Still with the
romantic Jing Gege... I have to say that I love the novel’s Revision. Ke-4
Jilid Revisi Terbaru dari Novel popular Karangan Jin Yong ini, benar-benar membuatku makin cinta pada Jing Gege. Guo Jing versi revisi sangat romantis, dia
terlihat begitu sangat mencintai Huang Rong khususnya saat dia sempat
memutuskan bahwa walaupun dia sudah berjanji pada Tolui akan menikahi Kojin
tapi akhirnya dia memutuskan tidak akan pernah meninggalkan Huang Rong dan akan
menemaninya seumur hidup, tapi tentu saja itu sebelum sebuah kesalahpahaman
terjadi dan Guo Jing mengira Huang Yao Shi membunuh ke-5 gurunya. But still,
yang penting kan niat awalnya dia pengen nikah ma Huang Rong tidak peduli walau nanti akan membuat Khan Agung dan semua orang marah. Huang Rong is his
disloyalty...Demi Huang Rong, Guo Jing rela meninggalkan semuanya. How so sweet
Guo Jing =)
Note : All
Pictures Taken From “Legend Of The Condor Heroes 2017”. Starring by William
Yang Xuwen and Li Yi Tong.
Versi Novel 95% SANGAT MIRIP dengan versi adaptasi terbaru “Legend Of
The Condor Heroes 2017” yang dibintangi oleh William Yang Xuwen dan Li Yi Tong.
Ditambah lagi, Guo Jing 2017 (William Yang) juga dibuat sama romantisnya
(bahkan lebih romantis) dengan Guo Jing versi revisi TERBARU Gramedia 2014.
Versi 1994 yang dibintangi oleh Julian Cheung dan Athena Chu juga dapat dikatakan mirip dengan novelnya, tapi novel yang belum direvisi alias novel terbitan lama.
Versi 1994 yang dibintangi oleh Julian Cheung dan Athena Chu juga dapat dikatakan mirip dengan novelnya, tapi novel yang belum direvisi alias novel terbitan lama.
Guo Jing sebelum revisi memang kurang romantis, tapi Guo Jing setelah
revisi lebih sweet dan romantis. Anda dapat menyaksikan Guo Jing yang lebih
romantis dalam versi adaptasi terbaru 2017 yang dibintangi oleh William Yang
dan Li Yi Tong. Karena versi terbaru tersebut diadaptasi dari NOVEL REVISI
TERBARU.
Itu sebabnya penulis sangat menikmati menonton adaptasi terbaru 2017 karena alur ceritanya dan penggambaran karakter Guo Jing-nya (yang sweet dan romantis) SANGAT MIRIP 95% dengan Novel Revisi Terbaru Gramedia 2014, yang sudah penulis baca lebih dulu bahkan sebelum LOCH 2017 dibuat. Bagi yang belum membaca novel revisi terbaru Gramedia 2014 tersebut, berikut adalah beberapa Quote yang menurut penulis meninggalkan kesan yang mendalam.
Itu sebabnya penulis sangat menikmati menonton adaptasi terbaru 2017 karena alur ceritanya dan penggambaran karakter Guo Jing-nya (yang sweet dan romantis) SANGAT MIRIP 95% dengan Novel Revisi Terbaru Gramedia 2014, yang sudah penulis baca lebih dulu bahkan sebelum LOCH 2017 dibuat. Bagi yang belum membaca novel revisi terbaru Gramedia 2014 tersebut, berikut adalah beberapa Quote yang menurut penulis meninggalkan kesan yang mendalam.
Jilid 3 (Bab 31-40) Novel Pendekar Pemanah Rajawali Gramedia Revisi 2014 (Part 1) :
1. Biksu Yideng :
“Ketika mencintai seorang laki-laki dengan sepenuh hati, ternyata seorang
perempuan bisa memiliki tatapan seperti itu. Sebelumnya aku tidak mengerti
dalam diri seseorang bisa ada cinta yang begitu mendalam, rasa kasih yang
begitu tulus. Aku tahu dia ingin
menyerahkan nyawa untuk menggantikan nyawa bayi itu yang sedikit demi
sedikit sudah mulai habis,” Sesudah Biksu Yideng berbicara sampai ke sini, Guo
Jing dan Huang Rong saling memandang.
“Ketika aku terluka
berat dan tampaknya sulit sembuh,” pikir keduanya, “kau juga menatapku seperti
itu.”
Tak terasa kedua orang ini mengulurkan tangan saling menggenggam. Hati mereka berdua bergetar, sekujur tubuh mereka terasa hangat.
Ketika mendengar orang lain bernasib malang, mereka mengingat keberuntungan mereka sendiri, karena orang yang mereka cintai duduk di sebelah mereka saat ini, karena luka pasangannya sudah sembuh dan luput dari maut. Benar, tidak akan mati. Di hati kedua anak muda itu, pasangannya selamanya tidak akan pernah mati. – Hal 16.
Tak terasa kedua orang ini mengulurkan tangan saling menggenggam. Hati mereka berdua bergetar, sekujur tubuh mereka terasa hangat.
Ketika mendengar orang lain bernasib malang, mereka mengingat keberuntungan mereka sendiri, karena orang yang mereka cintai duduk di sebelah mereka saat ini, karena luka pasangannya sudah sembuh dan luput dari maut. Benar, tidak akan mati. Di hati kedua anak muda itu, pasangannya selamanya tidak akan pernah mati. – Hal 16.
2. Yinggu : “Jika
ada yang mencintai Guo Jing yang tolol seperti babi, tentu ada orang yang
menyukai orang yang nakal seperti babi.”
Huang Rong : “Kakak
Jing memang sama sekali tidak pintar, ia hanya jujur dan setia. Begitu ia baik
padaku, sekalipun langit runtuh, ia akan tetap baik padaku.” – Hal 31.
3. Guo Jing : “Tidak
peduli bagaimana, aku tidak akan membiarkanmu terluka lagi. Waktu di Lin’an,
ketika aku sendiri yang terluka, aku tidak begitu peduli. Tapi dalam beberapa
hari ini melihatmu terluka, hatiku sangat sedih.”
Huang Rong :
“Hhhmmm, kau tidak punya hati nurani.”
Guo Jing :
“Kenapa?”
Huang Rong : “Kau
suka dirimu sendiri yang terluka supaya hatiku yang sakit.”
Guo Jing tidak dapat menjawab dan hanya tertawa. – Hal 44.
Guo Jing tidak dapat menjawab dan hanya tertawa. – Hal 44.
( So sweet...
masing-masing tidak ingin pasangannya terluka dan lebih memilih, merekalah yang
terluka daripada melihat orang yang mereka cintai menderita. Guo Jing, how deep
is your love?)
4. Guo Jing :
“Rong’er, kau jangan main-main. Aku akan menggendongmu pulang.”
Huang Rong : “Aku
benar-benar lelah berjalan. Kau ikutilah wanita itu sendiri.”
Guo Jing
berjongkok. “Karena kau lelah, aku akan menggendongmu pulang.” – Hal 47.
( Guo Jing
benar-benar perhatian, dia tahu kalau Huang Rong masih lemah dan belum pulih
100% jadi dia tidak ingin melihat Huang Rong lelah dan selalu menjaganya )
5. Huang Rong :
“Kakak, ini tidak apa-apa. Saat di desa Niujia, Kakak Jing juga berpikir ingin
jadi suami-istri denganku.”
Huang Rong menunjuk saat di mana Guo Jing hampir tidak bisa mengendalikan dirinya dan hampir menodai Huang Rong, untung saat itu Huang Rong memakai rompi landak.
Huang Rong menunjuk saat di mana Guo Jing hampir tidak bisa mengendalikan dirinya dan hampir menodai Huang Rong, untung saat itu Huang Rong memakai rompi landak.
Begitu ucapan ini keluar, Guo Jing kehilangan kata-kata, tidak dapat menahan malu.
“Kami...tidak...tidak melakukan...” jawabnya terbata-bata dengan wajah memerah.
Huang Rong : ”Jadi
kau tidak memikirkannya?”
Telinga dan seluruh wajah Guo Jing memerah, ia menunduk.
Telinga dan seluruh wajah Guo Jing memerah, ia menunduk.
Guo Jing : “Aku
yang tidak baik.”
Huang Rong mengulurkan tangan kanan dan menepuk-nepuk pundak Guo Jing, “Kau berpikir ingin jadi suami istri denganku, aku gembira. Kau tidak melakukan sesuatu yang buruk.” – Hal 54.
Huang Rong mengulurkan tangan kanan dan menepuk-nepuk pundak Guo Jing, “Kau berpikir ingin jadi suami istri denganku, aku gembira. Kau tidak melakukan sesuatu yang buruk.” – Hal 54.
( Jiiaahh, hampir
dinodai masih bilang “tidak buruk”, tapi kayaknya kalau beneran ma Guo Jing,
nih Huang Rong kagak nolak kale, ya? Tapi kalau gak maksa sih mintanya...Kalau
yang waktu itu kan, si Guo Jing “lost control” istilahnya, jadi maksa dan gak
lembut sama sekali. Wajar aja kalau Huang Rong-nya takut...)
6. ”Kakak Jing, kau
jangan menikahi Putri Mongol itu, aku ingin menikah denganmu.” Huang Rong
bergumam dalam tidurnya. Guo Jing tidak tahu bagaimana menjawabnya.
“Tidak, tidak,” kata Huang Rong lagi, “Aku salah bicara. Aku tidak memohon apa-apa padamu, aku tahu dalam hatimu hanya mencintaiku, itu cukup.”
“Rong’er...Rong’er.”
bisik Guo Jing, namun Huang Rong tidak menjawab, ia hanya mengigau.
Guo Jing merasa cinta juga iba. Sinar bulan tipis menyapu wajah Huang Rong. Saat itu luka beratnya baru mulai sembuh maka wajahnya masih sedikit pucat. Di bawah sinar bulan, kulit putihnya seperti tembus pandang, Guo Jing terpana memandangnya. Sesudah lama, ia melihat alis Huang Rong sedikit berkerut. Dari matanya mengalir beberapa tetes air mata. – Hal 61.
7. ”Dalam hati,
Rong’er pasti memikirkan hubungan kami”, pikir Guo Jing.
“Sepanjang hari ia nampak tidak khawatir, selalu tertawa, tapi sebenarnya dalam hati ia tidak gembira. Akulah yang membuatnya khawatir. Jika hari itu di Zhangjiakou ia tidak bertemu denganku, bukankah lebih baik untuknya? Tapi bagaimana dengan aku? Apakah aku juga bersedia tidak bertemu dengannya?” yang seorang bermimpi sedih, yang seorang lagi menatap dengan lesu. – Hal 62
“Sepanjang hari ia nampak tidak khawatir, selalu tertawa, tapi sebenarnya dalam hati ia tidak gembira. Akulah yang membuatnya khawatir. Jika hari itu di Zhangjiakou ia tidak bertemu denganku, bukankah lebih baik untuknya? Tapi bagaimana dengan aku? Apakah aku juga bersedia tidak bertemu dengannya?” yang seorang bermimpi sedih, yang seorang lagi menatap dengan lesu. – Hal 62
8. Huang Rong : “Aku
ingin kau menemaniku bermain dengan gembira. Sesudah beberapa hari ini, kau
akan meninggalkan aku. Setelah kau menemani Putri Kojin, dia pasti tidak
mengizinkanmu bertemu denganku. Hari-hari bersamamu, lewat satu hari, berkurang
satu hari. Aku ingin satu hari seperti dua hari, tiga hari, empat hari.
Hari-hari seperti ini rasanya begitu cepat berlalu. Kakak Jing, pada malam hari
aku tidak bisa tidur dan ingin bercakap-cakap denganmu. Apa kau mengerti? Kau
tidak akan menasehatiku lagi bukan?”
Guo Jing menggenggam tangan Huang Rong, ia merasa kasihan sekaligus sayang.
Guo Jing menggenggam tangan Huang Rong, ia merasa kasihan sekaligus sayang.
Guo Jing :
“Rong’er, pikiranku memang bodoh, selalu tidak mengerti kau begitu mencintaiku.
Aku...aku...tidak dapat meninggalkanmu,” setelah berbicara sampai di sini, Guo
Jing tidak tahu bagaimana meneruskannya. – Hal 80.
9. Guo Jing :
“Rong’er, walaupun langit runtuh, aku tetap akan menemanimu seumur hidup di
Pulau Persik.”
Guo Jing gemetar, kedua tangannya menggenggam tangan gadis itu erat. Tubuh Huang Rong bergetar, ia menengadahkan kepala, “Apa katamu?”
Guo Jing gemetar, kedua tangannya menggenggam tangan gadis itu erat. Tubuh Huang Rong bergetar, ia menengadahkan kepala, “Apa katamu?”
Guo Jing : “Aku tidak peduli lagi apa itu Jenghis Khan, Putri Kojin. Dalam hidup ini, aku hanya akan menemanimu.”
Huang Rong berseru pelan lalu masuk ke pelukannya. Guo Jing mengulurkan tangan mendekap. Saat ini ia sudah bertekad dan tidak peduli lagi bagaimana memutuskannya. Hatinya lega, keduanya berpelukan, sesaat melupakan semua hal di sekitar mereka dan melupakan segalanya. – Hal 81.
(See? Siapa bilang
Guo Jing gak romantis? Dia pernah demi Huang Rong bertekad akan melepaskan
segalanya. Huang Rong is Guo Jing’s disloyalty. Demi cintanya, Guo Jing tidak
peduli pada Jenghis Khan atau Putri Kojin. Andai kelima gurunya gak terbunuh di
Pulau Persik sehingga tercipta kesalahpahaman, Guo Jing pasti akan menemani
Huang Rong selamanya di Pulau Persik.
Well, tapi kalau kayak gini sih, Guo Jing
sama egoisnya dengan Yang Guo (Yoko), ya? Demi wanita rela melepaskan segalanya.
Gpp deh, yang penting kan akhirnya Guo Jing tetap jadi Pahlawan sejati yang
rela berjuang demi rakyat. Dan yang pasti juga, cinta Guo Jing ke Huang Rong
sama atau bahkan lebih besar dari cintanya Yang Guo, terbukti dengan Guo Jing
yang sejak awal penurut, demi Huang Rong, dia rela mengabaikan segalanya.)
10. Sesudah lama
berpelukan dalam diam, Huang Rong perlahan-lahan berkata, “Ibumu?”
“Aku akan
menjemputnya dan mengajaknya tinggal di Pulau Persik.” Jawab Guo Jing mantap.
“Kau tidak takut
pada gurumu, Jebe, dan saudara angkatmu Tolui?” tanya Huang Rong lagi.
“Mereka
mengasihiku, tapi aku tidak dapat membagi 2 hatiku,” Guo Jing berkata mantap.
“Ke-6 gurumu dari
Jiang Nan? Pendeta Ma, Pendeta Qiu, mereka akan bilang apa?” Huang Rong kembali
bertanya.
“Mereka pasti akan
marah padaku. Tapi pelan-pelan aku akan memohon pada mereka. Rong’er, jangan
tinggalkan aku, aku juga tidak akan meninggalkanmu.”
Guo Jing menatap tulus mata Huang Rong. – Hal 81.
Guo Jing menatap tulus mata Huang Rong. – Hal 81.
(How so sweet Guo
Jing... He love Huang Rong so much. Yang bilang kalau Guo Jing gak romantis dan
gak pernah melakukan apapun untuk Huang Rong, read the novel please! Guo Jing
sudah melakukan banyak hal untuk Huang Rong dengan tulus, dia bahkan rela
meninggalkan segalanya demi Huang Rong. Andai aja Yang Kang dan Ou Yang Feng
tidak menciptakan fitnah dan kesalahpahaman.)
11. Guo Jing melihat
tongkat itu akan menghancurkan kepala Huang Rong. Dalam keadaan terkejut,
tangan kirinya segera menghalangi sehingga tongkat besinya memukul ke samping.
Tanpa sengaja, Guo Jing membuat gurunya terjatuh karena tenaga yang
dikeluarkannya terlalu besar. – Hal 91.
(Demi melindungi
Huang Rong, tak ingin melihat gurunya menyakiti gadis yang dicintainya, Guo
Jing bahkan tanpa sengaja memukul gurunya sendiri. Kalau orang gak cinta, gak
bakal peduli, kan?)
12. Guo Jing : “Aku tidak
tahu kenapa guru pertama begitu marah. Ia tahu “KAU KEKASIHKU”. Meski aku mati
1000 kali, 10.000 kali, aku tidak mungkin bersedia melukaimu sedikitpun,”
Hati Huang Rong bergetar mendengar kata-kata yang begitu tulus. Ia menarik tangan Guo Jing dan perlahan-lahan bersandar di dadanya. – Hal 100.
Hati Huang Rong bergetar mendengar kata-kata yang begitu tulus. Ia menarik tangan Guo Jing dan perlahan-lahan bersandar di dadanya. – Hal 100.
(See? Guo Jing
mengatakan dengan jelas pada Huang Rong “KAU KEKASIHKU”, dia mengatakan dengan
jelas betapa Huang Rong sangat penting untuknya, mengakui Huang Rong sebagai
kekasih, masak gini kurang romantis? Dia jelas-jelas mencintai Huang Rong
dengan amat sangat, nyebelin banget kalau sampai ada yang bilang, Yang Guo
lebih romantis dari Guo Jing... Errrr... Baca novelnya donk, jangan asal jeplak)
13. Huang Rong :
“Aku hanya berharap bisa tinggal di sini, tidak dibunuh olehmu.”
Guo Jing : “Rong’er
yang baik, mana mungkin aku dapat membunuhmu?”
Guo Jing mengelus rambutnya lembut.
Guo Jing mengelus rambutnya lembut.
Huang Rong : “Jika
ke-6 gurumu, ibumu, teman-teman baikmu memaksamu membunuhku, kau akan
melakukannya, tidak?”
Guo Jing memandangnya dengan tegas.
Guo Jing memandangnya dengan tegas.
“Walau semua orang
di dunia ini ingin menyusahkanmu, aku akan selamanya melindungimu.”
Huang Rong memegang erat tangan Guo Jing.
Huang Rong memegang erat tangan Guo Jing.
Huang Rong berkata, “Demi
aku, apa kau bersedia meninggalkan orang-orang itu?”
Guo Jing awalnya tidak menjawab, tapi akhirnya dia berkata, “Rong’er, aku pernah berkata ingin tinggal di Pulau Persik menemanimu. Waktu mengatakannya, aku sudah benar-benar sudah memutuskan, bukan sembarangan bicara.”
Guo Jing awalnya tidak menjawab, tapi akhirnya dia berkata, “Rong’er, aku pernah berkata ingin tinggal di Pulau Persik menemanimu. Waktu mengatakannya, aku sudah benar-benar sudah memutuskan, bukan sembarangan bicara.”
Guo Jing
memandangnya dengan ekspresi aneh. “Rong’er, kata-kata yang pernah kuucapkan
padamu seluruhnya berlaku. Kau tenanglah, mengapa harus seperti ini?” – Hal
101.
(Lihat, kan?
Betapa romantisnya Guo Jing, demi Huang Rong dia pernah tak peduli apa pun. Guo
Jing ingin selamanya menemani Huang Rong di Pulau Persik, tak peduli walau
nanti semua orang akan menentang, dia sudah memutuskan. Siapa bilang Guo Jing
cintanya gak sebesar Yang Guo?)
14. Guo Jing : “Kita
pergi berdua. Bersama-sama ke Mongolia menjemput ibuku, bersama-sama pergi
membunuh Wan Yeng Hong Lieh, bersama-sama kembali, bukankah hal itu baik?” –
Hal 102.
(Dua orang yang
saling mencintai pasti ingin melakukan segala sesuatu bersama-sama, apanya yang
“Guo Jing tidak pernah melakukan sesuatu untuk Huang Rong?”, yang ngomong, bacot
mulu nih. Sentimen banget ma Guo Jing. Guo Jing menggendong Huang Rong ke sana
kemari waktu Huang Rong terluka, apa itu kurang membuktikan cinta?)
15. ”Ia mencintai
gurunya melebihi cintanya padaku,” pikir Huang Rong saat melihat Guo Jing
menggendong mayat gurunya tanpa sekalipun melirik padanya. – Hal 112.
(Huang Rong
berpikir Guo Jing lebih mencintai gurunya daripada dirinya, tapi Huang Rong
tidak mengerti bahwa justru karena mencintai Huang Rong, Guo Jing tidak berani
memandangnya, takut dia akan melukai gadis itu tanpa disadarinya. Orang kalut
bisa lepas tangan, kan? )
16. Luka Huang Rong
masih belum pulih dan saat ini dia menghadapi perubahan besar. Tangannya lemah
tak bertenaga, tongkat bambu miring, dia jatuh ke depan.
Melihat Huang Rong pingsan, awalnya Guo Jing tidak mau menolong.
Tapi begitu melihat Huang Rong benar-benar jatuh terguling, perasaan sesal, CINTA, marah, benci, dan bermacam perasaan lain merasuki hati Guo Jing. Walau hatinya bagai karang, dia tidak dapat menahan diri lagi. Ia membungkuk dan memeluk Huang Rong. – Hal 119.
Melihat Huang Rong pingsan, awalnya Guo Jing tidak mau menolong.
Tapi begitu melihat Huang Rong benar-benar jatuh terguling, perasaan sesal, CINTA, marah, benci, dan bermacam perasaan lain merasuki hati Guo Jing. Walau hatinya bagai karang, dia tidak dapat menahan diri lagi. Ia membungkuk dan memeluk Huang Rong. – Hal 119.
(Dalam kemarahan
dan kesedihannya pun, Guo Jing masih peduli pada Huang Rong)
17. Saat berada di
tengah asap tebal di Loteng Dewa Mabuk dan tidak mendengar suara Guo Jing, hati
Huang Rong khawatir dan dia berseru, “Kakak Jing, kau di mana?”
Sesudah memanggil beberapa kali tidak mendengar jawaban, ia semakin khawatir, “Ayah, aku akan mencarinya.”
Sesudah memanggil beberapa kali tidak mendengar jawaban, ia semakin khawatir, “Ayah, aku akan mencarinya.”
Terdengar suara Guo
Jing berkata dingin, “Mengapa harus mencari aku? Mulai saat ini, kau jangan
memanggilku lagi. Aku tidak akan menjawab.” Ternyata Guo Jing ada di
sebelahnya. – Hal 158.
(Bahkan walau Guo Jing marah dan tak mau bicara padanya, Huang Rong masih tetap mengkhawatirkannya. See? Siapa bilang cinta Huang Rong tidak sebesar cinta Xiao Lung Ni? Sebel banget ma orang yang selalu mengagung-agungkan Yoko dan Xiao Lung Ni. Mereka tuh PASANGAN PALING EGOIS SEPANJANG MASA! Iiihh...nyebelin banget -__-)
18. Saat keadaan
kacau, tangan kanan Guo Jing menarik lengan Hong Chi Khong, tangan kirinya
mengulur dan memegang tangan seseorang, menyentuh tangan yang lembut dan
hangat. Yang digenggamnya adalah tangan mungil Huang Rong. Hatinya bergetar dan
cepat-cepat melepaskannya.
“Siapa yang mau
diperhatikan olehmu?” kata Huang Rong dingin. – Hal 159.
(Insting sepasang
kekasih, hati gak pernah bohong. walau keadaan kacau, dari sekian banyak orang,
kenapa yang digenggam malah tangan Huang Rong? Well, mungkin ini yang
dinamakan takdir.)
19. ”Adik, aku
bersalah padamu,” kata Guo Jing pada Kojin, “Aku tidak dapat menikah denganmu.”
“Aku berbuat salah
padamu?” tanya Kojin tak mengerti.
“Tidak. Tidak.
Bukan kau yang tidak baik. Aku tidak tahu siapa yang salah. Jika dipikir-pikir
lagi, akulah yang salah,” Guo Jing lalu menceritakan hubungannya dengan Huang
Rong, juga tentang Huang Rong yang ditangkap oleh Ou Yang Feng dan ia mencari
ke mana-mana selama setengah tahun tapi tidak ketemu.
“Adik,” kata Guo
Jing, “lupakanlah aku, aku harus pergi mencarinya,” – Hal 207.
(Guo Jing
menceritakan dengan jelas hubungannya dengan Huang Rong, dan dia tidak bisa
menikah dengan Kojin, Kojinnya aja yang gak peduli. Hadoh, nih cewek 1 kayak
gak punya harga diri. Uda jelas-jelas Guo Jing cintanya ma Huang Rong, tapi
tetep maksa *tepok jidat*)
20. Guo Jing tahu Ou
Yang Feng sombong dan tidak mungkin menceritakan kekalahannya sendiri. Setelah
mengetahui Huang Rong baik-baik saja, ia merasa gembira dan berseru, “Bagus
sekali. Aku benar-benar berterima kasih padamu,”
Guo Jing dan Ou Yang Feng bermusuhan, di antara mereka ada dendam pembunuhan gurunya, tak mungkin berbaikan. Akan tetapi karena Ou Yang Feng tidak melukai Huang Rong, dalam hati ia merasa berterima kasih.
Demi Huang Rong, Guo Jing berjanji akan melepaskan Ou Yang Feng 3 kali asalkan Ou Yang Feng tidak melukai Huang Rong walau hanya seujung rambut saja dan tidak boleh memaksanya membacakan kitab jika Huang Rong menolak. – Hal 226.
(Keselamatan Huang
Rong adalah yang paling penting, balas dendam urusan nanti. Demi Huang Rong,
Guo Jing rela menahan diri untuk tidak membunuh Ou Yang Feng)
To Be Continued
Part 2...
Written by : Liliana Tan
Credits Pict : WEIBO ON LOGO
NOTE : DILARANG MENG-COPY PASTE TANPA IJIN DARI PENULIS !!! REPOST WITH FULL CREDITS !!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar