Akhirnya trio guru dan murid tersebut
dapat kembali ke China daratan dengan selamat setelah Chou Pho Tong datang
menyelamatkan mereka bertiga. Dan kini, sampailah mereka di kampung halaman Guo
Jing yaitu Desa Niu. Di sinilah nanti mereka bertemu dengan si Gadis Bodoh, Sha
Gu yang sebenarnya adalah putri dari Chi Ling Feng, murid Huang Yao Shi. Dan di
sini jugalah, Guo Jing menyembuhkan lukanya akibat ditusuk oleh Yang Kang,
selama 7 hari 7 malam.
Di dalam ruang rahasia tersebut, Guo Jing untuk yang pertama kalinya merasakan gairah dan nafsu seorang pria dewasa kepada wanita. Jika selama ini cintanya adalah cinta murni dan polos tanpa pikiran mesum/kotor, tapi setelah melihat kemesraan Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia melalui celah di ruang rahasia tersebut, Guo Jing pun kini mulai memahami gairah dan nafsu seorang pria kepada wanita. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing merasakan sesuatu yang mendesak yang harus segera disalurkan, sebuah keinginan terpendam untuk bermesraan dengan kekasihnya. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing ingin mencium Rong’er.
Huang Rong is Guo Jing’s lust. Intinya seperti itu. Untung ada rompi landak milik Huang Rong, jika tidak, mungkin Huang Rong sudah tidak perawan lagi karena sudah “disentuh” Guo Jing (if you know what I mean hihihi ^_^) Tapi itu nanti, episode 30 ke atas. Yang di atas itu hanyalah sekedar spoiler semata xixixi ^_^
Di dalam ruang rahasia tersebut, Guo Jing untuk yang pertama kalinya merasakan gairah dan nafsu seorang pria dewasa kepada wanita. Jika selama ini cintanya adalah cinta murni dan polos tanpa pikiran mesum/kotor, tapi setelah melihat kemesraan Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia melalui celah di ruang rahasia tersebut, Guo Jing pun kini mulai memahami gairah dan nafsu seorang pria kepada wanita. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing merasakan sesuatu yang mendesak yang harus segera disalurkan, sebuah keinginan terpendam untuk bermesraan dengan kekasihnya. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing ingin mencium Rong’er.
Huang Rong is Guo Jing’s lust. Intinya seperti itu. Untung ada rompi landak milik Huang Rong, jika tidak, mungkin Huang Rong sudah tidak perawan lagi karena sudah “disentuh” Guo Jing (if you know what I mean hihihi ^_^) Tapi itu nanti, episode 30 ke atas. Yang di atas itu hanyalah sekedar spoiler semata xixixi ^_^
Dan kisahpun berlanjut...
“Rong’er, tunggu aku. Jangan marah
lagi. Baiklah, Rong’er. Kejadian di Pulau Persik memang salahku. Sekarang aku
sudah menyelamatkan kalian semua. Bukankah sudah impas? Ayo tersenyumlah.” Ujar
Chou Pho Tong merayu Huang Rong seraya mengejar gadis itu yang berjalan sangat
cepat karena marah.
Dia merasa bersalah karena telah menciptakan kesalahpahaman
antara Guo Jing dan Huang Yao Shi. Guo Jing dan Hong Chi Khong berjalan
mengikuti mereka di belakang.
“Mau aku tidak marah, mudah saja. Kelak
jika kau bertemu ayahku, kau harus menjelaskan semua pada Ayah.” Ujar Huang
Rong memberi perintah.
“Baiklah. Tak masalah. Kelak aku
bertemu Sesat Tua...” kalimat Chou Pho Tong terputus ketika melihat Huang Rong
menatapnya tajam.
“Ketua Huang...akan kujelaskan padanya
kalau si otak kayu itu tidak tahu kalau yang dihapalnya itu adalah Kitab 9
Bulan.” Janji si Bocah Tua Nakal, dia meralat panggilannya dari Sesat Tua Huang
menjadi Ketua Huang karena tidak ingin membuat Huang Rong marah.
“Ini baru benar.” Jawab Huang Rong,
akhirnya dia tersenyum juga.
Setelah kembali ke China Daratan, Guo
Jing, Huang Rong, Hong Chi Khong dan Chou Pho Tong tiba di Desa Niu. Desa yang
merupakan kampung halaman Guo Jing dan tempat di mana ayah dan ibu Guo Jing
pernah tinggal di sana dengan bahagia sebelum Guo Xia Tian dibunuh dengan keji
oleh Tuan Thian Tek atas perintah dari Wan Yen Hong Lieh.
Note : Yang patut diapresiasi dari
versi LOTCH 2017 ini adalah banyaknya moment-moment kecil yang menyentuh hati
yang dijadikan highlight, sesuatu yang tak pernah ada di versi sebelumnya.
Moment kecil namun berkesan dan menyentuh hati seperti ini yang membuat versi
ini terasa lebih hidup karena seolah menyampaikan perasaan setiap karakter yang
bahkan lolos dari penggambaran novelnya. Modifikasi kecil yang super kreatif
inilah yang membuat penulis blog ini lebih menyukai versi 2017 ini dibandingkan versi
yang sebelumnya.
Seperti saat Guo Jing seolah melihat
kenangan ayah dan Ibunya minum teh dengan gembira di beranda rumah mereka. Guo
Jing seolah melihat ayah dan ibunya tampak sangat bahagia menikmati hidup
mereka yang tenang dan damai, sebelum akhirnya sebuah tragedi mengubah hidup
mereka dan menghancurkan kedamaian di keluarga mereka.
Guo Jing seolah melihat adegan tersebut
terjadi di depan matanya, walaupun sebenarnya dia hanya membayangkannya. Guo
Jing dengan terharu berseru lantang pada udara, “Ayah, Ibu, Jing’er sudah
pulang.” Walau tahu bahwa ayahnya di Surga tak bisa mendengarnya.
(Akting William Yang
Xuwen bagus di sini. Bisa membuat penulis merasa tersentuh )
“Kakak Jing, ternyata kau di sini. Aku
mencarimu seharian.” Huang Rong tiba-tiba datang dan membuyarkan lamunan Guo
Jing.
“Kakak Jing, kenapa kau berdiri di
sini?” tanya Huang Rong saat Guo Jing tidak menjawab.
“Rong’er, ini adalah kampung halamanku.
Tapi aku tak tahu yang mana rumahku. Apa kau tahu? Saat aku kecil, Ibuku sering
menceritakan padaku tentang Desa Niu. Di desa ini ada sebuah sungai kecil.
Anak-anak di desa sering datang ke sungai itu untuk mengambil air dan menangkap
ikan. Saat musim panas, di ladang kau bisa mendengar suara serangga. Saat
malam, kau bisa melihat kunang-kunang yang bisa bersinar seperti bintang.” Guo
Jing mulai bercerita tentang dirinya dan ibunya. Sambil bercerita, Guo Jing
seolah melihat ibunya sedang bercerita kepada dirinya.
“Ibu juga bilang, aroma gurun tak sama
dengan kampung halaman. Di gurun, aroma yang berhembus adalah aroma
rumput-rumput kering. Tapi aroma dari kampung halaman adalah aroma makanan dari
masakan yang sudah dimasak, juga aroma roti yang wangi. Ayah bekerja seharian
di ladang, setelah pulang, barulah mencium aroma arak yang diminum ayah.” Guo
Jing melanjutkan kisahnya dengan setetes air dari matanya.
“Kakak Jing, jika ayah dan ibumu tahu
kau sudah pulang kemari, mereka pasti akan gembira.” Ujar Huang Rong lembut.
“Ayah, Ibu, Jing’er sudah pulang.”
Menuruti saran Huang Rong, Guo Jing berseru lantang pada udara.
“Ibu, kau jangan khawatir. Aku pasti
mencari Wan Yen Hong Lieh dan membalaskan dendam kematian ayah.” Lanjut Guo
Jing, berjanji pada sang ibu.
“Rong’er juga akan bantu Kakak Jing balas dendam.” Ujar Huang Rong, membuat Guo
Jing tersentuh.
Sementara itu, Huang Yao Shi sibuk
mengarungi lautan untuk mencari putri kesayangannya. Dia tak sengaja bertemu
dengan kapal milik Wan Yen Hong Lieh. Di sana, si kepala benjol 3 Hou Tong Hai
(habisnya gak cocok sih dijuluki “Raja Naga Kepala 3”, cocoknya kepala benjol 3
aja hahaha ^_^) membohongi Huang Yao Shi bahwa Huang Rong telah tewas tenggelam
di lautan. Yang bodohnya Huang Yao Shi percaya begitu saja.
Kembali ke Desa Niu, Guo Jing dan
rombongan akhirnya tiba di sebuah rumah tua yang dulunya adalah sebuah
penginapan milik Chi Ling Feng, ayah si gadis bodoh – Sha Gu dan murid Huang
Yao Shi. Dengan kata lain, ini adalah rumah kakak seperguruan Huang Rong dan
gadis bodoh adalah keponakan seperguruannya walaupun usia gadis bodoh lebih tua
dari Huang Rong, tapi secara jabatan, Huang Rong adalah Bibi si Gadis Bodoh.
Note : Ada yang salah dengan adegan
ini. Seharusnya Huang Rong memanggil Hong Chi Khong dengan panggilan “Guru”
tapi di episode 29 ini, Huang Rong malah memanggil Hong Chi Khong dengan nama
“Chi Khong” saja tanpa embel-embel Guru. Hei, ini penulis skenarionya gimana sih?
Kok gak disyuting ulang? Salah panggilan tuh. Harusnya Huang Rong sudah jadi
murid Hong Chi Khong sejak episode 19.
Chou Pho Tong yang usil mengenakan
topeng dan menyamar jadi hantu untuk menakuti Rong’er. Huang Rong yang kesal,
berjalan keluar untuk mengadu pada kekasihnya.
“Kakak Jing, Bocah Tua Nakal menyamar
jadi hantu dan menakutiku.” Huang Rong mengadu dengan cemberut.
“Tidak apa-apa. Kakak Chou memang suka
main-main.” Jawab Guo Jing sabar.
Saat itulah si gadis bodoh datang
dengan membawa sebuah semangka besar. Huang Rong pun menanyakan beberapa
pertanyaan padanya tapi si gadis bodoh tampak tak mengerti. Tapi ternyata dia
menguasai ilmu pulau persik yang membuat Huang Rong menjadi heran.
Di Wisma Awan, Lu Cheng Feng menerima
surat dari Huang Yao Shi yang mengatakan bahwa Huang Rong telah tewas tenggelam
karena mencari Guo Jing di tengah laut.
“Ayah, Kakek Guru mengatakan apa?”
tanya Lu Guan Ying penasaran.
“Guru mengatakan adik seperguruan kecil
mengalami musibah dan tenggelam di laut.” Jawab Lu Cheng Feng sedih.
“Kenapa bisa seperti ini?” tanya Lu
Guan Ying penasaran.
“Perahu yang dinaiki adik seperguruan
kecil tenggelam saat sedang mencari Saudara Guo. Dia pergi seorang diri
meninggalkan pulau. Sungguh malang tewas tenggelam di laut. Atas kematian adik
seperguruan kecil, Guru kini menyalahkan Saudara Guo. Perintahkan kita untuk
mencari keberadaannya.” Jawab Lu Guan Ying.
“Ini...Kematian Bibi seperguruan kecil
adalah musibah. Mana boleh menyalahkan saudara Guo? Lagipula pendekar Guo
adalah orang yang sangat baik. Hari itu, Wisma Awan mendapat masalah, dia yang
membantu kita. Kita tidak boleh membalas air susu dengan air tuba.” ujar Lu
Guan Ying tak mengerti.
“Jika Guru sudah memerintahkan seperti
ini, tak ada yang bisa mengubahnya. Sekarang ini, yang terpenting adalah cepat
temukan saudara Guo. Beritahu dia mengenai hal ini. Semoga dia untuk sementara
dapat bersembunyi dulu. Setelah amarah guru hilang, ayah akan mencoba
menasehati.” Jawab Lu Cheng Feng, berusaha mencari jalan tengah.
“Baik. Aku akan berusaha menemukannya.”
Ujar Lu Guan Ying.
“Dan cari juga 7 Pendekar Jiang Nan.
Siapa tahu mereka mengetahui keberadaan saudara Guo.” Ujar Lu Cheng Feng,
memberi perintah pada putranya. Dan pada akhirnya, nanti semua pemeran akan
tumplek blek di Desa Niu dan di rumahnya Sha Gu. (kayak gak ada penginapan
lain, ya? Hehehe ^_^)
Kembali ke Desa Niu, Huang Rong kembali
memamerkan keahliannya memasak. Dia memasak ayam untuk mereka makan. Gadis itu
menyuruh Bocah Tua Nakal mengambil mangkok untuk mereka dan saat Chou Pho Tong
mencoba menarik salah satu mangkok yang ada di dalam lemari, tanpa diduga
lemari tersebut terbuka dan menunjukkan sebuah ruang rahasia aka “The Chamber
Of Secret”.
Bocah Tua Nakal segera memberitahukan
penemuannya ini pada yang lain dengan gembira seperti telah menemukan mainan
baru.
“Sebuah penginapan sederhana di desa,
kenapa bisa memiliki ruang rahasia?” Huang Rong tampak penasaran.
Mereka berempat lalu masuk ke dalam
untuk menyelidiki dan di sana, mereka menemukan banyak sekali harta berharga
yang dicuri dari istana. Melihat jasad yang sudah berubah menjadi tengkorak
dengan tulang kaki yang patah serta lambang Patkua (lambang besi segi 8 seperti
yang ada di Wisma Awan), Huang Rongpun menebak bahwa kemungkinan jasad tersebut
adalah Chi Ling Feng yang adalah kakak seperguruannya, murid dari ayahnya.
Bocah Tua Nakal pun kembali menemukan
ruang rahasia lain di bawah tanah ruang rahasia itu. Wihh, under ground
ceritanya alias lantai UG hihihi ^_^ *berasa Mall* Dan lagi-lagi ada banyak
sekali benda berharga di dalam sana.
Saat sedang berjalan-jalan di pasar,
Guo Jing dan Huang Rong yang awalnya berencana ingin membelikan bahan makanan
agar bisa memasak makanan enak untuk Hong Chi Khong, tak sengaja melihat Hou
Tong Hai, si kepala benjol 3 di sebuah rumah makan.
“Bukankah itu si kepala benjol 3?” ujar
Huang Rong seraya menarik tangan Guo Jing agar berhenti berjalan.
“Ayo kita lihat!” usul Guo Jing yang
langsung disetujui oleh Huang Rong.
Guo Jing dan Huang Rong akhirnya masuk
ke dalam rumah makan dan menguping pembicaraan orang-orang itu. Dari sanalah
mereka tahu bahwa Wan Yen Hong Lieh sedang mengincar sebuah Kitab Perang
bernama Kitab Perang Wu Mu (Wu Mu Yi Shu) yang kabarnya berisi banyak sekali
strategi perang yang hebat yang ditulis oleh Jenderal Yue Fei. Kitab Perang
tersebut rencananya akan dipakai oleh Kerajaan Chin untuk menghancurkan
Kerajaan Sung.
Guo Jing yang tak pernah mendengar
tentang Kitab Perang Wu Mu bertanya pada Huang Rong yang dulu kebetulan pernah
mendengar tentang kitab perang ini di kediaman Raja Chao (episode 7). Diapun
menceritakan tentang buku itu pada Guo Jing.
Huang Rong mengusulkan untuk membunuh
Wan Yen Hong Lieh sekarang tapi Guo Jing menolak dengan alasan mereka belum
mendapatkan bukunya.
“Tidak bisa. Kita belum tahu keberadaan
kitab itu, jika kita membunuhnya sekarang, kita takkan pernah tahu di mana
keberadaannya. Harus tunggu kita mendapatkan dulu bukunya baru kemudian kita
bunuh Wan Yen Hong Lieh.” Ujar Guo Jing spontan, membuat Huang Rong terpana karena
Guo Jing ternyata bisa juga berpikir pintar.
Ditatap aneh oleh sang kekasih, membuat
Guo Jing menjadi salah tingkah. Dia dengan malu-malu bertanya pada Huang Rong,
“Rong’er, kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Guo Jing dengan ekspresi
malu-malu yang cute.
“Kakak Jing, kau ini sebenarnya cukup
pintar.” Puji Huang Rong dengan tersenyum manis, membuat Guo Jing menjadi salah
tingkah karena dipuji pintar.
Note : See? Guo Jing itu TIDAK BODOH
!!! Buktinya dia bisa memikirkan hal yang tidak bisa dipikirkan oleh orang
lain. Ada banyak bukti kok kalau Guo Jing gak bodoh. Nanti setelah selesai
merekap semua episode “Legend Of The Condor Heroes 2017” ini, penulis akan
membuat artikel tersendiri yang menujukkan bahwa Guo Jing itu sebenarnya TIDAK
BODOH melainkan hanya sedikit lamban berpikir alias lola dikit hihihi ^_^
Tapi btw, anyway, busway, Guo Jing dan
Huang Rong selalu bergandengan tangan setiap kali mereka berjalan bersama.
Sweet banget gitu. Tanpa perlu mengatakan “Dia pacarku” kepada orang lain, gesture
dan gerak-gerik mereka sudah bisa membuat orang melihat bahwa mereka adalah
sepasang kekasih.
Back to scene...
Huang Rong berkata
bahwa di samping Wan Yen Hong Lieh ada banyak pesilat tangguh, apalagi sekarang
juga ada Ou Yang Feng, merebut Kitab Wu Mu pastilah tidak mudah.
Guo Jing yang mendengar kekhawatiran
sang kekasih, spontan memegang pundaknya dan bertanya lembut, “Rong’er, apa kau
takut?” tanyanya perhatian.
“Apa kau tak takut?” Huang Rong balik
bertanya.
“Aku memang takut pada Ou Yang Feng, tapi
Kitab Wu Mu ini sangat penting, tidak boleh jatuh ke tangan mereka. Kalau
sampai jatuh ke tangan mereka, rakyat Sung pasti akan menderita. Jika tidak
bisa lawan, kita lari saja.” Jawab Guo Jing dengan penuh kejujuran.
( Bener banget, Jing Gege. Gak bisa
ngalahin ya lari aja hihihi ^_^Ambil langkah seribu, ya ^_^ Jing Gege pinter
kan, dibilangin gak percaya...)
“Kakak Jing, mau lakukan apa. Tak
peduli sesulit apa pun, Rong’er akan ikut.” Jawab Huang Rong dengan tersenyum
manis. (Kalau Huang Rong mah simple aja, asalkan dia bersama Guo Jing, mau
lakukan apa pun dan pergi ke manapun tak masalah.)
Episode berikutnya adalah adegan Guo
Jing ditusuk Yang Kang saat berusaha merebut kitab Wu Mu. So, see you next
episode...
Berikutnya : Episode 30
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar