Masih pada episode yang sama yang
terpaksa harus dipecah jadi 2 bagian karena terlalu panjang. Kini sampailah
kita di episode-episode terakhir menuju ending yang diwarnai oleh kisah sedih
di hari minggu, uuppss, maksudnya diwarnai adegan yang bikin nyesek dan baper
antara Guo Jing dan Huang Rong. Setelah mengucapkan janji sehidup semati tidak
akan pernah berpisah, Guo Jing seolah melupakan janji yang sudah dia ucapkan
begitu saja setelah melihat keempat gurunya (yang satu belum ketemu) tewas
secara mengenaskan di makam rahasia Ibu Rong’er.
Untuk yang pertama kalinya sejak mereka
bertemu, Guo Jing membentak Huang Rong dengan kasar dan memperlakukannya dengan
dingin. Poor Rong’er T__T Dengan mudah, Guo Jing masuk dalam perangkap yang
sudah disiapkan oleh Yang Kang. "Can’t believe that I'm the FOOL AGAIN". Cocok kan
dengan judul artikelnya?? ^_^ FOOL Emang nih Guo Jing, masalah belum jelas,
sudah langsung menuduh calon ayah mertua sebagai tersangka tanpa lebih dulu
diselidiki dengan kepala dingin. Lebih bodoh lagi, dia sendiri yang memutuskan
hubungannya dengan Rong’er. Harusnya jangan dikasih balikan dengan gampang,
biar Guo Jing merasakan penderitaan karena telah menyia-nyiakan Rong’er. Sangat
kesal saat melihat strategi “Devide Et Impera” Yang Kang untuk memisahkan Guo
Jing dan Huang Rong berjalan sempurna dan sesuai dengan rencana.
Oke deh, bagi yang merasa penasaran
dengan kelanjutan kisah ini. Mari kita simak potongan adegan di bawah ini...
Buat yang belum nonton, mungkin potongan adegan ini dapat memberikan sedikit
gambaran
Dan kisahpun berlanjut...
“Bagaimana dengan aku? Apa rencanamu
padaku?” tanya Huang Rong lirih dengan mata berkaca-kaca, membuat Guo Jing
sadar bahwa masih ada Rong’er yang tidak bersalah, terperangkap di tengah
masalah ini.
Guo Jing spontan menatap sang kekasih
dengan ekspresi tak terbaca dan menggeleng-gelengkan kepalanya seolah
menyangkal. Mungkin Guo Jing ingin menyangkal kenyataan bahwa gadis yang
dicintainya adalah putri dari pembunuh guru-gurunya.
“Aku tidak tahu. Aku tidak tahu.” Jawab
Guo Jing seraya berlari meninggalkan Huang Rong begitu saja.
Guo Jing seolah melupakan janji yang
baru saja dia ucapkan bahwa apa pun yang terjadi, “Dia, Guo Jing, tidak akan
pernah berpisah dengan Rong’er”. But now what? He leave her alone...
Setelah meninggalkan Huang Rong di
dalam rumah Persik, Guo Jing menggali tanah yang cukup dalam dan lebar untuk
menguburkan keempat gurunya. Dia menggali tanah dengan menggunakan pedang guru
ketujuhnya hingga membuat tangannya terluka dan berdarah saat pedang tersebut
mendadak patah. Di belakangnya, Huang Rong setia menemani tanpa kata.
Melihat tangan Guo Jing terluka terkena
patahan pedang, Huang Rong spontan menghampiri kekasihnya khawatir.
“Jing Gege...” panggil Huang Rong
dengan panik, tapi Guo Jing justru menghempaskan tubuh Huang Rong dengan kasar
hingga gadis itu terjatuh ke tanah dengan keras.
Akhirnya karena pedangnya patah, Guo
Jing pun menggali dengan tangannya. Dia membuat tanah tersebut menjadi merah
karena terkena ceceran darah di tangannya, tapi Guo Jing seperti mati rasa dan
tidak merasakan sakit di tangannya.
Note : Aktingnya William Yang saat
marah dapet banget. Terlihat sangat menjiwai. Adegan ini benar-benar terlihat
sangat dramatis. Dia minta maaf gak ya waktu adegan mendorong Li Yi Tong dengan
kasar??
Kemudian sampailah kita pada adegan
yang “DIPOTONG” di DVD versi
Indonesia. Karena kalau di DVD aslinya di China, adegan ini sebenarnya ADA.
Entah kenapa di DVD bajakan di Indonesia dipotong >__<
Kemudian Guo Jing berteriak lantang
pada udara “Kenapa?” seraya menjatuhkan dirinya dengan lemas di tanah sambil
menangis pelan. Guo Jing seolah kehilangan kekuatannya. Dia terduduk lesu di
sisi lubang makam yang sudah digalinya.
Huang Rong yang melihat sang kekasih
seolah kehilangan rohnya, spontan berlutut di sampingnya dan memeluknya dalam
diam. Guo Jing terdiam membisu tanpa kata dan hanya menatap kosong dengan
linglung dan ekspresi kesedihan tampak jelas di sana.
Tak mampu berkata apa-apa untuk
menghiburnya, Rong’er hanya mampu memanggil nama Guo Jing dengan lembut dan
lirih, berharap panggilan itu dapat mengembalikan separuh jiwa Guo Jing yang
seolah terbang entah ke mana.
Tak terdengar suara isak tangis, hanya
air mata yang mengalir turun secara perlahan di wajahnya yang tampan. Ekpresi
kesedihan dan kehilangan di wajahnya tampak begitu jelas.
Setelah termenung sesaat, Guo Jing pun
kembali melanjutkan kewajibannya untuk menguburkan keempat gurunya dengan
layak. Namun saat akan mengatur posisi guru keduanya sebelum dikuburkan, Guo
Jing menyadari sang guru menggenggam sebuah giok berbentuk sepatu di tangan
kanannya.
Guo Jing yang mengira bahwa itu adalah
milik Ibu Rong’er spontan melemparkannya kepada Huang Rong dengan kesal. Huang
Rong yang mengetahui bahwa perhiasan itu bukan milik sang ibu hanya memandang
dengan bingung.
Note : Kelak diketahui bahwa giok
berbentuk sepatu itu adalah barang kenangan antara Yang Kang dan Mu Nian Chi
yang seperti telah diketahui bahwa dalam pertandingan silat mencari jodoh, Yang
Kang merebut sepatu Mu Nian Chi. Jadi sepatu adalah barang kenangan milik
mereka berdua. Sebelum Yang Kang membunuh guru kedua Guo Jing, guru kedua
sempat mencuri sesuatu dari tubuh Yang Kang untuk digunakannya sebagai barang
bukti.
Setelah meletakkan keempat gurunya di
liang lahat, Guo Jing terlebih dulu memberikan mereka penghormatan terakhir.
Guo Jing sempat memuntahkan darah akibat terlalu menahan kesedihannya, membuat
Huang Rong semakin khawatir.
“Jing Gege, jika kau bersedih, maka
menangislah. Kau memendamnya, bisa membuatmu terluka dalam.” Pinta Huang Rong
lembut seraya meneteskan air mata.
Guo Jing tak menjawab, dan tak lama
setelah itu, mereka mendengar suara teriakan guru keempat Guo Jing yang
ternyata masih hidup, Nan Shi Ren. Mendengar suara sang guru, otomatis Guo Jing
segera berlari ke asal suara itu dan menemukan guru keempatnya di hutan persik
sedang terlilit ranting persik dan berusaha melarikan diri dari jeratan ranting
tersebut. Dia tampak kacau seperti orang yang kesurupan.
Sang guru tampak tak mengenali sang
murid dan justru memukulnya bertubi-tubi dengan keras. Guo Jing yang merasa
bersalah, diam saja tidak melawan saat sang guru memukul perutnya hingga
membuatnya kembali memuntahkan darah.
Huang Rong yang ingin menolong sang
kekasih agar tidak dipukul oleh sang guru pun, kembali didorong dengan kasar
oleh Guo Jing.
“Minggir!” serunya kasar, menolak
pertolongan Huang Rong padanya.
Untuk yang kedua kalinya Guo Jing
mendorong Huang Rong dengan kasar, tapi lagi-lagi Huang Rong menerima dengan
sabar dan pengertian semua kekasaran Guo Jing. (kasian Rong’er >___<)
Guru keempat yang seperti sudah
kerasukan setan bahkan ingin menghantamkan sebuah batu besar ke arah kepala Guo
Jing. Huang Rong tentu tidak bisa diam saja melihat pria yang dicintainya mati
konyol di hadapannya, dia segera mendorong guru keempat Guo Jing agar tidak
menghantamkan batu besar itu pada kekasihnya.
Guru keempat terjatuh keras ke tanah,
membuat Guo Jing serta merta kembali menyalahkan Huang Rong karena telah
mendorong guru keempatnya yang sudah terluka parah. (Padahal nih Huang Rong
niatnya nolong biar sang pacar gak ditimpuk batu. Lagi-lagi malah disalahkan.
Poor Rong’er T___T)
“Jing Gege, apa kau tidak apa-apa?”
tanya Huang Rong khawatir.
“Kenapa kau memukul guru keempatku?”
bentak Guo Jing dengan kasar, kembali menyalahkan Rong’er.
( Duh, nih cowok satu
bikin geregetan deh...Giliran Rong’er ninggalin elu, baru deh nyari’in >__<)
“Aku hanya mendorongnya ringan saja.
Jing Gege, maaf.” Ujar Huang Rong dengan sabar dan pengertian.
( Duh, Huang
Rong-nya sangat baik hati dan sabar banget, jadi gak bisa gak suka nih, walau
pemerannya kurang cantik )
Huang Rong yang pengertian dan baik
hati, berniat baik untuk menolong guru keempat, namun tiba-tiba saja guru
keempat kembali menggila seperti orang kerasukan dan memukul Huang Rong dengan
keras, tak sengaja mengenai rompi landaknya.
Huang Rong terlempar keras sekali
lagi ke tanah. Tapi Guo Jing tak datang menolongnya, tidak peduli padanya dan
justru menyalahkan sang kekasih karena melukai guru keempatnya dengan rompi
landaknya.
Kelak, racun Ou Yang Feng yang tak
sengaja mengenai rompi landak Huang Rong dan menempel di rompi tersebutlah yang
pada akhirnya akan menjadi senjata makan tuan untuk Yang Kang, saat Yang Kang
berniat membunuh Huang Rong ketika gadis itu membuka kejahatannya bahwa Yang
Kanglah yang membunuh Ou Yang Khe. Niat hati ingin membunuh Huang Rong untuk
menutup mulut tapi malah terkena racun Ou Yang Feng yang tak sengaja menempel
di rompi landak Huang Rong ketika Nan Shi Ren memukulnya hari ini.
Huang Rong yang ingin menolong, kembali
dibentak dengan kasar oleh Guo Jing, “JANGAN KEMARI!” (Duh, beneran deh, pengen
aku gampar pake bibir nih cowok satu. Kasar amat, ya?? Ckckck...Untung cewek
loe sabar )
Di saat-saat terakhir hidupnya,
akhirnya Nan Shi Ren dapat mengenali sang murid dan sempat ingin menuliskan
petunjuk di sana. Tapi sayang, lagi-lagi sebelum tulisan itu lengkap, maut
telah lebih dulu datang menjemputnya. Dan lagi-lagi juga, tulisan yang belum
lengkap tersebut mirip dengan huruf “Timur”,
walau maksud sebenarnya adalah “Barat.”
Guo Jing pun akhirnya menggotong mayat
guru keempatnya ke lubang di mana keempat gurunya telah lebih dulu diletakkan
di sana. Huang Rong berniat baik ingin membantu memberi jalan tapi Guo Jing
yang sedang kalap, lagi-lagi berkata kasar kepada kekasihnya.
“Jing Gege, kau seperti ini tidak akan
bisa keluar. Rong’er akan bantu kau tunjukkan jalan.” Ujar Huang Rong lembut.
“Mulai hari ini dan seterusnya, aku Guo
Jing walaupun harus mati, tidak akan sudi menerima kebaikan sedikitpun dari
orang Pulau Persik.” Ujarnya penuh kemarahan.
Note : Halah, omong kosong loe, Jing
Gege. Katanya “Tidak akan sudi menerima
kebaikan sedikitpun dari orang Pulau Persik” tapi dibantu Rong’er
memenangkan setiap perang, bahkan dibantu mengungkapkan kebenaran tentang siapa
pelaku sebenarnya. Tak hanya itu, bukankah kau juga berlutut meminta maaf agar
Rong’er mau memaafkanmu? Kurang itu harusnya. Guo Jing nyakitinnya dalem, masak
iya segampang itu Rong’er memaafkan? Sayangnya pihak rumah produksi dikejar
biaya produksi ya makanya ceritanya terpaksa dipangkas saat menuju ending hiks
T__T Adegan Guo Jing menderita karena merindukan Rong’er gak dimunculin *sigh*
Padahal penting itu untuk menunjukkan penyesalan Guo Jing dan sedalam apa
cintanya >___<)
Tapi walau begitu, Huang Rong tetap
menunjukkan jalan dan tetap setia mendampingi Guo Jing walau Guo Jing telah
berkali-kali bersikap kasar padanya. Setelah menguburkan kelima gurunya dan
memberikan penghormatan terakhir, Guo Jing pun berniat pergi begitu saja. Namun
Huang Rong yang masih tidak rela ditinggalkan, sempat menahan tangannya,
meminta Guo Jing untuk tidak meninggalkannya.
“Jing Gege, kau ingin pergi ke mana?”
tanya Huang Rong dengan lirih.
Guo Jing hanya menatapnya dengan
tatapan sedingin es yang menusuk hingga ke tulang.
“Pergi balas dendam untuk guruku.”
Jawabnya dingin.
“Tidak bisa. Aku tidak bisa membiarkan
ayahku membunuhmu.” Ujar Huang Rong khawatir, karena dia tahu kungfu Guo Jing
masih kalah dengan ayahnya.
Tapi Guo Jing justru membalas kecemasan
gadis itu dengan menghempaskan tangan Huang Rong dengan kasar dan menatapnya
tajam, “Siapa yang mati di tangan siapa, semuanya masih belum jelas.” Jawabnya
sedingin es, kemudian berjalan pergi meninggalkan sang kekasih begitu saja.
Kemudian sampailah kita pada adegan kedua yang “DIPOTONG” di
DVD versi Indonesia. Karena kalau di DVD aslinya di China, adegan ini
sebenarnya ADA. Entah kenapa di DVD bajakan di Indonesia dipotong >__<
Adegan kedua yang DIPOTONG terssebut
adalah saat Guo Jing menaiki perahu meninggalkan Pulau Persik. Dalam DVD
Bajakan yang ada di Indonesia, diperlihatkan adegan saat Guo Jing membuang
boneka wayang golek miliknya yang merupakan mainan favoritnya dan Rong’er ke
dalam lautan.
Dalam versi ASLI, sebelum membuang
boneka wayang golek tersebut, Guo Jing sempat memanggil sepasang rajawali putih
miliknya dan meminta pada mereka untuk menemani Rong’er di Pulau Persik agar
Rong’er tidak kesepian.
Adegan sederhana namun menyentuh ini
justru DIHAPUS TANPA ALASAN
oleh produsen DVD bajakan di Indonesia. Dengan dihapusnya adegan ini seolah
menunjukkan kesan bahwa Guo Jing adalah pria yang tak punya hati nurani karena
meninggalkan sang kekasih begitu saja, padahal sebenarnya TIDAK. Guo Jing masih
tidak tega meninggalkan Rong’er sendiri, itu sebabnya dia meminta sepasang
rajawali putih miliknya untuk menemani.
Kemudian adegan beralih pada Pendeta Ma
Yu dan Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe) yang berjalan ke arah Loteng Dewa Mabuk untuk
memenuhi janji pertarungan tanggal 15 Agustus. Intinya dia mengenang
pertemuannya dengan Tujuh Pendekar Jiang Nan dan taruhan mereka selama 18
tahun.
Kemudian adegan beralih lagi pada Guo
Jing yang datang seorang diri ke Jia Xing dengan menuntun si kuda merah dan
berjalan dengan tertunduk. Dia tak sengaja berjalan melewati penjual kue lalu
berhenti untuk membelinya, ternyata itu adalah kue favoritnya semasa kecil. Kue
itu dulu sering dibeli oleh guru ketujuhnya untuknya makan, karena tahu jika
Guo Jing sangat menyukai kue tersebut.
Setelah membeli kue, Guo Jing akhirnya
tiba di Rumah Makan “Loteng Dewa Mabuk”.
Guo Jing teringat kenangan terakhirnya bersama keenam gurunya. Dia seolah dapat
mendengar suara mereka di sana. Guo Jing pun tersenyum tanpa sadar saat
teringat kenangan itu namun senyuman itu kembali musnah saat mengingat bahwa
kelima gurunya sudah tak ada lagi di dunia ini.
Note : Modifikasi kecil super kreatif kembali lagi nih. Dalam
novel, tidak ada adegan mengenang keenam guru di rumah makan, seolah Guo Jing
tidak sayang pada gurunya. Tapi di versi 2017 dimunculkan adegan “kenangan” yang membuat hati penonton
ikut trenyuh dan iba. Adegan sederhana namun menimbulkan kesan mendalam sepertinya
HANYA ADA DI VERSI LOCH 2017.
Tak lama kemudian, Guo Jing bertemu
dengan Pendeta Chiu Chu Chi (Khu Chi Khe) yang juga datang 2 hari lebih cepat karena
terlalu gembira karena tak lama lagi dapat bertemu dengan teman lamanya yaitu 7
Pendekar Jiang Nan. Pendeta Chiu membawa sebuah kuali yang besar berisi arak,
bermaksud ingin mengulang kembali adegan 18 tahun yang lalu.
Saat melihat Guo Jing, dia tampak
sangat gembira, karena mengira keenam gurunya juga telah tiba di sana 2 hari
lebih cepat untuk merayakan pertemuan pertama mereka. Namun setelah dia mendengar
dari Guo Jing, yang dengan berlinang air mata memberitahunya bahwa kelima
gurunya sudah tewas secara tragis, Pendeta Chiu tampak sangat shock dan marah.
Dia melemparkan kuali tersebut karena merasa itu sudah tidak ada gunanya lagi.
Kemudian dia bertanya siapa yang sudah
membunuh kelima guru Guo Jing, dan tepat pada saat Guo Jing akan mengatakannya,
mereka mendengar suara Huang Yao Shi yang datang dengan dikepung oleh Para
Pendeta Chuan Chin.
“Huang Yao Shi. Dia yang membunuh
kelima guruku.” Ujar Guo Jing penuh dendam membara, membuat Pendeta Chiu shock
mendengarnya.
To Be continued...
Berikutnya : Episode 45
Blogger Opinion :
Sebenarnya dalam episode 44 ini ada dua
buah adegan yang DIPOTONG dalam DVD bajakan versi Indonesia. Adegan yang
sebenarnya ADA dalam versi asli di China sana. Tapi entah kenapa dalam DVD
bajakan di Indonesia malah dipotong tanpa alasan.
Adegan pertama yang DIPOTONG adalah
saat Guo Jing terduduk lemas dan termangu-mangu setelah meneriakkan lantang
kesedihannya pada udara, “KENAPA?” kemudian Huang Rong berlutut di sampingnya
dan memeluknya lembut sambil menangis.
Lalu adegan kedua yang DIPOTONG adalah
saat Guo Jing menaiki perahu meninggalkan Pulau Persik. Dalam DVD Bajakan yang
ada di Indonesia, diperlihatkan adegan saat Guo Jing membuang boneka wayang
golek miliknya yang merupakan mainan favoritnya dan Rong’er ke dalam lautan.
Dalam versi ASLI, setelah membuang boneka wayang golek tersebut, Guo Jing
sempat memanggil sepasang rajawali putih miliknya dan meminta pada mereka untuk
menemani Rong’er di Pulau Persik agar Rong’er tidak kesepian.
Adegan sederhana namun menyentuh ini
justru DIHAPUS TANPA ALASAN. Dengan dihapusnya adegan ini seolah menunjukkan
kesan bahwa Guo Jing adalah pria yang tak punya hati nurani karena meninggalkan
sang kekasih begitu saja, padahal sebenarnya TIDAK. Guo Jing masih tidak tega
meninggalkan Rong’er sendiri, itu sebabnya dia meminta sepasang rajawali putih
miliknya untuk menemani.
Beberapa episode menuju ending ini akan
diwarnai oleh banyak sekali drama menyayat hati antara Guo Jing
dan Huang Rong. Tak lama lagi, penonton akan disajikan adegan menguras emosi
dan air mata. Guo Jing dan Huang Rong untuk pertama kalinya akan berpisah dalam
jangka waktu yang lumayan lama akibat sebuah kesalahpahaman yang diciptakan Yang
Kang dan Wan Yen Hong Lieh.
Dalam novel diceritakan bahwa Guo Jing
dan Huang Rong berpisah selama 1 tahun lamanya sebelum akhirnya Huang Rong
kembali menemui Guo Jing di Mongolia dan membantunya memenangkan setiap perang. Tapi
itu nanti, tak lama setelah ini. Intinya, episode-episode menuju ending ini
yang gak aku suka, karena banyak adegan sedihnya yang membuatku merasa kasihan
pada Huang Rong.
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar