Danau Sihu sangat
terkenal, bukan hanya Legenda Siluman Ular Putih saja, bahkan dalam
novel Revisi ketiga “Pendekar Pemanah Rajawali” atau “Legend Of The Condor
Heroes” jilid 3 halaman 117 pun sempat disinggung bahwa kedua tokoh utama, Guo
Jing dan Huang Rong pernah berkencan di Jembatan Patah Hati ini. Sebenarnya saya
sudah pernah membahas tentang “Keindahan Danau Sihu dan Legenda Siluman Ular
Putih”, tapi saat itu saya tidak hanya membahas tentang Danau Sihu dan Legenda
Siluman Ular Putih saja, tetapi juga membahas sedikit tentang berbagai obyek
wisata di Hangzhou - China selain Danau Sihu, yang juga menarik untuk
dikunjungi. Itu sebabnya kali ini saya ingin membahas sekali lagi tentang Danau
Sihu yang juga terkenal sebagai Danau Barat atau West Lake ini. Hhhhmm..but
this time, no White Snake Legend story hehehe =) Only focus on Danau Sihu.
“Danau Sihu, tempat
yang sarat kisah romantis namun berakhir duka”
Hangzhou, China memiliki banyak sekali obyek wisata alam yang indah yang
sangat menarik untuk dikunjungi tetapi kali ini saya hanya ingin membahas
tentang Danau Sihu atau West Lake. Jujur, pertama kali saya mendengar tentang
Danau ini adalah saat menonton serial silat Siluman Ular Putih atau White Snake
Legend karena memang dalam legenda disebutkan bahwa Danau Sihu ini menjadi
tempat pertemua. The Broken Bridge atau Jembatan Patah Hati di Hangzhou, China
konon adalah tempat Pai Shu Chen berpisah dengan suaminya, Xu Xian. Bahkan
dalam soundtrack White Snake Legend versi 1993 yang berjudul “Chien Nien Teng
Ik Huei (Seribu Tahun Menanti)” ada liriknya yang berbunyi “Si Hu te suei wo te
lei” yang artinya “Air di danau Sihu adalah airmataku.” Well, berhubung saat
malam Imlek tanggal 19 Februari 2015 lalu, Global TV memutar film “The Sorcerer
and The White Snake 2011” dan dalam cerita ada adegan Pai Shu Chen
menenggelamkan Pagoda Lei Feng dengan air di Danau Sihu, saya jadi ingin
membuat satu lagi postingan yang membahas tentang Danau ini.
Danau Sihu
atau Danau Barat terletak di bagian barat kota Hangzhou, Provinsi Zhejiang,
China. Pada zaman dahulu, danau ini pernah bernama Air Wulin, Danau Qiantang,
dan Danau Xizi. Nama Danau Sihu ("Danau Barat") mulai digunakan pada
zaman Dinasti Sung. Danau Barat sangat terkenal di China maupun mancanegara
karena pemandangan alamnya yang istimewa, juga karena banyaknya peninggalan
bersejarah di sekitarnya, bahkan sampai dijuluki sebagai "Surga di
bumi".
Danau Sihu
atau Danau Barat termasuk "Objek Turisme Pemandangan Utama Nasional
China" gelombang pertama dan "Sepuluh Besar Pemandangan China".
Pada 24 Juni 2011 Danau Barat dimasukkan dalam Daftar Warisan Dunia UNESCO.
Danau Sihu
atau Danau Barat dikelilingi gunung pada ketiga sisinya. Luas danau ini
mencapai 6,5 kilometer persegi, dengan panjang dari utara ke selatan 3,2
kilometer, dan dari timur ke barat 2,8 kilometer. Danau ini dibelah menjadi
lima bagian oleh Bukit Gu, Tanggul Bai, Tanggul Su, dan Tanggul Yanggong.
Kelima bagian
Danau Barat itu berdasar urutan dari yang terluas sampai terkecil antara lain:
Danau Barat Luar, Danau Dalam Barat ("Danau Barat Belakang" atau
"Danau Belakang"), Danau Dalam Utara (atau "Danau Barat
Dalam"), Danau Selatan Kecil (atau "Danau Selatan"), dan Danau
Yue. Bukit Gu adalah pulau alami terbesar yang berada di tengah Danau Barat, sementara
Tanggul Bai dan Tanggul Su membentang melintasi danau. Selain itu, masih ada
tiga pulau buatan yang berada di Danau Barat Luar, yaitu Xiao Ying Zhou,
Hu Xinting, dan Ruan Khong Dun.
Di kedua sisi
danau terdapat dua pagoda yang saling berhadapan, yaitu Pagoda Leifeng di atas
bukit Xizhao dan Pagoda Baoshu di atas bukit Baoshi. Karena itu, formasi Danau
Barat bisa disimpulkan sebagai "satu gunung, dua pagoda, tiga pulau, tiga
tanggul, lima danau".
Impresi utama
dari Danau Barat adalah gunung menjulang dan danau membentang, merupakan
persinggungan antara pemandangan alam dan budaya. Keajaiban Danau Barat
terletak pada pemandangan danau yang dikepung gunung, aura danau dan gunung
saling menguatkan. Kecantikan Danau Barat adalah permukaan air yang berkilauan di
hari cerah dan gunung yang diselimuti kabut di saat hujan. Pemandangan Danau
Barat senantiasa berubah bersama imajinasi, baik ketika cuaca cerah maupun
mendung, hujan maupun bersalju, pagi maupun senja. Danau Barat memiliki pesona
khas untuk tiap musim: bunga-bunga di musim semi, bulan di musim gugur, teratai
di musim panas, dan salju di musim dingin.
Tanggul Su
membentang melintasi Danau Barat, mencapai 2,8 kilometer dari utara ke selatan.
"Di Danau Barat enam jembatan terbentang; berhias dedalu menjulang
berseling persik terkembang". Dari selatan sampai utara terdapat sejumlah
jembatan terkenal khas Danau Barat yang disebut sebagai "enam jembatan
dedalu berkabut", antara lain: Jembatan Yingbo (Pantulan Riak), Suolan
(Pengunci Gelombang), Yadi (Tanggul Penolak Bala), Wangshan (Memandang Gunung),
Dongpu (Muara Timur), dan Kuahong (Melintas Pelangi).
Nama Tanggul
Su ini adalah untuk mengenang jasa pujangga terkenal dari Dinasti Sung Utara,
Su Dongpo. Pada saat bertugas sebagai kepala daerah di Hangzhou, Su Dongpo
membangun tanggul ini dengan menggali endapan lumpur di dasar danau. Tanggul Su
menghubungkan Bukit Selatan dengan Bukit Utara, serta menambah garis yang elok
di atas permukaan danau. Selain itu, pohon dan bunga yang menghiasi tanggul
juga menyajikan warna-warni berbeda dalam setiap musim. Tak heran pemandangan
indah nan puitis ini diposisikan sebagai yang paling utama dari "Sepuluh
Pemandangan Danau Barat".
Purnama Musim Gugur di Danau Tenang, letaknya ada di ujung selatan Bukit Gu,
menghadap ke Danau Barat Luar. Pemandangan alami di sini dilukiskan dengan
bait: "Rupa danau luas membentang tenang laksana cermin, purnama musim
gugur paling sempurna dalam setahun". Di sini dibangun koridor yang
berkelok-kelok, sederhana namun anggun, dan berakhir pada tiga anjungan yang
menjorok ke danau dan menghadap ke arah selatan, sehingga pengunjung dapat
menyaksikan pemandangan luas membentang.
Pemandangan
Danau Barat dari sini selalu menakjubkan, baik ketika cuaca cerah ataupun
hujan. Apalagi ketika duduk di anjungan menikmati terbitnya purnama paling
bundar di pertengahan musim gugur yang terpantulkan oleh danau, sehingga tampak
bagaikan ada satu bulan di langit dan satu bulan di atas permukaan air yang
bersinergi memancarkan sinar. Ditambah dengan pemandangan gunung-gunung
berbaris, juga bunga dan pepohonan empat musim, ini sungguh panorama yang
teramat puitis.
Angin Teratai
di Halaman Chi terletak di tepi Jembatan Hongchun, di Jalan Lingyin kota
Hangzhou. Konon pada awal periode Shaoxing Dinasti Sung Selatan, di daerah ini
terdapat pabrik yang membuat arak hanya bagi istana, dan di kawasan sekitar
pabrik ditanami teratai. Setiap angin musim panas berembus sepoi-sepoi,
harumnya teratai bercampur dengan wanginya arak begitu memabukkan, hingga
tempat ini dijuluki sebagai "angin teratai di halaman Chi (ragi
arak)".
Setelah zaman
Dinasti Sung Selatan berakhir, pabrik arak itu juga tinggal sejarah, sehingga
pemandangan istimewa ini pun hilang. Pada masa awal Dinasti Ching, dibangun
sebuah anjungan baru di sebelah barat Jembatan Melintasi Pelangi, yang juga
dipenuhi teratai. Saat Kaisar Kangxi datang berkunjung, nama lokasi ini diubah
menjadi "angin teratai di halaman Chi dengan nama Chi yang berarti
kelokan. Kaisar Kangxi juga memasukkan lokasi ini dalam sepuluh pemandangan
utama, serta mendirikan sebuah anjungan peringatan. Sekarang di sini telah
dibangun Taman Angin Teratai di Halaman Chi.
Jembatan Patah Hati atau The Broken Bridge adalah jalan yang harus dilewati
menuju Bukit Gu. Sehabis hujan salju, orang pasti akan berbondong datang untuk
menikmati pesona unik pemandangan Danau Barat di musim dingin. Jembatan Patah
Hati dipenuhi pengunjung yang mengagumi pemandangan putih sempurna pada Bukit
Gu dan Danau Barat Dalam. Itulah sebabnya pemandangan ini dikenal sebagai
"Salju Meleleh di Jembatan Patah Hati".
Menambah romantisme Jembatan Patah Hati atau The Broken Bridge ini adalah kisah
legendaris "Legenda Siluman Ular Putih". Konon di atas jembatan
inilah si Siluman Ular Putih berjumpa dan berpisah dengan kekasihnya, Xu Xian.
Apabila kita berdiri di ujung jembatan, terlihatlah pemandangan rupawan danau
di sekeliling dan gunung di kejauhan. Jembatan Patah Hati adalah lokasi paling
istimewa untuk mengagumi keindahan pemandangan salju di Danau Barat.
Bahkan dalam
novel Revisi ketiga “Pendekar Pemanah Rajawali” atau “Legend Of The Condor
Heroes” jilid 3 halaman 117 pun sempat disinggung bahwa kedua tokoh utama, Guo
Jing dan Huang Rong pernah berkencan di Jembatan Patah Hati ini sesaat sebelum
mereka melihat Wan Yen Hong Lieh dan para pengikutnya sedang berjalan menikmati
keindahan Danau Sihu sekaligus mencari tempat disimpannya kitab perang Bubok
(Wu Mu Yi Shu) yang menurut kabar ada di Istana Kaisar di Hangzhou.
Didalam novel
disebutkan : “Jembatan Patah Hati adalah salah satu tempat terkenal di Danau
Barat. Saat itu pertengahan musim panas dan di bawah jembatan penuh bunga
teratai. Huang Rong melihat di tepi jembatan ada kedai arak yang mewah. “Mari
kita minum arak sambil memandang bunga teratai.”
Guo Jing and Huang Rong versi 1994
“Bagus,” kata
Guo Jing. Mereka masuk dan duduk. Pelayan menghidangkan arak dan makanan.
Keduanya minum arak sambil menikmati keindahan teratai. Hati mereka gembira.
Huang Rong melihat di jendela yang menghadap ke timur terdapat tirai, di
atasnya ada penutup awan hijau. Tampaknya pemilik kedai menghargai benda itu.
Rasa ingin tahunya muncul, kemudian ia pergi melihat-lihat. Tampak di bawah
tirai puisi “Angin di Pohon Pinus” yang berbunyi :
Sepanjang musim semi kubeli bunga.
Mabuk di tepi danau hari demi hari.
Kuda putihku hafal jalan ke Danau Barat.
Tiba di depan kedai arak meringkik bangga.
Menyanyi dan menari di keharuman aprikot merah.
Berayun di bayangan pohon liu hijau.
Angin hangat lima kilo wanita cantik dan langit.
Bunga ditancapkan di rambut pelipis miring.
Lukisan perahu menyambut musim semi.
Meninggalkan perasaan di danau berkabut.
Esok sangga sisa mabuk,
Datang kembali mencari hiasan rambut.”
Well, itu adalah
sepenggal kalimat dalam novel revisi ketiga “Pendekar Pemanah Rajawali” atau “Legend
Of The Condor Heroes” karangan Jin Yong yang mengisahkan sedikit tentang Danau
Barat atau Danau Sihu. Bahkan dari beberapa baris kalimat itu saja, saya sudah
bisa membayangkan keindahan tempat itu. Tak salah rasanya jika Hangzhou
dijuluki “Surga di Bumi.”
Credit : CRI +
novel Pendekar Pemanah Rajawali revisi Terbaru karya Jin Yong.