Senin, 10 Desember 2018

Sinopsis Lengkap : Legend Of The Condor Heroes 2017 (Ep 35)

Akhirnya, adegan di ruang rahasia telah selesai. Kali ini, kita beralih pada pertemuan kembali Guo Jing dengan sang Tunangan. Yup, si Putri Mongol Hua Cheng muncul kembali di episode ini. Ini adalah adegan yang menguras emosi penonton (khususnya aku) dan bikin geregetan saat Guo Jing memutuskan untuk menepati janjinya menikahi Hua Cheng daripada memilih untuk memperjuangkan cintanya pada Huang Rong. Walaupun pemeran Huang Rong yaitu Li Yi Tong kalah cantik jika dibandingkan dengan pemeran Putri Mongol – Hua Cheng, namun tetap saja karakter Hua Cheng terlihat menyebalkan, tidak peduli walaupun pemerannya sangat imut dan cantik, tetap saja membuat penonton merasa sebal.

Oh ya, bagiku ukuran sebuah film yang bagus adalah jika kita sudah melihat film tersebut berkali-kali dan tahu endingnya seperti apa, namun sebagai penonton kita masih merasa kesal dan sedih sendiri atas apa yang dialami sang tokoh utama alias mengocok emosi penonton, itu berarti bahwa Film tersebut memang film yang bagus dan layak dijadikan rekomendasi. Seperti dalam kasusnya “Legend Of The Condor Heroes 
2017” ini. 

Gak semua versi LOTCH dapat mengocok emosiku loh, versi 2008 Hu Ge dan Ariel Lin sama sekali tidak mengocok emosi penonton karena sejak awal aku gak suka Ariel Lin yang tembem dan gendut, hal yang sama juga terjadi pada LOTCH 1983 yang walaupun Hua Cheng-nya jauh lebih menyebalkan karena selalu mengancam ingin bunuh diri, namun karena aku gak suka karakternya Huang Rong versi Barbara Yung yang jahat dan sadis, jadinya gak mengocok emosi sama sekali.

Tapi karena LOTCH 2017 ini karakter Huang Rong-nya sangat manis dan baik hati, jadinya walaupun Li Yi Tong masih kalah cantik dibandingkan sang Putri Mongol, namun mampu membuatku selaku penonton berpihak padanya. Kasian gitu rasanya waktu Guo Jing memilih menikahi Hua Cheng T___ Poor Rong’er 0__0 Itu sebabnya aku memberi judul rekap kali ini “Stupid Mistake”, karena Guo Jing telah membuat KESALAHAN BODOH dengan memilih menepati janjinya menikahi Hua Cheng, keputusan yang kelak akan dia sesali, namun untungnya pengkhianatan Mongol membuat Guo Jing tak perlu menepati janjinya.






Dan kisahpun berlanjut... 
Saat Guo Jing dan Huang Rong akan berpamitan pada keenam guru Guo Jing dan Huang Yao Shi karena ingin merebut kembali Tongkat Pemukul Anjing dari tangan Yang Kang, tiba-tiba saja muncul sepasang rajawali putih milik Guo Jing, yang seolah-olah memberitahu Guo Jing bahwa para utusan Mongol ada di sekitar sana. 

“Gawat! Hua Cheng dalam masalah.” Ujar Guo Jing yang mengerti sinyal tanda bahaya itu.

Huang Rong terdiam mendengarnya, dia seolah mendapat firasat bahwa sesuatu yang buruk pasti akan terjadi pada hubungan mereka.

Dan benar saja, Chiu Chian Ren (PALSU) menangkap Hua Cheng, Tuo Li dan Jebe di tengah hutan. Untunglah Guo Jing dan yang lainnya datang ke sana untuk membebaskan mereka. Hua Cheng yang gembira melihat Guo Jing datang menyelamatkannya, spontan memeluk Guo Jing erat. Dan kali ini, Guo Jing pun membalas pelukan Hua Cheng (mungkin karena lega melihat gadis yang sudah dianggapnya sebagai adik kandung baik-baik saja)

Huang Rong yang melihat Guo Jing memeluk Hua Cheng hanya menatap diam dan memendam sakit hati dan rasa cemburunya dalam hati, karena sang ayah ada di sana. Huang Rong takut ayahnya akan semakin marah dan kembali membenci Guo Jing. Huang Rong mencoba mengerti bahwa Guo Jing hanya memeluk Hua Cheng seperti kakak memeluk adiknya.


Demi mengalihkan rasa cemburunya, Huang Rong melampiaskan kekesalannya pada Chiu Chian Ren. Dia menghajar Chiu Chian Ren dan menamparnya berkali-kali tanpa Chiu Chian Ren mampu membalas. 

Chiu Chian Ren yang kalah akhirnya mengarang kebohongan kalau Huang Rong sudah terkena luka dalam saat menamparnya tadi. Dia sengaja tidak mau memukul Huang Rong karena tidak tega melihat wajah cantik dan kulit gadis itu yang seputih salju menjadi babak belur.


Tapi saat Guo Jing berkata, “Kalau begitu lawan aku saja!”, Chiu Chian Ren langsung berpura-pura kebelet pipis untuk menghindari bertarung dengan Guo Jing. Guru Kedua Guo Jing pun iseng memberikan beberapa helai daun (entah untuk apa) sekaligus mencuri beberapa barang milik Chiu Chian Ren, termasuk pisau palsu yang bisa ditusukkan ke perut tanpa terluka juga plat Ketua Tapak Besi yang dicuri Chiu Chian Ren (PALSU) dari Chiu Chian Ren (Asli) agar penyamarannya tidak ketahuan.

Singkat cerita, Chiu Chian Ren (PALSU) kabur karena ketakutan. Dan tibalah saatnya kita nge-drama dulu. Ini adalah adegan PALING MENYEBALKAN BAGIKU karena ini adalah saat-saat di mana Guo Jing dengan berat hati dan terpaksa memilih menepati janjinya untuk menikah dengan Hua Cheng. Karena Guo Jing berpikir bahwa pria sejati HARUS menepati janji yang sudah dia ucapkan, apalagi melihat Tuo Li sempat berniat memutuskan tali persaudaraan mereka. Guo Jing yang memang sangat jujur dan memegang teguh prinsip, akhirnya berkata akan tetap menikahi Hua Cheng walaupun dalam hatinya HANYA ADA RONG’ER.


Note : Mungkin perasaannya Guo Jing sama kayak lagunya Gareth Gates – Stupid Mistake. “Anyone can hurt someone they love, my heart will break, cause I made the STUPID MISTAKE. She means nothing to me...Nothing to me. I swear every words is true...Don't wanna lose you.” Itu sebabnya judul artikelnya “STUPID MISTAKE”, ya... Aslinya kalau nonton rerun, adegan ini bakal ku SKIP, tapi berhubung lagi bikin rekap potongan adegan, jadinya terpaksa ditonton walaupun aslinya sebel banget sama Hua Cheng dan kasihan sama Rong’er hiks T__T

“An Ta, apa kau sudah menemukan pembunuh ayahmu? Kapan kau akan pulang ke Mongol? Khan Agung menunggumu pulang untuk menikah dengan adikku.” Ujar Tuo Li tanpa tahu apa-apa.

Mendengar ini, Guo Jing menjadi merasa bersalah. Apalagi Huang Yao Shi juga mulai menginterogasi sang calon menantu tentang hubungannya dengan Hua Cheng dan memintanya memilih dengan tegas.

“Guo Jing, apakah ini gadis yang pernah dijodohkan denganmu?” tanya Huang Yao Shi dengan galak. 
“Benar.” Jawab Guo Jing jujur. 
“Bukankah kau bilang di hatimu hanya ada Rong’er?” tanya Huang Yao Shi lagi.

Mendengar ini, Tuo Li tampak tak terima. “An Ta.“ 
“Baik, aku sementara ini percaya cintamu pada Rong’er. Kau sekarang beritahu mereka, kau takkan kembali ke Mongol dan menjadi Menantu Pisau Emas. Tidak akan bertemu dengan Nona ini lagi.” Ujar Huang Yao Shi tegas, meminta Guo Jing memilih.

“Hua Cheng dan aku tumbuh besar bersama di Mongol. Aku sudah menganggapnya seperti adikku sendiri. Jika tak ijinkan aku bertemu dengannya, aku pasti akan merindukannya.” Jawab Guo Jing dengan jujur.

Note : Guo Jing jelas-jelas berkata bahwa dia HANYA MENGANGGAP HUA CHENG SEBAGAI ADIK, dan Hua Cheng juga mendengar sendiri dari mulut Guo Jing bahwa Guo Jing HANYA menganggapnya adik, tapi Hua Cheng masih tetap tidak mau mengerti dan memaksakan pernikahan. Ini yang membuat karakter Hua Cheng menjadi menyebalkan T__T

“Kau ingin bertemu siapa, aku tidak peduli. Aku percaya, kau takkan pernah mencintainya.” Jawab Huang Rong dengan pengertian. (Rong’er gadis yang pengertian, ini yang membuat penonton berpihak padanya)

“Begini saja, hari ini aku ada di sini. Kakaknya juga ada di sini. Keenam gurumu juga ada di sini. Kau dengan jelas beritahu mereka, yang ingin kau nikahi adalah putriku bukan gadis mongol ini. Biarkan dia cepat membatalkan pernikahan.” Seru Huang Yao Shi, meminta Guo Jing memilih dan membuktikan cintanya pada Rong’er.

“Guo Jing, apa kau benar ada perasaan cinta pada Nona ini?” tanya Tuo Li pada Guo Jing, yang dijawab dengan anggukan mantap oleh Guo Jing sendiri.


“Hari itu Khan Agung sudah mengangkatmu menjadi Menantu Pisau Emas di Mongol, apa kau sudah lupa?” Tuo LI juga mendesak Guo Jing untuk memilih adiknya. 

“Aku tidak lupa.” Jawab Guo Jing. 
“Kalau begitu kau pulanglah bersamaku ke Mongol.” Ujar Tuo Li tak mau tahu perasaan Guo Jing.

“Kalian jangan memaksanya lagi. Dalam hati Guo Jing tak pernah ada aku. Biar saja aku kembali ke Mongol sendiri, di Mongol masih ada jutaan pria hebat yang mau menikahiku.” Jawab Hua Cheng, sengaja membuat Guo Jing semakin merasa bersalah.

“Guo Jing, jika kau tidak menginginkan adikku, kami juga takkan memohon padamu. Dulu kau pernah menyelamatkanku dan Ayah, budi dendam ini sangat jelas. Aku pasti akan merawat ibumu baik-baik. Jika kau ingin menjemputnya pergi, aku akan meminta orang untuk mengantarnya baik-baik. Tidak akan ada niat sama sekali untuk menghalangi. Pria sejati harus menepati janji, kau tenang saja. Tapi hubungan persaudaraan kita, berakhir di sini.” Ujar Tuo Li panjang kali lebar sama dengan tinggi, seraya meraih sebuah anak panah dan mematahkannya, sebagai tanda putusnya hubungan persaudaraan mereka.

“Mulai hari ini, aku bukan saudaramu lagi. Hua Cheng, Guru, kita pergi.” Tambahnya lagi, membuat Guo Jing merasa bersalah. 
“Guo Jing, kau sungguh mengecewakanku.” Tambah Guru Jebe.

“Jing’er, masalah lain, kami bisa bantu kau membuat keputusan. Tapi untuk yang satu ini, Guru hanya bisa berkata bahwa sebagai manusia, kita tidak boleh melupakan hubungan persaudaraan. Pria sejati harus menepati janji yang sudah dia ucapkan.” Tambah Guru Kesatu Guo Jing.

Guo Jing pun akhirnya memutuskan untuk menepati janji menikahi Hua Cheng HANYA KARENA MEMANDANG TUO LI semata, mengingat hubungan persaudaraan mereka, BUKAN KARENA dia benar-benar ingin menikah dengan HUA CHENG.

“Aku sudah pikirkan baik-baik. Tuo Li An Ta, Guru Jebe, Ketua Huang, keenam Guru, aku akan menepati janjiku menikah dengan Hua Cheng.” Ujar Guo Jing memutuskan. Dia membuat kesalahan bodoh yang pastinya akan dia sesali nantinya.

“Guo Jing, apa benar yang kau katakan?” tanya Hua Cheng dengan gembira. 
(Nih cewek bego amat. Udah tahu tunangannya gak cinta, masih maksa). 

Guo Jing hanya menjawab dengan anggukan lemah. Hua Cheng menggenggam tangan Guo Jing, tapi Guo Jing dengan cepat melepaskan genggaman tangan Hua Cheng di tangannya.

“Pernikahanku dengan Hua Cheng, aku sendiri yang menyetujuinya. Benar apa yang dikatakan Tuo Li An Ta, pria sejati harus menepati janji. Jika aku sudah setuju, maka aku harus melakukannya. Hari ini walau Rong’er membenciku, Ketua Huang ingin membunuhku, aku akan tetap menepati janjiku.” Ujarnya tegas walau dalam hatinya terluka.

“Masalah ini sangat mudah. Biar kubunuh saja gadis mongol ini, maka takkan ada masalah lagi.” Ujar Huang Yao Shi memutuskan. Dia tidak rela melihat putrinya bersedih. 

“Ayah.” Huang Rong segera menghalangi sebelum sang ayah bertindak. 


“Jika kau membunuhnya, Jing Gege pasti akan membenciku seumur hidup. Walau aku tak bisa bersamanya, aku juga tak ingin dia membenciku.” Ujar Huang Rong menghalangi.

“Jing Gege, apa kau sudah pikirkan baik-baik?” tanya Rong’er seraya menatap mata Guo Jing penuh rasa luka. 

“Rong’er, maaf.” Guo Jing ingin mengatakan yang lebih banyak lagi tapi Huang Rong memotong kalimatnya. 

 

“Aku mengerti. Kalian berdua memang pasangan serasi. Kalian bagaikan sepasang rajawali putih di gurun. Sementara aku, hanyalah seekor walet kecil.” Ujar Huang Rong sedih, menahan air matanya agar tidak menetes.

“Aku tidak bisa melanggar janjiku. Rong’er, cintaku padamu, kau tahu dengan jelas.” Ujar Guo Jing tegas. 

“Lalu kenapa kau masih ingin menikahinya?” tanya Huang Rong dengan sedih. 

“Aku memang bodoh. Banyak hal yang tidak kumengerti, tapi yang kutahu, jika sudah berjanji maka kita harus menepatinya.” Jawab Guo Jing, tak bisa menarik keputusannya.

Note : Duh, nih Hua Cheng uda jelas-jelas mendengar ungkapan hati Guo Jing yang mengatakan pada Rong’er bahwa cintanya pada Rong’er sudah sangat jelas, tapi tetep aja keukeuh memaksa Guo Jing untuk menikahinya. Mungkin bagi Hua Cheng, yang terpenting adalah memisahkan Guo Jing dan Huang Rong dulu. Yang lain, pikirkan belakangan...

“An Ta, jika kau sudah pikirkan baik-baik, maka pulanglah bersamaku.” Ujar Tuo Li. 
“Aku sekarang masih tak bisa pulang. Aku masih belum menemukan Wan Yen Hong Lieh dan membalas dendam ayahku.” Jawab Guo Jing menolak. 

“Guo Jing, kau mau pergi mencarinya, biarkan aku ikut bersamamu.” pinta Hua Cheng yang tentu saja ditolak oleh Guo Jing.

“Aku masih belum tahu dia di mana. Tapi aku sudah berjanji pada Guru Hong untuk pergi ke Yue Chou dan menghadiri pertemuan Partai Pengemis. Satu bulan kemudian, aku baru akan kembali.” Jawab Guo Jing, menolak halus.

Note : padahal saat Rong’er meminta ikut bersamanya, Guo Jing tanpa berpikir panjang spontan menjawab, “Baik. Selamanya kita tidak akan berpisah.” Jelas banget itu hanya alasan agar Hua Cheng tak ikut pergi bersamanya.

“Baik. Guo Jing, kalau begitu aku akan menunggumu di Ling An. Hari ini tanggal 6 Juli, sebulan kemudian tanggal 6 Agustus, kita berjanji bertemu di Ling An. Lalu kau kembali ke Mongol bersamaku, bagaimana?” Hua Cheng memberikan usul. Guo Jing pun mau tak mau menyetujuinya. 

“An Ta, kalau begitu kami pamit dulu. Sampai jumpa di Ling An.” Ujar Tuo Li sebelum pamit pergi bersama Hua Cheng dan guru Jebe. 

Note : Pergi sana! Duh, nyebelin banget nih Putri satu. Emang cantik sih, tapi nyebelin. Untung aja endingnya Guo Jing balik ma Huang Rong. Jangan jadi kayak Thio Bu Kie ya, Guo Jing. Pengkhianat Bangsa. Lebih memilih Putri Mongol daripada rakyatnya yang terjajah. Iya juga sih, Bu Kie kan gak kenal rakyat, tapi Thio Beng kan dia kenal. Apalah artinya rakyat? Sama kek Yang Guo (Yo Ko), EGOIS BODO AMAT >__< )

Setelah orang-orang Mongol itu pergi dari sana, Huang Yao Shi pun mengajak putrinya pergi juga. 
“Rong’er, kita pulang. Kelak, jangan bertemu lagi dengan bocah ini.” ujar Huang Yao Shi pada putrinya, mengajaknya pulang dan melarangnya bertemu lagi dengan Guo Jing.


“Ayah, aku masih harus pergi ke Yue Chou. Aku sudah berjanji pada Guru.” Jawab Huang Rong, menolak pulang. 
“Sampai saat ini, kau masih ingin bersamanya ke Yue Chou?” tanya Huang Yao Shi tak percaya.

“Aku sudah pikirkan dengan jelas. Dia mau menikahi orang lain, aku juga akan menikahi orang lain. Yang terpenting adalah di dalam hatinya hanya ada aku seorang, dan di hatiku juga hanya ada dia seorang.” Jawab Huang Rong.

Guo Jing spontan menatapnya tak rela saat mendengar Huang Rong berkata bahwa Huang Rong juga akan menikahi pria lain. 


Note : Maksud loe apa sih, Jing Gege? Masak loe nikahin Hua Cheng tapi Rong’er suruh jomblo terus gak boleh nikah ma orang lain juga? Gak adil dong ya. Bagus juga cara mikirnya Rong’er, Loe boleh nikah, gue juga boleh dong, ya? Kita satu sama".)

“Dia tak punya perasaan, untuk apa kau masih memikirkannya?” tanya Huang Yao Shi, tak percaya. 
“Tapi aku ingin bersama Kakak Jing lebih sehari lagi. Mendapatkan kebahagiaan lebih sehari lagi, menciptakan kenangan indah lebih sehari lagi.” Jawab Rong’er keras kepala.

Huang Yao Shi hanya bisa pasrah melihat putrinya yang keras kepala. Keenam guru Guo Jing pun tampak kasihan pada Huang Rong karena melihat mereka berdua saling mencintai namun tak bisa bersama.

Di tengah perjalanan, sepasang “kekasih” tersebut, berteduh di bawah sebuah rumah kosong untuk menghindari hujan.


“Rong’er, maafkan aku. Kau bencilah aku saja.” Ujar Guo Jing merasa bersalah. 

“Rong’er tidak benci Kakak Jing. Jika tahu begini, lebih baik kita tak perlu kembali kemari dan tetap tinggal di pulau terpencil itu. Dengan begini, kita tak perlu seperti ini.” jawab Huang Rong pengertian.


Note : Huang Rongnya baik banget dan pengertian. Walau Li Yi Tong kalah cantik dibandingkan dengan si Putri Mongol tapi melihat karakternya yang selalu mengalah dan begitu pengertian, membuat penonton merasa iba dan takkan bisa membenci karakternya. Malah berbalik jadi kasihan. Padahal dulu sebelum menonton DVDnya, aku sempat berpihak pada Hua Cheng karena pemerannya sangat cantik dan berharap Guo Jing ma Hua Cheng aja. Tapi setelah nonton DVDnya, aku kembali pada selera awal, kalau sudah benar banget Guo Jing balik ma Huang Rong karena Hua Cheng menyebalkan. Tak peduli secantik apa pun pemeran Putri Mongol, tapi Rong’er tetap kasihan. Li Yi Tong sukses mendapatkan simpati publik, di Forum International pun, banyak netijen yang benci pada karakter si Putri Mongol.

“Tuhan, kenapa Kau permainkan aku seperti ini? Sesuatu yang ingin kulakukan, tapi aku tak bisa melakukannya. Sedang sesuatu yang tidak ingin aku lakukan, aku terpaksa harus melakukannya. Kenapa?” Guo Jing hanya bisa menyalahkan Tuhan karena mempermainkannya seperti ini.

“Kalau begitu, kenapa saat itu kau menyetujui pernikahan itu?” tanya Huang Rong penasaran.

“Saat Khan Agung mengatur pernikahan itu, Aku masih tak tahu apa itu cinta. Aku baru mengetahuinya saat aku bertemu denganmu, Rong’er. Saat itulah aku baru mengerti apa itu mencintai seseorang.” Ujar Guo Jing seraya menggenggam kedua tangan Huang Rong. Sebuah pengakuan yang membuat Huang Rong tersentuh dan tersenyum bahagia. Setidaknya dia tahu bahwa cinta Guo Jing hanya untuknya.

“Salahkan saja Tuhan. Salahkan Dia yang tidak membuat Rong’er bertemu Kakak Jing lebih awal.” Jawab Huang Rong, mencoba menghibur dirinya.


“Dulu, aku sering mendengar orang-orang berkata, kehilangan cinta rasanya hati bagai ditusuk pedang. Tapi aku sama sekali tak mengerti bagaimana rasanya. Hingga hari ini, aku akhirnya mengerti. Hanya memikirkan akan berpisah dengan Rong’er, hatiku bagaikan ditusuk ribuan pedang.” Ujar Guo Jing, menjelaskan isi hatinya dan apa yang dia rasakan saat ini.

Mendengar pengakuan cinta Guo Jing, Huang Rong tiba-tiba saja berlari ke tengah hujan. Guo Jing spontan berlari mengejarnya dan memayunginya dengan topi petani yang lebar dan terbuat dari kayu. (maklum belum beli payung ^_^)


“Rong’er, kau ini sedang apa?” tanya Guo Jing tak mengerti saat melihat “kekasih”nya berlari ke tengah hujan.

“Hujan sederas ini, tak ada gunanya berlindung. Walaupun kita berteduh di sana, tetap saja akan basah.” Jawab Huang Rong tak peduli. Dia mengibaratkan hubungan mereka sama seperti hujan deras ini. Mau menghindar pun tak ada gunanya. Mereka tetap harus menjalaninya.


“Jing Gege, jika ini adalah takdir kita, tak ada seorangpun yang bisa mengubahnya. Hari-hari bersamamu, terlewati sehari maka akan berkurang sehari. Kita harus menghargai setiap detik yang kita miliki setiap hari. Kita harus lewati hari-hari terakhir yang kita miliki dengan penuh kegembiraan. Bersama sehari, bergembira sehari.” Lanjut Huang Rong dengan ceria seraya melemparkan topi petani yang digunakan Guo Jing untuk memayunginya.



“Baik. Bersama sehari, bergembira sehari.” Ujar Guo Jing setuju. Kemudian dia menggendong sang kekasih dan membawanya berputar-putar di tengah hujan seraya tertawa lepas. 



Mereka sudah memutuskan untuk membuat kenangan indah setiap hari yang penuh dengan kegembiraan, sebelum akhirnya kelak mereka berpisah.

 
Sepasang kekasih ini kemudian tiba di sebuah penginapan, yang lagi-lagi mereka tidur satu kamar. (Ehem, Guo Jing uda pernah merasakan gairah pria ingin memiliki Rong’er, tapi masih berani tidur satu kamar, ya? Gimana kalau tiba-tiba mendadak “pengen” lagi? Hebat banget pengendalian dirinya Guo Jing. Salut hihihi ^_^ Btw, Guo Jing ganti baju ke kostum favoritku. Ganti baju lagi? Huang Rong aja masih belum ganti. Oh ya, di antara semua kostumnya Guo Jing, aku paling suka yang ini. William Yang makin cakep memakai kostum yang ini.)

“Rong’er, maaf. Lukisan yang kau berikan padaku, jadi basah.” Ujar Guo Jing menyesal. 
“Coba kulihat.” Ujar Huang Rong meminta lukisannya. 

Dan saat mencoba mengeringkannya itulah, dia menemukan tulisan di dalamnya yang intinya menunjukkan lokasi di mana Kitab Perang Wu Mu kemungkinan besar disembunyikan.

Huang Rong yang cerdas akhirnya mengetahui kemungkinan Kitab Perang Wu Mu disembunyikan di Gunung Lima Jari setelah melihat gambar dalam lukisan yang berbentuk seperti Lima Jari.

Guo Jing dan Huang Rong akhirnya sampai di Yue Chou. Mereka berjalan dengan santai seraya bergandengan tangan dan menuntun si Kuda Merah. Ke mana-mana selalu berdua dan bergandengan tangan, siapa pun yang lihat pasti sudah bisa menebak kalau mereka pacaran. Kalau gak pacaran, mana mungkin gandengan tangan ke mana-mana? Gesture dan sikapnya gak bisa bo’ong, ya.


Kemudian mereka sampai di sebuah rumah makan. Guo Jing bertanya tentang arti dari sebuah puisi dan meminta pendapat Rong’er. Seperti biasa, Huang Rong yang tak mau berpikir rumit, hanya berkata dengan sedih.

“Aku tak terlalu memikirkan tentang kehidupan ini. Aku hanya tahu, kalau Jing Gege tak ada di sisiku, aku pasti tidak akan pernah bahagia.” Sebuah jawaban yang membuat Guo Jing merasa bersalah.


Kemudian, mereka tak sengaja bertemu dengan Tetua Lu Yu Jiao yang merupakan pemimpin kelompok baju kotor. Mereka sempat berbincang-bincang dengan akrab sebelum secara tak sengaja, Huang Rong menyinggung Tetua Lu dan membuatnya pergi dengan marah. (Tapi gak beneran marah kok. Tetua Lu bisa melihat bahwa Huang Rong hanya seorang gadis kecil yang bicara sembarangan).

Yang Kang dan 3 Tetua dari kelompok baju bersih pun juga datang ke rumah makan yang sama (Macem sinetron, muncul semua di satu tempat ckckck...)

Huang Rong berkata, “Apa enaknya memakai baju kotor dan bau? Memakai baju bersih bukankah lebih nyaman?” tanya Huang Rong dengan nakalnya. 

“Kau ini Nona Muda dari keluarga Kaya, kau tentu akan meremehkan pengemis.” Seru Lu Yu Jiao lalu pergi dengan marah. 
“Kakak Lu, Rong’er tidak bermaksud seperti itu.” Guo Jing berusaha membela kekasihnya.

“Sepertinya aku sudah salah bicara dan membuat Tetua Lu marah. Kau pasti akan memarahi Rong’er, kan?” tanya Rong’er dengan wajah tanpa dosa, membuat Guo Jing tidak tega dan hanya menggelengkan kepalanya pasrah melihat kekasihnya yang nakal dan suka bicara sembarangan.


Guo Jing dan Huang Rong juga sempat bergurau dan saling menggelitik, tertawa dengan gembira sebelum akhirnya datang tetua Pheng dari kelompok baju bersih yang menghipnotis mereka sehingga membuat sepasang kekasih tersebut jatuh pingsan.


Setelah sadar, mereka sudah dikurung di sebuah tempat yang mirip gudang dengan kedua tangan dan kaki terikat. Tak hanya itu, Yang Kang pun tiba-tiba saja muncul di sana. 

Note : nih manusia pengkhianat bangsa ngapain muncul lagi? Benci banget sama Yang Kang sebesar rasa benciku sama Anaknya yaitu Yang Guo (Yo Ko), si “pahlawan” EGOIS yang NGUMPET DALAM KUBURAN >__<


Episode berikutnya yaitu pertemuan partai Pengemis, di mana Yang Kang mengaku sebagai Ketua Baru Kaypang dan berniat memindahkan base camp Kaypang dari Utara ke Selatan. Apakah Huang Rong akan diam saja melihat Tongkatnya direbut dan jabatannya diakui seenak jidat? Kita lihat di episode berikutnya...

So, see you next episode...

Berikutnya : Episode 36

Blogger Opinion : 
Btw, pemeran Putri Mongol Hua Cheng yaitu Dai Wen Wen memang adalah pemeran Putri Mongol TERCANTIK dari semua adaptasi yang ada. Dulu saat serial ini belum resmi ditayangkan dan hanya melihat melalui foto-foto Behind The Scene-nya, aku sempat berpikir kalau Putri Mongol begini cantik dan imut, kok rasanya lebih ingin Guo Jing memilih Putri Mongol, ya.

Tapi setelah menonton serial ini secara langsung, akhirnya aku kembali pada keputusan bahwa tidak peduli secantik apa pun pemeran Putri Mongol, karakternya tetap menyebalkan.

 
 
Rasanya sangat benci saat melihat adegan Guo Jing memilih menepati janjinya untuk menikahi Hua Cheng daripada memperjuangkan cintanya pada Huang Rong. Dan Hua Cheng sendiri, jelas-jelas dia tahu bahwa calon suaminya mencintai gadis lain, kenapa dia seolah tidak peduli? Apa Hua Cheng sudah tak punya harga diri lagi? Hua Cheng also makes THE STUPID MISTAKE !!!

Kedua orang ini sama-sama melakukan KESALAHAN BODOH dalam hidup mereka. Guo Jing jelas-jelas hatinya hanya mencintai Huang Rong tapi dia malah berjanji akan menikahi wanita lain. Sementara Hua Cheng, jelas-jelas tahu bahwa dalam hati pria yang akan dia nikahi HANYA ADA GADIS LAIN, tak ada tempat lagi untuknya, kenapa harus memaksakan diri? Kenapa harus memaksa untuk menjalani pernikahan TANPA CINTA? Apa Hua Cheng sebegitu bodohnya?


Atau Hua  Cheng berpikir asalkan dia bersama Guo Jing setiap hari maka Guo Jing akan belajar mencintainya? Bukankah Hua Cheng sudah bersama Guo Jing sejak kecil tapi tetap saja Guo Jing tidak bisa mencintainya??? Kalau memang mereka berdua berjodoh, seharusnya Guo Jing sudah jatuh cinta pada Hua Cheng sejak kecil, kan?

Jika aku adalah Hua Cheng, aku pasti akan tersiksa lahir dan batin jika aku menikahi seorang pria yang di dalam hatinya ada wanita lain. Bisa dibayangkan bagaimana sakitnya seorang istri bila setiap malam dia tidur dengan seorang pria, memeluknya namun dalam mimpinya, sang suami selalu memimpikan wanita lain dan menggumamkan nama wanita lain dalam tidurnya. Merindukannya siang dan malam.


Apa Hua Cheng begitu bodoh hingga bersedia hidup dalam kebohongan pernikahan? Apa hatinya tidak akan  merasa tersayat jika dia mendengar Guo Jing menggumamkan nama Huang Rong setiap malam dan merindukannya? Kenapa harus memaksakan sebuah pernikahan di mana tidak ada cinta di dalamnya? Bukankah itu hanya akan menyakiti diri si wanita sendiri? Tapi cinta memang buta, mungkin Hua Cheng berpikir asalkan dia memiliki tubuh Guo Jing di sisinya, dia tidak peduli pada hatinya. 

REALLY A STUPID MISTAKE !!!!

Untung saja Khan mendesak mati Ibu Guo Jing, jadi karena merasa bersalah, Hua Cheng sendiri yang membatalkan pernikahan mereka dan membebaskan Guo Jing. Karena jika tidak, Guo Jing selamanya pasti akan terperangkap dalam pernikahan tanpa cinta.

Written by : Liliana Tan 
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!! 
Credit Pict : WEIBO ON LOGO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads