Nggak
sengaja membaca komentar penonton di salah satu blog yang berkata bahwa dia
ragu apakah Jing Tian dan Xue Jian saling mencintai mengingat seringnya mereka
bertengkar. Well, karakter Jing Tian dan Xue Jian memang mirip seperti karakter
Tao Ming Tze dan San Chai dalam Meteor Garden yang selalu bertengkar tapi
sebenarnya saling cinta. Tapi menurut saya, mereka jelas saling cinta. Bukankah
Jing Tian sudah jelas-jelas mengungkapkan perasaannya di depan Xue Jian bahwa
dia mencintainya? Xue Jian juga jelas-jelas mengatakan di hadapan Jing Tian
saat di episode 14 : “Wo Hao Ai Ni” alias “I really Love You”, hanya saja Jing
Tian menganggapnya sebagai lelucon semata. Tapi walau begitu masih ada yang
bertanya-tanya kapankah tepatnya sepasang kekasih ini mulai memiliki rasa
terhadap satu sama lain mengingat setiap ada kesempatan mereka selalu
bertengkar? Well, bagaimana jika kita flashback sedikit dan menganalisis
kembali alur cerita Chinese Paladin 3 ini... Let’s the Story begin....
“CP3 :
Jing Tian-Xue Jian, Does They Love Each Other?”
Jing Tian
dan Xue Jian tak sengaja bertemu karena tarikan sihir dari sepasang Giok Jodoh
atau Jade Pendant milik Dewi Xi Yao dan Panglima Fei Peng, yang akan saling
tarik-menarik dan menunjukkan kekuatannya bila bertemu dengan Giok Jodoh lain yang
menjadi pasangannya. Diawali dengan pertengkaran, seperti memang sudah
ditakdirkan, kedua sejoli ini lalu hampir selalu bertemu dalam setiap
kesempatan. Tanpa disadari keduanya, hubungan mereka berdua mulai berubah
secara perlahan. Diawali dari 2 orang yang tak saling kenal, mereka mulai
saling membantu saat sekumpulan zombie menyerang kediaman Tang.
The Mystical Jade Pendant
Ciuman pertama ditengah segerombolan Zombie
Jing Tian
dan Xue Jian pun mulai berteman, tanpa disadari Xue Jian, Jing Tian-lah yang
selalu ada untuknya setiap kali dia membutuhkan bantuan. Seperti saat Kakek Xue
Jian meninggal dan Xue Jian harus diusir dari rumahnya karena identitasnya yang
bukan bagian dari Keluarga Tang terbongkar. Xue Jian yang sangat ingin bertemu
Kakeknya untuk yang terakhir kalinya sebelum Kakeknya dimakamkan, tidak
diijinkan masuk kembali ke tempat yang dulu pernah menjadi rumahnya. Jing Tian
yang merasa kasihan pada gadis itu, membantunya masuk ke Kediaman Tang untuk
bertemu Kakeknya walau untuk itu, Jing Tian harus rela dipukuli oleh
orang-orang keluarga Tang, walau kemudian Pedang Iblis datang membantunya. Bukan
hanya itu saja, Jing Tian pun menampungnya di Yong An Shop, dia juga menanggung
semua biaya hidup Xue Jian saat gadis itu tinggal disana.
Mungkin
perasaan Xue Jian mulai timbul saat melihat betapa Jing Tian sangat peduli
padanya. Bukan hanya menampung, menanggung biaya hidup, tapi Jing Tian juga
sangat perhatian padanya. Saat Xue Jian pergi menemui mantan pelayan setianya,
Jing Tian yang khawatir Xue Jian belum makan, tidak mengizinkan Mao Mao memakan
makanan yang telah dia buat sebelum Xue Jian memakannya lebih dulu. Dia bahkan
membuatkan makanan dengan bentuk yang sangat lucu, benar-benar menunjukkan
perhatiannya. Saat gadis itu belum pulang hingga tengah malam, Jing Tian yang
mulai cemas terjadi sesuatu padanya segera keluar rumah mencarinya.
Xue Jian
yang melihat perhatian Jing Tian yang tulus padanya melalui makanan itu berniat
mencari Jing Tian untuk berterima kasih. Tapi apa daya saat Xue Jian tiba
disana, dia melihat Jing Tian “memeluk” gadis lain yang tidak dikenalnya. Salah
Paham pun terjadi. Xue Jian tiba-tiba merasa kesal dan sakit hati saat melihat
ada gadis lain yang dekat dengan Jing Tian selain dirinya, apalagi dari sudut
pandang Xue Jian, dia melihat mereka “berpelukan”. Tanpa disadari Xue Jian,
sebenarnya dia mulai merasa cemburu pada gadis itu.
Well, sebenarnya
gadis itu adalah Long Kui, adik kandung Long Yang (reinkarnasi Jing Tian
sebelumnya) yang baru saja terbebas dari dalam Pedang Iblis setelah 1000 tahun
terkurung dalam Pedang. Long Kui yang bahagia karena bertemu kembali dengan
“Kakaknya” langsung memeluk Jing Tian dan tak mau melepaskannya. Jing Tian yang
ketakutan tentu berusaha melepaskan diri dari pelukan Long Kui, tapi dimata Xue
Jian, mereka terlihat sedang berpelukan. Apalagi setelah Jing Tian keluar dari
dalam kuil untuk mengambilkan Fairy Robe atau Gaun Peri untuk Long Kui.
Long Kui
Merah datang dan menyerang Xue Jian dan meminta Xue Jian menjauhi Jing Tian.
Xue Jian pun makin kesal dan cemburu. Dan hatinya makin hancur saat Long Kui
menunjukkan pada Xue Jian, kenangan antara dia dan Long Yang dan memamerkan
betapa dekatnya mereka saat itu. Xue Jian yang tak tahu jika Long Kui adalah
adik kandung Long Yang, menyangka jika mereka adalah sepasang kekasih. Dia
terduduk di tanah dengan sedih. Mungkin inilah pertama kalinya Xue Jian
menyadari bahwa dia memiliki sebuah perasaan khusus pada Jing Tian, sebuah
perasaan lebih dari sekedar teman. Dan akhirnya Xue Jian menyadari jika dia
Menyukai Jing Tian, bukan hanya rasa suka pada teman tapi rasa suka seorang
wanita pada seorang pria.
Xue Jian
yang sakit hati memutuskan untuk pergi. Dia berkata pada teman-teman Jing Tian
: Mao Mao dan He Bi Phing agar meminta Jing Tian tidak mencarinya, tapi
sebenarnya dia berharap Jing Tian akan datang mencarinya. Bahkan He Bi Phing
pun bisa melihat bahwa Xue Jian cemburu dengan “gadis” yang baru saja ditemui
Jing Tian, tapi tentu saja, Xue Jian menyangkal perasaannya. He Bi Phing pun
berkata pada Jing Tian bahwa “Tidak boleh ada 2 wanita dalam 1 rumah,” yang
tentu saja Jing Tian tak mengerti maksud He Bi Phing kalau sebenarnya Xue Jian
cemburu pada Long Kui.
Pada
episode 10, saat mereka secara tak sengaja bertemu lagi dan Jing Tian yang
iseng merebut bakpao Xue Jian, Xue Jian yang kesal melihat Long Kui bersama
mereka lantas berteriak marah.
Xue Jian
: “Kenapa dia ikut bersamamu?” tunjuknya pada Long Kui.
Jing Tian
: “Aku berjanji padanya untuk membantunya mencari
kakak kandungnya. Dia seorang gadis kecil dan tak punya siapa-siapa. Sangat kasihan. Lebih aman bila dia bersama kami. ” jawab Jing Tian santai, tetap tak mengerti bila
Xue Jian cemburu.
Xue Jian
: “Semalam aku juga sendirian. Aku juga seorang gadis kecil. Apa aku tidak
kasihan?” Xue Jian memprotes marah karena Jing Tian tidak mencarinya semalam.
Jing Tian
: “Kau berani mengungkit itu? Kau yang pergi tanpa pamit. Aku pergi mencarimu
ke kuil tapi kau tak ada,” jawab Jing Tian tak kalah kesal.
Xue Jian
: “Bukankah kau tahu bagaimana mencariku? Lagipula, kau kenal dia berapa lama?
Kenapa kau biarkan dia mengikutimu? Apa kau tahu siapa dia sebenarnya?” Xue
Jian meneriakkan kecemburuannya.
Jing Tian
: “Aku tak tahu siapa dia tapi dia lebih penurut daripada kau dan selalu memanggilku kakak,
benarkan?” Jing Tian yang tak mengerti Xue Jian sedang cemburu justru malah
tersenyum dan memuji Long Kui di hadapan Xue Jian, yang tentu saja membuat Xue
Jian makin marah dan menendang Jing Tian.
Jing Tian
: “kau sudah cukup belum? Kenapa kau tidak bisa menirunya?” Jing Tian berteriak
kesal karena Xue Jian memukulinya, dia justru menyuruh Xue Jian meniru Long
Kui.
Xue Jian
: “Kenapa aku harus menirunya?” Xue Jian merasa tak terima melihat Jing Tian
membela Long Kui.
Jing Tian
: “Karena dia lebih baik darimu. Lihat dirimu! Dari kepala sampai kaki,
tak ada yang mirip wanita,” jawab Jing Tian lagi.
Xue Jian
: “Dia lebih baik dariku? Kalau begitu biarkan dia ikut denganmu. Aku akan
pergi,” ujar Xue Jian marah lalu pergi dari sana.
Tapi
tentu saja, malamnya dia datang kembali mencari Jing Tian. Xue Jian beralasan
ingin mengambil kembali bakpaonya yang direbut Jing Tian tadi siang, tapi siapa
yang percaya?
Xue Jian
: “Pendekar Chang Ching, mereka memukuliku saat aku masuk,” lapor Xue Jian saat
Chang Ching masuk ke dalam kamar dengan cemas.
Chang
Ching : “Mereka sangat keterlaluan.” Ujar Chang Ching tak mengerti.
Jing Tian
: “Aku tidak keterlaluan. Dia masuk diam-diam dari jendela lalu meraba-raba
tubuhku. Kupikir dia adalah hidung belang. Lihat apa yang dilakukan hidung
belang itu padaku? Dia mengikatku disini. Cepat lepaskan aku!”
(sumpah..adegan
ini bikin ngakak wkwkwkwk ^.^)
Chang
Ching : “Dimana Saudara Mao Shan? Harusnya dia menghentikan kalian,” Chang
Ching bertnya pada Jing Tian.
Jing Tian
: “Tak usah pedulikan dia. Selamatkan aku dulu. Selamatkan aku!” Jing Tian memohon
tapi Chang Ching mengabaikannya.
Xue Jian
: “Itu karena kalian merasa bersalah padaku jadi ketakutan. Aku datang kemari
karena ingin mengambil bakpaoku. Kembalikan bakpaoku!” ujar Xue Jian pada Jing
Tian gemas.
Jing Tian
: “Kau mengikuti kami jauh-jauh kemari hanya karena ingin mengambil bakpao,
siapa yang percaya?” Jing Tian menggodanya iseng.
Chang
Ching : “Nona Xue Jian, aku yakin kau sudah lelah karena mengikuti kami kemari.
Bagaimana jika kau istirahat dulu disini?” tawar Xu Chang Ching.
Bravo.
Memang itu yang diharapkan Xue Jian, hanya saja dia gengsi mengakuinya. Dasar
wanita !! Lain dimulut lain dihati.
Xue Jian
: “Sebenarnya setelah mengambil bakpaoku, aku ingin segera pergi. Tapi jika
kau...” belum sempat Xue Jian selesai bersandiwara, Mao Mao sudah mengembalikan
2 bakpao itu padanya.
Mao Mao :
“Ini kukembalikan padamu,” wkwkwkwk ^.^ Xue Jian yang tak punya alasan lagi,
wajahnya terlihat kecewa sesaat karena mengira rencananya gagal.
Jing Tian
yang melihat ini langsung tertawa menggodanya dan berkata iseng “Tinggallah
jika kau memang ingin tinggal. Siapa yang tidak tahu kalau kau ingin
mengikutiku?” godanya nakal sambil tertawa menang. Xue Jian yang rencananya
tertangkap basah pura-pura marah dan ingin pergi.
Xue Jian
: “Baik. Aku pergi!” ujarnya tapi untunglah Xu Chang Ching melarangnya.
Chang Ching : "Karena kau sudah disini, tinggal saja disini," tawarnya ramah. Tanpa ragu Xue Jian mengiyakan, kan emang dari awal si Xue Jian pengen tinggal dan ikut bersama mereka, cuma dia gengsi aja ngakuin hehehe ^.^
Yang lucu
disini, jika Xue Jian benar-benar marah pada Jing Tian dan jika niatnya yang
sebenarnya memang ingin mengambil bakpao, kenapa dia begitu mudah dibujuk untuk
tinggal ?? Well, dari sini jelas terlihat jika bakpao hanya alasan. Yang
sebenarnya adalah dia memang ingin mengikuti Jing Tian karena Xue Jian
menyukainya dan tidak rela bila ada wanita lain yang merebut Jing Tian darinya.
Di
episode 11, walau siangnya Xue Jian berkata bahwa dia ingin 1 tim dengan Xu
Chang Ching dalam penyelidikan, tapi nyatanya, Xue Jian memilih mengikuti Jing
Tian.
Jing Tian
: “Bukankah tadi kau bilang akan 1 tim dengan White
Tofu? Kenapa sekarang mengikutiku ?? Atau jangan-jangan kau merasa lebih aman bersamaku?” goda Jing Tian saat
mendadak Xue Jian terus mengikutinya.
Di
episode 13 pun, saat semua kesalahpahaman mengenai Long Kui terselesaikan, Xue
Jian langsung bersikap baik pada Long Kui.
Xue Jian
: “Mulai sekarang kita lupakan yang terjadi di masa lalu. Mari kita jadi teman baik,”
Xue Jian yang lega karena kecemburuannya tidak terbukti, mendadak menjadi
ramah.
Long Kui
: “Baik. Jika kelak Kakak Xue Jian jadi kakak iparku, aku akan jauh lebih
bahagia,” jawab Long Kui yang bisa melihat dengan jelas bahwa Xue Jian menyukai
Jing Tian.
Xue Jian
: “Jangan bicara omong kosong!” Xue Jian mendadak malu karena Long Kui
mengetahui perasaannya.
Long Kui
: “Kau menyukai kakakku. Apa salahnya jika bersama dengannya?” Long Kui tak
mengerti dimana salahnya.
Xue Jian
: “Siapa yang menyukainya? Jika aku menyukainya, aku akan tersambar petir.” Xue Jian kembali menyangkal dengan salah tingkah.
Di
episode 14, saat Jing Tian dan Xue Jian membahas tentang wanita berbaju ungu
yang menarik perhatian Chang Ching. Jing Tian yang nakal dan iseng, menggoda
Xue Jian bagaimana jika seandainya dia membelikan baju berwarna ungu untuk Xue
Jian, apakah mungkin Xu Chang Ching akan jatuh cinta pada Xue Jian juga?
Jing Tian
: “Bagaimana jika seandainya aku membelikanmu baju berwarna ungu, lalu kau
sembunyi di kamar White Tofu. Lihat apa dia akan jatuh cinta padamu.” Goda Jing
Tian iseng.
Xue Jian
: “Kau...” Xue Jian ingin berkata “kaulah yang kucintai,” tapi tentu saja dia
merasa malu.
Jing Tian
: “Aku? Apa yang kau katakan? White Tofu mencintaiku? Bagaimana mungkin dia mencintaiku?” Jing Tian
salah mengartikan maksud Xue Jian.
Xue Jian
: “AKU SUNGGUH MENCINTAIMU !!” ujar Xue Jian kesal. Jing Tian yang
menganggapnya lelucon hanya tertawa mendengarnya.
Jing Tian
: “Kau mencintaiku? Sama sekali tidak terlihat seperti itu.” Ujarnya polos
sambil tertawa. Kesal karena Jing Tian hanya menganggap perasaannya lelucon,
Xue Jian menendang kakinya lalu pergi dengan marah.
Setelah
Xue Jian pergi, Jing Tian mengingat kembali kata-kata Xue Jian barusan “Apa dia
gila? Dia bilang dia mencintaiku?” wajah Jing Tian menyiratkan kebingungan tapi
karena begitu kembali ke penginapan, Xue Jian bersikap biasa saja, tentu saja
Jing Tian kembali menganggapnya hanya lelucon semata.
Kita bisa
melihat bahwa Xue Jian mulai memiliki rasa pada Jing Tian sejak episode ke 9.
Tapi bagaimana dengan Jing Tian? Kapankah dia mulai menyukai Xue Jian? Well,
kalau menurut saya sih sejak episode 15 ketika mereka berada di Feng Capital
hanya berdua dan tinggal sekamar. Jing Tian mulai bertingkah aneh saat mereka
bertemu dengan Zhou Wu Yen, yang terlihat sangat bernafsu pada Xue Jian. Jing
Tian secara insting ingin melindungi gadis itu dari si hidung belang, Zhou Wu
Yen.
Instingnya sebagai pria mulai tergerak, dia ingin melindungi Xue Jian dan tak
ingin ada pria lain yang mendekati Xue Jian. Jing Tian pun
spontan mengakui Xue Jian sebagai istri yang baru saja dinikahinya. Lalu
malamnya, demi agar kebohongan mereka di hadapan Zhou Wu Yen tidak terbongkar,
Jing Tian “memaksa” Xue Jian tidur dengannya dalam 1 kamar.
Malam
itu, Jing Tian dan Xue Jian yang berebut tempat tidur, tak sengaja jatuh
bersamaan ke ranjang dengan tubuh Jing Tian menindih Xue Jian. Jing Tian yang
tak pernah sedekat ini sebelumnya dengan Xue Jian, hanya bisa memandang Xue
Jian dengan perasaan aneh di hatinya. Tatapannya terlihat salah tingkah.
Mungkin sejak itulah tanpa sadar Jing Tian jatuh cinta pada Xue Jian, hanya
saja Jing Tian yang tak pernah jatuh cinta sebelumnya, tak tahu perasaan apakah
itu.
Xue Jian
yang perasaannya semakin dalam pada Jing Tian, cemburu berat saat melihat Jing
Tian merayu Ratu Siluman dan bahkan “Menikah” dengannya. Tanpa tahu bahwa itu
hanyalah sandiwara Jing Tian agar bisa merebut Mutiara Api, Xue Jian marah
besar pada Jing Tian. Kecemburuan menguasai hatinya, sehingga membuat Jing Tian
yang tak ingin sandiwaranya terbongkar dan semua rencananya gagal total,
terpaksa menampar Xue Jian untuk membuatnya diam. Xue Jian yang cemburu berat,
semakin marah saat Jing Tian menamparnya demi Ratu Siluman. Tapi melihat sifat
Xue Jian dan cintanya pada Jing Tian, kemarahannya tidak berlangsung lama.
Di
episode 22, saat Jing Tian melihat Xue Jian akan menikahi pria lain, akhirnya
dia menyadari bahwa dia mencintai Xue Jian. Jing Tian yang putus asa, frustasi
dan patah hati minum hingga mabuk dan mengakui perasaannya di depan Xu Chang
Ching.
Jing Tian
: “Karena aku mencintai babi betina itu. Aku mencintai Xue Jian. Aku sangat
mencintainya. Aku mencintai Babi Betina. Aku mencintai Babi Betina,”
berulang-ulang hingga akhirnya pingsan karena mabuk.
Siangnya, mereka bertemu lagi dan
Jing Tian yang ingin menghabiskan waktu lebih lama bersama Xue Jian, menawarkan
diri untuk mengatur rambutnya. Kemudian saat Jing Tian tak sengaja melihat Jade
Pendant milik Xue Jian, dia menceritakan bagaimana giok miliknya telah dicuri
orang. Dan Xue Jian pun menceritakan tentang apa yang pernah dikatakan Xu Chang
Ching tentang jodohnya.
Xue Jian : “Pendekar Xu pernah
berkata, bahwa seseorang yang ditakdirkan untukku adalah seseorang yang namanya
memiliki unsur alam dan saat aku mengangkat kepala dan melihat ke atas, aku
akan bisa melihatnya dengan jelas. Tapi saat aku mengangkat kepala dan melihat
keatas aku bisa melihat banyak hal : Bintang, awan, matahari, bulan dan
langit.”
Jing Tian : “Itu pasti Langit
(Tian).” Jing Tian menunjuk pada dirinya sendiri. Tapi Xue Jian masih mencoba
menolak kemungkinan itu, dia berkata menentang.
Xue Jian : “TIDAK! Itu pasti Awan
(Yun) dan yang dimaksud Pendekar Xu adalah Lei Yun Ting.”
Jing Tian : “Tapi kau tidak
selalu bisa melihat awan. Saat hari terlalu cerah, justru tak ada awan diatas
sana,” Jing Tian bersikeras menyangkal. Xue Jian yang masih tak percaya lalu
berlari begitu saja.
Malamnya mereka berdua bertemu
lagi setelah melihat pesta kembang api yang disiapkan Lei Yun Ting untuk Xue
Jian. Tapi kali ini Xue Jian tidak mencoba menyangkal lagi.
Xue Jian : “Gigi sayur, saat aku
mengangkat kepala dan melihat ke atas yang kulihat adalah...”
Jing Tian : “Langit (Tian) dan
itu adalah aku. AKU MENYUKAIMU. AKU SANGAT MENYUKAIMU.” Akhirnya
kalimat itu terucap dari bibir Jing Tian. Xue Jian tersenyum bahagia
mendengarnya. Itu adalah kalimat yang sudah lama dia nantikan.
Xue Jian
: “Sebanyak apa kau menyukaiku?” tanyanya ingin tahu.
Jing Tian
: “Tak terbatas. Sebanyak upil di hidungku yang takkan pernah habis,” jawab
Jing Tian dengan tidak romantis.
Saat akan
menolong Xue Jian ketika Kediaman Lei Yun Ting diserang segerombolan siluman,
Jing Tian meminta pada Xu Chang Ching agar memberinya kesempatan menunjukkan
kemampuan di hadapan gadis yang dia cintai.
Jing Tian
: “Nanti, bisakah kau biarkan aku menjadi Pahlawan di hadapan wanita yang kucintai? Bisakah kau jangan berebut denganku hari ini? Biarkan aku menunjukkan kemampuanku di
hadapan wanita yang aku cintai,” pintanya memohon dengan ekspresi lucu. Ini
menunjukkan kalau Jing Tian bertarung hanya untuk menunjukkan kemampuannnya di
depan Xue Jian. Dia tidak ingin Xue Jian memandangnya rendah dan ingin Xue Jian
kagum padanya.
Jing Tian
really love Xue Jian. Bahkan Evil Sword Immortal pun bisa melihat itu. Saat
menculik Xue Jian, dia berkata pada Jing Tian yang saat itu sedang bertarung dibawah “Jing
Tian, aku tak takut lagi padamu. Sekarang kau memiliki kelemahan. Bila kubunuh
wanita yang paling kau cintai, kau pasti akan marah besar dan kemarahan akan membuatku
semakin bertambah kuat,”
Jing Tian
juga tidak peduli walau jalan yang harus dilalui untuk menyelamatkan Xue Jian
penuh dengan bahaya, dia tak mau menunggu hingga Chang Ching tiba dan
membantunya.
Jing Tian
: “Aku tak bisa menunggu dengan tenang. Gadis yang kucintai dalam bahaya, aku
tidak bisa menunggu lebih lama lagi. Aku sendiri yang akan menyelamatkannya,
tidak peduli walau harus menempuh bahaya,” ujarnya tegas.
Cintanya
semakin ditunjukkan saat Jing Tian yang sedih karena Xue Jian tak juga sadarkan
diri, berkata sambil menangis : “Siapa yang membuatmu jadi begini? Katakan
padaku! Bicaralah Babi Betina. Katakan sesuatu! Sadarlah. Jangan tinggalkan aku!
Kita tak mudah baru bisa bersama, kau tak boleh tinggalkan aku!” dan ajaib,
saat airmata Jing Tian mengenai wajah Xue Jian, perlahan gadis itu membuka
matanya. Walaupun tetap tak ada reaksi dari Xue Jian seolah gadis itu telah
kehilangan jiwanya. Tapi setidaknya airmata Jing Tian yang mengandung cinta dan
ketulusan secara ajaib menyembuhkannya, walaupun tidak bisa mengembalikan
jiwanya.
Dan setelah
mereka pacaran, Xue Jian seolah menjadi sumber kekuatan Jing Tian. Seperti saat
Jing Tian harus mengalahkan Raja Iblis Chong Lou pun, Jing Tian baru bisa
menang setelah Xue Jian memberinya semangat dan membuatnya cemburu dengan
berkata “Kakak Chong Lou, kau sangat tampan.” Barulah Jing Tian berseru keras
“Aku cemburu!” lalu mendadak dia menjadi sangat kuat, lebih kuat dari
sebelumnya. Jika bukan karena dukungan semangat dari Xue Jian, tentu Jing Tian
tak mungkin menang.
Untuk
seseorang yang tak pernah jatuh cinta, Xue Jian adalah yang paling berharga
dalam hidupnya. Jing Tian sangat setia pada Xue Jian, dia selalu berusaha
melindungi Xue Jian dan tidak ingin melihatnya terluka. Walau setelah pacaran
pun, mereka masih sering berdebat.
Xue Jian pun sangat
mencintai Jing Tian dan rela berkorban untuknya. Saat Pedang Iblis (The Demonic
Sword) meminta darah gadis perawan dari seseorang yang dekat dengan Jing Tian
untuk membuatnya bertambah kuat dan bisa digunakan untuk mengalahkan Evil
Immortal Sword, entah itu Xue Jian atau Long Kui, Xue Jian dengan tulus berkata
: "Jika kau mencintaiku, biarkan aku melompat ke dalam api.”
Jing Tian menjawab
“Kau adalah kekasihku. Jika kau ingin melompat ke dalam api, aku lebih memilih
aku tidak pernah mencintaimu.” Dan akhirnya, Long Kui-lah yang nekat melompat
ke dalam api, berkorban demi kakaknya agar kakaknya bisa bahagia bersama Xue
Jian. Poor Long Kui...
Walau mereka berdua
saling mencintai, tapi kisah cinta mereka tidak berakhir dengan bahagia,
mengingat umur Jing Tian tak lama lagi karena Jing Tian telah menukarkan
hidupnya dengan hidup orang lain agar mereka yang mati karena menjadi korban
dari Evil Sword Immortal bisa hidup kembali. Poor Jing Tian... Jing Tian adalah
contoh Pahlawan yang baik hati, dia rela menukarkan hidupnya untuk menggantikan
hidup orang lain *sigh*
Saat terakhir
kebersamaan mereka ditandai dengan turunnya Hujan Salju di Yu Zhou. Jing Tian
dan Xue Jian, menikmati hujan salju itu dengan gembira, Jing Tian yang merasa
hidupnya tak lama lagi hanya bisa memandang sedih kekasihnya sambil berkata
pelan “Saljunya sangat cantik. Kenapa aku baru menyadarinya?”.
Xue Jian yang tak
menyadari maksud Jing Tian menjawab sedih “Saljunya memang cantik, tapi
sayangnya saat menyentuh tanah, saljunya akan segera mencair.”
Jing Tian menjawab
lagi “Aku sedang bicara tentangmu.” Masih dalam suasana hati yang kalut dan tak
rela berpisah dengan kekasihnya. Xue Jian yang tak pernah mendengar Jing Tian
bicara begitu romantis, dengan malu-malu memeluk lengan Jing Tian dan berkata
manja “Sejak kapan kau jadi romantis?”
Jing Tian berkata
lagi “Aku memang romantis.” Jawab Jing Tian dengan tatapan mata mesra.
Xue Jian merasa
makin malu-malu, sambil memeluk lengan Jing Tian lebih erat dia berkata “Kau
menyebalkan.” Dan kembali, Jing Tian mengulang kalimatnya “Aku memang
menyebalkan,” sambil tersenyum manis.
Tapi kemudian dia
kembali menatap Xue Jian dengan dalam lalu berkata pelan “Jika suatu saat aku
tak ada disisimu, berjanjilah kau akan hidup dengan bahagia,” kalimat yang
mengisyaratkan perpisahan. Jing Tian yang baru merasakan kebahagiaan bersama wanita
yang dicintainya, tentu dia tidak rela jika semua ini harus diakhiri begitu
saja. Dia benar-benar berharap bisa menarik kembali kesepakatannya dengan
Kaisar Langit.
Tapi Xue Jian yang
tidak mengerti maksudnya, hanya menganggapnya sebagai lelucon dan menjawab
nakal “Siapa yang butuh kau? Sana pergi,” jawabnya polos tanpa mengerti
apa-apa. Tentu bukan seperti itu maksud Xue Jian, dia hanya ingin bercanda.
Jing Tian terdiam
dan berkata dengan berkaca-kaca “Aku tak ingin pergi!” ujarnya mantap.
“Pergilah!” jawab
Xue Jian lagi, masih dengan nada bercanda.
Jing Tian
mengatakan berulang-ulang bahwa dia tak ingin pergi. Lalu detik berikutnya dia berteriak
pada langit “AKU TIDAK INGIN PERGI !!!” sambil beranjak berdiri.
Xue Jian yang masih
tetap tak mengerti, berdiri di sampingnya dan memeluk lengannya seraya
menyandarkan kepalanya dengan manja “Dasar bodoh !! Siapa yang menyuruhmu
pergi? Aku mau kau tetap disini,” jawabnya ceria. Dan akhirnya
adegan pun ditutup dengan hujan salju yang semakin lebat.
=================
Well, dari analisis
diatas, versi gue nih hehehe ^.^ Xue Jian mulai jatuh cinta pada Jing Tian di episode 9 saat dia merasa
tersentuh oleh perhatian Jing Tian padanya saat Kakeknya meninggal, saat itu
hanya Jing Tian satu-satunya yang ada disisinya dan tak pernah meninggalkannya.
Sedang untuk Jing
Tian, dia mulai jatuh cinta pada Xue Jian di episode 15 saat mereka berdua
berada di Feng Capital dan saat si hidung belang Zhou Wu Yen terlihat begitu
bernafsu pada Xue Jian, instingnya sebagai pria mulai tergerak, dia ingin
melindungi Xue Jian dan tak ingin ada pria lain yang mendekati Xue Jian.
Mungkin saat itu bunga-bunga cinta mulai bersemi, hanya saja Jing Tian belum
menyadari perasaannya. Baru saat Lei Yun Ting ingin menikahi Xue Jian, barulah
dia merasa tidak bisa kehilangan gadis itu dan menyadari kalau dia sangat
mencintainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar