Sabtu, 01 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 26)

Setelah Guo Jing dan Ou Yang Feng diduga tewas tenggelam bersama kapal besar yang meledak dan terbakar di tengah lautan. Kini tinggal Huang Rong, Pengemis Tua Hong Chi Khong dan Ou Yang Khe yang berada di perahu yang sama dan tak sengaja terdampar di pulau terpencil. Bagaimanakah nasib Huang Rong saat harus bersama Ou Yang Khe, si pria hidung belang dan berotak mesum tanpa Guo Jing di sisinya? Oh Ya, di episode ini juga diperlihatkan bagaimana Huang Rong resmi diangkat menjadi Ketua Partai Pengemis (Kaypang) generasi ke-19 dan diajari ilmu “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing”.

Lalu bagaimanakah nasib Guo Jing? Benarkah dia tewas tenggelam di tengah lautan luas? 






Dan kisahpun berlanjut... 
Setelah dikisahkan terombang-ambing di tengah lautan luas, akhirnya Huang Rong, Pengemis Tua Hong Chi Khong dan si Racun Kecil, Ou Yang Khe terdampar di sebuah pulau terpencil. Ou Yang Khe tampak sangat gembira karena akhirnya mereka dapat menemukan sebuah daratan. Huang Rong yang tak punya pilihan (karena dia hanya seorang gadis kecil dan gurunya pun sedang terluka) terpaksa bersikap baik pada Ou Yang Khe dan meminta bantuannya untuk mencarikan gua untuk Huang Rong dan sang guru yang kini terluka parah akibat gigitan ular beracun Ou Yang Feng.

Awalnya Ou Yang Khe terlihat enggan, tapi karena yang menyuruhnya adalah seorang gadis muda yang cantik, seorang gadis yang dia sukai, jadi pria brengsek seperti Ou Yang Khe akhirnya luluh juga. 
( Emang cowok di mana-mana sama ya, liat cewek cantik langsung bertekuk lutut deh. Kan Huang Rong diceritakan sangat cantik bagai Dewi di puncak Gunung Salju, walaupun Li Yi Tong kurang cantik, tapi ceritanya dia sangat cantik, hingga si playboy Ou Yang Khe pun jatuh hati beneran.)

“Baiklah.” Jawab Ou Yang Khe menurut, hingga akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah gua untuk Hong Chi Khong beristirahat. Gua itu ditempati oleh guru dan murid tersebut, sementara Ou Yang Khe tetap di luar gua.

Kemudian Ou Yang Khe datang ke dalam gua untuk menyampaikan 2 buah kabar, kabar baik dan kabar buruk dengan wajah liciknya yang menyebalkan. Kabar baiknya, dia baru saja berburu 2 ekor kelinci liar untuk mereka masak, dan kabar buruknya adalah perahu kecil mereka hanyut ke tengah lautan jadi mereka takkan bisa ke mana-mana dan selamanya terkurung di pulau terpencil tersebut.

Ou Yang Khe menyampaikannya dengan senyum gembira. Dia merasa gembira karena dialah yang sebenarnya menghanyutkan perahu tersebut ke tengah lautan. Dengan harapan, setelah Hong Chi Khong mati karena gigitan racun ular sang paman maka hanya tinggal dia dan Huang Rong berdua di pulau terpencil. 

Jika hanya tinggal mereka berdua di pulau tersebut, maka dia akan dengan mudah memiliki Huang Rong. Huang Rong yang hanya seorang gadis muda tentu tidak akan sanggup mengalahkan Ou Yang Khe, yang seorang pria dengan kungfu yang lebih hebat dari dirinya. Dengan begitu, keinginannya untuk menikahi Huang Rong dan menjadikan Huang Rong miliknya akan terlaksana, apalagi saat itu mereka berpikir Guo Jing sudah meninggal.

Bahkan karena terlalu gembira, Ou Yang Khe tidak peduli dan tidak marah walau Huang Rong tetap bersikap sinis dan galak padanya. 
“Adik Rong, sekarang walaupun kau memukulku, memarahiku, aku tidak akan marah.” Ujar Ou Yang Khe dengan seringai menyebalkan. 
“Kenapa?” tanya Huang Rong curiga.

“Kau pikirkan saja, kita akan hidup bersama di pulau terpencil ini. Memikirkannya saja sudah membuatku sangat senang. Bagaimana aku bisa marah?” Jawab Ou Yang Khe dengan senyum menyebalkannya.


“Tidak tahu malu.” Umpat Huang Rong kesal. 
“Di sini tidak ada orang lain. Untuk apa aku malu padamu?” jawab Ou Yang Khe dengan nada tak tahu malu. ( Duh, nih manusia mesum satu, pasti otaknya lagi mikir yang enggak-enggak deh >_<)

“Tapi di pulau ini hanya ada kita bertiga, bukankah sangat kesepian?” ujar Huang Rong, mencoba mengubah strategi dengan merayu si playboy mesum tersebut. 

“Ada aku, bagaimana bisa kesepian? Lagipula, jika kita melahirkan banyak anak, pasti tidak akan pernah kesepian.” jawab Ou Yang Khe, otak mesumnya sudah memikirkan “indehoi” dengan Huang Rong dan memiliki anak darinya. (Ngimpi aja loe sana!)

“Siapa yang mau melahirkan anak? Aku tidak tahu caranya.” Jawab Huang Rong, kembali bersikap galak. 
“Aku akan mengajarimu.” Jawab Ou Yang Khe lagi. (Tuh, kan? Nih manusia satu, otaknya mesum mulu >__< Kagak doyan ma elu. Rong'er maunya sama Jing Gege! )

Setelah mengatakan kemesumannya, tangan Ou Yang Khe tak sengaja memegang daging kelinci panas yang sedang dipanggangnya. (ya sapa suruh loe bego? Uda tahu masih dibakar, malah dipegang. Ya panaslah ckckck...)

Huang Rong memanfaatkan kesempatan ini untuk mengerjai si racun kecil. Dia berpura-pura khawatir dan berkata ingin memeriksa tangan Ou Yang Khe, tapi saat si mesum tersebut lengah, Huang Rong memelintir tangan Ou Yang Khe dan memukulnya lalu lari ke dalam gua.

“Kau tidak apa-apa, kan? Sini, biar kuperiksa. Cepat!” Huang Rong berakting seolah dia khawatir pada Ou Yang Khe, membuat si mesum tersebut langsung terpesona dan jatuh dalam jebakan. (Ya kapan lagi coba Rong’er perhatian?)


“Panas, tidak? Sakit, tidak?” tanya Huang Rong dengan menggenggam tangan Ou Yang Khe yang sedang terpesona. 
“Sakit.” Jawabnya dengan ekspresi terpesona. 
“Ah...Tidak sakit.” Ralatnya, masih dengan wajah terpesona.

Note : Hahaha ^_^ Baru dipegang tangannya aja uda salah tingkah gitu, apalagi kalau dipeluk kayak Guo Jing, ya? Langsung klepek-klepek deh pastinya. Setidaknya walau Ou Yang Khe versi ini jelek dan super mesum, dia terlihat benar-benar suka dengan Huang Rong. Lucu saat melihat ekspresinya yang terpesona seperti itu. Lebih lucu lagi saat dia tahu dia sudah ditipu berkali-kali oleh Huang Rong tapi masih saja lagi, lagi, dan lagi jatuh dalam perangkap yang diciptakan oleh gadis itu. Ou Yang Khe versi ini memang lebih fresh dari pada Ou Yang Khe yang dulu-dulu. Saking kesengsemnya dengan kecantikan Huang Rong, sampai ditipu berkali-kalipun, dia tidak marah )

“Lain kali hati-hatilah.” Ujar Huang Rong lembut tapi kemudian memelintir tangan pemuda mesum tersebut dan menusuknya dengan rompi landak. (makanya punya otak jangan mesum mulu)

“Kau pakai rompi landak menusukku.” Ujar Ou Yang Khe kesakitan saat Huang Rong menusuknya dengan rompi landak. 

“Kuberitahu kau, jangan macam-macam padaku lagi. Lain kali aku akan memukulmu jadi sarang tawon.” Ancam Huang Rong galak.

“Aku tidak marah. Adik Rong, aku ada di luar. Jika kau butuh sesuatu, panggil aku saja.” Seru Ou Yang Khe lantang. Dia tampak tak mau menyerah.

Di dalam gua, Huang Rong hanya bisa menangis dalam pelukan sang guru yang memeluknya seperti memeluk putrinya sendiri. 

“Guru, ini semua salah Rong’er yang hanya tahu bermain, tidak berlatih dengan baik hingga tidak punya kemampuan untuk membunuh penjahat itu.” Huang Rong tampak menyesal. 


“Kungfu Ou Yang Khe di atas kungfumu, kau hanya bisa bertarung dengan kepintaranmu. Tidak bisa pakai tenaga. Rong’er, mulai sekarang, Guru hanyalah orang tua yang doyan makan dan minum, tidak bisa melindungimu lagi.” ujar Hong Chi Khong cemas.

“Guru, jangan khawatir. Ada Rong’er, Rong’er akan melindungimu.” Ujar Huang Rong dengan sayang. 
“Anak baik. Kau dan Jing’er adalah anak yang baik. Tidak tahu bagaimana nasib Jing’er sekarang. Guru sangat mengerti. Jika bukan karena aku si tua bangka ini, melihat perasaanmu pada Jing’er, hari itu kau pasti lebih memilih mati bersamanya.” Ujar Hong Chi Khong penuh penyesalan.

“Guru, anda jangan bicara seperti itu. Jika saja bukan karena aku dan Kakak Jing, guru takkan datang ke Pulau Persik. Jika guru tak datang ke Pulau Persik, maka hal ini takkan terjadi.” Jawab Huang Rong merasa bersalah.

 

“Anak bodoh, masalah ini di dunia ini hanya Tuhan yang tahu. Hanya saja, Jing’er ini terlalu jujur. Aku merasa Tuhan tidak seharusnya tidak berbelas kasih seperti ini. Tidak seharusnya. Tidak akan. Tidak mungkin. Kakak Jing-mu pasti masih hidup.” Ujar Hong Chi Khong memberi semangat.

Esoknya, Pengemis Tua itu teringat tentang pertemuan pengemis yang akan diadakan tanggal 15 bulan depan, pertemuan untuk membahas pemilihan Ketua baru. Awalnya Hong Chi Khong ingin memilih Guo Jing sebagai penerusnya dan mewariskan ilmu “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing” padanya serta mengangkatnya sebagai Ketua Baru Kaypang, tapi kini hidup Guo Jing masih belum diketahui dengan jelas. Akhirnya karena hanya Huang Rong yang ada di sampingnya sekarang, Hong Chi Khong pun memutuskan untuk menyerahkan jabatan Ketua Kaypang pada gadis muda tersebut.

Huang Rong awalnya menolak karena dia merasa dia masih terlalu muda untuk menjadi seorang Ketua, dia juga masih suka bermain-main, ditambah lagi dia adalah seorang gadis. 
“Guru, kau tidak mungkin bermaksud ingin mengangkat Rong’er jadi Ketua Kaypang, kan?” tanya Huang Rong curiga.


“Aku memang ingin mengangkatmu jadi ketua. Awalnya Guru ingin mengangkat Jing’er menjadi Ketua, tapi demi menyelamatkan pengemis tua ini, sekarang Jing’er tak tahu di mana keberadaannya. Guru tidak tahu berapa lama lagi akan hidup di dunia ini. Sebelum guru mati, setidaknya harus menyerahkan jabatan ini pada seseorang yang bisa dipercaya. Jika tidak begitu maka saat aku harus pergi ke neraka, aku juga tak punya muka lagi bertemu dengan para ketua sebelumnya.” Ujar Hong Chi Khong.

“Tapi Rong’er sejak lahir suka membuat masalah. Guru, bukan Rong’er tidak bersedia, hanya saja Rong’er takut mengecewakanmu.” Huang Rong tetap menolak.



Namun karena Hong Chi Khong berpura-pura sekarat, akhirnya Huang Rong pun terpaksa menurut pada sang guru. Di dalam gua tersebut akhirnya Hong Chi Khong mengangkat Huang Rong menjadi ketua baru Kaypang dan mengajarinya ilmu “36 Jurus Tongkal Pemukul Anjing”.


Setelah mengajari ilmu “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing”, Hong Chi Khong mendadak pingsan. Ou Yang Khe yang melihat Huang Rong sedang berusaha menyembuhkan sang guru, masuk ke dalam gua dan ingin membunuh Hong Chi Khong agar kelak dia hanya berdua dengan Rong’er. Huang Rong tentu tidak membiarkan hal ini terjadi, dia sempat bertarung dengan Ou Yang Khe dan membuat si mesum tersebut kalah dengan arahan dari Hong Chi Khong.

Ou Yang Khe dengan licik berlari keluar gua. Di luar gua, tanpa mendengar instruksi dari sang guru, Huang Rong akhirnya kalah. Ou Yang Khe hampir saja berbuat macam-macam pada gadis itu andai saja Hong Chi Khong tidak berpura-pura kuat dan memelintir tangan Ou Yang Khe, memaksanya untuk membuka totokan Huang Rong.

Sejak itu, Ou Yang Khe tak berani mendekati Huang Rong lagi. Tapi sayang, Hong Chi Khong hanya berpura-pura kuat. Huang Rong yang cemas tidak tahu sampai berapa lama bisa membohongi Ou Yang Khe, akhirnya menemukan sebuah cara untuk membunuh si racun kecil itu, yaitu dengan menjatuhkan sebuah batu besar dari atas tebing.


Huang Rong merayu Ou Yang Khe sekali lagi. Dan seperti biasa, Ou Yang Khe pasti jatuh dalam perangkap dengan mudah bila Huang Rong bersikap manis padanya. 

Note : Cowok kalau lagi jatuh cintrong ma cewek, logika gak jalan ya. Kayak si mesum satu ini, dia sudah pengalaman ditipu berkali-kali oleh Huang Rong, eh masih saja jatuh dalam perangkap ckckck... Yang o’on sapa sih?)

 

“Sungguh tidak disangka, kita berdua bisa terdampar di sini.” Huang Rong memulai siasatnya. 
“Mungkin ini adalah takdir dari Tuhan, juga jodoh kita berdua.” Jawab Ou Yang Khe, jatuh dalam perangkap. 

“Kakak Jing sudah mati. Kelak mungkin sudah tidak ada lagi yang baik padaku sepertinya.” Jawab Huang Rong, tetap memainkan siasatnya. 

“Tidak. Adik Rong, asalkan kau memberiku kesempatan. Aku pasti bisa lebih baik dari Guo Jing. Jujur saja, saat itu melamar ke Pulau Persik adalah ide dariku. Benar. Pamanku menginginkan Kitab 9 Bulan, tapi aku juga tulus ingin menikah denganmu.” Jelas Ou Yang Khe panjang lebar.

Dia tidak menyadari jika Huang Rong perlahan-lahan sedang memancingnya ke tempat di mana batu besar itu akan dijatuhkan. 
“Apa kau ini sebenarnya serius suka padaku? Apakah kau benar-benar tulus baik padaku?” lagi, Huang Rong merayu.


“Tentu saja. Adik Rong, sejak aku bertemu denganmu di Istana Chao, aku sudah jatuh cinta padamu. Senyummu, membuatku tergila-gila. Benar. Aku Ou Yang Khe, sebelumnya memang memiliki banyak wanita, ini fakta. Tapi terhadapmu aku sangat tulus. Aku bersedia memberikan segalanya untukmu. Walau sekarang aku tak bisa mendapatkanmu, tak masalah. 5 tahun, 10 tahun, walaupun seumur hidup, aku tetap akan menunggu hingga kau berpaling. Adik Rong, berikanlah aku satu kesempatan.” Ujar Ou Yang Khe, mengoceh panjang lebar. Tanpa menyadari Huang Rong sedang menyiapkan jebakan untuknya.

Saat Ou Yang Khe mengulurkan tangan ke arah Huang Rong, gadis itu memanfaatkan kesempatan tersebut untuk melilitkan ranting di tubuh Ou Yang Khe. Dan saat playboy mesum tersebut bergerak maka spontan batu besar tersebut jatuh menimpa kakinya.

Tepat pada saat Ou Yang Khe jatuh tertimpa batu besar, Guo Jing dan Ou Yang Feng muncul di sana.
(Welcome back to the scene, William ^_^ Jie-jie miss you so much xixixi ^_^)


“Rong’er.” Panggil Guo Jing dengan gembira saat melihat kekasihnya ada di pulau yang sama. 
(Emang jodoh gak ke mana-mana, ya ^_^)

“Jing Gege.” Huang Rong juga berseru girang saat melihat kekasih hatinya tiba-tiba saja muncul entah dari mana. Guo Jing segera berlari ke arah Huang Rong dan memeluknya erat penuh kerinduan. 
( Kangen-kangenan dulu lah bentar, kan uda lama gak pelukan nih.)


“Rong’er.” Panggil Guo Jing sekali lagi. (Udah, jangan lama-lama peluknya. Jie-jie kan jadi iri ceritanya hahaha ^_^) 
“Jing Gege, aku tidak bermimpi, kan?” Huang Rong balas memeluk kekasihnya dengan erat. (tukeran tempat dong, Meme Li Yi Tong hahaha ^_^)


Sementara kedua pemeran utama kita sedang asyik peluk-pelukan dan melepas kangen, Ou Yang Khe sedang kesakitan karena kakinya tertimpa batu besar dan sang Paman tercinta sibuk berusaha menolongnya.

( Loe kena karma batu, Ou Yang Khe! Siapa suruh waktu di Pulau Persik pake cium-cium batu segala? Batunya merasa ternista tuh, makanya sekarang kakimu tertimpa batu wkwkwk ^_^ Blogger gak benci Ou Yang Khe kok, cuma sebel aja setiap ingat ada yang bilang kalau Ou Yang Khe lebih ganteng dari Guo Jing. Ganteng pala loe peyang >__<)

“Rong’er, ini benar aku.” Ujar Guo Jing dengan gembira. 
“Jing Gege, Rong’er pikir seumur hidup takkan bisa bertemu denganmu lagi.” Ujar Rong’er terharu dan gembira. 

“Rong’er, aku juga.” Jawab Guo Jing. Namun kemesraan mereka terganggu setelah mendengar jerit kesakitan Ou Yang Khe.

Akhirnya, Ou Yang Feng menyandera Pengemis Tua agar mereka semua mau menolong sang keponakan.
Huang Rong bersedia menolong dengan memberikan 3 syarat : 
1. Di pulau ini, Ou Yang Feng tak boleh membunuh mereka bertiga (Guo Jing, Huang Rong, Hong Chi Khong). 
2. Pertandingan memilih menantu di Pulau Persik, Ou Yang Khe sudah kalah jadi Ou Yang Feng kelak tak boleh lagi kembali melamar pada Huang Yao Shi. 
3. Jika tak berhasil menolong Racun kecil dan dia tetap mati, Ou Yang Feng tak boleh menuntut balas pada mereka karena ini adalah kehendak Tuhan.

Ou Yang Khe walau tahu bahwa ini semua adalah jebakan Huang Rong tapi dia tetap tidak mengadukan gadis itu pada sang Paman. 
“Walau mati di tanganmu, aku rela.” Ujarnya, terdengar tulus.


Di dalam gua, Hong Chi Khong bercerita bahwa semua orang di dunia ini ditakdirkan untuk mengalami satu hal yang sudah pasti akan terjadi, yaitu perpisahan. Setelah mendengar kata perpisahan, Guo Jing spontan memandang Rong’er dan berpikir tentang bagaimana dia hampir saja berpisah dengan sang kekasih dan ini membuatnya sangat bersyukur karena telah diberi kesempatan untuk kembali bertemu dengan sang kekasih.



Keesokan harinya, Guo Jing dan Huang Rong berjalan-jalan di pantai seraya bergandengan tangan dengan mesra. Huang Rong mulai bercerita tentang masa kecilnya yang kesepian di Pulau Persik. 


“Jing Gege, kau tahu tidak? Sejak kecil, aku tumbuh di Pulau Persik. Walau ayah sangat menyayangiku tapi dia jarang menemaniku bermain. Selain para pelayan bisu, tidak ada orang lain. Jadi saat masih kecil, Rong’er sering mendatangi tepi laut. Tidak peduli ada masalah apa, besar atau kecil, Rong’er selalu menceritakannya pada laut luas.” Huang Rong mulai bercerita tentang masa kecilnya pada Guo Jing.



Guo Jing yang awalnya menatap Huang Rong, sekilas memandang laut lepas, kemudian dia kembali menatap sang kekasih dan berkata lembut, “Kelak ada aku, kau punya masalah apa, katakan saja padaku.” Ujarnya dengan tersenyum penuh cinta.


 

( Kelak ada kamu ya, Jing Gege? Kok pede amat? Uda lupa sama si Putri Mongol, ya? Gimana kabar tunanganmu yang satu lagi? Di dalam hati Jing Gege hanya ada Rong’er, dia bahkan lupa sama sekali bahwa dia juga memiliki tunangan yang lain yaitu Hua Cheng...)


“Jing Gege, apa kau mau menjadi Ketua Kaypang?” tanya Huang Rong, ingin memberikan jabatan itu pada Guo Jing. 

“Bukankah Guru sudah memilihmu sebagai Ketua Kaypang yang baru?” Guo Jing balik bertanya dengan heran. 


“Tapi aku seorang gadis, tak pantas menjadi Ketua. Kau coba bayangkan, kelak jika kau jadi Ketua, ada pengemis besar dan pengemis kecil yang semuanya memberi hormat padamu. Bukankah itu sangat keren?” bujuk Huang Rong. Tapi Guo Jing bukanlah seseorang yang ambisius yang gila jabatan.

“Aku tak bisa menjadi Ketua Kaypang. Aku tak punya ide apa pun. Jangankan hal besar, hal kecil saja, tidak terpikirkan olehku.” jawab Guo Jing dengan polosnya.


“Tapi jika kau tak mau menjadi Ketua, kau tak bisa belajar “36 Jurus Tongkat Pemukul Anjing.” ujar Huang Rong. 
“Kau atau aku yang belajar, tidak ada bedanya.” Jawab Guo Jing bijaksana.

Kemudian angin bertiup kencang dan mengacaukan rambut mereka. Huang Rong melihat rambut Guo Jing berantakan lalu merapikan rambut kekasihnya. 
“Jing Gege, lihat! Rambutmu berantakan.” Ujarnya lembut seraya merapikan rambut Guo Jing. 


Saat itulah tiba-tiba air laut mulai pasang dan hampir membasahi kaki mereka. Huang Rong yang melihatnya segera meraih tangan Guo Jing dan mengajaknya menjauhi pantai. Tapi dari sanalah Huang Rong mendapat ide untuk mengangkat batu besar yang menimpa kaki Ou Yang Khe.

Episode berikutnya, Ou Yang Feng dan Ou Yang Khe meninggalkan mereka bertiga di pulau tersebut. Kemudian di tengah laut saat hampir tenggelam, mereka bertemu dengan kapal milik Wan Yen Hong Lieh. Guo Jing dan rombongannya pun akhirnya naik ke atas kapal yang sama. Wah, ketemu lagi dong, ya?

Karena episode di kapal Wan Yen Hong Lieh hampir tak ada sweet moment alias adegan mesra atau adegan romantis antara Guo Jing dan Huang Rong (karena mereka ditawan gimana bisa mesra-mesraan?) jadi kemungkinan besar pasti akan dipersingkat dan diambil intinya saja. Atau mungkin akan langsung di skip di adegan di Desa Niu hihihi ^_^

Berikutnya : Episode 27-28

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads