And the story goes... well, I will make it simple, maybe
only 10 or 11 chapter, just focus on Guo Jing (Kwee Cheng) and Huang Rong (Oey
Yong) married life before they meet “The Little Demon – YOKO”. I HATE YOKO and
XIAO LUNG NI so much !!! I truly cannot stand this couple. I just saw one
adaptation (Andy Lau version) and just REFUSED to watch any other adaptation
because I HATE THEM SO MUCH !!!! Because THEY ARE NOT HELPING My Lovely Guo
Jing (Kwee Cheng) to DEFENDING XIANG YANG !!! This is precisely the reason that
I dont read the novel, cause the adaptation was enough to make me THROW UP ten
thousand time over !!!
Guo Jing (Kwee Cheng) however, is MY FAVORITE
Protagonist from All Jin Young novel and maybe from all the wuxia series and
the one that I ADMIRE THE MOST !!! And I dedicated this FF to my Lovely Guo
Jing (Kwee Cheng). Happy Wedding Guo Jing and Huang Rong... I Hope I have the
power to change all the storyline of “Return Of The Condor Heroes” and make you
two as the main lead once again. How I wish I have the power TO KILL THAT
SELFISH COUPLE : YOKO and XIAO LUNG NI and make them DISSAPEAR FOREVER !!! I
dont know why so many people like them...Gaahhhh, YOKO and XIAO LUNG NI are the
SELFISH COUPLE EVER !!!
========
Author : Liana Hwie
Starring :
William Yang Xuwen as Guo Jing (Kwee Cheng) 2017
Li Yi Tong as Huang Rong (Oey Yong) 2017
All Cast From Legend Of The Condor Heroes 2017
“Chapter 2 – Finally You Are Mine”
Hari pernikahan Guo Jing dan Huang Rong akhirnya
tiba, para tamu bahkan sudah tiba lebih dulu di sana walaupun kedua mempelai
masih dalam perjalanan pulang dari Mongolia. Huang Rong sangat bahagia karena
akhirnya impiannya untuk menikah dengan “Kakak Jing”-nya menjadi kenyataan.
Guo Jing pun sangat bahagia walaupun dia tidak begitu apa yang harus dilakukannya pada saat malam pertama. Jantungnya berdebar kencang saat menyadari waktunya akan segera tiba.
Ayah mertuanya telah mengurus semuanya, dia memastikan bahwa pernikahan putri satu-satunya itu harus berakhir dengan baik sesuai keinginannya.
Guo Jing pun sangat bahagia walaupun dia tidak begitu apa yang harus dilakukannya pada saat malam pertama. Jantungnya berdebar kencang saat menyadari waktunya akan segera tiba.
Ayah mertuanya telah mengurus semuanya, dia memastikan bahwa pernikahan putri satu-satunya itu harus berakhir dengan baik sesuai keinginannya.
“Aku tak sabar ingin melihat Rong'er. Dia pasti
sangat cantik mengenakan gaun pengantin berwarna merah,” batin Guo Jing dengan
debaran kencang di jantungnya. Dia sedang tenggelam dalam lamunannya saat
tiba-tiba seseorang mengetuk pintu kamarnya.
“Masuklah.” Ujarnya lantang dan tak lama kemudian
beberapa orang pria masuk ke dalam.
“Guo Shi Di (Adik seperguruan Guo), selamat atas
pernikahan kalian. Saat aku melihat kalian berdua di Desa Guan Fei, aku sudah
bisa menebak kalau kalian adalah sepasang kekasih.” Ujar pria itu, Lu Cheng Feng – kakak seperguruan Huang Rong.
Karena dia dan Huang Rong adalah saudara seperguruan jadi dia menganggap Guo
Jing adalah adik seperguruannya juga.
“Terima kasih, Lu Shi Ge (Kakak Seperguruan Lu).”
Seru Guo Jing dengan wajah bahagia berseri-seri seraya memberi hormat.
“Lihatlah wajahmu begitu bahagia. Akhirnya Sesat
Timur memberimu restu untuk menikahi putri kesayangannya. Selamat Jing'er. Ayah dan ibumu di Surga pasti sangat bahagia.” ujar Pendeta Chiu Chu Ji / Khu Chi Khe.
“Terima kasih Pendeta Chiu.” Jawab Guo Jing
malu-malu.
Guo Jing tersenyum bodoh membayangkan tak lama lagi dia akan menikah, tapi sebuah pikiran aneh memenuhi hatinya, membuatnya spontan terdiam. Ekspresinya berubah sedih dan panik.
Guo Jing tersenyum bodoh membayangkan tak lama lagi dia akan menikah, tapi sebuah pikiran aneh memenuhi hatinya, membuatnya spontan terdiam. Ekspresinya berubah sedih dan panik.
“Guo Shi Shu (Paman Guo), kenapa kau terlihat
sedih?” tanya Lu Guan Ying, putra Lu Cheng Feng saat melihat ekspresi Guo Jing
yang mendadak berubah menjadi sedih dan panik. Guo Jing hanya menatap “Keponakan”
seperguruannya dengan gelisah.
“Sejujurnya, aku tidak tahu apa yang harus
kulakukan saat malam pertama. Aku bodoh. Aku takut akan melakukan kesalahan
yang akan membuatnya marah atau terluka...” jawab Guo Jing sedih seraya duduk
kembali di kursinya.
Selama mereka bersama, dia tak pernah sekalipun
berani kurang ajar atau bertindak di luar batas terhadap Rong'er-nya, mereka
mungkin sering berpelukan atau bergandengan tangan, pernah sekali Guo Jing
mencium pipinya saat keadaan genting dan saat itu dia berpikir dia akan
kehilangan Rong'er selamanya, beberapa hari yang lalu Guo Jing juga meminta
ijin untuk mencium bibirnya untuk yang pertama kali sejak mereka bersama. Tapi
untuk mencium bibirnya, Guo Jing mengumpulkan seluruh keberaniannya.
Dalam
hati, dia takut akan melakukan sesuatu yang tidak pantas dan menyakiti wanita
yang dicintainya. Dia tak ingin melakukan perbuatan yang bisa membuat Rong'er
membencinya. Rong'er membenci Ou Yang Khe karena dia sering melecehkan wanita,
itu sebabnya Guo Jing tak pernah berani melakukan sesuatu yang di luar batas
kewajarannya, ditambah lagi, dia tak mengerti apa yang harus dilakukan sepasang
pengantin baru di malam pertama mereka.
Membayangkannya saja wajahnya langsung memerah malu. Guo Jing menggenggam jemarinya sendiri dengan cemas. Lu Guan Ying yang telah menikah, mengerti apa yang dirisaukan “Paman”-nya.
Membayangkannya saja wajahnya langsung memerah malu. Guo Jing menggenggam jemarinya sendiri dengan cemas. Lu Guan Ying yang telah menikah, mengerti apa yang dirisaukan “Paman”-nya.
“Guo Shi Shu (Paman Guo), bagaimana jika aku
memberimu sebuah saran? Aku sudah menikah dan kurasa aku bisa memberimu saran
tentang apa yang harus kau lakukan saat malam pertama.” Ujar Lu Guan Ying
dengan senyum nakal di wajahnya. Guo Jing menoleh kearahnya dengan mata
berbinar senang.
“Benarkah?” tanyanya penasaran.
Lu Guan Ying mengangguk. “Kemarilah.” Ujarnya memberi tanda pada Guo Jing untuk mendekat lalu membisikkan sesuatu di telinganya.
Guo Jing terlihat sangat serius mendengarkan kata-katanya sambil sesekali mengangguk, kadang dia terlihat tidak senang dan bertanya ragu, “Haruskah aku melakukannya jika itu akan membuatnya kesakitan?” Guo Jing bertanya dengan wajah polosnya.
Lu Guan Ying mengangguk. “Kemarilah.” Ujarnya memberi tanda pada Guo Jing untuk mendekat lalu membisikkan sesuatu di telinganya.
Guo Jing terlihat sangat serius mendengarkan kata-katanya sambil sesekali mengangguk, kadang dia terlihat tidak senang dan bertanya ragu, “Haruskah aku melakukannya jika itu akan membuatnya kesakitan?” Guo Jing bertanya dengan wajah polosnya.
Mengerti apa yang dibisikkan putranya, Tetua Lu
menjawab sambil tersenyum sabar, “Rasa sakitnya hanya sesaat, kau tak perlu
cemas. Itu sudah biasa terjadi pada setiap wanita yang masih perawan. Jangan
bilang padaku kau tak ingin menyentuhnya? Lalu bagaimana kalian akan punya
anak?” goda Tetua Lu membuat Guo Jing semakin tersipu malu.
“Itu...Aku...Lu Shi Ge (Kakak Seperguruan Lu),
kenapa sudah membicarakan anak? Kami bahkan belum resmi menikah.” Jawab Guo Jing
semakin malu saat mendengar Pendeta Ma, Wang dan Chiu menertawainya.
“Lalu kau pikir seorang anak akan keluar dari
batu?” jawab Tetua Lu sambil tertawa.
“Sebenarnya, memang aku dan Rong'er pernah
berpikir seperti itu.” Jawab Guo Jing dengan polosnya dan sekali lagi membuat
semua tamunya tertawa melihat kebodohan dan kepolosan anak itu.
“Sudahlah, Guo Shi Shu (Paman Guo) kau lakukan saja
apa kataku tadi. Jangan takut. Huang Shi Gu (Bibi Seperguruan Huang) tidak akan
marah padamu, sebaliknya dia akan menikmatinya.” Lu Guan Ying tersenyum nakal,
tapi Guo Jing masih terlihat tidak tenang. Melihat Rong'er-nya kesakitan
adalah sesuatu yang tidak ingin dia lakukan.
“Haruskah aku melakukannya?” hatinya berdebar tak
tenang. Dia sama sekali tidak ingin menyakiti wanita yang dicintainya.
Sementara itu, Huang Rong sedang berada di kamarnya,
menunggu dengan gelisah para pelayan memanggilnya ke bawah jika semua persiapan
sudah selesai. Dia tersenyum tipis di depan cermin.
“Aku tahu aku cantik, tapi hari ini aku jauh lebih
cantik. Apa Jing Gege akan semakin terpesona melihatku?” ujarnya dalam hati
mengagumi dirinya sendiri.
“Sha Gu, apa Bibi terlihat cantik?” tanyanya pada
si Gadis Bodoh. Gadis Bodoh itu menatapnya dari cermin sambil tersenyum senang.
“Cantik. Cantik sekali. Bibi bagaikan Bidadari.” Jawabnya sambil tersenyum
tolol lalu mendekati Huang Rong dan memainkan rambutnya.
“Sha Gu juga ingin memakai pakaian ini nanti.”
Ujarnya mendadak sedih.
Huang Rong menatap sedih dari dalam cermin lalu memutar posisinya ke arah Sha Gu dan bicara dengan lembut.
Huang Rong menatap sedih dari dalam cermin lalu memutar posisinya ke arah Sha Gu dan bicara dengan lembut.
“Kau bisa meminjamnya jika
kau mau. Tapi tidak sekarang. Jika Sha Gu jadi anak pintar dan tidak membuat
masalah di pesta, setelah pesta selesai, Bibi akan meminjamkan gaunnya.
Bagaimana?” ujar Huang Rong membujuknya. Mendengar tawaran Huang Rong, si gadis
bodoh tertawa senang.
“Benarkah? Sha Gu akan jadi anak baik. Sha Gu hanya
akan makan semua makanan yang disediakan Kakek dan tidak akan membuat masalah.”
Janji Sha Gu sambil tersenyum senang dengan mata berbinar.
“Kau janji? Tidak boleh membuat ulah, ya?” Huang
Rong memperingatkan lagi dan Sha Gu berkali-kali menganggukkan kepalanya
mengerti.
Huang Rong tersenyum senang dan berkata lagi, “Baguslah. Sha Gu anak pintar. Sekarang turunlah dan tanyakan pada Kakek apa persiapannya sudah selesai.” Perintahnya pada si Gadis Bodoh. Sha Gu mengangguk mengerti sambil tetap tersenyum.
Huang Rong tersenyum senang dan berkata lagi, “Baguslah. Sha Gu anak pintar. Sekarang turunlah dan tanyakan pada Kakek apa persiapannya sudah selesai.” Perintahnya pada si Gadis Bodoh. Sha Gu mengangguk mengerti sambil tetap tersenyum.
“Baik. Sha Gu akan turun dan bertanya pada Kakek.”
Ujarnya lalu keluar dari kamar sambil tertawa-tawa kecil.
Huang Rong tersenyum tipis melihatnya. Sha Gu sudah menjadi bagian dari keluarga, dia sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu. Huang Rong pikir Sha Gu sudah kembali.
“Sha Gu, tak perlu mengetik pintu. Masuklah!” Ujarnya menjawab.
Huang Rong tersenyum tipis melihatnya. Sha Gu sudah menjadi bagian dari keluarga, dia sudah menganggapnya sebagai adiknya sendiri. Tak lama kemudian terdengar ketukan di pintu. Huang Rong pikir Sha Gu sudah kembali.
“Sha Gu, tak perlu mengetik pintu. Masuklah!” Ujarnya menjawab.
“Huang Shi Gu (Bibi Seperguruan Huang), selamat atas
pernikahan kalian.” Ujar seorang gadis dengan sopan dari arah pintu. Huang Rong
menoleh dan dia melihat Cheng Yao Jia, istri Lu Guan Ying mengintip dari luar.
“Cheng Da Xiao Jie (Nona Cheng) masuklah.” Jawabnya
ramah. Cheng Yao Jia masuk kedalam kamarnya sambil tersenyum tulus.
“Saat kalian menolongku dulu, aku sudah bisa menebak bahwa kalian saling mencintai. Selamat ya, akhirnya kalian menikah juga.” Ujarnya tulus.
“Saat kalian menolongku dulu, aku sudah bisa menebak bahwa kalian saling mencintai. Selamat ya, akhirnya kalian menikah juga.” Ujarnya tulus.
“Di mana Lu Shi Ge (Kakak Seperguruan Lu) dan
suamimu?” tanya Huang Rong ingin tahu.
“Mereka baru saja keluar dari kamar Guo Shi Shu
(Paman Guo). Dari yang kudengar dari suamiku, sepertinya Guo Shi Shu (Paman
Guo) sangat cemas dan gelisah.” Jawab Cheng Yao Jia menceritakannya sambil
tertawa lucu.
“Kenapa dia cemas dan gelisah?” tanya Huang Rong
walau diapun merasakan hal yang sama.
“Karena dia tidak tahu apa yang harus dia lakukan
saat malam pertama.” Jawab Cheng Yao Jia tersenyum penuh makna. Mendengarnya,
wajah Huang Rong spontan memerah karena malu.
“Dasar Kakak Jing bodoh.” Huang Rong bergumam
kesal, dia kesal bercampur malu, kenapa hal yang sangat pribadi seperti ini
harus dikatakan pada orang lain.
Tapi dalam hati diapun mengakui bahwa dia juga tak tahu apa yang harus dilakukannya saat malam pertama.
Tapi dalam hati diapun mengakui bahwa dia juga tak tahu apa yang harus dilakukannya saat malam pertama.
“Sejujurnya, aku juga tidak tahu apa yang harus
kulakukan saat malam pertama.” Gumamnya malu.
Cheng Yao Jia hanya tersenyum tipis mendengarnya. Dia tahu walau Huang Rong sangat cerdas, tapi jika menyangkut hal-hal yang sensitif seperti ini, gadis itu sama sekali tak mengerti. Selain karena dia belum berpengalaman, dia juga tumbuh tanpa figur seorang Ibu jadi hal-hal yang bersifat sensitif seperti ini tentu tidak nyaman jika ditanyakan kepada Ayah.
“Kau mau aku memberimu saran?” tanya Cheng Yao Jia
yang spontan disambut dengan senyum malu dan anggukan kepala dari Huang Rong.
Diapun mendekatkan bibirnya ke telinga sang mempelai wanita dan membisikkan sesuatu di sana. Huang Rong terlihat semakin malu dan wajahnya langsung memerah seperti kepiting rebus saat mendengar kata-kata gadis itu.
Diapun mendekatkan bibirnya ke telinga sang mempelai wanita dan membisikkan sesuatu di sana. Huang Rong terlihat semakin malu dan wajahnya langsung memerah seperti kepiting rebus saat mendengar kata-kata gadis itu.
Sementara itu diruang utama, Huang Yao Shi (Oey Yok
Shu) sibuk memberi instruksi pada para pelayannya. Dia ingin segala sesuatunya
sempurna untuk pernikahan putri semata wayangnya.
“Aku sangat terkesan Tetua Huang. Para Pendekar
Besar dari dunia persilatan datang menghadiri pernikahan putrimu dan Guo Jing.
Ini menunjukkan betapa mereka menghormati nama besarmu. Selamat, selamat. Tidak
kusangka muridku si Bodoh itu sangat beruntung bisa menjadi menantumu.” Puji
Khe Zhen Erl, guru ke-1 Guo Jing dengan ekspresi terkesan.
“Tapi jika boleh jujur, aku sebenarnya tidak suka
menerima tamu. Tapi demi kebahagiaan putriku, aku harus mengalah.” Jawab Si
Sesat Timur Huang yang mengundang senyum di bibir Khe Zhen Erl.
“Wah, wah, wah, aku tidak menyangka si Sesat Timur
yang tidak pernah menyukai berbagai aturan dan tradisi, kini turun tangan
sendiri menyiapkan pernikahan putri kesayangannya. Aku sangat terkesan.” Puji
Pengemis Tua, Hong Chi Khong (Ang Cit Khong) seraya menggenggam paha ayam di
tangan kanannya sambil berjalan mendekat.
“Chi Xiong (Saudara Chi), haruskah kau membawa
begitu banyak pengemis dan membuat rumahku sesak?” tanya Sesat Timur agak
risih. Pengemis Tua hanya tertawa mendengarnya, bisa dibilang ini adalah
keajaiban melihat Pulau Bunga Persik yang sebelumnya bagaikan tak terjamah
manusia, kini menjadi penuh sesak oleh para Pendekar dari dunia persilatan yang
datang khusus untuk menghadiri pernikahan putrinya.
“Apa boleh buat Yao Xiong (Saudara Yao) ? Putrimu
adalah Ketua Partai Pengemis, sudah tentu para anggota Partai Pengemis ingin
melihat Ketua mereka menikah. Lagipula, putrimu yang mengundang mereka kemari.
Hanya saja sepertinya kau harus menyiapkan lebih banyak makanan untuk kami,
Hahaha...” jawab si Pengemis Tua dengan santai.
“Oh Ya, di antara semua makanan lezat ini, manakah
yang dimasak oleh Rong'er?” tanya Ang Cit Khong penasaran.
“Tidak satupun. Hari ini hari pernikahannya. Aku tidak
mengizinkannya turun ke dapur untuk memasak. Dia hanya memberikan resepnya pada
para pelayan.” Jawab Sesat Timur tetap dengan ekspresi tak nyaman.
“Baiklah. Baiklah. Selamat sekali lagi untukmu.
Jangan khawatir. Walau bodoh, tapi Jing'er adalah pria yang baik dan sangat
mencintai putrimu. Aku yakin dia bisa menjaga putrimu dengan baik.” Pengemis
Tua meyakinkannya sekali lagi.
“Aku tahu...” baru saja Huang Yao Shi ingin bicara
lebih banyak, serombongan Pendeta Chuan Chin datang memberi selamat.
“Selamat Tetua Huang atas pernikahan Putri Anda dan
Guo Jing. Semoga Anda cepat dikaruniani seorang cucu.” Ujar Pendeta Ma sopan seraya
memberi hormat dan diikuti yang lain.
“Terima kasih telah hadir. Jing'er pasti senang
melihat kalian.” Jawab Huang Yao Shi, mengetahui bahwa Jing'er, menantunya, mempunyai hubungan yang
baik dengan para Pendeta Chuan Chin.
“Kami sudah menemuinya Tetua Huang dan menantu Anda
terlihat gugup dan tidak tahu apa yang harus dilakukannya saat malam pertama.
Mungkin Anda sebagai Mertua bisa membimbingnya dan memberinya saran.” Ujar
Pendeta Wang sambil tertawa penuh arti.
“Haahh..anak bodoh tetap saja anak bodoh. Hal seperti
ini saja harus diberitahu.” Ujarnya kesal melihat kebodohan menantunya. Para
Pendeta itu hanya tertawa lucu melihatnya.
“Baiklah. Kami akan menikmati sajiannya. Terima
kasih atas pelayanannya.” Ujar Pendeta Ma lagi, lalu memohon diri untuk mencari
tempat duduk diikuti saudaranya yang lain.
“Ya...Ya... Silakan menikmati jamuannya.” Jawab Tetua
Huang kaku dan canggung.
Seumur hidupnya dia tak pernah menyelenggarakan pesta apapun, tentu saja dia merasa sangat canggung. Tapi demi kebahagiaan putri kesayangannya, dia terpaksa mengalah. Setelah semua persiapan selesai. Dia memberi tanda pada pelayannya agar segera memanggil kedua mempelai masuk ke aula.
Seumur hidupnya dia tak pernah menyelenggarakan pesta apapun, tentu saja dia merasa sangat canggung. Tapi demi kebahagiaan putri kesayangannya, dia terpaksa mengalah. Setelah semua persiapan selesai. Dia memberi tanda pada pelayannya agar segera memanggil kedua mempelai masuk ke aula.
Sesuai dengan tradisi, mempelai pria menunggu lebih
dulu di depan altar sementara Huang Yao Shi menjemput putrinya untuk kemudian
diserahkan kepada suaminya.
“Ayah...” Huang Rong terlihat meneteskan airmata
saat ayahnya menjemputnya untuk mengantarkan menuju hidup barunya.
“Kau putri kecil Ayah, entah sejak kapan tanpa ayah
sadari kau telah berubah menjadi wanita dewasa yang mempesona. Melihatmu
menikah, ayah sangat bahagia. Tapi Ayah juga membenci Jing'er karena telah
merampasmu dari Ayah.” Ujar Huang Yao Shi, seolah tak rela melepas putrinya
untuk pria lain.
“Ayah...Kau tidak akan pernah kehilangan Rong'er.
Rong'er tetap putri kecil ayah.” Bujuk Rong'er manja seraya memeluk ayahnya
sayang.
“Setelah ini kau akan memeluk suamimu, tidak lagi
memeluk ayah. Ayah membenci hari di mana kau bertemu dengannya. Dia yang sudah
merampas putriku satu-satunya.” Ujar Huang Yao Shi seraya membelai rambut
putrinya tersayang.
“Ayah akan selamanya menjadi cinta pertamaku.”
Bujuk Rong'er dengan manja.
“Tapi Jing'er akan menjadi cinta dalam hidupmu.”
Jawab Huang Yao Shi, terlihat tak rela.
Selama ini dia selalu hidup berdua dengan putrinya,
tiba-tiba seorang pria datang dan mengambil putrinya dari sisinya. Dia tahu
mereka saling mencintai, dia tahu Jing'er akan menjaga Rong'er dengan baik,
tapi dia sangat cemburu dan sedih saat tahu ada pria lain yang akan mengambil
satu-satunya kebahagiaan dalam hidupnya. Tapi dia tahu, anak perempuan memang
ditakdirkan akan meninggalkan orang tuanya.
“Sudahlah. Ayo turun. Anak bodoh itu pasti sudah
menunggumu dengan cemas. Semoga kau bahagia, putriku. Jika anak bodoh itu berani
menyakitimu, jangan ragu katakan pada ayah. Ayah akan memukulnya untukmu.” Ujar
Huang Yao Shi lagi, membuat Huang Rong semakin malu.
“Ayah, Jing Gege tidak akan pernah menyakitiku. Kau
jangan cemas.” Ujar Huang Rong manja dengan sebuah senyuman terkembang di bibir
mungilnya, tapi setetes air menetes dari matanya.
“Jangan menangis, Rong'er. Ini hari bahagiamu, tak
boleh ada air mata yang menetes.” Ujar Huang Yao Shi dengan sayang.
Walau dia ditakuti di dunia persilatan, tapi terhadap putrinya, dia bersikap sangat lembut dan hangat. Akhirnya setelah perbincangan singkat ayah dan anak, Huang Yao Shi membawa putrinya ke aula besar itu, mengantarnya menuju kehidupan barunya bersama pria yang dicintainya.
Walau dia ditakuti di dunia persilatan, tapi terhadap putrinya, dia bersikap sangat lembut dan hangat. Akhirnya setelah perbincangan singkat ayah dan anak, Huang Yao Shi membawa putrinya ke aula besar itu, mengantarnya menuju kehidupan barunya bersama pria yang dicintainya.
Di sana, Guo Jing sudah menunggu dengan cemas dan gelisah.
Dia tersenyum lega saat melihat Rong'er-nya, belahan jiwanya, melangkah masuk
ke dalam aula dengan anggunnya. Semua mata memandang mempelai wanita dengan
takjub.
Mereka tahu bahwa Huang Rong adalah gadis yang cantik dan cerdas, tapi hari ini, cantik tak cukup menggambarkan betapa mempesonanya dia.
Huang Rong dengan gaun pengantin merahnya melangkah masuk dengan anggun, sangat mempesona, dia bagaikan menyihir semua orang yang hadir di sana, kulitnya yang seputih salju sangat kontras dengan gaun pengantin merahnya, pipinya yang memerah karena tersipu malu membuatnya semakin terlihat sempurna.
Mereka tahu bahwa Huang Rong adalah gadis yang cantik dan cerdas, tapi hari ini, cantik tak cukup menggambarkan betapa mempesonanya dia.
Huang Rong dengan gaun pengantin merahnya melangkah masuk dengan anggun, sangat mempesona, dia bagaikan menyihir semua orang yang hadir di sana, kulitnya yang seputih salju sangat kontras dengan gaun pengantin merahnya, pipinya yang memerah karena tersipu malu membuatnya semakin terlihat sempurna.
Bagaikan Dewi dari
khayangan, dia melangkah dengan mengamit lengan ayahnya menuju tempat Guo Jing berada sekarang.
Guo Jing pun tak melepaskan tatapannya satu detikpun untuk memandang wajahnya yang mempesona. Semua orang di ruangan itu hanya bisa memandang iri pada Guo Jing karena mampu mempersunting Dewi dari Khayangan.
Guo Jing pun tak melepaskan tatapannya satu detikpun untuk memandang wajahnya yang mempesona. Semua orang di ruangan itu hanya bisa memandang iri pada Guo Jing karena mampu mempersunting Dewi dari Khayangan.
“Apa yang sudah kulakukan dimasa lalu sehingga
pantas mendapatkanmu? Apa aku sudah melakukan sebuah kebaikan besar? Rong'er,
aku masih tidak percaya gadis yang sempurna sepertimu memilih pria sederhana
sepertiku.” Batin Guo Jing dalam hati.
Dia ingin semua ini segera selesai, untuk memastikan bahwa Rong'er memang miliknya. Dia takut. Takut sekali jika tiba-tiba saja Ou Yang Khe bangkit dari kuburnya dan menculik calon istrinya.
Akhirnya setelah beberapa langkah yang bagaikan bertahun-tahun lamanya, Dewi dari khayangan itu tiba di hadapannya.
Dia ingin semua ini segera selesai, untuk memastikan bahwa Rong'er memang miliknya. Dia takut. Takut sekali jika tiba-tiba saja Ou Yang Khe bangkit dari kuburnya dan menculik calon istrinya.
Akhirnya setelah beberapa langkah yang bagaikan bertahun-tahun lamanya, Dewi dari khayangan itu tiba di hadapannya.
“Mulai hari ini kuserahkan putri kesayanganku
padamu. Jaga dia baik-baik. Jangan pernah menyakitinya.” Ujar Huang Yao Shi
seraya menyerahkan tangan putrinya pada Guo Jing.
Guo Jing mengangguk mantap, “Aku takkan pernah menyakiti Rong'er. Aku akan mencintainya sepenuh hatiku.” Guo Jing bersumpah. Wajahnya menunjukkan kesungguhan dan ketulusan.
Guo Jing mengangguk mantap, “Aku takkan pernah menyakiti Rong'er. Aku akan mencintainya sepenuh hatiku.” Guo Jing bersumpah. Wajahnya menunjukkan kesungguhan dan ketulusan.
Mereka lalu bergandengan tangan menuju altar dan
memulai ritual pernikahan. Khe Zhen Erl hadir untuk menjadi wakil dari pihak
mempelai pria, sementara Huang Yao Shi dari pihak mempelai wanita. Setelah
memberi hormat pada masing-masing wakil keluarga, kedua mempelai memberi hormat
pada pasangan masing-masing.
Lu Guan Ying datang untuk menyerahkan arak
pengantin pada keduanya, untuk melengkapi ritual pernikahan dan sebagai tanda
bahwa mereka berdua sudah resmi menjadi suami istri. Guo Jing dan Huang Rong
saling melingkarkan kedua tangan mereka saat meminum arak pengantin itu.
Tatapan mata Guo Jing tak pernah sedetikpun meninggalkan istrinya. Berbagai perasaan campur aduk dalam hatinya. Dia sangat bahagia. Akhirnya setelah berbagai rintangan dan halangan, mereka bisa bersama selamanya.
Tatapan mata Guo Jing tak pernah sedetikpun meninggalkan istrinya. Berbagai perasaan campur aduk dalam hatinya. Dia sangat bahagia. Akhirnya setelah berbagai rintangan dan halangan, mereka bisa bersama selamanya.
“Rong'er, mulai sekarang kita akan bersama
selamanya. Hidup dan mati bersama. Jangan pernah tinggalkan aku apa pun yang
terjadi. Aku mencintaimu. Sangat...mencintaimu.” bisik Guo Jing setelah mereka
meminum arak pengantinnya.
Huang Rong bahagia mendengar pengakuan Guo Jing, dia tersipu malu mendengarnya. Dia tidak percaya, pria ini sudah menjadi miliknya selamanya.
Huang Rong bahagia mendengar pengakuan Guo Jing, dia tersipu malu mendengarnya. Dia tidak percaya, pria ini sudah menjadi miliknya selamanya.
“Jing Gege, Rong'er juga mencintaimu. Kau milikku
dan aku milikmu selamanya.” Ujarnya lirih, mendeklarasikan cintanya. Dan semua
orang bersorak sorai memberi ucapan selamat begitu upacara pernikahan
dinyatakan selesai.
Hari itu semua orang bergembira merayakan pesta pernikahan Guo Jing dan Huang Rong.
Hari itu semua orang bergembira merayakan pesta pernikahan Guo Jing dan Huang Rong.
“Rong'er, terima kasih sudah mencintaiku.” Ujar
Guo Jing tiba-tiba dengan mesra saat mereka berdua berdiri agak menjauh dari
keramaian pesta, dengan Huang Rong bersandar di dadanya.
“Jing Gege, terima kasih sudah membiarkan aku
mengikutimu. Terima kasih sudah membiarkan aku bersamamu.” Jawab Rong Erl lirih
dan malu-malu.
Guo Jing memutar tubuh istrinya agar dia bisa memandang
wajahnya. Mereka terdiam dan saling bertatapan selama beberapa saat, tapi
tatapan mata Guo Jing perlahan mengarah ke bibir istrinya. Huang Rong mengerti
arti tatapan itu dan perlahan menutup matanya, memberikan ijinnya.
Guo Jing tersenyum tipis lalu menundukkan wajahnya lebih dekat dan perlahan dia mendaratkan sebuah ciuman mesra di bibir istrinya seraya berkata dalam hati, “Akhirnya, kau milikku sekarang."
Guo Jing tersenyum tipis lalu menundukkan wajahnya lebih dekat dan perlahan dia mendaratkan sebuah ciuman mesra di bibir istrinya seraya berkata dalam hati, “Akhirnya, kau milikku sekarang."
To Be Continued...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar