Author
: LIANA HUI
Starring
:
Kim
Hyun Joong as Yoon Ji Hoo
Jung
So Min as Hong Mo Nae
Kim
Hyun Joong As Himself ( HJL Played Double Casting )
Kim
Yoon Ji as Herself ( Yoon Ji Hoo Fiance )
Heo
Young Saeng as Himself
Kim
Kyu Jong as Himself ( Kim Hyun Joong’s Brother )
Park
Jung Min as Himself
Kim
Hyung Jun as Himself ( Kim Hyun Joong’s Brother )
Kim
Joon as Song Woo Bin
Lee
Min Ho as Gu Jun Pyo
Kim
Bum as So Yi Jung
"Yoon Ji Hoo After Story - A Moment To Remember 17"
“ CHAPTER 17 : TODAY IS THE DAY !!! “
THE
WEDDING DAY, YOON JI HOO POV :
Aku menutup mulutku saat menguap.
Mataku benar-benar terasa berat. Aku mengantuk sekali mengingat aku baru tidur
pukul 5 pagi.. Well, terima kasih kepada kegilaanku semalam. Para tamu mulai
berdatangan dan mengucapkan selamat, termasuk Kim Hyun Joong, istrinya juga
SS501’s boys yang lain.
“ Congrat, hyung !! Jaga Mo Nae kami
baik-baik, We trust you !!”, ujar Kim Kyu Jong seraya memberikan selamat.
“ Thanks Kyu..”, jawabku sambil
tersenyum.
“ Mo Nae adalah adik tersayang kami.
Sekali kau membuatnya menangis, kau akan berhadapan dengan kami “, ancam Park
Jung Min sambil bercanda.
“ YAAA !! Tidak perlu mengancamnya
seperti itu “, ujar Yi Jung memprotes dan aku tertawa geli melihat mereka.
“ Guys,, Kuharap dengan pernikahan kami,
kedua kubu bisa berdamai. Park Jung Min, aku minta maaf atas apa yang dilakukan
temanku dan jangan khawatir, aku pasti menjaga Mo Nae baik-baik. Dan kau, Yi
Jung.. Bukankah semalam kau berkata, kau tau bahwa kaulah yang salah. Kenapa
tidak sekali saja ucapkan Maaf ?? Dengan begitu, kita bisa hidup dengan damai
mulai sekarang. Setelah pernikahan ini, aku juga akan jadi bagian dari mereka.
Ayolah, Yi Jung. Demi aku..”, pintaku pada mereka.
“ Fine.. Aku tidak ingin kau jadi
tidak enak pada mereka karena aku “, ujar Yi Jung akhirnya.
“ Park Jung Min, I’m SORRY !! aku
mengaku salah. Kuharap dendam kita selesai sampai disini “, ujar Yi Jung seraya
mengulurkan tangannya, mengajak bersalaman. Walaupun enggan, Jung Min akhirnya
menerima uluran tangan itu.
“ Fine.. Lupakan dendam masa lalu.
Kita mulai dari awal “, ujar Jung Min, mulai bersikap ramah.
“ Ji Hoo Hyung, harusnya kita buat
surat perjanjian hitam diatas putih agar tidak terjadi masalah lagi di kemudian
lagi “, usul Maknae yang disambut jitakan dikepala oleh Hyungnya, Kim Hyun
Joong.
“ Aishhhh, jinja.. Itu terlalu
berlebihan, Junnie-ah..”, ujar Hyun Joong tertawa geli.
“ by the way, Congrat Ji Hoo.. jaga Mo
Nae baik-baik !! Jangan pernah tinggalkan dia..”, ujar Hyun Joong menyalamiku.
“ OF COURSE !!!”, jawabku sambil
memeluknya ringan.
“ Aku harus mengucapkan terima kasih
padamu, karena kau, aku menemukan cinta sejatiku, seseorang yang memang di
takdirkan untukku. Kalau tidak bertemu denganmu, aku tidak mungkin bertemu
dengan gadis itu..Jeongmal Gomawo !!”, tambahnya lagi seraya melirik Yoon Ji
yang kini terlihat semakin cantik dengan perutnya yang semakin membesar.
“ Aku senang kalian bahagia. Tolong
jaga Yoon Ji baik-baik. Dia sudah ku anggap seperti adikku sendiri “, jawabku
sambil tersenyum manis.
“ Oppa, Chukkae.. Kau tau ?? Untuk
sesaat, aku berharap akulah pengantin wanitanya. Tapi setelah melihat suamiku
yang tampan ini, aku berubah pikiran.. Aku bersyukur karena aku menikah
dengannya. Dialah yang selalu menghapus airmataku, yang selalu ada disisiku dan
selalu menjagaku. Aku sangat beruntung kan ??”, ujar Yoon Ji sambil bergelayut
manja dilengan Hyun Joong.
“ Chukkae untukmu juga, Yoon Ji-ah..
Aku senang kau bahagia “, jawabku tulus
sambil memeluknya ringan.
“ Hyung, Chukkae sekali lagi “, ujar
Maknae dan Young Saeng.
“ Aku senang karena kali ini aku bukan
1 1nya saksi. Kuharap pernikahan kali ini tidak ada yang menentangnya lagi dan
akan bertahan selamanya “, ujar Young Saeng tulus.
“ gomawo Saengie..”, jawabku tulus.
“ Ji Hoo-ah.. Acaranya akan dimulai “,
seru Woo Bin seraya menunjuk kearah pintu Gereja yang mulai ramai oleh
pengiring wanita. Semua tamu akhirnya mulai duduk dengan manis dikursi
masing-masing dan acarapun perlahan dimulai.
Aku menoleh kearah pintu gereja yang perlahan
terbuka dan disanalah aku melihat Dewi yang paling cantik yang seolah baru
turun dari khayangan. Dia berjalan kearahku dengan senyumnya yang terlihat
gugup, mataku spontan beralih kearah perutnya yang mulai membuncit, tempat
dimana anak kami tumbuh, 4 bulan..Malaikat Kecil kami baru berusia 4 bulan saat
Ayah dan Ibunya menikah lagi. Aku tersenyum membayangkan bagaimana jadinya anak
kami nanti. Jika dia laki-laki, dia pasti tampan sepertiku.. Well, bagaimanapun
juga aku adalah Pangeran Berkuda Putih-nya F4 kan ?? Dan jika dia perempuan,
dia pasti cantik seperti Ibunya. Aku tenggelam dalam lamunanku hingga tanpa
sadar dia sudah berdiri di hadapanku.
“ EEhhmmm.. Apa yang kau lamunkan Tuan
Yoon ?? Kenapa kau tersenyum aneh seperti itu ??”, bisiknya lirih padaku.
Spontan aku tersadar dan menjadi salah tingkah.
“ Tidak ada !!! Aku hanya terpesona
oleh kecantikanmu “, jawabku merayu.
“ Sejak kapan Yoon Ji Hoo dari F4 jadi
pintar merayu ??”, balasnya sambil tersenyum malu.
“ Mungkin sejak aku bertemu denganmu,
Andromeda-ku !!!”, jawabku lagi lalu meraih tangannya dari tangan Ayahnya dan
membawanya ke Altar.
Akhirnya,
sumpah pernikahan pun di ucapkan. Ini yang kedua kalinya kami menikah, dan
kuharap kali ini, tidak ada lagi yang bisa memisahkan kami, KECUALI MAUT
tentunya.
“
Yoon Ji Hoo, Apa kau bersedia menerima Hong Mo Nae sebagai istrimu dan
menjaganya serta mencintainya seumur hidupmu, Tidak peduli sakit atau sehat,
Tidak peduli tua atau muda, Tidak peduli miskin atau kaya, Tidak peduli senang
atau susah, akan selalu bersama hingga MAUT MEMISAHKAN KALIAN ?? “, Tanya
Pendeta itu seraya menatap Ji Hoo.
“ AKU BERSEDIA “,
jawabku mantap sambil tersenyum dan menatap Mo Nae.
“
Hong Mo Nae, Apa kau bersedia menerima Yoon Ji Hoo sebagai suamimu dan
menjaganya serta mencintainya seumur hidupmu, Tidak peduli sakit atau sehat,
Tidak peduli tua atau muda, Tidak peduli miskin atau kaya, Tidak peduli senang
atau susah, akan selalu bersama hingga MAUT MEMISAHKAN KALIAN ?? “, Tanya
Pendeta itu seraya menatap Mo Nae.
“ YA.. AKU BERSEDIA “,
jawab Mo Nae dengan mantap dan wajah merona merah karena malu dan bahagia.
“ Kalian boleh bertukar cincin “, Seru Pendeta
itu, lalu Tae Ra Noona maju untuk menyerahkan cincinnya pada kami.
Setelah cincin itu terpasang, akhirnya
saat yang paling aku tunggu pun tiba.
“ Tuan Yoon Ji Hoo, Anda boleh mencium
Pengantin Wanita “, seru Pendeta itu. Aku tersenyum nakal kearah Mo Nae sebelum
mencium bibirnya lembut.
“ Mulai sekarang, tidak ada apapun
lagi yang bisa memisahkan kita, Sayang !!! Kau milikku selamanya !!!”, bisikku
lirih sambil perlahan mencium lembut bibirnya.
1 menit, 2 menit, 5 menit.. 10 menit.
Aku memberi waktu pada diriku sendiri 10 menit untuk menciumnya. Kami punya
waktu seumur hidup untuk melakukan ini tapi saat ini adalah saat yang special
bagi kami berdua karena Ini adalah Pernikahan kami.
“ I
LOVE YOU, YOON MO NAE !!!! And Our baby too !!!”, ujarku lirih saat bibir kami
terpisah dan ku tatap matanya dengan lekat.
Dia
menatapku haru dan menjawab lirih “ I LOVE YOU TOO, YOON JI HOO !!!”
TODAY IS THE DAY.. TODAY MY LIFE
BEGIN…
Setelah menyelesaikan serangkaian
Acara Pemberkatan di Gereja, kami berdua merayakan pesta yang sudah
dipersiapkan kedua keluarga dengan meriah. Ini adalah Pernikahan yang mewah dan
indah yang pantas untuk seorang Hong Mo Nae, Putri Konglomerat Korea Dengan
Cucu Mantan Presiden Korea. Inilah yang memang seharusnya ku berikan padanya
sejak dulu. Aku tidak tau berapa banyak pastinya tamu di pesta ini, kurasa
Kakek dan Ayah Mertuaku sudah mengundang hampir separuh rakyat Korea kemari.
Aku dan Mo Nae tidak henti-hentinya tersenyum pada mereka hingga merasa sangat
lelah.
“ Aaarrgghhh.. Ji Hoo. Sakit sekali
!!”, erang Mo Nae sambil mencengkeram lenganku kuat dan memegangi perutnya.
“ Kau tidak apa-apa, Wifey ??”,
tanyaku cemas.
“ Kurasa aku hanya terlalu lelah.
Bisakah kita pulang sekarang ??”, pintanya dengan wajahnya yang mulai memucat.
Aku mengangguk mantap.
“ Baiklah !!! Kita pamitan dulu pada
mereka “, ujarku seraya perlahan memeluk pinggangnya dan mendatangi pihak
keluarga, memohon pamit pada mereka.
Untunglah mereka mengerti dan
mengizinkan kami pulang lebih dulu.
“ Maafkan aku telah mengacaukan
pestanya. Pesta Pernikahan kita sangat meriah, aku sangat menyukainya. Ini
adalah pesta pernikahan yang selalu ku impikan. Terima Kasih, Ji Hoo !!!”,
ujarnya saat kami sudah tiba di rumahku.
“ Aku senang kau menyukainya, Sayang
“, jawabku seraya membaringkannya di tempat tidur setelah aku membantunya
mengganti Gaun Pengantinnya dengan piyama yang lebih nyaman.
“ kau tidak keberatan bila kita
menunda dulu malam pertama kita kan ??”, tanyanya tiba-tiba, dengan wajah
memerah.
“ Tidak !!! Kesehatanmu dan bayi kita
yang paling utama sekarang. Aku tidak akan memaksa”, jawabku pengertian.
“Terima kasih Ji Hoo.. kau memang
suami yang baik dan pengertian”, serunya lega seraya mencium bibirku lembut.
“ jadi hanya ciuman sebagai ganti ??’,
godaku nakal.
“ Apa boleh buat aku sedang hamil dan
sakit “, ujarnya cemberut.
“ Aku tau.. Aku hanya bercanda”,
jawabku lagi.
“ Tapi, apa hamil sangat menyakitkan
??”, tanyaku penasaran.
Dia mengangguk pelan. “Memang
menyakitkan, tapi rasanya sangat bahagia. Merasakan ada sebuah kehidupan kecil
yang tumbuh di perutku, rasanya bagaikan keajaiban. Aku tidak sabar menunggunya
lahir ke dunia “, jawabnya sambil tersenyum dan membelai perutnya.
“ Aku juga tidak sabar, tapi sekarang
aku ingin kau tidur dan istirahat, Nyonya Yoon !!! Aku tidak mau bayiku jadi
sakit karena Ibunya keras kepala “, godaku lagi sambil mendorongnya ke kasur.
“ Aku tau.. Selamat malam, Suamiku
!!!”, ujarnya manja lalu menutup matanya perlahan dan tertidur.
5
bulan kemudian…
5 bulan.. Aku tidak tau bagaimana
istri dan anakku bisa bertahan melewati 5 bulan ini. Saat kami menikah, usia
kandungannya sudah menginjak 4 bulan dan sekarang 5 bulan sudah berlalu sejak
pernikahan kami, ini berarti Sekarang usia kandungan Mo Nae sudah menginjak 9
bulan. Inilah saatnya.. Saat yang paling menegangkan bagi kami semua.
Setiap malam aku selalu terbangun dan melihat
apa dia baik-baik saja.
“ Kenapa kau tidak tidur, hubby ??”,
bisiknya lirih dengan matanya yang setengah mengantuk.
Aku menggeleng pelan dan perlahan
menariknya ke dalam pelukanku.
“ Tidak apa-apa !! Aku hanya sulit
memejamkan mataku. Kau tidurlah lagi “, ujarku lembut padanya.
Aku tau masa-masa kehamilan ini adalah
masa-masa tersulit dalam hidupnya, tapi dia tidak pernah mengeluh sedikitpun,
aku sangat bangga padanya. Aku selalu takut membayangkan apa yang akan terjadi
setelah dia melahirkan, aku seorang dokter jadi aku tau resikonya. Jika
kondisinya tidak memungkinkan aku pasti harus memilih antara ibu atau bayinya.
Aku tidak ingin kehilangan keduanya, itu sebabnya aku berharap waktu berhenti
berputar.
“
Lihat !!! Bayinya bergerak !!”, ujarnya tiba-tiba, membuyarkan lamunanku.
Spontan dia menarik tanganku dan meletakkan di perutnya yang membuncit. Dan
benar saja, aku merasakan gerakan kecil dalam perutnya. Aku begitu terharu, ini
yang pertama kalinya dalam 9 bulan aku merasakan kehadiran bayiku dalam perut
istriku.
“
Aku tidak sabar ingin dia lahir ke dunia.. Ji Hoo, jika seandainya kau harus
memilih antara aku atau bayi kita, aku ingin kau memilih bayi kita..
Berjanjilah padaku !!”, pintanya memohon.
“MO NAE-ah.. Don’t say like that !!! Its gonna be alright !!! lihatlah !!! Kau bisa melewati 9 bulan ini dengan baik-baik saja kan ??”, ujarku menghiburnya.
“
Kita berdua konsekuensinya. Tapi bayi ini tidak bersalah.. Berjanjilah padaku
kau akan menyelamatkannya “, pintanya lagi.
“
Mo Nae-ah…”, ujarku sedih.
“ I
LOVE YOU, JI HOO !!! Kau suami dan ayah yang baik, aku tau kau tidak akan
pernah membiarkan sesuatu yang buruk terjadi pada bayimu, benarkan ??”,
bujuknya lagi. Aku mengangguk pelan dengan hati sakit.
“
Jangan bicarakan itu lagi !!! Sekarang tidurlah !!”, ujarku seraya mendorongnya
ke tempat tidur. Tapi bukannya menurutiku, dia malah terbangun dan berdiri dari
tempat tidur.
“
Kau mau kemana, Honey ??”, tanyaku cemas.
“
Aku ingin mengambil minum “, sahutnya lirih sambil tersenyum.
“
Biar ku ambilkan untukmu “, jawabku beranjak berdiri.
“
Tidak perlu !!! Kau sudah seharian bekerja, jadi pasti sangat lelah. Tidurlah
!! Aku akan segera kembali “, jawabnya sambil menyuruhku tidur. Mo Nae yang
keras kepala memang tidak bisa dilarang. Aku hanya menarik napas dan kembali
membaringkan tubuhku di tempat tidur sambil menunggunya kembali.
Tapi
selang beberapa saat kemudian, aku mendengar teriakan keras dari arah dapur.
“
JI HOO… HELP ME !!!!”, teriak Mo Nae. Aku bisa mendengar ketakutan dan kesakitan
dari suaranya. Spontan aku berlari kearahnya. Kulihat dia bersandar di meja
makan dengan tubuh bergelimang darah.
“
Kurasa dia akan lahir malam ini. Sakit sekali !!! AARRGGHHHH…”, erangnya keras
sambil menangis.
“
Tahan Mo Nae !! Kita akan segera ke RS !!”, ujarku seraya menggendongnya dengan
susah payah.
“
KAKEK !!!! TOLONG KAMI !!!”, teriakku pada Kakekku dan sedetik kemudian kakekku
muncul dengan terkejut.
“
Apa sekarang saatnya ??”, Tanya kakekku panic. Aku mengangguk pelan.
“
Kakek, tolong panggil sopir dan siapkan mobil “, pintaku pada kakek.
“
Baik !!! Kakek mengerti Ji Hoo..”, ujar kakek lalu berjalan pergi. Sementara
istriku mencengkeram pundakku dengan erat.
“
ITS HURT !!! JI HOO…”, isaknya menangis.
“ I
KNOW !!! JUST HOLD ON, MO NAE !!!”, bisikku klembut seraya perlahan membawanya
kedalam mobil yang sudah disiapkan oleh sopirku.
Didalam
mobil, Mo Nae terus merintih dan menangis. Hatiku sangat sakit melihatnya
menderita seperti ini.
“
Maafkan aku membuatmu seperti ini. Jika saja aku bisa mengendalikan diriku dan
tidak mengahamilimu, ini semua tidak akan terjadi “, ujarku menyesal.
“
TIDAK !!! Jangan bicara seperti itu !! Anak ini adalah anugerah, tidak ada yang
perlu disesalkan. Aku bahagia bisa mengandung anakmu. Putra Yoon Ji Hoo..”, ujar
Mo Nae dengan senyum terpaksa menahan sakit.
“
Putraku ?? Darimana kau tau, wifey ?? USG tidak bisa mendeteksi jenis
kelaminnya “, tanyaku bingung.
“
Instingku sebagai seorang Ibu yang mengatakannya. Beri dia nama Seung Jo jika
dia benar laki-laki “, pintanya lagi.
“
Aarrrggghhh !!! Sakitnya menyerang lagi. JI HOO…”, Mo Nae kembali merintih.
“
Aku disini, Sayang !!! Semua akan baik-baik saja “, bujukku mnghiburnya.
Beberapa menit kemudian kami tiba di Suam Hospital, para dokter sudah siap
menyambut Mo Nae disana.
“Promise me, Ji Hoo.. Promise me that you will save my baby.. Our
Baby”,ujar Mo Nae terbata-bata.
“Dont say like that !! You both will be alright !!!”, ujarku menenangkan.
Setelah mereka membawa Mo Nae masuk ke ruang operasi, Dokter Hwang mendekatiku
dan membisikkan sesuatu ditelingaku.
“Aku tau ini sulit untukmu. Tapi jika seandainya kau harus memilih, mana
yang akan kau pilih ?? Siapa yang harus kami selamatkan ?? Ibu atau bayinya ?”,
tanya Dokter Hwang padaku.
“Aku..”,jawabku bingung. “Tidak bisakah kalian selamatkan keduanya?”,
tanyaku penuh harap. “Kami akan berusaha Dokter Yoon”, jawabnya lalu menghilang
di ruang operasi.
1 jam, 2 jam hingga 3 jam terlewati dan mereka masih belum selesai,
ketakutan mulai mencengkeramku. Jun Pyo, Yi Jeong dan Woo Bin bergantian
menenangkanku, tapi hatiku tetap tidak tenang. Tae Ra Noona juga kedua mertuaku
juga sibuk mondar-mandir didepan ruang operasi dengan cemas.
Hingga akhirnya setelah beberapa jam yang melelahkan akhirnya terdengar
suara tangis bayi dari dalam ruangan.
Kami semua menoleh dengan spontan. “Sudah lahir. Bayinya sudah lahir.
Selamat Ji Hoo !!!”, ujar Woo Bin senang seraya menepuk pundakku. Tapi aku
masih terlalu terkejut untuk merespon. Aku baru tersadar saat salah seorang
perawat membawa keluar sesosok makhluk mungil yang lucu berselimut putih
padaku.
“Selamat Dokter Yoon. It’s a boy !!!”, seru perawat itu. Aku dengan kagum
menatap putraku.
“Welcome to the world, Seung Jo !! My baby boy “, ujarku kagum seraya
menggendongnya dalam pelukanku. Aku masih tidak percaya makhluk mungil yang
lucu ini adalah putraku, putraku dan Mo Nae.
“Dia tampan sekali Ji Hoo.. Sama sepertimu kawan”, puji Jun Pyo kagum.
“Tapi tentu saja putraku lebih tampan”, ujar Ji Hoo membanggakan putranya.
“Kurasa nanti kita berempat bisa membuat F4 Junior. Bagaimana ??”, canda Yi
Jeong dan aku hanya tersenyum mendengarnya.
“Selamat Nak... Tapi bagaimana dengan Mo Nae ??”, tanya Ayah mertuaku.
Sesaat aku tersadar. “Benar. Bagaimana dengan Mo Nae ??”, tanyaku panik
pada perawatnya.
Dia terdiam sesaat. Lalu kemudian menundukkan kepalanya dengan ekspresi
menyesal.
“Maafkan kami, Dokter Yoon !! Kami sudah berusaha “, jawabnya lirih.
“TIDAK !!! TIDAK MUNGKIN !!! Jangan katakan bahwa...”, aku bahkan tidak
sanggup meneruskan kata-kataku. Seketika aku merasa seluruh tubuhku lemas.
Aku menangis pelan seraya ku dekap putraku dalam pelukan.
“Nyonya Yoon adalah wanita yang kuat. Dia meminta kami menyelamatkan
bayinya. Kami sudah berusaha menyelamatkan keduanya, tapi hidup adalah pilihan.
Maafkan kami”, jawabnya lagi.
“Kau bohong !! Kau pasti bohong kan ??”, ujarku tidak percaya.
“MAAFKAN KAMI, DOKTER YOON !!! Kami benar-benar sudah berusaha. Tapi
Tuhanlah yang menentukan”, jawab Dokter Hwang yang mendadak muncul dari ruang
operasi dan berdiri disampingku.
NB : Kurasa
bukan Tuhan yang menentukan kali ini tapi AUTHOR hehehe ^^ *ketawa licik*
“Kami harus membawa bayinya ke ruang perawatan. Tubuh Nyonya Yoon akan
segera kami pindahkan”, jawabnya lagi, sementara aku merasa ini hanyalah mimpi.
Perlahan mereka mengambil bayiku dari pelukanku dan tinggallah aku sendiri
dalam kehampaan ini.
“Aku belum mengucapkan selamat tinggal padanya. Dia belum melihat bayi yang
baru saja dilahirkannya. Kenapa Tuhan ?? Kenapa kau tega lakukan ini padaku ??”,
tanyaku putus asa sambil menangis pelan.
“Ji Hoo-ah.. Kau harus kuat demi putramu. Putra Mo Nae”, ujar Woo Bin
seraya memeluk pundakku.
“Kakek disini Ji Hoo.. Kau tidak sendirian”, ujar Kakek padaku.
“Mo Nae-ah, terima kasih karena kau telah memberiku hadiah yang indah ini.
Terima kasih karena kau sudah berjuang melahirkannya untukku. Terima kasih
untuk cinta dan semua pengorbananmu. I Love You and I Really do !!! I Promise I
will take care of our baby. I will Love him like I Love You, Wifey.. Mo Nae,
Goodbye !!!”, batinku saat kulihat mereka membawa tubuhnya yang pucat dan tidak
bernyawa ke ruang mayat.
To Be Continued....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar