Episode Huang Rong terluka adalah
episode favorite penulis karena episode-episode ini adalah episode-episode di
mana Guo Jing membuktikan cintanya pada sang kekasih. Mulai dari menggendongnya
ke mana-mana, lalu menaiki tebing yang tinggi dan curam hingga harus menempuh
bahaya jatuh dari sana, bahkan Guo Jing yang tidak mempedulikan nyawanya
sendiri demi mencari Kitab Perang Wu Mu (sampe dibelain ditusuk pisau), kini
tidak peduli lagi pada buku itu saat melihat wanita yang dicintainya terluka
parah.
Guo Jing juga rela berlutut semalaman demi berdoa pada Tuhan untuk
meminta kesembuhan Rong’er. How sweet boyfriend. Masak udah kayak gini masih
ada yang bilang gak kelihatan cintanya sih? Cowok mana coba di jaman sekarang
ini yang rela berlutut semalaman di tengah hujan deras demi memohon pada Tuhan
untuk kesembuhan pacarnya? Paling juga paling banter, “ya udah sayang, minum
obat gih.” Udah, gitu doank >__< Jangankan berlutut di tengah hujan
deras, paling telpon aja nggak, pelit pulsa cuma sms doang hahaha ^_^ Kalau
bagiku sih, ini uda romantis sih... udah nunjukin kok kalau Guo Jingnya cinta.
Dan kisahpun berlanjut...
Menuruti
keinginan Huang Rong, Guo Jing masuk ke dalam gua dan melihat sebuah pintu di
sana. Tapi saat Guo Jing akan masuk ke dalam gua tersebut, mereka bertemu
kembali dengan Chiu Chian Ren. (syukurlah kali ini yang palsu). Dan kemudian
mereka mengetahui kalau ternyata Chiu Chian Ren memiliki saudara kembar bernama
Chiu Chian Chang.
Yang
pembohong adalah Chiu Chian Chang, sedangkan yang asli adalah Chiu Chian Ren.
Yang asli itulah yang memukul Huang Rong hingga terluka parah.
Setelah
menceritakan kisah hidupnya, Chiu Chian Chang yang kesal menendang sebuah kotak
persegi. Dan ternyata di dalam kotak persegi tersebut terdapat Kitab Perang Wu
Mu yang dicari semua orang. (Wah, jodoh gak ke mana, ya?)
Tapi
sialnya, Yang Kang juga masuk ke dalam sana. Sementara di bawah, Wan Yen Hong
Lieh melepaskan panah api untuk memaksa Guo Jing dan Huang Rong menyerahkan
bukunya.
“Yang
Kang, bukankah kau sudah menikah dengan Kakak Mu? Apa kau akan membiarkan Wan
Yen Hong Lieh menindas istrimu?” ujar Huang Rong, berharap Yang Kang memiiki
sedikit hati. (Dia mah kagak punya hati, sama kayak anaknya – si manusia egois
bodo amat tralala, Yang Guo (Yoko)
“Jangan
cerewet! Kalian sekarang sudah terkepung. Jika ingin hidup, serahkan Kitab
Perang Wu Mu.” Ujar Yang Kang mengancam.
“Yang
Kang, Kakak Mu sekarang sedang mengandung anakmu, apa kau hanya melihat saja
dia ditindas oleh Wan Yen Hong Lieh?” tanya Guo Jing lagi.
“Jing
Gege, orang ini hatinya sudah dimakan anjing.” Ujar Huang Rong menimpali. (Bener
banget, Rong’er.)
Yang
Kang yang mungkin merasa malu (kalau masih punya) dan tak tahu bagaimana
menjawab pertanyaan Guo Jing, langsung menyerang Guo Jing, yang syukurlah bisa
menghindar. Guo Jing pun memancing Yang Kang masuk ke dalam gua untuk
melanjutkan pertarungan di tempat yang lebih aman. (Guo Jing pinter kan ^_^)
Mungkin
dalam hati Guo Jing berkata, “Elu jatoh
dan mati kagak papa, kalau cewek gue yang mati, gimana?”
Guo
Jing dan Yang Kang bertarung lagi untuk yang kesekian kalinya. Mereka imbang
tapi pertarungan itu terhenti saat Chiu Chian Chang meminta mereka berhenti
karena mereka hampir mati terbakar. Tapi untunglah, apa pun yang terjadi,
bukunya tetap ada di tangan Guo Jing.
Mu Nian Chi memutuskan untuk melompat
ke dalam jurang agar Wan Yen Hong Lieh tidak menjadikannya sandera untuk
mengancam Guo Jing.
Sebelum melompat, Mu Nian Chi sempat
berpesan, “Guo Jing, ingatlah! Kau adalah orang baik, bagaimanapun juga tak
boleh memberikan buku itu pada orang Chin.”
Note : Kenapa anak loe si egois bodo
amat Yang Guo itu gak mati aja sih dalam kandungan? Benci setengah idup gue ama
anak loe yang egois bodo amat itu >__< Kenapa gak niru elu sih, Mu Nian
Chi? Kenapa harus niru licik dan egoisnya bapaknya coba? Fans Yang Guo dilarang
mendekat, bloggernya benci sama Yang Guo, jadi dipastikan takkan ada pujian
yang keluar. Daripada fans Yang Guo dan Xiao Lung Ni marah-marah ke bloggernya,
menyingkir jauh-jauh aja dari blog ini *galak bodo amat* Yang Guo juga egois
bodo amat, kok...)
Setelah Yang Kang turun dari atas
karena ingin ikut melompat bersama Mu Nian Chi (tapi dihalangi Wan Yen Hong
Lieh), kemudian si penjahat keji itu memerintahkan orang-orangnya melepaskan
panahnya untuk membakar Guo Jing dan Huang Rong.
Huang Rong menyuruh Guo Jing
menggendongnya ke atas gunung dan akhirnya mereka pergi dari sana dengan
menggunakan bantuan sepasang rajawali putih peliharaan Guo Jing.
(Nota :
Rajawalinya kelihatan fake, tapi bodo amatlah. Gak penting juga kalau cuma
rajawali doang)
Kemudian mereka sampai di sebuah rawa
hitam, yang memiliki formasi mirip dengan yang ada di Pulau Persik. Huang Rong
tersenyum tenang, rawa hitam itu bisa menyulitkan orang lain, tapi tidak
dirinya. Huang Rong akhirnya meminta Guo Jing menggendongnya dan melangkah
sesuai dengan instruksinya.
Dan akhirnya mereka pun sampai di
sebuah rumah yang dihuni oleh seorang wanita berambut putih. Guo Jing yang
sopan, memberi salam dan meminta ijin terlebih dulu sebelum masuk ke rumah itu.
(Duh, udah ganteng, sopan pula ^_^)
“Apa ada orang di dalam? Kami tak
sengaja lewat di sini. Ingin meminta air untuk minum,” Guo Jing berseru lantang
untuk meminta ijin pada sang pemilik rumah.
“Kalian sanggup melewati rawa hitam,
masih ingin omong kosong apalagi? Apa masih ingin aku keluar menjemput kalian?”
jawab sang pemilik rumah, seorang wanita. Dengan kata lain, si pemilik rumah
menyuruh Guo Jing dan Huang Rong agar segera masuk saja.
Uda tahu dong siapa si pemilik rumah?
Yup, dia adalah Ying Gu. Siapa itu Ying Gu? Bagi para wuxia mania dan yang
sudah nonton serial ini dalam versi-versi sebelumnya, pasti sudah tahu siapa
sebenarnya Ying Gu. Tapi bagi para generasi muda yang baru mengetahui serial
ini melalui versi yang ini, tidak perlu cemas, perihal siapa itu Ying Gu akan
dijelaskan di episode selanjutnya.
Back to story...
Guo Jing yang memang sopan, sekali lagi
menyapa si pemilik rumah dan meminta maaf karena telah menerobos masuk tanpa
permisi.
“Senior, maaf sudah mengganggu. Mohon
senior bisa memaklumi.” Ujar Guo Jing sopan, namun tak ada respon dari si
pemilik rumah.
Huang Rong yang melihat Ying Gu sangat
suka menghitung dan asyik menghitung, tiba-tibe nyeletuk dan menyebutkan sebuah
hasil perkalian (atau mungkin penambahan). Pokoknya intinya kedua wanita ini
saling beradu menghitung yang tentu saja dimenangkan oleh Huang Rong yang jauh
lebih cerdas, sehingga membuat Ying Gu tampak tak senang karena ternyata ada
yang lebih pintar menghitung darinya.
“Tak disangka kau yang masih kecil,
ternyata sangat jago menghitung.” ujar wanita berambut putih itu dengan penuh
sindiran tajam. Kita panggil saja dia Ying Gu.
“Itu bukan apa-apa. Hanya saja sejak
kecil, ayah pernah mengajariku selama beberapa hari.” Ujar Huang Rong jujur,
namun di telinga Ying Gu terdengar seperti menyombongkan diri.
“Pernah belajar beberapa hari? Hanya
belajar beberapa hari, sudah bisa menghitung dengan tepat, hasil yang kuhitung
berhari-hari? Kau sedang bercanda, kan?” ujar Ying Gu dengan sinis, tampak tak
percaya. (Ya elu kale yang gak bisa matematika. Huang Rong kan emang cerdas.
Ngitung gini doank apa susahnya?”)
Ying Gu yang sejak awal sudah tampak
tak suka, menjadi semakin kesal, saat salah satu hasil eksperimen Ying Gu harus
hancur gara-gara Chiu Chian Ren datang untuk mencari Guo Jing dan Huang Rong
dan membuat rumahnya bergetar karena tenaga dalam Chiu Chian Ren. Ying Gu
semakin kesal dan tampak tak menyukai “tamunya”.
“Ahli menghitung, Ying Gu, Ketua Partai
Tapak Besi – Chiu Chian Ren ingin bertemu.” Seru Chiu Chian Ren menggunakan
tenaga dalam hingga membuat eksperimen bola dunia Ying Gu rusak gara-gara
kekuatan tenaga dalamnya.
“Gawat. Mereka sudah mengejar hingga
kemari.” Guo Jing menatap Huang Rong panik kemudian berganti menatap sang pemilik rumah, seakan meminta kemurahan hatinya.
“Kalian ini sebenarnya siapa? Kenapa
membuat bola duniaku hancur? Apa kalian tahu berapa lama waktu yang kuhabiskan
untuk membuatnya? Chiu Chian Ren bawa orang kemari untuk menangkap kalian, apa
yang sudah kalian lakukan padanya? Cepat katakan!” tanya Ying Gu dengan kesal
pada Guo Jing dan Huang Rong.
Guo Jing spontan berdiri di depan Huang
Rong dengan waspada, seolah takut jika seandainya Ying Gu memukul kekasihnya.
“Senior, kami adalah murid Hong Chi
Khong. Kami tak sengaja menerobos wilayah terlarang Partai Tapak Besi, itu sebabnya
mereka mengejar kami hingga kemari. Adik seperguruanku dilukai oleh Ketua
Partai Tapak Besi, Chiu Chian Ren, itu sebabnya kami datang kemari. Jika Senior
tak bersedia membantu kami, maka kami akan segera pamit.” Ujar Guo Jing
menjelaskan panjang lebar.
Dia sengaja mengatakan bahwa Pengemis
Utara, Hong Chi Khong adalah guru mereka jadi dengan begitu mungkin saja Ying
Gu akan memandang sang guru dan bersedia menampung mereka selama beberapa saat.
Note : Kali ini Guo Jing mengakui Huang
Rong sebagai adik seperguruannya. Ohh, jadi adik seperguruan ya statusnya Huang
Rong sekarang? Mungkin ini lebih terdengar masuk akal, mengingat Guo Jing sudah
berjanji menikahi Hua Cheng yang itu berarti bahwa yang berstatus tunangan Guo
Jing adalah Hua Cheng. Tapi hubungannya
dengan Huang Rong lebih dari sekedar teman, apalagi mereka jelas-jelas saling
mencintai, tapi kalau mengakui Huang Rong sebagai kekasih di depan orang tak
dikenal juga masih ambigu, karena toh Guo Jing berjanji menikahi wanita lain.
Jadi mengakui Huang Rong sebagai adik seperguruan memang sudah yang paling
tepat. Namun anehnya, di depan Yang Kang dan seluruh anggota Partai Pengemis,
Guo Jing mengakui Huang Rong adalah tunangannya. Jing Gege ngebingungin nih
ceritanya >__<
“Hebat. Benar-benar pantas menjadi
murid Hong Chi Khong. Tapi adik seperguruanmu terluka parah, jika kalian jatuh
ke tangan Chiu Chian Ren, maka kabur pun sangat susah.” Jelas si wanita
berambut putih tersebut.
“Jing Gege, jangan panik. Kita adalah
tamu, sudah seharusnya mengikuti perintah pemilik rumah. Aku percaya, senior
ini pasti bisa membedakan yang baik dan yang jahat serta siapa yang telah
merusak bola dunianya ini.” Ujar Huang Rong lemah, sengaja memuji Ying Gu namun
dibalik kalimatnya tersembunyi maksud lain.
Setelah mendengar penjelasan Guo Jing
dan kalimat terselubung Huang Rong, Ying Gu pun keluar menjawab pertanyaan Chiu
Chian Ren.
“Aku Ying Gu tidak pernah menerima
orang luar, apa Ketua Chiu tidak tahu itu?” ujar Ying Gu, menyembunyikan
keberadaan Guo Jing dan Huang Rong.
“Bawahanku melihat seorang pria dan
wanita masuk ke rawa hitam. Aku harap kau serahkan mereka padaku.” Jawab Chiu
Chian Ren lantang.
“Siapa yang sanggup masuk ke rawa
hitamku ini? kata-kata Ketua Chiu ini terdengar seperti merendahkan aku, Ying
Gu. Memangnya kau tidak tahu, siapa pun yang menerobos rawa hitam ini, takkan
mampu keluar hidup-hidup? Jika kau tidak percaya, kau bisa masuk dan mencobanya
sendiri.” jawab Ying Gu memberikan tantangan.
“Baik. Kalau begitu aku takkan
mengganggu lagi.” Jawab Chiu Chian Ren akhirnya, tak berani mencobanya sendiri.
Masuk ke dalam rumah, Ying Gu meminta
untuk memeriksa luka Huang Rong.
“Biar kulihat seberapa parah lukanya!”
ujarnya pada mereka berdua.
“Terima kasih Senior Ying Gu sudah
menolong.” Jawab Guo Jing gembira lalu memapah Rong’er untuk duduk.
Setelah memeriksa luka Huang Rong, Ying
Gu tak mengatakan apa-apa tapi langsung membuatkan obat untuk Huang Rong. Namun
sayangnya, karena terlalu waspada (atau mungkin tepatnya “curiga”), Huang Rong
tak mau meminum obat itu.
“Kau terkena pukulan Chiu Chian Ren,
apa kau masih berharap bisa sembuh? Jika aku memang berniat melukaimu, aku juga
tak perlu turun tangan. Obat ini untuk menahan rasa sakitmu. Tapi jika kau tak
mau minum, ya sudahlah. Jika kau tak mau minum obat penahan rasa sakit ini,
maka saat lukamu kambuh, maka rasakan saja sendiri.” Ujar Ying Gu dengan sinis.
Ying Gu yang tersinggung segera mengambil kembali obat itu dan membuangnya ke
lantai begitu saja.
Guo Jing yang mendengar kalimat itu
terdengar sangat kejam, spontan menjadi marah.
“Adik seperguruanku terluka begitu
berat, kenapa kau begitu tega bicara seperti itu padanya? Rong’er, kita pergi
saja.” ujar Guo Jing marah.
Dia takut kalimat Ying Gu yang kejam
akan menyakiti hati gadisnya. Guo Jing segera memapah Huang Rong dan ingin
membawanya pergi tapi Ying Gu menghalangi mereka.
“Kalian dua anak kecil, apa kalian
pikir kalian bisa datang dan pergi dari gubuk kecilku ini begitu saja seenak
kalian?” Ying Gu tampak tak terima karena merasa Guo Jing dan Huang Rong telah
meremehkannya.
Dia tampak tak terima dan menantang
mereka berdua untuk bertarung. Guo Jing yang sehat, segera mendorong Huang Rong
sedikit menjauh darinya dan berdiri di depan gadis itu, bertarung dengan Ying
Gu. (mungkin maksudnya biar gak kena pukulan nyasar kale, ya. How sweet
boyfriend. Guo Jing selalu ingin melindungi Huang Rong, tidak membiarkannya
terluka).
Hasil pertarungan singkat ini berhasil
dimenangkan dengan mudah oleh Guo Jing. Ying Gu pun terpaksa mengakui bahwa
ilmu kungfu murid Hong Chi Khong ini jauh di atasnya.
“Bocah brengsek, kungfumu hebat juga.”
Ujar Ying Gu kesal, namun terpaksa mengakui kehebatan Guo Jing.
“Aku tinggal di sini puluhan tahun,
setiap hari berlatih keras. Tapi sekarang, aku bahkan tak bisa menang melawan
anak kecil tak tahu diri ini. Berlatih selama puluhan tahun, bukankah sia-sia
saja?” ujar Ying Gu seperti orang linglung.
“Aku bersalah karena membuat senior
marah, tolong biarkan kami pergi.” Ujar Guo Jing, merendah dan meminta maaf
dengan sopan.
“Dia terkena pukulan Tapak Besi Chiu
Chian Ren, wajahnya sudah tampak aura hitam. Walaupun aku tak menahan kalian,
dia juga takkan hidup lebih lama lagi.” Ujar Ying Gu.
Kalimat yang membuat Guo Jing kembali
panik. Dia segera meraih telapak tangan Huang Rong dan menggenggamnya. Guo Jing
menyadari jika telapak tangan Huang Rong menjadi sangat dingin dan itu
membuatnya semakin panik.
“Rong’er, bagaimana keadaanmu? Kenapa
tanganmu sangat dingin?” tanya Guo Jing dengan panik seraya menggenggam sebelah
tangan sang kekasih.
“Jing Gege, asalkan ada kau menemani di
sisiku, matipun aku tak memiliki penyesalan.” Jawab Huang Rong pasrah.
“Walau kalian tidak berpisah, memangnya
bisa apa? Dia tetap akan mati.” Ujar Ying Gu sinis.
Huang Rong terbatuk-batuk, dan Guo Jing
kembali memberinya perhatian yang membuat Ying Gu menjadi cemburu dan iri. Dari
gesture dan tingkah laku mereka berdua, Ying Gu bisa melihat bahwa mereka
berdua lebih dari sekedar saudara seperguruan. Guo Jing dan Huang Rong saling
memberi perhatian seperti sepasang kekasih. Guo Jing pun terlihat memberikan perhatian
lebih dari sekedar seorang kakak seperguruan, dan lebih mirip seorang kekasih.
“Jika saja orang itu, memiliki 10% saja
perasaan cinta anak bodoh ini kepada gadis kecil itu, aku pasti tidak akan
merasa sia-sia hidup di dunia ini.” gumam Ying Gu, merasa cemburu melihat
betapa Guo Jing sangat mencintai Huang Rong. Kemudian dia menggumamkan puisi
tentang sepasang belibis (kalau gak salah inget) yang membuat Guo Jing merasa
seperti pernah mendengarnya di suatu tempat.
“Baiklah. Karena kalian adalah murid
Hong Chi Khong, aku beri kalian jalan untuk tetap hidup.” Akhirnya Ying Gu
memutuskan untuk menyelamatkan Huang Rong.
Guo Jing senang bukan kepalang, tanpa
mengerti bahwa sebenarnya Ying Gu memiliki maksud terselubung dibaliknya.
“Senior bisa menyelamatkannya?” tanya
Guo Jing dengan bersemangat.
“Lukanya, di dunia ini hanya bisa
disembuhkan oleh satu orang.” Jawab Ying Gu.
“Siapa? Junior akan mencarinya sekarang
juga.” Jawab Guo Jing bersemangat.
“Kau harus membawa adik seperguruanmu
pergi bersama. Melihat keadaannya, takutnya dia takkan bisa bertahan lebih dari
3 hari.” Jawab Ying Gu, membuat Guo Jing shock berat.
“3 hari? Hanya 3 hari?” ulang Guo Jing
tak rela.
“Jika dalam 3 hari, kalian bisa
menemukan orang yang kusebutkan ini, maka dia mungkin masih bisa diselamatkan.”
Jawab Ying Gu lagi.
“Baik. Senior katakan di mana
tempatnya. Kami akan segera pergi mencarinya.” Jawab Guo Jing penuh tekad. Dia
bertekad akan menyelamatkan kekasihnya meski nyawa taruhannya.
“Tapi aku harus katakan dulu kemungkinan
terburuk. Orang itu bersedia menyelamatkannya atau tidak, aku tak bisa
menjamin.” Jawab Ying Gu, seolah ingin membuat tekad Guo Jing menciut.
“Asalkan bisa menemukan orang itu, aku
akan memohon padanya. Aku percaya orang hebat itu tidak akan berpangku tangan.”
Jawab Guo Jing penuh tekad membara dan semangat 45. Merdeka! ^_^
Akhirnya Ying Gu memberikan Guo Jing 3
kantong berwarna putih, kuning, dan merah yang berisi surat yang hanya boleh
dibukanya jika sudah sampai di tempat tujuan. Tapi Ying Gu sempat menarik
kembali 3 kantong tersebut setelah mendengar Huang Rong menyebut “Pil Embun 9
Bunga” yang merupakan obat mujarab Pulau Persik.
“Pil Embun 9 Bunga? Aku ingin lihat.”
Pintanya pada Guo Jing yang baru saja akan menyimpan botol pil tersebut ke
dalam bajunya.
“Obat dewa dari Pulau Persik? Bagaimana
kalian mendapatkannya?” tanya Ying Gu menginterogasi.
“Rong’er adalah putri dari Ketua
Huang.” Jawab Guo Jing jujur.
“Putri Sesat Timur?” ulang Ying Gu
dengan tatapan mata sinis.
“Kau kenal ayahku?” tanya Huang Rong,
mencium sesuatu yang tidak beres.
“Kembalikan kantongnya! Kembalikan!”
pintanya pada Guo Jing yang memandangnya tak rela.
“Senior, jika kau dan Ketua Huang punya
masalah, Rong’er tak ada hubungannya. Mohon Senior jangan libatkan Rong’er.”
Jawab Guo Jing, tak rela kantongnya diminta kembali.
“Jing Gege, kembalikan kantong itu
padanya.” Pinta Huang Rong lemah. Mengira ayahnya dan Ying Gu punya dendam
pribadi.
“Rong’er...” Guo Jing tampak memprotes,
tapi lagi-lagi dia menyerah dan menuruti keinginan Rong’er.
“Jing Gege, aku belum tentu akan mati.
Memangnya kalau mati kenapa? Cepat berikan padanya!” ujar Huang Rong tegas.
Walau tak rela, Guo Jing akhirnya
mengeluarkan ketiga kantong itu. Dia tampak memegang erat ketiga kantong
tersebut saat Ying Gu akan mengambilnya.
“Aku berlatih berhitung sekian lama,
hanya bertujuan ingin masuk ke Pulau Persik. Tapi Putri Sesat Timur saja sudah
seperti ini, formasi Pulau Persik, bagaimana mungkin bisa kutaklukkan? Walau
aku berlatih 100 tahun sekalipun, juga tak berguna, tetap takkan bisa
menembusnya. Jika memang nasibku seperti ini, apalagi yang bisa kukatakan?”
Gumam Ying Gu lagi.
“Kalian pergilah! Bawa kembali ketiga
kantongnya.” Ujar Ying Gu seraya menyerahkan kembali ketiga kantong tersebut
pada Guo Jing, yang menerimanya dengan senang hati.
“Pil Embun 9 Bunga ini, akan berdampak
buruk bagi lukanya. Jangan diminum lagi.” Tambahnya seraya mengembalikan botol
pil itu pada Guo Jing.
“Terima kasih, Senior.” Ujar Guo Jing
berterima kasih.
Apa isi ketiga kantong tersebut?
Berhasilkah Guo Jing membawa kekasihnya bertemu dengan seseorang yang katanya
bisa menyembuhkan luka sang kekasih? Dan apa sajakah rintangan yang harus
dilalui Guo Jing demi menyembuhkan luka sang kekasih? Sampai jumpa di episode
berikutnya...
Episode selanjutnya penuh dengan adegan
menyentuh hati antara Guo Jing dan Huang Rong, bagaimana perjuangan seorang Guo
Jing demi menyembuhkan sang kekasih. Sebuah pembuktian cinta yang tulus.
Berikutnya : Episode 40
Blogger
Opinion :
Episode Huang Rong terluka adalah
episode favorite penulis karena episode-episode ini adalah episode-episode di
mana Guo Jing membuktikan cintanya pada sang kekasih. Mulai dari menggendongnya
ke mana-mana, lalu menaiki tebing yang tinggi dan curam hingga harus menempuh
bahaya jatuh dari sana, bahkan Guo Jing yang tidak mempedulikan nyawanya
sendiri demi mencari Kitab Perang Wu Mu (sampe dibelain ditusuk pisau), kini
tidak peduli lagi pada buku itu saat melihat wanita yang dicintainya terluka
parah. Guo Jing juga rela berlutut semalaman demi berdoa pada Tuhan dan meminta
kesembuhan Rong’er. How sweet boyfriend. Masak udah kayak gini masih ada yang
bilang gak kelihatan cintanya?
Elu kale yang buta jadi gak bisa
melihat ckckck...Atau hatimu sudah dibutakan oleh kebencian pada karakter Guo
Jing? Atau juga mungkin sudah dibutakan oleh fanatisme buta terhadap couple Hu
Ge – Ariel Lin karena terlanjur suka mereka sejak di “Fairy From Wonderland”
jadi tidak suka melihat couple Guo Jing dan Huang Rong yang lain?
Terserah deh bagi yang gak suka couple
Guo Jing dan Huang Rong yang ini, aku sih suka-suka aja. Walau Li Yi Tong gak
cantik, tapi karakternya dia tidak menyebalkan (mengingat Barbara aja terkesan
menyebalkan).
Dan yang paling penting, 95% Fans
International yang kubaca komentarnya di Forum Internasional menyukai couple
ini dan khususnya William Yang Xuwen. Butiran debu mah gak ada artinya, yang
penting mayoritas penonton menyukai mereka. It’s enough for me hihihi ^_^
Written
by : Liliana Tan
NOTE
: DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS
!!!
Credit
Pict : WEIBO ON LOGO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar