Sabtu, 08 Agustus 2015

Sinopsis & Review : Fly Me To Polaris (1999), Polaris The Wishing Star

"Fly Me To Polaris" yang rilis tahun 1999 ini adalah sebuah film dengan tema sederhana namun sarat makna yang dalam, juga romantis dan tragis yang akan membuat siapapun yang menontonnya pasti akan meneteskan air mata, apalagi saat-saat menjelang ending. Bagi kalian yang pernah hidup di tahun 1990-an pasti setidaknya pernah mendengar tentang film yang satu ini. Tapi kalaupun belum, tidak masalah, berikut adalah sedikit sinopsis tentang “Fly Me To Polaris” yang bisa memberikan gambaran bagi kalian semua. Let’s check it out!


\

“Hangat dan romantis... Penuh perasaan pedih. Katakan saja 'Aku cinta padamu' sebelum terlambat...”

Mungkin itulah pesan yang ingin disampaikan oleh film yang satu ini. Katakan apa yang ingin Anda katakan kepada orang-orang yang Anda sayangi selama Anda masih memiliki kesempatan untuk mengatakannya, karena kita tidak tahu kapan kematian akan menjemput kita.

"Akhirnya aku tahu apa arti hujan bintang. Artinya adalah tetesan air mata dari langit..."

Sinopsis :
Apa yang akan kalian inginkan jika di antara 60 miliar orang, kalian boleh pindah ke Surga? Apakah kalian akan melakukan hal yang sama seperti Onion di mana saat hidupnya buta dan bisu?

Sungguh merupakan perjalanan yang panjang untuk menemukan kekasih impiannya, Perawat Autumn. Onion menghabiskan harapannya dengan menukar lima hari kehidupan di bumi tanpa seorang pun yang tahu identitas sesungguhnya. Bagaimanapun ternyata Onion menemukan, mampu melihat dan bicara ternyata tidak lebih baik baginya. Saat-saat terakhir ketika Meteor hendak menjemputnya kembali ke Surga adalah saat-saat bagi Onion dan Autumn mengucapkan selamat tinggal...


Adegan dimulai di sebuah rumah sakit. Autumn Yue (Cecilia Cheung) adalah seorang perawat yang bukan hanya cantik tapi juga baik hati. Sementara Onion (Richie Ren) adalah seorang pasien yang mengalami buta dan bisu sejak usia 8 tahun.

Awalnya dikisahkan Onion adalah anak normal tapi entah sejak kapan matanya mulai berair dan memerah, Onion yang hobi menyelam sama sekali tidak mengerti bahaya yang akan terjadi pada matanya kelak, tak lama setelah dia menyelam terjadi iritasi pada matanya sehingga menyebabkan kebutaan.

Onion memiliki kegemaran pada minuman lemon yang dibubuhi oleh banyak garam, di mana orang normal takkan mau meminumnya, tapi Onion justru paling menyukainya. Onion juga jago bermain Saxophone yang baru diketahui dan diakuinya pada saat-saat terakhir.


Autumn diam-diam sangat menyukai suara alunan merdu saxophone tersebut dan berusaha menemukan siapakah orang dibalik suara merdu itu. Awalnya Autumn sudah mencurigai jika Onionlah orangnya, mengingat dia dan Onion memiliki hubungan yang sangat dekat. Tapi sayang Onion selalu menyangkal.

Pada suatu malam, saat terjadi Hujan Bintang yang indah, Autumn dan Onion duduk memandang bintang berdua di atas atap Rumah Sakit. Autumn menceritakan betapa indahnya meteor itu dengan kagum, sementara Onion yang tak bisa melihat hanya mampu membayangkan bagaimana indahnya meteor itu dalam benaknya. Mereka berdua saling mengucapkan permohonan.

Saat Onion berkata apa permintaan Autumn, gadis itu menjawab, "Aku memiliki dua permintaan. Yang pertama, aku berharap semua orang buta di dunia bisa melihat," tapi tentang permintaan kedua, Autumn tak mau mengatakannya.



Setelah menonton Hujan Bintang (Meteor) bersama, Autumn meminta Onion mendorong kursi roda di mana dia sendiri duduk di atasnya dan menjadi penunjuk jalannya. Karena sudah hapal dengan jalan-jalan di Rumah Sakit itu, Onion melakukannya tanpa kesulitan.

Autumn menunjukkan tanda-tanda kalau dia menyukai Onion, dan karena terlalu bahagia, setelah mengantarkan Autumn pulang (Autumn tinggal di salah satu mess di RS), dia pun berlari-lari dengan gembira hingga tersandung batu dan terjatuh ke tengah jalan, ironisnya saat itu ada sebuah mobil yang lewat di depannya dan langsung menabraknya hingga mati.

Roh Onion meninggalkan tubuhnya dan tampak berdiri menunggu antrian untuk masuk ke Surga. Onion awalnya tak mengerti tempat apakah itu, dia juga sangat bingung karena tiba-tiba saja dia bisa melihat dengan jelas. Lebih bingung lagi saat ternyata dia bisa bicara.


Saat tiba gilirannya untuk menghadap seorang pria berpakaian putih yang diketahui ternyata adalah Malaikat, Onion mendapat kejutan lain saat ternyata dia adalah orang ke 60 Miliar yang akan terangkat ke Surga, itu sebabnya sebagai orang ke-60 Miliar tersebut, dia mendapatkan hadiah.

Onion diminta menyebutkan apa permintaannya dan Onion meminta waktu kembali ke bumi untuk mengucapkan selamat tinggal pada Autumn dan untuk melihat seperti apa wajah gadis yang selama ini diam-diam dicintainya. Malaikat menyetujui dan dia pun diberi waktu 5 hari untuk kembali ke bumi, dengan sebuah syarat yaitu dia tidak boleh mengatakan kepada siapapun tentang siapa dia sebenarnya.

Setelah kembali ke bumi dengan memakai wajah orang lain, Onion berusaha menemui perawat Autumn yang sedang berduka dan menangisi kematian Onion. Onion memandang bagaimana dirinya sendiri dimakamkan dan bagaimana sedihnya Autumn dengan kematiannya. Dia ingin mengatakan yang sebenarnya tapi dia tidak bisa melakukannya.


Akhirnya Onion memutuskan untuk menarik asuransi kematiannya agar bisa dia berikan kepada Autumn. Dia pun mengambil semua uang tabungannya selama ini untuk biaya hidup selama 5 hari ke depan. 

Tapi sayang proses penarikan asuransi tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, Onion yang kini berada di tubuh orang lain (walaupun dari sudut pandang penonton tetap Richie Ren yang main, tapi kalau diliat dari cermin, yang muncul adalah wajah orang lain) pun akhirnya memutuskan untuk mencoba mendekati Autumn dengan menyamar menjadi sales asuransi yang sebelumnya dia ketahui sedang berlibur ke luar negeri. Nama orang lain tersebut adalah Mr. Cheuk.

Berbagai usaha dilakukan Onion dalam wujud Mr. Cheuk tapi semuanya tidak membuahkan hasil, walau dia sudah menggunakan alasan pencairan polis asuransi. Sepertinya Autumn memang tidak tertarik dengan uang asuransi dari Onion karena yang diinginkannya adalah Onion dan bukan uangnya. Bahkan usahanya pun digagalkan oleh Dokter Woo (William Su Yung Kang), yang sejak lama menyukai perawat Autumn.


Onion juga sempat mengunjungi restoran kecil tempat dia dulu sering minum lemon dengan banyak garam. Karena kebiasaannya yang tidak biasa itulah, identitas Onion terungkap. Tapi si pemilik restoran berjanji tidak akan mengatakannya pada siapa pun juga. Onion pun masih mencoba menemui Autumn, kali ini dengan alasan ingin memberikan buku harian Onion padanya. Tapi anehnya, dia menolak untuk memberikan buku itu pada Autumn dan memilih untuk membacakan buku harian itu.

Autumn menangis sedih saat semua kenangannya bersama Onion semasa hidup diceritakan kembali dengan lengkap, seolah-olah Onion muncul di hadapannya dan berbicara dengannya langsung. Kata demi kata, kenangan demi kenangan, tak ada satupun yang salah.


"Cukup! Aku tidak ingin mendengar lagi!" Autumn akhirnya menolak mendengarkan apan yang ada dalam buku harian itu karena sudah terlalu sedih.
"Kenapa? Bukankah kau ingin mengenangnya?" tanya Onion saat itu.

"Aku tidak mau kenangannya! Apalah gunanya kenangan? Kenangan itu hanya membuatku semakin tersiksa. Aku ingin dia di sini bersamaku, bukan hanya kenangannya!" Autumn menjerit sedih, mengeluarkan semua rasa sakit dalam hatinya, lalu kemudian berlari pergi meninggalkan restoran itu.

Setelah berhari-hari gagal memberitahu kebenarannya pada perawat Autumn, akhirnya Onion yang pasrah hanya mengikuti Autumn ke mana pun dan diam-diam membantunya. Tapi justru dengan cara itulah, Autumn mulai merasakan keberadaannya. Autumn yang mulai curiga lantas mencari tahu di perusahaan asuransi tempat Mr Cheuk bekerja dan dari sanalah Autumn mendapat informasi bahwa Mr Cheuk yang asli sedang ada di luar negeri.


Autumn mendapat firasat bahwa Mr Cheuk itu adalah Onion itu sendiri, walau tak mengerti bagaimana hal tersebut bisa terjadi. Akhirnya kecurigaannya terbukti saat Autumn melihat buku harian yang tadi siang dibacakan oleh Mr. Cheuk ternyata kosong. Lalu bagaimana Mr Cheuk bisa mengetahui segala hal tentang dia dan Onion jika Mr. Cheuk bukanlah Onion? Autumn memutuskan untuk mencari jawabannya.

Sementara itu, Onion yang merasa tak punya waktu lagi akhirnya menemui Dokter Woo dan meminta padanya agar dia menjaga Autumn baik-baik, dia juga meminta Dokter Woo berpura-pura memainkan saxophone dan mengakui jika Dokter Woo-lah orang yang selama ini memainkan saxophone itu.


Awalnya Autumn memang mengira bahwa Dokter Woo-lah orang yang selama ini ingin ditemuinya, si pemain saxophone misterius itu, Tapi akhirnya Dokter Woo mengaku bahwa Onion (yang saat itu memakai nama Mr. Cheuk untuk menyamar) yang sebenarnya menyuruhnya mengakui hal itu. Sejujurnya, dia tak bisa main saxophone.

Autumn terpana saat mendengarnya. Kemudian dia pergi mencari Onion yang saat itu sedang bersembunyi menunggu Hujan Bintang tiba. Dia berlari ke sekeliling Rumah Sakit tapi tak menemukannya di mana pun. Akhirnya Autumn memutuskan untuk melompat ke dalam kolam renang, karena dia merasa Onion aka Mr. Cheuk diam-diam pasti mengamatinya. Dan tebakannya benar, saat Autumn melompat, Onion yang tahu Autumn tak bisa berenang segera berlari menolongnya.


Mereka bertemu dan akhirnya Autumn mengetahui tentang kebenarannya walau Onion tidak mengatakan apa-apa. Kedua orang yang saling mencintai itu saling berpelukan seraya mengutarakan perasaan mereka. Akhirnya setelah mengeringkan tubuh, mereka berdua duduk di atas atap seperti saat itu. Menunggu Hujan Bintang untuk yang kedua kalinya dan mengucapkan permohonan.

Onion berkata bahwa dia hanya diberi waktu 5 hari untuk kembali ke bumi dan malam ini adalah malam terakhirnya sebelum dia kembali ke Surga. Autumn merasa sangat sedih dan terpukul tapi dia tidak berdaya untuk membiarkannya pergi dari dunia ini. 


Lalu Autumn berkata bahwa permintaan keduanya waktu itu adalah dia sangat mencintai Onion dan berharap mereka bisa bersama selamanya, dan Onion pun berkata dia juga memohon hal yang sama. Semakin lama Hujan Bintang semakin turun dengan derasnya dan perlahan sebuah sinar dari langit menyinari tubuh Onion, membuatnya perlahan-lahan mulai menghilang dan terbang ke Langit diiringi dengan tangisan sedih Autumn, saat menyaksikan orang yang dicintainya terbang ke Surga, meninggalkannya untuk selamanya.

Ending dari film ini akhirnya ditutup dengan suara Cecilia Cheung yang berkata, "Akhirnya aku tahu apa arti Hujan Bintang. Artinya adalah tetesan air mata dari langit."

=====
  
Review :
Pertama kali menonton film ini adalah 16 tahun yang lalu, saat masih duduk di bangku SMP. Dari segi tema cerita, film ini sangat menyentuh dan akting kedua bintang utama pun patut diacungi jempol karena sukses membuatku dan seluruh keluarga menangis tersedu saat menontonnya, khususnya saat adegan Hujan Bintang itu. Kisah yang sekilas mirip dengan dorama Jepang di tahun 1993 yang berjudul "Anything For You". 

Aku tidak mengatakan Fly Me To Polaris meniru, tapi aku hanya mengatakan jika tema kedua film tersebut sangatlah mirip. Sama-sama tentang kehidupan setelah mati, tentang kesempatan kedua untuk hidup kembali di tubuh orang lain agar bisa mengatakan “Aku Mencintaimu” pada orang yang mereka cintai, sama-sama meninggal karena ditabrak dan juga sama-sama terangkat ke Surga melalui Hujan Bintang, serta sama-sama bikin nangis.

Mungkin yang membuatnya berbeda hanya setting lokasi dan background pemeran prianya. Karena di Fly Me To Polaris ini, Onion dikisahkan buta dan bisu sejak usia 8 tahun dan dia hidup di Rumah Sakit semenjak itu, sedangkan di Anything For You, pemeran prianya adalah pekerja kantoran yang sehat.


Walau dari segi tema cerita memang sangat bagus, namun sayang saya merasa alurnya masih terkesan lambat, seperti saat adegan di rumah kakaknya Autumn, entah kenapa aku merasa adegan tersebut tidak begitu perlu.

Lalu selain alur cerita yang terkesan lambat, wajah sang pemeran utama pria yaitu Richie Ren juga kurang tampan. Maaf buat fansnya Richie Ren, tapi dengan Cecilia Cheung yang begitu cantik, Richie Ren agak jomplang menjadi lawan mainnya. Soalnya seleraku yang type-type kayak Jimmy Lin, Alec Shu, Julian Cheung, Nicky Wu, atau Aaron Kwok yang menurutku lebih sedap dipandang mata.

(Update: kalau di tahun 2024 kalah jauh dengan Chen Zhe Yuan, William Yang Xuwen, Lin Yi, Yang Yang, namun karena ini adalah era jadul, tentu saja bandingannya dengan Jimmy Lin dkk yang berada di era yang sama ^_^)


Nothing Perfect, right? Segala hal pasti ada kurangnya. Kalau di sini, kekurangannya adalah alurnya sedikit lambat dan wajah pemeran utama pria masih kurang ganteng (Maybe I set my standard too high ^_^)

Tapi so far, RECOMENDED BANGET nih film, khususnya bagi mereka yang suka dengan kisah yang mendayu-dayu dan menguras air mata seperti ini. Gpp lah walau Richie Ren kurang cakep, kalau aktingnya keren gak masalah, ya gak? Yang lain bisa agak tertutupi. Ditambah dengan suaranya Richie oke punya dan ostnya pun easy listening, baik itu “Chu Kuang, Sing Yu Sing Yen, ataupun Kei Ni Sing Fu” semuanya enak menurutku. So, tunggu apalagi? Bagi kalian yang penasaran, segera cari film ini dan selamat menikmati ^.^

Original Soundtrack "Fly Me To Polaris" :
1. Xing Yu Xing Yuan (Bintang Harapan/Star Wish), by : Cecillia Cheung.
2. Chu Kuang (Sinar Lilin), by : Richie Ren.

Credit : As tagged + All Pictures belong to owners + Weibo on Logo 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

Native Ads