Senin, 03 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 29)

Akhirnya trio guru dan murid tersebut dapat kembali ke China daratan dengan selamat setelah Chou Pho Tong datang menyelamatkan mereka bertiga. Dan kini, sampailah mereka di kampung halaman Guo Jing yaitu Desa Niu. Di sinilah nanti mereka bertemu dengan si Gadis Bodoh, Sha Gu yang sebenarnya adalah putri dari Chi Ling Feng, murid Huang Yao Shi. Dan di sini jugalah, Guo Jing menyembuhkan lukanya akibat ditusuk oleh Yang Kang, selama 7 hari 7 malam.

Di dalam ruang rahasia tersebut, Guo Jing untuk yang pertama kalinya merasakan gairah dan nafsu seorang pria dewasa kepada wanita. Jika selama ini cintanya adalah cinta murni dan polos tanpa pikiran mesum/kotor, tapi setelah melihat kemesraan Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia melalui celah di ruang rahasia tersebut, Guo Jing pun kini mulai memahami gairah dan nafsu seorang pria kepada wanita. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing merasakan sesuatu yang mendesak yang harus segera disalurkan, sebuah keinginan terpendam untuk bermesraan dengan kekasihnya. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing ingin mencium Rong’er. 

Huang Rong is Guo Jing’s lust. Intinya seperti itu. Untung ada rompi landak milik Huang Rong, jika tidak, mungkin Huang Rong sudah tidak perawan lagi karena sudah “disentuh” Guo Jing (if you know what I mean hihihi ^_^) Tapi itu nanti, episode 30 ke atas. Yang di atas itu hanyalah sekedar spoiler semata xixixi ^_^ 






Dan kisahpun berlanjut... 
“Rong’er, tunggu aku. Jangan marah lagi. Baiklah, Rong’er. Kejadian di Pulau Persik memang salahku. Sekarang aku sudah menyelamatkan kalian semua. Bukankah sudah impas? Ayo tersenyumlah.” Ujar Chou Pho Tong merayu Huang Rong seraya mengejar gadis itu yang berjalan sangat cepat karena marah. 

Dia merasa bersalah karena telah menciptakan kesalahpahaman antara Guo Jing dan Huang Yao Shi. Guo Jing dan Hong Chi Khong berjalan mengikuti mereka di belakang.

“Mau aku tidak marah, mudah saja. Kelak jika kau bertemu ayahku, kau harus menjelaskan semua pada Ayah.” Ujar Huang Rong memberi perintah.


“Baiklah. Tak masalah. Kelak aku bertemu Sesat Tua...” kalimat Chou Pho Tong terputus ketika melihat Huang Rong menatapnya tajam.

“Ketua Huang...akan kujelaskan padanya kalau si otak kayu itu tidak tahu kalau yang dihapalnya itu adalah Kitab 9 Bulan.” Janji si Bocah Tua Nakal, dia meralat panggilannya dari Sesat Tua Huang menjadi Ketua Huang karena tidak ingin membuat Huang Rong marah.

“Ini baru benar.” Jawab Huang Rong, akhirnya dia tersenyum juga.

Setelah kembali ke China Daratan, Guo Jing, Huang Rong, Hong Chi Khong dan Chou Pho Tong tiba di Desa Niu. Desa yang merupakan kampung halaman Guo Jing dan tempat di mana ayah dan ibu Guo Jing pernah tinggal di sana dengan bahagia sebelum Guo Xia Tian dibunuh dengan keji oleh Tuan Thian Tek atas perintah dari Wan Yen Hong Lieh.

Note : Yang patut diapresiasi dari versi LOTCH 2017 ini adalah banyaknya moment-moment kecil yang menyentuh hati yang dijadikan highlight, sesuatu yang tak pernah ada di versi sebelumnya. Moment kecil namun berkesan dan menyentuh hati seperti ini yang membuat versi ini terasa lebih hidup karena seolah menyampaikan perasaan setiap karakter yang bahkan lolos dari penggambaran novelnya. Modifikasi kecil yang super kreatif inilah yang membuat penulis blog ini lebih menyukai versi 2017 ini dibandingkan versi yang sebelumnya.
 
Seperti saat Guo Jing seolah melihat kenangan ayah dan Ibunya minum teh dengan gembira di beranda rumah mereka. Guo Jing seolah melihat ayah dan ibunya tampak sangat bahagia menikmati hidup mereka yang tenang dan damai, sebelum akhirnya sebuah tragedi mengubah hidup mereka dan menghancurkan kedamaian di keluarga mereka.

 

Guo Jing seolah melihat adegan tersebut terjadi di depan matanya, walaupun sebenarnya dia hanya membayangkannya. Guo Jing dengan terharu berseru lantang pada udara, “Ayah, Ibu, Jing’er sudah pulang.” Walau tahu bahwa ayahnya di Surga tak bisa mendengarnya. 
(Akting William Yang Xuwen bagus di sini. Bisa membuat penulis merasa tersentuh )

“Kakak Jing, ternyata kau di sini. Aku mencarimu seharian.” Huang Rong tiba-tiba datang dan membuyarkan lamunan Guo Jing. 
“Kakak Jing, kenapa kau berdiri di sini?” tanya Huang Rong saat Guo Jing tidak menjawab.

“Rong’er, ini adalah kampung halamanku. Tapi aku tak tahu yang mana rumahku. Apa kau tahu? Saat aku kecil, Ibuku sering menceritakan padaku tentang Desa Niu. Di desa ini ada sebuah sungai kecil. Anak-anak di desa sering datang ke sungai itu untuk mengambil air dan menangkap ikan. Saat musim panas, di ladang kau bisa mendengar suara serangga. Saat malam, kau bisa melihat kunang-kunang yang bisa bersinar seperti bintang.” Guo Jing mulai bercerita tentang dirinya dan ibunya. Sambil bercerita, Guo Jing seolah melihat ibunya sedang bercerita kepada dirinya.

 

“Ibu juga bilang, aroma gurun tak sama dengan kampung halaman. Di gurun, aroma yang berhembus adalah aroma rumput-rumput kering. Tapi aroma dari kampung halaman adalah aroma makanan dari masakan yang sudah dimasak, juga aroma roti yang wangi. Ayah bekerja seharian di ladang, setelah pulang, barulah mencium aroma arak yang diminum ayah.” Guo Jing melanjutkan kisahnya dengan setetes air dari matanya.

“Kakak Jing, jika ayah dan ibumu tahu kau sudah pulang kemari, mereka pasti akan gembira.” Ujar Huang Rong lembut. 

“Ayah, Ibu, Jing’er sudah pulang.” Menuruti saran Huang Rong, Guo Jing berseru lantang pada udara. 

“Ibu, kau jangan khawatir. Aku pasti mencari Wan Yen Hong Lieh dan membalaskan dendam kematian ayah.” Lanjut Guo Jing, berjanji pada sang ibu. 

“Rong’er juga akan bantu Kakak Jing balas dendam.” Ujar Huang Rong, membuat Guo Jing tersentuh.


Sementara itu, Huang Yao Shi sibuk mengarungi lautan untuk mencari putri kesayangannya. Dia tak sengaja bertemu dengan kapal milik Wan Yen Hong Lieh. Di sana, si kepala benjol 3 Hou Tong Hai (habisnya gak cocok sih dijuluki “Raja Naga Kepala 3”, cocoknya kepala benjol 3 aja hahaha ^_^) membohongi Huang Yao Shi bahwa Huang Rong telah tewas tenggelam di lautan. Yang bodohnya Huang Yao Shi percaya begitu saja.

Kembali ke Desa Niu, Guo Jing dan rombongan akhirnya tiba di sebuah rumah tua yang dulunya adalah sebuah penginapan milik Chi Ling Feng, ayah si gadis bodoh – Sha Gu dan murid Huang Yao Shi. Dengan kata lain, ini adalah rumah kakak seperguruan Huang Rong dan gadis bodoh adalah keponakan seperguruannya walaupun usia gadis bodoh lebih tua dari Huang Rong, tapi secara jabatan, Huang Rong adalah Bibi si Gadis Bodoh.

Note : Ada yang salah dengan adegan ini. Seharusnya Huang Rong memanggil Hong Chi Khong dengan panggilan “Guru” tapi di episode 29 ini, Huang Rong malah memanggil Hong Chi Khong dengan nama “Chi Khong” saja tanpa embel-embel Guru. Hei, ini penulis skenarionya gimana sih? Kok gak disyuting ulang? Salah panggilan tuh. Harusnya Huang Rong sudah jadi murid Hong Chi Khong sejak episode 19.

Chou Pho Tong yang usil mengenakan topeng dan menyamar jadi hantu untuk menakuti Rong’er. Huang Rong yang kesal, berjalan keluar untuk mengadu pada kekasihnya. 
“Kakak Jing, Bocah Tua Nakal menyamar jadi hantu dan menakutiku.” Huang Rong mengadu dengan cemberut. 
“Tidak apa-apa. Kakak Chou memang suka main-main.” Jawab Guo Jing sabar.


Saat itulah si gadis bodoh datang dengan membawa sebuah semangka besar. Huang Rong pun menanyakan beberapa pertanyaan padanya tapi si gadis bodoh tampak tak mengerti. Tapi ternyata dia menguasai ilmu pulau persik yang membuat Huang Rong menjadi heran.

Di Wisma Awan, Lu Cheng Feng menerima surat dari Huang Yao Shi yang mengatakan bahwa Huang Rong telah tewas tenggelam karena mencari Guo Jing di tengah laut. 
“Ayah, Kakek Guru mengatakan apa?” tanya Lu Guan Ying penasaran. 

“Guru mengatakan adik seperguruan kecil mengalami musibah dan tenggelam di laut.” Jawab Lu Cheng Feng sedih.
“Kenapa bisa seperti ini?” tanya Lu Guan Ying penasaran. 

“Perahu yang dinaiki adik seperguruan kecil tenggelam saat sedang mencari Saudara Guo. Dia pergi seorang diri meninggalkan pulau. Sungguh malang tewas tenggelam di laut. Atas kematian adik seperguruan kecil, Guru kini menyalahkan Saudara Guo. Perintahkan kita untuk mencari keberadaannya.” Jawab Lu Guan Ying.

“Ini...Kematian Bibi seperguruan kecil adalah musibah. Mana boleh menyalahkan saudara Guo? Lagipula pendekar Guo adalah orang yang sangat baik. Hari itu, Wisma Awan mendapat masalah, dia yang membantu kita. Kita tidak boleh membalas air susu dengan air tuba.” ujar Lu Guan Ying tak mengerti.

“Jika Guru sudah memerintahkan seperti ini, tak ada yang bisa mengubahnya. Sekarang ini, yang terpenting adalah cepat temukan saudara Guo. Beritahu dia mengenai hal ini. Semoga dia untuk sementara dapat bersembunyi dulu. Setelah amarah guru hilang, ayah akan mencoba menasehati.” Jawab Lu Cheng Feng, berusaha mencari jalan tengah.

“Baik. Aku akan berusaha menemukannya.” Ujar Lu Guan Ying. 
“Dan cari juga 7 Pendekar Jiang Nan. Siapa tahu mereka mengetahui keberadaan saudara Guo.” Ujar Lu Cheng Feng, memberi perintah pada putranya. Dan pada akhirnya, nanti semua pemeran akan tumplek blek di Desa Niu dan di rumahnya Sha Gu. (kayak gak ada penginapan lain, ya? Hehehe ^_^)

Kembali ke Desa Niu, Huang Rong kembali memamerkan keahliannya memasak. Dia memasak ayam untuk mereka makan. Gadis itu menyuruh Bocah Tua Nakal mengambil mangkok untuk mereka dan saat Chou Pho Tong mencoba menarik salah satu mangkok yang ada di dalam lemari, tanpa diduga lemari tersebut terbuka dan menunjukkan sebuah ruang rahasia aka “The Chamber Of Secret”.

Bocah Tua Nakal segera memberitahukan penemuannya ini pada yang lain dengan gembira seperti telah menemukan mainan baru. 
“Sebuah penginapan sederhana di desa, kenapa bisa memiliki ruang rahasia?” Huang Rong tampak penasaran.

Mereka berempat lalu masuk ke dalam untuk menyelidiki dan di sana, mereka menemukan banyak sekali harta berharga yang dicuri dari istana. Melihat jasad yang sudah berubah menjadi tengkorak dengan tulang kaki yang patah serta lambang Patkua (lambang besi segi 8 seperti yang ada di Wisma Awan), Huang Rongpun menebak bahwa kemungkinan jasad tersebut adalah Chi Ling Feng yang adalah kakak seperguruannya, murid dari ayahnya.

Bocah Tua Nakal pun kembali menemukan ruang rahasia lain di bawah tanah ruang rahasia itu. Wihh, under ground ceritanya alias lantai UG hihihi ^_^ *berasa Mall* Dan lagi-lagi ada banyak sekali benda berharga di dalam sana.

Saat sedang berjalan-jalan di pasar, Guo Jing dan Huang Rong yang awalnya berencana ingin membelikan bahan makanan agar bisa memasak makanan enak untuk Hong Chi Khong, tak sengaja melihat Hou Tong Hai, si kepala benjol 3 di sebuah rumah makan.


“Bukankah itu si kepala benjol 3?” ujar Huang Rong seraya menarik tangan Guo Jing agar berhenti berjalan. 
“Ayo kita lihat!” usul Guo Jing yang langsung disetujui oleh Huang Rong.

Guo Jing dan Huang Rong akhirnya masuk ke dalam rumah makan dan menguping pembicaraan orang-orang itu. Dari sanalah mereka tahu bahwa Wan Yen Hong Lieh sedang mengincar sebuah Kitab Perang bernama Kitab Perang Wu Mu (Wu Mu Yi Shu) yang kabarnya berisi banyak sekali strategi perang yang hebat yang ditulis oleh Jenderal Yue Fei. Kitab Perang tersebut rencananya akan dipakai oleh Kerajaan Chin untuk menghancurkan Kerajaan Sung.

Guo Jing yang tak pernah mendengar tentang Kitab Perang Wu Mu bertanya pada Huang Rong yang dulu kebetulan pernah mendengar tentang kitab perang ini di kediaman Raja Chao (episode 7). Diapun menceritakan tentang buku itu pada Guo Jing.

Huang Rong mengusulkan untuk membunuh Wan Yen Hong Lieh sekarang tapi Guo Jing menolak dengan alasan mereka belum mendapatkan bukunya.

“Tidak bisa. Kita belum tahu keberadaan kitab itu, jika kita membunuhnya sekarang, kita takkan pernah tahu di mana keberadaannya. Harus tunggu kita mendapatkan dulu bukunya baru kemudian kita bunuh Wan Yen Hong Lieh.” Ujar Guo Jing spontan, membuat Huang Rong terpana karena Guo Jing ternyata bisa juga berpikir pintar.

Ditatap aneh oleh sang kekasih, membuat Guo Jing menjadi salah tingkah. Dia dengan malu-malu bertanya pada Huang Rong, “Rong’er, kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Guo Jing dengan ekspresi malu-malu yang cute.

“Kakak Jing, kau ini sebenarnya cukup pintar.” Puji Huang Rong dengan tersenyum manis, membuat Guo Jing menjadi salah tingkah karena dipuji pintar.

Note : See? Guo Jing itu TIDAK BODOH !!! Buktinya dia bisa memikirkan hal yang tidak bisa dipikirkan oleh orang lain. Ada banyak bukti kok kalau Guo Jing gak bodoh. Nanti setelah selesai merekap semua episode “Legend Of The Condor Heroes 2017” ini, penulis akan membuat artikel tersendiri yang menujukkan bahwa Guo Jing itu sebenarnya TIDAK BODOH melainkan hanya sedikit lamban berpikir alias lola dikit hihihi ^_^


Tapi btw, anyway, busway, Guo Jing dan Huang Rong selalu bergandengan tangan setiap kali mereka berjalan bersama. Sweet banget gitu. Tanpa perlu mengatakan “Dia pacarku” kepada orang lain, gesture dan gerak-gerik mereka sudah bisa membuat orang melihat bahwa mereka adalah sepasang kekasih.

Back to scene...
Huang Rong berkata bahwa di samping Wan Yen Hong Lieh ada banyak pesilat tangguh, apalagi sekarang juga ada Ou Yang Feng, merebut Kitab Wu Mu pastilah tidak mudah.

Guo Jing yang mendengar kekhawatiran sang kekasih, spontan memegang pundaknya dan bertanya lembut, “Rong’er, apa kau takut?” tanyanya perhatian. 
“Apa kau tak takut?” Huang Rong balik bertanya.


“Aku memang takut pada Ou Yang Feng, tapi Kitab Wu Mu ini sangat penting, tidak boleh jatuh ke tangan mereka. Kalau sampai jatuh ke tangan mereka, rakyat Sung pasti akan menderita. Jika tidak bisa lawan, kita lari saja.” Jawab Guo Jing dengan penuh kejujuran.

( Bener banget, Jing Gege. Gak bisa ngalahin ya lari aja hihihi ^_^Ambil langkah seribu, ya ^_^ Jing Gege pinter kan, dibilangin gak percaya...)

“Kakak Jing, mau lakukan apa. Tak peduli sesulit apa pun, Rong’er akan ikut.” Jawab Huang Rong dengan tersenyum manis. (Kalau Huang Rong mah simple aja, asalkan dia bersama Guo Jing, mau lakukan apa pun dan pergi ke manapun tak masalah.)

Episode berikutnya adalah adegan Guo Jing ditusuk Yang Kang saat berusaha merebut kitab Wu Mu. So, see you next episode...

Berikutnya : Episode 30

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads