Sabtu, 08 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 33-34)

Episode kali ini, adalah saat-saat kematian si pemilik Cakar Tengkorak Putih, Mei Chao Feng yang terbunuh oleh Ou Yang Feng demi melindungi sang guru. Lalu kemudian, Ou Yang Khe secara tak sengaja menemukan tempat persembunyian Guo Jing dan Huang Rong. Wadoh, kok ketemu sih? Tapi untunglah rahasia mereka tetap aman karena Ou Yang Khe telah lebih dulu ditusuk mati oleh Yang Kang sebelum sempat membocorkan perihal ruang rahasia tersebut kepada orang lain. Tapi kesalahpahaman lain terjadi saat Yang Kang memfitnah Guo Jing sebagai orang yang membunuh si blangsak jelek itu. Duh, ini yang namanya “Kesalahpahaman awal kericuhan.”






Dan kisahpun berlanjut... 
Terjadi pertarungan hebat antara Mei Chao Feng dan 7 Pendeta Chuan Chin, yang berakhir dengan kekalahan Mei Chao Feng karena ketujuh Pendeta Chuan Chin tersebut menggunakan Formasi Tujuh Bintang Biduk untuk mengepung Mei Chao Feng yang buta.

Saat sang murid mengalami kekalahan karena dikeroyok oleh 7 Pendeta Chuan Chin, Huang Yao Shi – sang guru tiba di sana dan menggantikan sang murid bertarung dengan ketujuh pendeta tersebut. Ou Yang Feng yang datang bersama Huang Yao Shi ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk mengadu domba Huang Yao Shi dan 7 Pendeta Chuan Chin.

Setelah Ou Yang Feng berpura-pura ingin membantu Huang Yao Shi mengalahkan ketujuh pendeta tersebut dengan membunuh salah satu pendeta tersebut, kini Ou Yang Feng berbalik ingin menyerang Huang Yao Shi dengan alasan jika Huang Yao Shi tak mau dia membantunya, maka Ou Yang Feng akan membantu ketujuh pendeta itu. Mei Chao Feng yang seumur hidup selalu merasa bersalah karena telah mengkhianati sang guru akhirnya melindungi Huang Yao Shi sehingga akhirnya dialah yang terkena pukulan Ou Yang Feng. Mei Chao Feng pun tewas tak lama setelah Huang Yao Shi berkata sudah memaafkannya dan menerimanya kembali sebagai murid. (Nih Mei Chao Feng walaupun jahat tapi sangat patuh pada sang guru. Kasihan juga benernya hiks T__T )

 Mei Chao Feng 2017

Huang Yao Shi pergi meninggalkan penginapan tersebut setelah memakamkan Mei Chao Feng. Setelah Huang Yao Shi pergi, kedua cucu muridnya kembali ke tempat itu dan bingung saat mendapati penginapan tersebut terlihat hancur seperti terkena badai topan. Saat itulah Ou Yang Khe yang awalnya pingsan, terbangun dan meminta makanan. Awalnya Cheng Yao Jia tak ingin menolong namun akhirnya dia menolong juga karena merasa kasihan.

Namun Ou Yang Khe, si blangsak jelek itu justru membalas air susu dengan air tuba. Dia menotok sepasang pengantin baru tersebut dan berniat “melecehkan” si wanita. Untunglah (atau mungkin sialnya), si gadis bodoh mendadak muncul di sana. Sha Gu, si gadis bodoh tak sengaja membocorkan tempat rahasia di mana Guo Jing dan Huang Rong bersembunyi untuk menyembuhkan luka. Awalnya Sha Gu menolak mengatakannya, namun karena dibujuk dengan imbalan semangka besar, akhirnya Sha Gu menunjukkan lokasi persembunyian Guo Jing dan Huang Rong. Setelah itu, Ou Yang Khe memukul si gadis bodoh hingga pingsan.

Ou Yang Khe tampak sangat terkejut saat melihat gadis yang disukainya ada di sana. 
“Bukankah ini adalah adik Rong yang selalu kurindukan? Ternyata kaulah si kakak semangka.” Ujar Ou Yang Khe dengan raut wajah gembira khas playboy cap kapal.

“Ou Yang Khe, apa yang kau inginkan?” seru Guo Jing marah, membuat Ou Yang Khe yang awalnya tak melihatnya jadi mengetahui keberadaannya. (Ou Yang Khe merayu cewek di depan pacarnya, ya cowok mana yang gak emosi, coba?)

“Kau masih belum mati? Tapi kau mati atau tidak, tidak ada hubungannya denganku. Asalkan adik Rong-ku baik-baik saja, bagiku itu sudah cukup.” Jawab Ou Yang Khe, masih menyempatkan diri merayu Huang Rong. (rayuan loe gak mempan, keles)

“Ou Yang Khe, aku sarankan kau cepat keluar. Jika tidak, aku takkan sungkan lagi.” Ujar Guo Jing memperingatkan, walaupun dia masih belum sembuh total.

Tapi bukan Ou Yang Khe namanya kalau dia menurut begitu saja. 
“Lihat dirimu sekarang! Kau bahkan tak bisa menjaga dirimu, tapi masih mau sok pahlawan.” Cibir Ou Yang Khe, menghina Guo Jing yang terluka parah.

“Rong’er, di dalam sini sangat pengap. Kau ikutlah keluar denganku.” Ujar Ou Yang Khe dengan gaya genitnya seraya masuk ke dalam dan berusaha menarik tangan Huang Rong.

“Kagak mau! Loe uda jelek, mata keranjang, mesum pula. Baru sejam ikut loe, bisa-bisa gue uda gak perawan.” batin Huang Rong, andai mata bisa bicara hahaha ^_^ (red : ini dialog imaginary-nya blogger ye, gak usah dibawa baper hihihi ^_^)

Akhirnya terjadi pertarungan lumayan seru antara Ou Yang Khe vs Huang Rong yang bertarung hanya dengan sebelah tangan (karena sebelah tangannya yang lain, tak boleh lepas dari telapak tangan Guo Jing).

Pertarungan ini dimenangkan oleh Huang Rong setelah Guo Jing membantu Huang Rong dengan menyalurkan tenaga dalamnya. Ou Yang Khe dapat diusir keluar, tapi sayangnya tongkat pemukul anjing milik Huang Rong juga ikut terlempar keluar.

Note : Adegan fightingnya Huang Rong dalam posisi duduk oke punya. Benar-benar keren, lebih kerena dari punya Athena Chu 1994 yang masih terlihat kaku. Suka banget waktu adegan si Huang Rong bersalto ria sambil duduk saat Ou Yang Khe akan memukulnya.

Tepat pada saat Ou Yang Khe akan kembali masuk ke dalam ruang rahasia, Mu Nian Chi tiba di sana. Disusul dengan Yang Kang. Singkat cerita, Ou Yang Khe akhirnya tewas di tangah Yang Kang setelah dia mencoba untuk “melecehkan” Mu Nian Chi dan Cheng Yao Jia. 


Dan yang paling menyebalkan adalah Yang Kang meninggalkan senjata pembunuhnya yaitu belati yang terukir nama “Guo Jing” di lokasi kejadian. Hal ini dilakukan untuk memfitnah Guo Jing sebagai pelaku pembunuhan Ou Yang Khe.

Note : Selamat tinggal, playboy jelek *lambai tangan* Terima kasih karena telah menunaikan tugasmu dengan sangat baik sebagai Ou Yang Khe 2017, Aktingmu sangat bagus bila dibandingkan dengan para pemeran Ou Yang Khe yang lain, namun sayang, wajahmu kurang tampan dan kebanding banget kalau dirivalkan dengan William Yang Xuwen yang super duper cute, imut, dan ganteng abis.

Back to scene... 
Di mata orang lain, motif Yang Kang membunuh Ou Yang Khe adalah karena tidak ingin kekasihnya dilecehkan, tapi motif sebenarnya adalah karena Yang Kang ingin menjadi murid Ou Yang Feng namun itu tidak akan mungkin terjadi bila Ou Yang Khe masih hidup. Karena Ou Yang Feng hanya akan menuruinkan ilmunya pada satu orang saja. Jika sudah ada Ou Yang Khe, tak perlu yang lain lagi.

Lalu kemudian si gadis bodoh memberikan tongkat pemukul anjing tersebut pada Yang Kang. Yang Kang pun menerimanya dengan senang hati. Ou Yang Feng yang kembali ke penginapan dan melihat keponakannya (atau lebih tepatnya disebut anak haramnya) terbunuh dengan tragis, akhirnya menemukan belati yang digunakan oleh si pembunuh. Ou Yang Feng yang melihat nama Guo Jing terukir di sana, secara otomatis menganggap Guo Jing adalah pembunuh “keponakan”nya.

Guo Jing dan Huang Rong akhirnya tahu bahwa Ou Yang Khe adalah putra haram Ou Yang Feng yang selama ini disembunyikan.

Akhirnya waktu 7 hari 7 malam akan segera tiba. Huang Rong bertanya apa yang akan dilakukan Guo Jing setelah keluar dari sini. Guo Jing mengatakan dia ingin mencari ayah Huang Rong untuk menjelaskan kesalahpahaman ini agar Huang Yao Shi tidak membunuh keenam gurunya. Huang Rong yang mendengarnya menjadi sedih.


“Di dalam hatimu hanya ada gurumu.” Ujar Huang Rong sedih dengan cemberut, membuat Guo Jing merasa bersalah dan segera meralat ucapannya. 

“Tidak, Rong’er. Juga ada dirimu.” Jawabnya dengan ekspresi serius yang cute.



Tak lama kemudian, 7 Pendekar Jiang Nan tiba di penginapan tersebut. Guo Jing yang mendengar suara gurunya otomatis merasa gembira. Tapi kegembiraannya tidak berlangsung lama karena Huang Yao Shi juga tiba di sana.

“Bagus sekali kalian datang kemari. Guo Jing telah membuat Rong’er meninggal. Kalian juga jangan berpikir untuk tetap hidup.” Ujar Huang Yao Shi galak.

“Kau menyalahkan Jing’er atas kematian Rong’er, itu tidak adil untuk Jing’er.” Seru Guru kedua, membela muridnya.

“Apanya yang adil dan tak adil? Jika bukan karena mencari bocah itu, Rong’er tidak akan mati. Sekarang kalian semua sudah berkumpul, jika begitu matilah bersama.” Jawab Huang Yao Shi dengan dingin dan tak peduli.

Akhirnya kedua belah pihak bertarung karena kesalahpahaman, yang berakhir dengan kekalahan 7 Pendekar Jiang Nan. 
“Katakan padaku, di mana Guo Jing? Maka aku akan mengampuni nyawa kalian.” tanya Huang Yao Shi dengan dingin.

“Jangan bermimpi. Walaupun kau pukul kami sampai mati, aku tidak akan pernah memberitahumu.” Jawab Guru kesatu dengan tegas.

Guo Jing yang melihat keenam gurunya satu persatu kalah akhirnya memutuskan untuk keluar dari persembunyiannya dan tak peduli walau Huang Rong telah melarangnya.

Guo Jing memuntahkan darah karena pengobatannya terhenti di tengah jalan. Untunglah Huang Yao Shi segera menyelamatkan sang calon menantu setelah melihat putri kesayangannya masih hidup dan baik-baik saja.

“Terima kasih Ketua Huang sudah menyelamatkan aku.” Ujar Guo Jing dengan hormat. 
“Jika bukan karena putriku, aku juga tidak akan menolongmu.” Jawab Huang Yao Shi, masih sinis, tapi sudah tak marah lagi pada Guo Jing.

Huang Yao Shi bertanya pada putrinya apa yang sebenarnya terjadi. Huang Rong pun akhirnya menjelaskan semuanya pada mereka semua, termasuk soal Hong Chi Khong yang menyerahkan jabatan Ketua Kaypang pada Huang Rong. Kemudian Huang Rong menunjukkan pada ayahnya tentang ruang rahasia Chi Ling Feng.

Di ruang rahasia tersebut, Huang Rong menemukan sebuah lukisan yang dicuri oleh Chi Ling Feng dari dalam Istana dan memberikannya pada Guo Jing sebagai hadiah. Tanpa mereka ketahui bahwa di balik lukisan tersebut ada peta Bukit Lima Jari di mana Kitab Perang Wu Mu disembunyikan. (baru tahunya di belakang ya.)



“Jing Gege, ini untukmu.” Ujar Huang Rong manis seraya memberikan lukisannya. Guo Jing membuka dan melihatnya setelah sebelumnya bertanya apa isinya.


“Nona Huang ternyata sangat perhatian.” Goda Guru Kedua Guo Jing dengan tersenyum penuh arti. 
“Terima kasih, Rong’er.” Ujar Guo Jing malu-malu setelah mendengar sang guru menggoda mereka.


“Nona Huang, kali ini Jing’er tertolong berkat dirimu. Kami sebagai guru harus berterima kasih padamu.” Ujar Guru kesatu pada Huang Rong. (Sebenarnya uda mulai gak benci lagi sama Rong’er, tapi sialnya ada kesalahpahaman lagi jadinya benci lagi deh tar T__T)


“Untuk apa berterima kasih padaku? Jika Jing Gege hidup, Rong’er juga akan hidup. Tapi jika Jing Gege mati, Rong’er juga akan mati.” Jawab Huang Rong malu-malu, membuat Guo Jing tersentuh. 


 

Guo Jing spontan menggenggam kedua tangan Huang Rong dan ingin mengatakan sesuatu tapi Huang Yao Shi mendadak kembali dari ruang rahasia. Otomatis, Guo Jing langsung melepaskan genggaman tangannya karena takut kepergok calon mertua. 



Note : Di depan calon mertua, pegang tangan aja gak berani, ya. Tapi kalau gak ada calon mertua, langsung deh peluk-peluk anak gadis orang ckckck *jitak Guo Jing* bapaknya sangar sih, Guo Jing jadi takut, kan? Huang Yao Shi ganggu orang pacaran aja deh...



Kemudian Huang Rong bertanya pada Sha Gu, kepada siapa dia memberikan tongkat berwarna hijau yang ditemukannya di lantai? Sha Gu dengan ketakutan menjawab bahwa dia memberikannya pada Kakak yang membunuh itu.

Akhirnya Guo Jing dan Huang Rong putuskan untuk merebut kembali Tongkat Pemukul Anjing yang ada di tangan Yang Kang.

“Rong’er, kau adalah mutiara Pulau Persik. Bagaimana mungkin menjadi Ketua Pengemis yang lusuh dan kotor? Setelah merebut kembali tongkat itu, segera berikan pada Ketua yang baru. Kemudian kau pulang ke Pulau Persik.” ujar Huang Yao Shi.

“Ayah, jangan khawatir. Setelah merebut kembali tongkat, Rong’er pasti akan segera pulang.” Janji Huang Rong pada sang ayah. 

“Rong’er, ingat! Setelah masalah selesai, cepatlah pulang.” Ujar Sang Ayah lagi, kemudian menatap Guo Jing.

“Kau juga.” Serunya pada Guo Jing, sebagai tanda dia telah menerima Guo Jing sebagai calon menantunya. 

Huang Yao Shi akhirnya memutuskan untuk menerima Guo Jing sebagai menantu dan mengajaknya pulang bersama ke Pulau Persik.

Huang Rong yang tahu maksud tersebut spontan bertanya dengan gembira, “Ayah, kenapa sekarang ayah menerima Kakak Jing?” 
“Aku Huang Yao Shi ingin membenci atau menerima seseorang tidak buruh alasan.” Jawabnya angkuh.

Guo Jing tampak tersenyum gembira mendengar Huang Yao Shi telah merestui hubungannya dengan Huang Rong.

“Biar kutebak. Apa karena Bocah Tua Nakal telah memberitahu ayah yang sebenarnya kalau Kakak Jing sama sekali tidak tahu bahwa yang dia pelajari adalah Kitab 9 bulan?” tebak Huang Rong dan Huang Yao Shi mengangguk mengiyakan.

“Akhirnya Kakak Chou mau bicara jujur.” Ujar Guo Jing lega karena kesalahpahamannya dengan sang calon mertua sudah terselesaikan.

“Anak bodoh, aku peringatkan kau! Putriku ini sejak kecil sudah kumanja. Kelak, mulai hari ini dan seterusnya, kau harus selalu mengalah padanya. Jangan membuatnya marah. Jika sampai aku tahu kau menyakitinya, aku tidak akan memaafkanmu.” Huang Yao Shi memberikan wejangan untuk sang calon menantu.

Guo Jing menganggukkan kepalanya dengan mantap, dia benar-benar lupa tentang perjodohannya dengan Hua Cheng dan hanya memikirkan pernikahannya dengan Rong’er yang akhirnya direstui. 
“Terima kasih, ketua Huang. Aku mengerti.” Jawab Guo Jing dengan tegas.

Akhirnya tibalah saat berpamitan dengan semua orang. Guru kedua memberi pesan pada Guo Jing agar selalu bersikap baik pada Huang Rong.

“Jing’er, Rong’er sangat baik padamu. Kau harus memperlakukannya dengan baik juga,  dengar tidak? Nona Huang, jika bocah ini menjahatimu, kau beritahu aku. Aku pasti akan menghukumnya!” Perintah Guru Kedua.

Note : Gak usah dikasih perintah pun, Guo Jing juga pasti memperlakukan Rong’er dengan baik kok. Orang Guo Jingnya cinta hihihi ^_^ Sejak awal aku suka karakternya Guru Kedua, di antara semua guru Guo Jing, hanya guru kedua dan guru ketujuh yang tak terlalu menentang hubungan mereka dan tampak memberi dukungan.)


“Guru kedua, bagaimana jika Rong’er yang jahat padaku?” tanya Guo Jing menggoda kekasihnya. 
“Apa itu perlu ditanyakan? Pasti kau yang berbuat salah lebih dulu. Aku tetap akan menghukummu.” Jawab Guru kedua yang membuat semua orang tertawa.

Namun sayang, kegembiraan tersebut tak berlangsung lama, karena badai yang besar akan kembali menghadang.

Saat akan berpamitan, tiba-tiba saja muncul sepasang rajawali putih milik Guo Jing, yang seolah-olah memberitahu Guo Jing bahwa para utusan Mongol ada di sekitar sana. 
“Gawat! Hua Cheng dalam masalah.” Ujar Guo Jing yang mengerti sinyal tanda bahaya itu.

Huang Rong terdiam mendengarnya, dia seolah mendapat firasat bahwa sesuatu yang buruk pasti akan terjadi pada hubungan mereka.


Di episode selanjutnya ada kemunculan si putri Mongol – Hua Cheng namun BUKAN MUNCUL di penginapan Chi Ling Feng (seperti versi asli dalam novel) melainkan di hutan saat para utusan Mongol itu ditangkap oleh Chiu Chian Ren (PALSU). Duh, si Putri Mongol merusak hubungan sepasang kekasih aja. 

Ini yang membuat status Huang Rong akhirnya menjadi tidak jelas, tunangan gak jadi, teman bukan, sahabat kok saling mencintai? Kalau dibilang masih kekasih Guo Jing, lah kok kekasihnya malah janji nikahin cewek lain? 


Apa dong status Huang Rong sekarang? "Teman Tapi Mesra" tah? Atau "Hubungan Tanpa Status"? Ini yang bikin aku kasihan sama Huang Rong, statusnya dia jadi gak jelas setelah Guo Jing janji akan menikahi Hua Cheng. Poor Rong'er T___T Tapi yang pasti, Huang Rong adalah gadis yang dicintai Guo Jing.

Oke deh, see you next episode...

Berikutnya : Episode 35

Blogger Opinion : 
Seharusnya dalam novel, episode di Desa Niu (lebih tepatnya di penginapan Chi Ling Feng) ini adalah episode di mana Putri Mongol, Hua Cheng beserta dengan Tuo Li dan Guru Jebe juga datang ke Desa Niu untuk mencari Guo Jing. Dan saat itulah Huang Rong mengetahui bahwa Guo Jing sebenarnya telah dijodohkan dengan seorang Putri Mongol.


Namun dalam versi “Legend Of The Condor Heroes 2017” ini, adegan di mana Huang Rong mengetahui bahwa Guo Jing telah memiliki seorang tunangan DIMAJUKAN ke episode 19 (dalam artikel “Mongolian Prince Consort”) untuk membuat adegan kedatangan Guo Jing ke Pulau Persik dengan tujuan ingin melamar Huang Rong menjadi LEBIH BERKESAN. Jadi dalam versi terbaru ini, TIDAK ADA KEMUNCULAN para utusan Mongol di Desa Niu (penginapan Chi Ling Feng).


Modifikasi kecil yang super kreatif ini sangat patut diapresiasi, karena jujur saja, sejak awal aku memang ingin adegan melamar ke Pulau Persik sedikit lebih berkesan. Karena aslinya adegan melamar ke Pulau Persik tersebut lebih berkesan seperti “TIDAK SENGAJA alias KEBETULAN”.

Kebetulan Guo Jing datang ke Pulau Persik dengan tujuan ingin mengantar nyawa sebagai syarat agar Huang Yao Shi melepaskan keenam Guru Guo Jing (atas peristiwa tewasnya Chen Xuan Feng di Mongol), dan secara KEBETULAN Ou Yang Khe juga datang ke Pulau Persik di saat yang bersamaan dengan niat ingin melamar.

Karena KEBETULAN Ou Yang Khe melamar itulah jadi Guo Jing “terpaksa” ikutan melamar juga daripada pacarnya dinikahi orang lain. Jadi istilahnya, Guo Jing versi dulu TIDAK PUNYA NIAT UNTUK MELAMAR. Kalau saja Ou Yang Khe tidak datang melamar maka Guo Jing pun GAK KEPIKIRAN UNTUK MELAMAR dan selamanya Huang Rong HANYA DIPACARI saja. So kalau dulu, thank to Ou Yang Khe ^_^

Itu sebabnya aku pribadi berharap Jin Young merevisi novelnya khususnya untuk adegan melamar ke Pulau Persik, yang sayangnya ternyata NGGAK.  Namun untunglah, penulis skenario LOTCH 2017 MENGABULKAN KEINGINAN TERPENDAM dalam hatiku, dan yang lebih disyukuri lagi : udah adegannya lebih romantis, pemeran Guo Jing-nya ganteng pula hihihi ^_^ Impianku terkabul beneran melalui versi 2017 ini.

Dalam Versi 2017, Guo Jing LEBIH DULU PUNYA NIAT UNTUK MELAMAR (walaupun dia harus diajari dulu oleh si Bocah Tua Nakal, Chou Pho Tong) dan Guo Jing pun sudah mengatakan niatnya untuk menikahi, kepada sang kekasih secara langsung (episode 21).

“Aku tak mau pergi. Rong’er, aku sudah putuskan, aku ingin melamarmu.” Ujar Guo Jing penuh tekad seraya menggenggam tangan Huang Rong dengan erat dan penuh kesungguhan dalam suaranya.

So sweet Guo Jing. Udah ganteng, sweet pula ^_^ Mau dong jadi Huang Rong-nya *colek William Yang*

Terima kasih kepada Huace Media karena telah memilih si ganteng Wiliam Yang Xuwen sebagai Guo Jing dan terima kasih pula karena telah menciptakan modifikasi super kreatif yang sangat romantis. Terima kasih telah mengabulkan keinginan terpendam dalam hatiku dengan membuat Guo Jingku menjadi lebih manis dan romantis *bow*

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads