Jumat, 28 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 44 Part 2)

Masih pada episode yang sama yang terpaksa harus dipecah jadi 2 bagian karena terlalu panjang. Kini sampailah kita di episode-episode terakhir menuju ending yang diwarnai oleh kisah sedih di hari minggu, uuppss, maksudnya diwarnai adegan yang bikin nyesek dan baper antara Guo Jing dan Huang Rong. Setelah mengucapkan janji sehidup semati tidak akan pernah berpisah, Guo Jing seolah melupakan janji yang sudah dia ucapkan begitu saja setelah melihat keempat gurunya (yang satu belum ketemu) tewas secara mengenaskan di makam rahasia Ibu Rong’er.

Untuk yang pertama kalinya sejak mereka bertemu, Guo Jing membentak Huang Rong dengan kasar dan memperlakukannya dengan dingin. Poor Rong’er T__T Dengan mudah, Guo Jing masuk dalam perangkap yang sudah disiapkan oleh Yang Kang. "Can’t believe that I'm the FOOL AGAIN". Cocok kan dengan judul artikelnya?? ^_^ FOOL Emang nih Guo Jing, masalah belum jelas, sudah langsung menuduh calon ayah mertua sebagai tersangka tanpa lebih dulu diselidiki dengan kepala dingin. Lebih bodoh lagi, dia sendiri yang memutuskan hubungannya dengan Rong’er. Harusnya jangan dikasih balikan dengan gampang, biar Guo Jing merasakan penderitaan karena telah menyia-nyiakan Rong’er. Sangat kesal saat melihat strategi “Devide Et Impera” Yang Kang untuk memisahkan Guo Jing dan Huang Rong berjalan sempurna dan sesuai dengan rencana.

Oke deh, bagi yang merasa penasaran dengan kelanjutan kisah ini. Mari kita simak potongan adegan di bawah ini... Buat yang belum nonton, mungkin potongan adegan ini dapat memberikan sedikit gambaran






Dan kisahpun berlanjut... 
“Bagaimana dengan aku? Apa rencanamu padaku?” tanya Huang Rong lirih dengan mata berkaca-kaca, membuat Guo Jing sadar bahwa masih ada Rong’er yang tidak bersalah, terperangkap di tengah masalah ini.

Guo Jing spontan menatap sang kekasih dengan ekspresi tak terbaca dan menggeleng-gelengkan kepalanya seolah menyangkal. Mungkin Guo Jing ingin menyangkal kenyataan bahwa gadis yang dicintainya adalah putri dari pembunuh guru-gurunya.


“Aku tidak tahu. Aku tidak tahu.” Jawab Guo Jing seraya berlari meninggalkan Huang Rong begitu saja.

Guo Jing seolah melupakan janji yang baru saja dia ucapkan bahwa apa pun yang terjadi, “Dia, Guo Jing, tidak akan pernah berpisah dengan Rong’er”. But now what? He leave her alone...

Setelah meninggalkan Huang Rong di dalam rumah Persik, Guo Jing menggali tanah yang cukup dalam dan lebar untuk menguburkan keempat gurunya. Dia menggali tanah dengan menggunakan pedang guru ketujuhnya hingga membuat tangannya terluka dan berdarah saat pedang tersebut mendadak patah. Di belakangnya, Huang Rong setia menemani tanpa kata.

Melihat tangan Guo Jing terluka terkena patahan pedang, Huang Rong spontan menghampiri kekasihnya khawatir.

“Jing Gege...” panggil Huang Rong dengan panik, tapi Guo Jing justru menghempaskan tubuh Huang Rong dengan kasar hingga gadis itu terjatuh ke tanah dengan keras.

Akhirnya karena pedangnya patah, Guo Jing pun menggali dengan tangannya. Dia membuat tanah tersebut menjadi merah karena terkena ceceran darah di tangannya, tapi Guo Jing seperti mati rasa dan tidak merasakan sakit di tangannya.


Note : Aktingnya William Yang saat marah dapet banget. Terlihat sangat menjiwai. Adegan ini benar-benar terlihat sangat dramatis. Dia minta maaf gak ya waktu adegan mendorong Li Yi Tong dengan kasar??

Kemudian sampailah kita pada adegan yang “DIPOTONG” di DVD versi Indonesia. Karena kalau di DVD aslinya di China, adegan ini sebenarnya ADA. Entah kenapa di DVD bajakan di Indonesia dipotong >__<


Kemudian Guo Jing berteriak lantang pada udara “Kenapa?” seraya menjatuhkan dirinya dengan lemas di tanah sambil menangis pelan. Guo Jing seolah kehilangan kekuatannya. Dia terduduk lesu di sisi lubang makam yang sudah digalinya.


Huang Rong yang melihat sang kekasih seolah kehilangan rohnya, spontan berlutut di sampingnya dan memeluknya dalam diam. Guo Jing terdiam membisu tanpa kata dan hanya menatap kosong dengan linglung dan ekspresi kesedihan tampak jelas di sana.

“Jing Gege...” Huang Rong memanggil nama Guo Jing dengan lembut sambil tetap memeluknya. 

 

Tak mampu berkata apa-apa untuk menghiburnya, Rong’er hanya mampu memanggil nama Guo Jing dengan lembut dan lirih, berharap panggilan itu dapat mengembalikan separuh jiwa Guo Jing yang seolah terbang entah ke mana.

Tak terdengar suara isak tangis, hanya air mata yang mengalir turun secara perlahan di wajahnya yang tampan. Ekpresi kesedihan dan kehilangan di wajahnya tampak begitu jelas.



Setelah termenung sesaat, Guo Jing pun kembali melanjutkan kewajibannya untuk menguburkan keempat gurunya dengan layak. Namun saat akan mengatur posisi guru keduanya sebelum dikuburkan, Guo Jing menyadari sang guru menggenggam sebuah giok berbentuk sepatu di tangan kanannya.


Guo Jing yang mengira bahwa itu adalah milik Ibu Rong’er spontan melemparkannya kepada Huang Rong dengan kesal. Huang Rong yang mengetahui bahwa perhiasan itu bukan milik sang ibu hanya memandang dengan bingung.

Note : Kelak diketahui bahwa giok berbentuk sepatu itu adalah barang kenangan antara Yang Kang dan Mu Nian Chi yang seperti telah diketahui bahwa dalam pertandingan silat mencari jodoh, Yang Kang merebut sepatu Mu Nian Chi. Jadi sepatu adalah barang kenangan milik mereka berdua. Sebelum Yang Kang membunuh guru kedua Guo Jing, guru kedua sempat mencuri sesuatu dari tubuh Yang Kang untuk digunakannya sebagai barang bukti.



Setelah meletakkan keempat gurunya di liang lahat, Guo Jing terlebih dulu memberikan mereka penghormatan terakhir. Guo Jing sempat memuntahkan darah akibat terlalu menahan kesedihannya, membuat Huang Rong semakin khawatir. 

“Jing Gege, jika kau bersedih, maka menangislah. Kau memendamnya, bisa membuatmu terluka dalam.” Pinta Huang Rong lembut seraya meneteskan air mata.

Guo Jing tak menjawab, dan tak lama setelah itu, mereka mendengar suara teriakan guru keempat Guo Jing yang ternyata masih hidup, Nan Shi Ren. Mendengar suara sang guru, otomatis Guo Jing segera berlari ke asal suara itu dan menemukan guru keempatnya di hutan persik sedang terlilit ranting persik dan berusaha melarikan diri dari jeratan ranting tersebut. Dia tampak kacau seperti orang yang kesurupan.

Sang guru tampak tak mengenali sang murid dan justru memukulnya bertubi-tubi dengan keras. Guo Jing yang merasa bersalah, diam saja tidak melawan saat sang guru memukul perutnya hingga membuatnya kembali memuntahkan darah.


Huang Rong yang ingin menolong sang kekasih agar tidak dipukul oleh sang guru pun, kembali didorong dengan kasar oleh Guo Jing. 
“Minggir!” serunya kasar, menolak pertolongan Huang Rong padanya.

Untuk yang kedua kalinya Guo Jing mendorong Huang Rong dengan kasar, tapi lagi-lagi Huang Rong menerima dengan sabar dan pengertian semua kekasaran Guo Jing. (kasian Rong’er >___<)

Guru keempat yang seperti sudah kerasukan setan bahkan ingin menghantamkan sebuah batu besar ke arah kepala Guo Jing. Huang Rong tentu tidak bisa diam saja melihat pria yang dicintainya mati konyol di hadapannya, dia segera mendorong guru keempat Guo Jing agar tidak menghantamkan batu besar itu pada kekasihnya.

Guru keempat terjatuh keras ke tanah, membuat Guo Jing serta merta kembali menyalahkan Huang Rong karena telah mendorong guru keempatnya yang sudah terluka parah. (Padahal nih Huang Rong niatnya nolong biar sang pacar gak ditimpuk batu. Lagi-lagi malah disalahkan. Poor Rong’er T___T)

“Jing Gege, apa kau tidak apa-apa?” tanya Huang Rong khawatir. 
“Kenapa kau memukul guru keempatku?” bentak Guo Jing dengan kasar, kembali menyalahkan Rong’er.
( Duh, nih cowok satu bikin geregetan deh...Giliran Rong’er ninggalin elu, baru deh nyari’in >__<)

“Aku hanya mendorongnya ringan saja. Jing Gege, maaf.” Ujar Huang Rong dengan sabar dan pengertian.
( Duh, Huang Rong-nya sangat baik hati dan sabar banget, jadi gak bisa gak suka nih, walau pemerannya kurang cantik )


Huang Rong yang pengertian dan baik hati, berniat baik untuk menolong guru keempat, namun tiba-tiba saja guru keempat kembali menggila seperti orang kerasukan dan memukul Huang Rong dengan keras, tak sengaja mengenai rompi landaknya. 


Huang Rong terlempar keras sekali lagi ke tanah. Tapi Guo Jing tak datang menolongnya, tidak peduli padanya dan justru menyalahkan sang kekasih karena melukai guru keempatnya dengan rompi landaknya.

Kelak, racun Ou Yang Feng yang tak sengaja mengenai rompi landak Huang Rong dan menempel di rompi tersebutlah yang pada akhirnya akan menjadi senjata makan tuan untuk Yang Kang, saat Yang Kang berniat membunuh Huang Rong ketika gadis itu membuka kejahatannya bahwa Yang Kanglah yang membunuh Ou Yang Khe. Niat hati ingin membunuh Huang Rong untuk menutup mulut tapi malah terkena racun Ou Yang Feng yang tak sengaja menempel di rompi landak Huang Rong ketika Nan Shi Ren memukulnya hari ini.

Huang Rong yang ingin menolong, kembali dibentak dengan kasar oleh Guo Jing, “JANGAN KEMARI!” (Duh, beneran deh, pengen aku gampar pake bibir nih cowok satu. Kasar amat, ya?? Ckckck...Untung cewek loe sabar )


Di saat-saat terakhir hidupnya, akhirnya Nan Shi Ren dapat mengenali sang murid dan sempat ingin menuliskan petunjuk di sana. Tapi sayang, lagi-lagi sebelum tulisan itu lengkap, maut telah lebih dulu datang menjemputnya. Dan lagi-lagi juga, tulisan yang belum lengkap tersebut mirip dengan huruf “Timur”, walau maksud sebenarnya adalah “Barat.”

Guo Jing pun akhirnya menggotong mayat guru keempatnya ke lubang di mana keempat gurunya telah lebih dulu diletakkan di sana. Huang Rong berniat baik ingin membantu memberi jalan tapi Guo Jing yang sedang kalap, lagi-lagi berkata kasar kepada kekasihnya.

“Jing Gege, kau seperti ini tidak akan bisa keluar. Rong’er akan bantu kau tunjukkan jalan.” Ujar Huang Rong lembut.

“Mulai hari ini dan seterusnya, aku Guo Jing walaupun harus mati, tidak akan sudi menerima kebaikan sedikitpun dari orang Pulau Persik.” Ujarnya penuh kemarahan.

Note : Halah, omong kosong loe, Jing Gege. Katanya “Tidak akan sudi menerima kebaikan sedikitpun dari orang Pulau Persik” tapi dibantu Rong’er memenangkan setiap perang, bahkan dibantu mengungkapkan kebenaran tentang siapa pelaku sebenarnya. Tak hanya itu, bukankah kau juga berlutut meminta maaf agar Rong’er mau memaafkanmu? Kurang itu harusnya. Guo Jing nyakitinnya dalem, masak iya segampang itu Rong’er memaafkan? Sayangnya pihak rumah produksi dikejar biaya produksi ya makanya ceritanya terpaksa dipangkas saat menuju ending hiks T__T Adegan Guo Jing menderita karena merindukan Rong’er gak dimunculin *sigh* Padahal penting itu untuk menunjukkan penyesalan Guo Jing dan sedalam apa cintanya >___<)

Tapi walau begitu, Huang Rong tetap menunjukkan jalan dan tetap setia mendampingi Guo Jing walau Guo Jing telah berkali-kali bersikap kasar padanya. Setelah menguburkan kelima gurunya dan memberikan penghormatan terakhir, Guo Jing pun berniat pergi begitu saja. Namun Huang Rong yang masih tidak rela ditinggalkan, sempat menahan tangannya, meminta Guo Jing untuk tidak meninggalkannya.


“Jing Gege, kau ingin pergi ke mana?” tanya Huang Rong dengan lirih. 

Guo Jing hanya menatapnya dengan tatapan sedingin es yang menusuk hingga ke tulang. 
“Pergi balas dendam untuk guruku.” Jawabnya dingin.

 

“Tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan ayahku membunuhmu.” Ujar Huang Rong khawatir, karena dia tahu kungfu Guo Jing masih kalah dengan ayahnya.

 

Tapi Guo Jing justru membalas kecemasan gadis itu dengan menghempaskan tangan Huang Rong dengan kasar dan menatapnya tajam, “Siapa yang mati di tangan siapa, semuanya masih belum jelas.” Jawabnya sedingin es, kemudian berjalan pergi meninggalkan sang kekasih begitu saja.

Kemudian sampailah kita pada adegan kedua yang “DIPOTONG” di DVD versi Indonesia. Karena kalau di DVD aslinya di China, adegan ini sebenarnya ADA. Entah kenapa di DVD bajakan di Indonesia dipotong >__<



Adegan kedua yang DIPOTONG terssebut adalah saat Guo Jing menaiki perahu meninggalkan Pulau Persik. Dalam DVD Bajakan yang ada di Indonesia, diperlihatkan adegan saat Guo Jing membuang boneka wayang golek miliknya yang merupakan mainan favoritnya dan Rong’er ke dalam lautan.




Dalam versi ASLI, sebelum membuang boneka wayang golek tersebut, Guo Jing sempat memanggil sepasang rajawali putih miliknya dan meminta pada mereka untuk menemani Rong’er di Pulau Persik agar Rong’er tidak kesepian.

 



Adegan sederhana namun menyentuh ini justru DIHAPUS TANPA ALASAN oleh produsen DVD bajakan di Indonesia. Dengan dihapusnya adegan ini seolah menunjukkan kesan bahwa Guo Jing adalah pria yang tak punya hati nurani karena meninggalkan sang kekasih begitu saja, padahal sebenarnya TIDAK. Guo Jing masih tidak tega meninggalkan Rong’er sendiri, itu sebabnya dia meminta sepasang rajawali putih miliknya untuk menemani.

Kemudian adegan beralih pada Pendeta Ma Yu dan Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe) yang berjalan ke arah Loteng Dewa Mabuk untuk memenuhi janji pertarungan tanggal 15 Agustus. Intinya dia mengenang pertemuannya dengan Tujuh Pendekar Jiang Nan dan taruhan mereka selama 18 tahun.


Kemudian adegan beralih lagi pada Guo Jing yang datang seorang diri ke Jia Xing dengan menuntun si kuda merah dan berjalan dengan tertunduk. Dia tak sengaja berjalan melewati penjual kue lalu berhenti untuk membelinya, ternyata itu adalah kue favoritnya semasa kecil. Kue itu dulu sering dibeli oleh guru ketujuhnya untuknya makan, karena tahu jika Guo Jing sangat menyukai kue tersebut.


Setelah membeli kue, Guo Jing akhirnya tiba di Rumah Makan “Loteng Dewa Mabuk”. Guo Jing teringat kenangan terakhirnya bersama keenam gurunya. Dia seolah dapat mendengar suara mereka di sana. Guo Jing pun tersenyum tanpa sadar saat teringat kenangan itu namun senyuman itu kembali musnah saat mengingat bahwa kelima gurunya sudah tak ada lagi di dunia ini.


Note : Modifikasi kecil super kreatif kembali lagi nih. Dalam novel, tidak ada adegan mengenang keenam guru di rumah makan, seolah Guo Jing tidak sayang pada gurunya. Tapi di versi 2017 dimunculkan adegan “kenangan” yang membuat hati penonton ikut trenyuh dan iba. Adegan sederhana namun menimbulkan kesan mendalam sepertinya HANYA ADA DI VERSI LOCH 2017.

Tak lama kemudian, Guo Jing bertemu dengan Pendeta Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe) yang juga datang 2 hari lebih cepat karena terlalu gembira karena tak lama lagi dapat bertemu dengan teman lamanya yaitu 7 Pendekar Jiang Nan. Pendeta Chiu membawa sebuah kuali yang besar berisi arak, bermaksud ingin mengulang kembali adegan 18 tahun yang lalu.



Saat melihat Guo Jing, dia tampak sangat gembira, karena mengira keenam gurunya juga telah tiba di sana 2 hari lebih cepat untuk merayakan pertemuan pertama mereka. Namun setelah dia mendengar dari Guo Jing, yang dengan berlinang air mata memberitahunya bahwa kelima gurunya sudah tewas secara tragis, Pendeta Chiu tampak sangat shock dan marah. Dia melemparkan kuali tersebut karena merasa itu sudah tidak ada gunanya lagi.

 

Kemudian dia bertanya siapa yang sudah membunuh kelima guru Guo Jing, dan tepat pada saat Guo Jing akan mengatakannya, mereka mendengar suara Huang Yao Shi yang datang dengan dikepung oleh Para Pendeta Chuan Chin.

 

“Huang Yao Shi. Dia yang membunuh kelima guruku.” Ujar Guo Jing penuh dendam membara, membuat Pendeta Chiu shock mendengarnya.

To Be continued...

Berikutnya : Episode 45

Blogger Opinion : 
Sebenarnya dalam episode 44 ini ada dua buah adegan yang DIPOTONG dalam DVD bajakan versi Indonesia. Adegan yang sebenarnya ADA dalam versi asli di China sana. Tapi entah kenapa dalam DVD bajakan di Indonesia malah dipotong tanpa alasan.

Adegan pertama yang DIPOTONG adalah saat Guo Jing terduduk lemas dan termangu-mangu setelah meneriakkan lantang kesedihannya pada udara, “KENAPA?” kemudian Huang Rong berlutut di sampingnya dan memeluknya lembut sambil menangis.


Lalu adegan kedua yang DIPOTONG adalah saat Guo Jing menaiki perahu meninggalkan Pulau Persik. Dalam DVD Bajakan yang ada di Indonesia, diperlihatkan adegan saat Guo Jing membuang boneka wayang golek miliknya yang merupakan mainan favoritnya dan Rong’er ke dalam lautan. Dalam versi ASLI, setelah membuang boneka wayang golek tersebut, Guo Jing sempat memanggil sepasang rajawali putih miliknya dan meminta pada mereka untuk menemani Rong’er di Pulau Persik agar Rong’er tidak kesepian.

Adegan sederhana namun menyentuh ini justru DIHAPUS TANPA ALASAN. Dengan dihapusnya adegan ini seolah menunjukkan kesan bahwa Guo Jing adalah pria yang tak punya hati nurani karena meninggalkan sang kekasih begitu saja, padahal sebenarnya TIDAK. Guo Jing masih tidak tega meninggalkan Rong’er sendiri, itu sebabnya dia meminta sepasang rajawali putih miliknya untuk menemani.
Beberapa episode menuju ending ini akan diwarnai oleh banyak sekali drama menyayat hati antara Guo Jing dan Huang Rong. Tak lama lagi, penonton akan disajikan adegan menguras emosi dan air mata. Guo Jing dan Huang Rong untuk pertama kalinya akan berpisah dalam jangka waktu yang lumayan lama akibat sebuah kesalahpahaman yang diciptakan Yang Kang dan Wan Yen Hong Lieh.

Dalam novel diceritakan bahwa Guo Jing dan Huang Rong berpisah selama 1 tahun lamanya sebelum akhirnya Huang Rong kembali menemui Guo Jing di Mongolia dan membantunya memenangkan setiap perang. Tapi itu nanti, tak lama setelah ini. Intinya, episode-episode menuju ending ini yang gak aku suka, karena banyak adegan sedihnya yang membuatku merasa kasihan pada Huang Rong.

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads