Minggu, 20 April 2014

You Are My Endless Love 5 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction


Author : Liana Wijaya

Starring :  
Joo Won as Hwang Tae Hee 
Uee’s After School as Hwang (Baek) Ja Eun 

Kim Hyun Joong as Dokter Yoon Ji Hoo 
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step Brother)


Foreword : Hwang Tae Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life.... 

“You Are My Endless Love 5 – Ojakgyo Brothers Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”


“CHAPTER 5 : You're The Queen Of My Heart"

Ojakgyo Farm, 7th Month Pregnancy..
      Hwang (Baek) Ja Eun duduk santai di dalam kamarnya sambil membaca banyak sekali buku tentang ibu hamil dan bayinya saat tiba-tiba dia mulai merasa bosan. Ja Eun meraih buku sketsanya dan ingin melukis sesuatu tapi tak ada satupun ide yang terlintas dalam kepalanya. Sekarang hari Sabtu, tapi justru Tae Hee sedang sibuk di pengadilan hari ini, suaminya sedang menangani kasus penting dan hari ini adalah sidang pertamanya sebagai Jaksa Penuntut Umum. 

     Demi menangani kasus ini, Tae Hee bahkan hampir tak punya waktu untuknya dan bayinya. Tae Hee selalu berangkat pagi dan pulang larut malam saat dia sudah tertidur karena lelah menunggunya, Ja Eun mendadak sangat merindukan suaminya. Dia menarik napas panjang, saat masih menjadi seorang Inteligen Kriminal, Tae Hee sudah sering tidak pulang, sekarang saat telah menjadi Jaksa pun, Tae Hee juga sama. Ja Eun tau menolong orang itu sangat penting, tapi di saat-saat seperti ini, dia merasa sangat membutuhkan Tae Hee lebih dari yang lain.

     Ja Eun mengambil sepucuk surat yang ditinggalkan Tae Hee diatas meja kecil di samping tempat tidur mereka. “Jangan terlalu lelah. Makanlah yang banyak dan istirahat. Aku mungkin tak bisa pulang saat makan malam. Makanlah dulu, jangan menungguku. I Miss You. I Love you, the both of you. Hwang Tae Hee”, Ja Eun menghempaskan surat itu ke ranjang dengan kesal.

      “Hanya sepucuk surat ?? Aku merindukanmu Oppa”, ujar Ja Eun hampir menangis karena terlalu merindukan suaminya.
    Ja Eun melirik jam dindingnya dan menyadari bahwa sebentar lagi akan tiba waktu makan siang. Dia mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi Tae Hee, tapi karena tak mendapat jawaban dari Tae Hee, dia pun akhirnya hanya mengirim pesan untuknya.

      “Aku merindukanmu, anak kita juga merindukanmu. Belakangan ini kau tak punya waktu untuk kami. Aku tau menolong orang itu penting, tapi tak bisakah sekali dalam seminggu kau luangkan waktu untuk kami ?? Oppa, apa kau sudah makan ?? Tidak peduli sesibuk apapun diriimu, jangan lupa untuk makan. Kau tau ?? Tiba-tiba saja aku ingin makan bubur manis yang pernah kau belikan untukku dulu. I MISS YOU. Your Ja Eun”, tulis Ja Eun di smsnya.

      Bosan di rumah, Ja Eun pun melangkah keluar kamarnya untuk melihat apa ada sesuatu yang bisa dia lakukan. Tapi semua orang sepertinya tak ada di rumah. Kedua ayah pasti sedang bekerja, begitu juga dengan Tae Phil dan Tae Shik. Mi Sook, istri Tae Phil pasti sedang menjemput Ha Na dan Guk Su di sekolah, Nenek pasti sedang tidur siang dikamarnya dan Ibu, pasti sedang memberi makan bebek di kandang bebek mereka. Menarik napas karena tak ada yang bisa menemaninya, Ja Eun lalu kembali ke kamarnya dan mengambil tas serta mantelnya dan memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar.

       Dia kembali menulis pesan yang dia tinggalkan di atas meja makan.
     “Halmoni, Eomoni, Tae Hee Oppa, aku bosan sendirian di rumah. Jangan mencariku. Aku hanya akan jalan-jalan sebentar. Sampai jumpa nanti malam”, tulis Ja Eun di kertas itu sebelum akhirnya melangkah keluar rumah.

    Awalnya Ja Eun hanya berjalan-jalan di sekitar peternakan Ojak, tapi saat melihat sebuah keluarga bahagia yang melintas di depannya, Ja Eun yang iri dengan keharmonisan keluarga itu, tanpa sadar mengikuti mereka hingga ke sebuah taman. Ja Eun duduk di salah satu bangku taman sambil memandang keluarga bahagia itu bermain bersama. Sepasang suami istri muda yang terlihat sangat saling mencintai, dengan sepasang anak laki-laki dan perempuan mereka, bermain bersama dengan bahagia.

     Ja Eun teringat masa kecilnya yang suram. Dia tidak memiliki Ibu dan hanya tinggal bersama ayahnya. Ja Eun tak punya saudara, kadang dia merasa sangat kesepian saat ayahnya pulang dari kantor larut malam. Itu sebabnya Ja Eun menganggap keluarga sangatlah berharga, dia ingin segera menikah dan membangun keluarga sendiri serta memiliki anak-anak yang lucu, anaknya dengan pria yang di cintainya. Tanpa sadar Ja Eun tersenyum seraya membelai perutnya yang membuncit, sambil membayangkan dia dan Tae Hee serta anak mereka nanti bisa bermain dengan gembira seperti mereka.

    Tiba-tiba Ja Eun menangis lagi, entah kenapa kehamilan ini membuatnya menjadi sangat sensitif. “Oppa, aku merindukanmu. Aku ingin mendengarmu bernyanyi lagi untukku”, batin Ja Eun sedih, sudah hampir sebulan lamanya Ja Eun tak bertemu muka dengan Tae Hee, dia bangun saat Tae Hee sudah pergi dan sudah tidur saat Tae Hee pulang ke rumah. Kadang Ja Eun menyalahkan kehamilannya yang membuatnya mudah sekali merasa lelah dan mengantuk. Kadang setiap malam dia bermimpi Tae Hee mengecup lembut keningnya dan membisikkan kata “I LOVE YOU” di telinganya, tapi rasa kantuk yang amat sangat membuatnya tak sanggup membuka mata.

     Ja Eun sibuk melamun saat sebuah bola menggelinding ke kakinya, Ja Eun membungkuk dan memungut bola itu. Tak lama kemudian, Seorang anak perempuan yang lucu menghampirinya dan menatapnya dengan polosnya.

    “Bibi, itu bolaku”, ujarnya lucu. Ja Eun tersenyum dan berlutut seraya menatap anak perempuan itu sambil tersenyum. “Ini bolamu ??”, tanya Ja Eun sayang.
      “Nde”, jawab anak itu.
      “Siapa namamu anak manis ??”, tanya Ja Eun lagi seraya membelai rambut panjang anak itu dengan sayang, membayangkan anaknya nanti akan secantik dan selucu gadis kecil ini. Tapi belum sempat gadis kecil itu menjawab, seorang wanita berlari menghampirinya.

     “Aiigoo..Dasar gadis nakal. Ibumu mencari kemana-mana. Ayo ikut kakak pulang. Jangan mengganggu kakak ini”, ujar Gadis itu dari arah belakang Ja Eun. 
     Ja Eun berdiri dan menjawab “Dia tidak menggangguku. Adikmu sangat lucu”, ujarnya tulus tapi saat menoleh kearah lawan bicaranya, Ja Eun hanya memandangnya shock seolah melihat hantu.
      “Kau..”, ujar mereka bersamaan, terkejut.

Yoon Ji Hoo’s Office..
     “Panti asuhan ?? Jadi gadis itu tinggal di panti asuhan ?? Bagaimana dia bisa tinggal di panti asuhan ?? Jika dia begitu mirip dengan Baek Ja Eun, pasti mereka punya hubungan yang special. Mungkinkah mereka kembar ??”, ujar Ji Hoo kaget saat membaca laporan dari mata-matanya. Sejak bertemu gadis itu di mall, Ji Hoo sangat penasaran dengan gadis itu. Dengan kekuasaan dan kekayaan F4, tidak sulit baginya untuk membayar orang dan mencari tau tentang latar belakang seseorang, dan akhirnya inilah yang di dapatkannya.

      Entah kenapa ada sesuatu dari gadis ini yang membuatnya sangat penasaran, bukan saja karena dia sangat mirip dengan salah satu pasiennya, Hwang Ja Eun, tapi karena rasa kecewa Ji Hoo karena Ja Eun sudah memiliki suami, membuatnya sedikit banyak berharap, jika saja Ja Eun punya saudara kembar, jika saja dia adalah Hwang Tae Hee, jika saja mereka punya kesempatan untuk bertemu lagi sebelum Ja Eun menikah dengan Hwang Tae Hee, mungkin dialah saat ini yang merasa bahagia memiliki keluarga dan istri secantik dan sebaik Ja Eun, Ji Hoo bahkan membayangkan jika saja anak yang dikandung Ja Eun adalah anaknya, dia pasti sangat bahagia sekali.

    “Baek Ja Eun, kenapa aku baru sadar kalau aku menyukaimu saat kau sudah memiliki suami ??”, Ji Hoo menarik napas. Terlalu banyak kata “Jika”. Hanya saja sayangnya, dia dan Baek Ja Eun sama sekali tidak berjodoh. Tapi sekarang, sepertinya Tuhan sudah berbaik hati padanya. Walau Ja Eun tak mungkin lagi diraihnya, tapi sekarang mendadak muncul seorang gadis yang sangat mirip dengannya. Seorang gadis yatim piatu bernama Kim Yui. Dari fisik, mereka sama persis. Hanya kehamilan Ja Eun yang membuat mereka terlihat berbeda saat ini.

    "KIM YUI ?? Siapa kau sebenarnya ?? Kau dan Baek Ja Eun benar-benar membuatku penasaran”, batin Ji Hoo sambil menggenggam foto Kim Yui. Dia memutuskan untuk menyelidiki masa lalu gadis ini saat dia melihat gadis itu bersama beberapa anak panti asuhan dan sepasang pria dan wanita berjalan ke sebuah taman.

     Matanya terus mengamati gadis itu diam-diam hingga Ji Hoo menangkap sosok lain yang sangat dirindukannya. Kedua gadis kembar itu berdiri diam saling menatap. Ji Hoo perlahan menghampiri mereka dengan tak kalah shocknya.

    “Ja Eun-ssi, lama tak jumpa”, ujar Ji Hoo menyapa Ja Eun lembut. Tapi Ja Eun tak menjawabnya karena terlalu shock, dia tetap memandang gadis di hadapannya tanpa mengatakan apapun.
     “Jadi kau yang bernama Baek Ja Eun ??”, ujar gadis itu, seraya mengingat pertemuannya dengan Ah Ra, Namsuk serta Ji Hoo di mall hari itu.

    Ja Eun yang shock tiba-tiba merasa perutnya sangat sakit, dia seketika berpegangan pada kursi taman tempat dia duduk tadi seraya mengerang pelan menahan sakit. Wanita hamil tak boleh stress, shock, depresi, sedih atau semua perasaan negatif lainnya karena bisa mempengaruhi janin.

     “Ahhhh.. Sakit sekali”, seru Ja Eun memegangi perutnya. Spontan Ji Hoo mendekat dan segera memapahnya khawatir.
     “Ja Eun-ssi, kau kenapa ??”, tanya Ji Hoo cemas.
     “Anakku”, ujar Ja Eun lemah, dengan wajah pucat.

    “Sepertinya kita harus membawanya ke Rumah Sakit”, ujar Yui ikut khawatir. Tanpa kata, mereka segera membawa Ja Eun kedalam mobil Ji Hoo dan melarikannya ke RS Suam miliknya. Yui menyusul dibelakang setelah menitipkan anak-anak panti yang di ajaknya ke taman pada temannya.

Suam Hospital..
    Untuk yang ketiga kalinya, Yoon Ji Hoo menyelamatkan Ja Eun. Dia melakukan yang terbaik agar tidak terjadi apa-apa pada Ja Eun dan bayinya. Di luar ruang operasi, Kim Yui menunggu dengan cemas. Entah kenapa, melihat Ja Eun kesakitan, dia juga merasakan sakit yang sama.

      “Siapa Baek Ja Eun ?? kenapa kami begitu mirip ?? Mungkinkah dia saudara kembarku ?? Tapi aku tak punya keluarga. Ibu kepala panti mengatakan bahwa 26 tahun yang lalu, mereka hanya menemukan aku di lokasi kejadian, semua keluargaku tewas. Bagaimana bisa..”, Kim Yui tak sanggup meneruskan kata-katanya.

      “Dia harus selamat. Baek Ja Eun harus selamat, agar dia bisa membantuku mencari tau yang sebenarnya”, batin Kim Yui penuh harap.

Kantor Kejaksaan...
    Hwang Tae Hee mendadak merasa hatinya tidak tenang. Begitu sidang selesai dia buru-buru mencari ponselnya dan berniat menelpon Ja Eun karena dia juga sangat merindukannya. Hatinya sedih saat melihat sekitar 20 panggilan telepon dari Ja Eun yang tak bisa di jawabnya, lebih sedih lagi saat membaca pesan yang di tinggalkannya.

      “Aku merindukanmu, anak kita juga merindukanmu. Belakangan ini kau tak punya waktu untuk kami. Aku tau menolong orang itu penting, tapi tak bisakah sekali dalam seminggu kau luangkan waktu untuk kami ?? Oppa, apa kau sudah makan ?? Tidak peduli sesibuk apapun dirimu, jangan lupa untuk makan. Kau tau ?? Tiba-tiba saja aku ingin makan bubur manis yang pernah kau belikan untukku dulu. I MISS YOU. Your Ja Eun”, tulis Ja Eun di smsnya. Rasa bersalah mencengkeram hati Hwang Tae Hee, dengan tergesa-gesa dia menelpon ponsel Ja Eun, tapi tak ada jawaban darinya.
   
     Panik. Tae Hee segera menelpon rumahnya untuk memastikan istri dan anaknya baik-baik saja.


      “Tae Hee-ah, untung kau menelpon. Ja Eun tak ada di rumah, kami tak tau dia pergi kemana. Ja Eun hanya meninggalkan sepucuk surat bahwa dia akan segera kembali. Tapi sampai sore ini, dia belum juga kembali”, ujar Ibu panik. Hati Tae Hee berdenyut sakit. Ja Eun menghilang, dia tidak menjawab teleponnya dan tak seorang pun tau dimana dia berada. Tae Hee dicengkeram ketakutan, dia ingat malam dimana Ja Eun mengalami pendarahan dan hampir membuatnya keguguran.

        “Tae Hee-ah..Kau dengar Ibu kan ??”, Ibu Hwang bertanya panik saat tak mendengar jawaban dari Tae Hee.
      “Aku dengar Ibu. Aku akan mencarinya sekarang, Ja Eun-ah, ku harap tak terjadi sesuatu yang buruk padanya”, jawab Tae Hee lirih, suaranya gemetar karena panik.

        Dia meraih ponselnya dan menelpon ayah Ja Eun, tapi ayah Ja Eun pun tak tau dimana putrinya sekarang. Tae Hee mendadak lemas, bayangan Ja Eun tergeletak bersimbah darah malam itu muncul lagi dalam ingatannya.

     “Ini salahku. Kalau sampai terjadi sesuatu yang buruk padamu, ini semua salahku. Aku tak menjagamu dengan baik. Aku seharusnya ada disisimu setiap saat, tapi aku justru lebih mementingkan kasusku dan tidak memperhatikanmu Ja Eun-ah.. Kau boleh marah padaku, kau boleh memukulku. Tapi aku mohon, pulanglah, Angkat teleponnya !!!”, seru Tae Hee frustasi dan panik.


    “Hyung, ada apa ??”, tanya Seo Dong Min saat melihat wajah Tae Hee pucat dan tangannya gemetar.
      “Ja Eun, Ja Eun.. Dia menghilang”, jawab Tae Hee dengan suara tercekat.
      “MWO ??”, Seo Dong Min pun ikut terkejut mendengarnya.

      Tae Hee kembali menelpon Ja Eun dan kali ini seseorang mengangkatnya.
      “Ja Eun-ah..”, Tae Hee berteriak lega, tapi kelegaan itu hanya sementara saja.
    “Maaf, aku hanya memungut ponsel ini di taman. Seorang wanita hamil menjatuhkan ponselnya saat dia mengalami pendarahan dan pingsan. Kau siapa ??”, jawab seseorang di ponsel Ja Eun.

      “Aku suaminya. Taman mana yang Anda maksud ? bagaimana kejadiannya ??”, tanya Tae Hee bertubi-tubi. Akhirnya setelah mendapat informasi dimana Ja Eun berada terakhir kali, Hwang Tae Hee dan Seo Dong Min segera menuju kesana. Tae Hee tidak mungkin menyetir sendiri saat dia sedang panik, itu sebabnya Dong Min bersikeras menemani.

      Setelah mengambil kembali ponsel Ja Eun dan mendengar kejadian yang sebenarnya dari orang itu, Tae Hee memutuskan untuk mencari Ja Eun ke semua RS.

Suam Hospital...
      “Jadi kau tidak berbohong waktu kau memanggilku Baek Ja Eun, aku baru menyadari bahwa kami berdua memang sangat mirip. Melihatmu sangat mengkhawatirkannya, sepertinya kau menyukainya. Tapi sayang sekali melihat kondisinya saat ini, kurasa kau tak punya kesempatan Dokter Yoon”, ujar Kim Yui penuh arti yang di di ikuti tatapan sinis dari Ji Hoo.

       “Apa maksudmu, Nona Kim ?? Baek Ja Eun hanya pasienku”, Ji Hoo mengelak.
     “Baiklah. Kuharap memang benar seperti itu, karena jika sampai suaminya tau, aku yakin dia akan langsung membunuhmu”, pancing Kim Yui iseng.
       “Apa maumu sebenarnya ??”, tanya Ji Hoo terganggu.
      “Berapa harga test DNA ? Aku ingin kau membantuku mencari tau kenapa kami begitu mirip, sebagai Dokter, kau pasti tau kan ??”, Yui tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.

       “Tidak mahal juga tak perlu repot. Kami hanya butuh sehelai rambutmu dan rambutnya untuk melakukan test DNA sebagai pembandingnya. Dalam 3 hari kau sudah tau hasilnya”, jawab Ji Hoo santai.

      “Benarkah ?? Semudah itu ?? Lakukan test DNA pada kami. Aku sangat ingin tau siapa Baek Ja Eun sebenarnya. Jika dia dan aku memang saudara, itu berarti aku tak sendirian lagi di dunia ini. Bagus sekali, aku akan punya keluarga mulai saat ini”, Kim Yui berseru riang sambil tersenyum pada Ja Eun yang terbaring di ranjang.
   “Baiklah. Aku minta sehelai rambutmu sebagai sampel”, jawab Ji Hoo sambil menggunting sehelai rambut Ja Eun.

Somewhere Out There...
     Hwang Tae Hee hampir gila. Istrinya tak ada dimana-mana. Dia sudah mendatangi semua RS yang letaknya tak jauh dari taman tempat terakhir Ja Eun berada, tapi tak ada jejak Ja Eun disana. Tangannya mencengkeram setir dengan gemetar. Belum pernah dia merasa sekhawatir ini sebelumnya. Ja Eun menghilang dengan bayi dalam kandungannya, dan dia tidak tau dimana mereka berdua.

     “Hyung, pelan-pelan lah. Kita akan mengalami kecelakaan jika kau menyetir seperti ini”, ujar Seo Dong Min, wajahnya pucat pasi melihat cara Tae Hee menyetir.
      “Ja Eun-ku.. Ja Eun-ku menghilang, bagaimana bisa aku tenang ??”, Tae Hee menjawab histeris.

        Saat mereka sedang kehilangan akal, tiba-tiba ponsel Tae Hee berbunyi.
     “Tolong angkat teleponku”, pintanya pada Dong Min, tanpa banyak kata Dong Min mengangkatnya.
        “Yeoboseyo..”, jawab Dong Min diponsel Tae Hee.
       “Kim PD-nim..”, ujar Dong Min, kaget saat mengetahui siapa yang menelpon. Setelah beberapa saat pembicaraan, Dong Min menatap Tae Hee bingung.

         “Hyung, aku tak tau ini berita baik atau buruk”, Dong Min terdiam sejenak.
         “Katakan !!”, jawab Tae Hee tanpa basa-basi.
     “Kim PD-nim mengatakan tadi sore saat dia baru saja datang dari bandara dan mengantar asistennya ke RS, saat dalam perjalanan pulang dari RS, dia melihat seorang gadis yang mirip dengan Ja Eun berjalan masuk ke dalam RS itu. Tapi anehnya..”, Dong Min terdiam.

       “Apa yang aneh ??”, tanya Tae Hee tak sabar.
      “Anehnya, Kim PD-nim mengatakan perut gadis itu rata, dia tidak hamil. Itu sebabnya Kim PD-nim tak yakin jika yang di lihatnya adalah Ja Eun-ssi. Dia berpikir dia salah lihat. Itu sebabnya dia menelpon untuk memastikan bahwa Ja Eun-ssi baik-baik saja. Hyung, mungkinkah...”, lagi-lagi Seo Dong Min tak melanjutkan kalimatnya.

       “Dimana RS-nya ??”, potong Tae Hee tak sabar.
       “Suam Hospital”, jawab Dong Min dan segera Tae Hee memutar balik mobilnya ke arah RS yang dimaksud.

Suam Hospital..
      Kim Yui baru saja mengambil minuman kaleng yang ada di mesin minuman saat tiba-tiba seorang pria tak dikenal, yang tak sengaja dia temui saat Yui akan naik ke dalam lift menariknya dan memeluknya erat.

     “Ja Eun-ah..akhirnya aku menemukanmu. Apa kau tau betapa cemasnya aku ??”, seru pria itu sambil memeluknya erat. Otak Yui berputar.
      “Ja Eun-ah ??”, batinnya bingung. Akhirnya dia mengerti bahwa pria ini mungkin adalah suami Baek Ja Eun.

     “Tuan.. Kurasa Anda salah.. Aku bukan..”, Yui berusaha menjelaskan tapi Tae Hee memotong kalimatnya.
     “Kenapa dengan kandunganmu ?? Dimana bayi kita ??”,tanya Tae Hee bingung saat melihat perut gadis itu langsing dan rata.

        “Ja Eun-ssi, jangan bilang kau keguguran”, seru Seo Dong Min ikut cemas. Yui menarik napas kesal.
       “YAAAA !!! Dengarkan aku dulu !!! AKU BUKAN BAEK JA EUN !!! Jika kalian ingin tau dimana Baek Ja Eun, ikut aku !!”, serunya kesal. Dia kesal karena semua orang mengira dia sebagai Baek Ja Eun.

        Tae Hee spontan melepaskan pelukannya, terlihat salah tingkah dan dengan canggung dia mengikuti gadis ini kemanapun dia melangkah.
        “Soal yang tadi.. Maaf. Kukira kau istriku. Tolong, jangan sampai ada orang lain yang tau. Aku tak mau istriku salah paham”, ujar Tae Hee risih.

         Yui tersenyum menenangkan.
      “Aku tau. Kuharap temanmu itu juga bisa menutup mulutnya. Kondisi Baek Ja Eun sangat lemah, 1 goncangan bisa membuatnya keguguran. Aku tak bisa bayangkan bagaimana jika seandainya dia tau suaminya memeluk wanita lain”, Yui iseng menggoda Tae Hee.

       “Apa kau sedang mengancamku ?”, tanya Tae Hee takut.
      “Aku hanya bercanda. Aku tau apa yang harus ku lakukan. Anda tenang saja”, ujarnya berjanji. Lalu dia pun mengantar mereka ke kamar tempat Ja Eun dirawat.
       “Dia disana”, ujar Yui menunjukkan kamarnya tapi saat Tae Hee melangkah masuk, dia tak sengaja melihat Yoon Ji Hoo mencium kening Ja Eun lembut dan membisikkan kata “Goodnight Princess”, pada Ja Eun yang tertidur.


      “Apa yang kau lakukan pada Istriku, Dokter Yoon ?? Ku harap kau tidak lupa kalau dia sudah punya suami ??”, Tae Hee berseru marah. Melihat Kim Jae Ha berdekatan dengan Ja Eun saja, dia sudah cemburu buta apalagi saat melihat pria lain mencium kening istrinya.

      Ji Hoo yang tak menyangka Tae Hee akan datang spontan menjauhkan dirinya dengan salah tingkah. Tae Hee bagaikan macan yang marah langsung mencengkeram kerah Ji Hoo dan memukulnya hingga jatuh ke lantai.

      “Aku tak peduli walau kau sudah menyelamatkan nyawanya. Sekali lagi aku melihatmu mendekati istriku, aku akan menghajarmu. Baek Ja Eun istriku dan takkan ku biarkan siapapun merebutnya dariku. Tidak kau !! Tidak Kim Jae Ha !! Tidak juga yang lain”, ujar Tae Hee marah.

      “Hyung, sudahlah !! Ini RS !! Kau tak boleh memukul dokter, lagipula Ja Eun-ssi sedang istirahat. Dia butuh ketenangan”, ujar Seo Dong Min seraya menahan Tae Hee yang marah. Mendengar nama Ja Eun disebut, Tae Hee kembali tenang.

     “Maaf.. Aku tak sengaja, Tuan Hwang”, jawab Ji Hoo merasa bersalah. Baru saja Tae Hee akan menjawab, Ja Eun tiba-tiba terbangun dan memanggilnya lembut.

     “Tae Hee Oppa, apa itu kau ??”, tanya Ja Eun dengan mata masih terpejam, tapi dia bisa mendengar sedang terjadi keributan disana. Mendengar Ja Eun memanggilnya, Tae Hee buru-buru menghampirinya dan duduk disamping ranjangnya.

    “Nde, Ja Eun-ah, ini aku. Bagaimana keadaanmu ??”, tanya Tae Hee lembut seraya menggenggam erat tangan Ja Eun. Ja Eun membuka matanya perlahan dan tersenyum  melihat suaminya ada disana.

      “Kau pulang. Jam berapa sekarang ?? Apa kau sudah makan malam ?? Kenapa belakangan ini kau selalu pulang larut malam ?? Apa kau tau kalau aku sangat merindukanmu ?? Anak kita merindukanmu, aku juga rindu”, ujar Ja Eun dengan tatapan mata sendu. Hati Tae Hee seolah bagai disayat sembilu. Ja Eun merindukannya, tapi dia justru tidak menyadari hal ini. Tae Hee terlalu fokus pada pekerjaannya sebagai Jaksa dan dia bahkan melupakan istri dan anaknya.

      Tae Hee tau dia bersalah, dia seharusnya lebih memperhatikan mereka. Ja Eun menghilang dan kini terbaring di RS, itu semua karena dia kurang perhatian. Airmata Tae Hee meneteskan pelan.Dia sadar betapa dia juga sangat merindukan Ja Eun.Spontan dia memeluk Ja Eun erat dan mengucapkan kata maaf berulang-ulang.


“Mianhe Ja Eun-ah..Mianhanda. Aku tak pernah ada disisimu saat kau membutuhkan aku. Aku selalu pulang larut malam, aku mengabaikanmu, aku kurang memperhatikanmu. Maafkan aku. I Miss you, Ja Eun-ah”, ujar Tae Hee sambil memeluknya lembut. Lupa kalau ada orang lain ditempat itu.

Melihat betapa mesranya sepasang suami istri muda itu, perlahan tapi pasti satu per satu dari mereka berjalan keluar dari kamar itu tanpa suara, meninggalkan Tae Hee dan Ja Eun hanya berdua.

“Oppa, kau sudah makan ??”, tanya Ja Eun dengan polosnya. Tae Hee mengangguk pelan. Tapi nyatanya dia berbohong, mana mungkin dia bisa makan bila dia tau istrinya menghilang ?? Tapi karena tak ingin Ja Eun cemas, Tae Hee hanya mengangguk singkat.

“Tidurlah lagi. Kau masih mengantuk kan ??”, tnya Tae Hee saat menyadari bahwa Ja Eun masih mengantuk. 
Ja Eun mengangguk singkat. “Nde..Tapi aku tak mau tidur”, jawabnya polos. 
“Wae ??”, tanya Tae Hee bingung. 

“Karena jika aku pejamkan mataku, aku takut saat aku kembali membuka mataku, kau sudah tak ada disampingku. Selama hampir sebulan ini kau selalu berangkat kerja pagi-pagi sekali saat aku masih tidur dan pulang larut malam saat aku sudah tidur. Akibatnya aku sangat merindukanmu. Aku tak mau itu terjadi lagi”, jawab Ja Eun ngambek.

Tae Hee tersenyum lembut walau merasa hatinya sakit. Dia membayangkan betapa banyak malam yang dilalui Ja Eun sendirian tanpanya dan itu membuatnya semakin merasa bersalah. Tae Hee tak tau bagaimana cara dia menebusnya.

“Aku tidak akan kemana-mana. Saat kau buka matamu besok pagi, aku akan disini bersamamu. Aku janji”, ujar Tae Hee berjanji. Ja Eun tersenyum lega lalu kembali memegang tangan Tae Hee dan menunjuk kasurnya.

“Kalau begitu tidurlah disampingku”, pinta Ja Eun tanpa bisa dibantah. 
“MWO ??”, Tae Hee berseru kaget. 
“Waeyo ?? Kau kan suamiku, apa salah jika aku meminta suamiku tidur disampingku ??”, tanya Ja Eun polos. Tae Hee menggeleng pelan. 
“Tidak, Bukan seperti itu !!”, Tae Hee terlihat salah tingkah.

“Jika saja kita dirumah, tentu aku akan dengan senang hati tidur di sampingmu dan mendekapmu erat dalam pelukanku, tapi ini RS..Aku takut ada yang melihat kita”, ujar Tae Hee dalam hati, terlalu malu untuk menyuarakannya.

“Kau tak mau tidur disampingku lagi ?? Apa ada wanita lain ??”, tanya Ja Eun polos.
         “TIDAK !!! Kau ini bicara apa ?? Kau tau aku bukan pria yang gampang jatuh cinta. Kau tau sendiri kan aku tak pernah pacaran dengan wanita manapun sebelumnya. Kaulah satu-satunya wanita yang pernah dan akan selamanya ku cintai. Baek Ja Eun, Kau cinta pertama dan terakhirku. Takkan pernah ada yang menggantikanmu”, ujar Tae Hee spontan. Ja Eun tersenyum senang mendengarnya.

        “Kalau begitu tidurlah disini. Aku ingin tidur dalam pelukanmu”, jawab Ja Eun seraya menggeser tubuhnya dan memberi ruang kosong bagi Tae Hee. Melihat Ja Eun yang tak bisa dibantah lagi, Tae Hee pun akhirnya naik keatas tempat tidur dan tidur disamping Ja Eun. Ja Eun merapatkan tubuhnya dan berbaring di dada Tae Hee yang bidang.

        “Oppa, berjanjilah kau takkan kemana-mana. Saat aku bangun nanti, aku ingin kaulah orang pertama yang kulihat”, gumam Ja Eun, mulai mengantuk.
         Tae Hee mengangguk mantap sambil membelai rambut Ja Eun lembut.
     “Saat kau bangun nanti, akulah orang pertama yang kau lihat. Sekarang tidurlah. Jaljayo, chagiya. Saranghae !!”, jawab Tae Hee lembut.
       “Nado Saranghae, Tae Hee Oppa”, jawab Ja Eun seraya meletakkan tangan mereka diatas perutnya.
        “Kau tak ingin mengucapkan selamat tidur padanya ??”, tanya Ja Eun, menunjuk pada bayi diperutnya. Tae Hee tersenyum lembut, hatinya mendadak merasa hangat. 

       “Tentu. Selamat malam, anakku. Ayah sayang Tae Eun”, ujar Tae Hee lembut pada anaknya. Anak.
         “Tae Eun juga sayang ayah. Jaljayo, Appa”, Ja Eun mewakili putrinya menjawab, lalu setelah mencium bibir Tae Hee lembut, dia pun tertidur lelap.

Tae Hee hanya memandang istrinya dengan tersenyum hangat. Setiap kali Tae Hee ingat tentang anaknya, hatinya mendadak dipenuhi kehangatan dan kebahagiaan. Anaknya dan Ja Eun, wanita yang sangat dicintainya, 2 orang yang sangat berarti dalam hidupnya.

“Aku tak bisa bayangkan apa yang terjadi padaku jika aku kehilanganmu. Ja Eun-ah, hanya memikirkannya saja sudah membuatku tak bisa bernapas. Rasanya aku bagaikan hidup di neraka. Maaf. Karena aku kurang memperhatikanmu selama ini, tapi aku berjanji mulai saat ini, kau dan Tae Eun akan selalu menjadi yang utama untukku. Kalian adalah hal yang paling penting dalam hidupku. Saranghae, Hwang Ja Eun. Tidurlah yang nyenyak, My Queen !! Jangan lupa mimpikan aku”, bisik Tae Hee lembut di telinga Ja Eun sambil mengeratkan pelukannya di tubuh buncit istrinya.

      Tae Hee merasa sangat lelah, tapi dia tidak bisa tertidur sebelum mengetahui bagaimana keadaan Ja Eun dan apa yang terjadi sebenarnya. Itulah sebabnya saat merasa Ja Eun sudah tertidur pulas, dengan perlahan Tae Hee mencoba melepaskan pelukannya di tubuh Ja Eun dan turun dari tempat tidur, tapi rupanya Ja Eun mengetahui hal itu.

       “Jangan pergi !! Kau berjanji takkan pergi !!”, gumam Ja Eun dengan mata masih terpejam seraya kembali memeluk Tae Hee. Tae Hee menarik napas sambil tersenyum lembut. 
      “Aku tidak pergi Ja Eun-ah, aku hanya akan ke toilet sebentar. Aku akan segera kembali menemanimu, okay ??”, bujuk Tae Hee lembut.

       “Jika kau tak segera kembali, aku tak mau melihatmu lagi”, ancam Ja Eun lemah dengan keadaan setengah sadar dan melepaskan pelukannya di pinggang Tae Hee.
          “Aku akan segera kembali”, Janji Tae Hee sambil mencium pipi Ja Eun mesra.

Yoon Ji Hoo’s Ofiice..
          Ji Hoo termenung memikirkan ucapan Yui padanya tadi.
         “Sudah ku bilang kan, kau menyukainya. Baek Ja Eun, kau menyukai wanita itu tapi sayangnya dia sudah menikah, tak ada kesempatan untukmu. Jika kau pintar, sebelum kau semakin menyakiti dirimu sendiri, lebih baik lupakan dia dan buka hatimu untuk wanita lain. Aku tau kau bukan tipe orang yang suka merusak rumah tangga orang lain. Kau lihat bagaimana suaminya sangat mencintai Baek Ja Eun kan ?? Gila rasanya kalau kau mencoba masuk ke dalam kehidupan mereka. Lupakan Baek Ja Eun dan carilah wanita lain”, ujar Kim Yui menasehati Ji Hoo.

        Ji Hoo tersenyum tipis. “Kenapa aku tak pernah beruntung dalam cinta ?? Min Seo Hyun hanya menganggapku adik dan dia lebih memilih menikah dengan seorang pria tua yang kaya raya. Geum Jan Di pun lebih memilih Gu Jun Pyo daripada aku. Dan sekarang, aku justru menyukai wanita yang sudah bersuami. Yoon Ji Hoo, nasibmu sungguh tragis. Benarkah tak ada seorang pun untukku ?? Haruskah aku menjalani hidup ini seorang diri selamanya ??”, batin Ji Hoo miris saat mengingat kisah cintanya yang selalu berakhir tragis.

        “Baek Ja Eun, aku lah yang lebih dulu bertemu denganmu. Bukankah ini berarti kita berjodoh ?? Kenapa kau malah memilih bersamanya ?? Hwang Tae Hee, aku iri padamu. Aku benar-benar berharap bisa bertukar tempat denganmu”, lanjutnya pahit. Sekali lagi, iri dengan semua yang dimiliki Tae Hee. Istri yang baik dan cantik, keluarga yang hangat, sesuatu yang sangat dia impikan tapi tak pernah dia dapatkan hingga sekarang.

      Ji Hoo hanya menatap kosong langit malam melalui jendela ruang kerjanya saat tiba-tiba terdengar suara ketukan dipintu.
      “Maaf jika aku mengganggu malam-malam begini. Bolehkah aku masuk ??”, tanya seorang pria dari arah luar ruang kerjanya.

       “Hwang Tae Hee. Dia pasti ingin membuat perhitungan denganku karena aku telah mencium istrinya”, batin Ji Hoo miris.
         “Masuklah”, jawabnya pasrah.

      “Apa yang sebenarnya terjadi dengan istriku ?? Seorang wanita menemukan ponsel istriku terjatuh di taman dan dia berkata bahwa dia melihat istriku mengalami pendarahan dan seorang pria menggendongnya. Apa pria itu kau ?? Kenapa Ja Eun bisa pendarahan ?? Bagaimana keadaannya sekarang ?? Aku perlu tau. Aku perlu mengerti”, ujar Tae Hee tanpa basa-basi.

         “Banyak sekali pertanyaanmu Officer Hwang”, jawab Ji Hoo seraya duduk kembali di meja kerjanya.
        “Aku tak sengaja lewat di sebuah taman saat aku melihat ada 2 Ja Eun disana. Rasa penasaranku membuatku menghampiri mereka. Kurasa Ja Eun shock saat melihat seseorang yang berwajah mirip dengannya berdiri di hadapannya. Dia lalu mengeluh perutnya sakit dan kemudian aku melihat darah mengalir pelan di kedua kakinya. Sebagai seorang Dokter, aku harus menolongnya kan ?? Aku menggendongnya dan membawanya ke RS. Sejak awal sudah ku katakan bahwa kandungan istrimu sangat lemah, kau harus menjaganya baik-baik jika tidak ingin melihatnya keguguran. Ja Eun tak boleh stress, marah, sedih, shock ataupun perasaan negatif lainnya, dia harus selalu bahagia. Tapi sepertinya belakangan ini kau lupa hal itu, benarkan ?? Jika kau tidak bisa menjaganya dengan baik, jangan salahkan bila ada pria lain yang ingin merampasnya”, jawab Ji Hoo dengan nada menantang.


         “Apa maksudmu ?? Kau menyukai Hwang Ja Eun ??”, tanya Tae Hee langsung tepat pada sasaran.
        “Ini sudah yang kedua kalinya Ja Eun-ssi seperti ini. Jika kau tak tau bagaimana caranya menjadi seorang suami yang baik, lebih baik lepaskan dia !!”, tantang Ji Hoo dengan berani.

          “Apa kau bilang ??”, seru Tae Hee marah lalu segera menarik Ji Hoo dari kursinya dan mencengkeram kerahnya. Tapi Ji Hoo hanya tertawa santai.
     “Sekarang aku tau kenapa Baek Ja Eun memilihmu. Bisa kulihat kau sangat mencintainya. Kurasa kau pasti tidak akan membiarkan siapapun merebutnya, benarkan ?? Dilihat dari caramu menatapku dengan marah seperti ini, aku bisa merasakan bahwa cintamu padanya sangat besar dan kau pasti akan berjuang keras agar dia bahagia. Aku kalah darimu Officer Hwang. Aku tak pernah punya keberanian untuk mempertahankan wanita yang kucintai. Aku senang Baek Ja Eun memilihmu, kuharap kau bisa menjaganya baik-baik. Aku akan mundur mulai sekarang”, ujar Ji Hoo tulus.

          Tae Hee melepaskan cengkeramannya karena bingung. 
“Kau benar-benar menyukai istriku ?”, tanyanya polos. 
“Benar. Aku tidak menyangkal aku punya perasaan istimewa padanya, hanya saja aku sudah terlambat. Andai saja dia belum menikah, mungkin aku akan langsung mengejarnya. Aku yang lebih dulu bertemu dengannya, tapi sepertinya kami memang tidak berjodoh. Jika tidak, dia tak mungkin bertemu denganmu dan jatuh cinta padamu. Aku kalah, kalah sejak awal. Selamat, kau memiliki seorang istri yang sempurna. Kau beruntung Tuan Hwang, Jangan sia-siakan dia !!”, jawab Ji Hoo jujur.

“Aku pasti akan menjaganya baik-baik. Baek Ja Eun adalah separuh jiwaku, tanpanya, aku akan mati. Membayangkan aku akan kehilangannya sudah membuatku tak bisa bernapas, apalagi jika aku benar-benar akan kehilangan dia. Jadi kau jangan cemas, aku tau bagaimana menjaga istriku”, jawab Tae Hee mantap.

“Jika dia sudah sadar, kau boleh membawanya pulang. Tapi dia masih harus istirahat total. Ingat, Ja Eun-ssi tak boleh stress atau semacamnya”, Ji Hoo kembali menasehati.

“terima kasih. Lalu bagaimana dengan gadis itu ??”, tanya Tae Hee lagi. 
“Kenapa kau tidak tanyakan hal ini pada Ayah Mertuamu ?? Benarkah ayah mertuamu hanya memiliki seorang Putri ?? Gadis itu sudah memintaku melakukan test DNA. Jika test DNA mereka cocok, kemungkinan gadis itu akan jadi adik iparmu”, jawab Ji Hoo menjelaskan.

Tae Hee tersenyum tipis, sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepalanya. 
“Jika kau benar-benar menyukai Ja Eun, kenapa tidak menjalin hubungan dengan adiknya ?? Bukankah secara fisik mereka sama ?? Lebih baik kau menikah saja dengan gadis itu daripada kau selalu membuatku tidak tenang”, ujar Tae Hee memberi ide, sesaat sebelum akhirnya meninggalkan kantor itu dan kembali ke kamar Ja Eun.

Ojakgyo Farm, 8th Month Pregnancy..
         Sejak peristiwa hilangnya Ja Eun, Tae Hee tak pernah lagi berangkat kerja pagi-pagi buta dan pulang larut malam. Dia selalu berangkat kerja saat Ja Eun sudah bangun, menikmati makan pagi bersama seluruh anggota keluarga, menemani Ja Eun berjalan-jalan sebentar di sekitar peternakan, barulah dia berangkat ke kantornya. Tae Hee pun selalu mengusahakan agar bisa pulang makan siang bersama Ja Eun, dia juga selalu menelpon Ja Eun setiap kali ada waktu, menanyakan bagaimana keadaannya hari ini, apa ada yang sakit, apa Ja Eun baik-baik saja, atau tentang bagaimana keadaan anak mereka hari ini. Tae Hee selalu pulang ke rumah tepat pukul 6 sore. Saat dia terjebak macet pun, dia selalu menelpon Ja Eun dan mengatakan apa yang menimpanya saat itu agar Ja Eun tak cemas menunggunya. Seluruh keluarga Hwang bisa melihat Tae Hee berubah menjadi lebih perhatian dan lembut pada istrinya.

     Tae Hee pun tak pernah bekerja di akhir pekan lagi. Hari sabtu dan minggu dia habiskan untuk menemani Ja Eun. Jika bukan memeriksakan kandungan Ja Eun, mereka pasti berbelanja kebutuhan bayi. Tae Hee sudah tidak sabar menantikan putrinya lahir. Sama seperti hari ini. Tae Hee menemani Ja Eun membeli perlengkapan bayi, lagi. Setelah meletakkan perlengkapan bayi itu di kamar yang sudah disiapkan untuknya, Tae Hee keluar sebentar untuk mengambil minum dan meninggalkan Ja Eun sendirian di dalam kamar.

     Ja Eun dengan riang berdiri di tengah-tengah kamar tidur bayinya. Dia sangat berterima kasih atas apa yang dilakukan oleh Ibu Mertuanya, tanpa Ibu Mertuanya, kamar tidur bayi ini pasti terasa kosong, tapi sekarang kamar ini berubah menjadi kamar tidur yang sangat cantik, penuh dengan pernak-pernik berwarna pink. Ibu mertuanya lah yang mendekorasi kamar bayi sehingga menjadi cantik seperti ini. Tentu saja Nenek ikut membantu, tapi karena Nenek sudah tua, dia juga tak banyak membantu.

Dinding di kamar itu berwarna pink, tempat tidur bayi juga pink, baju-baju mungil dan sepatu bayi berwarna pink, berbagai macam boneka dan mainan bayi juga ada disana. Ja Eun merasa sangat bahagia dan berterima kasih pada Ibu Mertuanya.

Ja Eun tersenyum dan melihat perutnya, membelainya lembut. 
“Lihat apa yang sudah dilakukan Nenek untukmu.. Kamarmu jadi sangat indah dan cantik. Nenek tidak sabar ingin ingin segera melihatmu. Jadi cepatlah lahir saying, kami semua menantikanmu”, Ja Eun bicara pada bayinya.

Tae Hee kembali ke kamar itu dan tidak sengaja melihat istrinya berbicara pada bayinya. Tae Hee tersenyum, saat itu Ja Eun terlihat begitu cantik dimatanya. Tae Hee berjalan mengendap-endap ke dalam kamar, mengetahui bahwa istrinya tidak melihat karena dia sedang berdiri membelakanginya.

Berjalan tanpa suara, Tae Hee tiba-tiba melingkarkan lengannya di dada Ja Eun dan memeluknya dari belakang. Ja Eun terlonjak. 


“HWANG TAE HEE !!! Sudah berapa kali kukatakan jangan berjalan mengendap-endap seperti itu“, Ja Eun berteriak seraya melepaskan lengan Tae Hee dan berbalik menghadapnya.

Tae Hee tersenyum nakal dan kembali melingkarkan lengannya di tubuh Ja Eun seraya berkata “Maaf Sayang, hanya saja kau terlihat begitu manis“, ujarnya dengan melemparkan senyuman sejuta dollarnya. 

“Kau membuat bayinya menendangku“, Ja Eun cemberut seraya melihat perutnya yang membuncit. 

      Tae Hee juga melihat perut Ja Eun dan menyadari bahwa saat ini dia tidak bisa memeluk Ja Eun seperti sebelumnya. Perutnya yang menbuncit menjadi penghalang.

“Aku bahkan tidak bisa memelukmu lagi. Sungguh tidak adil“, Tae Hee mengeluh seperti anak kecil. 
Ja Eun memukul tangannya ringan sambil tertawa. “Jangan mengeluh lagi. Bulan depan dia akan lahir “. 
Ekspresi wajah Tae Hee berubah menjadi nakal lagi, dia menatap mata Ja Eun dan berkata “Yeah..lalu kita bisa membuat yang lain lagi“, ujarnya seraya tersenyum nakal.

Mata Ja Eun melebar “TIDAK !!! Tidak hingga aku menginginkannya.Kau bukan orang yang membawa bayi ini di perutmu. Ini sangat menyakitkan, melelahkan dan ditambah lagi aku merasa telah berubah menjadi seekor gajah “, Ja Eun kembali cemberut.

Tae Hee hanya tertawa. “ Baik. Baik. Kita akan menunggu hingga kau siap. Tapi lebih baik jangan terlalu lama karena aku tidak ingin My Princess jadi kesepian “, jawab Tae Hee seraya mencium bibir Ja Eun.

“My Princess ? Siapa yang kau maksud dengan “My Princess “ itu ?”, Tanya Ja Eun cemberut. Tae Hee tertawa melihat istrinya yang cemburu.

“HWANG TAE EUN IS MY PRINCESS “, jawab Tae Hee seraya membelai perut Ja Eun. 
“Lalu aku..?”, Ja Eun tiba-tiba merasa cemburu pada putrinya sendiri. 
“ YOU ARE MY QUEEN, HWANG JA EUN “, jawab Tae Hee tersenyum. 
Wajah Ja Eun memerah karena malu, Tae Hee melihat itu. 
“Jangan bilang padaku, kau cemburu pada putrimu sendiri ??”, Tanya Tae Hee, lalu mereka berdua tertawa lagi.

To Be Continued ....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Native Ads