hee seraya mencium bibir Ja Eun. 
“Terserah “, jawab Ja Eun masih kesal. 
“Aiggoo, istriku yang marah terlihat sangat manis“, Tae Hee kembali menggoda Ja Eun. 

Saat Tae Hee ingin mencium Ja Eun, dokter itu tiba-tiba masuk. 
“Ehem..”, seru Dokter itu sehingga membuat Tae Hee dan Ja Eun langsung menjauhkan diri secara spontan seperti anak kecil yang tertangkap basah karena telah berbuat nakal.

“Maaf telah mengganggu kalian, tapi kurasa sekarang saatnya pemeriksaan. Kalian bisa melanjutkan itu dirumah “, seru Dokter itu sambil tersenyum melihat mereka. 
Tae Hee dan Ja Eun merasa sangat canggung dan malu pada Dokter itu.

“Ok, Nyonya Hwang, tolong berbaringlah di tempat tidur itu dan angkat sedikit bajumu“, perintahnya pada Ja Eun. Ja Eun mengangguk dan dengan dibantu Tae Hee, dia berbaring di tempat tidur.

Tae Hee kemudian berdiri disamping ranjang istrinya. 
Dokter itu memasangkan beberapa kabel di computer dan menyambungkannya ke kepala Ja Eun. Dia mengambil Jelly di tangannya setelah menyalakan monitor komputernya.
“Jelly ini akan terasa sedikit dingin pada awalnya tapi lama-lama akan menghangat “, ujarnya pada Ja Eun.

Saat Dokter itu mulai mengoleskan jelly itu di perut Ja Eun, Ja Eun terkejut dan spontan meremas tangan Tae Hee. Dokter itu hanya melihatnya sambil tersenyum.

Beberapa saat kemudian muncul gambar putih di layar, Ja Eun tersenyum bersemangat saat melihat gambar putih tersebut bergerak-gerak. Ja Eun menoleh ke atas untuk melihat reaksi Tae Hee, dan dia melihat Tae Hee menatap gambar itu tanpa berkedip. Tiba-tiba Tae Hee meremas tangannya seraya bertanya pada Dokter.

“Apa itu anak kami ?”, Tanya Tae Hee seolah tak percaya. 
“Tuan dan Nyonya Hwang, aku dengan tulus mengucapkan selamat pada kalian, kalian berdua akan mempunyai bayi perempuan yang cantik“,jawab Dokter itu sambil tersenyum tulus.

Tae Hee terlihat terkejut “Anak perempuan ? Kami akan punya anak perempuan ?’, tanyanya lagi. Dokter itu mengangguk. 
“Nenek dan  Ibu pasti akan senang mendengarnya. Akan ada bayi perempuan di keluarga Hwang“, sahut Ja Eun.

Tae Hee menatap Ja Eun sambil tersenyum “Aku sangat bahagia karena akan punya anak perempuan yang cantik sepertimu, tapi kuharap dia tidak menuruti sifat keras kepalamu. Masih ingat saat kau dengan begitu keras kepala membangun tenda di depan rumahku ?? Aku tak mau putriku seperti itu.“, goda Tae Hee lagi.

"YAAA !!! Hwang Tae Hee, saat itu aku tak punya pilihan. Bukankah kau yang menyuruhku mengambil hati Ibu ??”, Ja Eun cemberut lagi, sementara Tae Hee dan dokter hanya tersenyum. 
“Tapi aku tidak minta kau membangun tenda”, jawab Tae Hee cemas.

“Bisakah kami minta foto USGnya Dokter ?? Ibu dan Nenekku pasti senang melihatnya”, Tanya Tae Hee penuh harap. 
“Tentu. Akan kusiapkan”, sahut Dokter itu lalu meninggalkan mereka berdua didalam kamar.

Begitu dokter itu pergi, Tae Hee membantu Ja Eun bangkit dari tempat tidur dan membantunya berganti baju. Setelah selesai membantu Ja Eun, Tae Hee langsung mendaratkan ciuman manis di bibir Ja Eun. 


“Terima kasih sayang, kau membuat hidupku menjadi sempurna. Karena kau, aku merasa sangat beruntung bisa dilahirkan ke dunia”, seru Tae Hee sambil menatapnya lembut.

“ AKU MENCINTAIMU HWANG JA EUN..”, tambahnya lagi. 
“ Aku juga mencintaimu “, jawab Ja Eun. 
“ Aku tau “, jawab Tae Hee.

“ Aku tidak sabar untuk memberitau semua orang”, seru Ja Eun bahagia. 
Tae hee tertawa “Baik. Baik. Tapi nanti saja setelah kita mengambil fotonya lalu makan siang. Aku lapar “, ujar Tae Hee sambil tersenyum. 

“Begitu juga dengan kami. Oppa, karena ini hari ulang tahunku, kau harus mentraktirku makan enak ya”, jawab Ja Eun merayu seraya membelai perutnya dengan penuh kasih sayang.
"Apapun yang kau inginkan, Sayang", jawab Tae Hee lembut.

Dongdaemun Market..
     Dua orang gadis sedang berjalan dengan asyik sambil mengobrol.
    “Nam Suk-ah, apa kau tau kalau Ja Eun sudah kembali dari Amerika ?? Dia menelponku beberapa bulan yang lalu dan mengatakan kalau dia sedang hamil sekarang. Dia mencoba menelponmu tapi Ja Eun bilang kalau ponselmu tak aktif terus”, seru seorang gadis pada temannya.

    “Jeongmalyo ?? Ahhh, aku senang sekali mendengarnya. Ja Eun berusaha menelponku ?? Ah Ra, Apa kau tidak bilang padanya kalau ponselku hilang ?? Kau tidak memberitaunya nomerku yang baru ??”, tanya gadis yang dipanggil Namsuk itu.

   “Ahh, aku lupa kalau ponselmu hilang jadi kukatakan padanya telepon saja lain kali. Lagipula saat itu aku sedang tugas ke luar kota jadi tak bisa pulang menjenguknya”, jawab gadis yang bernama Ah Ra itu.

    “Menjenguk ?? Apa sesuatu terjadi pada Ja Eun dan bayinya ??”, tanya Namsuk cemas. 
    “Nde. Dia mengalami pendarahan karena kelelahan, tapi kurasa sekarang sudah baik-baik saja”, jawab Ah Ra.
    “Ah Ra, kita harus cari waktu menjenguk Ja Eun. Eh, bagaimana jika sabtu ini kita ke Peternakan Ojak menjenguknya ??”, tanya Namsuk lagi.
    “Ide bagus. Ja Eun pasti senang bertemu kita”, jawab Ah ra bersemangat.

    Saat mereka berdua berjalan melewati beberapa Cleaning Service yang sedang sibuk mengepel, Ah Ra berseru tertahan saat dia mengenali salah seorang Cleaning Service yang ada disana. Dia menarik lengan temannya dan menuding ke arah Cleaning Service itu.

   “Hei, bukankah itu Lee Seung Mi ?? Putri Pembunuh dan mahasiswa yang masuk Universitas melalui Jalan Belakang. Jadi sekarang setelah ayahnya dipenjara dia menjadi Cleaning Service ??”, ujar Ah Ra seraya menuding salah seorang Cleaning Service.

    “Benar. Dan ayahnya yang keji itu, Kepala Polisi Lee Khi Chul, malah mengkambing hitamkan ayah Ja Eun, Paman Baek In Hoo dengan menuduhnya bahwa paman Baek lah yang melakukan tabrak lari dan juga menuduh Ja Eun yang masuk melalui jalan belakang, padahal dia sendirilah yang melakukannya. Sungguh memalukan !! Hei, bagaimana jika kita hampiri dia ??”, tanya Namsuk iseng, Ah Ra mengangguk lalu mengikuti temannya kesana.

     “Hei, Ah Ra, coba kau lihat siapa itu ?? Bukankah dia Lee Seung Mi ?? Gadis yang masuk Universitas melalui jalan belakang tapi justru memfitnah orang lain..”, sindir Namsuk dengan suara keras.

     “Benar. Bukan hanya itu, kudengar ayahnya juga merupakan pelaku tabrak lari 28 tahun silam tapi dia malah menuduh orang lain. Bukti dan saksi semua lengkap dan ku dengar sekarang ayahnya sedang berada di penjara, dia di hukum seumur hidup atas tuduhan penyuapan, korupsi dan tabrak lari hingga menyebabkan kematian. Lalu apa yang di lakukan putrinya disini ya ??”, sindir Ah Ra lagi.

     “Apa mau kalian ??”, tanya Seung Mi dengan kesal, sambil menatap kesal mantan teman kuliahnya.

     “Memang apalagi yang bisa dia lakukan setelah ayahnya di penjara, harta kekayaannya di sita, dan dia di keluarkan dari kampus karena terbukti menyuap Rektor ?? Tentu saja dia harus bekerja supaya tetap hidup benarkan ??”, jawab Namsuk, menertawai Seung Mi.

     “Yah benar. Dulu dia menertawai Ja Eun saat Ayah Ja Eun menghilang dan mengalami kebangkrutan, saat Ja Eun di tuduh masuk kuliah dengan jalan belakang, saat semua orang membenci Ja Eun karena mengira dia masuk melalui suap, sekarang lihatlah bagaimana hukum karma berlaku. Ja Eun sekarang sudah bahagia karena menikah dengan Officer Hwang Tae Hee dan ku dengar sekarang mereka sedang menantikan kelahiran anak pertama mereka, benar-benar membahagiakan. Tapi lihat gadis itu, hidupnya lebih parah dari Ja Eun saat dulu Ja Eun sedang jatuh. Hei Nona, harusnya dalam melakukan sesuatu kau ingat hukum karma lebih dulu”, jawab Ah Ra.

      “Sudah selesai ?? Sekarang pergi dari sini !!”, seru Seung Mi kesal lalu menyiram Ah Ra dan Namsuk dengan seember air pel.

     “Ahhh..Kau berani menyiram kami ?? kami adalah tamu disini. Satpam !!”, panggil Ah Ra tak terima.

      “Akan kami pastikan kau akan dipecat sekarang juga”, ancam Namsuk kesal.
    “Dan sebelum aku dipecat, akan ku bunuh kalian dulu”, ujar Seung Mi marah lalu menjambak rambut Ah Ra, perkelahian pun tak terhindarkan. Mereka saling menjambak, mencakar, dan memukul dengan seru.

    Tak berapa lama kemudian beberapa orang satpam menghampiri ketiga gadis yang sedang berkelahi itu dan mencoba menghentikan mereka. Seorang satpam menarik tubuh Seung Mi menjauh, Seung Mi meronta dan saat berusaha melepaskan diri dari cengkeraman para satpam itulah, dia terjatuh ketanah dan tak sengaja mengenai pengunjung mall lainnya.

     “Aduh.. Hei, hati-hatilah kalau berjalan”, seru gadis itu saat tak sengaja Seung Mi menabraknya dan menindih tubuhnya. Satpam yang melihatnya spontan menarik tubuh Seung Mi berdiri dan membantu pengunjung mereka seraya meminta maaf.

         “Maaf Nona, Anda tidak apa-apa ??”, tanya seorang Satpam pada gadis itu.
    “Nde, Kwenchanaseyo..Kamsahamnida”, jawabnya sopan seraya mengibas-ngibas bajunya yang kotor dan sedikit basah.

     “Ja Eun-ah ??”, seru Ah Ra dan Namsuk bersamaan lalu berlari memeluknya senang. Gadis itu hanya bengong karena kebingungan.
      "Hei, kurasa kalian salah orang. Aku bukan Ja Eun”, jawabnya bingung saat tiba-tiba 2 orang gadis yang tidak dikenal memeluknya erat sambil tersenyum senang.

      “Baek Ja Eun, baguslah kau datang kemari. Sekarang rasakan pembalasanku !!”, batin Seung Mi jahat lalu segera mendekati mereka bertiga yang sedang lengah sambil membawa sapu dan memukulkannya kearah Ja Eun.

      “Auw..Hei, kau ini sedang apa ??”, seru gadis itu seraya berlari menghindari kejaran Seung Mi yang berusaha memukulnya dengan sapu.

   “Cepat hentikan Cleaning Service gila itu !!”, ujar Satpam lainnya, berusaha menghentikan Seung Mi yang bagaikan orang gila terus menyerang pengunjungnya.

    “Ah, cukup..cukup. Kau ini kenapa ??”,seru gadis itu saat Seung Mi memukulnya bertubi-tubi ke arah perutnya dan dia sudah terdesak kearah dinding.
        “Aku ingin kau dan anakmu mati”, jawab Seung Mi jahat.

       “Awas..”, seorang pria muda tiba-tiba muncul dan melindungi gadis itu dari serangan Seung Mi.
      “Hei, Lee Seung Mi, hentikan !! Hentikan atau kami akan laporkan pada atasanmu”, ancam Satpam itu seraya menangkap dan menyeret Seung Mi.
       “Maafkan ketidaknyamanan ini”, ujar mereka meminta maaf pada semua pengunjung itu.
       “Mereka yang mulai lebih dulu. Aku tak bersalah !! Lepaskan !!”, jerit Seung Mi saat para Satpam itu menyeretnya pergi.

         “Ja Eun-ah, kwenchana ??”, tanya Ah Ra dan Namsuk, mendekati gadis itu.
         “Apa kau baik-baik saja ?? Bagaimana dengan bayimu ??”, tanya pria muda itu cemas, sementara gadis itu hanya bengong menatap mereka.

           "Bayi ?? Bayi apa ??”, tanyanya bingung.
         “Bayi dalam kandunganmu tentu saja”, jawab pria itu sambil menunjuk perut gadis itu yang langsing.
           “MWO ??”, ujar gadis itu bingung.

Ojakgyo Farm..
      “Tae Hee-ah, chukanda.. Ja Eun-ssi, Chukkaeyo. Saengilchukkae Hamnida juga untukmu Ja Eun-ssi”, ujar Tae Shik memberi selamat saat Tae Hee dan Ja Eun memberi tau semua orang tentang bayi mereka.

       “Tae Hee Hyung, Ja Eun-ah.. chukkae, aku yakin anak kalian pasti akan secantik ibunya. Dan juga, selamat ulang tahun Ja Eun-ah..Aku rasa berita ini adalah hadiah yang paling sempurna untukmu kan ??”, ujar Tae Phil ikut memberi selamat. 
           "Ne, Maknae Oppa, First Ahjussi, gomawo..", jawab Ja Eun malu-malu.

       “Aigooo. Ja Eun-ah, kau benar-benar pantas menjadi cucu menantu kesayangan Nenek, kau melakukan kerja yang hebat. Akhirnya akan ada bayi perempuan di keluarga Hwang”, ujar Nenek senang, membuat Ja Eun bersemu malu.


       “Halmoni, harusnya Nenek juga berterima kasih pada Tae Hee, karena kalau tanpa Tae Hee, Ja Eun takkan hamil”, goda Hwang Tae Bum.

       “YAAAA !! HYUNG..”, Tae Hee sontak malu dengan kata-kata kakaknya.
     “Benar. Benar sekali. Nenek harus berterima kasih pada kalian berdua karena telah memberi Nenek cucu perempuan. Benar apa kata Tae Bum, tanpa Tae Hee, Ja Eun takkan hamil”, ujar Nenek yang disambut gelak tawa semua orang.


           “Halmoni..”, Ja Eun berseru malu. 
         “Eomoni, jangan membuat mereka malu lagi. Ja Eun-ah, makan yang banyak untuk kesehatan bayimu. Rumput laut ini juga baik untuk kesehatan, selamat ulang tahun Nak. Ibu harap kau dan bayimu, kalian berdua, akan di berkati Tuhan selamanya. Kau tidak tau betapa takutnya kami saat kau mengalami pendarahan, khususnya Tae Hee”, ujar Ibu lembut pada Ja Eun seraya menuangkan sup rumput laut ke dalam mangkuk Ja Eun. Ja Eun hanya menatap haru Ibu mertuanya.

"Eomoni, ini yang pertama kalinya dalam hidupku, ada seorang Ibu yang membuatkan rumput laut untukku di hari ulang tahunku. Kamsahamnida Eomoni.. Aku akan makan banyak untukku dan juga bayiku, aku tau rasanya tumbuh tanpa seorang Ibu, jadi aku tak mau anakku mengalami hal yang sama sepertiku. Kalian semua jangan cemas, aku akan melahirkan anak ini dengan selamat dan aku akan menjaganya baik-baik, dia akan tumbuh menjadi anak yang baik sesuai harapan kalian", jawab Ja Eun penuh haru, setetes air jatuh dimatanya. Ibu Hwang memeluknya Ja Eun dengan hangat.

“Aiggoo, kau akan segera menjadi seorang Ibu tapi masih saja cengeng seperti bayi. Baik.. Baik.. aku tidak akan menggoda mereka lagi. Tapi Ja Eun-ah, Nenek tidak sabar ingin segera menggendong anak kalian”, jawab Nenek lagi sambil tertawa.

“Halmoni, 3 bulan lagi anak kami juga akan lahir, jadi Nenek bersabarlah”, jawab Tae Hee sambil tersenyum.

       “Tae Hee-ah, kau akan punya anak perempuan, jangan lupa kau harus menjaga anakmu baik-baik. Menjaga anak perempuan tak sama dengan menjaga anak laki-laki”, pesan Nenek pada Tae Hee.

      “Aku tau, Nek. Aku akan berusaha”, jawab Tae Hee seraya meremas tangan Ja Eun mesra. Lalu sisa makan malam itu pun dilalui dengan tawa bahagia keluarga Hwang.

    Setelah makan malam, Tae Hee dan Ja Eun segera kembali ke kamar mereka. Awalnya Tae Hee ingin segera beristirahat, tapi sepertinya Ja Eun punya rencana berbeda.

     “Oppa, aku ingin nonton film”, ujarnya merayu, Tae Hee hanya memandangnya bingung.
     “Malam-malam begini ??”, tanyanya bingung.
     “Kita bisa melihatnya lewat DVD”, jawab Ja Eun lembut sambil menatap Tae Hee penuh harap.

       “Arraseo.. Kau ingin menonton film apa ??”, tanya Tae Hee menyerah, lalu segera berdiri menghampiri bufet tempat TV dan DVDnya diletakkan.
          “Mickey Mouse”, jawab Ja Eun penuh semangat.
      Akhirnya tanpa banyak kata, Tae Hee langsung menurutinya. Usia kehamilan Ja Eun sudah menginjak 6 bulan, mereka bilang wanita di usia kehamilan seperti itu pasti memiliki banyak tuntutan.

     Setelah filmnya sudah terpasang, Tae Hee kembali ke tempat tidurnya dan duduk bersandar di samping Ja Eun. Tae Hee melirik Ja Eun lalu menyandarkan kepala Ja Eun di bahunya seraya merangkul pundak Ja Eun mesra.

“Tae Hee Oppa”, Ja Eun tiba-tiba memanggilnya. 
Tae Hee menoleh dan menjawab “ Hhmm..” 
“Kita harus memberinya nama”, ujar Ja Eun seraya meletakkan tangannya di perutnya, tatapan mata Tae Hee mengikuti tangan Ja Eun lalu dia tersenyum seraya mencium kening Ja Eun lembut.

"Tentu. Kita harus memberinya nama”, jawabnya seraya meletakkan sebelah tangannya di perut Ja Eun dan membelainya lembut. 
“Bagaimana dengan Tae Eun ??”, Tanya Ja Eun dengan mata berbinar
“ Tae Eun ?? Mksdmu Hwang Tae Eun ?”, Tanya Tae Hee tidak percaya. 
Ja Eun mengangguk bersemangat. “Apa kau begitu menyukaiku ?”,Tanya Tae Hee tiba-tiba, membuat Ja Eun heran. 
“ Apa itu perlu di tanyakan ?”, Tanya Ja Eun bingung.
Tae Hee hanya tertawa. “Maksudku, apa kau begitu menyukaiku hingga ingin menamai anak kita gabungan antara namaku dan namamu ?”, goda Tae Hee lagi. 

Ja Eun cemberut, merasa Tae Hee tidak menyukai idenya.
“Baiklah, jika kau tidak suka maka..”, Tae Hee memotong kata-katanya. 

“Siapa bilang aku tidak suka ? Itu adalah ide yang sangat bagus Ja Eun-ah. Hwang Tae Eun, nama yang bagus, nama itu akan membuat semua orang tau kalau dia adalah anak kita’, jawab Tae Hee sambil tersenyum.

Seketika wajah Ja Eun kembali berseri-seri. “Benarkah ? Kau suka ideku ?”, Tanya Ja Eun tidak percaya. Tae Hee mengangguk mantap 
“Aku menyukainya”, jawab Tae Hee diiringi dengan seruan bahagia Ja Eun. 
“dia bergerak. Oppa, dia bergerak. Sepertinya putri kita menyukai namanya “, seru Ja Eun buru-buru meletakkan tangan Tae Hee di perutnya.


         Mata Tae Hee melebar, ini pertama kalinya dia merasakan bayinya bergerak di dalam perut istrinya. 
“Dia menyukai namanya“, ujar Tae Hee tersenyum seperti orang bodoh.

Tae Hee lalu kembali menatap Ja Eun mesra dan perlahan menundukkan kepalanya dan mencium bibir Ja Eun lembut, dalam sekejap filmnya terlupakan. Ciuman itu berlangsung selama beberapa menit hingga Ja Eun tiba-tiba mendorong Tae Hee menjauh darinya perlahan, membuat Tae Hee menatapnya dengan bertanya-tanya. 

“Aku ingin kau bernyanyi untukku”, ujar Ja Eun memelas. 
          “Haah.. Tapi kita sedang menonton film”, Tae Hee memprotes. 
 “Tapi aku tak mau nonton film lagi, aku ingin kau bernyanyi untukku di dalam tenda seperti hari itu. Rasanya romantis sekali”, jawab Ja Eun berseri-seri. 
 “Haruskah di dalam tenda ??”, tanya Tae Hee memastikan. Ja Eun mengangguk mantap.

“Aku ingin mendengarmu bernyanyi untukku di dalam tenda dengan kue tart yang ada es krim dan strawberi di atasnya, persis seperti waktu itu”, pinta Ja Eun tanpa bisa di bantah. Tae Hee hanya bisa menarik napas pasrah mendengar permintaan istrinya.

“Oppa, Tae Eun ingin mendengar ayahnya bernyanyi. Bernyanyilah untukku. lagipula, sekarang ulang tahunku kan ?? Kau belum membelikanku kue tart hari ini, jadi belikan sekarang dan nyanyikan sebuah lagu untukku”, Ja Eun kembali memohon. 

“Tapi ini sudah pukul 10 malam. Dimana aku akan mendapatkan kue tart dengan es krim dan strawberri diatasnya ? Lagipula jika kau ingin kue ulang tahun kenapa tidak katakan sejak awal ?? Tadi aku sudah menawarimu untuk membelinya, tapi kau menolak”, Tanya Tae Hee tidak percaya.

“Tapi sekarang aku ingin mendengarmu bernyanyi sambil memakan kue itu”, Ja Eun tetap merengek. Akhirnya Tae Hee pasrah dan mulai bangkit dari tempat tidurnya

“Baiklah, Nyonya Hwang, akan ku dirikan dulu tendanya dan kubeli kuenya, setelah itu aku akan bernyanyi untukmu”, serunya lalu berjalan keluar kamar, diiringi suara Ja Eun yang berseru riang.

30 menit kemudian, Tae Hee mengetuk pintu kamarnya dan melongok ke arah Ja Eun yang menunggu dengan tidak sabar. 

“Tenda dan kue yang kau minta sudah siap, ayo kita keluar”, ajaknya seraya menghampiri Ja Eun dan memapah tubuh Ja Eun yang sudah membulat karena kehamilannya, Tae Hee tau kalau Ja Eun sudah mulai kesulitan berdiri sendiri tanpa dibantu.

"Nde, gomawo”, ujarnya sambil meraih tangan Tae Hee dan ikut keluar bersamanya. Ternyata Tae Hee tak membangun tenda di halaman, dia membawa Ja Eun ke tepi Sungai Han, dimana sebelumnya dia dan Ja Eun pernah berkencan disana dan dia bernyanyi untuknya di malam tahun baru 2 tahun yang lalu.



“Sama seperti waktu itu”, ujar Tae Hee lembut sambil tersenyum malu. Lalu berdua mereka masuk ke dalam tenda dan duduk disana, dengan kue tart yang diminta Ja Eun juga ada disana, menyala terang melalui lilin-lilin yang dipasang Tae Hee.



“Apa aku harus bernyanyi sekarang ??”, tanya Tae Hee lagi. 
“Nde, bernyanyilah sekarang”, pinta Ja Eun lagi.
          “Tapi aku tak bisa bernyanyi”, protes Tae Hee.



        “Aku tak peduli. Aku hanya ingin mendengarmu bernyanyi di hari ulang tahunku”, jawab Ja Eun dengan mata berbinar, dan akhirnya, sama seperti waktu itu, Tae Hee pun kembali bernyanyi untuk Ja Eun didalam tenda ditengah malam, hingga akhirnya Ja Eun pun tertidur sambil bersandar di pundaknya.

         "Saengilchukkae Hamnida Ja Eun-ah.. Saranghae !! Thank you for coming to my life. Thank you for marrying me. Thank you for giving me Our Little Princess. I love you so much and I always do", bisik Tae Hee lembut pada Ja Eun yang sudah tertidur di pundaknya. Tapi tanpa disadarinya Ja Eun masih bisa mendengar kata-katanya, hanya saja dia terlalu lelah untuk membuka matanya, dan hanya sebuah senyuman tersungging di bibir mungilnya.

Yoon Ji Hoo’s Mansion..
     Yoon Ji Hoo mengingat pertemuan tak terduganya dengan seorang gadis yang mirip Ja Eun. Dia terkejut bukan kepalang dan hampir tak percaya jika ada 2 orang di dunia ini yang begitu sama persis.

       “Kenapa perutmu jadi langsing ?? Apa kau keguguran Ja Eun-ssi ??”, kenangnya saat itu, saat menyadari yang membedakan mereka berdua adalah kehamilan Ja Eun.

       “Kalian ini siapa ?? Aku bukan Ja Eun !! Pergi sana !!”, ujar gadis itu kesal pada mereka bertiga lalu segera berlari pergi dengan tergesa-gesa.

     “That girl !! aku harus siapa tau dia sebenarnya dan kenapa mereka berdua begitu mirip. Baek Ja Eun, kau benar-benar membuatku penasaran”, batin Ji Hoo dalam hati dan berniat menyelidiki masalah ini.


To Be Contibued ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads