Senin, 17 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 39)

Episode Huang Rong terluka adalah episode favorite penulis karena episode-episode ini adalah episode-episode di mana Guo Jing membuktikan cintanya pada sang kekasih. Mulai dari menggendongnya ke mana-mana, lalu menaiki tebing yang tinggi dan curam hingga harus menempuh bahaya jatuh dari sana, bahkan Guo Jing yang tidak mempedulikan nyawanya sendiri demi mencari Kitab Perang Wu Mu (sampe dibelain ditusuk pisau), kini tidak peduli lagi pada buku itu saat melihat wanita yang dicintainya terluka parah. 

Guo Jing juga rela berlutut semalaman demi berdoa pada Tuhan untuk meminta kesembuhan Rong’er. How sweet boyfriend. Masak udah kayak gini masih ada yang bilang gak kelihatan cintanya sih? Cowok mana coba di jaman sekarang ini yang rela berlutut semalaman di tengah hujan deras demi memohon pada Tuhan untuk kesembuhan pacarnya? Paling juga paling banter, “ya udah sayang, minum obat gih.” Udah, gitu doank >__< Jangankan berlutut di tengah hujan deras, paling telpon aja nggak, pelit pulsa cuma sms doang hahaha ^_^ Kalau bagiku sih, ini uda romantis sih... udah nunjukin kok kalau Guo Jingnya cinta.

 





Dan kisahpun berlanjut... 
Menuruti keinginan Huang Rong, Guo Jing masuk ke dalam gua dan melihat sebuah pintu di sana. Tapi saat Guo Jing akan masuk ke dalam gua tersebut, mereka bertemu kembali dengan Chiu Chian Ren. (syukurlah kali ini yang palsu). Dan kemudian mereka mengetahui kalau ternyata Chiu Chian Ren memiliki saudara kembar bernama Chiu Chian Chang.

Yang pembohong adalah Chiu Chian Chang, sedangkan yang asli adalah Chiu Chian Ren. Yang asli itulah yang memukul Huang Rong hingga terluka parah.

Setelah menceritakan kisah hidupnya, Chiu Chian Chang yang kesal menendang sebuah kotak persegi. Dan ternyata di dalam kotak persegi tersebut terdapat Kitab Perang Wu Mu yang dicari semua orang. (Wah, jodoh gak ke mana, ya?)

Tapi sialnya, Yang Kang juga masuk ke dalam sana. Sementara di bawah, Wan Yen Hong Lieh melepaskan panah api untuk memaksa Guo Jing dan Huang Rong menyerahkan bukunya.

“Yang Kang, bukankah kau sudah menikah dengan Kakak Mu? Apa kau akan membiarkan Wan Yen Hong Lieh menindas istrimu?” ujar Huang Rong, berharap Yang Kang memiiki sedikit hati. (Dia mah kagak punya hati, sama kayak anaknya – si manusia egois bodo amat tralala, Yang Guo (Yoko)

“Jangan cerewet! Kalian sekarang sudah terkepung. Jika ingin hidup, serahkan Kitab Perang Wu Mu.” Ujar Yang Kang mengancam.

“Yang Kang, Kakak Mu sekarang sedang mengandung anakmu, apa kau hanya melihat saja dia ditindas oleh Wan Yen Hong Lieh?” tanya Guo Jing lagi.

“Jing Gege, orang ini hatinya sudah dimakan anjing.” Ujar Huang Rong menimpali. (Bener banget, Rong’er.)

Yang Kang yang mungkin merasa malu (kalau masih punya) dan tak tahu bagaimana menjawab pertanyaan Guo Jing, langsung menyerang Guo Jing, yang syukurlah bisa menghindar. Guo Jing pun memancing Yang Kang masuk ke dalam gua untuk melanjutkan pertarungan di tempat yang lebih aman. (Guo Jing pinter kan ^_^)

Mungkin dalam hati Guo Jing berkata, “Elu jatoh dan mati kagak papa, kalau cewek gue yang mati, gimana?”


Guo Jing dan Yang Kang bertarung lagi untuk yang kesekian kalinya. Mereka imbang tapi pertarungan itu terhenti saat Chiu Chian Chang meminta mereka berhenti karena mereka hampir mati terbakar. Tapi untunglah, apa pun yang terjadi, bukunya tetap ada di tangan Guo Jing.

Mu Nian Chi memutuskan untuk melompat ke dalam jurang agar Wan Yen Hong Lieh tidak menjadikannya sandera untuk mengancam Guo Jing.

Sebelum melompat, Mu Nian Chi sempat berpesan, “Guo Jing, ingatlah! Kau adalah orang baik, bagaimanapun juga tak boleh memberikan buku itu pada orang Chin.”

Note : Kenapa anak loe si egois bodo amat Yang Guo itu gak mati aja sih dalam kandungan? Benci setengah idup gue ama anak loe yang egois bodo amat itu >__< Kenapa gak niru elu sih, Mu Nian Chi? Kenapa harus niru licik dan egoisnya bapaknya coba? Fans Yang Guo dilarang mendekat, bloggernya benci sama Yang Guo, jadi dipastikan takkan ada pujian yang keluar. Daripada fans Yang Guo dan Xiao Lung Ni marah-marah ke bloggernya, menyingkir jauh-jauh aja dari blog ini *galak bodo amat* Yang Guo juga egois bodo amat, kok...)

Setelah Yang Kang turun dari atas karena ingin ikut melompat bersama Mu Nian Chi (tapi dihalangi Wan Yen Hong Lieh), kemudian si penjahat keji itu memerintahkan orang-orangnya melepaskan panahnya untuk membakar Guo Jing dan Huang Rong.
 

Huang Rong menyuruh Guo Jing menggendongnya ke atas gunung dan akhirnya mereka pergi dari sana dengan menggunakan bantuan sepasang rajawali putih peliharaan Guo Jing. 
(Nota : Rajawalinya kelihatan fake, tapi bodo amatlah. Gak penting juga kalau cuma rajawali doang)


Kemudian mereka sampai di sebuah rawa hitam, yang memiliki formasi mirip dengan yang ada di Pulau Persik. Huang Rong tersenyum tenang, rawa hitam itu bisa menyulitkan orang lain, tapi tidak dirinya. Huang Rong akhirnya meminta Guo Jing menggendongnya dan melangkah sesuai dengan instruksinya.

Dan akhirnya mereka pun sampai di sebuah rumah yang dihuni oleh seorang wanita berambut putih. Guo Jing yang sopan, memberi salam dan meminta ijin terlebih dulu sebelum masuk ke rumah itu. (Duh, udah ganteng, sopan pula ^_^)

“Apa ada orang di dalam? Kami tak sengaja lewat di sini. Ingin meminta air untuk minum,” Guo Jing berseru lantang untuk meminta ijin pada sang pemilik rumah.


“Kalian sanggup melewati rawa hitam, masih ingin omong kosong apalagi? Apa masih ingin aku keluar menjemput kalian?” jawab sang pemilik rumah, seorang wanita. Dengan kata lain, si pemilik rumah menyuruh Guo Jing dan Huang Rong agar segera masuk saja.

Uda tahu dong siapa si pemilik rumah? Yup, dia adalah Ying Gu. Siapa itu Ying Gu? Bagi para wuxia mania dan yang sudah nonton serial ini dalam versi-versi sebelumnya, pasti sudah tahu siapa sebenarnya Ying Gu. Tapi bagi para generasi muda yang baru mengetahui serial ini melalui versi yang ini, tidak perlu cemas, perihal siapa itu Ying Gu akan dijelaskan di episode selanjutnya.

Back to story... 
Guo Jing yang memang sopan, sekali lagi menyapa si pemilik rumah dan meminta maaf karena telah menerobos masuk tanpa permisi.


“Senior, maaf sudah mengganggu. Mohon senior bisa memaklumi.” Ujar Guo Jing sopan, namun tak ada respon dari si pemilik rumah.

Huang Rong yang melihat Ying Gu sangat suka menghitung dan asyik menghitung, tiba-tibe nyeletuk dan menyebutkan sebuah hasil perkalian (atau mungkin penambahan). Pokoknya intinya kedua wanita ini saling beradu menghitung yang tentu saja dimenangkan oleh Huang Rong yang jauh lebih cerdas, sehingga membuat Ying Gu tampak tak senang karena ternyata ada yang lebih pintar menghitung darinya.


“Tak disangka kau yang masih kecil, ternyata sangat jago menghitung.” ujar wanita berambut putih itu dengan penuh sindiran tajam. Kita panggil saja dia Ying Gu.

“Itu bukan apa-apa. Hanya saja sejak kecil, ayah pernah mengajariku selama beberapa hari.” Ujar Huang Rong jujur, namun di telinga Ying Gu terdengar seperti menyombongkan diri.

“Pernah belajar beberapa hari? Hanya belajar beberapa hari, sudah bisa menghitung dengan tepat, hasil yang kuhitung berhari-hari? Kau sedang bercanda, kan?” ujar Ying Gu dengan sinis, tampak tak percaya. (Ya elu kale yang gak bisa matematika. Huang Rong kan emang cerdas. Ngitung gini doank apa susahnya?”)

Ying Gu yang sejak awal sudah tampak tak suka, menjadi semakin kesal, saat salah satu hasil eksperimen Ying Gu harus hancur gara-gara Chiu Chian Ren datang untuk mencari Guo Jing dan Huang Rong dan membuat rumahnya bergetar karena tenaga dalam Chiu Chian Ren. Ying Gu semakin kesal dan tampak tak menyukai “tamunya”.

“Ahli menghitung, Ying Gu, Ketua Partai Tapak Besi – Chiu Chian Ren ingin bertemu.” Seru Chiu Chian Ren menggunakan tenaga dalam hingga membuat eksperimen bola dunia Ying Gu rusak gara-gara kekuatan tenaga dalamnya.


“Gawat. Mereka sudah mengejar hingga kemari.” Guo Jing menatap Huang Rong panik kemudian berganti menatap sang pemilik rumah, seakan meminta kemurahan hatinya.
  
“Kalian ini sebenarnya siapa? Kenapa membuat bola duniaku hancur? Apa kalian tahu berapa lama waktu yang kuhabiskan untuk membuatnya? Chiu Chian Ren bawa orang kemari untuk menangkap kalian, apa yang sudah kalian lakukan padanya? Cepat katakan!” tanya Ying Gu dengan kesal pada Guo Jing dan Huang Rong.

Guo Jing spontan berdiri di depan Huang Rong dengan waspada, seolah takut jika seandainya Ying Gu memukul kekasihnya.


“Senior, kami adalah murid Hong Chi Khong. Kami tak sengaja menerobos wilayah terlarang Partai Tapak Besi, itu sebabnya mereka mengejar kami hingga kemari. Adik seperguruanku dilukai oleh Ketua Partai Tapak Besi, Chiu Chian Ren, itu sebabnya kami datang kemari. Jika Senior tak bersedia membantu kami, maka kami akan segera pamit.” Ujar Guo Jing menjelaskan panjang lebar. 

Dia sengaja mengatakan bahwa Pengemis Utara, Hong Chi Khong adalah guru mereka jadi dengan begitu mungkin saja Ying Gu akan memandang sang guru dan bersedia menampung mereka selama beberapa saat.

Note : Kali ini Guo Jing mengakui Huang Rong sebagai adik seperguruannya. Ohh, jadi adik seperguruan ya statusnya Huang Rong sekarang? Mungkin ini lebih terdengar masuk akal, mengingat Guo Jing sudah berjanji menikahi Hua Cheng yang itu berarti bahwa yang berstatus tunangan Guo Jing  adalah Hua Cheng. Tapi hubungannya dengan Huang Rong lebih dari sekedar teman, apalagi mereka jelas-jelas saling mencintai, tapi kalau mengakui Huang Rong sebagai kekasih di depan orang tak dikenal juga masih ambigu, karena toh Guo Jing berjanji menikahi wanita lain. Jadi mengakui Huang Rong sebagai adik seperguruan memang sudah yang paling tepat. Namun anehnya, di depan Yang Kang dan seluruh anggota Partai Pengemis, Guo Jing mengakui Huang Rong adalah tunangannya. Jing Gege ngebingungin nih ceritanya >__<

“Hebat. Benar-benar pantas menjadi murid Hong Chi Khong. Tapi adik seperguruanmu terluka parah, jika kalian jatuh ke tangan Chiu Chian Ren, maka kabur pun sangat susah.” Jelas si wanita berambut putih tersebut.

“Jing Gege, jangan panik. Kita adalah tamu, sudah seharusnya mengikuti perintah pemilik rumah. Aku percaya, senior ini pasti bisa membedakan yang baik dan yang jahat serta siapa yang telah merusak bola dunianya ini.” Ujar Huang Rong lemah, sengaja memuji Ying Gu namun dibalik kalimatnya tersembunyi maksud lain.

Setelah mendengar penjelasan Guo Jing dan kalimat terselubung Huang Rong, Ying Gu pun keluar menjawab pertanyaan Chiu Chian Ren. 

“Aku Ying Gu tidak pernah menerima orang luar, apa Ketua Chiu tidak tahu itu?” ujar Ying Gu, menyembunyikan keberadaan Guo Jing dan Huang Rong.

“Bawahanku melihat seorang pria dan wanita masuk ke rawa hitam. Aku harap kau serahkan mereka padaku.” Jawab Chiu Chian Ren lantang.

“Siapa yang sanggup masuk ke rawa hitamku ini? kata-kata Ketua Chiu ini terdengar seperti merendahkan aku, Ying Gu. Memangnya kau tidak tahu, siapa pun yang menerobos rawa hitam ini, takkan mampu keluar hidup-hidup? Jika kau tidak percaya, kau bisa masuk dan mencobanya sendiri.” jawab Ying Gu memberikan tantangan.

“Baik. Kalau begitu aku takkan mengganggu lagi.” Jawab Chiu Chian Ren akhirnya, tak berani mencobanya sendiri.

Masuk ke dalam rumah, Ying Gu meminta untuk memeriksa luka Huang Rong. 
“Biar kulihat seberapa parah lukanya!” ujarnya pada mereka berdua. 
“Terima kasih Senior Ying Gu sudah menolong.” Jawab Guo Jing gembira lalu memapah Rong’er untuk duduk.

 

Setelah memeriksa luka Huang Rong, Ying Gu tak mengatakan apa-apa tapi langsung membuatkan obat untuk Huang Rong. Namun sayangnya, karena terlalu waspada (atau mungkin tepatnya “curiga”), Huang Rong tak mau meminum obat itu.



“Kau terkena pukulan Chiu Chian Ren, apa kau masih berharap bisa sembuh? Jika aku memang berniat melukaimu, aku juga tak perlu turun tangan. Obat ini untuk menahan rasa sakitmu. Tapi jika kau tak mau minum, ya sudahlah. Jika kau tak mau minum obat penahan rasa sakit ini, maka saat lukamu kambuh, maka rasakan saja sendiri.” Ujar Ying Gu dengan sinis. Ying Gu yang tersinggung segera mengambil kembali obat itu dan membuangnya ke lantai begitu saja. 

Guo Jing yang mendengar kalimat itu terdengar sangat kejam, spontan menjadi marah. 
“Adik seperguruanku terluka begitu berat, kenapa kau begitu tega bicara seperti itu padanya? Rong’er, kita pergi saja.” ujar Guo Jing marah.


Dia takut kalimat Ying Gu yang kejam akan menyakiti hati gadisnya. Guo Jing segera memapah Huang Rong dan ingin membawanya pergi tapi Ying Gu menghalangi mereka.


“Kalian dua anak kecil, apa kalian pikir kalian bisa datang dan pergi dari gubuk kecilku ini begitu saja seenak kalian?” Ying Gu tampak tak terima karena merasa Guo Jing dan Huang Rong telah meremehkannya.

 

Dia tampak tak terima dan menantang mereka berdua untuk bertarung. Guo Jing yang sehat, segera mendorong Huang Rong sedikit menjauh darinya dan berdiri di depan gadis itu, bertarung dengan Ying Gu. (mungkin maksudnya biar gak kena pukulan nyasar kale, ya. How sweet boyfriend. Guo Jing selalu ingin melindungi Huang Rong, tidak membiarkannya terluka).


Hasil pertarungan singkat ini berhasil dimenangkan dengan mudah oleh Guo Jing. Ying Gu pun terpaksa mengakui bahwa ilmu kungfu murid Hong Chi Khong ini jauh di atasnya. 

“Bocah brengsek, kungfumu hebat juga.” Ujar Ying Gu kesal, namun terpaksa mengakui kehebatan Guo Jing.

“Aku tinggal di sini puluhan tahun, setiap hari berlatih keras. Tapi sekarang, aku bahkan tak bisa menang melawan anak kecil tak tahu diri ini. Berlatih selama puluhan tahun, bukankah sia-sia saja?” ujar Ying Gu seperti orang linglung.

“Aku bersalah karena membuat senior marah, tolong biarkan kami pergi.” Ujar Guo Jing, merendah dan meminta maaf dengan sopan.

“Dia terkena pukulan Tapak Besi Chiu Chian Ren, wajahnya sudah tampak aura hitam. Walaupun aku tak menahan kalian, dia juga takkan hidup lebih lama lagi.” Ujar Ying Gu.


Kalimat yang membuat Guo Jing kembali panik. Dia segera meraih telapak tangan Huang Rong dan menggenggamnya. Guo Jing menyadari jika telapak tangan Huang Rong menjadi sangat dingin dan itu membuatnya semakin panik.



“Rong’er, bagaimana keadaanmu? Kenapa tanganmu sangat dingin?” tanya Guo Jing dengan panik seraya menggenggam sebelah tangan sang kekasih.


“Jing Gege, asalkan ada kau menemani di sisiku, matipun aku tak memiliki penyesalan.” Jawab Huang Rong pasrah.

“Walau kalian tidak berpisah, memangnya bisa apa? Dia tetap akan mati.” Ujar Ying Gu sinis.

Huang Rong terbatuk-batuk, dan Guo Jing kembali memberinya perhatian yang membuat Ying Gu menjadi cemburu dan iri. Dari gesture dan tingkah laku mereka berdua, Ying Gu bisa melihat bahwa mereka berdua lebih dari sekedar saudara seperguruan. Guo Jing dan Huang Rong saling memberi perhatian seperti sepasang kekasih. Guo Jing pun terlihat memberikan perhatian lebih dari sekedar seorang kakak seperguruan, dan lebih mirip seorang kekasih.


“Jika saja orang itu, memiliki 10% saja perasaan cinta anak bodoh ini kepada gadis kecil itu, aku pasti tidak akan merasa sia-sia hidup di dunia ini.” gumam Ying Gu, merasa cemburu melihat betapa Guo Jing sangat mencintai Huang Rong. Kemudian dia menggumamkan puisi tentang sepasang belibis (kalau gak salah inget) yang membuat Guo Jing merasa seperti pernah mendengarnya di suatu tempat.

“Baiklah. Karena kalian adalah murid Hong Chi Khong, aku beri kalian jalan untuk tetap hidup.” Akhirnya Ying Gu memutuskan untuk menyelamatkan Huang Rong.

Guo Jing senang bukan kepalang, tanpa mengerti bahwa sebenarnya Ying Gu memiliki maksud terselubung dibaliknya. 
“Senior bisa menyelamatkannya?” tanya Guo Jing dengan bersemangat. 
“Lukanya, di dunia ini hanya bisa disembuhkan oleh satu orang.” Jawab Ying Gu. 
“Siapa? Junior akan mencarinya sekarang juga.” Jawab Guo Jing bersemangat.

“Kau harus membawa adik seperguruanmu pergi bersama. Melihat keadaannya, takutnya dia takkan bisa bertahan lebih dari 3 hari.” Jawab Ying Gu, membuat Guo Jing shock berat.

“3 hari? Hanya 3 hari?” ulang Guo Jing tak rela.

“Jika dalam 3 hari, kalian bisa menemukan orang yang kusebutkan ini, maka dia mungkin masih bisa diselamatkan.” Jawab Ying Gu lagi.

“Baik. Senior katakan di mana tempatnya. Kami akan segera pergi mencarinya.” Jawab Guo Jing penuh tekad. Dia bertekad akan menyelamatkan kekasihnya meski nyawa taruhannya.

“Tapi aku harus katakan dulu kemungkinan terburuk. Orang itu bersedia menyelamatkannya atau tidak, aku tak bisa menjamin.” Jawab Ying Gu, seolah ingin membuat tekad Guo Jing menciut.

“Asalkan bisa menemukan orang itu, aku akan memohon padanya. Aku percaya orang hebat itu tidak akan berpangku tangan.” Jawab Guo Jing penuh tekad membara dan semangat 45. Merdeka! ^_^

Akhirnya Ying Gu memberikan Guo Jing 3 kantong berwarna putih, kuning, dan merah yang berisi surat yang hanya boleh dibukanya jika sudah sampai di tempat tujuan. Tapi Ying Gu sempat menarik kembali 3 kantong tersebut setelah mendengar Huang Rong menyebut “Pil Embun 9 Bunga” yang merupakan obat mujarab Pulau Persik.


Pil Embun 9 Bunga? Aku ingin lihat.” Pintanya pada Guo Jing yang baru saja akan menyimpan botol pil tersebut ke dalam bajunya.

“Obat dewa dari Pulau Persik? Bagaimana kalian mendapatkannya?” tanya Ying Gu menginterogasi. 
“Rong’er adalah putri dari Ketua Huang.” Jawab Guo Jing jujur. 
“Putri Sesat Timur?” ulang Ying Gu dengan tatapan mata sinis. 
“Kau kenal ayahku?” tanya Huang Rong, mencium sesuatu yang tidak beres.


“Kembalikan kantongnya! Kembalikan!” pintanya pada Guo Jing yang memandangnya tak rela. 
“Senior, jika kau dan Ketua Huang punya masalah, Rong’er tak ada hubungannya. Mohon Senior jangan libatkan Rong’er.” Jawab Guo Jing, tak rela kantongnya diminta kembali.


“Jing Gege, kembalikan kantong itu padanya.” Pinta Huang Rong lemah. Mengira ayahnya dan Ying Gu punya dendam pribadi.


“Rong’er...” Guo Jing tampak memprotes, tapi lagi-lagi dia menyerah dan menuruti keinginan Rong’er. 
“Jing Gege, aku belum tentu akan mati. Memangnya kalau mati kenapa? Cepat berikan padanya!” ujar Huang Rong tegas.


Walau tak rela, Guo Jing akhirnya mengeluarkan ketiga kantong itu. Dia tampak memegang erat ketiga kantong tersebut saat Ying Gu akan mengambilnya.


“Aku berlatih berhitung sekian lama, hanya bertujuan ingin masuk ke Pulau Persik. Tapi Putri Sesat Timur saja sudah seperti ini, formasi Pulau Persik, bagaimana mungkin bisa kutaklukkan? Walau aku berlatih 100 tahun sekalipun, juga tak berguna, tetap takkan bisa menembusnya. Jika memang nasibku seperti ini, apalagi yang bisa kukatakan?” Gumam Ying Gu lagi.

“Kalian pergilah! Bawa kembali ketiga kantongnya.” Ujar Ying Gu seraya menyerahkan kembali ketiga kantong tersebut pada Guo Jing, yang menerimanya dengan senang hati.

Pil Embun 9 Bunga ini, akan berdampak buruk bagi lukanya. Jangan diminum lagi.” Tambahnya seraya mengembalikan botol pil itu pada Guo Jing. 
“Terima kasih, Senior.” Ujar Guo Jing berterima kasih.

Apa isi ketiga kantong tersebut? Berhasilkah Guo Jing membawa kekasihnya bertemu dengan seseorang yang katanya bisa menyembuhkan luka sang kekasih? Dan apa sajakah rintangan yang harus dilalui Guo Jing demi menyembuhkan luka sang kekasih? Sampai jumpa di episode berikutnya...


Episode selanjutnya penuh dengan adegan menyentuh hati antara Guo Jing dan Huang Rong, bagaimana perjuangan seorang Guo Jing demi menyembuhkan sang kekasih. Sebuah pembuktian cinta yang tulus.

Berikutnya : Episode 40

Blogger Opinion : 
Episode Huang Rong terluka adalah episode favorite penulis karena episode-episode ini adalah episode-episode di mana Guo Jing membuktikan cintanya pada sang kekasih. Mulai dari menggendongnya ke mana-mana, lalu menaiki tebing yang tinggi dan curam hingga harus menempuh bahaya jatuh dari sana, bahkan Guo Jing yang tidak mempedulikan nyawanya sendiri demi mencari Kitab Perang Wu Mu (sampe dibelain ditusuk pisau), kini tidak peduli lagi pada buku itu saat melihat wanita yang dicintainya terluka parah. Guo Jing juga rela berlutut semalaman demi berdoa pada Tuhan dan meminta kesembuhan Rong’er. How sweet boyfriend. Masak udah kayak gini masih ada yang bilang gak kelihatan cintanya?


Elu kale yang buta jadi gak bisa melihat ckckck...Atau hatimu sudah dibutakan oleh kebencian pada karakter Guo Jing? Atau juga mungkin sudah dibutakan oleh fanatisme buta terhadap couple Hu Ge – Ariel Lin karena terlanjur suka mereka sejak di “Fairy From Wonderland” jadi tidak suka melihat couple Guo Jing dan Huang Rong yang lain?

Terserah deh bagi yang gak suka couple Guo Jing dan Huang Rong yang ini, aku sih suka-suka aja. Walau Li Yi Tong gak cantik, tapi karakternya dia tidak menyebalkan (mengingat Barbara aja terkesan menyebalkan).

 

Dan yang paling penting, 95% Fans International yang kubaca komentarnya di Forum Internasional menyukai couple ini dan khususnya William Yang Xuwen. Butiran debu mah gak ada artinya, yang penting mayoritas penonton menyukai mereka. It’s enough for me hihihi ^_^

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.