Rabu, 04 Maret 2015

Jilid 3 : Best Quote Novel Pendekar Pemanah Rajawali (Rev Terbaru)

I have to say that I love the novel’s Revision. Baru saja membeli Novel “Pendekar Pemanah Rajawali” bulan lalu dan baru saja menyelesaikan membaca ke-4 Jilid Revisi Terbaru dari Novel popular Karangan Jin Yong ini. Guo Jing versi revisi sangat romantis, dia terlihat begitu sangat mencintai Huang Rong khususnya saat Huang Rong terluka parah akibat terkena pukulan Ketua Tapak Besi Qiu Qian Ren, dia bahkan berkata bahwa dia ingin menemani Huang Rong selama 100 tahun, 200 tahun hingga luka Huang Rong pulih, jika tidak pulih maka Guo Jing akan mati bersamanya. How so sweet Guo Jing =)


 Harga asli novel ini adalah 400.000 tapi karena ada event special Valentine Day jadi diskon 30% deh.

 
 


Note : All Pictures Taken From “Legend Of The Condor Heroes 2017”. Starring by William Yang Xuwen and Li Yi Tong.

Versi Novel Revisi Gramedia 2014 ini 95% SANGAT MIRIP dengan versi adaptasi terbaru “Legend Of The Condor Heroes 2017” yang dibintangi oleh William Yang Xuwen dan Li Yi Tong. Ditambah lagi, Guo Jing 2017 (William Yang) juga dibuat sama romantisnya (bahkan lebih romantis) dengan Guo Jing versi revisi TERBARU Gramedia 2014.

Versi 1994 yang dibintangi oleh Julian Cheung dan Athena Chu juga dapat dikatakan mirip dengan novelnya, tapi novel yang belum direvisi alias novel terbitan lama. 

Novel "Pendekar Pemanah Rajawali" revisi terbaru ini terdiri dari 4 Jilid Novel yang masing-masing Jilid terdiri dari 10 bab, jadi total ada 40 bab dalam keseluruhan Novel ini.

Guo Jing sebelum revisi memang kurang romantis, tapi Guo Jing setelah revisi lebih sweet dan romantis. Anda dapat menyaksikan Guo Jing yang lebih romantis dalam versi adaptasi terbaru 2017 yang dibintangi oleh William Yang dan Li Yi Tong. Karena versi terbaru tersebut diadaptasi dari NOVEL REVISI TERBARU. 

Itu sebabnya penulis sangat menikmati menonton adaptasi terbaru 2017 karena alur ceritanya dan penggambaran karakter Guo Jing-nya (yang sweet dan romantis) SANGAT MIRIP 95% dengan Novel Revisi Terbaru Gramedia 2014, yang sudah penulis baca lebih dulu bahkan sebelum LOCH 2017 dibuat. Bagi yang belum membaca novel revisi terbaru Gramedia 2014 tersebut, berikut adalah beberapa Quote yang menurut penulis meninggalkan kesan yang mendalam.

Jilid 3 (Bab 21-30) Novel Pendekar Pemanah Rajawali Gramedia Revisi 2014:
1. Guo Jing : “Kenapa kau menangis?”
Huang Rong : “Aku tidak menangis,” Huang Rong tertawa sedih.
Gadis Bodoh : “Dia menangis. Masih bohong? Tidak malu? Lihat! Wajahnya penuh air mata.”
Guo Jing : “Rong’er, kau jangan menangis. Aku tidak akan mati, Tusukan ini tidak ringan, tapi tidak mematikan. Yang sulit adalah ilmu kodok si Racun Barat. Untungnya dia tidak menggunakan seluruh kekuatannya. Hanya saja, harus merepotkanmu selama 7 hari 7 malam.”
Huang Rong : “Walaupun harus merepotkanku selama 70 tahun pun, kau tahu aku bersedia,” Hati Guo Jing terasa hangat mendengar kata-katanya. – Hal 139.


2. Huang Rong : “Kakak Jing, kau kenapa?” Huang Rong melihat wajah Guo Jing merah padam.
Guo Jing : “Aku tidak baik. Aku memikirkan...memikirkan...”
Huang Rong : “Memikirkan apa?”
Guo Jing : “Saat ini aku tidak memikirkannya lagi.”
Huang Rong : “Tadi kau memikirkan apa?”
Guo Jing : “Aku berpikir ingin memelukmu, menciummu,” 
Guo Jing tidak dapat menghindari pertanyaan itu. Hati Huang Rong menjadi hangat, wajahnya memerah. Wajahnya yang malu nampak semakin cantik.


Guo Jing : “Rong’er, kau marah? Aku berpikir seperti ini mirip Ou Yang Khe.”
Huang Rong : “Aku tidak marah, aku sedang berpikir suatu hari nanti kau akan dapat memeluk dan menciumku. Aku ingin jadi istrimu.” Guo Jing gembira dan tidak dapat berkata-kata.
Huang Rong : “Kau ingin menciumku? Apa benar-benar ingin?” Hal 151.
(Huang Rong is Guo Jing's lust. Huang Rong adalah gadis pertama yang membangkitkan gairah lelaki Guo Jing, it's mean that He love her so much...)


3. Huang Rong : “Kakak Jing, kenapa?” kata Huang Rong saat tangan Guo Jing makin lama makin panas. Pikiran Guo Jing menjadi bercabang saat melihat kemesraan antara Cheng Yao Jia dan Lu Guan Ying, sesuatu mendadak merasuki hatinya, sebuah keinginan mendesak yang sebelumnya tak pernah muncul kini tiba-tiba menguasai hati dan pikirannya.

Guo Jing : “Mari kita berhenti, jangan mengalirkan energi.” 
Saat itu mendengar percakapan Cheng Yao Jia dan Lu Guan Ying yang tertawa-tawa hangat, di sebelahnya juga ada gadis cantik bagaikan bunga yang sangat dicintainya, dia tidak tahan lagi. Seluruh tubuhnya mendidih. Ia mengulurkan tangan ingin memeluk Huang Rong.

Huang Rong : “Kakak Jing, tahan dirimu!” 
Hati Guo Jing bagai berayun-ayun.


Guo Jing : “Aku tidak bisa, Rong’er, aku...aku...Aku tidak dapat mengendalikan diri lagi,” sambil berkata, ia hendak berdiri dan mendekati Huang Rong. 

Guo Jing menangkap tangan Huang Rong, Huang Rong melihat pembuluh darah di mata Guo Jing seperti akan meledak. Dalam keadaan putus asa, Huang Rong membenturkan pundak ke lengan Guo Jing dan duri di rompi landak menusuk lengan pemuda itu. - Hal 189.

(Intinya : nih Guo Jing "Horny" dan tanpa sadar pingin “memperkosa” Huang Rong gara-gara horny liat Cheng Yao Jia dan Lu Guan Ying mesra-mesraan di ruang tamu, tapi untung duri di rompi landak Huang Rong berhasil mencegah hal itu)

 

4. Huang Rong : “Siapa nona Mongol itu?”
Guo Jing : “Dia putri Jenghis Khan. Dia tunanganku.”
Huang Rong : “Kau sudah punya tunangan? Kenapa kau tidak pernah mengatakannya padaku?”
Guo Jing : “Aku juga tidak tahu. Dalam hati aku hanya menganggapnya adik, aku tidak ingin menikahinya.”
Huang Rong : “Kenapa?”
Guo Jing : “Pertunangan ini Khan yang menentukan untukku. Saat itu aku tidak merasa tidak suka, juga tidak merasa suka, hanya menganggap ucapan Khan tidak jelek. Saat ini, Rong’er, aku hanya ingin menikahimu. Jika aku tidak dapat menikahimu, aku tidak ingin hidup lagi. Jadi aku belum membicarakannya denganmu.” – Hal 203.

 

5. Huang Rong : “Kau masih menginginkan aku tidak?”
Guo Jing : “Kenapa aku tidak menginginkanmu? Aku bisa saja tidak menginginkan nyawaku sendiri, tapi aku tidak bisa tanpa kau.” – Hal 243.

6. Huang Yao Shi : “Kau sebenarnya sudah bertunangan tapi datang kepadaku untuk melamar, apa penjelasanmu?”
Guo Jing tidak dapat berbohong dan menjawab dengan tulus, Aku hanya berharap seumur hidup bersama Rong’er. Jika tidak ada Rong’er, aku tidak dapat hidup. Aku selalu menganggap Kojin adik kandung, jika tidak bertemu dengannya, aku kadang merindukannya.”
Huang Rong : “Kau ingin bertemu siapa, boleh bertemu, aku tidak peduli. Aku percaya kau tak mungkin mencintainya, kau hanya mencintaiku.” – Hal 253.

 

7. Guo Jing : “Rong’er, aku tidak tahu perkataanku benar atau tidak. Tapi di dalam hatiku hanya ada kau, dan kau juga mengerti. Tak peduli orang lain berkata boleh atau tidak, meskipun tubuhku dibakar jadi abu, dalam hatiku hanya ada dirimu seorang,” Guo Jing maju 2 langkah dan menggenggam erat kedua tangan Huang Rong saat mengatakannya.

Huang Rong : “Kalau begitu, mengapa kau mengatakan akan menikahinya?” Air mata mengambang di mata Huang Rong.


Guo Jing : “Aku bodoh. Apa pun tidak mengerti. Aku hanya tahu jika sudah berjanji tidak boleh menariknya kembali. Tapi aku juga tidak berbohong. Apa pun yang terjadi, di hatiku hanya ada kau seorang. Walaupun mati, aku tidak dapat berpisah denganmu,” dalam hati Huang Rong bingung, ada perasaan gembira dan juga sedih. – Hal 255.

 


8. Huang Yao Shi : “Di kemudian hari, kau masih akan bertemu bocah ini tidak?”
Huang Rong : “Ayah, dia ingin menikahi orang lain, aku juga akan menikah dengan orang lain. Dalam hatinya hanya ada aku seorang, dalam hatiku juga hanya ada dia seorang,” Huang Rong memandang Guo Jing dan melihat pemuda itu menatapnya. Sorot mata Guo Jing penuh kasih, dipenuhi perasaan mendalam tak terbatas. – Hal 256.

9. Huang Rong : “Kakak Jing, aku tidak peduli dunia ini susah atau tidak, gembira atau tidak, jika kau tak ada di sampingku, aku selamanya tidak dapat gembira,” suaranya menjadi pelan, dia mengerutkan alis dan tampak sedih.
Guo Jing : “Aku juga tak mungkin gembira,” Guo Jing tahu Huang Rong memikirkan urusan seumur hidup mereka dan ia tak dapat menghiburnya. – Hal 260.

10. Yang Kang berkata kepada Guo Jing, “Putri Huang Yao Shi tunanganmu, benar bukan?” Guo Jing berpikir hal ini benar, ia mengangguk lagi. - Hal 279.
(Walau berjanji akan menikahi Kojin/Hua Zheng, Guo Jing tetap menganggap Huang Rong tunangannya dan mengakui Rong'er adalah tunangannya di hadapan semua orang, entah kenapa bagiku itu sangat romantis hehehe ^.^ )


11. Guo Jing : “Rong’er, kau tidak terluka?” 
Ia melepas tali di kaki dan tangan Huang Rong dan membuka kain yang menyumpal mulutnya.
Huang Rong : “Seluruh tubuhku linu tapi tidak terluka,” Huang Rong bersandar ke lutut Guo Jing tapi tidak bangkit.
Guo Jing : “Bagus. Kau berbaringlah sebentar, lihat aku akan membalaskan kemarahanmu,” 

Tangan kiri Guo Jing mengelus perlahan rambut Huang Rong yang indah, tapan kanannya melawan sekumpulan pengemis. - Hal 291, 292.


12. Guo Jing : “Rong’er, kita coba lawan mereka. Jika jatuh kita jatuh bersama,” ujar Guo Jing saat mereka sudah terdesak hingga ke tepi tebing.
Huang Rong : “Tapi mereka murid Guru.”


Merasa tak ada pilihan, Guo Jing mengulurkan kedua tangannya memeluk Huang Rong sambil berbisik di telinganya, “Lekas pergi!” lalu mencium kening Huang Rong kemudian mengeluarkan seluruh tenaganya lalu melemparkan Huang Rong ke panggung. - Hal 296.
(Adegan cium kening sayang gak ada di versi 1994, 2008 ataupun 2017, kalau ada romantis tuh walau hanya cium kening doank, secara cium bibir jelas gak mungkin hahaha ^.^ *ngeres kumat* )

 

13. Huang Rong : “Kakak Jing, kau jahat!” wajah Huang Rong mengeras, alisnya tampak marah.
Guo Jing : “Rong’er yang baik, aku tak mengerti, katakanlah!” Guo Jing menggaruk kepala dan berpikir, tetapi tidak mengetahui sebabnya.


Huang Rong : “Baik. Kutanya kau, semalam kita terdesak oleh Formasi Partai Pengemis, ketika nyawa kita sulit dipertahankan, kenapa kau melemparkan aku? Apa kalau kau sampai mati, aku juga masih dapat hidup? Apa sampai hari ini kau tak mengetahui isi hatiku?” sambil berkata ia meneteskan airmata.

Guo Jing melihat Huang Rong mencintainya demikian mendalam, tetapi tidak tahu harus mengatakan apa. Setelah beberapa saat akhirnya dia berkata, “Aku salah, seharusnya kita mati bersama.” – Hal 315.

 

14. Guo Jing : “Rong’er, a...apa yang kau rasakan?” suaranya bergetar. 
Guo Jing memperhatikan wajah Huang Rong dengan teliti dan ternyata benar di antara alis gadis itu tampak samar-samar selaput tipis bayangan hitam. Guo Jing merasa hatinya dingin, darahnya berdesir naik, kedua tangannya memeluk erat-erat tubuh Huang Rong.


Huang Rong : “Kakak Jing, dalam 3 hari ini kau jangan meninggalkan aku satu langkah pun, ya?”
Guo Jing : “Setengah langkah pun aku takkan meninggalkanmu,” Air mata Guo Jing menetes, 2 garis air mata mengalir di pipi. – Hal 346.


15. Yinggu : “Jika menyalurkan tenaga dalam padanya, kau hanya membuatnya lebih cepat kehilangan nyawa. Walaupun kau setengah langkah pun tidak meninggalkannya, umurnya tidak akan lebih dari 72 jam,” Guo Jing menangis, dia menengadah dan memandang wanita itu dengan mata penuh air mata, seolah memohon agar tidak mengatakan sesuatu yang menyakiti hati Huang Rong. – Hal 347.

 

16. Huang Rong : ”Kakak Jing, jika kau selamanya menemaniku seperti ini, lukaku 100 tahun tidak sembuh pun aku senang.”
Guo Jing : “Jika kau tidak bosan, aku akan menemanimu selama 100 tahun”.
Huang Rong : “Bagaimana dengan Putri Kojin?”


Guo Jing : “Aku berjanji akan menikahinya, tapi aku ingin menemanimu 100 tahun, 200 tahun. Jika ia dapat menunggu selama 100 tahun, 200 tahun,  bolehlah. Oh, Rong’er, aku matipun tidak dapat berpisah denganmu. Aku terpaksa bersalah padanya. Sesudah 200 tahun ia akan menjadi wanita tua yang kulitnya keriput dan rambutnya putih, aku tentu tidak dapat menikah dengannya.”
Huang Rong : “Saat itu aku pun sudah berubah menjadi nenek tua.”
Guo Jing : Meskipun kau jadi nenek tua, aku akan tetap menikah denganmu. Saat itu kau sudah menjadi nenek Rong’er yang cantik dan manis.” – Hal 355.


17. ”Jika aku menempuh bahaya menangkap sepasang ikan aneh itu,” pikir Guo Jing, “dan memberikannya pada nelayan itu, tentu hatinya akan tergerak dan ia akan mengajak kami bertemu gurunya. Jika tidak, apakah dapat menyaksikan Rong’er tak dapat sembuh dari lukanya?” 
Demi Huang Rong, Guo Jing melompat ke balik air terjun untuk mencari ikan emas agar menyenangkan hati nelayan itu agar bersedia menolong Huang Rong. – Hal 365.


18. Guo Jing : “Rong’er, pepatah mengatakan hidup dan mati adalah takdir. Meskipun panjang umur sulit dikatakan, jika lukamu tidak dapat disembuhkan dan kau pergi ke alam baka, Kakak Jing-mu masih tetap akan menggendongmu. Begitu saja, mari kita pergi.” 


Ia sudah memutuskan maka kata-katanya tegas. Hidup-mati Huang Rong bagaimana, ia akan sehidup-semati dengan gadis itu. Ketika mendengar Guo Jing mengungkapkan isi hati dengan tulus, mata Huang Rong memerah. - Hal 367.
(Nih orang kan juga romantis dan cinta mati ma Huang Rong, kok ada yang bilang lebih romantis Yoko sih? Guo Jing romantis dengan caranya sendiri. Nih liat, dia rela sehidup semati, kan? I HATE YOKO TO THE BONE !!! ) 


19. Huang Rong : “Hidup, kau gendong aku! Mati, kau gendong aku!”
Guo Jing : “Benar. Tak peduli kau hidup atau mati, aku akan tetap menggendongmu.”


Huang Rong : “Kakak Jing, kau mengatakan ke akhirat pun kau tetap menggendongku, aku tidak takut mati!”
Guo Jing : “Rong’er, jangan bicara tentang kematian, bisa tidak?” 


Huang Rong tertawa pelan, dia meniup pelan tengkuk Guo Jing dengan napas. Guo Jing merasa lehernya gatal dan hangat.
Guo Jing : “Kau mengacau lagi, jika tanganku terlepas, kita berdua akan jatuh dan mati.”
Huang Rong tertawa : “Kali ini bukan aku yang bicara soal hidup dan mati.” – Hal 373.
 
 

To Be Continued : Jilid 4...

Written by : Liliana Tan
Credits Pict : WEIBO ON LOGO
WARNING : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads