Author : Liana Wijaya
Starring :
Joo Won as Hwang Tae Hee
Uee’s After School as Hwang (Baek) Ja Eun
Kim Hyun Joong as Dokter Yoon Ji Hoo
Jung Suk Won as Kim Jae Ha (Hwang Tae Hee’s Step Brother)
Foreword : Hwang Tae
Hee & Baek Ja Eun’s Mariage Life....
“You Are My Endless Love 5 – Ojakgyo Brothers
Fanfiction / Uee and Joo Won Fanfiction”
“CHAPTER
5 : You're The Queen Of My Heart"
Ojakgyo Farm, 7th Month Pregnancy..
Hwang (Baek) Ja Eun duduk santai di
dalam kamarnya sambil membaca banyak sekali buku tentang ibu hamil dan bayinya
saat tiba-tiba dia mulai merasa bosan. Ja Eun meraih buku sketsanya dan ingin
melukis sesuatu tapi tak ada satupun ide yang terlintas dalam kepalanya.
Sekarang hari Sabtu, tapi justru Tae Hee sedang sibuk di pengadilan hari ini,
suaminya sedang menangani kasus penting dan hari ini adalah sidang pertamanya
sebagai Jaksa Penuntut Umum.
Demi menangani kasus ini, Tae Hee bahkan hampir
tak punya waktu untuknya dan bayinya. Tae Hee selalu berangkat pagi dan pulang
larut malam saat dia sudah tertidur karena lelah menunggunya, Ja Eun mendadak
sangat merindukan suaminya. Dia menarik napas panjang, saat masih menjadi
seorang Inteligen Kriminal, Tae Hee sudah sering tidak pulang, sekarang saat
telah menjadi Jaksa pun, Tae Hee juga sama. Ja Eun tau menolong orang itu
sangat penting, tapi di saat-saat seperti ini, dia merasa sangat membutuhkan
Tae Hee lebih dari yang lain.
Ja Eun mengambil sepucuk surat yang
ditinggalkan Tae Hee diatas meja kecil di samping tempat tidur mereka. “Jangan
terlalu lelah. Makanlah yang banyak dan istirahat. Aku mungkin tak bisa pulang
saat makan malam. Makanlah dulu, jangan menungguku. I Miss You. I Love you, the
both of you. Hwang Tae Hee”, Ja Eun menghempaskan surat itu ke ranjang dengan
kesal.
“Hanya sepucuk surat ?? Aku
merindukanmu Oppa”, ujar Ja Eun hampir menangis karena terlalu merindukan
suaminya.
Ja Eun melirik jam dindingnya dan
menyadari bahwa sebentar lagi akan tiba waktu makan siang. Dia mengambil
ponselnya dan mencoba menghubungi Tae Hee, tapi karena tak mendapat jawaban
dari Tae Hee, dia pun akhirnya hanya mengirim pesan untuknya.
“Aku merindukanmu, anak kita juga
merindukanmu. Belakangan ini kau tak punya waktu untuk kami. Aku tau menolong
orang itu penting, tapi tak bisakah sekali dalam seminggu kau luangkan waktu
untuk kami ?? Oppa, apa kau sudah makan ?? Tidak peduli sesibuk apapun diriimu,
jangan lupa untuk makan. Kau tau ?? Tiba-tiba saja aku ingin makan bubur manis
yang pernah kau belikan untukku dulu. I MISS YOU. Your Ja Eun”, tulis Ja Eun di
smsnya.
Bosan di rumah, Ja Eun pun melangkah
keluar kamarnya untuk melihat apa ada sesuatu yang bisa dia lakukan. Tapi semua
orang sepertinya tak ada di rumah. Kedua ayah pasti sedang bekerja, begitu juga
dengan Tae Phil dan Tae Shik. Mi Sook, istri Tae Phil pasti sedang menjemput Ha
Na dan Guk Su di sekolah, Nenek pasti sedang tidur siang dikamarnya dan Ibu,
pasti sedang memberi makan bebek di kandang bebek mereka. Menarik napas karena
tak ada yang bisa menemaninya, Ja Eun lalu kembali ke kamarnya dan mengambil
tas serta mantelnya dan memutuskan untuk berjalan-jalan sebentar.
Dia kembali menulis pesan yang dia
tinggalkan di atas meja makan.
“Halmoni, Eomoni, Tae Hee Oppa, aku
bosan sendirian di rumah. Jangan mencariku. Aku hanya akan jalan-jalan
sebentar. Sampai jumpa nanti malam”, tulis Ja Eun di kertas itu sebelum akhirnya
melangkah keluar rumah.
Awalnya Ja Eun hanya berjalan-jalan di
sekitar peternakan Ojak, tapi saat melihat sebuah keluarga bahagia yang
melintas di depannya, Ja Eun yang iri dengan keharmonisan keluarga itu, tanpa
sadar mengikuti mereka hingga ke sebuah taman. Ja Eun duduk di salah satu
bangku taman sambil memandang keluarga bahagia itu bermain bersama. Sepasang
suami istri muda yang terlihat sangat saling mencintai, dengan sepasang anak
laki-laki dan perempuan mereka, bermain bersama dengan bahagia.
Ja Eun teringat masa kecilnya yang
suram. Dia tidak memiliki Ibu dan hanya tinggal bersama ayahnya. Ja Eun tak
punya saudara, kadang dia merasa sangat kesepian saat ayahnya pulang dari
kantor larut malam. Itu sebabnya Ja Eun menganggap keluarga sangatlah berharga,
dia ingin segera menikah dan membangun keluarga sendiri serta memiliki
anak-anak yang lucu, anaknya dengan pria yang di cintainya. Tanpa sadar Ja Eun
tersenyum seraya membelai perutnya yang membuncit, sambil membayangkan dia dan
Tae Hee serta anak mereka nanti bisa bermain dengan gembira seperti mereka.
Tiba-tiba Ja Eun menangis lagi, entah
kenapa kehamilan ini membuatnya menjadi sangat sensitif. “Oppa, aku
merindukanmu. Aku ingin mendengarmu bernyanyi lagi untukku”, batin Ja Eun
sedih, sudah hampir sebulan lamanya Ja Eun tak bertemu muka dengan Tae Hee, dia
bangun saat Tae Hee sudah pergi dan sudah tidur saat Tae Hee pulang ke rumah.
Kadang Ja Eun menyalahkan kehamilannya yang membuatnya mudah sekali merasa
lelah dan mengantuk. Kadang setiap malam dia bermimpi Tae Hee mengecup lembut
keningnya dan membisikkan kata “I LOVE YOU” di telinganya, tapi rasa kantuk
yang amat sangat membuatnya tak sanggup membuka mata.
Ja Eun sibuk melamun saat sebuah bola
menggelinding ke kakinya, Ja Eun membungkuk dan memungut bola itu. Tak lama
kemudian, Seorang anak perempuan yang lucu menghampirinya dan menatapnya dengan
polosnya.
“Bibi, itu bolaku”, ujarnya lucu. Ja
Eun tersenyum dan berlutut seraya menatap anak perempuan itu sambil tersenyum.
“Ini bolamu ??”, tanya Ja Eun sayang.
“Nde”, jawab anak itu.
“Siapa namamu anak manis ??”, tanya Ja
Eun lagi seraya membelai rambut panjang anak itu dengan sayang, membayangkan
anaknya nanti akan secantik dan selucu gadis kecil ini. Tapi belum sempat gadis
kecil itu menjawab, seorang wanita berlari menghampirinya.
“Aiigoo..Dasar gadis nakal. Ibumu
mencari kemana-mana. Ayo ikut kakak pulang. Jangan mengganggu kakak ini”, ujar
Gadis itu dari arah belakang Ja Eun.
Ja Eun berdiri dan menjawab “Dia tidak
menggangguku. Adikmu sangat lucu”, ujarnya tulus tapi saat menoleh kearah lawan
bicaranya, Ja Eun hanya memandangnya shock seolah melihat hantu.
“Kau..”, ujar mereka bersamaan,
terkejut.
Yoon Ji Hoo’s Office..
“Panti asuhan ?? Jadi gadis itu
tinggal di panti asuhan ?? Bagaimana dia bisa tinggal di panti asuhan ?? Jika
dia begitu mirip dengan Baek Ja Eun, pasti mereka punya hubungan yang special.
Mungkinkah mereka kembar ??”, ujar Ji Hoo kaget saat membaca laporan dari
mata-matanya. Sejak bertemu gadis itu di mall, Ji Hoo sangat penasaran dengan
gadis itu. Dengan kekuasaan dan kekayaan F4, tidak sulit baginya untuk membayar
orang dan mencari tau tentang latar belakang seseorang, dan akhirnya inilah
yang di dapatkannya.
Entah kenapa ada sesuatu dari gadis
ini yang membuatnya sangat penasaran, bukan saja karena dia sangat mirip dengan
salah satu pasiennya, Hwang Ja Eun, tapi karena rasa kecewa Ji Hoo karena Ja
Eun sudah memiliki suami, membuatnya sedikit banyak berharap, jika saja Ja Eun
punya saudara kembar, jika saja dia adalah Hwang Tae Hee, jika saja mereka
punya kesempatan untuk bertemu lagi sebelum Ja Eun menikah dengan Hwang Tae
Hee, mungkin dialah saat ini yang merasa bahagia memiliki keluarga dan istri
secantik dan sebaik Ja Eun, Ji Hoo bahkan membayangkan jika saja anak yang
dikandung Ja Eun adalah anaknya, dia pasti sangat bahagia sekali.
“Baek Ja Eun, kenapa aku baru sadar
kalau aku menyukaimu saat kau sudah memiliki suami ??”, Ji Hoo menarik napas.
Terlalu banyak kata “Jika”. Hanya saja sayangnya, dia dan Baek Ja Eun sama
sekali tidak berjodoh. Tapi sekarang, sepertinya Tuhan sudah berbaik hati
padanya. Walau Ja Eun tak mungkin lagi diraihnya, tapi sekarang mendadak muncul
seorang gadis yang sangat mirip dengannya. Seorang gadis yatim piatu bernama
Kim Yui. Dari fisik, mereka sama persis. Hanya kehamilan Ja Eun yang membuat
mereka terlihat berbeda saat ini.
"KIM YUI ?? Siapa kau sebenarnya ??
Kau dan Baek Ja Eun benar-benar membuatku penasaran”, batin Ji Hoo sambil
menggenggam foto Kim Yui. Dia memutuskan untuk menyelidiki masa lalu gadis ini
saat dia melihat gadis itu bersama beberapa anak panti asuhan dan sepasang pria
dan wanita berjalan ke sebuah taman.
Matanya terus mengamati gadis itu
diam-diam hingga Ji Hoo menangkap sosok lain yang sangat dirindukannya. Kedua
gadis kembar itu berdiri diam saling menatap. Ji Hoo perlahan menghampiri
mereka dengan tak kalah shocknya.
“Ja Eun-ssi, lama tak jumpa”, ujar Ji
Hoo menyapa Ja Eun lembut. Tapi Ja Eun tak menjawabnya karena terlalu shock,
dia tetap memandang gadis di hadapannya tanpa mengatakan apapun.
“Jadi kau yang bernama Baek Ja Eun
??”, ujar gadis itu, seraya mengingat pertemuannya dengan Ah Ra, Namsuk serta
Ji Hoo di mall hari itu.
Ja Eun yang shock tiba-tiba merasa
perutnya sangat sakit, dia seketika berpegangan pada kursi taman tempat dia
duduk tadi seraya mengerang pelan menahan sakit. Wanita hamil tak boleh stress,
shock, depresi, sedih atau semua perasaan negatif lainnya karena bisa
mempengaruhi janin.
“Ahhhh.. Sakit sekali”, seru Ja Eun
memegangi perutnya. Spontan Ji Hoo mendekat dan segera memapahnya khawatir.
“Ja Eun-ssi, kau kenapa ??”, tanya Ji
Hoo cemas.
“Anakku”, ujar Ja Eun lemah, dengan
wajah pucat.
“Sepertinya kita harus membawanya ke
Rumah Sakit”, ujar Yui ikut khawatir. Tanpa kata, mereka segera membawa Ja Eun
kedalam mobil Ji Hoo dan melarikannya ke RS Suam miliknya. Yui menyusul
dibelakang setelah menitipkan anak-anak panti yang di ajaknya ke taman pada
temannya.
Suam Hospital..
Untuk yang ketiga kalinya, Yoon Ji Hoo
menyelamatkan Ja Eun. Dia melakukan yang terbaik agar tidak terjadi apa-apa
pada Ja Eun dan bayinya. Di luar ruang operasi, Kim Yui menunggu dengan cemas.
Entah kenapa, melihat Ja Eun kesakitan, dia juga merasakan sakit yang sama.
“Siapa Baek Ja Eun ?? kenapa kami
begitu mirip ?? Mungkinkah dia saudara kembarku ?? Tapi aku tak punya keluarga.
Ibu kepala panti mengatakan bahwa 26 tahun yang lalu, mereka hanya menemukan
aku di lokasi kejadian, semua keluargaku tewas. Bagaimana bisa..”, Kim Yui tak
sanggup meneruskan kata-katanya.
“Dia harus selamat. Baek Ja Eun harus
selamat, agar dia bisa membantuku mencari tau yang sebenarnya”, batin Kim Yui
penuh harap.
Kantor Kejaksaan...
Hwang Tae Hee mendadak merasa hatinya
tidak tenang. Begitu sidang selesai dia buru-buru mencari ponselnya dan berniat
menelpon Ja Eun karena dia juga sangat merindukannya. Hatinya sedih saat
melihat sekitar 20 panggilan telepon dari Ja Eun yang tak bisa di jawabnya,
lebih sedih lagi saat membaca pesan yang di tinggalkannya.
“Aku merindukanmu, anak kita juga
merindukanmu. Belakangan ini kau tak punya waktu untuk kami. Aku tau menolong
orang itu penting, tapi tak bisakah sekali dalam seminggu kau luangkan waktu
untuk kami ?? Oppa, apa kau sudah makan ?? Tidak peduli sesibuk apapun dirimu,
jangan lupa untuk makan. Kau tau ?? Tiba-tiba saja aku ingin makan bubur manis
yang pernah kau belikan untukku dulu. I MISS YOU. Your Ja Eun”, tulis Ja Eun di
smsnya. Rasa bersalah mencengkeram hati Hwang Tae Hee, dengan tergesa-gesa dia
menelpon ponsel Ja Eun, tapi tak ada jawaban darinya.
Panik. Tae Hee segera menelpon
rumahnya untuk memastikan istri dan anaknya baik-baik saja.
“Tae Hee-ah, untung kau menelpon. Ja
Eun tak ada di rumah, kami tak tau dia pergi kemana. Ja Eun hanya meninggalkan
sepucuk surat bahwa dia akan segera kembali. Tapi sampai sore ini, dia belum
juga kembali”, ujar Ibu panik. Hati Tae Hee berdenyut sakit. Ja Eun menghilang,
dia tidak menjawab teleponnya dan tak seorang pun tau dimana dia berada. Tae
Hee dicengkeram ketakutan, dia ingat malam dimana Ja Eun mengalami pendarahan
dan hampir membuatnya keguguran.
“Tae Hee-ah..Kau dengar Ibu kan ??”,
Ibu Hwang bertanya panik saat tak mendengar jawaban dari Tae Hee.
“Aku dengar Ibu. Aku akan mencarinya
sekarang, Ja Eun-ah, ku harap tak terjadi sesuatu yang buruk padanya”, jawab
Tae Hee lirih, suaranya gemetar karena panik.
Dia meraih ponselnya dan menelpon ayah
Ja Eun, tapi ayah Ja Eun pun tak tau dimana putrinya sekarang. Tae Hee mendadak
lemas, bayangan Ja Eun tergeletak bersimbah darah malam itu muncul lagi dalam
ingatannya.
“Ini salahku. Kalau sampai terjadi
sesuatu yang buruk padamu, ini semua salahku. Aku tak menjagamu dengan baik.
Aku seharusnya ada disisimu setiap saat, tapi aku justru lebih mementingkan
kasusku dan tidak memperhatikanmu Ja Eun-ah.. Kau boleh marah padaku, kau boleh
memukulku. Tapi aku mohon, pulanglah, Angkat teleponnya !!!”, seru Tae Hee
frustasi dan panik.
“Hyung, ada apa ??”, tanya Seo Dong
Min saat melihat wajah Tae Hee pucat dan tangannya gemetar.
“Ja Eun, Ja Eun.. Dia menghilang”,
jawab Tae Hee dengan suara tercekat.
“MWO ??”, Seo Dong Min pun ikut
terkejut mendengarnya.
Tae Hee kembali menelpon Ja Eun dan
kali ini seseorang mengangkatnya.
“Ja Eun-ah..”, Tae Hee berteriak lega,
tapi kelegaan itu hanya sementara saja.
“Maaf, aku hanya memungut ponsel ini
di taman. Seorang wanita hamil menjatuhkan ponselnya saat dia mengalami
pendarahan dan pingsan. Kau siapa ??”, jawab seseorang di ponsel Ja Eun.
“Aku suaminya. Taman mana yang Anda
maksud ? bagaimana kejadiannya ??”, tanya Tae Hee bertubi-tubi. Akhirnya
setelah mendapat informasi dimana Ja Eun berada terakhir kali, Hwang Tae Hee
dan Seo Dong Min segera menuju kesana. Tae Hee tidak mungkin menyetir sendiri
saat dia sedang panik, itu sebabnya Dong Min bersikeras menemani.
Setelah mengambil kembali ponsel Ja
Eun dan mendengar kejadian yang sebenarnya dari orang itu, Tae Hee memutuskan
untuk mencari Ja Eun ke semua RS.
Suam Hospital...
“Jadi kau tidak berbohong waktu kau
memanggilku Baek Ja Eun, aku baru menyadari bahwa kami berdua memang sangat
mirip. Melihatmu sangat mengkhawatirkannya, sepertinya kau menyukainya. Tapi
sayang sekali melihat kondisinya saat ini, kurasa kau tak punya kesempatan
Dokter Yoon”, ujar Kim Yui penuh arti yang di di ikuti tatapan sinis dari Ji
Hoo.
“Apa maksudmu, Nona Kim ?? Baek Ja Eun
hanya pasienku”, Ji Hoo mengelak.
“Baiklah. Kuharap memang benar seperti
itu, karena jika sampai suaminya tau, aku yakin dia akan langsung membunuhmu”,
pancing Kim Yui iseng.
“Apa maumu sebenarnya ??”, tanya Ji
Hoo terganggu.
“Berapa harga test DNA ? Aku ingin kau
membantuku mencari tau kenapa kami begitu mirip, sebagai Dokter, kau pasti tau
kan ??”, Yui tiba-tiba mengalihkan pembicaraan.
“Tidak mahal juga tak perlu repot.
Kami hanya butuh sehelai rambutmu dan rambutnya untuk melakukan test DNA
sebagai pembandingnya. Dalam 3 hari kau sudah tau hasilnya”, jawab Ji Hoo
santai.
“Benarkah ?? Semudah itu ?? Lakukan
test DNA pada kami. Aku sangat ingin tau siapa Baek Ja Eun sebenarnya. Jika dia
dan aku memang saudara, itu berarti aku tak sendirian lagi di dunia ini. Bagus
sekali, aku akan punya keluarga mulai saat ini”, Kim Yui berseru riang sambil
tersenyum pada Ja Eun yang terbaring di ranjang.
“Baiklah. Aku minta sehelai rambutmu
sebagai sampel”, jawab Ji Hoo sambil menggunting sehelai rambut Ja Eun.
Somewhere Out There...
Hwang Tae Hee hampir gila. Istrinya
tak ada dimana-mana. Dia sudah mendatangi semua RS yang letaknya tak jauh dari
taman tempat terakhir Ja Eun berada, tapi tak ada jejak Ja Eun disana.
Tangannya mencengkeram setir dengan gemetar. Belum pernah dia merasa sekhawatir
ini sebelumnya. Ja Eun menghilang dengan bayi dalam kandungannya, dan dia tidak
tau dimana mereka berdua.
“Hyung, pelan-pelan lah. Kita akan
mengalami kecelakaan jika kau menyetir seperti ini”, ujar Seo Dong Min, wajahnya
pucat pasi melihat cara Tae Hee menyetir.
“Ja Eun-ku.. Ja Eun-ku menghilang,
bagaimana bisa aku tenang ??”, Tae Hee menjawab histeris.
Saat mereka sedang kehilangan akal,
tiba-tiba ponsel Tae Hee berbunyi.
“Tolong angkat teleponku”, pintanya pada
Dong Min, tanpa banyak kata Dong Min mengangkatnya.
“Yeoboseyo..”, jawab Dong Min diponsel
Tae Hee.
“Kim PD-nim..”, ujar Dong Min, kaget
saat mengetahui siapa yang menelpon. Setelah beberapa saat pembicaraan, Dong
Min menatap Tae Hee bingung.
“Hyung, aku tak tau ini berita baik
atau buruk”, Dong Min terdiam sejenak.
“Katakan !!”, jawab Tae Hee tanpa
basa-basi.
“Kim PD-nim mengatakan tadi sore saat
dia baru saja datang dari bandara dan mengantar asistennya ke RS, saat dalam
perjalanan pulang dari RS, dia melihat seorang gadis yang mirip dengan Ja Eun
berjalan masuk ke dalam RS itu. Tapi anehnya..”, Dong Min terdiam.
“Apa yang aneh ??”, tanya Tae Hee tak
sabar.
“Anehnya, Kim PD-nim mengatakan perut
gadis itu rata, dia tidak hamil. Itu sebabnya Kim PD-nim tak yakin jika yang di
lihatnya adalah Ja Eun-ssi. Dia berpikir dia salah lihat. Itu sebabnya dia
menelpon untuk memastikan bahwa Ja Eun-ssi baik-baik saja. Hyung, mungkinkah...”,
lagi-lagi Seo Dong Min tak melanjutkan kalimatnya.
“Dimana RS-nya ??”, potong Tae Hee tak
sabar.
“Suam Hospital”, jawab Dong Min dan
segera Tae Hee memutar balik mobilnya ke arah RS yang dimaksud.
Suam Hospital..
Kim Yui baru saja mengambil minuman
kaleng yang ada di mesin minuman saat tiba-tiba seorang pria tak dikenal, yang
tak sengaja dia temui saat Yui akan naik ke dalam lift menariknya dan
memeluknya erat.
“Ja Eun-ah..akhirnya aku menemukanmu.
Apa kau tau betapa cemasnya aku ??”, seru pria itu sambil memeluknya erat. Otak
Yui berputar.
“Ja Eun-ah ??”, batinnya bingung.
Akhirnya dia mengerti bahwa pria ini mungkin adalah suami Baek Ja Eun.
“Tuan.. Kurasa Anda salah.. Aku
bukan..”, Yui berusaha menjelaskan tapi Tae Hee memotong kalimatnya.
“Kenapa dengan kandunganmu ?? Dimana
bayi kita ??”,tanya Tae Hee bingung saat melihat perut gadis itu langsing dan
rata.
“Ja Eun-ssi, jangan bilang kau
keguguran”, seru Seo Dong Min ikut cemas. Yui menarik napas kesal.
“YAAAA !!! Dengarkan aku dulu !!! AKU
BUKAN BAEK JA EUN !!! Jika kalian ingin tau dimana Baek Ja Eun, ikut aku !!”,
serunya kesal. Dia kesal karena semua orang mengira dia sebagai Baek Ja Eun.
Tae Hee spontan melepaskan pelukannya,
terlihat salah tingkah dan dengan canggung dia mengikuti gadis ini kemanapun
dia melangkah.
“Soal yang tadi.. Maaf. Kukira kau
istriku. Tolong, jangan sampai ada orang lain yang tau. Aku tak mau istriku
salah paham”, ujar Tae Hee risih.
Yui tersenyum menenangkan.
“Aku tau. Kuharap temanmu itu juga
bisa menutup mulutnya. Kondisi Baek Ja Eun sangat lemah, 1 goncangan bisa
membuatnya keguguran. Aku tak bisa bayangkan bagaimana jika seandainya dia tau
suaminya memeluk wanita lain”, Yui iseng menggoda Tae Hee.
“Apa kau sedang mengancamku ?”, tanya
Tae Hee takut.
“Aku hanya bercanda. Aku tau apa yang
harus ku lakukan. Anda tenang saja”, ujarnya berjanji. Lalu dia pun mengantar
mereka ke kamar tempat Ja Eun dirawat.
“Dia disana”, ujar Yui menunjukkan
kamarnya tapi saat Tae Hee melangkah masuk, dia tak sengaja melihat Yoon Ji Hoo
mencium kening Ja Eun lembut dan membisikkan kata “Goodnight Princess”, pada Ja
Eun yang tertidur.
“Apa yang kau lakukan pada Istriku,
Dokter Yoon ?? Ku harap kau tidak lupa kalau dia sudah punya suami ??”, Tae Hee
berseru marah. Melihat Kim Jae Ha berdekatan dengan Ja Eun saja, dia sudah
cemburu buta apalagi saat melihat pria lain mencium kening istrinya.
Ji Hoo yang tak menyangka Tae Hee akan
datang spontan menjauhkan dirinya dengan salah tingkah. Tae Hee bagaikan macan
yang marah langsung mencengkeram kerah Ji Hoo dan memukulnya hingga jatuh ke
lantai.
“Aku tak peduli walau kau sudah
menyelamatkan nyawanya. Sekali lagi aku melihatmu mendekati istriku, aku akan
menghajarmu. Baek Ja Eun istriku dan takkan ku biarkan siapapun merebutnya
dariku. Tidak kau !! Tidak Kim Jae Ha !! Tidak juga yang lain”, ujar Tae Hee
marah.
“Hyung, sudahlah !! Ini RS !! Kau tak
boleh memukul dokter, lagipula Ja Eun-ssi sedang istirahat. Dia butuh
ketenangan”, ujar Seo Dong Min seraya menahan Tae Hee yang marah. Mendengar
nama Ja Eun disebut, Tae Hee kembali tenang.
“Maaf.. Aku tak sengaja, Tuan Hwang”,
jawab Ji Hoo merasa bersalah. Baru saja Tae Hee akan menjawab, Ja Eun tiba-tiba
terbangun dan memanggilnya lembut.
“Tae Hee Oppa, apa itu kau ??”, tanya
Ja Eun dengan mata masih terpejam, tapi dia bisa mendengar sedang terjadi
keributan disana. Mendengar Ja Eun memanggilnya, Tae Hee buru-buru
menghampirinya dan duduk disamping ranjangnya.
“Nde, Ja Eun-ah, ini aku. Bagaimana
keadaanmu ??”, tanya Tae Hee lembut seraya menggenggam erat tangan Ja Eun. Ja
Eun membuka matanya perlahan dan tersenyum melihat suaminya ada disana.
“Kau pulang. Jam berapa sekarang ??
Apa kau sudah makan malam ?? Kenapa belakangan ini kau selalu pulang larut
malam ?? Apa kau tau kalau aku sangat merindukanmu ?? Anak kita merindukanmu,
aku juga rindu”, ujar Ja Eun dengan tatapan mata sendu. Hati Tae Hee seolah
bagai disayat sembilu. Ja Eun merindukannya, tapi dia justru tidak menyadari
hal ini. Tae Hee terlalu fokus pada pekerjaannya sebagai Jaksa dan dia bahkan
melupakan istri dan anaknya.
Tae
Hee tau dia bersalah, dia seharusnya lebih memperhatikan mereka. Ja Eun
menghilang dan kini terbaring di RS, itu semua karena dia kurang perhatian.
Airmata Tae Hee meneteskan pelan.Dia sadar betapa dia juga sangat merindukan Ja
Eun.Spontan dia memeluk Ja Eun erat dan mengucapkan kata maaf berulang-ulang.
“Mianhe
Ja Eun-ah..Mianhanda. Aku tak pernah ada disisimu saat kau membutuhkan aku. Aku
selalu pulang larut malam, aku mengabaikanmu, aku kurang memperhatikanmu.
Maafkan aku. I Miss you, Ja Eun-ah”, ujar Tae Hee sambil memeluknya lembut.
Lupa kalau ada orang lain ditempat itu.
Melihat
betapa mesranya sepasang suami istri muda itu, perlahan tapi pasti satu per
satu dari mereka berjalan keluar dari kamar itu tanpa suara, meninggalkan Tae
Hee dan Ja Eun hanya berdua.
“Oppa,
kau sudah makan ??”, tanya Ja Eun dengan polosnya. Tae Hee mengangguk pelan.
Tapi nyatanya dia berbohong, mana mungkin dia bisa makan bila dia tau istrinya
menghilang ?? Tapi karena tak ingin Ja Eun cemas, Tae Hee hanya mengangguk
singkat.
“Tidurlah
lagi. Kau masih mengantuk kan ??”, tnya Tae Hee saat menyadari bahwa Ja Eun
masih mengantuk.
Ja
Eun mengangguk singkat. “Nde..Tapi aku tak mau tidur”, jawabnya polos.
“Wae
??”, tanya Tae Hee bingung.
“Karena
jika aku pejamkan mataku, aku takut saat aku kembali membuka mataku, kau sudah
tak ada disampingku. Selama hampir sebulan ini kau selalu berangkat kerja
pagi-pagi sekali saat aku masih tidur dan pulang larut malam saat aku sudah
tidur. Akibatnya aku sangat merindukanmu. Aku tak mau itu terjadi lagi”, jawab
Ja Eun ngambek.
Tae
Hee tersenyum lembut walau merasa hatinya sakit. Dia membayangkan betapa banyak
malam yang dilalui Ja Eun sendirian tanpanya dan itu membuatnya semakin merasa bersalah.
Tae Hee tak tau bagaimana cara dia menebusnya.
“Aku
tidak akan kemana-mana. Saat kau buka matamu besok pagi, aku akan disini
bersamamu. Aku janji”, ujar Tae Hee berjanji. Ja Eun tersenyum lega lalu
kembali memegang tangan Tae Hee dan menunjuk kasurnya.
“Kalau
begitu tidurlah disampingku”, pinta Ja Eun tanpa bisa dibantah.
“MWO
??”, Tae Hee berseru kaget.
“Waeyo
?? Kau kan suamiku, apa salah jika aku meminta suamiku tidur disampingku ??”,
tanya Ja Eun polos. Tae Hee menggeleng pelan.
“Tidak,
Bukan seperti itu !!”, Tae Hee terlihat salah tingkah.
“Jika
saja kita dirumah, tentu aku akan dengan senang hati tidur di sampingmu dan
mendekapmu erat dalam pelukanku, tapi ini RS..Aku takut ada yang melihat kita”,
ujar Tae Hee dalam hati, terlalu malu untuk menyuarakannya.
“Kau tak mau tidur disampingku lagi ??
Apa ada wanita lain ??”, tanya Ja Eun polos.
“TIDAK !!! Kau ini bicara apa ?? Kau
tau aku bukan pria yang gampang jatuh cinta. Kau tau sendiri kan aku tak pernah
pacaran dengan wanita manapun sebelumnya. Kaulah satu-satunya wanita yang
pernah dan akan selamanya ku cintai. Baek Ja Eun, Kau cinta pertama dan
terakhirku. Takkan pernah ada yang menggantikanmu”, ujar Tae Hee spontan. Ja
Eun tersenyum senang mendengarnya.
“Kalau begitu tidurlah disini. Aku
ingin tidur dalam pelukanmu”, jawab Ja Eun seraya menggeser tubuhnya dan
memberi ruang kosong bagi Tae Hee. Melihat Ja Eun yang tak bisa dibantah lagi,
Tae Hee pun akhirnya naik keatas tempat tidur dan tidur disamping Ja Eun. Ja
Eun merapatkan tubuhnya dan berbaring di dada Tae Hee yang bidang.
“Oppa, berjanjilah kau takkan
kemana-mana. Saat aku bangun nanti, aku ingin kaulah orang pertama yang kulihat”,
gumam Ja Eun, mulai mengantuk.
Tae Hee mengangguk mantap sambil
membelai rambut Ja Eun lembut.
“Saat kau bangun nanti, akulah orang
pertama yang kau lihat. Sekarang tidurlah. Jaljayo, chagiya. Saranghae !!”,
jawab Tae Hee lembut.
“Nado Saranghae, Tae Hee Oppa”, jawab
Ja Eun seraya meletakkan tangan mereka diatas perutnya.
“Kau tak ingin mengucapkan selamat
tidur padanya ??”, tanya Ja Eun, menunjuk pada bayi diperutnya. Tae Hee
tersenyum lembut, hatinya mendadak merasa hangat.
“Tentu. Selamat malam, anakku. Ayah
sayang Tae Eun”, ujar Tae Hee lembut pada anaknya. Anak.
“Tae
Eun juga sayang ayah. Jaljayo, Appa”, Ja Eun mewakili putrinya menjawab, lalu
setelah mencium bibir Tae Hee lembut, dia pun tertidur lelap.
Tae
Hee hanya memandang istrinya dengan tersenyum hangat. Setiap kali Tae Hee ingat
tentang anaknya, hatinya mendadak dipenuhi kehangatan dan kebahagiaan. Anaknya
dan Ja Eun, wanita yang sangat dicintainya, 2 orang yang sangat berarti dalam
hidupnya.
“Aku tak bisa bayangkan apa yang
terjadi padaku jika aku kehilanganmu. Ja Eun-ah, hanya memikirkannya saja sudah
membuatku tak bisa bernapas. Rasanya aku bagaikan hidup di neraka. Maaf. Karena
aku kurang memperhatikanmu selama ini, tapi aku berjanji mulai saat ini, kau
dan Tae Eun akan selalu menjadi yang utama untukku. Kalian adalah hal yang
paling penting dalam hidupku. Saranghae, Hwang Ja Eun. Tidurlah yang nyenyak,
My Queen !! Jangan lupa mimpikan aku”, bisik Tae Hee lembut di telinga Ja Eun
sambil mengeratkan pelukannya di tubuh buncit istrinya.
Tae Hee merasa sangat lelah, tapi dia
tidak bisa tertidur sebelum mengetahui bagaimana keadaan Ja Eun dan apa yang
terjadi sebenarnya. Itulah sebabnya saat merasa Ja Eun sudah tertidur pulas,
dengan perlahan Tae Hee mencoba melepaskan pelukannya di tubuh Ja Eun dan turun
dari tempat tidur, tapi rupanya Ja Eun mengetahui hal itu.
“Jangan pergi !! Kau berjanji takkan
pergi !!”, gumam Ja Eun dengan mata masih terpejam seraya kembali memeluk Tae
Hee. Tae Hee menarik napas sambil tersenyum lembut.
“Aku tidak pergi Ja Eun-ah,
aku hanya akan ke toilet sebentar. Aku akan segera kembali menemanimu, okay ??”,
bujuk Tae Hee lembut.
“Jika kau tak segera kembali, aku tak
mau melihatmu lagi”, ancam Ja Eun lemah dengan keadaan setengah sadar dan
melepaskan pelukannya di pinggang Tae Hee.
“Aku akan segera kembali”, Janji Tae
Hee sambil mencium pipi Ja Eun mesra.
Yoon Ji Hoo’s Ofiice..
Ji Hoo termenung memikirkan ucapan Yui
padanya tadi.
“Sudah ku bilang kan, kau menyukainya.
Baek Ja Eun, kau menyukai wanita itu tapi sayangnya dia sudah menikah, tak ada
kesempatan untukmu. Jika kau pintar, sebelum kau semakin menyakiti dirimu
sendiri, lebih baik lupakan dia dan buka hatimu untuk wanita lain. Aku tau kau
bukan tipe orang yang suka merusak rumah tangga orang lain. Kau lihat bagaimana
suaminya sangat mencintai Baek Ja Eun kan ?? Gila rasanya kalau kau mencoba
masuk ke dalam kehidupan mereka. Lupakan Baek Ja Eun dan carilah wanita lain”,
ujar Kim Yui menasehati Ji Hoo.
Ji Hoo tersenyum tipis. “Kenapa aku
tak pernah beruntung dalam cinta ?? Min Seo Hyun hanya menganggapku adik dan
dia lebih memilih menikah dengan seorang pria tua yang kaya raya. Geum Jan Di pun
lebih memilih Gu Jun Pyo daripada aku. Dan sekarang, aku justru menyukai wanita
yang sudah bersuami. Yoon Ji Hoo, nasibmu sungguh tragis. Benarkah tak ada
seorang pun untukku ?? Haruskah aku menjalani hidup ini seorang diri selamanya
??”, batin Ji Hoo miris saat mengingat kisah cintanya yang selalu berakhir
tragis.
“Baek Ja Eun, aku lah yang lebih dulu
bertemu denganmu. Bukankah ini berarti kita berjodoh ?? Kenapa kau malah
memilih bersamanya ?? Hwang Tae Hee, aku iri padamu. Aku benar-benar berharap
bisa bertukar tempat denganmu”, lanjutnya pahit. Sekali lagi, iri dengan semua
yang dimiliki Tae Hee. Istri yang baik dan cantik, keluarga yang hangat,
sesuatu yang sangat dia impikan tapi tak pernah dia dapatkan hingga sekarang.
Ji Hoo hanya menatap kosong langit
malam melalui jendela ruang kerjanya saat tiba-tiba terdengar suara ketukan
dipintu.
“Maaf jika aku mengganggu malam-malam
begini. Bolehkah aku masuk ??”, tanya seorang pria dari arah luar ruang
kerjanya.
“Hwang Tae Hee. Dia pasti ingin
membuat perhitungan denganku karena aku telah mencium istrinya”, batin Ji Hoo
miris.
“Masuklah”, jawabnya pasrah.
“Apa yang sebenarnya terjadi dengan
istriku ?? Seorang wanita menemukan ponsel istriku terjatuh di taman dan dia
berkata bahwa dia melihat istriku mengalami pendarahan dan seorang pria
menggendongnya. Apa pria itu kau ?? Kenapa Ja Eun bisa pendarahan ?? Bagaimana
keadaannya sekarang ?? Aku perlu tau. Aku perlu mengerti”, ujar Tae Hee tanpa
basa-basi.
“Banyak sekali pertanyaanmu Officer
Hwang”, jawab Ji Hoo seraya duduk kembali di meja kerjanya.
“Aku tak sengaja lewat di sebuah taman
saat aku melihat ada 2 Ja Eun disana. Rasa penasaranku membuatku menghampiri
mereka. Kurasa Ja Eun shock saat melihat seseorang yang berwajah mirip
dengannya berdiri di hadapannya. Dia lalu mengeluh perutnya sakit dan kemudian
aku melihat darah mengalir pelan di kedua kakinya. Sebagai seorang Dokter, aku
harus menolongnya kan ?? Aku menggendongnya dan membawanya ke RS. Sejak awal
sudah ku katakan bahwa kandungan istrimu sangat lemah, kau harus menjaganya
baik-baik jika tidak ingin melihatnya keguguran. Ja Eun tak boleh stress,
marah, sedih, shock ataupun perasaan negatif lainnya, dia harus selalu bahagia.
Tapi sepertinya belakangan ini kau lupa hal itu, benarkan ?? Jika kau tidak
bisa menjaganya dengan baik, jangan salahkan bila ada pria lain yang ingin
merampasnya”, jawab Ji Hoo dengan nada menantang.
“Apa maksudmu ?? Kau menyukai Hwang Ja
Eun ??”, tanya Tae Hee langsung tepat pada sasaran.
“Ini sudah yang kedua kalinya Ja
Eun-ssi seperti ini. Jika kau tak tau bagaimana caranya menjadi seorang suami
yang baik, lebih baik lepaskan dia !!”, tantang Ji Hoo dengan berani.
“Apa kau bilang ??”, seru Tae Hee
marah lalu segera menarik Ji Hoo dari kursinya dan mencengkeram kerahnya. Tapi
Ji Hoo hanya tertawa santai.
“Sekarang aku tau kenapa Baek Ja Eun
memilihmu. Bisa kulihat kau sangat mencintainya. Kurasa kau pasti tidak akan
membiarkan siapapun merebutnya, benarkan ?? Dilihat dari caramu menatapku
dengan marah seperti ini, aku bisa merasakan bahwa cintamu padanya sangat besar
dan kau pasti akan berjuang keras agar dia bahagia. Aku kalah darimu Officer
Hwang. Aku tak pernah punya keberanian untuk mempertahankan wanita yang
kucintai. Aku senang Baek Ja Eun memilihmu, kuharap kau bisa menjaganya
baik-baik. Aku akan mundur mulai sekarang”, ujar Ji Hoo tulus.
Tae
Hee melepaskan cengkeramannya karena bingung.
“Kau
benar-benar menyukai istriku ?”, tanyanya polos.
“Benar.
Aku tidak menyangkal aku punya perasaan istimewa padanya, hanya saja aku sudah
terlambat. Andai saja dia belum menikah, mungkin aku akan langsung mengejarnya.
Aku yang lebih dulu bertemu dengannya, tapi sepertinya kami memang tidak berjodoh.
Jika tidak, dia tak mungkin bertemu denganmu dan jatuh cinta padamu. Aku kalah,
kalah sejak awal. Selamat, kau memiliki seorang istri yang sempurna. Kau
beruntung Tuan Hwang, Jangan sia-siakan dia !!”, jawab Ji Hoo jujur.
“Aku
pasti akan menjaganya baik-baik. Baek Ja Eun adalah separuh jiwaku, tanpanya,
aku akan mati. Membayangkan aku akan kehilangannya sudah membuatku tak bisa
bernapas, apalagi jika aku benar-benar akan kehilangan dia. Jadi kau jangan
cemas, aku tau bagaimana menjaga istriku”, jawab Tae Hee mantap.
“Jika
dia sudah sadar, kau boleh membawanya pulang. Tapi dia masih harus istirahat
total. Ingat, Ja Eun-ssi tak boleh stress atau semacamnya”, Ji Hoo kembali
menasehati.
“terima
kasih. Lalu bagaimana dengan gadis itu ??”, tanya Tae Hee lagi.
“Kenapa
kau tidak tanyakan hal ini pada Ayah Mertuamu ?? Benarkah ayah mertuamu hanya
memiliki seorang Putri ?? Gadis itu sudah memintaku melakukan test DNA. Jika
test DNA mereka cocok, kemungkinan gadis itu akan jadi adik iparmu”, jawab Ji
Hoo menjelaskan.
Tae
Hee tersenyum tipis, sebuah ide tiba-tiba terlintas di kepalanya.
“Jika
kau benar-benar menyukai Ja Eun, kenapa tidak menjalin hubungan dengan adiknya
?? Bukankah secara fisik mereka sama ?? Lebih baik kau menikah saja dengan
gadis itu daripada kau selalu membuatku tidak tenang”, ujar Tae Hee memberi
ide, sesaat sebelum akhirnya meninggalkan kantor itu dan kembali ke kamar Ja
Eun.
Ojakgyo Farm, 8th Month Pregnancy..
Sejak peristiwa hilangnya Ja Eun, Tae
Hee tak pernah lagi berangkat kerja pagi-pagi buta dan pulang larut malam. Dia
selalu berangkat kerja saat Ja Eun sudah bangun, menikmati makan pagi bersama
seluruh anggota keluarga, menemani Ja Eun berjalan-jalan sebentar di sekitar
peternakan, barulah dia berangkat ke kantornya. Tae Hee pun selalu mengusahakan
agar bisa pulang makan siang bersama Ja Eun, dia juga selalu menelpon Ja Eun
setiap kali ada waktu, menanyakan bagaimana keadaannya hari ini, apa ada yang
sakit, apa Ja Eun baik-baik saja, atau tentang bagaimana keadaan anak mereka
hari ini. Tae Hee selalu pulang ke rumah tepat pukul 6 sore. Saat dia terjebak
macet pun, dia selalu menelpon Ja Eun dan mengatakan apa yang menimpanya saat
itu agar Ja Eun tak cemas menunggunya. Seluruh keluarga Hwang bisa melihat Tae
Hee berubah menjadi lebih perhatian dan lembut pada istrinya.
Tae Hee pun tak pernah bekerja di
akhir pekan lagi. Hari sabtu dan minggu dia habiskan untuk menemani Ja Eun.
Jika bukan memeriksakan kandungan Ja Eun, mereka pasti berbelanja kebutuhan
bayi. Tae Hee sudah tidak sabar menantikan putrinya lahir. Sama seperti hari
ini. Tae Hee menemani Ja Eun membeli perlengkapan bayi, lagi. Setelah
meletakkan perlengkapan bayi itu di kamar yang sudah disiapkan untuknya, Tae
Hee keluar sebentar untuk mengambil minum dan meninggalkan Ja Eun sendirian di
dalam kamar.
Ja
Eun dengan riang berdiri di tengah-tengah kamar tidur bayinya. Dia sangat
berterima kasih atas apa yang dilakukan oleh Ibu Mertuanya, tanpa Ibu
Mertuanya, kamar tidur bayi ini pasti terasa kosong, tapi sekarang kamar ini
berubah menjadi kamar tidur yang sangat cantik, penuh dengan pernak-pernik
berwarna pink. Ibu mertuanya lah yang mendekorasi kamar bayi sehingga menjadi
cantik seperti ini. Tentu saja Nenek ikut membantu, tapi karena Nenek sudah
tua, dia juga tak banyak membantu.
Dinding
di kamar itu berwarna pink, tempat tidur bayi juga pink, baju-baju mungil dan
sepatu bayi berwarna pink, berbagai macam boneka dan mainan bayi juga ada
disana. Ja Eun merasa sangat bahagia dan berterima kasih pada Ibu Mertuanya.
Ja
Eun tersenyum dan melihat perutnya, membelainya lembut.
“Lihat
apa yang sudah dilakukan Nenek untukmu.. Kamarmu jadi sangat indah dan cantik.
Nenek tidak sabar ingin ingin segera melihatmu. Jadi cepatlah lahir saying,
kami semua menantikanmu”, Ja Eun bicara pada bayinya.
Tae
Hee kembali ke kamar itu dan tidak sengaja melihat istrinya berbicara pada
bayinya. Tae Hee tersenyum, saat itu Ja Eun terlihat begitu cantik dimatanya.
Tae Hee berjalan mengendap-endap ke dalam kamar, mengetahui bahwa istrinya
tidak melihat karena dia sedang berdiri membelakanginya.
Berjalan
tanpa suara, Tae Hee tiba-tiba melingkarkan lengannya di dada Ja Eun dan
memeluknya dari belakang. Ja Eun terlonjak.
“HWANG
TAE HEE !!! Sudah berapa kali kukatakan jangan berjalan mengendap-endap seperti
itu“, Ja Eun berteriak seraya melepaskan lengan Tae Hee dan berbalik
menghadapnya.
Tae
Hee tersenyum nakal dan kembali melingkarkan lengannya di tubuh Ja Eun seraya
berkata “Maaf Sayang, hanya saja kau terlihat begitu manis“, ujarnya dengan
melemparkan senyuman sejuta dollarnya.
“Kau membuat bayinya menendangku“, Ja
Eun cemberut seraya melihat perutnya yang membuncit.
Tae
Hee juga melihat perut Ja Eun dan menyadari bahwa saat ini dia tidak bisa
memeluk Ja Eun seperti sebelumnya. Perutnya yang menbuncit menjadi penghalang.
“Aku
bahkan tidak bisa memelukmu lagi. Sungguh tidak adil“, Tae Hee mengeluh seperti
anak kecil.
Ja
Eun memukul tangannya ringan sambil tertawa. “Jangan mengeluh lagi. Bulan depan
dia akan lahir “.
Ekspresi
wajah Tae Hee berubah menjadi nakal lagi, dia menatap mata Ja Eun dan berkata
“Yeah..lalu kita bisa membuat yang lain lagi“, ujarnya seraya tersenyum nakal.
Mata
Ja Eun melebar “TIDAK !!! Tidak hingga aku menginginkannya.Kau bukan orang yang
membawa bayi ini di perutmu. Ini sangat menyakitkan, melelahkan dan ditambah
lagi aku merasa telah berubah menjadi seekor gajah “, Ja Eun kembali cemberut.
Tae
Hee hanya tertawa. “ Baik. Baik. Kita akan menunggu hingga kau siap. Tapi lebih
baik jangan terlalu lama karena aku tidak ingin My Princess jadi kesepian “,
jawab Tae Hee seraya mencium bibir Ja Eun.
“My
Princess ? Siapa yang kau maksud dengan “My Princess “ itu ?”, Tanya Ja Eun
cemberut. Tae Hee tertawa melihat istrinya yang cemburu.
“HWANG
TAE EUN IS MY PRINCESS “, jawab Tae Hee seraya membelai perut Ja Eun.
“Lalu
aku..?”, Ja Eun tiba-tiba merasa cemburu pada putrinya sendiri.
“
YOU ARE MY QUEEN, HWANG JA EUN “, jawab Tae Hee tersenyum.
Wajah Ja Eun memerah karena malu, Tae Hee melihat itu.
“Jangan
bilang padaku, kau cemburu pada putrimu sendiri ??”, Tanya Tae Hee, lalu mereka
berdua tertawa lagi.
To
Be Continued ....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar