Akhirnya kita tiba
di adegan di mana Guo Jing hampir saja tak bisa menahan dirinya dan ingin
memiliki Rong’er setelah dia melihat Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia bermesraan
di malam pertama mereka. Di dalam ruang rahasia di tempat Guo Jing dan Huang
Rong mengurung diri untuk menyembuhkan luka, Guo Jing untuk yang pertama
kalinya merasakan gairah dan nafsu seorang pria dewasa kepada wanita.
Jika selama ini cintanya adalah cinta
murni dan polos tanpa pikiran mesum/kotor, tapi setelah melihat kemesraan Lu
Guan Ying dan Cheng Yao Jia melalui celah di ruang rahasia tersebut, Guo Jing
pun kini mulai memahami gairah dan nafsu seorang pria kepada wanita. Untuk yang
pertama kalinya, Guo Jing merasakan sesuatu yang mendesak yang harus segera
disalurkan, sebuah keinginan terpendam untuk bermesraan dengan kekasihnya.
Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing ingin mencium Rong’er bahkan mungkin lebih
jika saja Huang Rong tidak menghentikan Guo Jing dengan rompi landaknya. Huang Rong is
Guo Jing’s lust. Intinya seperti itu.
Untung ada rompi landak milik Huang
Rong, jika tidak, mungkin Huang Rong sudah tidak perawan lagi karena sudah
“disentuh” Guo Jing (if you know what I mean hihihi ^_^).
Dan kisahpun berlanjut...
Setelah mengalahkan Sun Bu Er, Lu Guan
Ying dan Cheng Yao Jia, keempat orang bodoh itu kembali masuk ke ruang rahasia.
Tapi syukurlah karena suara seruling Huang Yao Shi berhasil membuat mereka
kabur ketakutan. Padahal sebenarnya suara seruling tersebut, Huang Ronglah yang
memainkannya.
Namun lagi-lagi, keempat orang tersebut merasakan keanehan karena
suara seruling tersebut dimainkan tanpa tenaga dalam, yang ini berarti bahwa
bukan Huang Yao Shi yang memainkannya.
( Duh, nih manusia empat ya, susah
banget ngusirnya. Balik mulu lagi dan lagi )
Keempat orang bodoh itu memutuskan
untuk kembali lagi, membuat Huang Rong kehabisan cara untuk mengusir. Untung
saja ada si gadis bodoh menahan mereka untuk sementara sebelum Huang Yao Shi
yang asli tiba di tempat itu. Tapi keempat orang bodoh tersebut menganggap
Huang Yao Shi adalah orang yang menyamar. (Emang bego nih mereka berempat.
Kayaknya mereka lebih bego dari Guo Jing deh hahaha ^_^)
Keempat orang bodoh tersebut mencoba
memukul Huang Yao Shi tapi tentu saja semuanya kalah. Huang Yao Shi bahkan
hanya perlu menggunakan satu tangan tanpa perlu menggerakkan tubuhnya sudah
bisa mengalahkan mereka semua. (kayak teri vs Hiu deh ckckck...)
Gadis Bodoh terlihat senang karena keempat
orang jahat itu kalah lalu Huang Yao Shi memerintahkannya untuk balas memukul
Liang Chi Weng yang tadi memukulnya.
“Dia tadi sudah memukulmu. Sekarang kau
bisa membalasnya.” Ujar Huang Yao Shi tegas.
“Aku tak bisa mengalahkannya.” Jawab si
gadis bodoh sedih.
“Siapa bilang kau tak bisa
mengalahkannya? Dia pukul hidungmu, kau juga pukul hidungnya. Satu pukulan
dibalas 3 pukulan.” ujar Huang Yao Shi membesarkan hati si gadis bodoh.
Akhirnya dengan dibantu Huang Yao Shi, gadis bodoh berhasil membalas dendam
memukul hidung Liang Chi Weng hahaha ^_^ Benyok mukanya si Dewa Ginseng, Liang
Chi Weng.
Menyadari bahwa yang mereka hadapi
adalah Huang Yao Shi yang asli, mereka berempat lari terbirit-birit, kali ini
tanpa kembali lagi. (hahaha ^_^ kapok. Sukurin). Guo Jing dan Huang Rong kembali bernapas lega karena satu penghalang telah diusir pergi.
Setelah keempat orang bodoh tersebut diusir pergi, Huang Yao Shi menyuruh mereka yang
tidak berkepentingan untuk ikut pergi dari penginapan tersebut. Lu Guan Ying buru-buru berkata bahwa Cheng
Yao Jia di sini untuk mencari paman seperguruannya. Cheng Yao Jia ternyata
adalah putri semata wayang Wu Mian Feng, murid Huang Yao Shi.
Cheng Yao Jia bercerita bahwa ayah
kandungnya adalah Wu Mian Feng, dan dia diangkat anak oleh keluarga Cheng yang
tidak memiliki keturunan karena sang ayah berhutang budi pada keluarga Cheng.
Itu sebabnya dia bermarga Cheng. Dengan kata lain, baik Lu Guan Ying maupun
Cheng Yao Jia adalah keponakan seperguruan Huang Rong walaupun secara umur
Huang Rong lebih muda dari mereka berdua.
Lu Guan Ying berkata bahwa ayahnya, Lu
Cheng Feng juga adalah paman seperguruan Cheng Yao Jia. Huang Yao Shi dengan
mudah mengakui Cheng Yao Jia sebagai cucu muridnya.
“Mereka berdua adalah cucu muridku,
kami masih memiliki hubungan kekeluargaan. Tapi kau tidak punya urusan apa pun
di sini, kenapa tidak cepat pergi? Apalagi yang kau tunggu?” ujar Huang Yao Shi
pada Sun Bu Er.
“Kakek Guru, dia adalah guruku.” Cheng
Yao Jia mencoba membela gurunya.
“Kau adalah cucu muridku, apakah masih
membutuhkan guru yang tidak berguna ini? Kungfu aliran Chuan Chin tidak layak
dipelajari.” jawab Huang Yao Shi dengan sinis, menunjukkan ketidaksukaannya
pada Sun Bu Er.
Sun Bu Er yang tidak terima mencoba
mengalahkan Huang Yao Shi tapi Huang Yao Shi mengalahkannya hanya dengan
sebelah tangan.
(Jiaahhh...di hadapan Huang Yao Shi,
kau hanyalah butiran debu. 7 Pendeta Chuan Chin bersatu aja gak bisa ngalahin
Huang Yao Shi, apalagi satu orang ckckck...Buang tenaga aja)
Setelah Sun Bu Er pergi, Cheng Yao Jia
segera mengenali si gadis bodoh dan menginterogasinya. Gadis itu berkata bahwa
dia adalah putri Wu Mian Feng, Yao Jia dan mereka pernah bertemu saat dulu
masih kecil. Yao Jia juga menanyakan apakah marganya Chi dan si gadis bodoh pun
membenarkannya. Cheng Yao Jia segera memeluk si gadis bodoh dengan gembira dan
memanggilnya, “Jie-jie” alias Kakak dengan penuh kelegaan.
Malam itu, mereka bertiga tinggal di
penginapan kosong tersebut dan Huang Yao Shi bahkan menikahkan Lu Guan Ying dan
Cheng Yao Jia saat mengetahui bahwa mereka berdua saling menyukai. Apalagi
kedua orang tersebut adalah sama-sama anak muridnya.
“Semua muridku tidak berguna, tapi
anak-anak mereka sangat baik. Sha Gu juga baik, hatinya sangat polos. Kalian
berdua juga baik, pasangan serasi. Aku suka kalian.” Ujar Huang Yao Shi memuji
cucu muridnya.
Dalam hati dia mengenang putri
kesayangannya yang dikiranya telah meninggal di tengah lautan.
“Melihat
mereka begitu sepadan, sungguh membuat orang iri. Rong’er dan Yao Jia juga kurang
lebih seumuran. Jika saja di Pulau Persik aku merestui pernikahan mereka,
Rong’er tidak akan pergi mencari Guo Jing dan tenggelam di tengah laut.”
Ujar Huang Yao Shi dalam hati dengan penuh penyesalan.
“Guan Ying, aku lihat kau sangat
menyukai Yao Jia.” Ujar Huang Yao Shi dapat menebak isi hati Guan Ying.
“Cucu murid tak berani.” Jawab Lu Guan
Ying, merasa rendah diri.
“Kalian adalah cucu muridku, apanya
yang tidak berani?” ujar Huang Yao Shi tak mengerti.
“Guru Nona Cheng...” Lu Guan Ying belum
selesai bicara namun Huang Yao Shi sudah memotong kalimatnya.
“Bikuni itu? Dia kenapa?” tanya Huang
Yao Shi galak.
“Dia bilang Wisma Awan tidak sebanding
dengan partai Chuan Chin. Dia bilang aku tidak pantas mendampingi Nona Cheng.”
Jawab Lu Guan Ying jujur.
“Aku paling benci dengan segala
peraturan. Apa itu cocok dan pantas? Semuanya omong kosong. Dia bilang kalian
tidak pantas bersama, aku justru ingin kalian menikah.” Seru Huang Yao Shi
tidak terima.
“Sebaiknya kalian menikah sekarang
saja.” Usul Huang Yao Shi tapi terdengar seperti perintah, membuat Lu Guan Ying
dan Cheng Yao Jia terlihat kaget mendengarnya.
“Sekarang?” ulang Lu Guan Ying tak
percaya.
“Apa kalian tidak bersedia?” tanya
Huang Yao Shi. Baik Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia tidak ada yang menjawab.
“Jika tidak menjawab berarti setuju.”
Ujar Huang Yao Shi membuat keputusan, kemudian meninggalkan mereka berdua untuk
bermalam pertama setelah menyuruh mereka untuk menikah.
Di ruang rahasia, Guo Jing dan Huang
Rong yang mengintip ikut merasa gembira untuk sepasang pengantin baru tersebut.
Melihat Guo Jing tersenyum gembira,
Huang Rong bertanya dengan penasaran, “Jing Gege, apa yang membuatmu begitu
senang?”
Guo Jing menjawab, “Aku sangat senang
bisa melihat mereka bersama.” Jawab Guo Jing dengan tulus.
Huang Rong tersenyum dan bertanya
malu-malu, “Bagaimana dengan kita? Kapan kita bisa menikah dan hidup bersama?”
tanyanya malu-malu.
Guo Jing menatap kekasihnya penuh cinta
dan menjawab mantap, “Segera! Aku berjanji padamu, segera.” Ujar Guo Jing tegas
dan mantap, spontan melupakan masalah perjanjian pernikahannya dengan si Putri
Mongol, Hua Cheng. Huang Rong tersenyum bahagia dan mengangguk mengiyakan.
Di luar rumah, Huang Yao Shi mulai memainkan
serulingnya lagi dengan harapan untuk membantu cucu muridnya lancar dalam
bermalam pertama. Huang Yao Shi memainkan lagu yang membuat orang yang memiliki
pikiran kotor/mesum/jorok akan menjadi gila dan merasa mereka ada di tempat
lain yang tidak seharusnya (seperti yang dialami oleh Chou Pho Tong dan Ou Yang
Khe yang bermimpi mencium wanita padahal mencium batu), tapi bila di sekitar
mereka benar-benar ada lawan jenis, maka suara seruling tersebut akan membuat
yang mendengarnya tidak bisa menahan diri (untuk melakukan hubungan intim).
Inilah yang dirasakan Guo Jing saat
ini. Dulu saat di Pulau Persik, Guo Jing benar-benar masih lugu dan polos yang
tidak mengerti masalah hubungan intim antara pria dan wanita, tapi kini, Guo
Jing mulai perlahan mengerti dan tidak sanggup mengendalikan dirinya untuk
“memiliki” wanita di hadapannya.
Di ruang rahasia, Guo Jing yang melihat
Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia saling berpegangan tangan dan bermesraan menjadi
terpengaruh dan tidak bisa mengendalikan dirinya. Apalagi di hadapannya sedang
duduk gadis secantik bunga yang merupakan kekasih hatinya.
Guo Jing mendadak merasakan sebuah
dorongan gairah yang sebelumnya tidak pernah dia rasakan. Dia mendadak ingin
mencium Rong’er dan menjadikan gadis itu miliknya. Guo Jing terus mendekatkan
tubuhnya ke arah Huang Rong, berniat menciumnya. Matanya berkobar penuh gairah
seorang pria dan tatapannya mengarah ke bibir Huang Rong yang terlihat sangat
menggoda di matanya. (Intinya Guo Jing mendadak nepsong gitu.)
“Jing Gege...Jing Gege, kau kenapa?”
tanya Huang Rong yang tampak salah tingkah melihat tingkah aneh Guo Jing yang perlahan
mendekatkan wajahnya.
“Jing Gege, fokus. Atur nafasmu.” Ujar Huang Rong salah tingkah saat melihat
Guo Jing semakin mendekat ke arahnya.
“Aku tak bisa. Rong’er, aku tak bisa
menahannya lagi.” Bisik Guo Jing dengan keringat di keningnya dan mata yang
berkobar penuh gairah.
Dia tampak sebisa mungkin mengendalikan
dirinya namun akhirnya dia tak sanggup dan justru semakin mendekat ke arah
Rong’er. (Dia gak tahan pengen nyium Huang Rong ceritanya hihihi ^_^)
“Jing Gege...Jing Gege...” Huang Rong
terus memundurkan wajahnya dengan salah tingkah, sementara Guo Jing justru
terlihat semakin mendekat.
Perlahan, wajah Guo Jing semakin
mendekat dan kini hanya berjarak tak lebih dari 5 cm dari bibirnya dan tak
lebih 3 cm dari leher gadis itu. Guo Jing tampak ingin mencium bibir Huang Rong
dari arah samping saat tiba-tiba Huang Rong mengarahkan bahunya ke arah wajah
Guo Jing.
Duri di rompi landak Huang Rong menusuk
pipi Guo Jing dan spontan membuatnya menjauh.
“Rong’er, tutup nadiku. Cepat!” ujar
Guo Jing seraya berusaha keras mengendalikan dirinya dan mengatur napasnya.
Note : Pertanyaannya, sejak kapan duri
di rompi landak Huang Rong bisa melukai Guo Jing? Perasaan sejak awal uda main
peluk-pelukan dengan erat tapi tak sekalipun Guo Jing terkena duri rompi
landak. Kok tumbenan sekarang manjur durinya? Hihihi ^_^ Sekarang aku malah
ngarepnya duri di rompi landaknya gak manjur. Nanggung amat scene-nya. Sekalian
kiss aja po’o hihihi ^_^ curang gitu kesannya. Yang Guo & Bibi Lung aja
dikasih kiss-kiss nepsong, kan? *gak sengaja ngeliat di you tube adegan kiss
nepsongnya Yang Guo 2014. Duh, klamut-klamut ala drakor. Jadi brasa drakor
bukan wuxia -__- Tapi Cuma itu doang yang kulihat, secara ngeliatnya aja gak
sengaja waktu cari LOCH 2017 tapi rekomendasinya malah kiss scene ROCH 2014*
filmnya aslinya kagak niat blas. GAK SUKA !!!
Akhirnya setelah Rong’er menutup nadi
Guo Jing, pemuda lugu (yang tak lagi lugu itu) berangsur-angsur kembali normal.
“Jing Gege, rompi landakku tidak
melukaimu, kan? Syukurlah. Kau tidak apa-apa kan sekarang” tanya Huang Rong
khawatir.
Guo Jing hanya menundukkan kepalanya
malu-malu, dia tampak merasa sangat bersalah karena hampir saja lepas kendali, “Bagaimana
aku bisa sama brengseknya dengan Ou Yang Khe? Maaf. Kau pukul aku saja.” ujar
Guo Jing merasa bersalah.
“Jing Gege, ini tidak apa-apa. Bocah
Tua Nakal saja tidak sanggup menahan seruling ayahku, apalagi kau yang sedang
terluka. Kau pasti tidak akan tahan.” Hibur Huang Rong.
Tapi Guo Jing yang merasa bersalah
karena hampir berlaku tidak pantas kepada sang kekasih, tetap tidak sanggup
menatap matanya, dan hanya mampu menunduk malu tanpa mengatakan apa-apa.
Tanpa mereka sadari sebenarnya jika
memang tidak memiliki pikiran kotor/mesum, maka tidak akan terpengaruh sama
sekali. Tapi jika memiliki pikiran kotor/mesum, barulah tidak akan tahan, sama
seperti yang dialami Guo Jing tadi. Jadi intinya, sebenarnya sedang terluka
parah atau gak, sama sekali gak ngaruh selama pikirannya bersih dan gak mesum.
Tapi kali ini karena terpengaruh
kemesraan Lu Guan Ying dan Cheng Yao Jia, secara insting, Guo Jing jadi ikutan
pengen. Untuk yang pertama kalinya, Guo Jing merasakan gairah seorang pria
kepada wanita, hanya saja dia terlalu lugu untuk mengetahui apa artinya.
Intinya mendadak pengen aja gitu ^_^
Lalu ada adegan Yang Kang yang tak
sengaja bertemu dengan Gurunya – Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe), Pendeta Ma Yu dan
Pendeta Wang Chu Yi yang juga datang ke Desa Niu. Yang Kang mengatakan
kebohongan (lagi) tentang Guo Jing yang telah tewas dibunuh oleh Huang Yao Shi
karena Huang Yao Shi ingin melampiaskan kemarahannya pada Guo Jing dikarenakan
Huang Rong meninggal di laut demi menyelamatkan Guo Jing.
Hal ini dilakukan Yang Kang karena
berpikir bahwa dia telah membunuh Guo Jing, karena takut gurunya akan marah
lalu dia mengarang indah tentang orang yang membunuh Guo Jing. Intinya, Yang
Kang yang menusuk Guo Jing tapi dia memfitnah Huang Yao Shi.
Sementara itu, Huang Yao Shi yang masih
mencari Guo Jing karena ingin membalaskan dendam “kematian” putrinya yang
meninggal di laut demi mencari Guo Jing (padahal aslinya mah nggak. Huang Yao
Shi dibohongi oleh Hou Tong Hai), bertemu dengan Bocah Tua Nakal dan Racun Barat.
Mereka bertiga saling kejar-mengejar
hingga akhirnya Bocah Tua Nakal kebelet pipis dan selagi berhenti sejenak untuk
pipis, Bocah Tua Nakal menepati janjinya pada Huang Rong untuk menjelaskan jika
Guo Jing tidak bersalah.
“Kenapa kau selalu bertanya padaku di
mana Guo Jing? Kau mau cari Guo Jing untuk apa? Ilmu dia itu aku yang
mengajarinya. Saat aku mengajarinya, si bocah bodoh itu tidak tahu sama sekali
bahwa yang dia pelajari adalah Kitab 9 Bulan.” Jelas Chou Pho Tong, menjelaskan
kesalahpahaman mereka di Pulau Persik.
“Walaupun begitu, aku tetap ingin
membunuhnya.” Ujar Huang Yao Shi bersikeras.
“Kenapa?” tanya Bocah Tua Nakal dengan
santainya.
“Rong’er mati demi menyelamatkannya.
Aku ingin membunuh bocah itu untuk balas dendam.” Jawab Huang Yao Shi
berapi-api.
Note : Ini yang namanya “KESALAHPAHAMAN
AWAL KERICUHAN”. Berawal dari Hou Tong Hai membohongi Huang Yao Shi kalau Huang
Rong tewas tenggelam di laut demi menyelamatkan Guo Jing. Lalu Yang Kang yang
tahu bahwa Huang Yao Shi sedang mencari Guo Jing dan ingin membunuhnya karena
ingin membalas kematian putrinya, melimpahkan kesalahan pada Huang Yao Shi
untuk menutupi kejahatannya sendiri. Kemudian 7 Pendeta Chuan Chin akhirnya
salah paham pada Huang Yao Shi juga. Chou Pho Tong yang jelas-jelas tahu bahwa
Huang Rong masih hidup dan Huang Yao Shi telah ditipu orang, juga memilih diam
dan tidak mengatakan yang sebenarnya hanya karena INGIN BERSENANG-SENANG. Dia
merasa senang jika melihat Huang Yao Shi sedih. Intinya mbulet ae kayak
sinetron hahaha ^_^
“Sesat
Tua Huang ini aneh, Rong’er jelas-jelas masih hidup, kenapa dia bilang sudah
mati? Mati dari mana? Tidak tahu dia mendengar berita bohong ini dari siapa,
tapi aku tidak akan memberitahukan yang sebenarnya padanya agar dia bersedih
lebih lama.” ujar Chou Pho Tong dalam hati sambil
tertawa licik.
Chou Pho Tong yang tahu bahwa Huang
Rong masih hidup dan baik-baik saja justru memilih diam dan tidak mengatakan
apa-apa karena menganggap sangat menyenangkan bila membuat Huang Yao Shi sedih
dan marah.
Di penginapan Chi Ling Feng, ketujuh
Pendeta Chuan Chin juga tiba di sana. Sun Bu Er berkata bahwa dia pernah
bertemu Huang Yao Shi di sini. Kemudian salah seorang dari mereka juga berkata
bahwa dalam perjalanan kemari, mereka bertemu dengan 7 Pendekar Jiang Nan. Khe Chen
Erl berkata bahwa mereka berjanji untuk bertemu dengan Huang Yao Shi di Pulau
Persik untuk menemani Guo Jing mengantar nyawa.
Karena Guo Jing tak sengaja membunuh
murid Huang Yao Shi yaitu Chen Xuan Feng jadi Huang Yao Shi menginginkan nyawa
Guo Jing sebagai gantinya (aslinya kan memang ingin mengantar nyawa, tapi
kemudian niat Guo Jing berubah jadi ingin melamar hihihi ^_^)
Ketika 7 Pendekar Jiang Nan sampai di
Pulau Persik, tak ada siapapun di sana (karena Huang Yao Shi sibuk mengarungi
lautan mencari Rong’er yang kabur mencari Guo Jing).
Kemudian Pendeta Chiu Chu Chi (Khu Chi
Khe) mengatakan bahwa menurut Yang Kang, Guo Jing telah tewas dibunuh oleh
Huang Yao Shi yang dendam karena putrinya meninggal demi menyelamatkan Guo
Jing.
Mendengar ini, Guo Jing sangat terkejut
dan bertanya pada sang kekasih, apa maksudnya.
“Yang Kang mengira dia telah
membunuhmu, jadi saat mereka bertanya, dia mencari seseorang sebagai kambing
hitam. Dia pasti merasa bahwa ayahkulah yang paling cocok dijadikan kambing
hitam. Karena ayah punya alasan yang cukup dan juga kemampuan untuk
membunuhmu.” Jelas Huang Rong pada sang kekasih.
“Yang Kang kenapa harus berbohong
seperti ini?” tanya Guo Jing kesal.
“Yang Kang ini memang pintar.” Ujar
Huang Rong, penuh sindiran tajam.
“Tapi kepintarannya digunakan untuk
kejahatan.” Jawab Guo Jing marah.
Kemudian salah satu Pendeta Chuan Chin
yang lain (Sorry, pendeta Chuan Chin yang hapal hanya Chiu Chu Ji (Khu Chi
Khe), Ma Yu, Wang Chu Yi dan Sun Bu Er doang. Yang lain gak hapal. Maklum,
nongolnya baru sekarang sih) menjelaskan bahwa dalam perjalanan ke penginapan
tersebut, dia bertemu dengan Chiu Pho Tong yang sedang dikejar oleh Huang Yao
Shi.
Tak lama kemudian, Chiu Chian Ren (PALSU)
datang ke sana dan semakin menambah runyam masalah dengan menceritakan
kebohongan yang lain bahwa Chiu Pho Tong telah mati dibunuh oleh Huang Yao Shi.
(entah tujuannya apa nih orang. Kalau Yang Kang berbohong kan tujuannya jelas
tuh yaitu untuk menutupi kejahatannya karena berpikir telah membunuh Guo Jing
jadi dia butuh kambing hitam).
Jadi sekarang, Huang Yao Shi difitnah
telah membunuh 2 orang yaitu Guo Jing dan Chiu Pho Tong. Guo Jing yang lugu
bahkan sempat percaya pada ceritanya, hingga akhirnya Huang Rong mengingatkan
sang kekasih bahwa di Wisma Awan bukankah Chiu Chian Ren (PALSU) telah
membohongi mereka semua. Guo Jing akhirnya sadar bahwa Chiu Chian Ren (PALSU)
hanya sedang mengarang kebohongan untuk mengadu domba, entah tujuannya apa.
“Benar. Benar. Benar. Dia itu pembohong
besar. Semua perkataannya tidak dapat dipercaya.” Guo Jing akhirnya percaya
pada sang kekasih.
“Jika ayahku memang ingin membunuh
Bocah Tua Nakal, dia sudah melakukannya sejak lama di Pulau Persik, untuk apa
tunggu hingga hari ini?” Jawab Huang Rong yang terdengar masuk akal di telinga
Guo Jing.
Setelah mengatakan kebohongan besar
itu, Chiu Chian Ren (PALSU) pergi begitu saja. Guo Jing yang mendengarnya dari
dalam ruang rahasia menjadi tidak tenang.
“Pendeta Ma Yu pernah mengajariku
tenaga dalam selama 2 tahun, bisa dibilang dia juga seperti guruku. Aku tidak
mau mereka bertarung karena aku.” Guo Jing bersikeras ingin keluar walaupun
pengobatannya masih belum selesai.
“Jing Gege, apa kau lupa janjimu pada
Rong’er?” tanya Huang Rong, mencoba membujuk dengan lembut.
“Tapi Rong’er...” Guo Jing ingin memprotes,
namun Huang Rong memotong kalimatnya, “Kau jangan panik dulu. Kita lihat saja
keadaannya. Mungkin saja ayahku dan mereka bertarung secara imbang, jadi kedua
belah pihak takkan ada yang terluka.” Huang Rong mencoba menenangkan
kekasihnya.
Setelah lama menunggu, akhirnya
seseorang berilmu tinggi tiba di sana. Tujuh Pendeta Chuan Chin mengharapkan
kedatangan Huang Yao Shi tapi ternyata sang murid, Mei Chao Feng yang tiba
lebih dulu di tempat itu.
Apakah kesalahpahaman yang ruwet kayak benang mbulet macem sinetron ini dapat
diselesaikan? Jawabannya ada di episode selanjutnya. Oh ya, di episode
selanjutnya adalah saat-saat kematian Mei Chao Feng yang tewas dibunuh oleh Ou
Yang Feng. Lalu si blangsak jelek, Ou Yang Khe juga secara tak sengaja
menemukan lokasi ruang rahasia dan mengetahui bahwa di dalam ruang rahasia
tersebut ada Guo Jing dan Huang Rong yang sedang bersembunyi untuk menyembuhkan
luka Guo Jing. Wah, ketahuan dong.
Bagi yang penasaran, sampai jumpa di
episode selanjutnya...
Berikutnya : Episode 33-34
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar