Kamis, 06 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 32)

Akhirnya kita tiba di adegan di mana Guo Jing hampir saja tak bisa menahan dirinya dan ingin memiliki Rong’er setelah dia melihat Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia bermesraan di malam pertama mereka. Di dalam ruang rahasia di tempat Guo Jing dan Huang Rong mengurung diri untuk menyembuhkan luka, Guo Jing untuk yang pertama kalinya merasakan gairah dan nafsu seorang pria dewasa kepada wanita.

Jika selama ini cintanya adalah cinta murni dan polos tanpa pikiran mesum/kotor, tapi setelah melihat kemesraan Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia melalui celah di ruang rahasia tersebut, Guo Jing pun kini mulai memahami gairah dan nafsu seorang pria kepada wanita. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing merasakan sesuatu yang mendesak yang harus segera disalurkan, sebuah keinginan terpendam untuk bermesraan dengan kekasihnya. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing ingin mencium Rong’er bahkan mungkin lebih jika saja Huang Rong tidak menghentikan Guo Jing dengan rompi landaknya. Huang Rong is Guo Jing’s lust. Intinya seperti itu.

Untung ada rompi landak milik Huang Rong, jika tidak, mungkin Huang Rong sudah tidak perawan lagi karena sudah “disentuh” Guo Jing (if you know what I mean hihihi ^_^). 





 
Dan kisahpun berlanjut... 
Setelah mengalahkan Sun Bu Er, Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia, keempat orang bodoh itu kembali masuk ke ruang rahasia. Tapi syukurlah karena suara seruling Huang Yao Shi berhasil membuat mereka kabur ketakutan. Padahal sebenarnya suara seruling tersebut, Huang Ronglah yang memainkannya. 


Namun lagi-lagi, keempat orang tersebut merasakan keanehan karena suara seruling tersebut dimainkan tanpa tenaga dalam, yang ini berarti bahwa bukan Huang Yao Shi yang memainkannya. 
( Duh, nih manusia empat ya, susah banget ngusirnya. Balik mulu lagi dan lagi )


Keempat orang bodoh itu memutuskan untuk kembali lagi, membuat Huang Rong kehabisan cara untuk mengusir. Untung saja ada si gadis bodoh menahan mereka untuk sementara sebelum Huang Yao Shi yang asli tiba di tempat itu. Tapi keempat orang bodoh tersebut menganggap Huang Yao Shi adalah orang yang menyamar. (Emang bego nih mereka berempat. Kayaknya mereka lebih bego dari Guo Jing deh hahaha ^_^)

Keempat orang bodoh tersebut mencoba memukul Huang Yao Shi tapi tentu saja semuanya kalah. Huang Yao Shi bahkan hanya perlu menggunakan satu tangan tanpa perlu menggerakkan tubuhnya sudah bisa mengalahkan mereka semua. (kayak teri vs Hiu deh ckckck...)

Gadis Bodoh terlihat senang karena keempat orang jahat itu kalah lalu Huang Yao Shi memerintahkannya untuk balas memukul Liang Chi Weng yang tadi memukulnya. 
“Dia tadi sudah memukulmu. Sekarang kau bisa membalasnya.” Ujar Huang Yao Shi tegas. 
“Aku tak bisa mengalahkannya.” Jawab si gadis bodoh sedih.

“Siapa bilang kau tak bisa mengalahkannya? Dia pukul hidungmu, kau juga pukul hidungnya. Satu pukulan dibalas 3 pukulan.” ujar Huang Yao Shi membesarkan hati si gadis bodoh. Akhirnya dengan dibantu Huang Yao Shi, gadis bodoh berhasil membalas dendam memukul hidung Liang Chi Weng hahaha ^_^ Benyok mukanya si Dewa Ginseng, Liang Chi Weng.

Menyadari bahwa yang mereka hadapi adalah Huang Yao Shi yang asli, mereka berempat lari terbirit-birit, kali ini tanpa kembali lagi. (hahaha ^_^ kapok. Sukurin). Guo Jing dan Huang Rong kembali bernapas lega karena satu penghalang telah diusir pergi.

 
Setelah keempat orang bodoh tersebut diusir pergi, Huang Yao Shi menyuruh mereka yang tidak berkepentingan untuk ikut pergi dari penginapan tersebut. Lu Guan Ying buru-buru berkata bahwa Cheng Yao Jia di sini untuk mencari paman seperguruannya. Cheng Yao Jia ternyata adalah putri semata wayang Wu Mian Feng, murid Huang Yao Shi.

Cheng Yao Jia bercerita bahwa ayah kandungnya adalah Wu Mian Feng, dan dia diangkat anak oleh keluarga Cheng yang tidak memiliki keturunan karena sang ayah berhutang budi pada keluarga Cheng. Itu sebabnya dia bermarga Cheng. Dengan kata lain, baik Lu Guan Ying maupun Cheng Yao Jia adalah keponakan seperguruan Huang Rong walaupun secara umur Huang Rong lebih muda dari mereka berdua.

Lu Guan Ying berkata bahwa ayahnya, Lu Cheng Feng juga adalah paman seperguruan Cheng Yao Jia. Huang Yao Shi dengan mudah mengakui Cheng Yao Jia sebagai cucu muridnya.

“Mereka berdua adalah cucu muridku, kami masih memiliki hubungan kekeluargaan. Tapi kau tidak punya urusan apa pun di sini, kenapa tidak cepat pergi? Apalagi yang kau tunggu?” ujar Huang Yao Shi pada Sun Bu Er.

“Kakek Guru, dia adalah guruku.” Cheng Yao Jia mencoba membela gurunya. 
“Kau adalah cucu muridku, apakah masih membutuhkan guru yang tidak berguna ini? Kungfu aliran Chuan Chin tidak layak dipelajari.” jawab Huang Yao Shi dengan sinis, menunjukkan ketidaksukaannya pada Sun Bu Er.

Sun Bu Er yang tidak terima mencoba mengalahkan Huang Yao Shi tapi Huang Yao Shi mengalahkannya hanya dengan sebelah tangan. 

(Jiaahhh...di hadapan Huang Yao Shi, kau hanyalah butiran debu. 7 Pendeta Chuan Chin bersatu aja gak bisa ngalahin Huang Yao Shi, apalagi satu orang ckckck...Buang tenaga aja)

Setelah Sun Bu Er pergi, Cheng Yao Jia segera mengenali si gadis bodoh dan menginterogasinya. Gadis itu berkata bahwa dia adalah putri Wu Mian Feng, Yao Jia dan mereka pernah bertemu saat dulu masih kecil. Yao Jia juga menanyakan apakah marganya Chi dan si gadis bodoh pun membenarkannya. Cheng Yao Jia segera memeluk si gadis bodoh dengan gembira dan memanggilnya, “Jie-jie” alias Kakak dengan penuh kelegaan.

Malam itu, mereka bertiga tinggal di penginapan kosong tersebut dan Huang Yao Shi bahkan menikahkan Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia saat mengetahui bahwa mereka berdua saling menyukai. Apalagi kedua orang tersebut adalah sama-sama anak muridnya.

“Semua muridku tidak berguna, tapi anak-anak mereka sangat baik. Sha Gu juga baik, hatinya sangat polos. Kalian berdua juga baik, pasangan serasi. Aku suka kalian.” Ujar Huang Yao Shi memuji cucu muridnya.

Dalam hati dia mengenang putri kesayangannya yang dikiranya telah meninggal di tengah lautan. 
“Melihat mereka begitu sepadan, sungguh membuat orang iri. Rong’er dan Yao Jia juga kurang lebih seumuran. Jika saja di Pulau Persik aku merestui pernikahan mereka, Rong’er tidak akan pergi mencari Guo Jing dan tenggelam di tengah laut.” Ujar Huang Yao Shi dalam hati dengan penuh penyesalan.

“Guan Ying, aku lihat kau sangat menyukai Yao Jia.” Ujar Huang Yao Shi dapat menebak isi hati Guan Ying. 
“Cucu murid tak berani.” Jawab Lu Guan Ying, merasa rendah diri.

“Kalian adalah cucu muridku, apanya yang tidak berani?” ujar Huang Yao Shi tak mengerti. 
“Guru Nona Cheng...” Lu Guan Ying belum selesai bicara namun Huang Yao Shi sudah memotong kalimatnya.

“Bikuni itu? Dia kenapa?” tanya Huang Yao Shi galak. 

“Dia bilang Wisma Awan tidak sebanding dengan partai Chuan Chin. Dia bilang aku tidak pantas mendampingi Nona Cheng.” Jawab Lu Guan Ying jujur.

“Aku paling benci dengan segala peraturan. Apa itu cocok dan pantas? Semuanya omong kosong. Dia bilang kalian tidak pantas bersama, aku justru ingin kalian menikah.” Seru Huang Yao Shi tidak terima.

“Sebaiknya kalian menikah sekarang saja.” Usul Huang Yao Shi tapi terdengar seperti perintah, membuat Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia terlihat kaget mendengarnya. 
“Sekarang?” ulang Lu Guan Ying tak percaya.

“Apa kalian tidak bersedia?” tanya Huang Yao Shi. Baik Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia tidak ada yang menjawab.

“Jika tidak menjawab berarti setuju.” Ujar Huang Yao Shi membuat keputusan, kemudian meninggalkan mereka berdua untuk bermalam pertama setelah menyuruh mereka untuk menikah.

Di ruang rahasia, Guo Jing dan Huang Rong yang mengintip ikut merasa gembira untuk sepasang pengantin baru tersebut.

Melihat Guo Jing tersenyum gembira, Huang Rong bertanya dengan penasaran, “Jing Gege, apa yang membuatmu begitu senang?”


Guo Jing menjawab, “Aku sangat senang bisa melihat mereka bersama.” Jawab Guo Jing dengan tulus.
Huang Rong tersenyum dan bertanya malu-malu, “Bagaimana dengan kita? Kapan kita bisa menikah dan hidup bersama?” tanyanya malu-malu.

Guo Jing menatap kekasihnya penuh cinta dan menjawab mantap, “Segera! Aku berjanji padamu, segera.” Ujar Guo Jing tegas dan mantap, spontan melupakan masalah perjanjian pernikahannya dengan si Putri Mongol, Hua Cheng. Huang Rong tersenyum bahagia dan mengangguk mengiyakan.


Di luar rumah, Huang Yao Shi mulai memainkan serulingnya lagi dengan harapan untuk membantu cucu muridnya lancar dalam bermalam pertama. Huang Yao Shi memainkan lagu yang membuat orang yang memiliki pikiran kotor/mesum/jorok akan menjadi gila dan merasa mereka ada di tempat lain yang tidak seharusnya (seperti yang dialami oleh Chou Pho Tong dan Ou Yang Khe yang bermimpi mencium wanita padahal mencium batu), tapi bila di sekitar mereka benar-benar ada lawan jenis, maka suara seruling tersebut akan membuat yang mendengarnya tidak bisa menahan diri (untuk melakukan hubungan intim).

Inilah yang dirasakan Guo Jing saat ini. Dulu saat di Pulau Persik, Guo Jing benar-benar masih lugu dan polos yang tidak mengerti masalah hubungan intim antara pria dan wanita, tapi kini, Guo Jing mulai perlahan mengerti dan tidak sanggup mengendalikan dirinya untuk “memiliki” wanita di hadapannya.

 

Di ruang rahasia, Guo Jing yang melihat Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia saling berpegangan tangan dan bermesraan menjadi terpengaruh dan tidak bisa mengendalikan dirinya. Apalagi di hadapannya sedang duduk gadis secantik bunga yang merupakan kekasih hatinya.


Guo Jing mendadak merasakan sebuah dorongan gairah yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan. Dia mendadak ingin mencium Rong’er dan menjadikan gadis itu miliknya. Guo Jing terus mendekatkan tubuhnya ke arah Huang Rong, berniat menciumnya. Matanya berkobar penuh gairah seorang pria dan tatapannya mengarah ke bibir Huang Rong yang terlihat sangat menggoda di matanya. (Intinya Guo Jing mendadak nepsong gitu.)


“Jing Gege...Jing Gege, kau kenapa?” tanya Huang Rong yang tampak salah tingkah melihat tingkah aneh Guo Jing yang perlahan mendekatkan wajahnya. 


“Jing Gege, fokus. Atur nafasmu.” Ujar Huang Rong salah tingkah saat melihat Guo Jing semakin mendekat ke arahnya.

 

“Aku tak bisa. Rong’er, aku tak bisa menahannya lagi.” Bisik Guo Jing dengan keringat di keningnya dan mata yang berkobar penuh gairah.


Dia tampak sebisa mungkin mengendalikan dirinya namun akhirnya dia tak sanggup dan justru semakin mendekat ke arah Rong’er. (Dia gak tahan pengen nyium Huang Rong ceritanya hihihi ^_^)


 


“Jing Gege...Jing Gege...” Huang Rong terus memundurkan wajahnya dengan salah tingkah, sementara Guo Jing justru terlihat semakin mendekat.



Perlahan, wajah Guo Jing semakin mendekat dan kini hanya berjarak tak lebih dari 5 cm dari bibirnya dan tak lebih 3 cm dari leher gadis itu. Guo Jing tampak ingin mencium bibir Huang Rong dari arah samping saat tiba-tiba Huang Rong mengarahkan bahunya ke arah wajah Guo Jing.


Duri di rompi landak Huang Rong menusuk pipi Guo Jing dan spontan membuatnya menjauh. 
“Rong’er, tutup nadiku. Cepat!” ujar Guo Jing seraya berusaha keras mengendalikan dirinya dan mengatur napasnya.


Note : Pertanyaannya, sejak kapan duri di rompi landak Huang Rong bisa melukai Guo Jing? Perasaan sejak awal uda main peluk-pelukan dengan erat tapi tak sekalipun Guo Jing terkena duri rompi landak. Kok tumbenan sekarang manjur durinya? Hihihi ^_^ Sekarang aku malah ngarepnya duri di rompi landaknya gak manjur. Nanggung amat scene-nya. Sekalian kiss aja po’o hihihi ^_^ curang gitu kesannya. Yang Guo & Bibi Lung aja dikasih kiss-kiss nepsong, kan? *gak sengaja ngeliat di you tube adegan kiss nepsongnya Yang Guo 2014. Duh, klamut-klamut ala drakor. Jadi brasa drakor bukan wuxia -__- Tapi Cuma itu doang yang kulihat, secara ngeliatnya aja gak sengaja waktu cari LOCH 2017 tapi rekomendasinya malah kiss scene ROCH 2014* filmnya aslinya kagak niat blas. GAK SUKA !!!

Akhirnya setelah Rong’er menutup nadi Guo Jing, pemuda lugu (yang tak lagi lugu itu) berangsur-angsur kembali normal. 

“Jing Gege, rompi landakku tidak melukaimu, kan? Syukurlah. Kau tidak apa-apa kan sekarang” tanya Huang Rong khawatir.


Guo Jing hanya menundukkan kepalanya malu-malu, dia tampak merasa sangat bersalah karena hampir saja lepas kendali, “Bagaimana aku bisa sama brengseknya dengan Ou Yang Khe? Maaf. Kau pukul aku saja.” ujar Guo Jing merasa bersalah.

“Jing Gege, ini tidak apa-apa. Bocah Tua Nakal saja tidak sanggup menahan seruling ayahku, apalagi kau yang sedang terluka. Kau pasti tidak akan tahan.” Hibur Huang Rong.


Tapi Guo Jing yang merasa bersalah karena hampir berlaku tidak pantas kepada sang kekasih, tetap tidak sanggup menatap matanya, dan hanya mampu menunduk malu tanpa mengatakan apa-apa.

Tanpa mereka sadari sebenarnya jika memang tidak memiliki pikiran kotor/mesum, maka tidak akan terpengaruh sama sekali. Tapi jika memiliki pikiran kotor/mesum, barulah tidak akan tahan, sama seperti yang dialami Guo Jing tadi. Jadi intinya, sebenarnya sedang terluka parah atau gak, sama sekali gak ngaruh selama pikirannya bersih dan gak mesum.


Tapi kali ini karena terpengaruh kemesraan Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia, secara insting, Guo Jing jadi ikutan pengen. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing merasakan gairah seorang pria kepada wanita, hanya saja dia terlalu lugu untuk mengetahui apa artinya. Intinya mendadak pengen aja gitu ^_^


Lalu ada adegan Yang Kang yang tak sengaja bertemu dengan Gurunya – Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe), Pendeta Ma Yu dan Pendeta Wang Chu Yi yang juga datang ke Desa Niu. Yang Kang mengatakan kebohongan (lagi) tentang Guo Jing yang telah tewas dibunuh oleh Huang Yao Shi karena Huang Yao Shi ingin melampiaskan kemarahannya pada Guo Jing dikarenakan Huang Rong meninggal di laut demi menyelamatkan Guo Jing.

Hal ini dilakukan Yang Kang karena berpikir bahwa dia telah membunuh Guo Jing, karena takut gurunya akan marah lalu dia mengarang indah tentang orang yang membunuh Guo Jing. Intinya, Yang Kang yang menusuk Guo Jing tapi dia memfitnah Huang Yao Shi.

Sementara itu, Huang Yao Shi yang masih mencari Guo Jing karena ingin membalaskan dendam “kematian” putrinya yang meninggal di laut demi mencari Guo Jing (padahal aslinya mah nggak. Huang Yao Shi dibohongi oleh Hou Tong Hai), bertemu dengan Bocah Tua Nakal dan Racun Barat.

Mereka bertiga saling kejar-mengejar hingga akhirnya Bocah Tua Nakal kebelet pipis dan selagi berhenti sejenak untuk pipis, Bocah Tua Nakal menepati janjinya pada Huang Rong untuk menjelaskan jika Guo Jing tidak bersalah.

“Kenapa kau selalu bertanya padaku di mana Guo Jing? Kau mau cari Guo Jing untuk apa? Ilmu dia itu aku yang mengajarinya. Saat aku mengajarinya, si bocah bodoh itu tidak tahu sama sekali bahwa yang dia pelajari adalah Kitab 9 Bulan.” Jelas Chou Pho Tong, menjelaskan kesalahpahaman mereka di Pulau Persik.

“Walaupun begitu, aku tetap ingin membunuhnya.” Ujar Huang Yao Shi bersikeras. 
“Kenapa?” tanya Bocah Tua Nakal dengan santainya. 

“Rong’er mati demi menyelamatkannya. Aku ingin membunuh bocah itu untuk balas dendam.” Jawab Huang Yao Shi berapi-api.

Note : Ini yang namanya “KESALAHPAHAMAN AWAL KERICUHAN”. Berawal dari Hou Tong Hai membohongi Huang Yao Shi kalau Huang Rong tewas tenggelam di laut demi menyelamatkan Guo Jing. Lalu Yang Kang yang tahu bahwa Huang Yao Shi sedang mencari Guo Jing dan ingin membunuhnya karena ingin membalas kematian putrinya, melimpahkan kesalahan pada Huang Yao Shi untuk menutupi kejahatannya sendiri. Kemudian 7 Pendeta Chuan Chin akhirnya salah paham pada Huang Yao Shi juga. Chou Pho Tong yang jelas-jelas tahu bahwa Huang Rong masih hidup dan Huang Yao Shi telah ditipu orang, juga memilih diam dan tidak mengatakan yang sebenarnya hanya karena INGIN BERSENANG-SENANG. Dia merasa senang jika melihat Huang Yao Shi sedih. Intinya mbulet ae kayak sinetron hahaha ^_^

“Sesat Tua Huang ini aneh, Rong’er jelas-jelas masih hidup, kenapa dia bilang sudah mati? Mati dari mana? Tidak tahu dia mendengar berita bohong ini dari siapa, tapi aku tidak akan memberitahukan yang sebenarnya padanya agar dia bersedih lebih lama.” ujar Chou Pho Tong dalam hati sambil tertawa licik.

Chou Pho Tong yang tahu bahwa Huang Rong masih hidup dan baik-baik saja justru memilih diam dan tidak mengatakan apa-apa karena menganggap sangat menyenangkan bila membuat Huang Yao Shi sedih dan marah.

Di penginapan Chi Ling Feng, ketujuh Pendeta Chuan Chin juga tiba di sana. Sun Bu Er berkata bahwa dia pernah bertemu Huang Yao Shi di sini. Kemudian salah seorang dari mereka juga berkata bahwa dalam perjalanan kemari, mereka bertemu dengan 7 Pendekar Jiang Nan. Khe Chen Erl berkata bahwa mereka berjanji untuk bertemu dengan Huang Yao Shi di Pulau Persik untuk menemani Guo Jing mengantar nyawa.

Karena Guo Jing tak sengaja membunuh murid Huang Yao Shi yaitu Chen Xuan Feng jadi Huang Yao Shi menginginkan nyawa Guo Jing sebagai gantinya (aslinya kan memang ingin mengantar nyawa, tapi kemudian niat Guo Jing berubah jadi ingin melamar hihihi ^_^)

Ketika 7 Pendekar Jiang Nan sampai di Pulau Persik, tak ada siapapun di sana (karena Huang Yao Shi sibuk mengarungi lautan mencari Rong’er yang kabur mencari Guo Jing).

Kemudian Pendeta Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe) mengatakan bahwa menurut Yang Kang, Guo Jing telah tewas dibunuh oleh Huang Yao Shi yang dendam karena putrinya meninggal demi menyelamatkan Guo Jing.


Mendengar ini, Guo Jing sangat terkejut dan bertanya pada sang kekasih, apa maksudnya. 
“Yang Kang mengira dia telah membunuhmu, jadi saat mereka bertanya, dia mencari seseorang sebagai kambing hitam. Dia pasti merasa bahwa ayahkulah yang paling cocok dijadikan kambing hitam. Karena ayah punya alasan yang cukup dan juga kemampuan untuk membunuhmu.” Jelas Huang Rong pada sang kekasih.

“Yang Kang kenapa harus berbohong seperti ini?” tanya Guo Jing kesal. 
“Yang Kang ini memang pintar.” Ujar Huang Rong, penuh sindiran tajam. 
“Tapi kepintarannya digunakan untuk kejahatan.” Jawab Guo Jing marah.

Kemudian salah satu Pendeta Chuan Chin yang lain (Sorry, pendeta Chuan Chin yang hapal hanya Chiu Chu Ji (Khu Chi Khe), Ma Yu, Wang Chu Yi dan Sun Bu Er doang. Yang lain gak hapal. Maklum, nongolnya baru sekarang sih) menjelaskan bahwa dalam perjalanan ke penginapan tersebut, dia bertemu dengan Chiu Pho Tong yang sedang dikejar oleh Huang Yao Shi.

Tak lama kemudian, Chiu Chian Ren (PALSU) datang ke sana dan semakin menambah runyam masalah dengan menceritakan kebohongan yang lain bahwa Chiu Pho Tong telah mati dibunuh oleh Huang Yao Shi. (entah tujuannya apa nih orang. Kalau Yang Kang berbohong kan tujuannya jelas tuh yaitu untuk menutupi kejahatannya karena berpikir telah membunuh Guo Jing jadi dia butuh kambing hitam).

Jadi sekarang, Huang Yao Shi difitnah telah membunuh 2 orang yaitu Guo Jing dan Chiu Pho Tong. Guo Jing yang lugu bahkan sempat percaya pada ceritanya, hingga akhirnya Huang Rong mengingatkan sang kekasih bahwa di Wisma Awan bukankah Chiu Chian Ren (PALSU) telah membohongi mereka semua. Guo Jing akhirnya sadar bahwa Chiu Chian Ren (PALSU) hanya sedang mengarang kebohongan untuk mengadu domba, entah tujuannya apa.


“Benar. Benar. Benar. Dia itu pembohong besar. Semua perkataannya tidak dapat dipercaya.” Guo Jing akhirnya percaya pada sang kekasih.

“Jika ayahku memang ingin membunuh Bocah Tua Nakal, dia sudah melakukannya sejak lama di Pulau Persik, untuk apa tunggu hingga hari ini?” Jawab Huang Rong yang terdengar masuk akal di telinga Guo Jing.

Setelah mengatakan kebohongan besar itu, Chiu Chian Ren (PALSU) pergi begitu saja. Guo Jing yang mendengarnya dari dalam ruang rahasia menjadi tidak tenang. 

“Pendeta Ma Yu pernah mengajariku tenaga dalam selama 2 tahun, bisa dibilang dia juga seperti guruku. Aku tidak mau mereka bertarung karena aku.” Guo Jing bersikeras ingin keluar walaupun pengobatannya masih belum selesai.

“Jing Gege, apa kau lupa janjimu pada Rong’er?” tanya Huang Rong, mencoba membujuk dengan lembut.


“Tapi Rong’er...” Guo Jing ingin memprotes, namun Huang Rong memotong kalimatnya, “Kau jangan panik dulu. Kita lihat saja keadaannya. Mungkin saja ayahku dan mereka bertarung secara imbang, jadi kedua belah pihak takkan ada yang terluka.” Huang Rong mencoba menenangkan kekasihnya.

Setelah lama menunggu, akhirnya seseorang berilmu tinggi tiba di sana. Tujuh Pendeta Chuan Chin mengharapkan kedatangan Huang Yao Shi tapi ternyata sang murid, Mei Chao Feng yang tiba lebih dulu di tempat itu. 

Apakah kesalahpahaman yang ruwet kayak benang mbulet macem sinetron ini dapat diselesaikan? Jawabannya ada di episode selanjutnya. Oh ya, di episode selanjutnya adalah saat-saat kematian Mei Chao Feng yang tewas dibunuh oleh Ou Yang Feng. Lalu si blangsak jelek, Ou Yang Khe juga secara tak sengaja menemukan lokasi ruang rahasia dan mengetahui bahwa di dalam ruang rahasia tersebut ada Guo Jing dan Huang Rong yang sedang bersembunyi untuk menyembuhkan luka Guo Jing. Wah, ketahuan dong.

Bagi yang penasaran, sampai jumpa di episode selanjutnya...

Berikutnya : Episode 33-34

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads