Sabtu, 22 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 42)

Kisah si wanita berambut putih dan dendamnya yang salah sasaran akhirnya selesai juga. Mulailah kita menuju ending. Beberapa episode menuju ending ini akan diwarnai oleh banyak sekali drama romantis dan menyayat hati antara Guo Jing dan Huang Rong. Tak lama lagi, penonton akan disajikan adegan menguras emosi dan air mata. Guo Jing dan Huang Rong untuk pertama kalinya akan berpisah dalam jangka waktu yang lumayan lama akibat sebuah kesalahpahaman yang diciptakan Yang Kang dan Wan Yen Hong Lieh. Dalam novel diceritakan bahwa Guo Jing dan Huang Rong berpisah selama 1 tahun lamanya sebelum akhirnya Huang Rong kembali menemui Guo Jing di Mongolia dan membantunya memenangkan perang. Tapi itu nanti, tak lama setelah ini. Intinya, episode-episode menuju ending ini yang gak aku suka, karena banyak adegan sedihnya yang membuatku merasa kasihan pada Huang Rong.

Oke deh, bagi yang merasa penasaran dengan kelanjutan kisah ini. Mari kita simak potongan adegan di bawah ini... Buat yang belum nonton, mungkin potongan adegan ini dapat memberikan sedikit gambaran.






  
Dan kisahpun berlanjut... 
Di episode sebelumnya, Biksu Yideng menterjemahkan arti bahasa asing dalam Kitab “9 Bulan”. Guo Jing pun mengajarkan metode pengobatan dalam Kitab “9 Bulan” tersebut kepada Biksu Yideng, jadi Biksu Yideng pun tak perlu menunggu 5 tahun untuk bisa pulih seperti sediakala, melainkan cukup 3 bulan saja. Ilmu ini jugalah yang akhirnya diajarkan oleh Guo Jing kepada Pengemis Utara, Hong Chi Khong agar kungfu Hong Chi Khong kembali seperti semula. Thank to ilmu “9 Bulan” ceritanya ^_^

Setelah mengajarkan metode pengobatan dalam Kitab “9 Bulan” tersebut kepada Biksu Yideng, akhirnya Guo Jing dan Huang Rong pun turun gunung untuk melanjutkan perjalanan mereka mencari sang guru, Hong Chi Khong agar bisa mengajari sang guru bahasa asing dalam Kitab 9 Bulan dan mengembalikan kungfunya yang telah musnah akibat racun ular Ou Yang Feng.
Dalam perjalanan, mereka tiba di sebuah sungai dan berbincang sambil berjalan bergandengan tangan dengan mesra. Huang Rong berkata bahwa sejak mereka bertemu, sudah menemui banyak sekali masalah, tapi dalam setiap masalah tersebut pasti ada hikmah di baliknya.

 

“Jing Gege, menurutmu ini hebat tidak? Sejak kita bertemu, kita sudah mengalami banyak sekali masalah. Tapi tidak peduli sebesar apa pun masalah yang kita hadapi, pasti akan selalu ada hikmah di baliknya.” Ujar Huang Rong seraya mengenang.

“Apa maksudnya?” tanya Guo Jing tidak mengerti. 
“Contohnya, saat kita di Istana Raja dan kau hampir dibunuh oleh Yang Kang, saat kita menyembuhkan diri di Ruang rahasia, kau justru akhirnya mengerti tentang Formasi 7 Bintang Biduk. Sama seperti kali ini, aku terluka oleh pukulan Tapak Besi Chiu Chian Ren, nyawaku hampir saja melayang, tapi kita justru menemukan arti dari bahasa aneh di Kitab 9 Bulan. Bukankah itu hebat?” ujar Huang Rong. Maksudnya adalah bahwa di balik setiap musibah dan masalah yang menimpa mereka, selalu saja ada hal yang bisa disyukuri. Intinya, Huang Rong tetap bersyukur apa pun yang terjadi.

“Walaupun seandainya aku tak bisa kungfu, aku tetap tak ingin melihatmu terluka.” Ujar Guo Jing dengan raut wajah serius. Maksud ucapan Guo Jing adalah dia tidak butuh mengerti bahasa aneh dalam kitab “9 Bulan” itu bila untuk mendapatkannya harus melihat sang kekasih terluka parah lebih dulu. How so sweet boyfriend...


“Aku tahu kau sangat baik pada Rong’er. Tapi jika kau tak bisa kungfu, kau pasti sudah mati dipukul orang. Tak perlu Ou Yang Feng, si kepala benjol 3 saja sudah bisa mengambil kepalamu.” Jawab Huang Rong, masuk akal. Intinya, belajar kungfu itu perlu karena orang jahat di dunia ini sangat banyak.

“Tidak peduli bagaimanapun, aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi.” Jawab Guo Jing dengan penuh kesungguhan dalam suaranya. Dia benar-benar tidak ingin melihat gadis yang dicintainya terluka lagi.

“Beberapa hari ini melihatmu begitu menderita, aku bersumpah dalam hati, kelak bila terjadi sesuatu yang buruk lagi, biar aku saja yang menggantikan Rong’er.” Lanjutnya tulus dengan raut wajah serius.


“Kau ini sungguh tak punya hati. Kata-kata yang kuucapkan padamu, kau sudah lupa semuanya. Aku tak mau peduli lagi padamu.” Ujar Huang Rong sambil cemberut lalu berpura-pura pergi. (Ngambek ceritanya)

Melihat kekasihnya akan pergi, Guo Jing segera menarik tangan sang kekasih dan mengejarnya, menghentikannya agar tak jadi pergi. (Bukan Guo Jing namanya kalau gak ngejar ceweknya ^_^) 

“Aku salah bicara apalagi?” tanya Guo Jing kebingungan, meminta penjelasan kenapa kekasihnya tiba-tiba marah.


“Tentu saja kau salah, dan salahmu sangat besar. Kau ingin kau sendiri yang terluka, kemudian buat hati Rong’er sedih, benar bukan?” jawab Rong’er dengan cemberut, membuat Guo Jing panik karena gadisnya marah. (Masih ngambek ceritanya.)

“Bukan. Bukan. Bukan itu maksudku!” jawab Guo Jing dengan panik. 
“Jika tidak, bagaimana jika terluka bersama, menderita bersama?” lanjutnya dengan panik, membuat Huang Rong tertawa geli, membuat kekasihnya salah tingkah lagi. (Dasar bego! Siapa coba yang mau sakit? Ckckck...) 


“Bukan. Bukan. Aku juga tidak bermaksud seperti itu. Aku hanya berharap kau jangan terluka lagi, aku juga jangan terluka lagi. Kita berdua sehat-sehat saja. Agar lain kali tak perlu saling mengkhawatirkan satu sama lain.” Lanjut Guo Jing masih dengan panik.


Tapi mendengar ini, Huang Rong mendadak semakin sedih. 
“Lain kali? Apakah masih ada “Lain kali” untuk kita?” ujarnya sedih, mengingat mereka akan segera berpisah karena Guo Jing sudah berjanji akan pulang ke Mongol dan menikah dengan Hua Cheng.


Suasana mendadak menjadi sedih, begitupun juga Guo Jing yang merasa hatinya mendadak berat mengingat tak lama lagi dia harus berpisah dengan sang kekasih. 

Guo Jing hanya terdiam membisu, tapi Huang Rong berusaha tampak seceria mungkin agar mereka berdua tidak merasa sedih.


“Kenapa aku bertingkah bodoh? Kenapa harus menggunakan waktu berharga kita untuk membahas hal yang sedih begini? Jing Gege, perasaanmu pada Rong’er, Rong’er sudah benar-benar merasakannya. Aku masih punya penyesalan apalagi?” ujar Huang Rong dengan pengertian.

“Rong’er...” Guo Jing ingin mengatakan sesuatu tapi Huang Rong menghentikannya dan mengalihkan pembicaraan. Huang Rong tidak ingin membicarakan sesuatu yang membuatnya merasa sedih.

“Kakak bodoh, bukankah kita sudah bertekad akan menjalani hari-hari yang tersisa ini dengan bahagia?” ujar Huang Rong dengan senyum terpaksa di bibirnya. Kemudian berkata bahwa ada banyak hal yang harus mereka lakukan seperti misalnya mencari guru mereka dan membantunya menyembuhkan luka.


Akhirnya Guo Jing dan Huang Rong pun memutuskan untuk mencari Hong Chi Khong di Jia Xing karena tanggal 15 Agustus akan ada pertandingan kungfu di Rumah Makan Dewa Mabuk, jadi guru mereka pasti ada di sana sekarang. Kemudian sepasang kekasih inipun pergi menuju Jia Xing seraya bergandengan tangan.

Sementara itu, Yang Kang tak sengaja melihat Tuo Li dan Hua Cheng di sebuah pasar. Hua Cheng sangat gembira karena tak lama lagi Guo Jing akan kembali ke Mongol untuk menikah dengannya.

Hua Cheng berkata, “Guo Jing memang adalah calon suamiku. Setelah tanggal 6, jangan berpikir Nona Huang bisa mendekatinya.” Ujarnya dengan gembira. (Duh, elu emang imut tapi nyebelin >___<)


Mendengar ini, Yang Kang menjadi cemas dan akhirnya mengatur siasat untuk menghalangi Guo Jing kembali ke Mongol.

Di tempat lain, Ying Gu ditangkap oleh orang-orang Chiu Chian Ren yang masih ingin menangkap Guo Jing dan Huang Rong karena telah berani menerobos daerah terlarang Partai Tapak Besi. Ying Gu yang memang tidak tahu di mana keberadaan Guo Jing dan Huang Rong sekarang, berkata sejujurnya bahwa dia tidak tahu, tapi Chiu Chian Ren tidak percaya. Penjahat tua itupun memaksa Ying Gu untuk memakan racun yang akan membuatnya mati dalam 7 hari jika tidak mendapat obat penawar.


Tak lama kemudian di pasar, Guo Jing dan Huang Rong yang berniat mencari penginapan untuk beristirahat, tak sengaja melihat Ying Gu dan spontan mengikutinya. Ying Gu berjalan ke sebuah penginapan yang sepi yang ternyata adalah milik Partai Tapak Besi. 

Singkat cerita, Ying Gu memberikan sebuah kode untuk sepasang kekasih tersebut yang intinya mengatakan bahwa penginapan itu milik Partai Tapak Besi dan mereka harus segera pergi dari sana. Tak hanya itu, Ying Gu juga mengatakan bahwa Chiu Chian Ren telah meracuninya.


Awalnya Guo Jing dan Huang Rong tak mengerti dan tetap meminta sebuah kamar untuk menginap. Guo Jing bahkan sempat meraih sepotong makanan yang disiapkan oleh pemilik penginapan tersebut saat sang kekasih mulai mengerti arti di balik kode yang diberikan Ying Gu.

“Jing Gege, jangan dimakan. Tempat ini berbahaya.” Ujar Huang Rong memperingatkan. Spontan Guo Jing kembali memuntahkan apa yang dimakannya.


Merekapun segera pergi dari kamar itu dengan bergandengan tangan, namun dihadang oleh Chiu Chian Ren dan orang-orangnya. 


“Gadis sialan ini, kau sudah terkena pukulanku tapi masih belum mati.” Ujar Chiu Chian Ren sinis saat melihat Huang Rong masih baik-baik saja.

“Kau saja belum mati, mana mungkin aku rela mati?” jawab Huang Rong dengan berani, tak peduli walau mereka telah terkepung.

Sementara itu Ying Gu masih disekap. Tapi sebelum bertarung, Ying Gu tak sengaja mendengar tawa Chiu Chian Ren yang sangat mirip dengan tawa si penyusup yang memukul bayinya di tengah malam buta saat itu. Akhirnya Ying Gu tahu bahwa Chiu Chian Ren-lah orang yang telah memukul sang putra semata wayangnya.

 

Ying Gu pun sekuat tenaga berusaha melepaskan ikatan di kedua tangannya dan entah bagaimana caranya akhirnya bisa lepas dan bergabung dengan Guo Jing dan Huang Rong untuk melawan Chiu Chian Ren. Akhirnya terjadi pertarungan antara Guo Jing, Huang Rong, Chiu Chian Ren dan Ying Gu.

Note : Namun sayangnya, adegan pertarungannya terpotong begitu saja. Entah DVDnya yang kepotong waktu ngopy atau memang terpotong di versi aslinya di China sana (kena editing gitu), atau mungkin juga memang sengaja gak disyut alias dianggap gak penting. Aslinya dalam novelpun adegannya jauh lebih sulit lagi karena adegan pertarungannya dilakukan di atas kapal yang sedang menuju ke arah jurang. Terlalu sulit diadaptasi jadi mungkin dimodifikasi dengan lebih sederhana dan simple aja.


Di tempat lain, Yang Kang akhirnya mengutarakan rencananya untuk menghalangi Guo Jing kembali ke Mongol. Kenapa harus menghalangi? Karena Kitab Wu Mu sekarang ada di tangan Guo Jing, jika Guo Jing pulang ke Mongol maka akan sangat sulit bagi orang Chin menyusup masuk ke kemah Mongol dan mengambil kitab tersebut.

Tapi jika Guo Jing tetap di China daratan maka akan lebih mudah mengambilnya. Tapi dengan adanya Huang Rong yang cerdas di sisi Guo Jing, tentu juga tidak mudah untuk merebut kembali buku itu.

Jadi Yang Kang mengatur siasat untuk memisahkan Guo Jing dan Huang Rong agar orang-orang Chin dapat dengan mudah merebut buku itu. Tapi mengingat Guo Jing dan Huang Rong saling mencintai, maka satu-satunya cara memisahkan mereka adalah dengan menciptakan kesalahpahaman di antara mereka.

Mengingat Guo Jing sangat menghormati dan menyayangi keenam Gurunya maka Yang Kang akhirnya berencana akan membunuh semua guru Guo Jing dan melimpahkan semua kesalahan tersebut pada Huang Yao Shi – ayah Huang Rong.

Guo Jing yang bodoh pasti akan langsung menyalahkan Huang Rong atas kematian semua gurunya, tanpa mencari tahu lebih dulu kebenarannya. Dengan begitu, secara otomatis, Guo Jing sendiri yang akan memutuskan hubungannya dengan Huang Rong. Bila mereka sudah berpisah, merebut Kitab Perang Wu Mu akan jauh lebih mudah. Itu adalah rencana Yang Kang.

Kembali pada Guo Jing dan Huang Rong. Sepasang kekasih tersebut kembali terlihat bergandengan tangan di sebuah pasar, bicara tentang Chiu Chian Ren yang melarikan diri.

Note : Btw, Guo Jing sudah ganti baju lagi nih, Rong’er kapan ganti baju? Perasaan kostum yang ini lama banget gak ganti-ganti, sejak episode mereka datang ke Desa Nia loh. Terus model rambut digulung ke belakang dan Cuma disisain dikit ke depan juga lama banget pakenya, sejak di Desa Nia hingga Guo Jing dan Huang Rong turun gunung dari tempatnya Biksu Yideng, dari episode 29 hingga episode 41. Padahal nih model rambut yang kurang bagus buat Huang Rong tapi kok malah lama banget pakenya? Kalau aku lebih suka model rambut Huang Rong saat mereka bertemu Hong Chi Khong untuk pertama kalinya dan episode Huang Rong diculik Ou Yang Khe, di Pulau Persik saat melamar, Huang Rong juga memakai model rambut itu. Kok gak model yang itu aja sih yang pakenya banyak???

Lalu kemudian, Guo Jing yang diminta oleh Huang Rong untuk membeli kue tak sengaja bertemu dengan keenam gurunya di sebuah rumah makan.


“Jing’er.” Panggil guru ketujuh dengan gembira. 
“Guru ketujuh.” Sahut Guo Jing juga dengan gembira. Dia tidak menyadari bahwa hari itu adalah saat-saat terakhir dia bisa bertemu kelima gurunya. (Yang sabar ya, Jing Gege hiks T__T)

Episode berikutnya adalah episode terakhir kelima Pendekar Jiang Nan, sebelum mereka dibunuh dengan keji oleh Yang Kang dan Ou Yang Feng lalu melimpahkan semua kesalahan pada Huang Yao Shi. 


Bagian pertama dari strategi adu domba telah dimulai. Kayaknya nih Yang Kang mungkin pengikutnya VOC kale, ya. Dia pinter banget memakai strategi “Devide Et Impera” alias mengadu domba. Hayo, ngerti gak? Kalau yang pernah belajar sejarah pasti tahulah...

So, see you next episode...

Berikutnya : Episode 43

Blogger Opinion : 
Satu lagi, modifikasi kecil super kreatif yang dibuat oleh tim produksi khususnya sang penulis skenario yang mampu menyentuh hati penonton, yaitu adegan pertemuan terakhir Guo Jing dan kelima gurunya sebelum mereka dibunuh dengan keji oleh Yang Kang dan Ou Yang Feng di Pulau Persik.
Dalam novel, juga dalam versi-versi sebelumnya, tak pernah ada adegan pertemuan terakhir antara Guo Jing dan Tujuh Pendekar Jiang Nan jadi seolah-olah takdir itu sangatlah kejam karena membuat guru dan murid tersebut berpisah tanpa lebih dulu mengucapkan selamat tinggal atau setidaknya melihat mereka untuk yang terakhir kalinya.


Kasihan rasanya saat melihat Guo Jing sangat shock ketika harus menemukan mayat kelima gurunya tanpa sempat melihat mereka untuk terakhir kalinya dan mengucapkan salam perpisahan. 

Tapi untunglah di versi terbaru 2017 ini, penulis skenario LOCH 2017 seolah mampu membaca keinginan terpendam para fans. 

Walaupun kelima guru Guo Jing harus mati, tapi setidaknya dalam versi LOCH 2017 ini, Guo Jing masih diberi satu kesempatan untuk bertemu kelima gurunya untuk yang terakhir kali. 


Mereka masih sempat mengucapkan selamat tinggal seraya melambaikan tangan. Dan bahkan guru ketujuh Han Xiao Ying sempat berpesan bahwa tidak peduli siapa yang akan Guo Jing nikahi pada akhinya, dia berdoa agar Guo Jing selalu bahagia. Jadi sedih dengernya hiks T__T Seolah-olah guru ketujuh sudah punya firasat kalau mereka akan segera menemui ajal >__<


Inilah yang membuat versi LOCH 2017 ini menjadi versi TERBAIK MENURUT SAYA dan juga menurut 95% fans Internasional. (Kalau Indonesia mah, sampe mati tahunya cuma Yoko doang. Maklum, mainnya kurang jauh. Jadi gak penting pendapat penonton Indonesia bagiku...)

Kenapa banyak penonton berpendapat bahwa versi ini adalah VERSI YANG TERBAIK? Karena versi ini banyak sekali menampilkan modifikasi kecil super kreatif yang membuat setiap kisah menjadi lebih menyentuh, manis, romantis dan dramatis tanpa harus mengubah INTI cerita secara keseluruhan. Cukup satu sentuhan kecil mampu menciptakan moment-moment khusus yang menyentuh hati.


Rong’er versi Li Yi Tong adalah Rong’er yang sangat baik hati, jadi gak tega melihat Guo Jing lebih memilih menikahi Hua Cheng. Walau dia gak cantik, tapi karakternya sanagt Loveable alias menyenangkan. Rong’er yang ini punya inner beauty banget. Walau secara fisik, pemerannya masih kalah cantik dari pemeran Mu Nian Chi dan Putri Mongol, tapi dia punya inner beauty yang membuat penonton sulit untuk tidak menyukainya.

Aku yang awalnya dulu hanya melihat dari foto-foto BTS semata dan sempat menjudge gak suka hanya setelah menonton 1 episode yang adegannya dia sedang menangis (dan bahkan sempat mencacinya sebagai Huang Rong yang nangisan), tapi setelah menonton serialnya hingga tamat, mendadak jadi suka dan gak jadi benci. Maafkan diriku yang menilai terlalu cepat, ya Li Yi Tong *bow*

Harusnya sebagai penonton, kita tidak boleh menilai hanya dari foto-foto BTS atau dari sepenggal episode saja. Kayak aku nih, jadi menjilat ludah sendiri kesannya. Dulu sempat menghina “gak cocoklah, cengeng lah, terlalu mewek lah, dll” tapi setelah menonton hingga tamat, aku sama sekali tidak merasa benci ataupun terganggu melihat Huang Rong versi Li Yi Tong.


Berbeda dengan Huang Rong versi Barbara Yung dan Ariel Lin yang membuatku sangat terganggu dan ogah rerun lagi. Cukup sekali. Aku nonton semua di DVD loh, apalagi karena LOCH 2008 banyak dipotong oleh pihak Indosiar. Namun akhirnya nyesel beli DVDnya karena Huang Rongnya Ariel sangat “mengganggu.”

Dan akhirnya aku mengerti kenapa di Indosiar LOCH versinya Hu Ge banyak yang dipotong, karena memang ada banyak sekali adegan GAK PENTING dalam LOCH 2008, modifikasi gak penting yang kebablasan >__< Modifikasi gpp lah, asalkan modifikasi kecil yang tidak mengubah alur cerita secara keseluruhan namun hanya dibuat untuk menambah kesan dramatis, melankolis, romantis, manis dan menyentuh hati penonton semata, seperti modifikasi kecil super kreatif  yang ada dalam versi LOCH 2017 ini.

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.